BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 -...

13
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi Onong Uchyana Effendy (2003) meemberikan pengertian bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk memberitahu, merubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara verbal ataupun melalui media. Sedangkan Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2003) mengemukakan komunikasi adalah proses yang memungkinkan suatu komunikator menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain. Pendapat berikutnya, Harold Lasswell (dalam Effendy, 2003) menjelaskan pada dasarnya komunikasi merupakan suatu proses yang menjelaskan; Siapa?, Mengatakan apa?, Melalui saluran apa?, Kepada siapa?, Dengan efek apa?. Berikut penjelasan lima unsur komunikasi menurut Lasswell: 1. Who? (Siapa/komunikator) adalah pelaku utama yang memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi, bisa suatu individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai komunikator. 2. Says What? (pesan) adalah sesuatu yang disampaikan komunikator atau suatu isi informasi kepada penerima/komunikan. Pesan dimaknai sebagai seperangkat simbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan, nilai,atau gagasan sumber tadi. Ada tiga komponen pesan yaitu makna, simbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk/organisasi pesan. 3. In Which Channel? (saluran) adalah wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media cetak, elektronik, dsb).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi

Onong Uchyana Effendy (2003) meemberikan pengertian bahwa komunikasi adalah

proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk memberitahu, merubah

sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara verbal ataupun melalui media.

Sedangkan Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2003) mengemukakan komunikasi adalah

proses yang memungkinkan suatu komunikator menyampaikan rangsangan untuk mengubah

perilaku orang lain.

Pendapat berikutnya, Harold Lasswell (dalam Effendy, 2003) menjelaskan pada dasarnya

komunikasi merupakan suatu proses yang menjelaskan; Siapa?, Mengatakan apa?, Melalui

saluran apa?, Kepada siapa?, Dengan efek apa?. Berikut penjelasan lima unsur komunikasi

menurut Lasswell:

1. Who? (Siapa/komunikator) adalah pelaku utama yang memiliki kebutuhan untuk

berkomunikasi, bisa suatu individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai

komunikator.

2. Says What? (pesan) adalah sesuatu yang disampaikan komunikator atau suatu isi informasi

kepada penerima/komunikan. Pesan dimaknai sebagai seperangkat simbol verbal/non verbal

yang mewakili perasaan, nilai,atau gagasan sumber tadi. Ada tiga komponen pesan yaitu

makna, simbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk/organisasi pesan.

3. In Which Channel? (saluran) adalah wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator

kepada komunikan baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media

cetak, elektronik, dsb).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

9

4. To Whom? (kepada siapa) merujuk suatu individu/kelompok/organisasi/negara yang menerima

pesan dari komunikator. Terminologi „kepada siapa‟ ini disebut tujuan (destination),

pendengar (listener), khalayak (audience), komunikan, penafsir, dan penyandi balik (decoder).

5. With What Effect? (efek) adalah dampak yang terjadi pada penerima/komunikan setelah

menerima pesan dari sumber/komunikator, seperti perubahan sikap dan bertambahnya

pengetahuan.

Dari pendapat ilmiah beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa komunikasi

merupakan proses penyampaian pesan dari suatu sumber/komunikator melalui saluran atau

media tertentu kepada penerima/komunikan, dengan maksud memberikan efek kepada

komunikan tersebut sesuai yang diinginkan komunikator.

2.1.2 Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa adalah proses komunikasi yang menggunakan media

massa. Lebih jelasnya, Littlejohn (2005) menerangkan bahwa komunikasi massa adalah proses

dimana organisasi media massa memproduksi dan mentransmisikan pesan-pesan kepada

khalayak luas, dan proses dimana pesan-pesan tersebut ditangkap, digunakan, dan dikonsumsi

oleh khalayak.

Tan dan Wright (dalam Liliweri, 1991) menjelaskan bahwa komunikasi massa

merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran/media dalam menghubungkan

komunikator dan komunikan secara massal, yang jumlahnya banyak, berjauh-jauhan, sangat

majemuk, dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan menurut Gerbner (dalam Rakhmat, 2009),

komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari

arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Definisi selanjutnya dikemukakan oleh Jalaludin Rakhmat (dalam Karlinah, 1999), ia

mengartikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah besar

khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga

pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

10

2.1.3 Media Massa

Soehadi (1978) mengemukakan definisi media sebagai bentuk jamak dari medium yang

berarti tengah atau perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti

kelompok atau kumpulan. Dengan demikian media massa dapat didefinisikan sebagai perantara

atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain.

Sedangkan menurut Cangara (2006), media adalah sarana yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa

sendiri adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber/komunikator kepada

khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio dan televisi.

Dari pendapat-pendapat tersebut, peneliti mengartikan media massa sebagai sarana

komunikasi massa, dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang

banyak (publik) dilakukan secara serentak

2.1.4. Fungsi Media Massa

Terkait fungsi media massa, Laswell (dalam Effendy, 2003) menjelaskannya ke dalam

tiga fungsi yang antara lain:

1. Pengawas lingkungan (surveillance of the environtment)

Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan atau seringkali disebut watchdog

2. Korelasi sosial (social correlation)

Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan

sosialnya

3. Transmisi warisan sosial budaya (Transmission of social and culture heritage)

Fungsinya sebagai pewaris dan penerus sosial budaya dari satu generasi ke generasi

selanjutnya

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

11

Selanjutnya menurut Onong Uchyana Effendy (dalam Ardianto, 2007) fungsi-fungsi

media massa yaitu:

1. Fungsi informasi;

Fungsi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi khalayak. Berbagai

informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersagkutan sesuai dengan

kepentingannya.

2. Fungsi Pendidikan;

Media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik seperti pengajaran nilai,

etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada khalayak.

3. Fungsi Mempengaruhi;

Media massa dapat mempengaruhi khalayaknya baik yang bersifat pengetahuan (kognitif),

perasaan (afektif), maupun tingkah laku.

2.1.5 Jenis-jenis Media Massa

Dalam perspektif jurnalistik, media massa dikategorikan ke dalam tiga jenis (Yunus,

2012), yakni sebagai berikut:

1. Media Cetak

Media cetak tergolong jenis media yang populer. Media cetak merupakan media komunikasi

yang bersifat tertulis/tercetak. Jenis media yang beredar di masyarakat sangat beragam. Jenis

media cetak terdiri dari surat kabar, tabloid, dan majalah.

2. Media Elektronik

Media elektronik merupakan salah satu jenis media massa yang memiliki kekhususan.

Kekhususannya terletak pada dukungan elektronika dan teknologi yang menjadi ciridan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

12

kekuatan dari media berbasis elektronik. Dukungan elektronik ini pula yang membedakannya

dengan media cetak. Salah satu kelebihan media elektronik adalah sifatnya yang real time,

disiarkan secara live saat peristiwa berlangsung. Kelebihan tersebut menyebabkan media

elektronik lebih digandrungi oleh publik. Media elektronik lebih instan dibanding media

cetak. Yang tergolong kedalam jenis media elektronik ini adalah televisi dan radio.

3. Media Online (Internet)

Media online dapat disamakan dengan pemanfaatan media dengan menggunakan perangkat

internet. Sekalipun kehadirannya belum terlalu lama, media online sebagai salah satu jenis

media massa tergolong memiliki pertumbuhan yang spektakuler. Bahkan saat ini, hampir

sebagian besar masyarakat mulai dan sedang menggemari media online. Sekalipun internet

tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk media massa, tetapi keberadaan media online saat ini

sudah diperhitungkan banyak orang sebagai alternatif dalam memperoleh akses informasi dan

berita.

2.1.6 Media Online

Media online adalah salah satu jenis media massa yang populer dan bersifat khas.

Kekhasan media online terletak pada keharusan memiliki jaringan teknologi informasi dengan

menggunakan perangkat komputer, disamping pengetahuan tentang program komputer untuk

mengakses informasi/berita. Keunggulan media online adalah informasi bersifat up to date/real

time dan praktis. Up to date karena media online dapat meng-update suatu informasi atau berita

dari waktu ke waktu. Real time karena media online dapat langsung menyajikan informasi dan

berita saat peristiwa berlangsung, dan praktis karena media online dapat diakses dimana dan

kapan saja, selama didukung fasilitas teknologi internet. (Yunus, 2012)

Media online kini menjadi alternatif media yang paling mudah dalam mendapat akses

informasi atau berita. Teknologi internet menjadi basis terpenting dalam pemanfaatan media

online. Media online juga memiliki keunggulan lain, seperti adanya fasilitas hyperlink, yaitu

sistem koneksi antara website ke website lain. Fasilitas hyperlink dapat dengan mudah

menghubungkan dari situs satu ke situs lainnya sehingga pengguna dapat mencari atau

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

13

memperoleh informasi lainnya. Bahkan kini, hampir semua media massa baik cetak dan

elektronik memiliki media online sebagai dan penunjang basis dokumentasi penyajian informasi

dan berita yang dilakukannya. Setiap berita yang disajikan di media cetak maupun media

elektronik, kini juga dapat diakses melalui media online atau situs masing-masing media tersebut

yang dikenal sebagai portal berita. (Yunus, 2012)

2.1.7 Berita

Ada banyak pengertian tentang berita, baik mengacu pada substansi isi, tujuan

penyajiannya, akses pemerolehan informasi, dan aktualitas isi. William Maulsby (dalam Yunus,

2012) berpendapat, berita adalah penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta

yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian masyarakat yang

menyiarkan berita.

Sedangkan Assegaf (dalam Yunus, 2012) menjelaskan bahwa berita adalah laporan

tentang fakta atau ide yang teraktual, yang dipilih staf redaksi suatu media untuk disiarkan dan

menarik perhatian pembaca karena sifatnya yang luar biasa, penting, humor, emosional, dan

penuh ketegangan.

Mengacu pada definisi diatas, dapat dimengerti bahwa berita merupakan laporan

informasi penting yang baru terjadi dan menarik perhatian publik yang mencerminkan hasil kerja

wartawan dan tugas jurnalistik. Dengan demikian, unsur-unsur yang melekat dalam berita

memiliki sifat yang informatif, layak dipublikasikan dan sebagai hasil karya jurnalistik, bukan

opini wartawan.

2.1.8 Berita Online dan Karakteristiknya

Berita online merupakan berita yang diterbitkan oleh media massa berbasis jaringan

internet, dimana berita tersebut disajikan secara tertulis dalam sebuah website. Jakob Nielsen

(dalam Rich, 2010) menyebutkan beberapa karakteristik dari berita online ini, antara lain:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

14

1. Ditulis secara pendek

2. Ditulis untuk pembaca yang membaca berita dengan cara scanning bukan secara

keseluruhan, yakni dengan seleksi isu

3. Ditulis langsung dan hanya pada poin yang penting

4. Menggunakan bahasa yang umum, bukan istilah yang dibentuk sendiri

5. Informasi yang paling penting ditulis di dua paragraf pertama

2.2 Penelitian Terdahulu

2.2.1 Penelitian yang dilakukan oleh Valen Liey, mahasiswi Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga, berjudul Konstruksi Media Terhadap Kasus Penembakan di LP

Cebongan Jogjakarta. (Analisis Framing Berita Kasus Penembakan di LP

Cebongan di Portal Berita Kompas.com dan Detik.com).

Dalam penelitiannya, Valen Liey memilih kasus penembakan di LP

Cebongan Jogjakarta oleh Kopassus karena kasus ini mendapat sorotan

internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM di Indonesia.

Kasus ini juga menjadi headline pada berbagai media massa ketika itu.

Dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa Detik.com menentukan

sikap untuk berpihak pada Kopassus. Sementara framing yang dibentuk

Kompas.com masih menunjukkan adanya usaha untuk melakukan pendekatan

yang objektif dalam pemberitaan kasus tersebut, namun juga terlihat adanya

kecenderungan kontra terhadap pihak Kopassus. (Liey, 2014)

2.2.2 Penelitian yang dilakukan oleh Ibramsyah, mahasiswi Universitas Mulawarman,

Kalimantan Timur, berjudul Analisis Framing Berita Banjir di Jakarta Pada

Kompas.com dan Detik.com Periode Januari 2014

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah seputar masalah banjir

yang berulang kali menggenangi DKI Jakarta tanpa pernah bisa ditanggulangi

oleh pemerintah provinsi setempat, serta menjadi sorotan berbagai media

nasional.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

15

Dalam hasil penelitiannya, ditemukan bahwa Kompas.com dan detik.com

telah membentuk framing dengan sisi yang berbeda. Kompas.com

mengkonstruksi berita banjir di Jakarta periode 2014 dari sisi ruang lingkup

politik. Ruang lingkup politik yang dimaksud peneliti mencakup kelembagaan,

kekuasaan, dan kebijakan terkait seputar berita banjir di Jakarta periode Januari

2014. Sedangkan detik.com mengkonstruksi berita banjir berdasarkan realita yang

ada bersangkutan dengan dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh banjir

tersebut. (Ibramsyah, 2014)

2.2.3 Penelitian yang dilakukan oleh Ghanes Eka Putera, mahasiswa Universitas

Diponegoro Semarang, berjudul Bingkai Media Terhadap Pemberitaan Capres

Jokowi Pada Pilpres 2014 (Analisis Framing Media Online Kompas.com dan

Detik.com).

Latar belakang penelitian ini adalah momen pemilihan presiden 2014

dimana media massa menjadi sumber informasi utama masyarakat untuk

mengenal para kandidat calon presiden yang akan mereka pilih. Jurnal penelitian

Ghanes ini mencoba mengetahui bagaimana seorang calon presiden dikonstruksi

oleh media massa, dalam hal ini media online.

Hasil penelitian Ganesh menunjukkan bahwa pemberitaan yang disajikan

oleh Kompas.com mengenai sosok Capres Jokowi secara tidak langsung berpihak

kepada Jokowi itu sendiri. Sedangkan Detik.com tampak masih berusaha menjadi

media yang netral dan menjunjung prinsip cover both sides. Meski demikian,

pemberitaan hal-hal positif tentang Jokowi masih mendominasi dalam Detik.com.

(Putera, 2014)

Kekhasan penelitian penulis dibandingkan penelitian terdahulu di atas adalah analisis

framing yang tidak berhenti pada persoalan bagaimana media mengemas atau mengonstruksi

suatu peristiwa, tetapi juga berusaha menemukan bagaimana ideologi media yang digunakan saat

menyoroti peristiwa tersebut, dalam hal ini peristiwa konflik dualisme DPR yang menjadi casus

belli dari pelbagai kisruh politik di parlemen hingga saat ini.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

16

2.3 Konstruksi Realitas

Menurut Peter L. Berger realitas tidak terbentuk secara alami. Realitas merupakan hasil

dari bentukan dan konstruksi. Karena itu, realitas seringkali memiliki makna plural karena setiap

orang memiliki kemampuan merekonstruksi realitas secara berbeda-beda yang disebabkan oleh

perbedaan pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sosial. Sebagai hasil dari suatu bentuk

konstruksi sosial, maka realitas dapat menjadi realitas objektif dan dapat menjadi realitas

subjektif sekaligus. (Eriyanto, 2002)

Realitas yang dimaksud oleh Berger terdiri atas tiga bagian dasar yaitu:

1. Realitas Objektif

Realitas Objektif adalah gejala-gejala sosial yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan

sering dihadapi individu sebagai fakta.

2. Realitas Subjektif

Realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk pada diri khalayak yang berasal dari realitas

objektif dan realitas simbolik.

3. Realitas Simbolik

Realitas simbolik adalah bentuk-bentuk simbolik dari realitas objektif, yang biasanya

diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi, serta isi media. (Bungin, 2011)

Dalam realitas yang subjektif, realitas dapat berkaitan dengan makna, interpretasi, dan

hasil relasi antara individu dan objek. Sedangkan realitas yang objektif dapat berupa sesuatu

yang dialami dan bersifat eksternal.

Dalam pandangan konstruktif, realitas bersifat subjektif. Realitas dapat hadir dan

tercipta melalui konsep subjektif suatu individu. Realitas dapat tercipta melalui sudut pandang

tertentu dari individu. Karena itu tidak ada realitas yang objektif, termasuk realitas simbolik yang

disajikan media, karena realitas tercipta melalui konstruksi pandangan tertentu. (Eriyanto, 2002)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

17

2.4 Ideologi Media

Matthew Kieran (dalam Eriyanto, 2002) mengemukakan; berita tidaklah dibentuk dalam

ruang hampa, Berita diproduksi dari ideologi dominan suatu institusi media.

Ideologi dalam konteks media tidaklah harus dikaitkan dengan ide-ide besar, namun bisa

bermakna politik penandaan atau pemaknaan. Bagaimana media melihat peristiwa dengan

kacamata atau pandangan tertentu, merupakan sebuah ideologi. Sebab dalam proses melihat dan

menandai peristiwa tersebut, media menggunakan titik melihat tertentu. Titik atau posisi melihat

itu menggambarkan bagaimana peristiwa dijelaskan dalam kerangka berpikir tertentu. Tiap-tiap

media bisa mempunyai pandangan dan bingkai berbeda-beda atas suatu realitas. Maka bingkai

seperti apa yang dipilih oleh suatu media, menunjukkan ideologi yang diambil oleh media

tersebut. (Eriyanto, 2002)

Selanjutnya menurut Raymond (dalam Eriyanto, 2002), ideologi media yakni ideologi

yang dipercayai sebagai sebuah sistem keyakinan ilusioner (gagasan atau kesadaran palsu) yang

dikontraskan dengan pengetahuan ilmiah. Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat

kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan

menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain. Karena kelompok yang dominan

mengontrol kelompok lain dengan menggunakan perangkat ideologi yang disebarkan ke dalam

masyarakat, akan membuat kelompok yang didominasi melihat itu tampak alamiah, dan diterima

sebagai kebenaran. Di sini, ideologi disebarkan lewat berbagai instrumen salah satunya media

massa. Dalam konteks ini, yang dimaksud sebagai kelompok berkuasa adalah media massa.

2.5 Pembingkaian / Framing

Framing merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara

pandang yang digunakan oleh wartawan suatu media ketika menseleksi isu atau menulis berita.

Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana

yang ditonjolkan atau dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Konkritnya,

framing adalah sebuah strategi bagaimana realitas dibentuk sedemikian rupa untuk ditampilkan

pada khalayak pembaca. (Eriyanto, 2002)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

18

Entman (dalam Eriyanto, 2002) melihat framing sebagai proses seleksi dari berbagai

aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia

juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi

tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.

Sedangkan Gamson (dalam Eriyanto, 2002) menyatakan framing sebagai cara bercerita

atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna

peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk

dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang

digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk

menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.

Kemudian menurut Zhongdang Pan dan Kosicki (dalam Eriyanto, 2002); framing

merupakan strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam

mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas konvensi

pembentukan berita.

Meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian, ada titik singgung utama dari

definisi framing tersebut. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu

dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil

akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah

dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara

menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak

diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. Framing

adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dilakukan

dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara

bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa. Di sini media menyeleksi, menghubungkan, dan

menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh

khalayak. (Eriyanto, 2002)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

19

2.5.1 Metode Framing model Entman

Menurut Entman (dalam Qodari, 2000), framing dalam berita dilakukan dengan empat

cara, yakni; (1) identifikasi masalah (problem identification), yaitu peristiwa dilihat sebagai apa

dan dengan nilai positif atau negatif apa; (2) identifikasi penyebab masalah (casual

interpretation), yaitu siapa yang dianggap penyebab masalah; (3) evaluasi moral (moral

evaluation), yaitu penilaian atas penyebab masalah; dan (4) saran penanggulangan masalah

(treatment recommendation), yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah. Lebih jelasnya,

keempat cara tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.1

Perangkat Framing Robert Entman

Sumber: Qodari, “Papua Merdeka dan Pemaksaan Skenario Media,” Pantau 08/Maret-April 2000.

Model atau kerangka framing Entman tersebut secara eksplisit melihat sejauh mana

fungsi media massa, karena Entman mencoba merangkai isu aktual oleh media ke dalam “define

problems”, diagnose causes”, “moral judgement” dan “treatment Recomendation”. Dalam hal

ini, analisis framing Entman tidak hanya berhenti pada persoalan bagaimana media mengemas

isu, melainkan juga bagaimana memberi arahan solusi persoalan, termasuk menempatkan isu itu

dalam konteks etisnya. Peneliti melihat ini sebagai kelebihan dan kekhasan model framing

Entman untuk menganalisa pemberitaan media massa dibanding model framing lainnya seperti

model Pan & Kosicki atau Gamson & Modigliani.

Problem

Identification Peristiwa Dilihat

sebagai apa

Causal Interpretation Siapa Penyebab

Masalah

Treatment

Recommendation

Saran Penyelesaian Masalah

Moral Evaluation

Membuat Keputusan Moral

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11703/2/T1_362011075_BAB II... · internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM

20

2.6 Kerangka Pikir Penelitian

Konflik Dualisme DPR

Liputan Kompas.com

&

Detik.com

Konstruksi Realitas

Pemberitaan

Kompas.com

Pemberitaan

Detik.com

Analisis Framing

Robert Entman

Ideologi dan Bingkai

Media Online

Kompas.com &

Detik.com