BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntansi …repository.untag-sby.ac.id/3769/3/BAB...

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi Manajemen adalah salah satu cabang ilmu akuntansi yang menghasilkan informasi untuk manajemen atau pihak intern perusahaan. Pengguna utama informasi akuntansi adalah para manajer, yang bertugas merencanakan kegiatan, menerapkan rencana, dan mengarahkan serta mengendalikan kegiatan organisasi tersebut atau berjalan sesuai rencana (Krismiaji dan Aryani, 2011:2) Menurut Blocher & Cokins (2011:5) mendefinisikan bahwa : akuntansi manajemen adalah suatu profesi yang melibatkan kemitraan dalam pengambilan keputusan manajemen, menyusun perencanaan dan sistem manajemen kinerja, serta menyediakan keahlian dalam pelaporan keuangan dan pengendalian untuk membantu manajemen dalam memformulasikan dan mengimplementasikan suatu strategi organisasi. Menurut Henry Simamora (2012:13) definisi akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, penghimpunan, penganalisaan, penafsiran, pengkomunikasian informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi dan mengendalikan kegiatan usaha didalam sebuah organisasi, serta untuk memastikan penggunaan dan akuntabilitas sumber daya yang tepat. Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: akutansi manajemen merupakan suatu sistem pengolahan informasi keuangan yaitu “suatu proses pengolahan informasi untuk memenuhi semua kebutuhan manajemen dalam mejalankan fungsi dari sebuah perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian perusahaan atau organisasi”.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntansi …repository.untag-sby.ac.id/3769/3/BAB...

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1 Akuntansi Manajemen

    Akuntansi Manajemen adalah salah satu cabang ilmu akuntansi yang

    menghasilkan informasi untuk manajemen atau pihak intern perusahaan. Pengguna

    utama informasi akuntansi adalah para manajer, yang bertugas merencanakan

    kegiatan, menerapkan rencana, dan mengarahkan serta mengendalikan kegiatan

    organisasi tersebut atau berjalan sesuai rencana (Krismiaji dan Aryani, 2011:2)

    Menurut Blocher & Cokins (2011:5) mendefinisikan bahwa : akuntansi

    manajemen adalah suatu profesi yang melibatkan kemitraan dalam pengambilan

    keputusan manajemen, menyusun perencanaan dan sistem manajemen kinerja, serta

    menyediakan keahlian dalam pelaporan keuangan dan pengendalian untuk membantu

    manajemen dalam memformulasikan dan mengimplementasikan suatu strategi

    organisasi.

    Menurut Henry Simamora (2012:13) definisi akuntansi manajemen adalah

    proses pengidentifikasian, pengukuran, penghimpunan, penganalisaan, penafsiran,

    pengkomunikasian informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen untuk

    merencanakan, mengevaluasi dan mengendalikan kegiatan usaha didalam sebuah

    organisasi, serta untuk memastikan penggunaan dan akuntabilitas sumber daya yang

    tepat.

    Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    akutansi manajemen merupakan suatu sistem pengolahan informasi keuangan yaitu

    “suatu proses pengolahan informasi untuk memenuhi semua kebutuhan manajemen

    dalam mejalankan fungsi dari sebuah perencanaan, pengkoordinasian dan

    pengendalian perusahaan atau organisasi”.

  • 2.1.2 Kinerja Perusahaan

    Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas

    perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang

    dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya

    yang dimiliki.

    Menurut Payaman J. Simanjuntak (2011:3) kinerja perusahaan adalah

    agregasi atau akumulasi kinerja semua unit-unit organisasi, yang sama dengan

    penjumlahan kinerja semua orang atau individu yang bekerja diperusahaan.

    Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja

    perusahaan merupakan sebuah tingkat pencapaian hasil suatu organisasi atau

    perusahaan dalam periode waktu tertentu.

    2.1.3 Pengukuran Kinerja

    Pengukuran kinerja merupakan salah satu komponen penting di dalam sistem

    pengendalian manajemen untuk mengetahui tingkat keberhasilan perusahaan dalam

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan

    jangka panjang Hery (2016:222).

    Menurut Moeheriono (2012:96), pengukuran kinerja (performance

    measurement) merupakan suatu proses penilaian tentang kemajuan pekerjaan

    terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk

    menghasilkan barang dan jasa, termasuk informasi atas efisiensi serta efektivitas

    tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.

    Pengukuran kinerja menurut Atkinson et al. (2012:111) adalah alat yang kuat

    untuk mengkomunikasikan dengan jelas dan tanpa ambigu apa yang dimaksud

    perusahaan terkait pernyataan tujuan, misi, dan visi strategis.

    2.1.4 Tujuan Pengukuran Kinerja

    Tujuan pengukuran kinerja, menurut (Rudianto 2013:187-188):

    1. Menentukan strategi

  • Dalam hal ini yang paling penting adalah tujuan dan target organisasi

    dinyatakan secara eksplisit dan jelas. Strategi harus dibuat pertama kali untuk

    keseluruhan organisasi dan kemudian dikembangkan ke level fungsional

    dibawahnya.

    2. Menentukan pengukuran strategi

    Pengukuran strategi diperlukan untuk mengartikulasi strategi ke seluruh

    anggota organisasi. Organisasi tersebut harus fokus pada beberapa

    pengukuran kritis saja, sehingga manajemen tidak terlalu banyak melakukan

    pengukuran kinerja yang tidak perlu.

    3. Mengintegrasikan pengukuran kedalam sistem manajemen

    Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik secara formal maupun

    informal, yang juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan sumber

    daya manusia perusahaan.

    4. Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan

    Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja organisasi apakah

    masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu.

    2.1.5 Karakteristik dalam Pengukuran Kinerja

    Menurut Gaspersz (2011:181), karakteristik yang biasa digunakan oleh

    organisasi kelas dunia dalam menerapkan balanced scorecard untuk mengevaluasi

    sistem pengukuran kinerja mereka adalah:

    1. Biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran kinerja tidak lebih besar dari

    pada manfaat yang diterima.

    2. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program balanced scorecard.

    Berbagai masalah yang berkaitan dengan kinerja beserta kesempatan

    kesempatan untuk meningkakannya harus dirumuskan secara jelas.

    3. Pengkuran harus terkait langsung dengan tujuan-tujuan strategis yang

    dirumuskan kisi strategis dan harus memiliki paling sedikit satu

    pengukuran.

  • 4. Pengukuran harus sederhana serta memunculkan data yang mudah untuk

    digunakan, mudah dipahami, dan mudah melaporkannya.

    5. Pengukuran harus dapat diulang terus-menerus, sehingga dapat

    diperbandingkan.

    6. Pengukuran harus dilakukan pada sistem secara keseluruhan, yang menjadi

    ruang lingkup balanced scorecard.

    7. Pengukuran harus dapat digunakan untuk menetapkan target, mengarah

    kepeningkatan kinerja di masa mendatang.

    8. Ukuran-ukuran kinerja dalam program balanced scorecard yang diukur itu

    seharusnya dipahami secara jelas oleh semua individu yang terlibat.

    9. Pengukuran harusnya melibatkan semua individu yang berada dalam proses

    terlibat dengan program balanced scorecard.

    10. Pengukuran harus akurat, dapat diandalkan, dapat diverifikasi sehingga

    dapat diterima dan dipercaya sebagai sahih (valid) oleh mereka yang akan

    menggunakannya.

    11. Pengukuran harus berfokus pada tindakan korektif dan peningkatan, bukan

    sekadar pada pemantau (monitoring) atau pengendalian.

    2.1.6 Penilaian Kinerja dengan Pengukuran Tradisional

    Secara umum, terdapat dua metode pengukuran kinerja yaitu metode

    tradisional dan kontemporer. Metode tradisional menekankan kepada ukuran

    keuangan yaitu dalam bentuk rasio keuangan yang menunjukkan tingkat

    Profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. Metode pengukuran kinerja tradisional

    cenderung terfokus pada tujuan jangka pendek dan seringkali mengabaikan hal-hal

    yang sebenarnya lebih penting kelangsungan hidup perusahaan jangka panjang,

    seperti harta intelektual dan harta tak berwujud. (Hery, 2016:219)

    “Sedangkan pandangan kontemporer lebih menekankan pada penambahan

    nilai dan komprehensif serta koheren dengan semua aspek penilaian di perusahaan.

    Salah satunya yaitu mengenai penggunaan balanced scorecard dalam penilaiaan

  • kinerja oranisasi. Konsep kontemporer ini tidak hanya menilai aspek keuangan saja

    namun semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan”.

    Penggunaan tolak ukur keuangan sebagai satu-satunya pengukur kinerja

    perusahaan memiliki keterbatasan menurut (Hery, 2016:219), yaitu:

    1. Sulit untuk mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang

    dianalisis jika perusahaan itu beroperasi dalam beberapa bidang usaha.

    2. Perusahaan mungkin menggunakan teknik windows dressing sehingga

    perhitungan rasio tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya.

    3. Perbedaan praktek akuntansi tiap-tiap perusahaan akan mengahasilkan

    perhitungan rasio yang berbeda, misalnya saja perbedaan dalam metode

    penyusutan, metode penilaian persediaan, dan lain-lain.

    4. Informasi angka rata-rata industri yang diterbitkan adalah data umum dan

    hanya merupakan perkiraan belaka.

    5. Perusahaan dapat memiliki rasio yang baik tetapi rasio lainnya buruk

    sehingga sulit mengatakan apakah secara keseluruhan kondisi perusahaan

    baik atau buruk.

    6. Keadaan inflasi dapat menyebabkan distorsi pada neraca perusahaan

    sehingga sulit mengatakan apakah secara keseluruhan kondisi perusahan

    baik atau buruk.

    2.1.7 Balanced Scorecard

    Atkinson et al (2012:105) berpendapat bahwa Balanced Scorecard

    merupakan alat manajerial memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan

    pandangan yang lebih komprehensif dan memberikan cara yang jelas bahwa

    perusahaan-perusahaan yang harus mengukur untuk mengevaluasi implikasi yang

    timbul dari tujuan strategis.

    Menurut Rangkuti (2016:204), Balanced Scorecard adalah suatu sistem

    pendekatan untuk mengukur kinerja yang dilakukan oleh perusahaan melalui

    kerangka kerja pengukuran yang didasarkan atas empat perspektif yaitu keuangan,

    pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan.

  • Menurut Moeheriono (2012:158), Balanced Scorecard merupakan alat

    pengukur kinerja eksekutif yang memerlukan ukuran komprehensif dengan empat

    perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis

    internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

    2.1.8 Tujuan Balanced Scorecard

    Menurut Rangkuti (2016:120), tujuan balanced scorecard yaitu :

    1. Mengadakan pengukuran untuk semua kegiatan yang bersifat kritis.

    2. Menyediakan sistem manajemen strategis yang dapat memantau

    implementasi perencanaan strategis.

    3. Memfasilitasi komunikasi kepada semua stakeholder khususnya kepada

    para karyawan.

    2.1.9 Manfaat Balanced Scorecard

    Manfaat Balanced Scorecard bagi suatu perusahaan menurut Kaplan dan

    Norton (2000:122) adalah

    1. Balanced Scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk

    mencapai tujuan jangka panjang.

    2. Balanced Scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam

    prespektif keuangan dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan

    belajar dan bertumbuh).

    3. Balanced Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka

    investasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan

    prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan di masa mendatang.

    2.1.10 Keunggulan dan Kelemahan Balanced Scorecard

    Keunggulan Balanced Scorecard dalam sistem perencanaan strategis

    menurut Mulyadi (2014:237-245) adalah mampu menghasilkan rencana strategis

    yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

    1. Komprehensif

  • Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan

    strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan,

    meluas ke tiga perspektif yang lain: customer, proses bisnis internal, serta

    pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan empat perspektif tersebut

    menghasilkan manfaat, yaitu menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat

    ganda dan jangka panjang, serta memampukan perusahaan untuk memasuki

    lingkungan yang kompleks.

    2. Koheren

    Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan

    sebab akibat (causal relationship) diantara berbagai sasaran strategik yang

    dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang

    ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan

    kasual dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak

    langsung. Kekoherenan juga berarti dibangunnya hubungan sebab akibat

    antara keluaran yang dihasilkan sistem perencanaan strategik (renstra).

    Sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem perencanaan strategik

    merupakan penerjemahan visi, misi tujuan dan strategi yang dihasilkan sistem

    perumusan strategi.

    3. Terukur

    Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan

    strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan

    oleh system tersebut. Balanced Scorecard mengukur sasaran-sasaran

    strategik yang sulit untuk diukur. Sasaran-sasaran strategik di perspektif

    pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan

    merupakan sasaran yang tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan

    Balanced Scorecard, sasaran di ketiga perspektif non keuangan tersebut

    ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat terwujud. Dengan

    demikian, keterukuran sasaran-sasaran strategik di ketiga perspektif tersebut

  • menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik non keuangan, sehingga

    kinerja keuangan dapat berlipat ganda dan berjangka panjang.

    4. Seimbang

    Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan

    strategik sangat penting untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka

    panjang. Keseimbangan sasaran strategik yang ditetapkan dalam perencanaan

    strategik mencakup empat sasaran strategik yang perlu diwujudkan oleh

    perusahaan, yaitu financial returns yang berlipat ganda dan berjangka

    panjang (perspektif keuangan), produk jasa yang mampu menghasilkan value

    terbaik bagi customer (perspektif pelanggan), proses yang produktif dan cost

    effective (perspektif bisnis internal) dan sumber daya manusia yang produktif

    dan berkomitmen (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan).

    Menurut Rangkuti (2016:94), beberapa keunggulan utama sistem balanced

    scorecard dalam mendukung proses manajemen strategis antara lain yaitu:

    1. Memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategis

    Untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, personel perlu menempuh

    langkah-langkah strategis dalam hal permodalan yang memerlukan langka

    besar berjangka panjang. Selain itu, sistem ini juga menuntut personel

    mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

    2. Menghasilkan program kerja yang menyeluruh

    Sistem balanced scorecard merumuskan sasaran strategis melalui keempat

    perspektif. Ketiga perspektif nonkeuangan hendaknya dipicu aspek

    keuangan.

    3. Menghasilkan business plan yang terintegrasi. Sistem balanced scorecard

    dapat menhasilkan dua macam integrasi : integrasi antara visi dan misi

    perusahaan dengan program dan integrasi program dengan rencana

    meningkatkan profit bisnis.

    Menurut Atkinson et al. (2012:139-142) sedikitnya ada empat kelemahan

  • dalam membuat dan memasukkan ukuran serta sistem manajemen baru keorganisasi,

    yaitu :

    a. Manajemen senior tidak berkomitmen.

    b. Tanggung jawab Balanced Scorecard tidak mengalir kebawah.

    c. Solusi dirancang berlebihan atau Balanced Scorecard diperlukan sebagai

    peristiwa satu kali.

    d. Balanced Scorecard diperlakukan sebagai sistem atau proyek konsultasi.

    2.1.11 Keterbatasan Balanced Scorecard

    Menurut Hery (2016:228), keterbatasan Balanced Scorecard sebagai alat

    pengukuran kinerja perusahaan, yaitu :

    a. Kekeliruhan dalam menentukan variabel dan tolak ukur.

    b. Tidak adanya sistem manajemen dan sistem informasi yang dapat diandalkan

    secara efektif dalam menfasilitasi sasaran pada tingkat manajemen puncak

    hingga level di bawahnya, yang merupakan tempat aktualisasi strategi dan

    pengembangan bisnis.

    c. Karyawan kurang mempunyai rasa memiliki atau loyalitas terhadap

    perusahaan sehingga hal ini sangat menggangu bagi keberhasilan penerapan

    balanced scorecard yang membutuhkan peran serta individu dalam

    organisasi.

    d. Kecenderungan untuk mengutamakan hasil keuangan dibanding non

    keuangan, karena manajer memiliki tekanan terhadap penilaian kinerja

    keuangan perusahaan untuk kepentingan para pemegang saham, sehingga

    hubungan antara ukuran non keuangan dengan hasil yang diperoleh pada

    ukuran keuangan kurang sempurna.

    e. Banyaknya penetapan kriteria sebagai tolak ukur kinerja dalam balanced

    scorecard dapat mengakibatkan manajer menjadi kurang fokus dalam

    melaksanakan pengukuran, namun sebaliknya jika ukuran scorecard terlalu

    sedikit maka manajer kemungkinan akan mengabaikannya.

  • f. Jika sistem informasi atau variabel atau scorecard tidak tersedia atau tidak

    memadai untuk mengukur beberapa ukuran penting, maka manajer biasanya

    akan melakukan penundahan terhadap aplikasi balanced scorecard pada

    organisasi. Hal ini dapat menghilangkan momentum atau antusias yang telah

    terbentuk untuk membangun konsep tersebut, sehingga perusahaan akan

    kehilangan umpan balik atas ukuran yang informasinya sudah terlebih dahulu

    tersedia, dan memungkinkan akan kehilangan pengalaman dalam

    menggunakan scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja yang mutakhir.

    g. Perusahaan tidak jarang meniru tolak ukur perusahaan lain yang telah berhasil

    menerapkan balanced scorecard, padahal scorecard yang baik adalah yang

    diturunkan dari strategi perusahaan itu sendiri karena masing-masing

    perusahaan menghadapi lingkungan persaingan, pelanggan, segmen pasar,

    dan implementasi scorecard yang dianggap paling benar. Setiap entitas perlu

    mengembangkan sistem pengukuran kinerja balanced scorecard dari hasil

    pengalamanya sendiri.

    2.1.12 Faktor-Faktor Kegagalan Balanced Scorecard

    Menurut Sumarsan (2013:240) faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan

    implementasi Balanced Scorecard adalah sebagai berikut:

    1. Tidak didefinisikan secara benar dalam Balanced Scorecard khususnya

    perspektif non keuangan. Padahal perspektif ini merupakan indikator utama

    yang memberikan kepuasaan bagi stakeholder di masa yang akan datang.

    2. Definisi pengukuran matriks terhadap perspektif non keuangan sangat minim

    menyebabkan pengukuran yang susah. Biasanya metric financial lebih mudah

    didefinisikan karena berhubungan dengan angka, sedangkan untuk non

    finansial tidak ada standar yang baku.

    3. Adanya “negosiasi” dalam penentuan sasaran perbaikan dan tidak

    berdasarkan pada kebutuhan para pihak yang berkepentingan dan

    kemampuan proses perbaikan. Istilah nogosiasi ini dalam prakteknya

  • diistilahkan dengan “penghijauan” angka, artinya supaya kelihatan kinerja

    yang bagus maka sasaran diturunkan.

    4. Tidak adanya sistem yang terintegrasi dari tingkat manajemen puncak kepada

    bawahan sehingga tidak diketahui perbaikan kegiatan yang sebenarnya

    terjadi.

    5. Tidak adanya metode dan sistem perbaikan yang baku dalam penerapan

    Balanced Scorecard.

    6. Kurang mampu membuat hubungan kuantitatif antara perspektif keuangan

    dengan perspektif non keuangan.

    2.1.13 Komponen-Komponen dalam Balance Scorecard

    Balanced Scorecard yang dirancang dengan baik mengkombinasikan antara

    analisis keuangan dari kinerja masa lalu dengan analisis dari pemicu kerja masa depan

    perusahaan. Tujuan spesifik analisis Balanced Scorecard perusahaan dijabarkan dari

    visi dan strategi perusahaan. Adapun berikut ini dijelaskan mengenai komponen-

    komponen penting dalam Balanced Scorecard.

    1. Perspektif Keuangan

    Secara tradisional, laporan keuangan merupakan indikator historis agregatif

    yang merefleksikan akibat dari implementasi dan eksekusi strategi dalam satu periode.

    Menganalisis kinerja keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan

    pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan

    perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercemin dalam sasaran-sasaran yang secara

    khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai

    pemegang saham.

    Pengkuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus

    kehidupan bisnis, yaitu : growth, sustain, dan harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran

    berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula.

    Adapun tahapan-tahapan tersebut menurut Kaplan dan Norton (2000:136)

    yaitu :

  • a. Tahap Pertumbuhan (Growth)

    Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki

    produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan

    terbaik. Disini manajemen terikat dengan komitmen untuk

    mengembangkan suatu produk atau jasa dan fasilitas produksi, menambah

    kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infastruktur dan jaringan

    distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan

    mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Dalam tahap pertumbuhan

    ini, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus kas yang negative dengan

    tingkat pengembalian modal yang rendah.

    b. Tahap bertahan (Sustain)

    Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan

    reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. pada tahap

    ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan

    mengembangkannya jika memungkinkan. Sasaran keuangan pada tahapi ini

    diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang

    dilakukan.

    c. Tahap Menuai (Harvest)

    Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil investasi

    ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi

    pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan

    dan perbaikan. Sasaran keuangan adalah hal utama dalam tahap ini sehingga

    diambil sebagai tolak ukur yaitu memaksimumkan arus kas masuk, dan

    pengurangan modal kerja.

    Dalam perspektif keuangan alat ukur yang digunakan adalah analisis rasio,

    dalam penelitian ini penulis memilih analisis rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio

    solvabilitas, dan rasio aktivitas. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah Current Ratio, Debt to Assets Ratio, Total Assets Turnover, Return On

    Assets, Proft Margin

  • 1. Rasio Likuiditas

    Rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang mengambarkan

    kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.

    (Kasmir, 20016:134) rasio yang digunakan yaitu:

    a. Rasio Lancar (Current Ratio)

    Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

    kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

    secara keseluruhan.

    Current Assets

    Current Ratio = x 100%

    Current liabilities

    2. Rasio Solvabilitas

    Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

    membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang

    (Kasmir, 2016:151). Rasio yang digunakan yaitu:

    a. Rasio Hutang Terhadap Aset (Debt to Assets Ratio)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total

    aset.

    Total Liabilities

    Debt to Assets Ratio = x 100%

    Total Assets

    3. Rasio Aktivitas

    Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas

    perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya (Kasmir, 2016:172). Rasio

    yang digunakan yaitu:

  • a. Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur perputaran semua aset yang dimiliki

    perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap

    rupiah aset.

    Sales

    Total Asset Turn Over = x 100%

    Total Assets

    4. Rasio Profitabilitas

    Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

    mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas

    manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2016:196). Rasio yang digunakan yaitu

    a. Rasio Pengembalian Aset (Return On Assets)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih yang akan

    dihasilkan dari setiap dana yang akan tertanam dalam aset

    Net Income

    Return On Asset = x 100%

    Total Assets

    2. Perspektif Pelanggan

    Dalam perspektif pelanggan, para manajer mengidentifikasi pelanggan dan

    segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing dengan berbagai ukuran

    kinerja unit bisnis di dalam sasaran masing-masing. Perspektif ini biasanya terdiri atas

    beberapa ukuran utama atau ukuran ginerik keberhasilan perusahaan dari strategi

    yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik.

    Ada dua kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan yaitu Care

    Measurement Group dan Customer Value Proposition (Kaplan dan Norton,

    2000:150) :

  • 1. Kelompok perusahaan inti konsumen (Care Measurement Group),

    terdapat lima tolak ukur yang tergabung dalam kelompok dibawah ini:

    a. Pangsa pasar (Market Share) yang mengukur seberapa besar proporsi segmen

    pasar tertentu yang dikuasai oleh perusahaan.

    b. Akuisisi Pelanggan (Customer Acqusition) tingkat dimana perusahaan

    mampu menarik konsumen baru.

    Jumlah Pelanggan Baru

    Akuisisi Pelanggan = x100%

    Jumlah Pelanggan

    (sumber : Taher, Tasman H. 2018)

    c. Retensi pelanggan (Customer Retention) tingkat dimana perusahaan dapat

    mempertahankan hubungan dengan konsumen lamanya. Menurut Velicia

    Iryatie S (2005) perhitungan Customer Retention menggunakan rumus :

    {penjualan tahun ini (x)} – {penjualan tahun lalu (x-1)}

    Customer Rentetion = x 100%

    {penjualan tahun lalu (x-1)}

    d. Tingkat kepuasaan pelanggan (Customer Satisfaction) tingkat kepuasaan

    konsumen terhadap kriteria kinerja tertentu, seperti tingkat pelayanan.

    e. Tingkat profitabilitas pelanggan (Customer Profitabilty) suatu tingkat laba

    bersih yang diperoleh perusahaan dari suatu target atau segmen pasar yang

    dilayani.

    Laba bersih

    Profitabilitas pelanggan = x100%

    Pendapatan bersih

  • (sumber : Taher, Tasman H. 2018)

    2. Proporsi nilai pelanggan (Customer value Satisfaction) merupakan pemicu

    kinerja yang terdapat pada proporsi nilai inti (Core Value Proportion) didasarkan pada

    atribut sebagai berikut:

    a. Produk atau atribut layanan yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga

    dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasi apa yang diinginkan

    pelangan atas produk atau jasa yang ditawarkan.

    b. Hubungan pelanggan adalah strategi dimana perusahaan mengadakan

    pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas atas produk atau jasa yang

    ditawarkan perusahaan.

    c. Gambar dan reputasi adalah membangun image dan reputasi dapat

    dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

    3. Perspektif Proses Bisnis Internal

    Dalam perspektif ini, agar dapat menentukan tolak ukur bagi kinerja ini,

    manajemen perusahaan Pertama-tama perlu mengidentifikasi proses bisnis internal

    yang terdapat di dalam perusahaan.

    Menurut Kaplan dan Norton (2000:169) Pendekatan Balanced Scorecard

    membagi pengukuran dalam perspektif proses bisnis internal menjadi tiga bagian :

    a. Inovasi (Innovation)

    Proses inovasi dibagi menjadi dua bagian yaitu mengidentifikasi kebutuhan

    pasar dan menciptakan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pasa

    tersebut.

    b. Proses Operasi (Operations)

    Tahapan ini merupakan tahapan aksi dimana perusahaan secara nyata

    berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggan dalam memenuhi

    keinginan dan kebutuhan mereka. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi ke

    dalam dua bagian yaitu proses pembuatan produk dan proses penyampaian produk

  • kepada pelanggan. Salah satu tolak ukur proses operasi dapat dinyatakan melalui

    rumus :

    Actual Capacity

    Yield Rate = x 100%

    Max Capacity

    (Kaplan dan Norton, 2000:103)

    c. Pelayanan Purna Jual (Postsale Service)

    Tahapan ini perusahaan berupaya untuk memberikan manfaaat tambahan

    kepada para pelanggan yang telah membeli produk-produknya dalam

    berbagai layanan purna transaksi jual beli seperti garansi, aktivitas

    perbaikan dan pemrosesan pembayaran.

    4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

    Kaplan dan Norton (2000:25), perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

    adalah proses mengidentifikasi infastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam

    menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Balanced

    Sorecard menekankan pentingnya investasi untuk kepentingan masa depan. Dalam

    proses pembelajaran dan pertumbuhan ada tiga faktor yang diperhatikan, (Kaplan dan

    Norton, 2000:174), yaitu:

    a. Kemampuan karyawan (Employee Capabilities)

    Akibat adanya pergeseran teknologi yang menunjukkan seluruh pekerjaan

    diotomatisasi, maka pekerjaan yang sama yang dilakukan secara terus

    menerus pada tahap efisiensi dan produktivitas yang tidak sama, tidak lagi

    cukup bagi tercapainya keberhasilan perusahaan, oleh karena itu perusahaan

    harus melakukan perbaikan terus menerus.

    b. Kemampuan Sistem Informasi (Information System)

  • Motivasi dan keahlian karyawan diperlukan dalam mencari tujuan

    pelanggan dan bisnis internal, namun tu saja tidak cukup jika mereka tidak

    memiliki informasi yang memadai. Dalam persaingan bisnis yang sangat

    ketat ini maka diperlukan informasi yang tepat, cepat, dan akurat sebagai

    umpan balik. Informasi tersebut dapat berupa informasi tentang pelanggan,

    proses bisnis internal, keuangan, dan keputusan yang dibuat oleh karyawan.

    c. Motivasi, Kekuasaan, dan keselarasan (Motivation, Empowerment, and

    Aligment).

    d. Ukuran dari motivasi karyawan adalah jumlah saran per-pegawai, dimana

    ukuran ini menangkap partisipasi karyawan yang sedang berlangsung dalam

    memperbaiki kinerja perusahaan, dan tingkat kualitas pertisipasi karyawan

    dalam memberikan saran untuk peluang perbaikan.

    Untuk menentukan tujuan dan ukuran yang berkaitan dengan kemampuan

    karyawan, ada tiga hal yang dipertimbangkan yaitu:

    a) Produktivitas Karyawan

    Ialah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha peningkatan moral dan

    kealihan karyawan, inovasi dan kepuasaan pelanggan. Tingkat produktivitas

    karyawan, digunakan untuk mengetahui produktivitas karyawan dalam

    periode tertentu.

    laba bersih

    produktifitas karyawan = x 100%

    jumlah karyawan

    b) Presentase Pelatihan Karyawan yang Terampil

    Untuk meningkatan kompetensi dalam mengelola manajemen, sehingga

    karyawan dapat terus berkembang dan terampil di masing-masing unit kerja.

    Pelatihan karyawan (employee training), digunakan untuk mengetahui tingkat

    pemberdayaan pada karyawan.

  • jumlah karyawan training

    employee training = x 100%

    jumlah karyawan

    c) Kepuasaan Karyawan

    Kepuasaan kerja secara keseluruhan saat ini dipandang sangat penting dan hal

    ini merupakan prakondisi untuk meningkatkan daya tanggap mutu,

    produktivitas, dan layanan pelanggan. Untuk mencapai kepuasaan karyawan,

    maka pihak manajer dapat melakukan survey secara rutin.

    2.2 Penelitian Terdahulu

    Penelitian mengenai analisis penerapan Balanced Scorecard sebagai tolak

    ukur kinerja perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

    Penelitian-peneltian tersebut banyak memberikan masukan.

    Tabel 2.2

    Tabel Penelitian Terdahulu

    No

    Peneliti

    Judul

    Variabel

    Hasil

    penelitian

    Persamaan

    Perbedaan

    1. Diayana

    Riyana

    H

    (2017)

    Pengukura

    n Kinerja

    Perusahaa

    n PT

    Indofood

    Dengan

    Mengguna

    kan

    Balanced

    Scorecard

    Perpektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    internal,

    perpektif

    pembelajar

    an dan

    pertumbuh

    an

    Kinerja PT

    Indofoood pada

    periode 2015-

    2016 lebih baik

    dari pada

    periode 2014-

    2015

    berdasarkan

    tinjauan dari

    empat

    perspektif

    Meneliti

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    Peneliti

    sebelumnya

    melakukan

    penelitian di

    PT Indofood

    2. Putri

    Qurota

    Analisis

    Metode

    Perpektif

    keuangan,

    Berdasarkan

    hasil penelitian

    Meneliti

    dengan

    Peneliti

    sebelumnya

  • Ain

    (2018)

    Balanced

    Scorecard

    Terhadap

    Pengukura

    n Kinerja

    Perusahaa

    n PT.

    Golden

    Teknik

    Sidoarjo

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    internal,

    perspektif

    pembelajar

    an dan

    pertumbuh

    an

    PT Golden

    Teknik

    Sidoarjo agar

    terus

    meningkatkan

    inovasi dalam

    mengembangka

    n produknya,

    karena inovasi

    sangat

    berpengaruh

    terhadap

    kelangsungan

    hidup

    perusahaan dan

    citra

    perusahaan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    melakukan

    penelitian di

    PT Golden

    Teknik

    Sidoarjo

    3. Meli

    Safitri

    (2016)

    Analisis

    Pengukura

    n Kinerja

    Perusahaa

    n Dengan

    Metode

    Balanced

    Scorecard

    Pada PT

    Perkebuna

    n

    Nusantara

    VII

    (Persero)

    Unit Musi

    Landas

    Perspektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    internal,

    perspektif

    pembelajar

    an dan

    pertumbuh

    an

    Hasil analisis

    menunujukkan

    bahwa

    pengukuran

    kinerja dengan

    menggunakn

    balanced

    scorecard lebih

    komprehensif

    dan terukur

    sehinngga

    perusahaan

    perlu

    menerapkan

    penggukuran

    kinerja dengan

    menggunakan

    balanced

    scorecard

    Meneliti

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    Peneliti

    sebelumnya

    melakukan

    penelitian di

    PT

    Perkebunan

    Nusantara

    VII

    (Persero)

    Unit Musi

    Landas

    4. Nuris

    sanida

    (2017)

    Analisis

    Pengukura

    n Kinerja

    perusahaa

    n Dengan

    Konsep

    Perspektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    Hasil

    pengukuran

    dengan konsep

    Balanced

    Scorecard

    kinerja empat

    aspek PT

    Meneliti

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    Peneliti

    sebelumnya

    melakukan

    penelitian di

    PT Kimia

    Farma

    Apotek

  • Balanced

    Scorecard

    internal,

    perspektif

    pembelajar

    an dan

    pertumbuh

    an

    Kimia Apotek

    Bandar

    Lampung

    secara

    keseluruhan

    dinilai cukup

    baik

    Bandar

    Lampung

    5. Yogie

    krisna

    Putera

    (2017)

    Analisa

    Kinerja

    Perusahaa

    n Dengan

    Mengguna

    kan

    Metode

    Balanced

    Scorecard

    Perspektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    internal,

    perspektif

    pembelajar

    an dan

    pertumbuh

    an

    Hasil penelitian

    menunjukkan

    bahwa kinerja

    Dealer Honda

    Naga Mas

    Motor

    Baturetno

    ditinjau dari

    perspektif

    keuangan

    adalah cukup

    baik, perspektif

    pelanggan

    adalah baik,

    perspektif

    proses bisnis

    internal adalah

    baik, perspektif

    pembelajaran

    dan

    pertumbuhan

    adalah baik

    Meneliti

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    Peneliti

    sebelumnya

    melakukan

    penelitian di

    Dealer

    Honda Naga

    Mas Motor

    Baturetno

    6. Olipia

    Margare

    tha

    (2018)

    Anlaisis

    Penerapan

    Balanced

    Scorecard

    Sebagai

    Pengukura

    n Kinerja

    PT

    Telkom

    Indonesia

    Tbk devisi

    Regional I

    Sumatera

    - Medan

    Perspektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    internal,

    perspektif

    pembelajar

    an dan

    pertumbuh

    an

    Hasil penelitian

    Kuantitatif

    menunjukkan

    bahwa variabel

    perspektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses bisnis

    internal dan

    perspektif

    pembelajaran

    dan

    Meneliti

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    Peneliti

    sebelumnya

    meneliti di

    PT Telkom

    Indonesia

    Tbk Devisi

    Regional I

    Sumatera –

    Medan

  • pertumbuhan

    karyawan

    secara parsial

    dan secara

    simultan

    berpengaruh

    signifikan

    terhadap

    kinerja PT

    Telkom

    Indonesia

    Devisi

    Regional I

    Sumatera –

    Medan

    7. Feri

    Achmad

    in

    (2015)

    Analisis

    Penerapan

    Balanced

    Scorecard

    untuk

    Penilaian

    Kinerja

    PT Semen

    Gresik

    Tbk

    Perspektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    internal,

    perspektif

    pembelajar

    an dan

    pertumbuh

    an

    Hasil penelitian

    diharapkan

    manajemen PT

    Semen Gresik

    Tbk. Lebih

    memperhatikan

    dalam segi

    aspek keuangan

    dan aspek

    kepuasaan

    pelanggan,

    sehingga dapat

    memaksimalka

    n pendapatan

    perusahaan dan

    meningkatkan

    jumlah

    pelanggan yang

    akan datang

    Meneliti

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    Peneliti

    sebelumnya

    meneliti di

    PT Semen

    Gresik Tbk

    8. Ahmad

    Faishol

    (2016)

    Analisis

    Pengaruh

    Penerapan

    Balanced

    Scorecard

    Terhadap

    Peningkat

    an Kinerja

    Perusahaa

    Perspektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    internal,

    perspektif

    Baik perspektif

    keuangan,

    pelanggan,

    proses bisnis

    internal, serta

    pembelajaran

    dan

    pertumbuhan

    mempunyai

    Meneliti

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    Peneliti

    sebelumnya

    meneliti di

    Perusahaan

    Daerah Air

    Minum

    PDAM

    Lamongan

  • n (Studi

    Kasus

    Pada

    Perusahaa

    n Daerah

    Air

    Minum

    (PDAM)

    Lamongan

    )

    pembelajar

    an dan

    pertumbuh

    an

    pengaruh yang

    cukup

    signifikan

    terhadap

    peningkatan

    kinerja

    perusahaan

    9. Arwinda

    h

    (2015)

    Analisis

    Balanced

    Scorecard

    sebagai

    alat

    pengukura

    n kinerja

    perusahaa

    n PT.

    Jamsostek

    Cabang

    Belawan

    Perspektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    internal,

    perspektif

    Kinerja masih

    perlu diperbaiki

    lagi agar

    perusahaan

    mampu

    mencapai

    kinerja yang

    baik

    Meneliti

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    Objek yang

    diteliti

    kinerja pada

    PT

    Jamsostek

    cabang

    belawan

    10. Mutia

    Zikrilla

    (2019)

    Pengukura

    n Kinerja

    Perusahaa

    n PT.

    Unilever

    Tbk

    Mengguna

    kan

    Metode

    Balanced

    Scorecard

    Perspektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    internal,

    perspektif

    pembelajar

    an dan

    pertumbuh

    an

    Kinerja PT

    Unilever Tbk

    pada periode

    2013, 2014,

    2015, sama

    dengan 2017

    lebih baik dari

    pada 2016

    berdasarkan

    tinjauan dari

    empat

    perspektif

    Meneliti

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    Peneliti

    sebelumnya

    meneliti di

    PT Unulever

    Tbk

    11. Nurhizat

    i (2017)

    Analisis

    Penerapan

    Balanced

    Scorecard

    pada PT

    Pertamina

    (Persero)

    Perspektif

    keuangan,

    perspektif

    pelanggan,

    perspektif

    proses

    bisnis

    internal,

    Hasil penelitian

    menunjukkan

    bahwa

    penerapan

    Balanced

    Scorecard

    dalam

    penetapan

    Meneliti

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard

    Peneliti

    sebelumnya

    melakukan

    peneltian di

    PT

    Pertamina

    (Persero)

  • Tahun

    2014-2016

    perspektif

    pembelajar

    an dan

    pertumbuh

    an

    tujuan dan

    penetapan

    ukuran telah

    sesuai dengan

    teori, dan untuk

    penetapan

    bobot dan

    penetapan

    target masih

    belum sesuai

    dengan teori

    sehingga sistem

    pengukuran

    masih

    berorientasi

    jangka pendek

    Sumber : Diolah Penulis

    2.3 Kerangka Konseptual

    Berdasarkan tujuan penelitian diatas mengenai Analisis Penerapan Balanced

    Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan, maka dibuat kerangka

    konseptual sebagai berikut :

  • Gambar 2.2

    Kerangka Konseptual

    (Sumber : Diolah Penulis)

    PT. Perkebunan

    Nusantara X

    Surabaya

    Kinerja

    Perusahaan

    Balanced

    Scorecard

    Perspektif

    Keuangan Perspektif

    Pelanggan

    Perspektif

    Bisnis

    Internal

    Perspektif

    Pertumbuhan

    &

    Pembelajaran

    Hasil Penelitian dengan Rekomendasi

    Pengukuran Kinerja Balanced Scorecard

    Untuk Perbaikan PT. Perkebunan

    Nusantara X Surabaya