BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut ...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut ...
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
Manajemen menurut Stoner, Freeman dan Gilbert Jr (1996:7) merupakan
proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan
anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai
sasaran organsasi yang sudah ditetapkan. Weihrich dan Koontz (2005:4) menyatakan
pula “Management is the process of designing and maintaining an environment in
which individuals, working together in groups, efficiently accomplish selected aims.”
Hampir sama dengan Weihrich dan Koontz, Robbins and Coulter juga
menyatakan (2005:7) “Management is coordinating work activities so that they are
completed efficiently and effectively with and through other people”. Berdasarkan
pendapat di atas manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui orang lain
dengan efektif dan efisien.
2.2 Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan memiliki keterkaitan kuat dengan proses operasional
dan manajemen keuangan dalam pengembangan sebuah perusahaan. Fungsi
operasional lain yang sangat penting, seperti manajemen sumber daya manusia,
manajemen produksi, manajemen pemasaran dan cabang ilmu lainya, harus memiliki
kesinergisan dalam pelaksanaannya. Manajemen keuangan merupakan salah satu
bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang
penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan.
Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab
manajer keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap
perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi: keputusan
tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu
perusahaan (Weston dan Copeland, 1992: 2)
Bab IITinjauan Pustaka
15
2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Van Horne dan Wachowicz, Jr (2005:1)berpendapat bahwa manajemen
keuangan adalah segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendapatan, dan
pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Menurut Gitman (2003:4)
pengertian manajmen keuangan adalah
“Finance can be defined as the art and science of managing money. Virtually all invividuals and organizations earn or raise money and spend or invest money. Finance is concerned with the prosess, institutions, markets, and instruments involved in the transfer of money among and between individuals, businesses, and goverments.”
Adapun Keown, Martin, Petty, dan Scott (2005:4) berpendapat mengenai
manajemen keuangan bahwa: “Financial management is concerned with the
maintanance and creation of economic value or wealth.”. Artinya manajemen
keuangan adalah mengenai pemeliharaan dan penciptaan dari nilai ekonomi atau
kekayaan. Martono dan Harjito (2005:4) berpendapat sama, menurut mereka
manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan
bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan
perusahaan secara menyeluruh. Berdasarkan pengertian dan pendapat di atas dapat
ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu aktivitas dan
usaha-usaha pengumpulan dana, penempatan dana, dan pengelolaan dana yang
bertujuan membiayai segala kebutuhan perusahaan demi tercapainya tujuan
perusahaan.
2.2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Keuangan
Berdasarkan prinsip manajemen keuangan perusahaan, baik perolehan dan
penggunaan dana harus didasarkan pada perkembangan fungsi dalam manajemen
keuangan. Menurut Van Horne dan Wachowicz, Jr (2005:2-3) ada 3 fungsi
manajemen:
1. Keputusan mengenai investasi merupakan keputusan yang paling penting
diantara ketiga bidang keputusan karena keputusan megenai investasi ini akan
Bab IITinjauan Pustaka
16
berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan
aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu berikutnya. Keputusan investasi ini
akan menentukan keseluruhan jumlah aktiva yang ada pada perusahaan,
komposisi dari aktiva tersebut beserta tingkat risiko usahanya. Aktiva yang
secara ekonomis sudah tidak dapat dipertahankan harus dikurangi,
dihilangkan atau diganti.
2. Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan
pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling
ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi
serta kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan akan tercermin
dalam sisi pasiva perusahaan yang akan mempengaruhi financial structure
maupun capital structure. Manajer dituntut untuk mempertimbangkan dana
dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi
perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta usahanya.
3. Kebijakan manajemen aktiva. Jika aktiva telah diperoleh dan pendanaan yang
tepat telah tersedia, aktiva-aktiva yang ada tetap memerlukan pengelolaan
yang efisien. Manajer keuangan bertanggung jawab terhadap bermacam-
macam tingkatan dalam menjalankan tanggung jawabnya terhadap aktiva-
aktiva yang ada. Tanggung jawab ini membuat manajer keuangan harus lebih
memperhatikan manajemen aktiva lancar dari pada aktiva tetap.
Selain itu menurut Riyanto (2001:10) adapula keputusan mengenai dividen.
Dividen merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang
dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan
manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan
kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan di perusahaan
sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. Kebijakan ini juga akan
mempengaruhi financial structure maupun capital structure.
Bab IITinjauan Pustaka
17
2.2.3 Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan, bukan memaksimumkan
profit. Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan tanggung jawab sosial,
mengabaikan risiko, dan berorientasi jangka pendek. Sedangkan arti
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan sebagai
berikut:
1. Berarti memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan di
masa datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.
2. Berarti lebih menekankan pada aliran hasil bukan sekedar laba bersih dalam
pengertian akuntansi.
Kelebihan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan/kemakmuran pemegang
saham adalah secara konseptual jelas sebagai pedoman di dalam pengambilan
keputusan yang mempertimbangkan faktor risiko. Dalam pencapaian tujuan tersebut,
manajemen keuangan harus dapat menyeimbangkan kepentingan pemilik, kreditor,
dan pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan.
Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham/pemilik perusahaan tidak
mengingkari adanya social objectives dan kewajiban sosial. Tanggung jawab sosial
adalah satu aspek penting dari tujuan perusahaan, maksudnya:
1. Keberhasilan memaksimumkan nilai perusahaan akan memberikan
sumbangan yang berarti kepada lingkungan sosial secara keseluruhan.
2. Pengaruh (dampak) lingkungan eksternal seperti polusi, keselamatan kerja,
keamanan produk juga harus diperhitungkan.
3. Kepekaan terhadap faktor eksternal merupakan salah satu syarat penting agar
perusahaan tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
4. Perusahaan harus dapat memaksimumkan kemakmuran pemegang saham
dalam kendala legal dan sosial dan bertanggung jawab terhadap perubahan
lingkungan.
Bab IITinjauan Pustaka
18
Meningkatkan nilai perusahaan yang pada akhirnya berimbas pada
pemaksimuman kemakmuran pemegang saham, tidak lepas dari keputusan dan
kebijakan manajemen perusahaan dalam berinvestasi. Perluasan usaha (ekspansi)
merupakan salah satu usaha investasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam
rangka untuk menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi, menambah divisi
baru, dan bentuk yang lainnya yang umumnya diartikan sebagai ekspansi internal.
Disamping bentuk alternatif ekspansi intern ini, kita juga mengenal apa yang disebut
sebagai merger dan akuisisi dalam kegiatan ekspansi (perluasan usaha) yang
dilakukan oleh suatu perusahaan. Adapun keputusan perusahaan untuk melakukan
perluasan usaha (ekspansi) merupakan keputusan investasi oleh karenanya, sebelum
mengambil keputusan mengenai ekspansi ini, maka pertimbangan untung ruginya
harus diperhitungkan.
2.3 Akuisisi
2.3.1 Pengertian Akuisisi
Akuisisi Menurut Coyle (2000:14): ”An acquisition, or take over, occurs
when one company acquires from another company either a controlling interest in
the company’s stocks, or a business operation and its asset”. Di dalam akuisisi
terdapat istilah akuisitor (acquirer/holding company) dan perusahaan target (target
company/subsidiaries). Akuisitor adalah perusahaan yang melakukan
pengambilalihan terhadap perusahaan, sedangkan perusahaan target adalah
perusahaan yang diambil alih kepemilikannya oleh akuisitor.
Menurut Sudarsaman (1995:1) “Mergers and acquisitions are means of
corporate expansion and growth, they are not the only means of corporate growth but
an alternative to growth by internal or another capital investment.” Sedangkan
Levine (Nurdin, 1995:2) memberikan definisi akuisisi sebagai berikut: “The term of
acquisition is used for any transaction accounting between willing parties in which
the buyer acquires all of part of the assets of seller.”
Bab IITinjauan Pustaka
19
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 tentang
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan
akuisisi sebagai berikut: akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih seluruh atau sebagian besar
saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap
perseorangan tersebut.
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 22 mendefinisikan
akuisisi dari perspektif akuntansi berikut ini: Akuisisi adalah suatu penggabungan
usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh
kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan
memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.
Selain itu, akuisisi dapat pula dijelaskan dengan menggunakan diagram
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Diagram klasifikasi Take Over
Sumber: Ross, Westerfield and Jaffe (1997:771)
Masing-masing istilah dalam klasifikasi take over di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana satu
perusahaan yang bergabung tetap hidup sedangkan perusahaan lainnya
dilikuidasi.
Take Over Acquisition of Assets
Acquisition of Stock
Mergers or Consolidation
Going Private
Proxy Contest
Acquisition
Bab IITinjauan Pustaka
20
Consolidation (konsolidasi) merupakan dua atau lebih perusahaan menjadi
satu dan kedua perusahaan yang bergabung dilikuidasi.
Proxy Contest merupakan teknik yang digunakan oleh perusahaan yang akan
mengakuisisi untuk berusaha merebut kendali atas target company. Akuisitor
mencoba meyakinkan para pemegang saham target company bahwa
manajemen perusahaan yang sekarang perlu diberhentikan dan diganti dengan
susunan direksi yang diinginkan oleh pengakuisisi. Bila pemegang saham
melalui proxy votes menyetujuinya, maka perusahaan akuisitor mendapatkan
kendali atas target company tanpa harus membayar harga premium untuk
perusahaan.
Going Private, semua saham perusahaan publik dibeli oleh sekelompok kecil
investor.
Acquisition of Stock merupakan pengambilalihan dengan membeli sebagian
besar saham (shares outstanding) target company oleh akuisitor.
Acquisition of Assets merupakan pengambilalihan melalui pembelian aset
target company oleh perusahaan akuisitor.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas akuisisi adalah strategi ekspansi perusahaan
dalam memperbesar kegiatan usahanya dengan tujuan meningkatkan kekayaan
perurusahaan.
2.3.2 Klasifikasi Akuisisi
Berdasarkan ketertarikan operasi menurut Riyanto (1996: 301) akuisisi dapat
dibedakan atas:
1. Akuisisi Horizontal
Akuisisi yang dilakukan terhadap perusahaan yang mempunyai bisnis atau
usaha yang sama.
2. Akuisisi Vertikal
Bab IITinjauan Pustaka
21
Akuisisi yang dilakukan terhadap perusahaan yang berada pada tahap proses
produksi yang berbeda. Perusahaan membeli perusahaan lain yang merupakan
konsumen dari produk dan jasa yang dihasilkannya.
3. Akuisisi Konsentrik Pemasaran
Akusisi yang dilakukan dengan harapan ada pemanfaatan saluran distribusi
yang sama dari berbagai produk yang menggunakan teknologi yang berlainan.
Dengan pemanfaatan jaringan distribusi seefisien mungkin akan
meningkatkan daya saing perusahaan di masa yang akan datang.
4. Akuisisi Konsentrik Teknologi
Perusahaan yang diakuisisi mempunyai teknologi sama tapi saluran
distribusinya berbeda. Dengan berteknologi sama dijamin pangsa pasar akan
luas sebab dapat diupayakan produk dengan berbagai macam kebutuhan.
5. Akuisisi Konglongmerat
Akuisisi terhadap perusahaan yang tidak mempunyai keterkaitan operasi.
Sasarannya adalah diversifikasi usaha dan pembagian risiko bisnis.
6. Akuisisi Bersahabat
Akuisisi yang sukses menuntut pemilihan perusahaan yang cermat,
perencanaan yang rapih, dan pendanaan yang tepat, akan tetapi tindakan-
tindakan teresebut tidaklah cukup. Keberhasilan akuisisi juga menuntut
kerjasama perusahaan akuisitor dan perusahaan yang diakuisisi.
7. Akuisisi Tidak Bersahabat
Penolakan terhadap suatu akuisisi muncul dalam berbagai bentuk dan tingkat
intensitas dimana semua bentuk penolakan ini tidak menguntungkan bagi
perusahaan akuisitor dan juga menyebabkan efek yang berbeda-beda terhadap
perusahaan sasaran dan para pemegang sahamnya.
Akuisisi juga diklasifikasikan berdasarkan metode perlakuan akuntansi yaitu:
a. Metode Pembelian (purchase)
Dalam metode pembelian dasar pembukuan adalah harga pasar dari harta,
bagi pihak yang mengalihkan ada keuntungan (kerugian) pengalihan harta dan harga
Bab IITinjauan Pustaka
22
perolehan harta bagi pihak yang memperoleh harta sebesar harga pasar. Seperti yang
diungkapkan oleh Beams dalam bukunya Advance Accounting (1996: 6):
“Under the purchases method, acquiring corporation records the assets received and liabilities assumed at their fair values. The cost of the acquired company is determined in the same manners as for other transactions. This cost is allocated to identifiable assets and liabilities acquired according to their fair values of the date of combination.” PSAK (2002:22.6, prgf 18) menyatakan bahwa penggunaan metode
pembelian untuk akuisisi suatu perusahaan dibukukan seperti halnya pembelian
aktiva lainnya. Hal ini dilakukan karena di dalam akuisisi terjadi transaksi pengalihan
aktiva timbulnya kewajiban atau penerbitan saham dalam rangka memperoleh kendali
atas aktiva neto dari operasi perusahaan lain. Metode pembelian menggunakan biaya
perolehan (cost) sebagai dasar mencatat akuisisi tersebut.
b. Metode Penyatuan (pooling of interest)
Dalam metode penyatuan kepentingan, dasar pembukuan adalah nilai buku
harta dari pihak yang mengalihkan, bagi pihak yang mengalihkan tidak ada
keuntungan pengalihan harta dan bagi pihak yang memperoleh harta membukukan
harga perolehan harta sebesar nilai buku dari pihak yang mengalihkan. Seperti yang
diungkapkan oleh Beams (1996: 6):
“Under the pooling of interest method, it is assumed that the ownership interest of the combining companies are united and continue relatively unchanged in the new accounting entity. Since none of the combining companies are considered to have acquired the other combining companies, there is no purchase, no purchase price, and accordingly, no new basis of accountability. Under the pooling method, the assets and liabilities of the combining companies are carried forward to the combined entity at value.” PSAK (2002: 22.5) menyatakan: Dalam keadaan tertentu, mungkin sulit
mengidentifikasi pengakuisisi. Tidak ada pihak dominan yang timbul dari
penggabungan tersebut, akan tetapi para pemegang saham perusahaan yang
bergabung bersama-sama mengendalikan seluruh (atau secara efektif seluruh) aktiva
neto dan operasi. Disamping itu manajemen perusahaan-perusahaan yang bergabung
Bab IITinjauan Pustaka
23
menjadi bagian dari manajemen perusahaan gabungan. Akibat para pemegang saham
perusahaan yang bergabung bersama-sama berbagi risiko dan manfaat atas
perusahaan gabungan tersebut. Penggabungan perusahaan yang demikian
diperlakukan sebagai penyatuan kepemilikan (prgf : 13).
Suatu penyatuan kepemilikan harus dilakukan dengan metode penyatuan
kepemilikan (pooling interest method) sebagai berikut: dalam menerapkan penyatuan
kepentingan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang bergabung untuk
periode terjadinya penggabungan tersebut dan untuk periode perbandingan yang
diungkapkan, harus dimasukkan dalam laporan keuangan gabungan seolah-olah
perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut.
(PSAK; 2002:22.16, prgf 58)
Sedangkan menurut Marcel Go (1992: 22-23) akuisisi sebagai salah satu
bentuk kombinasi bisnis yang dibagi menjadi dua tipe yaitu
1. Akuisisi finansial
Akuisisi finansial adalah tindakan akuisisi terhadap satu atau lebih perusahaan
dengan tujuan mencapai keuntungan finansial, cenderung beli murah dan jual tinggi.
Apabila transaksi dilakukan antar perusahaan yang dalam satu grup bisnis, harga beli
dapat lebih mahal dan juga dapat lebih murah tergantung dari kepentingan dan
keuntungan yang akan diperoleh pemilik mayoritas saham. Motif utamanya adalah
mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Perusahaan targetnya adalah
perusahaan yang sedang menurun atau kondisi relatif lemah. Indikasinya adalah
beban hutang relatif besar, pemasaran dan distribusi macet, dan harga saham
menurun. Namun tindakan akuisisi tersebut tidak selalu mencerminkan indikasi
buruk, dapat pula perusahaan target memiliki kondisi keuangan yang likuid, laba
relatif tinggi, dan prospeknya bagus.
2. Akuisisi Strategis
Akuisisi strategis merupakan akuisisi yang dilaksanakan bertujuan untuk
menciptakan sinergi pada pertimbangan-pertimbangan jangka panjang. Sinergi tidak
Bab IITinjauan Pustaka
24
terbatas pada kerangka, tetapi juga pada produksi distribusi,pengembangan dan
penggabungan teknologi.
Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas akuisisi
saham dan akuisisi aset, yaitu :
a. Akusisi Saham
Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli
perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan
dari penjual kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka
akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada
pembeli/pengakuisisi. Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang
paling umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi tersebut dapat
dilakukan dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang telah
dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas
sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan yang
mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang
melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke arah penguasaan manajemen
dan jalannya perseroan.
b. Akusisi Aset
Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia
dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika
pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan
akusisi parsial. Akusisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:
1. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak
pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual), jika
akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal ini segala
formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan,
termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan dihadapan Pejabat
Pembuatan Akta Tanah.
Bab IITinjauan Pustaka
25
2. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan
lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan
dengan cara tunai. Dan jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset
merupakan saham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan nama assets for
share exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang diakuisisi
tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi.
2.3.3 Motif dan Tujuan Akuisisi
Tindakan akuisisi dilakukan oleh banyak perusahaan dengan alasan bahwa
dengan melakukan akuisisi, perusahaan dapat mengurangi persaingan, untuk
perluasan pasar, meningkatkan skala ekonomi, dan lain-lain. Menurut Nurdin
(1995:3) motivasi perusahaan melakukan akuisisi di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi Persaingan
Akuisisi dalam bentuk integrasi horizontal ditujukan untuk mengakuisisi
pesaing langsung sehingga dapat mengurangi persaingan. Dengan banyaknya
pesaing yang masuk, maka itulah kesempatan perusahaan untuk
meningkatkan pertumbuhannya.
2. Perluasan Pasar
Dengan dilakukannya transaksi akuisisi, maka usaha perluasan pasar dapat
dicapai. Perusahaan akuisitor dapat melakukan akuisisi pada perusahaan target
yang terdapat di daalam maupun di luar negeri. Sehingga diharapkan pasar
baru yang terdapat di luar negeri dapat dimasuki perusahaan akuisitor.
3. Meningkatkan Skala Ekonomi
Melalui akuisisi pada perusahaan sejenis, maka efisiensi dapat ditingkatkan.
Faktor ini merupakan salah satu pendorong utama terjadinya akuisisi
horizontal. Diharapkan dengan lebih rendahnya biaya produksi, kemampuan
bersaing setelah akuisisi akan lebih meningkat.
4. Menghemat Pajak
Bab IITinjauan Pustaka
26
Penghematan pajak yang dimaksudkan disini adalah pajak penghasilan (PPh).
PPh yang berasal dari penerimaan dividen, menjadi pajak atas capital gain.
5. Mengamankan Bahan Baku
Bagi perusahaan industri, bahan baku merupakan faktor yang sangat penting
dalam memproduksi suatu produk. Transaksi akuisisi ini dilakukan untuk
mengamankan jalur suplai bahan baku yang diperlukan untuk melakukan
proses produksinya.
6. Pemanfaatan Fasilitas Utang
Perusahaan akuisitor dapat memanfaatkan fasilitas utang dengan akuisisi
untuk membiayai operasi. Fasilitas utang ini berasal dari dana pinjaman
perusahaan target yang belum digunakan.
Alasan lain perusahaan melakukan akuisisi yang dikemukakan oleh
Harrington dan Wilson (1991) adalah sebagai berikut: Managers engaged in this
activity have given a number of reason for making acquisition:
1. To lower financial cost
2. To diversity and thus reduce risk
3. To increase the EPS of the acquiring firm
4. To use the excess funds
5. To provide needed funds
6. To purchase an undervalued company
7. To take advantage of economics of scale or size
However, alll these reasons can be reduce to one: To create value for the firms
shareholders.
Menurut Gaughan (1996) menjelaskan motif terjadinya merger dan akuisisi
sebagai berikut:
1. Sinergi, baik dalam bentuk sinergi operasi (economic of scale) maupun sinergi
keuangan. Sinergi dari akuisisi adalah tercapainya skala ekonomi hasil dari
penggabungan perusahaan dengan overhead yang lebih rendah. Skala
ekonomi yang diperoleh dari kombinasi biaya overhead yang lebih rendah ini
Bab IITinjauan Pustaka
27
akan meningkatkan pendapatan pada suatu level yang lebih besar daripada
penjumlahan pendapatan dari masing-masing perusahaan yang berdiri sendiri.
Sinergi sangat jelas terlihat ketika suatu perusahaan bergabung melakukan
akuisisi dengan perusahaan lain pada lini bisnis yang sama, karena banyak
fungsi-fungsi yang berlebihan sehingga dapat dieliminasi.
2. Kebutuhan perusahaan untuk mendiversifikasi unit usahanya seperti yang
dilakukan Phillip Morris (PM) yang mengajuisisi Kraft, General Food, Jacob
Suchard, dan belakangan ini Nabisco untuk melakukan diversifikasi usaha di
luar bisnis rokok. Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat di
dalam hal ukuran atau market share atau diversifikasi produk-produknya,
akan menemukan bahwa akuisisi dapat digunakan untuk memenuhi tujuan
tersebut. Daripada harus melalui proses yang panjang dan membutuhkan
waktu yang cukup lama ketika melakukan internal growth atau diversifikasi,
maka perusahaan dapat memperoleh tujuan yang sama dengan hanya
membutuhkan waktu yang relatif lebih pendek melalui akuisisi dengan
perusahaan yang ada. Strategi ini cenderung mengeluarkan biaya yang lebih
sedikit daripada melakukan pengembangan kapasitas produk. Jika perusahaan
yang akan berekspansi dapat mencari perusahaan target yang dapat memenuhi
tujuan going concern-nya, maka perusahaan tersebut dapat menghindari
risiko-risiko yang berhubungan dengan proses desain, manufaktur, dan
penjualan dari tambahan produk atau produk baru tersebut. Selain itu ketika
perusahaan berekspansi atau memperluas lini produknya dengan cara
mengakuisisi perusahaan lain, maka perusahaan tersebut berarti juga telah
menghindari munculnya pesaing yang potensial.
3. Integrasi horizontal dalam bentuk upaya meningkatkan market share
perusahaan tersebut di dalam industri, dan integrasi vertikal, yang berarti
perusahaan berupaya mendapatkan akses terhadap supply input yang mereka
perlukan. Misalnya dalam kasus Golf Oil yang diambil alih Chevron karena
Bab IITinjauan Pustaka
28
tergiur atas tingginya tingkat cadangan minyak mentah yang dimiliki
perusahaan tersebut.
4. Perbaikan manajemen dan teknologi. Sering kali sebuah perusahaan memiliki
potensi yang tinggi untuk berkembang, hanya saja perusahaan memiliki
keterbatasan-keterbatasan dalam bidang-bidang manajemen tertentu, kealpaan
produk yang dibutuhkan, atau kealpaan teknologi produksi. Apabila
perusahaan tidak dapat menyewa manajemen atau mengembangkan teknologi
yang dibutuhkannya, maka perusahaan tersebut dapat mengkombinasikannya
dengan perusahaan ynag memiliki kompetensi tersebut, seperti perusahaan
dengan kemampuan manajerial yang baik dan keahlian teknologi yang
dibutuhkan. Dan tentu saja setiap akuisisi harus memberikan kontribusi untuk
memaksimalkan kekayaan dari masing-masing pemilik perusahaan yang
melakukan akuisisi.
5. Motif pajak yaitu perusahaan dapat mengambil alih kerugian pajak yang dapat
ditransfer untuk digunakan meng-offset pendapatan. Dalam kasus seperti ini,
tax benefit biasanya diperoleh perusahaan yang memiliki tax carry-forward.
Artinya, tax loss perusahaan tersebut dapat dimanfaatkan pada income yang
akan datang dari perusahaan yang melakukan akuisisi, selama 20 tahun atau
sampai total tax loss terpenuhi, tergantung peristiwaq apa yang terjadi terlebih
dahulu. Sebuah perusahaan dengan tax loss, dapat mengakuisisi perusahaan
yang memiliki kemampualabaan yang baik dalam rangka memanfaatkan tax
loss-nya. Dalam hal ini perusahaan akuisitor dapat dengan tajam menaikkan
after-tax-earnings kombinasi dengan cara mengurangi taxable income dari
perusahaan yang diakuisisi. Suatu tax loss juga dapat bermanfaat ketika
perusahaan yang memiliki kemampuan profit yang tinggi mengakuisisi
perusahaan yang memiliki tax loss. Walaupun demikian, kedua kondisi
akuisisi di atas tidak hanya menekankan akuisisi atas dasar tax benefit, tetapi
haruslah memiliki tujuan tertentu yang konsisten dengan tujuan untuk
meningkatkan kekayaan pemilik.
Bab IITinjauan Pustaka
29
2.3.4 Akuisisi dan Sinergi
Transaksi akuisisi dilakukan jika akuisisi menguntungkan perusahaan yang
diakuisisi dan juga perusahaan akuisitor. Kondisi mutualisme tersebut terjadi karena
adanya sinergi, nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar dari
penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Sinergi muncul
akibat dari economic dependence dari kegiatan kedua perusahaan tersebut. Menurut
Damodaran (1997:676) definisi sinergi adalah sebagai berikut: Synergy is the
increase in value from combining two firms into one entity, that is the difference in
value between the combined firm and the sum of the individual firm’s value.
Penggunaan sumber-sumber yang komplementer antara perusahaan yang
melakukan akuisisi merupakan sinergi yang pada akhirnya akan menciptakan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan itu dibandingkan dengan para pesaingnya.
Upaya-upaya manajerial yang dicurahkan untuk mengintegrasikan operasi-operasi
yang terpisah ke dalam satu unit perusahaan atau bisnis baru sangat penting bagi
penciptaan sinergi melalui akuisisi. Tanpa integrasi yang efektif bagi perusahaan akan
sulit untuk menciptakan sinergi melalui akuisisi.
Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber (1) Penghematan operasi,
yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau
distribusi; (2) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih
rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) Perbedaan
efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan
aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4)
Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham, 2001).
2.3.5 Proses Akuisisi
Proses dalam mengakuisisi sebuah perusahaan dimulai dengan mencari
kandidat perusahaan target akuisisi yang tepat dan potensial. Penilaian awal
diperlukan ketika telah menemukan perusahaan target, jadi dapat dilakukan penilaian
untuk menentukan harga awal. Dalam sebuah negosiasi pengambilalihan, akan
Bab IITinjauan Pustaka
30
terdapat diskusi-diskusi dan penelitian lebih lanjut untuk perkiraan harga sebuah
perusahaan. Sebuah pertimbangan harga dan pembelian kemudian disetujui oleh
manajemen kedua belah pihak maupun para pemegang saham. Terdapat beberapa
pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai proses akuisisi. Menurut Rusli
(1992:10), proses akuisisi harus melalui tahapan sebagai berikut:
1. Izin dari pemegang saham kedua perusahaan
2. Proses negosiasi yang panjang dan mengikutsertakan akuntan, penasehat
hukum dan investment broker
3. Melakukan pembelian saham yang ada ditangan publik baik investor
minoritas maupun individu
4. Kewajiban atau hutang perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban
perusahaan pengambil alih
5. Peleburan sistem manajemen ke dalam manajemen baru perusahaan
pengambil alih
6. Proses perizinan mungkin akan lebih kompleks terlebih-lebih bila kedua
perusahaan tersebut merupakan public company
7. Dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena pengembalian
saham akan bersifat pelelangan dengan tendering dan bidding.
Sedangkan menurut Coyle dalam bukunya (2000:27) :
“Takeover process :
1. Search for suitable candidates
2. Screening process
3. Identify target initial valuation
4. Make approach
5. Negotiations
a. formal bid
b. clear with regulatory authorities
6. Arranging financing
7. Takeover occurs”
Bab IITinjauan Pustaka
31
Menurut Moin (2007:112) tahap-tahap proses akuisisi sebagai berikut:
Gambar 2.2
Bagan Proses Pentahapan Akuisisi
Perencanaan
Proses
Pasca Akuisisi
Identifikasi Awal
Tahap ini perusahaan akuisitor mencar dan mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin perusahaan-perusahaan yang potensial untuk diakuisisi.
Identifikasi ini tidak terlepas dari motivasi perusahaan dan akan menentukan
perusahaan yang seperti apa yang akan dijadikan target akuisisi.
Screening
Identifikasi Awal
Screeening
Penawaran Formal
Due Deligence
Negosiasi / Deal
Closing
Integrasi
Bab IITinjauan Pustaka
32
Screening adalah proses menyaring sekaligus memilih mana diantara calon
target yang paling layak untuk diakuisisi. Proses screening hanya dilakukan
apabila terdapat sua atau lebih calon dan hanya satu calon yang akan dipilih.
Penawaran Formal
Perusahaan akan membentuk tim yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
merger dan akuisisi. Tim ini akan melakukan pendekatan-pendekatan pada
perusahaan target untuk memberitahukan tentang maksud akuisisi.
Due Deligence
Due deligence atau uji tuntas adalah investigasi menyeluruh dan mendalam
terhadap berbagai aspek perusahaan target. Hal ini dilakukan untuk
memberikan informasi sedetail mungkin tentang kondisi perusahaan target
dilihat dari semua aspek. Aspek-aspek yang dilihat yaitu legal due diligence,
financial due diligence, organization and management due diligence,
comercial due diligence, dan production and technology due diligence.
Negosiasi / Deal
Terdapat dua pihak pada perusahaan target yang harus memberikan
persetujuan agar proses akuisisi berjalan normal yaitu manajemen dan
pemegang saham. Terdapat beberapa kemungkinan dalam negosiasi, pertama
pihak manajemen setuju tetapi pemegang saham menolak. Kedua, pihak
manajemen menolak tetapi pihak pemegang saham setuju. Ketiga, pihak
manajemen dan pemegang saham tidak setuju. Keempat, kedua belah pihak
setuju dan proses akuisisi berlanjut pada closing.
Closing
Jika negosiasi mencapai kesepakatan berarti persetujuan formal akuisisi telah
terlaksana dan selanjutnya dilakukan closing. Closing berarti diserahkannya
pembayaran oleh akuisitor kepada pemegang saham perusahaan yang
diakuisisi.
Integrasi
Bab IITinjauan Pustaka
33
Integrasi berarti tahap dimulainya ‘kehidupan baru’ setelah perusahaan
melakukan penggabungan bisnis sebagai satu kesatuan entitas ekonomi.
2.3.6 Keuntungan dan Kerugian Akuisitor dari Peristiwa Akuisisi
Keuntungan pengagabungan usaha dengan cara akuisisi bagi akuisitor adalah
sebagai berikut:
1. Efek leverage
Perusahaan dapat mengontrol sejumlah besar aset dengan hanya berinvestasi
dalam jumlah uang yang lebih kecil dari pada dengan melakukan merger atau
konsolidasi (pengambilalihan secara penuh).
2. Penghindaran risiko bagi akuisitor
Apabila ada kegagalan dari perusahaan akuisisi, maka tidak akan
menyebabkan kegagalan secara keseluruhan.
3. Tuntutan hukum terhadap perusahaan akuisisi tidak akan mengancam
perusahaan akuisitor.
4. Lebih mudah untuk mendapatkan kontrol
Hal ini karena akuisitor tidak membutuhkan persetujuan dari pemegang saham
atau pihak manajemen dalam melakukan kontrolnya.
Kerugian penggabungan usaha dengan akuisisi bagi perusahaan akuisitor:
1. Meningkatkan risiko
Dengan adanya leverage effect, maka risiko akuisitor akan meningkat
2. Pajak berganda
Double taxation terjadi bila kepemilikan atas perusahaan akuisisi kurang dari
80%.
3. Sulit untuk dianalisis
Karena lebih kompleks maka perusahaan akuisitor lebih sulit dianalisis.
4. Tingginya biaya administrasi
Karena perusahaan akuisisi diperlakukan sebagai suatu entitas yang terpisah
maka komunikasi dan koordinasi akan lebih sulit dilakukan. Hal ini akan
Bab IITinjauan Pustaka
34
menimbulkan cost administration yang lebih besar dibandingkan dengan
melakukan merger daan konsolidasi.
2.3.7 Kegagalan Akuisisi
Meskipun populer dan penting baik bagi perusahaan besar maupun kecil,
banyak akuisisi yang tidak menghasilkan keuntungan finansial seperti yang
diharapkan atau diingnkan oleh perusahaan akuisitor.
Beberapa penyebab kegagalan dalam akuisisi, yaitu:
1. Kelebihan pembayaran (over paying)
2. Pengalaman pengelolaan akuisisi yang kurang
3. Kegagalan mempertahankan dan memberi motivasi pada karyawan
perusahaan target
4. Pembayaran perusahaan target yang relatif lebih berat sehingga kesulitan
penyediaan bberbagai sumber daya
5. Kecurangan dalam perusahaan target
6. Kegagalan dalam meramalkan peristiwa yang akan terjadi
7. Bencana (force majeur)
Sedangkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Coopers dan Lybrand
yang ditulis oleh Sudarsaman (1995:265) :
“Penyebab kegagalan akuisisi dalam persentase:
1. Sikap manajemen perusahaan target dan perbedaan budaya (85)
2. Tidak adanya perencanaan integrasi pasca akusisi (80)
3. Kurangnya pengetahuan mengenai industri atau perusahaan target (45)
4. Buruknya manajemen perusahaan target
5. Tidak adanya pengalaman akuisisi (30)”
Bab IITinjauan Pustaka
35
2.4 Nilai Perusahaan
2.4.1 Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki, karena pemilik
perusahaan menyukai peningkatan kekayaan maka tujuan peningkatan perusahaan
dipergunakan sebagai tujuan normatif. Nilai perusahaan dapat diukur dari tinggi
rendahnya harga saham dari perusahaan yang go public dan besarnya profit yang
dihasilkan perusahaan bersangkutan. Tinggi rendahnya harga saham banyak
dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri. Apabila harga saham dan profit
perusahaan naik maka hal itu berarti nilai perusahaan itu tinggi begitu pun sebaliknya.
Dengan meningkatnnya nilai perusahaan menjadi lebih makmur sehingga mereka
menjadi lebih senang dan akan loyal terhadap perusahaan tersebut.
Pengertian nilai perusahaan menurut Brigham dan Ehrhardt (2002:47) adalah
sebagai berikut: Value is determined by results as reaveable in financial statement.
Value of firm is stakeholder wealth maximization,which translates into maximazing
the price of the firm’s common stock. Artinya, nilai perusahaan merupakan penentuan
dari perbandingan hasil sebagai kinerja perusahaan yang terlihat dari laporan
keuangan. Nilai perusahaan terlihat dari maksimalisasi kekayaan pemegang saham
yang dimaksudkan menjadi memaksimumkan harga saham biasa perusahaan.
Adapun Sartono (2001:226) berpendapat bahwa perusahaan ialah
penjumlahan nilai sendiri (E) dan nilai utang (D). Berbeda dengan Sartono, menurut
Penman (2001:21) nilai perusahaan adalah value of the firm is the value of the payoffs
a firms is expected to yield for all its calimants. Artinya nilai perusahaan adalah nilai
yang diterima atas suatu investasi, biasanya dalam bentuk kas, yang diharapkan
memberi keuntungan bagi para penanam modal.
Martono dan Harjito (2002:13) juga mengatakan bahwa memaksimalkan nilai
perusahaan disebut sebagai memaksimumkan kemakmuran pemegang saham
(stockholder wealth maximization) yang dapat diartikan juga sebagai
Bab IITinjauan Pustaka
36
memaksimumkan harga saham biasa dari perusahaan (maximizing the price of the
firm’s common stock).
2.4.2 Jenis-Jenis Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan kemakmuran pemegang saham, yang artinya memaksimalkan nilai
saham. Terdapat beberapa jenis konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan
yang dapat diukur menurut Gitman (2003;108) yaitu:
1. Nilai Nominal/Nilai Kelangsungan Usaha
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran
dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan
juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.
2. Nilai Pasar
Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-
menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham
perusahaan dijual di pasar saham.
3. Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu
kepada perkiraan nilai riil perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai
intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai
perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan
keuntungan dikemudian hari.
4. Nilai Buku
Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep
akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total
aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.
5. Nilai Likuidasi
Niali likuidasi adalah jumlah seluruh aset perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasidapat dihitung dengan
Bab IITinjauan Pustaka
37
cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca
performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.
2.5 Penilaian Perusahaan
2.5.1 Definisi Penilaian Perusahaan
Penilaian atau penaksiran nilai perusahaan adalah penentuan nilai atau harga
perusahaan. Harga yang dimaksud adalah harga wajar sesuai dengan kondisi riil
perusahaan dengan mempertimbangkan prospek perusahaan di masa yang akan
datang. Pengukuran nilai perusahaan yang dilakukan oleh instansi atau badan usaha
digunakan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas kegiatan
operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Selain itu, melalui
penilaian perusahaan ini, perusahaan mampu memilih strategi yang lebih baik untuk
dilaksanakan dalam mencapai tujuan perusahaan.
Tinggi dan rendahnya nilai perusahaan dapat diketahui melalui profitabilitas
yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Profitabilitas dapat dilihat melalui analisis
laporan keuangan. Selain itu nilai perusahaan dapat dilihat dari nilai saham bagi
perusahaan yang go public. Beberapa teknik penilaian menurut Moin (2007:157):
1. Model pertumbuhan dividen
Model ini menggunakan input data berupa jumlah dividen yang dibayarkan
dan men-discounted-kan dengan cost of equity untuk menentukan nilai
ekuitas. Beberapa variasi model ini adalah apabila dividen tersebut
mengalami pertumbuhan sangat tinggi (super normal) dan pertumbuhan
konstan.
2. Discounted cash flow
Penentuan nilai perusahaan dengan input berupa perkiraan cash flow di masa
yang akan datang dan perkiraan cash flow tersebut di-discounted denagn
biaya modal (cost of capital). Selanjutnya untuk menentukan nilai ekuitas,
nilai perusahaan ini harus dikurangkan dengan nilai pasar hutang.
Bab IITinjauan Pustaka
38
3. Price Earning Ratio pendekatan ini hanya memerlukan satu periode prakiraan
harga saham dan prakiraan laba per lembar saham.
4. Return on investment pendekatan ini memerlukan input data berupa prakiraan
tingkat pengembalian investasi (ROI) dan prakiraan laba sebelum bunga dan
pajak untuk menentukan nilai perusahaan.
Dari segi profitabilitas, nilai perusahaan dapat diketahui melalui rasio ROI (return on
investment) sedangkan dari segi saham melalui PER (price earnings ratio).
2.5.2 Retun On Investment (ROI)
Analisis ROI dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting
karena merupakan salah satu teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur
tingkat efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI merupakan rasio
profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi
yang ditanamkan dalam total aset untuk menghasilkan keuntungan.
Rasio profitabilitas yang diindikasikan oleh ROI sering digunakan sebagai
penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam mengasilkan laba serta dasar
mengevaluasi perencanaan, penetapan tujuan dan peningkatan kinerja keuangan.
Menurut Bergevin (2002; 274) ROI diartikan sebagai “Measure of wealth creation
from a given level and type of capital”. Sedangkan menurut Riyanto (2001; 336) arti
ROI adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan keuntungan neto.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi kerja yang diraih oleh suatu
perusahaan, oleh karena itu pengukuran kinerja keuangan perusahaan juga
memerlukan suatu analisis yang mampu menganalisis kemampuan perusahaan secara
menyeluruh. Berdasarkan alasan tersebut, analisis tingkat pengembalian investasi
dengan teknik analisisnya yang bersifat komprehensif tadi seringkali dijadikan
sebagai acuan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Harahap (2004:305) ROI dapat diperoleh dengan rumus:
Bab IITinjauan Pustaka
39
ROI = ���� ����
���� ���� ����� x 100%
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui rasiio ini, kita bisa
menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktiva dalam kegiatan
operasional perusahaan.
2.5.3 Kegunaan Return On Investment (ROI)
ROI digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
mengahasilkan laba dari keseluruhan investasi yang ditanamkan dengan
menggunakan aktiva yang ada. Adapun beberapa kegunaan dari ROI menurut
Munawir (2001: 91-92) sebagai berikut:
1. Analisis ROI bersifat menyeluruh, artinya apabila perusahaan telah
menjalankan praktik akuntansi yang baik maka manajemen dapat
menggunakan teknik analisis ROI untuk mengukur efisiensi dan efektivitas
penggunaan aset-aset operasi, produksi dan penjualan.
2. Apabila data industri yang sejenis tersedia, maka perusahaan dapat
membedakan perbandingan tingkat ROI dengan perusaahaan-perusahaan lain
yang sejenis. Hal ini dapat memperlihatkan tingkat efisiensi dan efektifitas
penggunaan modal perusahaan dengan menganalisis kekuatan atau kelemahan
dibandingkan dengan perusahaan lain sejenis.
Analisis ROI selain berguna untuk keperluan pengendalian juga berguna
untuk keperluan perencanaan. Menurut Gibson (2001: 29) yaitu “This ratio measures
the ability of the firm to reward those who provide long term funds and to attract
provides of future funds”. Artinya bahwa kemampuan ukuran-ukuran rasio pada
perusahaan untuk memberikan penghargaan pada siapa saja yang memberikan modal
jangka panjang dan untuk menyediakan modal untuk masa mendatang. Rasio ini
memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
Bab IITinjauan Pustaka
40
menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh
pendapatan.
2.5.4 Price Earnings Ratio (PER)
Salah satu indikator dari rasio penilaian pasar adalah price earning ratio
(PER) yang dapat mempengaruhi harga saham. PER merupakan salah satu indikator
yang digunakan investor setiap hari untuk menilai pasar. PER menunjukkan seberapa
basar investor bersedia untuk membayar per satuan mata uang dari keuntungan yang
dilaporkan dan inilah yang menjadikan instrumen ini cukup penting. Kebanyakan
manajer keuangan menganggap baik apabila saham suatu perusahaan dijual pada
tingkat PER tinggi, karena tingginya PER mencerminkan bahwa investor
beranggapan perusahaan itu memiliki pendapatan yanng relatif aman.
Definisi price earning ratio (PER) menurut Jogiyanto (2009: 145) merupakan
rasio yang menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap
kelipatan dari earnings. Perusahaan diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan
rata-rata sementara di lain pihak mampu membagikan laba dalam proporsi yang
besar. Pertumbuhan dan pembagian laba yang tinggi akan menumbuhkan minat para
investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan menaikkan permintaan saham
dan akhirnya akan menaikkan harga saham. Price earning ratio (PER) yang tinggi
akan menyebabkan harga harga saham yang tinggi, begitu pula sebaliknya price
earning ratio yang rendah akan menyebabkan harga saham yang rendah sehingga
price earning ratio (PER) berpengaruh positif terhadap harga saham.
Price earning ratio (PER) mempunyai arti yang cukup penting dalam menilai
suatu saham, rasio ini merupakan suatu indikasi tentang harapan masa depan
perusahaan. PER merupakan fungsi dari pendapatan yang diharapkan di masa yang
akan datang, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang diharapkan
maka semakin tinggi pula PER-nya. PER secara teoritis merupakan indikator yang
dapat digunakan untuk menentukan apakah harga saham tertentu dinilai terlalu tinggi
Bab IITinjauan Pustaka
41
(overvalued) atau terlalu rendah (undervalued), sehingga para calon investor dapat
menentukan kapan sebaiknya saham dibeli atau dijual.
Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2008: 198) price earning ratio (PER) dapat
dicari menggunakan rumus:
Price Earning Ratio = ����� � ���
������ ��� � ��� �����Menurut Baridwan (1992:333), Earning per share adalah jumlah pendapatan yang
diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai
oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan.
Menurut Gitman (2006: 13), EPS dapat dirumuskan sebagai berikut:
Earning Per Share = ������ �������� ��� ������ �����
������ �� � ��� �� ������ ����� ����������Sedangkan harga saham adalah nilai atau jumlah uang yang dibutuhkan untuk
membeli satu lembar saham tertentu.
2.5.5 Kegunaan Price Earning Ratio (PER)
Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar
menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS-nya. PER menunjukkan
hubungan antara pasar saham biasa dengan EPS, makin besar PER suatu saham maka
harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.
PER menunjukkan angka dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang
(Prastowo, 2002:96).
Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai
PER yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan
pertumbuhan laba di masa yang mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai PER yang rendah pula. Semakin
rendah harga PER suatu saham maka semakin baik atau semakin murah harganya
untuk diinvestasikan. PER menjadi makin rendah nilainya bisa karena harga saham
cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi
Bab IITinjauan Pustaka
42
semakin kecil nilai PER maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan
semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi
perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak
investor untuk membeli saham tersebut (Ang, 2001:69).
2.6 Laporan Keuangan
2.6.1 Definisi Laporan Keuangan
Setiap perusahaan dalam suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan
semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terlihat bagaimana kondisi
perusahaan yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki
perusahaan. Keuntungan dengan membaca laporan keuangan ini adalah pihak
manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan
yang dimilikinya (Kasmir, 2008:253).
Laporan keuangan adalah ringkasan dari proses akutansi selama tahun buku
yang bersangkutan yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap data atau aktivitas perusahaan tersebut. Dalam laporan keuangan termuat
informasi mengenai jumlah kekayaan/aset dan jenis-jenis kekayaan yang
dimiliki.kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjang serta ekuitas (modal ssendiri) yang dimilikinya. Informasi yang memuat
seperti di atas tergambar dalam laporan keuangan yang kita sebut neraca. Laporan
keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh
perusahaan dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban-beban yang
dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam
laporan laba rugi. Laporan keuangan perusahaan juga memberikan gambaran tentang
arus kas suatu perusahaan yang tercantum dalam laporan arus kas.
Bab IITinjauan Pustaka
43
2.6.2 Sifat Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran kemajuan
(progress report) perusahaan secara periodik. Jadi laporan keuangan bersifat historis
serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari
data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat,
prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akutansi serta pendapat pribadi.
Fakta-fakta yang telah dicatat, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari
catatan akutansi, pencatatan dari pos-pos ini merupakan catatan histories dari
peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan
dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian
maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu
perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir.
Prinsip dan kebiasaan di dalam akutansi, data yang dicatat didasarkan pada
prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip
akutansi yang lazim, di dalam akutansi juga digunakan prinsip atau anggapan-
anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara
lain : bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern,
konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekuensinya
bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk
perusahaan yang masih berjalan yang didasarkan pada nilai atau harga pada
terjadinya peristiwa itu. Jadi jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah
nilai realisasi jika aktiva tersebut dijual.
2.6.3 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat untuk suatu tujuan dimana tertuang dalam Prinsip
Akutansi Indonesia 1984 mengenai tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
Bab IITinjauan Pustaka
44
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam sumber ekonomi neto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan
yang timbul dari aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan
di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam
sumber-sumber ekonomi dan kewajiban seperti informasi mengenai aktivitas
pembelanjaan dan penanaman
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan,
seperti informasi mengenai kebijaksanaan akutansi yang dianut perusahaan.
Menurut PSAK no.1 tujuan utama laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan yang dipertanggungjawabkan kepada mereka.
Dalam bukunya, Kasmir (2008:254) menjelaskan bahwa pembuatan masing-
masing laporan keuangan memiliki tujuan sendiri. Secara umum tujuan-tujuan
pembuatan laporan keuangan suatu perusahaan adalah untuk memberikan informasi
keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki oleh perusahaan,
memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban
baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang perusahaan, memberikan
informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal perusahaan pada
waktu tertentu. Selain itu pembuatan laporan keuangan juga dapat memberikan
informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh
dan sumber-sumber pendapatan perusahaan, dan memberikan informasi keuangan
tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang
dikeluarkan dalam periode tertentu. Pembuatan laporan keuangan juga memberikan
informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan
Bab IITinjauan Pustaka
45
modal perusahaan, serta memberikan informasi tentang kinerja manajemen dan nilai
perusahaan dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.
2.7 Saham
2.7.1 Definisi Saham
Saham secara sederhana dapat didefinisikan sebagai salah satu sumber dana
yang diperoleh perusahaan yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi
perusahaan harus memberikan kontra terhadap modal tersebut dalam bentuk dividen
dan apresiasi harga saham. Ada beberapa karakteristik saham, yaitu:
1. Saham termasuk financial asset, investor membeli saham karena
mengharapkan akan memperoleh pendapatan, baik dividen maupun capital
gain.
2. Saham megandung risiko, risiko melekat pada saham umumnya dibagi atas
risiko sistematis dan tidak sistematis. Risiko sistematis adalah risiko yang
akan dialami oleh semua saham dan tidak dapat dihindari, misalnya karena
resesi dunia. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang berkaitan dengan
kejadian-kejadian random, risiko ini tidak sama antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya.
3. Saham mengandung umur ketidakpastian, harga per saham kadang naik dan
kadang turun. Tingkat keuntungan berupa dividen juga tidak tetap, bahkan
kadang perusahaan tidak membagikan dividen bila keuntungan yang didapat
tidak mencukupi atau bila perusahaan akan melaksanakan ekspansi.
2.7.2 Penggolongan Saham
Ditinjau dari segi manfaat pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi
saham biasa dan saham istimewa. Saham biasa adalah kepemilikan dalam sebuah
perusahaan. Para investor berharap memperoleh dividen sebagai bagian dari
keuntungan dan berharap harga saham naik sehingga investasi merekan akan
bertambah nilainya. Sedangkan saham istimewa adalah saham yang berbentuk
Bab IITinjauan Pustaka
46
gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan
tetap (seperti bunga obligasi).
Widoatmodjo membedakan saham biasa ke dalam 7 jenis yaitu:
1. Blue-chip stocks, yaitu saham biasa perusahaan yang memiliki pendapatan
stabil dan konsisten dalam membayar dividen.
2. Income stocks, yaitu saham dari suatu emiten dimana emiten yang
bersangkutan dapat membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang
dibayar pada tahun sebelumnya.
3. Growth stock (well known), yaitu suatu saham jika emitennya merupakan
pimpinan di dalam industrinya, dan beberapa tahun berturut-turut mampu
mendapatkan hasil di atas rata-rata.
4. Grow stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang akan menjadi
pimpinan dalam industrinyaakan tetapi emiten saham ini uumnya tidak
menjadi pimpinan dalam industrinya, namun demikian saham ini tetap
mempunyai ciri-ciri seperti growth stocks (well known) yaitu mampu
mendapat hasil yan lebih dari penghasilan rata-rata tahun terakhir.
5. Speculative stocks, yaitu saham yang emitennya tidak secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun akan tetapi mempunyai
kemampuan pengahasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum
pasti.
6. Cyclical stocks, yaitu saham yang mengikuti pergerakan situasi ekonomi
makro atau kondisi bisnis secara umum.
7. Counter cyclical stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
2.7.3 Dividen
Dividen sebagai bentuk pengembalian atau distribusi kepada pemilik dan
investor perusahaan atas modal yan telah diinvestsikannya selama periode tertentu.
Setiap perusahaan mempunyai aturan-aturan (policies) yang berbeda atas pembagian
Bab IITinjauan Pustaka
47
dividen kepada pemilik. Sebuah perusahaan yang menghasilkan laba dalam satu
tahun belum tentu akan mendistribusikan dividen dalam jumlah besar kepada
pemiliknya karena pertimbangan investasi kembali. Jadi jika pemilik perusahaan
mengevaluasi kinerja dan prestasi manajemen berdasarkan jumlah dividen yang
dibagikan, maka mereka menggunakan indikator yang salah karena jumlah dividen
yang dibagikan tidak menunjukkan nilai tambah yan diciptakan manajemen dari
kegiatan operasinya sehari-hari.
2.7.4 Capital Gain / Loss
Brigham (1992:124) menyatakan pengertian capital gain adalah The profit
(loss) from the sales of capital asset for more (less) than it’s purchase price. Capital
gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan
adanya aktivitas perdanggangan saham di pasar sekunder. Umumnya pemodal degan
orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.
Saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return. Artinya saham
merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga
berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return
atau keuntungan dalam jumlah besar dengan waktu singkat. Namun, seiring dengan
berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami
kerugian besar dalam waktu singkat.
Dalam aktivitas perdagangan saham ada kalanya pemodal harus menjual
saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang
pemodal mengalami capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang untuk
menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya
harga saham, maka seorang investor rela menjual saham dengan harga rendah, istilah
ini dikenal sebagai cut loss.
Bab IITinjauan Pustaka
48
2.7.5 Harga Saham
Harga dari suatu saham digambarkan dengan nilai pasar (value market). Nilai
pasar yaitu harga saham biasa yang terjadi di pasar modal atas dasar permintaan dan
penawaran, seperti yang dinyatakan oleh Van Horne dan Wachowich (2005:543),
bahwa The market value per share is the current price at which the stock is traded.
Artinya bahwa nilai pasar itu merupakan nilai yang sesungguhnya digunakan dalam
transaksi perdagangan saham.
Menurut Sunariyah (2004:127), harga saham dapat dibedakan menjadi:
1. Harga nominal merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai
setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal biasanya
tergantung keinginan emiten.
2. Harga perdana merupakan harga sebelum harga saham dicatat di bursa (harga
yang ditawarkan kepada investornya). Besarnya harga perdana tergantung
pada persetujuan antara emisi dan penjamin emisi.
3. Harga pasar merupakan harga jual antara investor yang satu dengan investor
yang lain setelah saham dicatat di bursa. Transaksi ini melibatkan emiten dan
penjamin emisi. Harga pasar memiliki ketergantungan pada kekuatan
permintaan dan penawaran di pasar sekunder.
2.8 Keterkaitan Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh akuisisi
terhadap nilai perusahaan, namun hasilnya belum selalu konsisten. Penelitian yang
dilakukan oleh Annisa M.C.W (2010) bertujuan untuk menganalisis manajemen laba
dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2008-2009, yang sesuai dalam
kriteria sebanyak 12 perusahaan. Teknik sampling yang digunakan adalah non
probability sampling dengan pendekatan purposive sampling dan uji statistik dengan
menggunakan t-test sebelum dan sesudah akuisisi. Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turnover
Bab IITinjauan Pustaka
49
(TATO), net provit margin (NPM) dan return on asset (ROA) mengalami perubahan
yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATO
mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan
akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan
akuisisi.
Hasil negative dikemukakan oleh Payamta & Sholikah (2001) yang
menganalisis pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perbankan di Indonesia
terhadap 87 bank dari tahun 1990 sampai 1995 dan yang masuk sampel adalah 9
bank, metode yang digunakan adalah purposive sampling. Kinerja bank dianalisis
menggunakan CAMEL (aspek permodalan, kualitas aktiva, manajemen, rentabilitas
dan likuiditas), dengan hasil penelitian tidak adanya perbedaan yang signifikan pada
tingkat kinerja bank yang diukur dengan rasio camel untuk 1 tahun sebelum dan 1
tahun sesudah merger dan akuisisi. Menggunakan uji statisitik Wilcoxon Signed
Ranks Test dan uji Manova, dengan hasil menunjukan bahwa pengujian secara
serentak terhadap semua rasio keuangan perusahaan setelah melakukan M&A tidak
mengalami perbaikan dibandingkan sebelum melakukan M&A.
Penemuan Yudyatmoko dan Na’im (2000) yang melakukan pengujian
menggunakan paired sample t-test terhadap 34 kasus merger dan akuisisi selama
1989-1995 menemukan rata-rata profit margin selama tiga tahun sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi, menunjukan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan
antara rata-rata profit margin tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah merger dan
akuisisi. Menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank test, Tine D Langhe dan Hubert O
(2001) meneliti tentang apakah akuisisi dapat mensejahterakan perusahaan yang
melakukannya dan didapatkan kesimpulan bahwa rasio profitabilitas, solvabilitas,
likuiditas tidak terdapat perbedaan yang signifikan selama 5 tahun setelah akuisisi.
Dan untuk variabel gross added value dan personal expenses per employee terdapat
perbedaan, terjadinya peningkatan pada kedua variabel tersebut setelah akuisisi.
Pada penelitian Dyaksa Widya Putra (2006) melakukan penelitian terhadap 20
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi yang listing di Bursa Efek Jakarta
Bab IITinjauan Pustaka
50
(BEJ). Dengan menggunakan uji manova dan Wilcoxon Signed Rank test menunjukan
adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan EPS, OPM, NPM, ROE, dan
ROA untuk pengujian satu tahun sebelum dan satu tahun setelah merger dan akuisisi;
rasio keuangan OPM, dan ROE untuk pengujian satu tahun sebelum dan dua tahun
setelah merger dan akuisisi; rasio keuangan PBV, dan OPM untuk pengujian dua tahun
sebelum dan satu tahun setelah merger dan akuisisi; rasio keuangan OPM untuk
pengujian dua tahun sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi. Kinerja
perusahaan dari sisi saham (abnormal return) justru mengalami penurunan setelah
pengumuman merger dan akuisisi. Investor menganggap merger dan akuisisi yang
dilakukan oleh perusahaan tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan, bahkan
menjadi reverse synergy (pembalikan).