BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan...

35
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan Penuaan bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan dan fungsi tubuh baik secara fisik maupun psikologis (Pudjiastuti, 2003). Menurut Arya Govinda et al (2009), proses menua bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang berusia lanjut, melainkan suatu proses normal yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan kematian. Adapun batasan umur lanjut usia adalah : 1. Menurutpasal 1 ayat 2, 3, 4 UU R.I No 13 Tahun 1998, kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. 2. Menurut World Health Organization (WHO), batasan usia lanjut meliputi usia pertengahan (Middle Age) antara usia 45-59 tahun, usia lanjut (Elderly) usia antara 60-74 tahun, usia lanjut tua (Old) usia antara 75-90 tahun, usia sangat tua (Very Old) usia 90 tahun keatas.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penuaan

2.1.1 Definisi Penuaan

Penuaan bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut

dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan

kemampuan dan fungsi tubuh baik secara fisik maupun psikologis

(Pudjiastuti, 2003).

Menurut Arya Govinda et al (2009), proses menua bukanlah

sesuatu yang terjadi hanya pada orang berusia lanjut, melainkan

suatu proses normal yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir

dengan kematian.

Adapun batasan umur lanjut usia adalah :

1. Menurutpasal 1 ayat 2, 3, 4 UU R.I No 13 Tahun 1998,

kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang

telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2. Menurut World Health Organization (WHO), batasan usia

lanjut meliputi usia pertengahan (Middle Age) antara usia 45-59

tahun, usia lanjut (Elderly) usia antara 60-74 tahun, usia lanjut

tua (Old) usia antara 75-90 tahun, usia sangat tua (Very Old)

usia 90 tahun keatas.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

9

3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam

tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara 46 sampai

55 tahun, masa usia lanjut akhir usia antara 56 sampai 65 tahun,

masa usia lanjut usia 65 sampai keatas kelompok usia lanjut

yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita

penyakit berat, atau cacat. Di Indonesia, batasan lanjut usia

adalah 60 tahun keatas.

Mengenai batasan–batasan usia lanjut diatas maka Penulis

tertarik membahas tentang batasan usia lanjut berusia 60-74

tahun menurut World Health Organization (WHO), karena pada

usia 60 tahun proses penuaan sudah tampak dimana terjadi

gangguan pada penglihatan, pendengaran, kepadatan tulang

berkurang, menurunnya kekuatan otot, elastisitas sendi,

koordinasi, kecepatan dan waktu reaksi sehingga menyebabkan

gangguan keseimbangan statis.

2.1.2 Proses Penuaan

Menurut Boedhi Darmojo R (1999), beberapa istilah yang

digunakan dalam proses menua adalah : gerontology, geriatri, dan

longevity.

Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan

semua aspek sosiologi, biologi,dan sejarah yang terkait dengan

penuaan. Geriatri merujuk pada pemberian pelayanan kesehatan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

10

untuk usia lanjut. Sementara longevity merujuk pada lama hidup

seseorang individu (Boedhi Darmojo R, 1999).

Menurut Siti Setiati et al (2009), membicarakan fisiologis

proses penuaan tidak dapat dilepaskan dengan pengenalan konsep

homeostenosis oleh Walter Cannon (1940).

Menurut Siti Setiati et al (2009), terdapat beberapa istilah yang

digunakan oleh gerontologist ketika membicarakan proses menua:

1. Aging (bertambahnya umur) : menunjukkan efek waktu atau

suatu proses perubahan yang terjadi secara spontan.

2. Senescensce (menjadi tua) : hilangnya kemampuan sel untuk

membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan

menyebabkan kematian).

3. Homeostenosis : penyempitan atau berkurangnya cadangan

homeosttais yang terjadi selama penuaan dan setiap sistem

organ.

Menjadi tua atau aging adalah suatu proses menghilangnya

kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau

mengganti diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi

normalnya. Akibatnya tubuh tidak dapat bertahan terhadap

kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut (Cunnningham,

2003).

Proses penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh

meliputi organ dalam tubuh seperti : jantung, paru-paru, ginjal,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

11

indung telur, otak, dan lain-lain,juga organ terluar dan terluas tubuh,

yaitu kulit (Cunnningham, 2003 ; Yaar & Gilchrest, 2007).

2.1.3 Penurunan Sistem Tubuh Pada Proses Penuaan

Penurunan yang terjadi pada sistem tubuh pada proses penuaan yang

meliputi :

1. SistemSensoris

A. Sistem Visual

Sistem penglihatan erat kaitannya dengan presbiopi (old

sight), lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga

lensa lemah dan kehilangan tonus sehingga ketajaman

penglihatan dan daya akomodasi berkurang (Martono,2009).

B. SistemVestibular

Gangguan pendengaran disebabkan keran koagulasi cairan

yang terjadi selama otitis media. Hilangnya sel-sel rambut

koklear, reseptor sensoris primer pendengaran. Penyebab lain

sindrom meniere dengan gejala seperti mual, muntah, vertigo,

telinga terasa penuh, tintinus, dan hilangnya daya pendengaran

dan aquostikneoroma (Pudjiastuti, 2003).

2. Sistem Muskuloskeletal

A. Jaringan (kolagen dan elastin).

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit,

tendon, tulang, kartilago, dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi bentangan cross lingking yang tidak teratur.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

12

Penurunan hubungan tarikan linier pada jaringan kolagen

merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan

tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak fungsi dan daya

mekaniknya karena penuaan, tensile strength dan kekakuan dari

kolagen mulai menurun. Kolagen dan elastin yang merupakan

jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami perubahan

kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan. Perubahan kolagen

penyebab penurunan fleksibilitas pada usia lanjut sehingga

menimbulkan dampak berupa nyeri, sehingga penurunan

kemampuan meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak

dari duduk keberdiri, jongkok dan berjalan berakibat dalam

melakukan aktifitas harian, sangat efisien jika dari awal ada

pelatihan untuk menjaga mobilitas (Pudjiastuti, 2003).

B. Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi sehingga permukaan sendi menjadi rata.

Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan

degenerasi menjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan

merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang dan

hilang secara bertahap. Setelah matrik mengalami deteriorasi,

jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatan, dan akhirnya

kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami

kalsifikasi dibeberapa tempat, seperti pada tulang rusuk dan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

13

tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya

sebagai peredam kejut, tetapi juga sebagai permukaan sendi

yang berpelumas dan berakibat rentan pada gesekan. Perubahan

ini sering terjadi besar penumpu berat badan, sehingga sendi

sering mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan

gerak, kelemahan pada otot, gangguan keseimbangan, gangguan

koordinasi sehingga berakibat pada daily activity (Nitz, 2004).

C. Tulang

Berkurangnya kepadatan tulang, trabekula longitudinal

menjadi tipis, dan trabekula transversal terabsorsi kembali.

Menjadikan jumlah spongiosa berkurang dan tulang kompakta

menjadi tipis. Penurunan esterogen menjadi osteoklas tidak

terkendali, penurunan penyerapan di kalsium, usus, peningkatan

kanal haversi sehingga tulang keropos. Berkurangnya jaringan

dan ukuran tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan

dan kekakuan tulang menurun. Sehingga sering terjadi nyeri,

deformitas, dan fraktur (Martono,2009).

Dengan bertambahnya usia, proses perusakan dan

pembentukan tulang melambat terutama pada saat

pembentukan. Hal ini dikarenakan menurunnnya aktifitas tubuh

mengakibatkan menurunnya hormon estrogen pada wanita dan

beberapa hormon lainnya (parahormon dan kalsitonin) trabekula

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

14

tulang menjadi lebih berongga dan memjadi mudah patah tulang

akibat benturan ringan atau spontan (Martono,2009).

D. Otot

Otot-otot mengalami atrofi karena selain berkurangnya

aktifitas juga akibat gangguan metabolik atau denervasi saraf,

hal ini dapat diatasi dengan memperbaiki pola hidup (olahraga

atau aktifitas yang terprogram). Salah satu parameter fisiologi

yang terpengaruh oleh umur dan latihan fisik adalah kekuatan

otot. Kekuatan otot naik saat umur 20 tahun dan maksimalnya

umur 55 tahun. semakin bertambah usia, besar otot dan

kekuatan otot akan berkurang. Berkurang nya besar otot

disebabkan berkurang jumlah serta ukuran serabut otot,

peningkatan jaringan penghubung. Dampak perubahan

morfologis otot adalah penurunan kekuatan otot, penurunan

fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan penurunan

fungsional otot (Nitz, 2004).

E. Sendi

Jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament, fasia

penurunan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, dan klasifikasi

pada kartilago dan kapsul sendi. Signovial sendi terjadi

perubahanan berupa tidak ratanya permukaan sendi, fibrilasi

pembentukan celah dan lekukan dipermukaan tulang rawan,

erosi tulang rawan hialin menyebabkan ebumasi tulang dan bisa

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

15

terjadi pembentukan kista dirongga subkondral dan sumsum

tulang. Sehingga sendi mengalami kehilangan fleksibilitasnya

yang menyebabkan terjadinya penurunan luas gerak sendi

(Pudjiastuti, 2003).

3. Sistem Somatosensoris

Pada usia lanjut mengalami penurunan koordinasi dan

kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Penuaan

menyebabkan penurunan persepsisensoris dan respon motorik pada

sistem saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif. Sistem

saraf pusat pada usia lanjut mengalami morfologis dan biokimia,

karena berkurangnya kandungan protein dan lemak pada otak

sehingga otak jadi ringan. Akson, dendrit dan badan sel saraf

banyak mengalami kematian, sedangkan yang hidup mengalami

perubahan. Dendrit berfungsi untuk komunikasi antar sel saraf

mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan kontak

antar saraf. Daya hantar saraf mengalami penurunan 10% sehingga

gerakan menjadi lamban. Akson pada medulaspinalis menurun

37%. Hal ini mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, koordinasi,

kekuatan otot, refleks, proprioseptif keseimbangan, perubahan

postur dan peningkatan reaksi (Martono,2009).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

16

2.2 Keseimbangan

2.2.1 Defenisi Keseimbangan

Seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988, hal :224)

bahwa “Keseimbangan berhubungan dengan koordinasi diri, dan

dalam beberapa keterampilan, juga dengan agilitas”. Dengan

demikian untuk menjaga keseimbangan dalam melakukan kegiatan

jasmani, maka gerakan-gerakan yang dilakukan perlu dikoordinasi-

kan dengan baik sebagai usaha untuk mengontrol semua gerakan.

Menurut Muchammad Sajoto (1988, hal:58) tentang

kemampuan menguasai letak titik berat badan yang lebih dikenal

dengan istilah keseimbangan bahwa “Keseimbangan atau balance

adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf

ototnya selama melakukan gerakan-gerakan yang cepat dengan

perubahan letak titik berat badan yang secara pula baik dalam

keadaan statis maupun lebih-lebih dalam keadaan gerak dinamis”.

Lebih lanjut Harsono (1988, hal :223) mengemukakan bahwa

keseimbangan atau balance adalah “Kemampuan untuk

mempertahankan sistem neuromuscular kita dalam kondisi statis,

atau mengontrol sistem neuromuscular tersebut dalam suatu posisi

atau sikap yang efisien selagi kita bergerak”.

Menurut M. Irfan (2010), dalam bukunya Fisioterapi Pada Insan

Stroke, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

kesetimbangan tubuh ketika ditempatkan pada berbagai posisi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

17

Menurut Ann Thomson (tanpa tahun), keseimbangan adalah

kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi

kesetimbangan dalam keadaan statik atau dinamik, serta

menggunakan aktifitas otot minimal.

Menurut O’ Sullivan (1995), keseimbangan adalah kemampuan

untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama

ketika saat posisi tegak.

Menurut Depkes (1996), keseimbangan juga merupakan

kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada

saat melakukan gerak.

2.2.2 Klasifikasi Keseimbangan

Adapun klasifikasi keseimbangan terbagi dua jenis, menurut

Muchamad Sajoto (1988, hal :54) yaitu:

1. Keseimbangan Statis

Keseimbangan statis adalah kemampuan mempertahankan sikap

tubuh dalam kondisi diam atau tetap. Misalnya : duduk, berdiri,

berdiri satu kaki, atau berdiri diatas papan keseimbangan.

Keseimbangan statis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

sistem sensoris dan muskuloskeletal. Kemampuan tubuh untuk

mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur pada saat

kita berdiri tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan

sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan

keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

18

keseimbangan adalah untuk menyanggah tubuh melawan

gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat

massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta

menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.

2. Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahankan

tubuh dalam kondisi bergerak dari suatu posisi ke posisi yang

lain, misalnya : berjalan, dan berlari.

2.2.3 Komponen-komponen Pengontrol Keseimbangan

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan menurut

Chandler (2000), adalah :

2. Sistem Informasi Sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan

somatosensoris.

A. Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem

sensoris. Cratty & Martin (1969), menyatakan bahwa

keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata

akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk

mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh

selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan

juga merupakan sumber utama informasi tentang

lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

19

peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak

gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan

muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek

sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat

menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang

pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot

yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh

(Irfan, 2010).

B. Sistem Vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris

yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol

kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular

berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular

meliputi kanalissemisirkularis, utrikulus, serta sakulus.

Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem

labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan

posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui

refleks vestibuleoccular, mereka mengontrol gerak mata,

terutama ketika melihat objek yang bergerak. Mereka

meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus

vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

20

tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum,

formatioretikularis, thalamus dan korteks serebri (Canan,t.t)

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari

reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum.

Keluaran (output) dari nucleus vestibular menuju ke motor

neuron melalui medulaspinalis, terutama ke motor neuron

yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada

leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem

vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu

mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol

otot-otot postural (Canan,t.t)

C. Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau

proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi

proprioseptif disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis

medulla spinalis. Sebagian besar masukan (input)

proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang

menuju ke korteks serebri melalui lemniskusmedialis dan

thalamus (Irfan, 2010).

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam

ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari

alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut

adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

21

sinovial dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari

reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot di proses

di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang

(Irfan,2010).

3. ResponOtot-Otot Postural yang Sinergis (Postural Muscles

Response Synergies).

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada

waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan

untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.

Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun

bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta

mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.

Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan

dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara

sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya

gravitasi, dan alignment tubuh (Nugroho, 2011).

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang

tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang

lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu (Nugroho, 2011)

4. KekuatanOtot (Muscle Strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan

aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari

adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

22

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan

otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal

force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot

sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu

seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk

melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot

yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang

dihasilkan otot tersebut (Nugroho, 2011).

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat

untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya

dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan

kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban

eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi

posisi tubuh (Nugroho, 2011).

5. Adaptive Systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris

dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat

sesuai dengan karakteristik lingkungan (Canan, t.t).

6. Lingkup Gerak Sendi (Joint Range of Motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan

mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan

keseimbangan yang tinggi (Nugroho, 2011). Pada saat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

23

melakukan gerakan interaksi komponen-komponen pengontrol

keseimbangan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Komponen-komponen Keseimbangan (Chandler,2000).

2.2.4 Faktor-Faktor YangMempengaruhi Keseimbangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan menurut

Suhartono (2005), adalah :

1. Pusat Gravitasi (Center of Gravity – COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua objek, pada benda,

pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat

gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan

mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

24

ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang.

Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau

perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak

adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang

vertebra sakrum kedua. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh

empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan

bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi

dengan bidang tumpu, serta berat badan (Nugroho, 2011).

2. Garis Gravitasi (Line of Gravity – LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada

vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan

antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu

adalah menentukan derajat stabilitas tubuh (Piscopo dan Balley,

1981). Hubungan garis gravitasi dan posisi tubuh dapat dilihat

pada gambar dibawah ini :

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

25

Gambar 2.2 Garis Gravitasi dan Posisi Tubuh (Dhaenkpedro, 2009).

3. BidangTumpu (Base of Support – BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang

berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi

tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang.

Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu.

Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.

Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding

berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

26

pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi. Posisi tubuh

ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan kaki selebar

sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan.

Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling

nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang

akan segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan. Pada

posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk

menjaga pusat massa tubuh (center of body mass) dalam

keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali

tubuh membentuk batas bidang tumpu lain, misalnya :

melangkah (Piscopo dan Balley, 1981). Hubungan pusat

gravitasi dengan luas bidang tumpu dalam berbagai posisi yang

mempengaruhi stabilitas tubuh dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

27

Gambar 2.3 Bidang Tumpu (Dhaenkpedro, 2009).

4. Kecepatan Reaksi

Kecepatan reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk

memberikan respon kinetik setelah menerima suatu stimulus

atau rangsangan, karena melalui stimulus reaksi tersebut

mendapat sumber dari : visual, vestibular, rabaan maupun

gabungan antara pendengaran dan rabaan (Wahjoeadi, 2000).

5. Koordinasi Neuromuskular

Koordinasi neuromuskular merupakan kemampuan untuk

mengintegrasi indera (visual, auditori, dan proprioceptive untuk

mengetahui jarak pada posisi tubuh) dengan fungsi motorik

untuk menghasilkan akurasi dan kemampuan gerak (Piscopo

dan Balley, 1981).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

28

2.2.5 Resiko Jatuh Pada Usia Lanjut

Menurut Kane (1994), jika keseimbangan postural usia lanjut

tidak dikontrol, maka akan dapat meningkatkan resiko jatuh pada

usia lanjut. Gangguan keseimbangan akan mengakibatkan resiko

jatuh pada usia lanjut (Siburian, 2006). Jatuh merupakan masalah

fisik yang sering dialami oleh usia lanjut akibat proses penuaan

(Pudjiastuti, 2003). Jatuh dapat mengakibatkan nyeri, terkilir, patah

tulang, kelumpuhan, bahkankematian. Hal inimenimbulkan rasa

takut dan hilangnya rasa percaya diri sehingga usia lanjut membatasi

aktivitasnya sehari-hari yang menyebabkan menurunnya kualitas

hidup (quality of life) pada usia lanjut yang mengalaminya

(Stockslager & Schaeffer, 2008). Penurunan kekuatan otot

ekstrimitas bawah dapat mengakibatkan kelambanan gerak, langkah

pendek, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih gampang

goyah, susah atau terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan

seperti terpeleset dan tersandung. Beberapa indikator ini dapat

meningkatkan risiko jatuh pada usia lanjut (Darmojo, 2009).

2.3 Latihan Jalan Tandem

2.3.1 Sejarah dan Defenisi Jalan Tandem

Berdasarkan sejarah jalan tandem ditemukan oleh ahli

neorologis Jerman bernama Morist Heinrich Romberg (1795-1873).

Latihan Jalan Tandem merupakan suatu tes dan juga latihan

yang dilakukan dengan cara berjalan menentukan garis lurus dalam

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

29

posisi tumit kaki menyentuh jari kaki yang lainnya sejauh 3-6 meter

(Batson et al., 2009). Latihan ini dapatmeningkatkan keseimbangan

postural bagian lateral, yang berperan dalam mengurangi resiko

jatuh pada usia lanjut. Latihan ini bertujuan untuk melatih sistem

proprioseptif yaitu untuk melatih sikap atau posisi tubuh,

mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh.

Merupakan salah satu metode untuk menumbuhkan kebiasaan dalam

mengontrol postur tubuh langkah demi langkah yang dilakukan

dengan bantuan kognisi dan koordinasi otot trunk, lumbal spine,

pelvic, hip, otot-otot perut hingga ankle (Batson et al., 2009).

Menurut Batson et al (2009) latihan jalan tandem ada dua

bentuk latihan yaitu latihan jalan tandem maju dan latihan jalan

tandem mundur.

Latihan jalan tandem biasanya digunakan untuk tes

koordinasi, atau biasanya dilakukan pada tes neorologis dan juga

digunakan pada tes untuk pengemudi mabuk. Hal ini berdasarkan

beberapa penelitian bahwa setidaknya membutuhkan dua atau tiga

indra dalam menjaga keseimbangan berdiri, dan berjalan yaitu

proprioseptif, vestibular, dan visual. Menjaga keseimbangan dalam

posisi dinamis bergantung pada sensory pathways yang dilakukan

oleh corticospinal (pyramidal) tract dan medial lateral vestibular

tract. Sensori motor intergration centre yang dilakukan oleh

cerebellum dan dorsal collum medial lemniskus tract.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

30

Menurut Batson et al (2009) gangguan latihan jalan tandem

dapat terjadi pada kondisi ataksia sensorik. Hal ini dikarenakan

kekurangan :

1. Vitamin B12 (cobalamin).

2. Kondisi yang mengganggu collum dorsalis spinal cord,

contohnya tabesdorsalis (neurosyphilis).

3. Kondisi yang mengganggu saraf saraf sensoris (sensori

pheripheralneorophaty), contohnya poly radiculoneuro-

phatydemielinasi inflamasi kronis (CIDP).

Latihan Jalan Tandem adalah bisa dilakukan pada gangguan

keseimbangan pada kasus gangguan keseimbangan karena usia,

fraktur extremitas inferior, dislokasi extremitas inferior, HNP, LBP,

stroke, vertigo.

Latihan jalan Tandem bukanlah untuk latihan fungsi

cerebellum. Seseorang dengan kondisi ataksia cebellar tidak mampu

menjaga keseimbangan bahkan dengan kondisi mata terbuka, bahkan

ketika langkah pertamanya. Maka jalan tandem bertujuan untuk

systemproprioceptive pathways function (Batson et al., 2009).

Menurut Miriam E. Nelson, PhD. Ada tiga tingkat neraca

dalam pelatihan jalan tandem, diantaranya :

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

31

1. Tingkat satu : menggunakan satu tangan untuk menyeimbangkan

diri pada saatmelakukan latihan jalan tandem.

2. Tingkat dua : menggunakan kedua tangan untuk menyeimbang-

kan diri pada saat kehilangan keseimbangan pada

saat latihan jalan tandem.

3. Tingkat tiga : kondisi mata tertutup dan tidak menggunakan

tangan kecuali pada saat kehilangan keseimbangan

pada waktu latihan jalan tandem.

Analisa jalan tandem dilihat dari gerakan kaki dan dimana

letak tekanan pada area telapak kaki dan cara bergerak maju. Dalam

gangguan cerebellar atau kelemahan vestibular dapat menghasilkan

gerakan yang condong kesisi yang terkena. Gerakan-gerakan

korektif kecil merupakan hal yang normal, itu menunjukkan bahwa

seseorang dapat merasakan input proprioseptif yang diterima.

Gerakan bergoyang juga menunjukkan kesadaran kedudukannya

dalam suatu tempat (Batson et al., 2009).

Keuntungan Latihan Jalan Tandem adalah Latihan Jalan

Tandem merupakan salah satu dari latihan balance exercise melatih

sikap tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan

tubuh dan meningkatkan kekuatan otot extrmitas inferior.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

32

Sedangkan kekurangan Latihan Jalan Tandem adalah

gangguan cerebellar atau kelemahan vestibular dapat menghasilkan

penyimpangan berjalan ke sisi yang lemah. Individu dengan

gangguan vestibular akut atau kronis bisanya gagal tes ini.

Latihan Jalan Tandem sangat spesifik dan sering non

localizing. Kebanyakan ahli kesehatan merasa bahwa jatuh ke satu

sisi tidak selalu menunjukkan sisi lesi. Beberapa individu yang sehat

mungkin juga mengalami kesulitan dalam melakukan latihan jalan

tandem, sehingga untuk menentukan adanya gangguan vestibular

dibutuhkan tes tambahan yang lebih spesifik misalnya romberg test

dan lain- lain (Batson et al., 2009).

2.3.2 Tujuan Latihan Jalan Tandem

Jalan tandem merupakan salah satu latihan yang bertujuan

melatih sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan,

koordinasi otot dan gerakan tubuh. Latihan jalan tandem digunakan

pula untuk melatih parameter yang terkait dengan keseimbangan

individu, kontrol mutlak atas mobilitas dan ketepatan mobilitas

(Batson et al., 2009).

Selain digunakan sebagai latihan, jalan tandem juga

digunakan sebagai tes dalam membantu diagnosa pada ataksia

terutama ataksia trunkal yang disebabkan oleh kerusakan

vermisserebelar atau jaringan yang terkait, karena penderita

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

33

gangguan ini memiliki pola jalan yang goyah dan memiliki basis

yang lebar (Batson et al., 2009).

Jalan tandem juga digunakan sebagai tes untuk menentukan

kemampuan individu untuk mengkoordinasikan gerakan motoriknya.

Individu dengan masalah koordinasi gerak motoriknya tidak akan

lulus dalam tes ini (Batson et al., 2009).

2.3.3 Teknik Pelaksanaan Latihan Jalan Tandem

Tehnik Pelaksanaan Latihan Jalan Tandem menurut Batson

et al., 2009 adalah :

1. Jalan Tandem Maju

Subjek diminta untuk berjalan maju pada jalur (satu garis

lurus) dengan menempatkan kaki kanan menyentuh tumit kaki

kiridan berjalan sejauh 3-6 meter. Lakukan sebanyak10 kali

kemudian istirahat.

2. Jalan Tandem Mundur

Subjek diminta untuk berjalan mundur pada jalur (satu

garis lurus) dengan menempatkan kaki kanan kebelakang dengan

ujung jari-jari menyentuh tumit kaki kiri dan berjalan sejauh 3-6

meter. Lakukan sebanyak 10 kali kemudian istirahat.

Latihan Jalan Tandem dapat dilakukan dengan mata terbuka

dan tertutup. Latihan Jalan Tandem yang dilakukan dengan mata

yang terbuka akan lebih mudah untuk dilakukan karena adanya

korelasi visual terhadap vestibular dan propriseptif. Sedangkan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

34

Jalan Tandem yang dilakukan dengan mata tertutup dilakukan

untuk menguji fungsi vestibular. Latihan dan tes ini akan

berhasil dilakukan jika input dari cerebelar dan proprioseptif

normal.

Dosis yang dianjurkan untuk dapat menghasilkan

keseimbangan yang adekuat adalah 4-8 minggu (Batson et al.,

2009).

2.3.4 Mekanisme Latihan Jalan Tandem Meningkatkan

Keseimbangan Statis Pada Usia Lanjut.

Latihan proprioseptif akan menginformasikan presisi gerak

dan refleks muscular yang berkontribusi pada pembentukan stabilitas

dinamis sendi. Tujuan latihan proprioseptif adalah untuk melatih

kembali jaras afferent untuk mengembangkan sensasi gerakan sendi

dan aktivitasi mototrik pada sistem saraf pusat. Latihan proprioseptif

sangat penting untuk dilakukan karena umpan balik proprioseptif

akan meningkatkan dan mempertahankan stabilitas fungsional sendi

(Batson et al., 2009).

Latihan proprioseptif harus memakai teknik yang

membangkitkan aktivasi otot pronator dan supinator kaki dalam

melatih koordinasi, proprioseptif dan otot stabilisator pergelangan

kaki. Aktivasi ko-kontraksi ini diupayakan terjadi secara semi

otomatis, kerena sejatinya aktivitas stabilisasi merupakan sistem

yang berlangsung pada central pattern generator (CPG). Pada

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

35

perkembangan manusia fungsi CPG yang benar menjadi bergantung

pada integrasi saraf yang lebih tinggi, yaitu pada sistem saraf pusat,

pada cortex cerebral. Aktivasi otot sekuensi temporal melibatkan

CPG spinal dan integrasi sirkuit neural dengan input pusat otak yang

lebih tinggi. Untuk mencapai gerakan semi otomatis yang dimaksud

maka latihan proprioseptif juga melibatkan gerakan yang lambat

dalam setiap perpindahan gerak dan posisi untuk memberikan

kesempatan pada nuclei subcortal dan basal ganglia untuk

menganalisa sensasi posisi yang mengirimkan umpan balik berupa

kontraksi otot yang diharapkan. Latihan inilah yang kemudian akan

diadaptasi pada CPG sebagai stabilitas fungsional yang baru (Batson

et al., 2009).

Latihan proprioseptif ini bermanfaat meningkatkan

keseimbangan pada usia lanjut dikarenakan menurunnya fungsi

motorik pada sistem saraf pusat, sehingga dengan aktivasi motorik

tersebut meningkatkan respon proprioseptif yang dapat

meningkatkan stabilitas sendi dan meningkatkan keseimbangan pada

usia lanjut. Latihan proprioseptif yang hanya menghasilkan neural

adaptasi dapat dilatih selama 2-4 minggu, namun proprioseptif yang

adekuat dihasilkan dengan latihan yang dilakukan selama 4-8

minggu, karena pada waktu tersebut telah terjadi adaptasi neural dan

adaptasi serabut otot. Keseimbangan yang adekuat dicapai ketika

proprioseptif yang didukung oleh rekruitmen motor unit yang

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

36

meningkatkan dan adanya hipertropi (adaptasi serabut otot) yang

membantu dalam stabilitas sendi dan kekuatan otot dengan dosis

yang dianjurkan untuk dapat menghasilkan keseimbangan yang

adekuat adalah 4-8 minggu (Batson et al., 2009).

2.4 Latihan Swiss Ball

2.4.1 Definisi Latihan Swiss Ball

Latihan Swiss Ball adalah sebuah bola yang sangat besar,

dipompa, dan terbuat dari karet. Latihan Swiss Ball ditemukan di

Italia pada tahun 1960 yang digunakan untuk menstabilkan otot yang

tidak stabil menjadi lebih stabil karena dengan bola yang terbuat dari

karet ini akan mengaktifkan otot yang sudah lama tidak melakukan

fungsinya menjadi teraktifitas kembali (Gaur et al., 2012).

Latihan Swiss Ball adalah suatu bentuk latihan yang

meningkatkan respon untuk menjadi seimbang dalam suatu keadaan

duduk dimana diharuskan bergerak ke kiri dan kanan ditambah

dengan kemampuan untuk mengambil atau meraih sesuatu yang

berada di posisi yang ditentukan fisioterapis. Latihan ini

menggunakan kemampuan dari otot trunk, lumbal spine, pelvic, hip,

otot-otot perut dan otot-otot kecil sepanjang spine sesuai dengan

alignment tubuh yang simetris dan menjadi lebih stabil (Browne,

2006).

Menurut jurnal fisioterapi dan okupasi terapi adalah Gaur

et al (2012), Swiss Ball atau Gym Ball atau juga disebut Ball

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

37

Exercise terkenal sejak beberapa dekade lalu, yang membuat bola

jenis ini menjadi salah satu benda yang digunakan dalam aktivasi

rekreasi seperti dalam gymnasium (senam), latihan rumahan dan

digunakan sebagai salah satu benda terapi dalam klinik-klinik,

tempat fitnes, pelatihan atlit dan latihan-latihan alternative seperti

yoga dan pilates. Fleksibilitas bola inimembuatnya menjadi

perangkat yang umum digunakan dalam berbagai kegiatan seperti

terapi fisik dan juga latihan, juga digunakan dalam program angkat

berat dan terapi ginekologi.

Latihan Swis Ball tidak hanya digunakan sebagai treatment

tetapi untuk mempertahankan kondisi tubuh. Latihan ini sangat

mudah dan aman dan dapat digunakan oleh semua jenjang usia, laki-

laki maupun wanita (Gaur et al., 2012).

Menurut penelitian oleh Waiss (1994) latihan Swiss Ball

dapat memperindah progresifitas sebesar 6 derajat sekitar 25 % dari

181 pasien dan peningkatan stabilitas 57 %.

Latihan Swiss Ball dapat meningkatkan keseimbangan statis

dan dinamis, dapat meningkatkan proprioseptif dan dapat

meningkatkan fungsional (Browne, 2006). Latihan Swiss Ball dapat

diberikan pada kasus Stroke, LBP, scoliosis, kyphosis, lardosis.

Keuntungan Latihan Swiss Ball adalah latihan yang

direkomendasikan sebagai latihan dengan intensitas rendah untuk

meningkatkan perbaikan postur, keseimbangan dan umpan balik

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

38

saraf. Latihan ini digunakan pada kasus klinis dan rehabilitasi.

Permukaan tidak stabil pada bola mengurangi stress disekitar

pinggul dan daerah pinggang, mengganti rangsangan proprioseptif

dengan peningkatan motor control dari otot core yang penting untuk

keseimbangan(Gaur et al., 2012).

Menurut penelitian Gaur et al (2012), dalam beberapa

penelitian manfaat ball exercise ini mempunyai validitas untuk

memperkuat dan meningkatkan aktivasi otot. Dibandingkan dengan

perangkat konvensional lainnya ball exercie dinyatakan lebih efektif

dalam meningkatkan amplitudo sinyal EMG (Electro Myo Graphic)

selama latihan otot-otot perut yang dikaitkan dengan input

proprioseptif.

Sedangkan kekurangan Latihan Swiss Ball adalah latihan ini

digunakan untuk meningkatkan stabilisasi, keseimbangan dan

merangsang perubahan proprioseptif menjadi motor control, tetapi

tidak meningkatkan kekuatan otot (Behmet, 2002). Karena itu

latihan Swiss Ball direkomendasikan sebagai latihan untuk intensitas

rendah yang memperbaiki posisi sendi, postur, keseimbangan, dan

feedback input saraf.

2.4.2 Tujuan Latihan Swiss Ball

Menurut penelitian Gaur et al (2012), dalam beberapa

penelitian manfaat ball exercise ini mempunyai validitas untuk

memperkuat dan meningkatkan aktivasi otot. Dibandingkan dengan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

39

perangkat konvensional lainnya ball exercise dinyatakan lebih

efektif dalam meningkatkan amplitudo sinyal EMG (electro

myografich) selama latihan otot-otot perut yang dikaitkan dengan

input proprioseptif. Latihan Swiss Ball digunakan untuk memperkuat

semua otot trunk dari atas sampai kebawah dan kedepan atau

kebelakang, menciptakan keseimbangan yang memungkinkan

seseorang untuk berdiri tegak, tubuh pada satu alignment dengan

kaki dan tangan.

2.4.3 Tehnik Pelaksanaan Latihan Swiss Ball

Menurut penelitian Gaur et al., 2012, tehnik pelaksanaan

latihan Swiss Ball untuk meningkatkan keseimbangan statis pada

usia lanjut adalah sebagai berikut :

Subjek diminta mengambil benda diarah depan (menggunakan

tangan yang mana saja) diarah samping kanan menggunakan tangan

kanan, diarah samping kiri menggunakan tangan kiri. Masing-

masing sisi dilakukan sebanyak 10 repetisi. Dosis yang dianjurkan

untuk dapat menghasilkan keseimbangan yang adekuat adalah 4-8

minggu (Gaur et al., 2012).

2.4.4 Mekanisme Latihan Swiss Ball terhadap Keseimbangan Statis

Pada Usia Lanjut

Latihan menggunakan Swiss Ball ini merupakan suatu bentuk

latihan yang meningkatkan respon untuk menjadi seimbang dalam

suatu keadaan duduk dimana diharuskan bergerak kekiri dan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

40

kekanan ditambah dengan kemampuan untuk mengambil atau

meraih sesuatu yang berada diposisi yang ditentukan kedepan atau

samping kiri ataupun kanan sebanyak 10 repetisi.

Latihan menggunakan Swiss Ball ini meningkatkan

proprioseptif lumbal yang berperan utama dalam menjaga postur

tubuh tetap tegak dan keseimbangan yang memadai pada orang

dewasa sehat (Gaur et al., 2012).

Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot

core, meningkatkan proprioseptif sehingga dapat dilakukan dalam

waktu 2-4 minggu saja tanpa adanya adaptasi bentuk serabut otot,

namun keseimbangan yang adekuat didukung oleh adaptasi neural

dan adaptasi serabut otot sehingga memerlukan waktu latihan 4-8

minggu (Gaur et al., 2012).

Menurut penelitian Gaur et al (2012), dalam beberapa

penelitian manfaat ball exercise ini memperkuat dan meningkatkan

aktivasi otot. Dibandingkan dengan perangkat konvensional lainnya

latihan Swiss Ball dinyatakan lebih efektif dalam meningkatkan

aplitudo sinyal EMG (elektro myo graphic) selama latihan otot-otot

perut yang dikaitkan dengan input proprioseptif.

2.5 TUGT (Time Up and Go Test)

TUGT (Time Up and Go Test) merupakan salah satu alat ukur pada

gangguan keseimbangan.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

41

Pelaksanaannya adalah subjek berjalan sesuai dengan kemampuannya

menempuh jarak 3 meter menuju ke dinding, kemudian berbalik tanpa

menyentuh dinding dan berjalan kembali menuju kursi dan kemudian duduk

kembali bersandar.

Waktu dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga subjek duduk bersandar

kembali terhitung 10 detik sampai 3 menit. Nilai Rerata pada TUGT dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Nilai Normal Time Up and Go Test

Umur Jenis Kelamin Nilai rata-rata

(detik)

Nilai Normal

(detik)

60-69 Laki-laki 8 4-12

60-69 Perempuan 8 4-12

70-79 Laki-laki 9 5-13

70-79 Perempuan 9 5-15

80-89 Laki-laki 10 8-12

80-89 Perempuan 11 5-17

Sumber : Nilai Normal Time Up and Go Test (Jacobs & Fox, 2008)

Jika skor < 14 detik; 87% tidak ada resiko tinggi untuk jatuh

Jika skor ≥ 14 detik; 87% resiko tinggi untuk jatuh

Subjektidak diperbolehkan mencoba atau berlatih lebih dulu,

stopwatch mulai menghitung setelah pemberian aba-aba mulai dan berhenti

menghitung saat subyek kembali pada posisi awal atau duduk. Bila kurang

dari 10 detik, maka subjek dikatakan normal. Bila kurang dari 20 detik,

maka dapat dikatakan baik. Subjek dapat berjalan sendiri tanpa

membutuhkan bantuan. Namun bila lebih dari 30 detik, maka subjek

dikatakan memiliki problem dalam berjalan dan membutuhkan bantuan saat

berjalan. Sedangkan pada subjek yang lebih lama dari 40 detik harus

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penuaan 2.1.1 Definisi Penuaan 2.pdf3. Menurut Depkes RI (2009), batasan usia lanjut terbagi dalam tiga kelompok yaitu masa usia lanjut awal usia antara

42

mendapat pengawasan yang optimal karena sangat beresiko untuk jatuh

(Shumway, 2000). Nilai normal pada usia lanjut sehatumur 75 tahun, rata-

rata waktu tempuh yang dibutuhkan adalah 8,5 detik (Podsiadlo et.al.,

1991).