BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang...

19
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit merupakan organ terluar tubuh manusia yang rentan terhadap berbagai risiko internal maupun eksternal akibat tingginya mobilitas manusia (Pamela, 2012). Kulit memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari gangguan dan rangsangan dari lingkungan. Fungsi perlindungan kulit berupa berbagai mekanisme biologis seperti pembentukan lapisan tanduk yang berkelanjutan (keratinasi dan pelepasan sel-sel yang telah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, sekresi sebum dan keringat, serta pigmentasi oleh melanin sebagai pelindung dari paparan sinar matahari yang mengandung sinar UV. Selain sebagai pelindung, kulit juga berfungsi sebagai organ peraba dan perasa (Tranggono dan Latifah, 2007). Fungsi estetik juga merupakan fungsi penting dari kulit karena kulit dapat menggambarkan kesehatan, keindahan, status sosial, dan status ekonomi seseorang (Mescher, 2013). Secara struktural, kulit terdiri atas dua lapisan utama, yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis. Epidermis merupakan lapisan superfisialis dari kulit dan merupakan lapisan tipis yang disusun oleh sel-sel epitel (Gartner et al., 2011). Epidermis terutama disusun oleh sel-sel keratinosit dan tiga jenis sel lainnya, yaitu melanosit, langerhan’s cell, dan sel merkel. Lapisan epidermis dapat dibagi menjadi lima lapisan, yaitu:

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit merupakan organ terluar tubuh manusia yang rentan terhadap berbagai

risiko internal maupun eksternal akibat tingginya mobilitas manusia (Pamela,

2012). Kulit memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari gangguan dan

rangsangan dari lingkungan. Fungsi perlindungan kulit berupa berbagai

mekanisme biologis seperti pembentukan lapisan tanduk yang berkelanjutan

(keratinasi dan pelepasan sel-sel yang telah mati), respirasi dan pengaturan suhu

tubuh, sekresi sebum dan keringat, serta pigmentasi oleh melanin sebagai

pelindung dari paparan sinar matahari yang mengandung sinar UV. Selain sebagai

pelindung, kulit juga berfungsi sebagai organ peraba dan perasa (Tranggono dan

Latifah, 2007). Fungsi estetik juga merupakan fungsi penting dari kulit karena

kulit dapat menggambarkan kesehatan, keindahan, status sosial, dan status

ekonomi seseorang (Mescher, 2013).

Secara struktural, kulit terdiri atas dua lapisan utama, yaitu lapisan epidermis

dan lapisan dermis. Epidermis merupakan lapisan superfisialis dari kulit dan

merupakan lapisan tipis yang disusun oleh sel-sel epitel (Gartner et al., 2011).

Epidermis terutama disusun oleh sel-sel keratinosit dan tiga jenis sel lainnya, yaitu

melanosit, langerhan’s cell, dan sel merkel. Lapisan epidermis dapat dibagi

menjadi lima lapisan, yaitu:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

8

a. Stratum corneum merupakan lapisan terluar dari lapisan epidermis.

Lapisan tanduk disusun dari sel-sel yang pipih, mati, tak berinti, tak

mengalami metabolisme, tak berwarna, dan sangat sedikit mengandung

air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin yang merupakan

protein yang tidak larut dalam air dan resisten terhadap bahan-bahan

kimia. Permukaan lapisan tanduk dilapisi oleh lapisan pelindung yang

lembab dan tipis dan bersifat asam yang disebut sebagai mantel asam;

b. Stratum lucidum merupakan lapisan yang terletak di bawah stratum

corneum dan merupakan lapisan yang tipis, jernih, dan mengandung

eleidin. Stratum lucidum hanya dijumlai pada kulit yang tebal. Antara

stratum lucidum dengan lapisan di bawahnya,yaitu stratum granulosum

terdapat lapisan keratin yang disebut rein’s barrier;

c. Stratum granulosum tersusun atas 3-5 lapisan sel keratinosit yang gepeng

dan berinti. Stratum granulosum merupakan lapisan tempat

diproduksinya keratin;

d. Stratum spinosum atau malphigi layer terdiri atas sel-sel keratinosit yang

berbentuk kubus dan tampak berduri. Inti sel dari sel keratinosit

penyusun lapisan ini besar dan berbentuk oval. Pada lapisan ini, sel

keratinosit secara aktif bermitosis, terutama pada lapisan yang lebih

dalam. Langerhan’s cell juga terdapat pada lapisan ini, dimana

langerhan’s cell merupakan sel yang berasal dari sumsum tulang

belakang yang merupakan bagian dari sistem imunitas;

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

9

e. Stratum basale atau stratum germinativum merupakan lapisan sel

epidermis yang paling dalam dan mengandung sel-sel melanosit dan

merkel sel. Sel melanosit merupakan sel yang tidak mengalami keratinasi

dan berfungsi menghasilkan pigmen melanin dan menyalurkannya

kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya. Sel merkel berada

dalam jumlah kecil dalam stratum basale dan letaknya dekat dnegan

vaskularisasi. Sel ini mendapat persarafan dari ujung saraf aferen dan

diduga berfungsi sebagai mekanoreseptor sensorik.

(Tranggono dan Latifah, 2007; Gartner et al., 2011)

Lapisan epidermis melekat pada lapisan dermis yang merupakan lapisan

dalam yang tebal dan merupakan bagian dari jaringan ikat. Lapisan dermis

berasal dari mesoderm dan terutama disusun atas serabut kolagen dan elastin yang

tebal. Pada lapisan dermis terdapat folikel rambut, papilla, dan otot anektor pili,

kelenjar dan saluran keringat, kelenjar sebasea, ujung pembuluh darah, ujung

saraf. Sebagian besar lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit

(subkutis/hipodermis) (Tranggono dan Latifah, 2007; Gartner et al., 2011).

Dermis tediri atas dua lapisan yang tidak memiliki batas yang jelas, yaitu

lapisan papilaris dan lapisan retikularis. Lapisan papilaris merupakan lapisan

superfisialis yang tipis dan membentuk papilla dermis. Lapisan papilaris

mengandung serat kolagen halus, fibril-fibril yang tertanam, mikro fibril, dan serat

elastin. Sedangkan lapisan retikularis merupakan bagian dermis yang sangat luas

dan mengandung serat elastin dan serat kolagen yang tebal. Pada lapisan ini juga

terdapat arteri, vena, dan pembuluh getah bening (Gartner et al., 2011).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

10

Antara lapisan dermis dengan jaringan atau organ di bawahnya terdapat suatu

lapisan lemak yang terdiri dari jaringan adiposa. Lapisan ini disebut lapisan

subkutan atau hipodermis. Lapisan ini berfungsi sebagai pengikat kulit dengan

permukaan di bawahnya, penyerap guncangan dari bernturan kulit, dan penyedia

penyekat suhu (Pack, 2007).

Stratum corneum merupakan lapisan kulit yang berfungsi sebagai barrier

terhadap pengaruh fisika dan kimia, juga berfungsi dalam mencegah terjadinya

dehidrasi kulit (Faria et al., 2014). Abnormalitas stratum corneum menyebabkan

kulit kering dengan gejala klinis berupa permukaan kulit yang terasa kencang,

kaku, kasar, kusam, bersisik, gatal, kemerahan, bahkan nyeri (Egelrud, 2000).

Pada kondisi normal, stratum korneum mengandung 30% air. Pada kondisi kulit

kering, kandungan air pada stratum korneum kurang dari 10% dan hal ini dapat

menyebabkan kulit menjadi dehidrasi dan mangalami gangguan fungsi kulit

(Sevrain and Bonte, 2007).

Komponen yang berperan besar dalam menjaga hidrasi kulit ada dua, yaitu

Natural Mosturizing Factor (NMF) dan komponen lemak interselular pada

stratum korneum. NMF merupakan asam amino hasil pemecahan filagrin dan

terdapat di sel korneosit yang menyusun stratum korneum. NMF bekerja dengan

cara menarik air pada lapisan kulit ke dalam sel, sehingga hidrasi kulit terjaga.

Produksi dari NMF dipengaruhi oleh berbagai faktor baik intriksik maupun

ekstrinsik seperti kelembaban dan radiasi sinar UV. Radiasi sinar UV dapat

menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. NMF

terdiri atas asam amino bebas, pyrrolidone carbocylic acid, laktat, gula, urea,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

11

klorida, sodium, potassium, ammonia, uric acid, glukosamin, keratin, kalsium,

magnesium, fosfat, sitrat dan format yang penting dalam menjaga hidrasi dan sifat

fisik stratum korneum, termasuk pH (Sevrain and Bonte, 2007). Lipid interseluler

terdiri atas 45-50% ceramides, 20-25% kolesterol, dan 10-15% asam lemak bebas.

Lipid interseluler melapisi setiap sel korneosit yang menyusun stratum korneum

dengan rapat, sehingga mencegah cairan transepidermal. Berdasarkan penilitian,

diketahui bahwa peningkatan pH stratum korneum akan menyebabkan

terganggunya fungsi stratum korneum yang disebabkan oleh degradasi enzim

yang mensintensis lipid interseluler. Kulit yang menua menunjukkan penurunan

lipid interseluler stratum korneum hingga 30% (Wertz, 2004).

Kulit memiliki pH yang relatif asam, yaitu 5,4-5,9 (Flour, 2009). Pada

permukaan stratum corneum terdapat lapisan asam yang merupakan lapisan yang

halus pada permukaan kulit. Mantel asam ini terdiri atas asam laktat, asam amino,

asam lemak bebas, asam karbosiklik pyrolidine, dan potassium yang berasal dari

keringat, kelenjar sebaseus dan sebum, proses pembentukan keratin pada kulit dan

hasil pemecahan filagrin menjadi NMF. Lapisan mantel asam ini berfungsi

sebagai pelindung terhadap serangan mikroorganisme, dan memberikan

perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat alkali (alkali neutralizing

capacity atau skin buffering capacity). Selain itu, lapisan mantel ini juga

mengandung garam yang menyebabkan kondisi hiperosmosis yang dapat

menyebabkan tertariknya kandungan air dalam bakteri ke luar sel, sehingga

menyebabkan kematian bakteri. Apabila lapisan ini terganggu, maka kulit akan

kehilangan keasamannya yang menyebabkan kulit menjadi lebih mudah rusak dan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

12

teriritasi, serta rentan terhadap berbagai penyakit kulit. Kondisi pH juga ikut

mempengaruhi hidrasi kulit, dimana pH akan mempengaruhi enzim hidrolitik

yang berperan dalam sintesis lipid interseluler stratum korneum (Sevrain and

Bonte, 2007). Seiring penuaan kulit baik akibat pengaruh intrinsik maupun

ekstrinsik akan menyebabkan pH kulit semakin basa (Flour, 2009).

Ketika hidrasi dan pH kulit terganggu, maka fungsi fisiologis kulit akan

terganggu, antara lain proses kornifikasi, deskuamasi dan fungsi homeostasis kulit

(Flour, 2009). Deskuamasi merupakan proses pengelupasan stratum korneum

yang normal terjadi. Deskuamasi dapat terjadi ketika desmosom rusak, sehingga

sel-sel korneosit lepas satu sama lain dan kulit pun terlihat terkelupas. Desmosom

dapat dirusak oleh enzim proteolitik stratum corneum chymotriptyc enzyme

(SCCE) dan kerja enzim ini sangat bergantung pada hidrasi dan pH kulit yang

sesuai. Jika proses deskuamasi tidak dapat terjadi, maka akan terjadi penumpukan

stratum korneum yang menyebabkan kulit tampak kusam dan bersisik (Brannon,

2007).

Gambar 2.1 Struktur Kulit Manusia (Pack, 2007)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

13

2.2 Sinar UV

Radiasi sinar UV dibutuhkan untuk kesehatan seperti dalam formasi vitamin

D3 (7-dehidrotokoferol) dan penyembuhan beberapa penyakin kulit. Akan tetapi,

radiasi sinar UV juga dapat menyebabkan penyakit kulit. Salah satu penyakit kulit

akibat radiasi sinar UV yang paling berbahaya adalah kanker kulit (Svobodova, et

al., 2006).

Sinar matahari teridiri atas tiga bagian spektrum elektromagnetik, yaitu sinar

ultraviolet (45%), sinar tampak (5%), dan sinar infrared (50%). Sinar ultraviolet

(UV) memiliki panjang gelombang 200-400 nm. Berdasarkan panjang

gelombangnya, sinar UV dapat dibagi menjadi tiga, yaitu UVA (315-400 nm),

UVB (280-315 nm), dan UVC (200-280 nm). Lapisan ozon yang melapisi bumi

dalam kondisi normal akan mengabsorbsi radiasi sinar UV dengan panjang

gelombang sekitar 310 nm, yang berarti seluruh UVC dan sebagain besar UVB.

Akan tetapi, akibat kerusakan lapisan ozon, radiasi sinar UVB yang diserap akan

semakin tinggi (Svobodova, et al., 2006).

Radiasi sinar UVB hanya 4-5% dari keseluruhan sinar UV dan intensitasnya

paling tinggi pada pukul 11 siang hingga 1 siang. Akan tetapi, UVB bersifat lebih

genotoxic dan 1000 kali lebih kuat dalam menyebabkan terjadinya sunburn.

Sebagian radiasi sinar UVB dapat terpenetrasi hingga ke lapisan dalam kulit.

Sebagian besar akan berefek pada lapisan epidermis terutama stratum basale,

sehingga secara langsung dapat berakibat pada kerusakan DNA. UV-B juga dapat

merangsang produksi radikal bebas dan menginduksi penurunan antioksidan pada

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

14

kulit secara signifikan, sehingga mengganggu kemampuan proteksi kulit terhadap

radikal bebas akibat paparan sinar matahari (Svobodova et al., 2006).

Ketika kulit terpapar radiasi sinar UV-B, radiasi UV-B akan mampu

menghilangkan satu elektron dari oksigen pada kulit, sehingga terbentuk radikal

bebas Reactive Oxygen Species (ROS) yaitu superoxide radical, hydrogen

peroxide dan hydroxyl radical. ROS akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif

yang mampu menyebabkan kerusakan DNA, RNA, protein dan lemak.

Pembentukan ROS terjadi dalam waktu kurang dari 30 menit setelah paparan UV.

Stres oksidatif yang terjadi akibat aktivasi ROS kemudian dapat merusak enzim

hidrolitik yang berfungsi untuk memecah filagrin menjadi NMF dan merusak

lemak intraseluler yang menyebabkan terjadinya penurunan hidrasi kulit dan

peningkatan pH kulit yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya penuaan kulit

dini (Fisher et al., 2002; Sevrain and Bonte, 2007; D’Orazio et al., 2013).

Gambar 2.2 Radiasi Sinar UV Menyebabkan Stres Oksidatif (D’Orazio et al., 2013)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

15

Efek akut paparan radiasi sinar UV berupa induksi reaksi inflamasi. UV-B

mampu menginduksi sitokin dan mediator inflamasi pada kulit, sehingga

menghasilkan respon inflamasi dan menyebabkan sunburn (D’orazio et al., 2013).

Inflamasi yang terjadi pada kulit dapat meningkatkan kehilangan cairan

transepidermal yang berakibat pada penurunan hidrasi kulit (Goldstein, 2003).

2.3 Penuaan Kulit

Penuaan kulit merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua makhluk

hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

kulit menjadi kering, kasar, kendur, timbul kerutan, bercak pigmentasi, hingga

tumor kulit. Berdasarkan penyebab ternjadinya, penuaan kulit dapat dibenakan

menjadi dua, yaitu penuaan intrinsik (chronologic aging) dan penuaan ekstrinsik

(Leijden, 1990).

Penuaan instrinsik berlangsung secara alamiah dan tidak dapat dihindari,

disebabkan oleh faktor dari dalam tubuh sendiri seperti hormonal, gen, dan ras.

Penuaan ekstrinsik disebabkan oleh faktor dari luar seperti polusi, suhu,

kelembaban, dan sinar ultraviolet (UV). Proses penuaan ekstrinsik dapat dicegah

dengan menghindari faktor-faktor pencetusnya (Baumann and Saghari, 2009).

Penuaan kulit akibat paparan sinar UV disebut dengan photoaging. Tanda-

tanda klinis photoaging berupa kulit kering, kulit menebal dan kasar, kerut lebih

dalam dan nyata, bercak pigmentasi tidak teratur, pelebaran pembuluh darah

(telangiektasi) hingga timbulnya tumor jinak, prakanker maupun kanker kulit

(Helfrich et al., 2008; Jusuf, 2005).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

16

Radiasi sinar UV akan menyebabkan jumlah filagrin yang disintesis akan

mengalami penurunan yang berakibat pada penurunan jumlah NMF, sehingga

akan terjadi penurunan hidrasi kulit dan peningkatan pH dan menyebabkan kulit

tampak kering (Fowler, 2012).

Salah satu cara mengurangi kerusakan kulit akibat radikal bebas sinar UV

adalah dengan menggunakan sediaan topikal yang mengandung antioksidan

(Murray, et al., 2008; Burke, 2010).

2.4 Antioksidan

Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil akibat kehilangan

elektron. Untuk menjadi stabil, radikal bebas akan mengambil elektron dari

molekul atau sel lain dalam tubuh kita. Proses pengambilan elektron dari sel-sel

tubuh kita menyebabkan kerusakan sel. Radikal bebas dapat dibentuk oleh sinar

UVA dan UVB (Paramawati, 2010). Antioksidan dapat menghambat produksi

ROS dengan pembilasan langsung, mengurangi jumlah oksidan di dalam dan

sekitar sel-sel, mencegah ROS mencapai target biologis, membatasai penyebaran

oksidan seperti yang terjadi pada peroksidasi lipid, dan menggagalkan stress

oksidatif sehingga dapat digunakan dalam mencegah penuaan kulit (Pouillot, et

al., 2011).

Antioksidan merupakan substansi yang mampu menstabilkan, menonaktifkan,

atau meminimalkan reaksi oksidatif dalam sel akibat reaksi dari radikal bebas

(Priyadarsini, 2005). Sinar UV menyebabkan penuaan dini dengan cara

membentuk radikal bebas yang kemudian merusak berbagai komponen jaringan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

17

seperti lipid, protein, lemak, dan DNA. Selain itu, paparan sinar UV juga

menurunkan kadar antioksidan tubuh seperti pada penuaan alami (Pandel, et al.,

2013). Antioksidan tersebut antara lain berasal dari golongan flavonoid, seperti

polifenol, katekin, antosianin, isoflavon, proantosianindin, serta golongan non

flavonoid seperti asam monofenolik dan stilbene (Bosch, et al., 2015).

Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh Manosroi et al. (2011),

ditemukan bahwa senyawa polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan yang

dibuat dalam sediaan gel dan krim mampu meningkatkan hidrasi kulit dan

menghambat perusakan lipid interseluler ketika dipaparkan dengan sinar UV,

sehingga pH kulit dapat dipertahankan

. Oleh karena itu, penggunaan antioksidan topikal akan lebih efektif dalam

mengurangi kadar radikal bebas pada kulit, sehingga mencegah terjadinya

penuaan dini pada kulit akibat paparan radiasi sinar UV (Murray, et al., 2008;

Bosch, et al., 2015).

2.5 Manggis (Gancinia mangostana L.)

2.5.1 Klasifikasi Tanaman

Hutapea (1994) mengklasifikasikan tanaman manggis sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Guttiferanales

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

18

Family : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.

2.5.2 Deskripsi Buah Manggis

Buah manggis berbentuk bulat dengan diameter 6-8 cm dan kulit buah

berdinding tebal lebih dari 9 mm. Kulit buah berwarna hijau saat muda dan

akan berubah menjadi merah tua hingga ungu kehitaman setelah tua. Daging

buah manggis berwarna putih, mengandung banyak air dengan rasa agak

asam dan manis, beraroma khas, berbiji bulat berwarna coklat dengan

diameter 2 cm, dan tiap 1 buah manggis terdapat 5-7 biji (Hutapea, 1994;

Jung et al., 2006).

Simplisia kulit buah manggis berupa potongan padar, agak keras,

permukaan luar agak kasar, agak mengkilat, bekas patahan tak rata, dan

warna kecoklatan hingga coklat kehitaman. Sedangkan permukaan dalam

Gambar 2.3 Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) (Paramawati, 2010)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

19

licin, berwarna coklat, berbentuk seperempat bola atau setengah bola dengan

diameter 4-6 cm, tebal 3-6 mm, terdapat sisa sekat yang membagi buah

menjadi 4 bagian atau lebih, tidak berbau, dan memiliki rasa yang pahit.

Dalam pemeriksaan secara mikroskopik dapat ditemukan sel batu, parenkim

endocarp, parenkim eksokarp, periderm, dan parenkim mesokarp sebagai

fragmen penanda (Depkes RI, 2010).

2.5.3 Kandungan Kimia Kulit Buah Manggis

Kandungan kimia yang terdapat pada kulit buah manggis terdiri dari

flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid, kuinon, natrium, kalium,

magnesium, kalsium, besi, zink dan tembaga (Praptiwi, 2010). Senyawa

golongan flavonoid dan polifenol yang terdapat pada kulit buah manggis

adalah xanton. Kandungan xanton dalam kulit buah manggis sangat tinggi,

yaitu mencapai 123,97 mg/100 mL (Yatman, 2012). Priya et al. (2010)

memperoleh xanton dalam ekstrak kulit manggis sebesar 95%. Beberapa

senyawa turunan xanton antara lain α-mangostin, β-mangostin, γ-mangostin,

gartanine, garcinone E, dan 8-deoxygartanine (Chaverri et al., 2008).

2.5.4. Aktivitas Farmakologi

Gambar 2.4 Struktur Senyawa Xanton (Paramawati, 2010)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

20

Manggis merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang memiliki

berbagai manfaat bagi kesehatan. Bagian buah manggis yang paling sering

digunakan sebagai obat dan bahan terapi adalah kulit buahnya. Masyarakat

Asia Tenggara menggunakan kulit buah manggis untuk mengatasi penyakit

kulit akibat infeksi dan luka, disentri amoebik, tuberculosis, demam, jerawat,

kolera, dan berbagai penyakit lainnya. Dalam pengobatan ayurvedi, kulit

buah manggis banyak digunakan untuk mengatasi inflamasi, diare, kolera,

dan disentri (Chaverri et al., 2008; Permana, 2012).

Kulit buah manggis mengandung berbagai macam senyawa seperti

mangostin, tanin, xanton, flavon, fenol, dan lain-lain yang menjadi penyebab

banyaknya aktivitas biologi bagian tanaman ini, antara lain aktivitas

antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, antitumor, dan sebagainya (Li and Xu,

2015). Lim (2012) menyatakan bahwa xanton yang di isolasi dari kulit buah

manggis menunjukkan aktivitas antioksidan, antitumor, antialergi,

antiinflamasi, antibakteri, antifungal, serta antiviral.

Berdasarkan penelitian aktivitas antioksidan ekstrak kulit manggis

dengan metode DPPH menggunakan pelarut air, etanol, dan etil asetat yang

dilakukan oleh Weecharangsan et al. (2006) menunjukkan bahwa ekstrak

etanol memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi, yaitu dengan nilai

Inhibition Concetration 50% (IC50) sebesar 30,76 ± 1,66 µg/mL. Mardawati

dkk. (2008) juga melakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan metode

DPPH pada fraksi metanol, fraksi etanol, dan fraksi etil asetat kulit buah

manggis, diperoleh nilai IC50 berturut-turut 8,00 µg/mL, 9,26 µg/mL dan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

21

29,48 µg/mL. Yaar dan Gilcherst (2007) menyatakan bahwa penggunaan

antioksidan topikal pada kulit mampu menurunkan akumulasi peroksida pada

kulit, sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan kulit akibat stres

oksidatif.

Aktivitas antioksidan senyawa xanton dibutuhkan dalam formulasi

sediaan yang mampu memberikan perlindungan jangka pendek, jangka

panjang dan stres oksidatif akibat paparan sinar UV (Moffet and Shah, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Susanti et al. (2012) menunjukkan bahwa

senyawa xanton dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.)

memiliki panjang gelombang maksimum 305-330 nm yang merupakan

rentang panjang gelombang sinar UV, sehingga mampu menyerap sinar UV.

Manosroi et al. (2011) menyatakan bahwa senyawa polifenol memiliki

aktivitas antioksidan dan mampu meningkatkan hidrasi kulit dan mencegah

terbentuknya lipid peroksida, sehingga mampu melindungi hidrasi dan pH

kulit. Hasil penelitian Tilaar, et al. (2009) menunjukkan bahwa penggunaan

krim ekstrak kulit manggis mampu meningkatkan kelembaban kulit.

Xanton yang terdapat pada kulit buah manggis memiliki aktivitas

antioksidan dengan cara berperan sebagai radikal bebas scavenging agent.

Mekanisme antioksidan senyawa golongan polifenol adalah:

a. H-atom transfer (HAT) dan proton-coupled electron transfer

(PCET). HAT adalah pemberian proton dan elektron dari atom H

pada orbital atom radikal bebas. PCET adalah transfer proton

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

22

yang terjadi dari ikatan H ke atom O yang tak berpasangan milik

radikal bebas.

Keterangan: ArOH = Senyawa polifenol; R = Radikal bebas; ArO = Radikal baru yang terbentuk; RH = Radikal bebas dalam keadaan stabil

b. Electron transfer-proton transfer (ET-PT) merupakan dua tahap

mekanisme yang diinisiasi oleh transfer elektron dan diikuti

dengan pelepasan proton. Transfer proton (PT) terjadi sangat

cepat, sehingga mekanisme ET-PT dapat dianggap sebagai HAT.

Keterangan: ArOH = Senyawa polifenol; R = Radikal bebas; ArO = Radikal baru yang terbentuk; RH = Radikal bebas dalam keadaan stabil

c. Sequential proton loss-electron transfer (SPLET) merupakan

mekanisme yang terjadi sebagai respond dari ET-PT. SPLET

diinisiasi oleh kehilangan proton. Anion dari polifenol kemudian

akan mengalami transfer elektron. SPLET akan terjadi ketika

anion (ArO-) cukup stabil untuk terjadinya transfer elektron

sebelum reprotonasi.

Gambar 2.5 Mekanisme HAT dan PCET (Meo et al., 2013)

Gambar 2.6 Mekanisme ET-PT (Meo et al., 2013)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

23

Keterangan: ArOH = Senyawa polifenol; R = Radikal bebas; ArO = Radikal baru yang terbentuk; RH = Radikal bebas dalam keadaan stabil; H = Atom Hidrogen

Penelitian Nakatani et al., (2002) menunjukkan bahwa kandungan γ-

mangostin ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antiinflamasi pada

pengujian secara in vitro terhadap sintesa PGE-2 dan siklooksigenase (COX)

dalam sel glioma tikus C-6. γ- mangostin menghambat secara poten pelepasan

PGE-2. γ-mangostin menghambat perubahan asam arakidonat menjadi PGE-2

dalam mikrosomal, ini ada kemungkinan penghambatan pada jalur

siklooksigenase. Pada percobaan enzimatik in vitro, senyawa ini mampu

menghambat aktivitas enzim COX-1 dan COX-2 (Nakatani et al., 2002).

2.6 Masker Wajah Peel Off

Masker merupakan sediaan kosmetik yang digunakan dengan cara dioleskan

pada permukaan kulit dan dibiarkan beberapa saat (15-30 menit) dan berfungsi

untuk merawat kulit, membersihkan, menjaga kelembaban, melindungi dari

bahaya sinar UV, memutihkan, mencegah penuaan kulit, mencegah kerutan dan

kulit kendur, juga mengatasi jerawat (Mitsui, 1997; Shai et al., 2009).

Gambar 2.7 Mekanisme SPLET (Meo et al., 2013)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

24

Berdasarkan cara pembersihannya dari permukaan kulit, masker dibedakan

menjadi dua, yaitu masker yang dibilas dan masker yang dikelupas (masker peel

off). Masker peel off dapat berupa gel, pasta, atau pun serbuk. Masker peel off

dalam bentuk gel memiliki karakteristik berupa pembentukan lapisan yang

transparan atau semitransparan, mampu menyebar dengan baik dan saat

pengaplikasian mudah diangkat setelah dikeringkan. Keuntungan masker peel off

dalam bentuk gel adalah dapat menimbulkan efek dingin, tidak menghambat

fungsi fisiologis kulit karena tidak membentuk lapisan lilin ayng kedap dan dapat

menyumbat pori, memungkinkan pengaplikasian pada permukaan tubuh yang

berambut, daya sebar dan daya lekat baik, serta mampu melepaskan zat aktif

dengan baik (Lieberman dan Bunker, 1989; Mitsui, 1997; Shai et al., 2009).

Manosroi et al. (2011) telah melakukan pengujian gel dan krim antioksidan

yang mengandung senyawa polifenol terhadap hidrasi kulit dan dinyatakan

bahwa hidrasi kulit yang dioleskan dengan sediaan dan dipaparkan dengan radiasi

sinar UV lebih tinggi dibandingkan dengan hidrasi kulit yang tidak dioleskan

dengan sediaan gel ataupun krim antioksidan. Formulasi masker gel peel off kulit

buah manggis sebagai antioksidan telah dilakukan dengan menggunakan bahan

berupa PVA (10-16%), HPMC (2-4%) dan propilen glikol (2-15%) (Sukmawati,

2013). Adhiningrat (2015) dan Weda (2015) telah melakukan optimalisasi

formulasi masker gel peel off ekstrak etanol kulit buah manggis. Nesa (2015) telah

melakukan pengujian profil stabilitas masker gel peel off ekstrak kulit buah

manggis dengan menggunakan HPMC sebagai gelling agent dengan hasil

diperolehnya sediaan yang stabil selama 28 hari pengujian. Utami (2014) telah

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - sinta.unud.ac.id II.pdf · menganggu enzim proteolitik yang akan memecah filagrin menjadi NMF. ... fosfat, sitrat dan format ... perlindungan terhadap

25

melakukan pengujian aktivitas antioksidan masker gel peel off kulit buah manggis

dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan masker gel

peel off kulit buah manggis memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat

daripada standar vitamin C dengan nilai IC50 masker gel peel off ekstrak kulit buah

manggis sebesar 17,90 ± 0,06 g/mL dan nilai IC50 vitamin C sebesar 20,58 ± 0,11

g/mL. Pengujian iritasi masker gel peel off kulit buah manggis telah dilakukan dan

hasil pengujian menunjukkan tidak ditimbulkannya iritasi pada sukarelawan uji

(Laras, 2014). Selain itu, Darayanthi (2015) telah melakukan uji toleransi sinar

UV-B dan dinyatakan bahwa masker gel peel off ekstrak kulit buah manggis dapat

meningkatkan dosis toleransi terhadap sinar UV-B.