BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 -...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 -...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Komunikasi
Onong Uchyana Effendy (2003) meemberikan pengertian bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk memberitahu, merubah
sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara verbal ataupun melalui media.
Sedangkan Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2003) mengemukakan komunikasi adalah
proses yang memungkinkan suatu komunikator menyampaikan rangsangan untuk mengubah
perilaku orang lain.
Pendapat berikutnya, Harold Lasswell (dalam Effendy, 2003) menjelaskan pada dasarnya
komunikasi merupakan suatu proses yang menjelaskan; Siapa?, Mengatakan apa?, Melalui
saluran apa?, Kepada siapa?, Dengan efek apa?. Berikut penjelasan lima unsur komunikasi
menurut Lasswell:
1. Who? (Siapa/komunikator) adalah pelaku utama yang memiliki kebutuhan untuk
berkomunikasi, bisa suatu individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara sebagai
komunikator.
2. Says What? (pesan) adalah sesuatu yang disampaikan komunikator atau suatu isi informasi
kepada penerima/komunikan. Pesan dimaknai sebagai seperangkat simbol verbal/non verbal
yang mewakili perasaan, nilai,atau gagasan sumber tadi. Ada tiga komponen pesan yaitu
makna, simbol untuk menyampaikan makna, dan bentuk/organisasi pesan.
3. In Which Channel? (saluran) adalah wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator
kepada komunikan baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media
cetak, elektronik, dsb).
9
4. To Whom? (kepada siapa) merujuk suatu individu/kelompok/organisasi/negara yang menerima
pesan dari komunikator. Terminologi „kepada siapa‟ ini disebut tujuan (destination),
pendengar (listener), khalayak (audience), komunikan, penafsir, dan penyandi balik (decoder).
5. With What Effect? (efek) adalah dampak yang terjadi pada penerima/komunikan setelah
menerima pesan dari sumber/komunikator, seperti perubahan sikap dan bertambahnya
pengetahuan.
Dari pendapat ilmiah beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa komunikasi
merupakan proses penyampaian pesan dari suatu sumber/komunikator melalui saluran atau
media tertentu kepada penerima/komunikan, dengan maksud memberikan efek kepada
komunikan tersebut sesuai yang diinginkan komunikator.
2.1.2 Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa adalah proses komunikasi yang menggunakan media
massa. Lebih jelasnya, Littlejohn (2005) menerangkan bahwa komunikasi massa adalah proses
dimana organisasi media massa memproduksi dan mentransmisikan pesan-pesan kepada
khalayak luas, dan proses dimana pesan-pesan tersebut ditangkap, digunakan, dan dikonsumsi
oleh khalayak.
Tan dan Wright (dalam Liliweri, 1991) menjelaskan bahwa komunikasi massa
merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran/media dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara massal, yang jumlahnya banyak, berjauh-jauhan, sangat
majemuk, dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan menurut Gerbner (dalam Rakhmat, 2009),
komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari
arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Definisi selanjutnya dikemukakan oleh Jalaludin Rakhmat (dalam Karlinah, 1999), ia
mengartikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah besar
khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga
pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
10
2.1.3 Media Massa
Soehadi (1978) mengemukakan definisi media sebagai bentuk jamak dari medium yang
berarti tengah atau perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti
kelompok atau kumpulan. Dengan demikian media massa dapat didefinisikan sebagai perantara
atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain.
Sedangkan menurut Cangara (2006), media adalah sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa
sendiri adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber/komunikator kepada
khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio dan televisi.
Dari pendapat-pendapat tersebut, peneliti mengartikan media massa sebagai sarana
komunikasi massa, dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang
banyak (publik) dilakukan secara serentak
2.1.4. Fungsi Media Massa
Terkait fungsi media massa, Laswell (dalam Effendy, 2003) menjelaskannya ke dalam
tiga fungsi yang antara lain:
1. Pengawas lingkungan (surveillance of the environtment)
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan atau seringkali disebut watchdog
2. Korelasi sosial (social correlation)
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan
sosialnya
3. Transmisi warisan sosial budaya (Transmission of social and culture heritage)
Fungsinya sebagai pewaris dan penerus sosial budaya dari satu generasi ke generasi
selanjutnya
11
Selanjutnya menurut Onong Uchyana Effendy (dalam Ardianto, 2007) fungsi-fungsi
media massa yaitu:
1. Fungsi informasi;
Fungsi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi khalayak. Berbagai
informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersagkutan sesuai dengan
kepentingannya.
2. Fungsi Pendidikan;
Media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik seperti pengajaran nilai,
etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada khalayak.
3. Fungsi Mempengaruhi;
Media massa dapat mempengaruhi khalayaknya baik yang bersifat pengetahuan (kognitif),
perasaan (afektif), maupun tingkah laku.
2.1.5 Jenis-jenis Media Massa
Dalam perspektif jurnalistik, media massa dikategorikan ke dalam tiga jenis (Yunus,
2012), yakni sebagai berikut:
1. Media Cetak
Media cetak tergolong jenis media yang populer. Media cetak merupakan media komunikasi
yang bersifat tertulis/tercetak. Jenis media yang beredar di masyarakat sangat beragam. Jenis
media cetak terdiri dari surat kabar, tabloid, dan majalah.
2. Media Elektronik
Media elektronik merupakan salah satu jenis media massa yang memiliki kekhususan.
Kekhususannya terletak pada dukungan elektronika dan teknologi yang menjadi ciridan
12
kekuatan dari media berbasis elektronik. Dukungan elektronik ini pula yang membedakannya
dengan media cetak. Salah satu kelebihan media elektronik adalah sifatnya yang real time,
disiarkan secara live saat peristiwa berlangsung. Kelebihan tersebut menyebabkan media
elektronik lebih digandrungi oleh publik. Media elektronik lebih instan dibanding media
cetak. Yang tergolong kedalam jenis media elektronik ini adalah televisi dan radio.
3. Media Online (Internet)
Media online dapat disamakan dengan pemanfaatan media dengan menggunakan perangkat
internet. Sekalipun kehadirannya belum terlalu lama, media online sebagai salah satu jenis
media massa tergolong memiliki pertumbuhan yang spektakuler. Bahkan saat ini, hampir
sebagian besar masyarakat mulai dan sedang menggemari media online. Sekalipun internet
tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk media massa, tetapi keberadaan media online saat ini
sudah diperhitungkan banyak orang sebagai alternatif dalam memperoleh akses informasi dan
berita.
2.1.6 Media Online
Media online adalah salah satu jenis media massa yang populer dan bersifat khas.
Kekhasan media online terletak pada keharusan memiliki jaringan teknologi informasi dengan
menggunakan perangkat komputer, disamping pengetahuan tentang program komputer untuk
mengakses informasi/berita. Keunggulan media online adalah informasi bersifat up to date/real
time dan praktis. Up to date karena media online dapat meng-update suatu informasi atau berita
dari waktu ke waktu. Real time karena media online dapat langsung menyajikan informasi dan
berita saat peristiwa berlangsung, dan praktis karena media online dapat diakses dimana dan
kapan saja, selama didukung fasilitas teknologi internet. (Yunus, 2012)
Media online kini menjadi alternatif media yang paling mudah dalam mendapat akses
informasi atau berita. Teknologi internet menjadi basis terpenting dalam pemanfaatan media
online. Media online juga memiliki keunggulan lain, seperti adanya fasilitas hyperlink, yaitu
sistem koneksi antara website ke website lain. Fasilitas hyperlink dapat dengan mudah
menghubungkan dari situs satu ke situs lainnya sehingga pengguna dapat mencari atau
13
memperoleh informasi lainnya. Bahkan kini, hampir semua media massa baik cetak dan
elektronik memiliki media online sebagai dan penunjang basis dokumentasi penyajian informasi
dan berita yang dilakukannya. Setiap berita yang disajikan di media cetak maupun media
elektronik, kini juga dapat diakses melalui media online atau situs masing-masing media tersebut
yang dikenal sebagai portal berita. (Yunus, 2012)
2.1.7 Berita
Ada banyak pengertian tentang berita, baik mengacu pada substansi isi, tujuan
penyajiannya, akses pemerolehan informasi, dan aktualitas isi. William Maulsby (dalam Yunus,
2012) berpendapat, berita adalah penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta
yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian masyarakat yang
menyiarkan berita.
Sedangkan Assegaf (dalam Yunus, 2012) menjelaskan bahwa berita adalah laporan
tentang fakta atau ide yang teraktual, yang dipilih staf redaksi suatu media untuk disiarkan dan
menarik perhatian pembaca karena sifatnya yang luar biasa, penting, humor, emosional, dan
penuh ketegangan.
Mengacu pada definisi diatas, dapat dimengerti bahwa berita merupakan laporan
informasi penting yang baru terjadi dan menarik perhatian publik yang mencerminkan hasil kerja
wartawan dan tugas jurnalistik. Dengan demikian, unsur-unsur yang melekat dalam berita
memiliki sifat yang informatif, layak dipublikasikan dan sebagai hasil karya jurnalistik, bukan
opini wartawan.
2.1.8 Berita Online dan Karakteristiknya
Berita online merupakan berita yang diterbitkan oleh media massa berbasis jaringan
internet, dimana berita tersebut disajikan secara tertulis dalam sebuah website. Jakob Nielsen
(dalam Rich, 2010) menyebutkan beberapa karakteristik dari berita online ini, antara lain:
14
1. Ditulis secara pendek
2. Ditulis untuk pembaca yang membaca berita dengan cara scanning bukan secara
keseluruhan, yakni dengan seleksi isu
3. Ditulis langsung dan hanya pada poin yang penting
4. Menggunakan bahasa yang umum, bukan istilah yang dibentuk sendiri
5. Informasi yang paling penting ditulis di dua paragraf pertama
2.2 Penelitian Terdahulu
2.2.1 Penelitian yang dilakukan oleh Valen Liey, mahasiswi Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga, berjudul Konstruksi Media Terhadap Kasus Penembakan di LP
Cebongan Jogjakarta. (Analisis Framing Berita Kasus Penembakan di LP
Cebongan di Portal Berita Kompas.com dan Detik.com).
Dalam penelitiannya, Valen Liey memilih kasus penembakan di LP
Cebongan Jogjakarta oleh Kopassus karena kasus ini mendapat sorotan
internasional dan menambah panjang masalah pelanggaran HAM di Indonesia.
Kasus ini juga menjadi headline pada berbagai media massa ketika itu.
Dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa Detik.com menentukan
sikap untuk berpihak pada Kopassus. Sementara framing yang dibentuk
Kompas.com masih menunjukkan adanya usaha untuk melakukan pendekatan
yang objektif dalam pemberitaan kasus tersebut, namun juga terlihat adanya
kecenderungan kontra terhadap pihak Kopassus. (Liey, 2014)
2.2.2 Penelitian yang dilakukan oleh Ibramsyah, mahasiswi Universitas Mulawarman,
Kalimantan Timur, berjudul Analisis Framing Berita Banjir di Jakarta Pada
Kompas.com dan Detik.com Periode Januari 2014
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah seputar masalah banjir
yang berulang kali menggenangi DKI Jakarta tanpa pernah bisa ditanggulangi
oleh pemerintah provinsi setempat, serta menjadi sorotan berbagai media
nasional.
15
Dalam hasil penelitiannya, ditemukan bahwa Kompas.com dan detik.com
telah membentuk framing dengan sisi yang berbeda. Kompas.com
mengkonstruksi berita banjir di Jakarta periode 2014 dari sisi ruang lingkup
politik. Ruang lingkup politik yang dimaksud peneliti mencakup kelembagaan,
kekuasaan, dan kebijakan terkait seputar berita banjir di Jakarta periode Januari
2014. Sedangkan detik.com mengkonstruksi berita banjir berdasarkan realita yang
ada bersangkutan dengan dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh banjir
tersebut. (Ibramsyah, 2014)
2.2.3 Penelitian yang dilakukan oleh Ghanes Eka Putera, mahasiswa Universitas
Diponegoro Semarang, berjudul Bingkai Media Terhadap Pemberitaan Capres
Jokowi Pada Pilpres 2014 (Analisis Framing Media Online Kompas.com dan
Detik.com).
Latar belakang penelitian ini adalah momen pemilihan presiden 2014
dimana media massa menjadi sumber informasi utama masyarakat untuk
mengenal para kandidat calon presiden yang akan mereka pilih. Jurnal penelitian
Ghanes ini mencoba mengetahui bagaimana seorang calon presiden dikonstruksi
oleh media massa, dalam hal ini media online.
Hasil penelitian Ganesh menunjukkan bahwa pemberitaan yang disajikan
oleh Kompas.com mengenai sosok Capres Jokowi secara tidak langsung berpihak
kepada Jokowi itu sendiri. Sedangkan Detik.com tampak masih berusaha menjadi
media yang netral dan menjunjung prinsip cover both sides. Meski demikian,
pemberitaan hal-hal positif tentang Jokowi masih mendominasi dalam Detik.com.
(Putera, 2014)
Kekhasan penelitian penulis dibandingkan penelitian terdahulu di atas adalah analisis
framing yang tidak berhenti pada persoalan bagaimana media mengemas atau mengonstruksi
suatu peristiwa, tetapi juga berusaha menemukan bagaimana ideologi media yang digunakan saat
menyoroti peristiwa tersebut, dalam hal ini peristiwa konflik dualisme DPR yang menjadi casus
belli dari pelbagai kisruh politik di parlemen hingga saat ini.
16
2.3 Konstruksi Realitas
Menurut Peter L. Berger realitas tidak terbentuk secara alami. Realitas merupakan hasil
dari bentukan dan konstruksi. Karena itu, realitas seringkali memiliki makna plural karena setiap
orang memiliki kemampuan merekonstruksi realitas secara berbeda-beda yang disebabkan oleh
perbedaan pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sosial. Sebagai hasil dari suatu bentuk
konstruksi sosial, maka realitas dapat menjadi realitas objektif dan dapat menjadi realitas
subjektif sekaligus. (Eriyanto, 2002)
Realitas yang dimaksud oleh Berger terdiri atas tiga bagian dasar yaitu:
1. Realitas Objektif
Realitas Objektif adalah gejala-gejala sosial yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan
sering dihadapi individu sebagai fakta.
2. Realitas Subjektif
Realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk pada diri khalayak yang berasal dari realitas
objektif dan realitas simbolik.
3. Realitas Simbolik
Realitas simbolik adalah bentuk-bentuk simbolik dari realitas objektif, yang biasanya
diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi, serta isi media. (Bungin, 2011)
Dalam realitas yang subjektif, realitas dapat berkaitan dengan makna, interpretasi, dan
hasil relasi antara individu dan objek. Sedangkan realitas yang objektif dapat berupa sesuatu
yang dialami dan bersifat eksternal.
Dalam pandangan konstruktif, realitas bersifat subjektif. Realitas dapat hadir dan
tercipta melalui konsep subjektif suatu individu. Realitas dapat tercipta melalui sudut pandang
tertentu dari individu. Karena itu tidak ada realitas yang objektif, termasuk realitas simbolik yang
disajikan media, karena realitas tercipta melalui konstruksi pandangan tertentu. (Eriyanto, 2002)
17
2.4 Ideologi Media
Matthew Kieran (dalam Eriyanto, 2002) mengemukakan; berita tidaklah dibentuk dalam
ruang hampa, Berita diproduksi dari ideologi dominan suatu institusi media.
Ideologi dalam konteks media tidaklah harus dikaitkan dengan ide-ide besar, namun bisa
bermakna politik penandaan atau pemaknaan. Bagaimana media melihat peristiwa dengan
kacamata atau pandangan tertentu, merupakan sebuah ideologi. Sebab dalam proses melihat dan
menandai peristiwa tersebut, media menggunakan titik melihat tertentu. Titik atau posisi melihat
itu menggambarkan bagaimana peristiwa dijelaskan dalam kerangka berpikir tertentu. Tiap-tiap
media bisa mempunyai pandangan dan bingkai berbeda-beda atas suatu realitas. Maka bingkai
seperti apa yang dipilih oleh suatu media, menunjukkan ideologi yang diambil oleh media
tersebut. (Eriyanto, 2002)
Selanjutnya menurut Raymond (dalam Eriyanto, 2002), ideologi media yakni ideologi
yang dipercayai sebagai sebuah sistem keyakinan ilusioner (gagasan atau kesadaran palsu) yang
dikontraskan dengan pengetahuan ilmiah. Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat
kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan
menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain. Karena kelompok yang dominan
mengontrol kelompok lain dengan menggunakan perangkat ideologi yang disebarkan ke dalam
masyarakat, akan membuat kelompok yang didominasi melihat itu tampak alamiah, dan diterima
sebagai kebenaran. Di sini, ideologi disebarkan lewat berbagai instrumen salah satunya media
massa. Dalam konteks ini, yang dimaksud sebagai kelompok berkuasa adalah media massa.
2.5 Pembingkaian / Framing
Framing merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan oleh wartawan suatu media ketika menseleksi isu atau menulis berita.
Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana
yang ditonjolkan atau dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Konkritnya,
framing adalah sebuah strategi bagaimana realitas dibentuk sedemikian rupa untuk ditampilkan
pada khalayak pembaca. (Eriyanto, 2002)
18
Entman (dalam Eriyanto, 2002) melihat framing sebagai proses seleksi dari berbagai
aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia
juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi
tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.
Sedangkan Gamson (dalam Eriyanto, 2002) menyatakan framing sebagai cara bercerita
atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk
dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang
digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk
menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.
Kemudian menurut Zhongdang Pan dan Kosicki (dalam Eriyanto, 2002); framing
merupakan strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam
mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas konvensi
pembentukan berita.
Meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian, ada titik singgung utama dari
definisi framing tersebut. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu
dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil
akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah
dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara
menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak
diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. Framing
adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dilakukan
dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara
bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa. Di sini media menyeleksi, menghubungkan, dan
menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh
khalayak. (Eriyanto, 2002)
19
2.5.1 Metode Framing model Entman
Menurut Entman (dalam Qodari, 2000), framing dalam berita dilakukan dengan empat
cara, yakni; (1) identifikasi masalah (problem identification), yaitu peristiwa dilihat sebagai apa
dan dengan nilai positif atau negatif apa; (2) identifikasi penyebab masalah (casual
interpretation), yaitu siapa yang dianggap penyebab masalah; (3) evaluasi moral (moral
evaluation), yaitu penilaian atas penyebab masalah; dan (4) saran penanggulangan masalah
(treatment recommendation), yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah. Lebih jelasnya,
keempat cara tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.1
Perangkat Framing Robert Entman
Sumber: Qodari, “Papua Merdeka dan Pemaksaan Skenario Media,” Pantau 08/Maret-April 2000.
Model atau kerangka framing Entman tersebut secara eksplisit melihat sejauh mana
fungsi media massa, karena Entman mencoba merangkai isu aktual oleh media ke dalam “define
problems”, diagnose causes”, “moral judgement” dan “treatment Recomendation”. Dalam hal
ini, analisis framing Entman tidak hanya berhenti pada persoalan bagaimana media mengemas
isu, melainkan juga bagaimana memberi arahan solusi persoalan, termasuk menempatkan isu itu
dalam konteks etisnya. Peneliti melihat ini sebagai kelebihan dan kekhasan model framing
Entman untuk menganalisa pemberitaan media massa dibanding model framing lainnya seperti
model Pan & Kosicki atau Gamson & Modigliani.
Problem
Identification Peristiwa Dilihat
sebagai apa
Causal Interpretation Siapa Penyebab
Masalah
Treatment
Recommendation
Saran Penyelesaian Masalah
Moral Evaluation
Membuat Keputusan Moral
20
2.6 Kerangka Pikir Penelitian
Konflik Dualisme DPR
Liputan Kompas.com
&
Detik.com
Konstruksi Realitas
Pemberitaan
Kompas.com
Pemberitaan
Detik.com
Analisis Framing
Robert Entman
Ideologi dan Bingkai
Media Online
Kompas.com &
Detik.com