BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

44
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Dalam UU No. 21 Tahun 2008 pasal 1 tentang Perbankan, Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank syariah adalah bank yang menjalankan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Harahap, 2010). Ketentuan syariah dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pasal 1 angka 12 sebagai berikut (Harahap, 2010): “Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penet apan fatwa di bidang syariah.”

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Bank Syariah

2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah

Dalam UU No. 21 Tahun 2008 pasal 1 tentang Perbankan,

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,

serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Bank syariah adalah bank yang menjalankan usahanya berdasarkan Prinsip

Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (Harahap, 2010).

Ketentuan syariah dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah, pasal 1 angka 12 sebagai berikut (Harahap, 2010):

“Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki

kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.”

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

16

Memasuki gerbang pemahaman bank syariah akan berhadapan

dengan suatu paradigma baru, suatu pengertian atau pandangan yang sama

sekali baru yaitu (Muthaher, 2012):

Paradigma baru pertama adalah hubungan bank dengan nasabah.

Hubungan bank syariah dengan nasabah adalah hubungan kontrak

(contractual agreement) atau akad antara investor pemilik dana atau

shahibul maal dengan investor pengelola dana atau mudharib yang bekerja

sama untuk melakukan usaha yang produktif dan berbagi keuntungan secara

adil (mutual investement relationship). Adanya hubungan kerja sama

investasi tersebut pada dasarnya akan mewujudkan suatu hubungan usaha

yang harmonis karena berdasarkan suatu asas keadilan usaha dan menikmati

keuntungan yang disepakati secara proporsional. Apabila kita amati

hubungan nasabah dan bank konvesional maka pada dasarnya merupakan

suatu hubungan kreditur dengan debitur dengan menerapkan sistem bunga.

Sistem bunga yang diterapkan dalam bank konvensional merupakan

bentuk yang takterhindarkan sebagai suatu bentuk hubungan eksploitatif

antara bank dengan nasabah atau sebaliknya antara nasabah dengan bank,

hal ini dapat terjadi karena dalam pemberian kredit bank akan berusaha

mendapatkan bunga yang setinggi-tingginya sedangkan nasabah akan

berusaha menekan bunga serendah-rendahnya. Sebaliknya nasabah sebagai

deposan akan berupaya untuk mendapatkan bunga setinggi tingginya tanpa

memperhatikan kondisi bank yang sebenarnya yang sedang kesulitan

likuiditas, sehingga secara terus menerus mengalami negative spread dan

akhirnya modal negatif.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

17

Paradigma kedua adalah adanya larangan kegiatan usaha tertentu

oleh bank syariah yang bertujuan menciptakan kegiatan perekonomian yang

produktif, adil dan menjunjung tinggi moral. Bank syariah akan

mewujudkan produktifitas karena akan mengikis habis konsep time value of

money dan melarang transaksi yang bersifat spekulatif. Sejalan dengan

konsep Islam mengenai harta benda dan sumber daya alam, maka harta

benda dan sumber daya alam yang ada harus dimanfaatkan, digunakan, dan

produktif untuk kesejahteraan masyarakat. Konsep penggunaan harta benda

dan sumber daya alam ini akan sangat menentang adanya penumpukan harta

benda, tanah, atau sumber daya alam yang dikuasai oleh sebagian kecil

masyarakat dan tidak produktif, termasuk pemutaran dana pada bank tanpa

adanya investasi yang nyata. Bank syariah dapat menciptakan perekonomian

yang adil karena konsep usaha dalam bank syariah adalah bagi hasil dan

tidak memungkinkan seorang deposan yang memiliki uang yang banyak

menanamkan dananya pada bank tanpa menanggung risiko sedikitpun,

sementara pihak bank atau pengelola dana akan dibebani tanggungjawab

yang sangat besar untuk mengelola dana dan menghasilkan keuntungan.

Paradigma yang ketiga adalah kegiatan usaha bank syariah yang

lebih variatif dibandingkan dengan bank konvensional yang kita kenal

dewasa ini, karena dalam bank syariah tidak hanya berlandaskan sistem bagi

hasil tetapi juga sistem jual beli, sewa beli, serta penyediaan jasa lainnya

sepanjang tidak bertentangan dengan prinisip syariah. Walaupun terdapat

beberapa pendapat para ahli yang mempertanyakan kembali mengenai

fungsi kelembagaan bank syariah sebagai “bank” atau “perusahaan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

18

investasi” namun demikian secara aplikasi tidak dapat diragukan lagi bahwa

keragaman kegiatan usaha bank syariah tersebut telah menumbuh

kembangkan berbagai aspek transaksi ekonomi dalam masyarakat sehingga

bank syariah akan mamiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kebutuhan

dunia usaha.

Paradigma yang keempat adalah penyajian laporan keuangan bank

syariah akan terkait erat dengan konsep investasi dan norma-norma

moral/sosial dalam kegiatan usaha bank. Selain penyajian laporan keuangan

bank sebagai lembaga pencari keuntungan juga terdapat laporan keuangan

yang terkait dengan bank sebagai fungsi sosial. Dengan memperhatikan

dasar keadilan dan kebenaran maka konsep Islam dan pencatatan keuangan

tetap mengacu kepada konsep dasar laporan keuangan yaitu dapat

dipertanggungjawabkan, tranparans, dan keadilan, dapat diperbandingkan,

namun demikian dalam pencatatan transaksi keuangan dilakukan berbeda

dengan jenis laporan keuangan bank konvensional.

Tabel 2.1

Perbedaan pokok antara bank syariah dan bank konvesional

Bank Syariah Bank Konvesional

a. Melakukan investasi-investasi

yang halal saja.

b. Berdasarkan prinsip bagi hasil,

jual beli, atau sewa.

c. Profit dan falah oriented.

d. Hubungan dengan nasabah

dalam bentuk hubungan

kemitraan.

e. Penghimpunan dan penyaluran

dana harus sesuai dengan fatwa

Dewan Pengawas Syariah.

a. Investasi yang halal dan

haram.

b. Memakai perangkat

bunga.

c. Profit oriented.

d. Hubungan dengan

nasabah dalam bentuk

hubungan debitor-

kreditor.

e. Tidak terdapat dewan

sejenis. Sumber: Muhammad Syafi’i Antonio (2001). Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

19

2.1.1.2 Prinsip Operasional Bank Syariah

Dalam menjalankan operasinya, fungsi bank syariah terdiri

(Muthaher, 2012):

1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana

yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas

dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.

2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik

dana/shahibul maal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki

oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer

investasi).

3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya

sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan

penerimaan serta penyaluran dana kebajikan (fungsi optimal).

Dari fungsi tersebut maka beberapa prinsip produk bank Islam terdiri dari

(Muthaher, 2012):

a. Prinsip-prinsip dalam Penghimpunan Dana Bank Syariah

1. Prinsip Wadi’ah

Prinsip wadi’ah adalah titipan di mana pihak pertama

menitipkan atau benda kepada pihak kedua selaku penerimaan

titipan dengan konsekuensi titipan tersebut sewaktu waktu dapat

diambil kembali, di mana penitipan dapat dikenakan biaya penitipan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

20

2. Prinsip Mudharabah

Prinsip mudharabah yaitu perjanjian antara dua pihak dimana

pihak pertama sebagai pemilik dana/sahibul mal dan pihak kedua

sebagai pengelola dana/mudharib untuk mengelola suatu kegiatan

ekonomi dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan

yang akan diperoleh, sedangkan kerugian yang timbul adalah risiko

pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib

melakukan kecurangan atau tindakan yang tidak amanah

(misconduct).

b. Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah

1. Prinsip Jual Beli (Al Buyu’) yaitu terdiri dari:

i. Murabahah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak di

mana pembeli dan penjual menyepakati harga jual yang terdiri

dari harga beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan

bagi penjual;

ii. Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran di muka

dan barang diserahkan kemudian;

iii. Istishna’ yaitu pembelian barang melalui pesanan dan

diperlukan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan

pembeli dan pembayaran dilakukan di muka sekaligus atau

secara bertahap.

2. Prinsip Bagi Hasil

i. Mudharabah yaitu perjanjian antara pemilik modal dan

pengelola modal untuk memperoleh keuntungan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

21

ii. Musyarakah yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk

menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan

pembagian keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang

disepakati.

c. Prinsip-prinsip Penyediaan Jasa

1. Prinsip Sewa-Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan

imbalan pendapatan sewa, bila terdapat kesepatakatn pengalihan

pemilikan pada akhir masa sewa disebut Ijarah muntahiyah bitsmlik

(sama dengan operating Iease). Prinsip sewa terdiri dari:

i. Ijarah yaitu akad sewa menyewa barang antara bank

(muaajir) dengan penyewa (mustajir).

ii. Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik yaitu akad sewa menyewa

barang antara bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir) yang

diikuti janji bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan

barang sewaan akan berpindah kepada mustajir.

2. Prinsip Jasa Perbankan Syariah

Jasa-jasa terdiri dari:

i. Wakalah yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada

pihak kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu di mana

pihak kedua mendapat imbalan berupa fee atau komisi,

ii. Kafalah yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung

atas kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua sepanjang

sesuai dengan yang diperjanjikan di mana pihak pertama

menerima imbalan berupa fee atau komisi (garansi),

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

22

iii. Sharf yaitu pertukaran/jual beli mata uang yang berbeda

dengan penyerahan segera/spot berdasarkan kesepakatan

harga sesuai dengan harga pasar pada saat pertukaran.

d. Prinsip Kebajikan

Yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebijakan dalam bentuk zakat

infaq shodaqah dan lainnya serta penyaluran alqardul hasan yaitu

penyaluran dan dalam bentuk pinjaman untuk tujuan menolong golongan

miskin dengan penggunaan produktif tanpa diminta imbalan kecuali

pengembalian pokok utang.

2.1.2 Manajemen Dana Bank Syariah

Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh

lembaga bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang

diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing,

dengan harapan bank yang bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-

kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitasnya (Muhammad, 2005).

Sebagaimana halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga

mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan-

satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami

kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit yang mengalami kekurangan

dana (deficit unit). Melalui bank kelebihan dana-dana tersebut dapat

disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat

kepada kedua belah pihak.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

23

Berbeda dengan bank konvensional, hubungan antara bank syariah

dengan nasabahnya bukan hubungan antara debitur dan kreditur, melainkan

hubungan kemitraan antara penyandang dana (shahibul maal) dengan

pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu tingkat laba bank syariah bukan

saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham,

tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan kepada

nasabah yang menyimpan dana. Dengan demikian kemampuan manajemen

untuk melaksanakan fungsinya sebagai penyimpan harta, pengusaha dan

pengelola investasi yang baik akan sangat menentukan kualitas usahanya

sebagai lembaga intermediary dan kemampuannya menghasilkan laba.

Secara lengkap indikator kinerja dan kesehatan perbankan syariah

dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2

Indikator Kinerja dan Kesehatan Bank Syariah

Sumber: Muhammad (2005). Manajemen Bank Syariah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

24

Pokok-pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya dan

bank syariah pada khususnya adalah (Muhammad, 2005):

1. Bagaimana memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya

yang relatif murah.

2. Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa

untuk memperoleh pendapatan yang optimal.

3. Berapa besarnya deviden yang dibayarkan yang dapat memuaskan

pemilik/pendiri dan laba ditahan yang memadai untuk pertumbuhan

bank syariah.

Dari permasalahan yang ada diatas, maka manajemen dana mempunyai

tujuan sebagai berikut (Muhammad, 2005):

1. Memperoleh profit yang optimal.

2. Menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai.

3. Menyimpan cadangan.

4. Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan

kebijakan yang pantas bagi seseorang yang bertindak sebagai

pemelihara dana-dana orang lain.

5. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan.

Bank syariah dirancang untuk melakukan fungsi pelayanan sebagai

lembaga keuangan bagi para nasabah dan masyarakat. Untuk itu bank

syariah harus mengelola dana yang dapat digolongkan sebagai berikut

(Muhammad, 2005):

1. Kekayaan bank syariah dalam bentuk:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

25

a. Kekayaan yang menghasilkan (Aktiva Produktif) yaitu

pembiayaan untuk debitur serta penempatan dana di bank atau

investasi lain yang menghasilkan pendapatan.

b. Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan inventaris

(harta tetap).

2. Modal bank syariah, berasal dari:

a. Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan dan

hibah, infak/shadaqah.

b. Simpanan/hutang dari pihak lain.

3. Pendapatan usaha keuangan bank syariah berupa bagi hasil atau

mark up dari pembiayaan yang diberikan dan biaya administrasi

serta jasa tabungan bank syariah di bank.

4. Biaya yang harus dipikul oleh bank syariah yaitu biaya operasi,

biaya gaji, manajemen, kantor dan bagi hasil simpanan nasabah

tabungan.

Untuk mengatasi hal tersebut pihak bank syariah dapat melakukan

kegiatan manajemen sebagai berikut:

1. Rencana Keuangan (Budgeting)

2. Batasan dan pengukuran atas:

a. Struktur modal, mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka panjang atau mengukur tingkat

proteksi kreditor jangka panjang.

b. Pemeliharan likuiditas, mengukur kemampuan suatu bank dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

26

c. Pengawasan efisiensi, mengukur efisiensi dan kemampuan bank

dalam melakukan kegiatan operasinya.

d. Rentabilitas, menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha

dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

e. Aktiva produktif, mengukur efisiensi dan efektivitas

pemanfaatan setiap aktiva produktif yang dimiliki bank.

Seberapa jauh bank syariah dapat menjalankan aktivitas manajerial

secara efisien. Tingkat efisiensi manajerial bank sangat ditentukan oleh

seberapa besar tingkat keuntungan bersih bank. Dari tingkat keuntungan

bersih dibandingkan dengan kondisi aset dan ekuitas dapat dijadikan ukuran

efisiensi manajerial bank.

Tingkat keuntungan bersih yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable factors) dan faktor-

faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable factors). Controllable

factors adalah faktor yang dipengaruhi oleh manajemen seperti segmentasi

bisnis (orientasinya kepada wholesale dan retail), pengendalian pendapatan

(tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi jual-beli, pendapatan fee atas

layanan yang diberikan) dan pengendalian biaya-biaya. Uncontrollable

factors atau faktor eksternal adalah faktor yang dapat mempengaruhi kinerja

bank seperti kondisi ekonomi secara umum dan situasi persaingan di

lingkungan wilayah operasinya. Bank tidak dapat mengendalikan faktor-

faktor eksternal, tetapi mereka dapat membangun fleksibilitas dalam

rencana operasi mereka untuk menghadapi perubahan faktor-faktor

eksternal.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

27

Rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank yaitu:

1. Return on Assets (ROA)

ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net income)

dengan rata-rata aktiva (average assets). Rasio ini digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan

(laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin

besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin

baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rumus yang

digunakan adalah:

ROA = 𝐄𝐁𝐓

𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 (income statement approach)

ROA = 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐓𝐚𝐦𝐛𝐚𝐡 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡

𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 (value added approach)

2. Return on Equity (ROE)

ROE adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net income)

dengan rata-rata modal (average equity) atau investasi para pemilik bank.

Dari pandangan para pemilik, ROE adalah ukuran yang lebih penting

karena merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka.

ROE = 𝐄𝐀𝐓

𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 (income statement approach)

ROE = 𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐓𝐚𝐦𝐛𝐚𝐡 𝐃𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢𝐛𝐮𝐬𝐢

𝐫𝐚𝐭𝐚−𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥 (value added approach)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

28

Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik

pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor

di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika

bank tersebut telah go public). Dengan demikian rasio ROE merupakan

indikator penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk

mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan

dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi

kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan

Keuntungan bagi para pemilik bank adalah merupakan hasil dari tingkat

keuntungan (profitability) dari aset dan tingat leverage yang dipakai.

Hubungan antara ROA dan leverage dapat digambarkan sebagai berikut

(Muhammad, 2005):

𝐍𝐞𝐭 𝐈𝐧𝐜𝐨𝐦𝐞

𝐀𝐯𝐞𝐫𝐚𝐠𝐞 𝐀𝐬𝐬𝐞𝐭𝐬 x

𝐀𝐯𝐞𝐫𝐚𝐠𝐞 𝐀𝐬𝐬𝐞𝐭𝐬

𝐂𝐚𝐩𝐢𝐭𝐚𝐥

3. Rasio perbandingan antara total laba bersih dengan total aktiva produktif.

Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang

Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam

Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga,

penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada

transaksi rekening administratif.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

29

Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan:

a. Prospek usaha.

b. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur.

c. Kemampuan membayar.

Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian

mengenai prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan

mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas

kredit ditetapkan menjadi:

a. Lancar (Pass)

b. Dalam perhatian khusus (special mention)

c. Kurang lancar (sub standard)

d. Diragukan (doubtful)

e. Macet (loss)

2.1.3 Laporan Keuangan Bank Syariah

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Laporan keuangan yang lengkap meliputi laporan keuangan atas kegiatan

komersial dan/atau sosial. Laporan keuangan kegiatan komersial meliputi

neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat

disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas,

atau laporan perubahan ekuitas), catatan dan laporan lain serta materi

penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Laporan

keuangan atas kegiatan sosial meliputi laporan sumber dan penggunaan

dana zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Di

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

30

samping itu juga termasuk, skedul dan informasi tambahan yang berkaitan

dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan

geografis (PSAK Akuntansi Syariah, par 7).

Definisi laporan keuangan dalam akuntansi bank syariah adalah

laporan keuangan yang menggambarkan fungsi bank Islam sebagai investor,

hak dan kewajibannya, dengan tidak memandang tujuan bank Islam itu dari

masalah investasinya, apakah ekonomi atau sosial (Muhammad, 2005).

Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat

bagi pihak pihak yang berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam

pengambilan keputusan ekonomi yang rasional, seperti (Muhammad, 2005):

1. Shahibul maal/pemilik dana

2. Pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana

3. Pembayar zakat, infak, dan shadaqah

4. Pemegang saham

5. Otoritas pengawasan

6. Bank Indonesia

7. Pemerintah

8. Lembaga penjamin simpanan

9. Masyarakat

Tujuan Laporan Keuangan Syariah adalah untuk menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan aktivitas operasi bank yang bermanfaat dalam mengambil

putusan. Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

31

Keuangan Syariah (KDPPLKS) paragraf 30, di nyatakan bahwa tujuan

laporan keuangan syariah adalah sebagai berikut (Muthaher, 2012):

a. meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua

transaksi dan kegiatan usaha;

b. informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta

informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai

dengan prinsip syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan

penggunaannya;

c. informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung

jawab entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,

menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; dan

d. informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh

penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi

mengenai pemenuhan kewajiban (Obligation) fungsi sosial entitas

syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah

dan wakaf.

Sesuai karakteristik maka laporan keuangan entitas syariah antara lain

meliputi (Muthaher, 2012):

a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan

komersial:

i. Laporan posisi keuangan;

ii. Laporan laba rugi;

iii. Laporan arusa kas; dan

iv. Laporan perubahan ekuitas.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

32

b. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial:

i. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat; dan

ii. Laporan sumber dan penggunaan dana kebijakan.

c. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan

dan tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

Menurut Baydoun dan Willet, bentuk laporan keuangan perusahaan

yang lebih cocok dengan akuntansi Islam adalah value added statement

bukan laporan laba rugi konvensional. Menurut beliau value added

statement cenderung kepada prinsip-prinsip pertanggungjawaban sosial.

Dalam value added statement, informasi yang disajikan meliputi laba bersih

yang diperoleh perusahaan sebagai nilai tambah yang kemudian

didistribusikan secara adil kepada kelompok yang terlibat dengan

perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah (Harahap, 2006).

Gambar 2.1

Format Laporan Keuangan Perusahaan Islami

Menurut Baydoun dan Willet

Sumber: Sofyan Syafri Harahap (2006). Menuju Perumusan Teori Auntansi Islam

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

33

Berbicara mengenai tanggung jawab sosial, Islam telah

mengaturnya, tidak hanya pada tanggung jawab sosial tetapi juga kepada

Tuhan. Oleh karena itu untuk memfasilitasi pertanggungjawaban tersebut

maka beberapa kemungkinan bentuk jenis Laporan Keuangan Akuntansi

Islam adalah sebagai berikut (Harahap, 2006):

1. Neraca dimana dimuat juga informasi tentang karyawan, dan

akuntansi SDM.

2. Laporan Nilai Tambah sebagai pengganti Laporan Laba Rugi.

3. Laporan Arus Kas.

4. Socio Economic atau Laporan Pertanggungjawaban Sosial.

5. Catatan penyelesaian laporan keuangan yang bisa berisi laporan:

a. Mengungkapkan lebih luas tentang laporan keuangan yang

disajikan.

b. Laporan tentang berbagai nilai dan kegiatan yang tidak sesuai

dengan syariat Islam. Misalnya dengan juga menyajikan

pernyataan Dewan Pengawas Syariah.

c. Menyajikan informasi tentang efisiensi, good governance dan

laporan produktivitas.

2.1.4 Penyajian Keuangan Bank Syari’ah Menurut PSAK No. 101

Laporan keuangan bank syariah sesuai dengan format umum dengan

mengacu pada lampiran PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Syariah yang

diterbitkan IAI tahun 2007 terdiri dari komponen-komponen berikut

(Muthaher, 2012):

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

34

a. Laporan posisi keuangan (Neraca)

Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi

keuangan (Neraca) adalah aset, kewajiban, dan syirkah temporer,

dan ekuitas (KDPPLKS paragraf 71).

i. Aset

ii. Kewajiban

iii. Dana syirkah temporer

iv. Ekuitas

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan ukuran kinerja entitas syariah

yang disajikan sedemikian rupa dengan menonjolkan berbagai unsur

kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara awajar.

Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran penghasilan

bersih (laba) adalah:

i. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama

suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau

penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan

kenaikan ekuitas yang berasal dari kontribusi penanam modal.

(KDPPLKS paragraf 97)

ii. Beban (expenses) penurunan manfaat ekonomi selama suatu

periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya

aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan

ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam

modal. (KDPPLKS paragraf 97)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

35

iii. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah

bagian bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil

investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan

keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa

dikelompokkan sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan

(ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan

alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas

investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syariah.

(KDPPLKS paragraf 107)

Berikut adalah bentuk umum laporan laba rugi yang mengacu pada

Penyajian Laporan Syariah yang diterbitkan IAI tahun 2007.

Tabel 2.4 Bentuk Lapor Laba Rugi Bank Syariah PT Bank Syariah “X”

Laporan Laba Rugi periode 1 Januari s/d 31 Desember 20X2 dan 20X1

Uraian 20X2 20X1

Pendapatan

Pendapatan Pengelolaan Dana oleh Bank Sebagai

Mudharib

Pendapatan dari jual beli:

Pendapatan Margin Murabahah xxx xxx

Pendapatan bersih Salam xxx xxx

Pendapatan bersih Istishna’ xxx xxx

Pendapatan Sewa-bersih:

Pendapatan bersih Ijarah xxx xxx

Pendapatan dari bagi hasil:

Pendapatan bagi hasil Mudharabah xxx xxx

Pendapatan bagi hasil Musyarakah xxx xxx

Pendapatan usaha utama lainnya xxx xxx

Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank

sebagai Mudharib

xxx xxx

Hak pihak ketiga atas bagi hasil (xxx) (xxx)

Hak bagi hasil milik bank xxx xxx

Pendapatan usaha lainnya

Pendapatan imbalan jasa perbankan xxx xxx

Pendapatan imbalan investasi terikat xxx xxx

Jumlah pendapatan usaha lainnya xxx xxx

Beban Usaha

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

36

Beban kepegawaian xxx xxx

Beban administrasi dan umum xxx xxx

Bank penyusutan dan Amortisasi xxx xxx

Beban bonus Giro Wadiah xxx xxx

Beban estimasi kerugian komitmen xxx xxx

Beban lain-lain xxx xxx

Jumlah Beban Usaha xxx xxx

Laba (Rugi) Usaha

Pendapatan dan Beban Non-Usaha

Pendapatan nonusaha xxx xxx

Jumlah pendapatan (beban) nonusaha xxx xxx

Jumlah pendapatan (beban) nonusaha xxx xxx

Laba (Rugi) sebelum pajak xxx xxx

Beban Pajak (xxx) (xxx)

Zakat (xxx) (xxx)

Laba (Rugi) Bersih Periode Berjalan xxx xxx Sumber: Osmad Muthaher. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas yang disajikan entitas syariah meliputi

beberapa komponen utama laporan keuangan sebagai komponen

utama laporan keuangan, yang menunjukkan:

i. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan;

ii. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian

beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui

secara langsung dalam ekuitas;

iii. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan

perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur

dalam PSAK terkait;

iv. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada

pemilik;

v. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode

serta perubahan;

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

37

vi. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis

modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir

periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap

perubahan.

d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait.

e. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat disajikan entitas

syariah sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan:

I. Dana zakat berasal dari wajib zakat (muzakki):

i. zakat dari dalam entitas syariah;

ii. zakat dari pihak luar entitas syariah;

II. Penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk:

i. fakir

ii. miskin

iii. riqab

iv. orang yang terlilit utang (gharim)

v. muallaf

vi. fisabilillah

vii. orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) dan

viii. amil

III. Kenaikan

IV. Saldo awal dana zakat

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

38

V. Saldo akhir dana zakat

f. Laporan Sumber-sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

Laporan Sumber dan PenggunaanDana Kebajikan disajikan Entitas

sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:

I. Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:

i. Infak,

ii. Sedekah,

iii. hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan

yang berlaku,

iv. pengambilan dana kebajikan produktif,

v. denda,

vi. pendapatan non halal;

II. Penggunaan dana kebajikan untuk:

i. dana kebajikan produktif,

ii. sumbangan,

iii. penggunaan lainnya untuk kepentingan umum;

III. kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan;

IV. saldo awal dana penggunaan dana kebajikan;

V. saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan.

2.1.5 Standar Akuntansi Perbankan Syari’ah

PSAK (Pernyataan Standar Keuangan) No. 59 merupakan

pernyataan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indoensia (IAI)

mengenai Akuntansi Perbankan Syariah. Produk DSAK-IAI

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

39

merupakan awal dari pengakuan dan eksistensi Akuntansi Syariah di

Indonesia. PSAK ini disahkan tanggal 1 Mei 2002, berlaku mulai 1

Januari 2003 atau pembukuan yang berakhir tahun 2003.

Berdasarkan pernyataan yang dikutip dari SAK Mei 2002,

menjelaskan tentang “PSAK No. 59 adalah awal lahirnya standar

mengenai akuntansi syariah. PSAK NO. 59 tentang Akuntansi

Perbankan Syariah telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi

Keuangan (DSAK) pada tanggal 1 Mei 2002. Walaupun PSAK 59

sudah tidak berlaku lagi, namun inilah tonggak dari keperluan kita

akan akuntansi syariah”.

Adapun inti dari PSAK 59 yaitu pernyataan ini bertujuan

untuk mengatur perlakuan akuntansi (pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan) transaksi khusus yang berkaitan

dengan aktivitas bank syariah. Ruang lingkup dalam pernyataan

yang diterapkan untuk bank umum syariah, bank perkreditan rakyat

syariah, dan kantor cabang syariah bank konvesional yang

beroperasi di Indonesia. Hal-hal umum yang tidak diatur dalam

pernyataan ini mengacu pada PSAK yang lain dan/atau prinsip

akuntansi yang berlaku umum sepanjang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah.

Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian

laporan keuangan sesuai permintaan khusus (statutory) pemerintah,

lembaga pengawas independen, dan bank sentral (Bank Indonesia).

Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas beberapa

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

40

komponen yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan

perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat, laporan

sumber dan penggunaan dana zakat, infak, dan shadaqah, laporan

sumber dan penggunaan dana qardhul hasan, dan catatan laporan

keuangan.

Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian

laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai

pada atau setelah tanggal 1 Januari 2003. Setelah 10 tahun

perbankan Indonesia tidak mempunyai standar akuntansi syariah,

akhirnya 1 Mei 2002, disahkan PSAK 59 tentang Akuntasi

Perbankan Syariah. Masa berlaku PSAK 59 ini terbilang lama, dan

belum ada revisi dalam kurun waktu tersebut.

PSAK ini hanya berlaku selama 5 tahun dan akhirnya

dibentuklah standar khusus akuntansi syariah. Seiring dengan

berjalannya waktu, ekonomi syariah pun mulai menjadi salah satu

fokus di dalam lembaga keuangan, yang tidak lagi hanya sebagai

alternatif atas kekurangan ekonomi konvesional, tetapi sudah

menjadi perekonomian solutif dalam memecahkan persoalan

ekonomi. Oleh karena itu, keberadaan akuntansi syariah mutlak

diperlukan untuk mengimbangi laju perkembangan ekonomi syariah

ini.

Keberadaan PSAK Syariah yang baik akan mendorong

terciptanya sistem akuntansi yang baik pula, sehingga akan tersedia

informasi yang dapat dipercaya. Peran keberadaan PSAK Syariah

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

41

yang matang, berimbas pada perkembangan Lembaga Keuangan

Syariah.

Hingga saat ini Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah

menerbitkan 9 (sembilan) PSAK Syariah yaitu: penyajian laporan

keuangan syariah, akuntansi murabahah, akuntansi salam, akuntansi

istishna, akuntansi mudharabah, akuntansi musyarakah, akuntansi

ijarah, asuransi syariah, dan akuntansi, zakat, infak & sedekah

(belum diterbitkakn namun sudah disahkan).

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari

penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para

penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan

sebagai acuan bagi:

1. Penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dalam

pelaksanaan tugasnya;

2. Penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah

akuntansi syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi

keuangan syariah;

3. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi

yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai

dengan standar akuntansi keuangan syariah.

Adapun PSAK yang dikeluarkan IAI ialah PSAK 101-106

disahkan tanggal 27 Juni 2007 dan berlaku mulai tanggal 1 Januari

2008 atau pembukuan tahun berakhir tahun 2008.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

42

2.1.6 Penyajian Laporan Keuangan Bank Syari’ah berdasarkan Nilai

Tambah.

Sebagai konsekuensi menerima SET, maka akuntansi syariah tidak

lagi menggunakan konsep income dalam pengertian laba, tetapi

menggunakan nilai tambah. Dalam pengertian yang sederhana dan

konvensional, nilai tambah adalah selisih lebih dari harga jual keluaran yang

terjual dengan costs masukan yang terdiri dari bahan baku dan jasa yang

dibutuhkan (Baydoun & Willett, 1994; Collins, 1994; Wurgler, 2000, dalam

Triyuwono, 2007).

Value Added Statement (VAR) atau Laporan Nilai Tambah berkaitan

juga dengan Human Resources Accounting dan Employee Reporting

terutama dalam hal informasi yang disajikan. Value Added Statement ini

sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan utama, Neraca, Laba Rugi, dan Arus Kas. Karena semua laporan

ini gagal memberikan informasi:

1. Total produktivitas dari perusahaan.

2. Share dari setiap stakeholders atau anggota tim yang ikut dalam

proses manajemen, yaitu: pemegang saham, kreditur, pegawai,

masyarakat dan pemerintah.

VAR berusaha untuk mengisi kekurangan ini ditambah dengan

memberikan informasi tentang kompensasi yang diberikan kepada pegawai

dan mereka yang berkepentingan (stakeholders) lainnya terhadap informasi

perusahaan.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

43

Kalau laporan keuangan konvensional menekankan informasinya

pada laba maka VAR menekankan pada upaya mengenerate kekayaan.

Karena laba pemegang saham (kapitalis) biasanya hanya menggambarkan

hak atau kepentingan pemegang saham saja bukan seluruh tim yang ikut

terlibat dalam kegiatan perusahaan. Value added adalah kenaikan nilai

kekayaan yang degenerate atau dihasilkan dengan penggunaan yang

produktif dari seluruh sumber-sumber kekayaan perusahaan oleh seluruh

tim yang ada termasuk pemilik modal, karyawan, kreditor, dan pemerintah.

Value added tidak sama dengan laba. Laba menunjukkan pendapatan bagi

pemilik saham sedangkan nilai tambah mengukur kenaikan kekayaan bagi

seluruh stakeholders.

Kesadaran akan pentingnya VAR ini sejalan dengan peralihan

penekanan tujuan manajemen dari pertama-tama memaksimalkan profit

kepada pemilik modal, ke memaksimalkan nilai tambah kepada

stakeholders. Masyarakat yang semakin menyadari pentingnya keadilan

sosial juga merupakan salah satu penyebab munculnya VAR ini karena

dianggap lebih adil dan lebih demokratis. Sehingga hubungan antara

masing-masing pihak yang bekerjasama dalam satu tim lebih harmonis

karena masing-masing nilai tambah yang diberikannya diukur. Indikator

atau informasi ini tentu akan bisa digunakan untuk melakukan pembagian

hasil. Dalam konsep ekonomi Islam tampaknya konsep VAR ini lebih sesuai

konsep bisnis dalam Islam didasarkan pada kerjasama (musyarakah dan

mudharabah) yang adil, transparan dan saling menguntungkan bukan salah

satu mengeksploitasi yang lain.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

44

VAR ini merupakan alternatif pengganti laporan laba rugi dalam

akuntansi konvensional. Dimana Baydoun dan Willet menjelaskan bahwa

VAR merupakan laporan keuangan yang lebih menerapkan prinsip full

disclosure dan didorong dengan kesadaran moral dan etika. Karena prinsip

fuul disclosure paling tidak mencerminkan kepekaan manajemen terhadap

proses aktivitas bisnis terhadap pihak-pihak yang terlibat didalamnya,

sehingga kepekaan itu diwujudkan dalam informasi akuntansi melalui

distribusi pendapatan yang lebih adil. Artinya bahwa dengan VAR

perusahaan telah merubah mainstream tujuan akuntansinya dari decision

making yang kabur bergeser ke pertanggungjawaban sosial. KonsepVAR

merupakan salah satu bukti pelaporan yang menggambarkan nilai-nilai

Islam.

Pergeseran tujuan akuntansi dari adanya VAR harus dimanfaatkan

oleh umat Islam yang telah memiliki seperangkat panduan kehidupan yang

universal, termasuk didalamnya praktik bisnis dan dasar serta prinsip

akuntansi. Dengan perkembangan VAR keselarasan dengan prinsip syariah

yaitu keadilan, kejujuran, full disclosure dan pertanggungjawaban dapat

terwujud. Akan lebih lengkap jika VAR ini dikonstruksi sebagai wujud dari

kesatuan tujuan perusahaan yang tidak hanya pada sosial, tetapi juga

pertanggungjawaban kepada Pencipta. Artinyatujuan laporan keuangan

tersebut menjadi media pertanggungjawaban manajemen secara vertikal dan

horisontal. Dengan penetapan tujuan ini maka diharapkan tidak ada bias

antara tujuan dan praktek akuntansi dengan tujuan hidup kita sebagai hamba

Allah.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

45

Pertangggungjawaban akuntansi secara vertikal dengan

menggunakan VAR dapat dilaksanakan dalam bentuk penerapan keadilan

antara pihak-pihak yang terlibat dan bekerjasama. Sedangkan horisontalnya

mendistribusikan nilai tambah secara adil kepada pihak yang terlibat dalam

menciptakan niali tambah tersebut. Sehingga dengan bentuk laporan

pertanggungjawaban tersebut, dapat menampilkan nilai yang sesungguhnya

atau ketepatan dan keakuratan nilai dari perusahaan serta kerjasama

didalamnya.

Beberapa kegunaan dari VAR ini yaitu (Harahap, 2006):

1. Konsep ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi

yang absah sebagai dasar menghitung penghargaan dalam nilai uang.

2. Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna

untuk mengetahui angka reinvestasi (laba ditahan dan penyusutan).

3. Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi

dan ekonomi dengan mengungkapkan jumlah kekayaan dalam

pengukuran pendapatan nasional.

4. Pertambahan nilai bersih bisa menjadi dasar distribusi kekayaan

bukan pertambahan nilai kotor saja.

5. Pertambahan nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan

bonus produktivitas tenaga kerja dengan memberikan penyisihan

pada perubahan modal.

6. Dengan mengurangkan biaya penyusutan akan menghindari double

counting yang bisa terjadi jika ada pertukaran aktiva antara dua

perusahaan.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

46

7. Pertambahan nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba

untuk semua. Ini akan mendorong spirit team atau sense of

belonging dalam perusahaan. Masing-masing pihak mengetahui

kontribusinya dalam proses peningkatan kekayaan perusahaan.

8. Mestinya nemunerasi karyawan tidak hanya berasal dari gaji tetapi

juga kenaikan kekayaan, ini konsep baru dalam dunia bisnis modern.

Informasi untuk kepentingan ini disupplay oleh VAR.

9. Dapat menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi

yang dapat mempengaruhi kesehatan perusahaan.

10. Sangat cocok untuk ekonom dalam perhitungan pendapatan

nasional.

Namun disamping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan VAR

yaitu(Harahap, 2006):

1. Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan

nilai itu merasa senang bekerjasama dengan yang lain. Tidak jarang

justru ada konflik, sehingga laporan ini justru bisa menimbulkan

atau mempertajam konflik.

2. Ada kemungkinan dengan adanya VAR ini manajemen salah

tanggap seolah ingin memaksimasi pertambahan nilai. Padahal sikap

ini bisa menimbulkan inefisiensi.

3. Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat

menimbulkan kepalsuan pendapat seperti:

a. Kenaikan pertambahan nilai dianggap kenaikan laba.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

47

b. Kenaikan pertambahan nilai per unit dianggap otomatis

bermanfaat bagi pemegang saham.

c. Seolah dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil

atas perubahan pertambahan nilai.

d. Pertambahan nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit

dianggap merupakan prestasi ekonomi yang baik.

e. Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak

berhak mendapatkan gaji yang tinggi.

Berdasarkan kaijian yang dilakukan terhadap para pakar akuntansi

syari’ah (Gambling dan Karim, 1994), (Baydoun dan Willet, 2000),

Triyuwono 2001), (Hamed, 2000) dan (Harahap, 2001) dapat dirangkum

format penyajian dan pengungkapan pelaporan keuangan yang

merekomendasikan tiga komponen laporan keuangan tambahan bagi

perusahaan-perusahaan isalmi yaitu:

1. Neraca Nilai Sekarang

Neraca Nilai Sekarang ditujukan untuk memenuhi prinsip full

disclosure yaitu dintaranya nilai perusahaan dalam perhitungan bagi

hasil mudharabah lebih transparan dan juga untuk menghitung

kewajiban zakat.

2. Laporan Nilai Tambah (Value Added Statement)

Laporan Nilai Tambah (Value Added StatemenT) dipandang sesuai

dengan akuntansi syari’ah karena menyajikan share dari nilai

tambah yang diberikan oleh pihak-pihak yang terkait yaitu

diantaranya karyawan, pemerintah, pemilik, reditur dan lingkungan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

48

sosialnya dengan mendistribusikan kekayaan yang diciptakan oleh

perusahaan. Laporan Nilai Tambah memberikan informasi yang

sangat jelas berapa bersar nilai tambah yang dihasilkan perusahaan

dan kepada siapa saja nilai tambah itu akan didistribusikan (Morley,

1997). Oleh kerena itu Nilai Tambah dipandang sesuai dengan etika

bisnis dalam islam yaitu keadilan dan kerjasama. Konsep Nilai

Tambah juga sejalan dengan penekanan tujuan memaksimalkan

profit kepada pemilik modal ke memaksimalkan nilai tambah kepada

stakeholders.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

49

Tabel 2.5

Format Laporan Nilai Tambah

Sumber:

LabaBersih xxx

Pendapatan lain xxx

Revaluasi xxx

Jumlah xxx

Distribusi:

ZIS xxx

Pemerintah (pajak) xxx

Karyawan (gaji) xxx

Pemilik (deviden) xxx

Sub Total Distribusi xxx

Dana yang Diinvestasikan Kembali xxx

(laba ditahan dan cadangan)

Total Nilai Tambah xxx

Sumber: Sofyan S. Harahap (2006). Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam

3. Laporan Petanggungjawaban Sosial (Social Responsibility Report)

Laporan Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility Repor)

dipandang sesuai dengn nilai-nilai Islam karena menekankan

pertanggungjawaban (akuntabilitas) yang selaras dengan tujuan

akuntansi syari’ah.

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat penelitian terdahulu tentang konsep kinerja keuangan

perbankan syariah, antara lain:

1. Penelitian Wahyudi (2005) tentang analisis perbandingan kinerja

keuangan bank syariah dengan menggunakan pendekatan laba rugi

dan nilai tambah. Hasil penelitian membuktikan bahwa kinerja

keuangan bank syariah yang dihitung dengan menggunakan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

50

pendekatan nilai tambah menghasilkan nilai rasio yang lebih besar

jika dibandingkan dengan menggunakan pendekatan laba rugi. Hal

ini disebabkan adanya perbedaan konstruksi dan konsep dari teori

akuntansi kedua pendekatan tersebut.

2. Penelitian Putri Kartik dan Djoko Kristianto(2013) tentang analisis

kinerja keuangan bank muamalat Indonesia dengan menggunakan

pendekatan laba rugi dan nilai tambah. Hasil penelitian

membuktikan bahwa kinerja keuangan menunjukkan antara

pendekatan laba rugi dan nilai tambah terdapat perbedaan secara

kuantitatif. Secara keseluruhan tingkat probanilitas perbankan

syariah yang diukut dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan

nilai tambah, menurut hasil penelitian besarnya rasio yang diperoleh

dengan pendekatan laba rugi lebih rendah dibandingkan dengan

pendekatan nilai tambah. Jadi terdapat perbedaan antara pendekatan

laba rugi dan nilai tambah disebebkan adanya perbdaan kontruksi

dan konsep dari teori akuntansi kedua pendekatan tersebut. Sehingga

dalam penelitian ini, diperoleh nilai tambah (laba) yang lebih tinggi

dibandingkan dengan laba yang diperoleh berdasarkan pendekatan

laba rugi.

3. Penelitian Agus Rifai (2013) tentang analisis perbandingan kinerja

bank syariah menggunakan pendekatan income statement (ISA) dan

value added reporting (VAR). Hasil penelitian membuktikan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank

syariah dengan analisis pendekatan ISA san VAR.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

51

2.3 Kerangka Pemikiran

Analisis kinerja keuangan bank syariah merupakan sarana untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan bank syariah mampu memberikan

keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak

langsung terhadap operasional bank yang bersangkutan. Analisis kinerja

keuangan bank syariah dapat ditinjau dari aspek besar atau kecilnya rasio

kinerja keuangan bank syariah yang terdiri dari Return On Asset (ROA),

Return On Equity (ROE), dan rasio perbandingan antara total laba bersih

dengan total aktiva produktif.

Analisis kinerja keuangan bank syariah didasarkan pada laporan

keuangan, yang meliputi neraca dan laporan laba rugi yang disajikan oleh

manajemen bank syariah. Neraca dan laporan laba rugi bank syariah disusun

menggunakan pedoman PSAK Akuntansi Syariah. Jika ditinjau secara

seksama PSAK Akuntansi Syariah tidak sepenuhnya sesuai dengan

karakteristik bank syariah. Hal ini tampak pada laporan keuangan bank

syariah yang masih bersifat stakeholders oriented. Kondisi ini tidak selaras

dengan pendapat para pakar akuntansi syariah, bahwa tujuan laporan

keuangan bisnis syariah tidak sebatas pada direct stakeholders saja

melainkan kepada indirect stakeholders. Hal ini untuk memenuhi tujuan

dari akuntansi syariah yaitu pemenuhan kewajiban kepada Allah,

lingkungan sosial, individu oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi

dan membantu mencapai keadilan. Oleh sebab itu pakar akuntansi syariah

merekomendasikan adanya penambahan Laporan Nilai Tambah dalam

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

52

laporan keuangan yang diterbitkan oleh lembaga ekonomi Islami termasuk

dalam hal ini adalah bank syariah.

Oleh sebab itu upaya untuk mengetahui kinerja keuangan lembaga

ekonomi syariah termasuk dalam hal ini adalah PT Bank Syariah Mandiri,

tidak cukup hanya didasarkan pada Laporan Laba Rugi saja tetapi juga perlu

didasarkan pada Laporan Nilai Tambah, agar diketahui secara riil kinerja

keuangan yang telah dihasilkan.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini sebagaimana yang tampak

pada Gambar 2.1 pada bagian dibawah ini.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

53

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Sumber : Wahyudi (2005) diolah

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan hubungan yang diperkirakan secara logis di

antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan

yang dapat diuji (Sekaran, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbandingan kinerja keuangan bank syariah dengan menggunakan

pendekatan laba rugi dan nilai tambah.

Laporan Keuangan Bank

Syariah Syariah

Penyajian dan pengungkapan

laporan keuangan

(Pendekatan laba rugi)

Laporan Laba Rugi

Penyajian dan pengungkapan

laporan keuangan

(Pendekatan nilai tambah)

Laporan Nilai Tambah

Kinerja Keuangan

PT Bank Syariah Mandiri

(Return On Asset dan Return On

Equity dan total laba per total aktiva

produktif)

Statistik Deskriptif dan Uji

Beda

Statistik Deskriptif dan Uji

Beda

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

54

1. Perbedaan Rasio ROA

ROA merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva.

Rasio ROA rasioa yang menggambarkan kemapuan bank dalam mengelola

dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan

keuntungan. Semakin besar rasio yang diperoleh berarti kemampuan bank

syariah dalam meberikan keuntungan bagi hasil kepada nasabah semakin

baik, dan sebaliknya jika perolehan rasio kinerja kecil berarti kemampuan

bank syariah memberikan keuantungan berupa bagi hasil nasabah rendah

(Kartika et.all, 2013). Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar

tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi

bank tersebut dari penggunaan asset.

Dalam penelitian Agus Rifai (2013) menyatakan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan pada rasio ROA antara ISA dan VAR pada tiga

BUS tahun 2008-2010. Selain itu berdasarkan analisis deskriptif terhadap

ROA selama periode penelitian, dari dua pendekatan tersebut secara

kuantitatif VAR memiliki rasio ROA yang lebih tinggi dibandingan dengan

ISA. Hal tersebut menggambarkan bahwa dengan pendekatan VAR,

besarnya jumlah pendekatan bank syariah dikarenakan dalam VAR bagian

pihak ketiga atas bagi hasil, gaji karyawan, zakat dan pajak tidak

mengurangi pendapatan yang diperoleh tetapi merupakan bagian dari

pendistribusian pendapatan atau nilai tambah yang telah dihasilkan oleh

bank syariah. Sehingga hipotesis yang digunakan:

H1: Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA perbankan syariah

jika dianalisis dengan pendekatan laba rugi dan nilai tambah.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

55

2. Perbedaan Rasio ROE

ROE adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan

rata-rata modal (average equity) atau investasi para pemilik bank. Semakin

besar rasio yang diperoleh berarti kemampuan bank syariah dalam

meberikan keuntungan bagi hasil kepada nasabah semakin baik, dan

sebaliknya jika perolehan rasio kinerja kecil berarti kemampuan bank

syariah memberikan keuantungan berupa bagi hasil nasabah rendah (Kartika

et.all, 2013). Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula laba yang

diperoleh perusahaan sehingga rentabilitas bank semakin baik

Dalam penelitian Wahyudi (2005) juga membuktikan rasio ROE dengan

menggunakan pendekatan nilai tambah menunjukkan peningkatan. Hal ini

sesuai dengan apa yang dinyatakan Harahap (2007) yaitu ROE bank syariah

dikejar sampai akhirat, sedangkan sistem akuntansi konvensional ROE-nya

hanya dikejar untuk tahun ini saja. Jadi kesimpulannya, ekonomi Islam itu

menguntungkan dalam dua hal yakni rentang waktunya berdimensi dunia

akhirat, dan juga menguntungkan buat keadilan kepada rakyat secara

keseluruhan. Sehingga hipotesis yang digunakan adalah:

H2: Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROE perbankan syariah

jika dianalisis dengan pendekatan laba rugi dan nilai tambah.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

56

3. Perbedaan Rasio Perbandingan Antara Total Laba Bersih dengan

Total Aktiva Produktif

Value Added Statement yang kalau dalam akuntansi konvensional disebut

Laporan Laba Rugi. Akan tetapi, dari keduanya terdapat perbedaan. Value

Added Statement lebih menekankan pada distribusi nilai tambah yang

diciptakannya kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya (Muhammad,

2005).

Laba merupakan kelebihan penghasilan di atas biaya selama satu

periode akuntansi (Harahap, 2002). Nilai tambah tidak sama dengan laba.

Laba menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan nilai tambah

mengukur kenaikan kekayaan bagi seluruh stakeholders (Harahap, 2006).

Aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah

maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana

antar bank, penyertaan, komitmen, dan kontijensi pada transaksi rekening

administratif (Kartik et.all, 2013). Rasio perbandingan total laba bersih

dengan total aktiva produktif digunakan untuk mengetahui kemampuan

bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva

produktif.

Dalam penelitian Putri Kartika dan Djoko Kristianto (2013) secara

kuantitatif pendekatan nilai tambah memiliki rasio perbandingan laba bersih

dengan aktiva produktif yang lebih tinggi walaupun terdapat selisih kecil

dibandingkan dengan pendekatan laba rugi. Sehingga hipotesis yang

digunakan adalah:

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

57

H3: Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio perbandingan antara

total laba bersih dengan total aktiva produktif perbankan syariah jika

dianalisis dengan pendekatan laba rugi dan nilai tambah.

4. Perbedaan secara Keseluruhan

Penelitian kinerja keuangan bank syariah dapat dilakukan dengan

menganalisa laporan keuangan yang diterbitkan. Salah satunya dengan

menganalisa tingkat profitabilitas bank syariah yang bersangkutan, dengan

menggunakan rasio Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),

rasio perbandingan total laba bersih dengan total aktiva produktif.

Value Added Statement (VAR) atau Laporan Nilai Tambah berkaitan

juga dengan Human Resources Accounting dan Employee Reporting

terutama dalam hal informasi yang disajikan. Kalau laporan keuangan

konvensional menekankan informasinya pada laba maka VAR menekankan

pada upaya mengenerate kekayaan. Karena laba pemegang saham

(kapitalis) biasanya hanya menggambarkan hak atau kepentingan pemegang

saham saja bukan seluruh tim yang ikut terlibat dalam kegiatan perusahaan.

Value added adalah kenaikan nilai kekayaan yang degenerate atau

dihasilkan dengan penggunaan yang produktif dari seluruh sumber-sumber

kekayaan perusahaan oleh seluruh tim yang ada termasuk pemilik modal,

karyawan, kreditur, dan pemerintah. Value added tidak sama dengan laba.

Laba menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan nilai tambah

mengukur kenaikan bagi seluruh stakeholders (Harahap, 2006).

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah ...

58

VAR menggantikan Laporan Laba Rugi karena laporan nilai tambah

itu lebih adil dan lebih sesuai dengan nilai dan konsep Islam (Harahap,

2007). VAR inilah yang kalau dalam akuntansi konvensional disebut

Laporan Laba Rugi. Akan tetapi, dari keduanya terdapat perbedaan. VAR

lebih menekankan pada distribusi nilai tambah yang diciptakannya kepada

pihak-pihak yang berhak menerimanya (Muhammad, 2005). Sehingga

hipotesis yang digunakan adalah:

H6: Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perbankan

syariah jika dianalisis dengan pendekatan laba rugi dan nilai tambah.