BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)repository.ump.ac.id/6719/3/Wicaksana Wahyu...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)repository.ump.ac.id/6719/3/Wicaksana Wahyu...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 2004
tentang Sumber Daya Air, daerah aliran sungai (catchment, basin, watershed)
adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.
Analisis ketersediaan air daerah aliran sungai Banjaran menggunakan
Program HEC-HMS ,M. Fajar Reggy (2007) menjelaskan bahwa akibat dari
perubahan tata guna lahan di daerah hulu DAS Banjaran, air hujan yang turun ke
bumi banyak melimpas menjadi aliran permukaan (surface flow) dan sangat
sedikit yang meresap ke dalam tanah untuk mengisi cadangan air tanah,sehingga
hal ini mengakibatkan sering terjadinya kekurangan air pada musim kemarau ,
atas dasar kasus tersebut M Fajar Reggy mengadakan analisis ketersediaan Air
Pada DAS Banjaran yang dalam penelitiannya menggunakan Program HEC-
HMS.
Analisis perubahan karakteristik hidrograf banjir akibat perubahan tata
guna lahan (studi kasus DAS Ciliwung hulu), Mirah S (2001) menjelaskan bahwa
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
perubahan karakteristik hidrologis yang berupa debit puncak dan volume aliran
dapat mengakibatkan terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada
musim kemarau terutama pada wilayah sungai Ciliwung , dimana pada wilayah
sub DAS Ciliwung Hulu yang seharusnya kawasan lindung sebagian telah
berubah menjadi kawasan non pertanian antara lain untuk vila, pariwisata, industri
dan perkantoran,.
2.2 Debit Banjir
Debit banjir atau debit puncak adalah besarnya volume air maksimum
yang mengalir melalui suatu penampang melintang suatu sungai per satuan waktu,
dalam satuan m³/detik.
Untuk memperoleh angka-angka kemungkinan besaran debit banjir pada
banjir yang diakibatkan oleh luapan sungai, analisis dilakukan dengan
menggunakan data banjir terbesar tahunan atau curah hujan terbesar tahunan yang
sudah terjadi.
Debit banjir rencana dapat dihitung dengan menggunakan beberapa
metode empiris yang umum berlaku di Indonesia dan lain-lain yang dipilih
berdasarkan kesesuaian dengan karakteristik daerah studi.
2.3 Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan
pada proses analisis hidrologi. Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara,
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk
presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Dalam siklus hidrologi ini
terdapat beberapa proses yang saling terkait, yaitu antara proses hujan
(precipitation), penguapan (evaporation), transpirasi, infiltrasi, perkolasi,
aliran limpasan (runoff), dan aliran bawah tanah. Secara sederhana siklus
hidrologi dapat ditunjukan seperti pada Gambar 2.1 .
Sumber : Sri Harto,2000
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi
2.4 Hujan DAS
Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses
analisis hidrologi, karena kedalaman curah hujan (rainfall depth) yang turun
dalam suatu DAS akan dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub-surface runoff),
maupun sebagai aliran air tanah (groundwater flow) (Sri Harto, 2003).
Proses pembentukan hujan terjadi karena tersedianya udara lembab yang
biasanya terjadi karena adanya gerakan udara mendatar, terutama sekali yang
berasal dari atas lautan, yang dapat mencapai ribuan kilometer. Terangkatnya
udara keatas dapat terjadi dengan 3 cara yaitu hujan konvektif, hujan siklon
(cyclonic) dan hujan orografik (orographic rainfall).
DAS Tajum sebagai daerah penelitian analisis prediksi debit banjir berada
di lereng gunung slamet. Secara geografis termasuk dalam daerah beriklim
tropik, sehingga jenis hujan yang terjadi kemungkinan besar adalah hujan tipe
siklon dan orografik (Suroso dan Hery, 2005). Untuk memperoleh besaran hujan
yang dapat dianggap sebagai kedalaman hujan, diperlukan sejumlah stasiun hujan
dengan pola penyebaran yang telah diatur oleh WMO (World Meteorological
Organisation). Alat pengukur hujan terdiri dari dua jenis, yaitu alat ukur hujan
biasa (manual raingauge) dan alat ukur hujan otomatik (automatic raingauge)
(Sri Harto, 2003). Pengukuran hujan di stasiun-stasiun hujan merupakan hujan
titik (point rainfall), sedangkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis adalah
hujan yang terjadi dalam suatu DAS tertentu (catchment rainfall).
2.5 Sistem DAS
Sistem adalah kumpulan bagian-bagian yang terdiri dari benda/konsep
yang disatukan dengan keteraturan saling berhubungan atau saling ketergantungan
(Chow dalam Muliawan,2001). Pendekatan sistem mempunyai tujuan spesifik
yaitu membangun hubungan masukan dan keluaran yang selanjutnya dapat
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
dimanfaatkan untuk rekonstruksi kejadian masa lalu atau untuk prakiraan
kejadiaan yang akan datang, dengan masalah pokok yang diperhatikan adalah
operasi sistem yang digunakan.
Pada kasus analisis ketersediaan air daerah aliran sungai Banjaran
menggunakan Program HEC-HMS,M.Fajar Reggy (2007) diceritakan bahwa
akibat dari perubahan tata guna lahan di daerah hulu DAS Banjaran, air hujan
yang turun ke bumi banyak melimpas menjadi aliran permukaan (surface flow)
dan sangat sedikit yang meresap ke dalam tanah untuk mengisi cadangan air
tanah,sehingga hal ini mengakibatkan sering terjadinya kekurangan air pada
musim kemarau , atas dasar kasus tersebut M Fajar Reggy mengadakan analisis
ketersediaan Air Pada DAS Banjaran dengan menggunakan Program HEC-HMS.
Gambar 2.2 menyajikan ilustrasi respon DAS akibat masukan berupa
hujan. Dalam gambar tersebut sistim DAS digunakan sebagai model untuk
memahami konsep transformasi masukan (hujan) menjadi keluaran (debit).
Masukan Data Sistem
Keluaran
t
Q
t
i
Sumber : Sri Harto,2000
Gambar 2.2 Bagan Ilustrasi Respon DAS Akibat Masukan Berupa Hujan
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
2.6 Pengalih Ragaman Hujan Menjadi Aliran
Menurut Sri Harto (2003) pengalihragaman hujan menjadi aliran
adalah suatu proses transformasi air hujan menjadi aliran yang sebenarnya, air
hujan mengalir dari hulu ke hilir sampai titik kontrol sebagai aliran permukaan
yang akhirnya menjadi limpasan.
Dalam proses transformasi untuk mengetahui perubahan air hujan
menjadi aliran dibutuhkan suatu aturan (ketetapan) yang mencerminkan karakter
DAS dalam memproses pengalihragaman hujan-aliran. Dalam hal ini aturan
(ketetapan) dapat diartikan sebagai sebuah model.
Model hidrologi adalah satu set pernyataan-pernyataan matematika
yang menyatakan hubungan antara fase-fase dari siklus hidrologi dengan
tujuan mensimulasikan transformasi hujan menjadi limpasan. Salah satu model
dalam pengalihragaman hujan menjadi aliran khususnya untuk aliran rendah
(lowflow) adalah model HEC-HMS. Dalam model HEC-HMS pengalihragaman
hujan menjadi aliran terdiri dari beberapa model dimana setiap model yang dipilih
mempunyai input yang berbeda-beda. Model yang terdapat dalam HEC-HMS
dapat digunakan untuk menghitung volume runoff, direct runoff, baseflow
dan channel flow. Perhitungan dan penyelesaian masing-masing model
mempunyai komponen berupa variabel tetap, parameter, kondisi batas dan kondisi
awal.
2.7 Hidrograf
Hidrograf merupakan bentuk grafis hubungan antara salah satu unsur
aliran dengan waktu. Berdasarkan pengertian di atas, maka terdapat beberapa
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
contoh hidrograf seperti hidrograf muka air (stage hydrograph), hidrograf debit
(discharge hydrograph), hidrograf sedimen (sediment hydrograph).
Dalam praktek, kecuali disebutkan lain, maka yang dimaksud hidrograf
adalah hidrograf debit. Hidrograf debit dapat dengan mudah diperoleh dari
rekaman AWLR dengan menggunakan liku kalibrasi yang telah diperoleh di
stasiun hidrometri tersebut (Sri Harto , 2000).
Hidrograf merupakan tanggapan menyeluruh DAS terhadap masukan
tertentu.Hidrograf terdiri dari 3 bagian pokok yaitu sisi naik (rising limb segment),
puncak (crest) dan sisi turun (recession limb/segment). Bagian sebelum sisi naik
adalah bagian akhir dari hidrograf sebelumnya. Pada bagian sisi naik akan
tergantung dari intensitas dan lama hujan dan kelengasan DAS. Semakin tinggi
intensitas hujan maka sisi naik akan semakin terjal. Apabila hujan dengan
intensitas sama tetapi kelengasan awal berbeda, semakin tinggi kelengasan awal
maka sisi naik akan semakin terjal. Debit puncak dapat terjadi sesaat setelah hujan
berhenti atau beberapa saat sebelum hujan berhenti tergantung dari agihan hujan
dan agihan ruangnya. Sisi turun sebenarnya terdiri dari dua bagian yaitu bagian
atas dekat puncak merupakan gabungan antara limpasan permukaan dan aliran
antara, bagian bawah dari titik tertentu merupakan aliran dasar.
1 2 3
1=sisi naik
2=puncak
3= sisi turun
Sumber: Sri Harto Br, 2000 Gambar 2.3 Bagian-bagian hidrogaf
Q
t
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
Komponen hidrograf selalu terdiri dari tiga komponen, yaitu limpasan
permukaan, aliran antara dan aliran air tanah. Cara-cara untuk memisahkan
hidrograf menjadi komponen-komponennya, misalnya dijelaskan oleh Linsley,
Barnes, Chow dalam Sri Harto (2000) untuk lebih menyederhanakan, ketiga
komponen tersebut dijadikan menjadi dua komponen, dengan menggabungkan
limpasan permukaan dan aliran antara menjadi satu komponen yang disebut
limpasan langsung (direct runoff).
2.8 Hidrograf Satuan (HS)
Hidrograf satuan merupakan hidrograf limpasan langsung yang
dihasilkan oleh hujan mangkus (efektif) yang terjadi merata di seluruh DAS
dengan intensitas tetap dalam satu satuan waktu yang ditetapkan.
2.9 Model Hujan Aliran
Model hujan aliran selalu membutuhkan data masukan. Dalam
pembuatan model model, sebagian besar telah dilaksanakan dengan ujud model
digital, untuk kemudahan simulasi proses hidrologi. Beberapa model yang pemah
digunakan adalah Tank Model dari Jepang, HEC-1 dari Corps of Engineers USA,
TR-20 dari Soil Conservation Service USA, API dari USA, SWM-IV dari
Universitas Stanford, KWM dari USA, SSARR dari Corps of Engineer USA,
HEC-HMS dan masih banyak lagi.
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
2.9.1 Model HEC-HMS
Seperti yang dijelaskan dalam buku ”Hydrologic Modeling System (HEC-
HMS) Technical Reference Manual”, program HEC-HMS ini merupakan program
komputer untuk menghitung pengalihragaman hujan dan proses routing pada
suatu sistem DAS. Software ini dikembangkan oleh Hydrologic Engineering
Centre (HEC) dari US Army Corps Of Engineers.
Didalam HEC-HMS terdapat beberapa model yang terpisah dimana
masing-masing model yang dipilih mempunyai input yang berbeda-beda.
Beberapa model yang digunakan untuk menghitung volume runoff, direct
runoff, baseflow dan channel flow ditunjukan pada tabel dibawah ini.
No Perhitungan Model
1 Precipitation • User hyetograph • User gage weighting • Inverse distance gage weights • Gridded precipitation • Frequency storm • Standard project storm
2 Volume runoff • Initial and Constant rate • SCS curve number (CN) • Gridded SCS CN • Green and Ampt • Deficit and constant rate • Soil moisture accounting (SMA) • Gridded SMA
Tabel 2.1 Perhitungan dan Model yang terdapat dalam HEC-HMS
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
Penyelesain dan perhitungan masing-masing model mempunyai komponen
berupa variable tetap, parameter, kondisi batas dan kondisi awal. Output software
ini merupakan hidrograf masing-masing outlet DAS pada waktu tertentu yang di
tunjukan dengan grafik hidrograf serta tabel time series dari hidrograf yang
bersangkutan.
2.9.1.1 Hujan (Precipitation)
Metode model hujan yang digunakan untuk masukan (input) berupa hujan
yang terjadi dalam pemodelan menerus (continuous model) yaitu user hyetograph
method. Metode ini dapat memasukan besaran hujan yang terjadi pada sebuah
sub-DAS dari luar program, dimana masukan hujan untuk setiap sub-DAS berupa
hujan terdistribusi.
3 Direct runoff (overland flow dan interflow)
• User-spesified unit hydrograph • Clark’s UH • Snyder’s UH • SCS UH • Modclark • Kinematic wave
4 Baseflow • Constant monthly • Exponential recession • Linier reservoir
5 Channel flow • Kinematic wave • Lag • Modified Puls • Muskingum • Muskingum-Cunge Standard
SectMuskingum-Cunge 8-point
Sumber : Technical Reference Manual HEC-HMS, 2000
Lanjutan Tabel 2.1
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
2.9.1.2 Model volume runoff' ( Volume Aliran )
Model volume runoff' yang digunakan untuk menghitung hidrograf banjir
pada studi ini adalah SCS Curve Number. SCS Curve Number ini menghitung
hujan efektif yang merupakan fungsi hujan kumulatif, penutupan lahan, land use
dan antecedent moisture .
Pada Model SCS Curve Number , tata guna lahan pada suatu bagian DAS
tertentu diwakili dengan parameter CN (Curve Number). Nilai CN bervariasi dari
30 (untuk tanah dengan permeabilitas yang tinggi) sampai dengan 100 (untuk
badan air). Nilai CN dapat diperkirakan sebagai fungsi land use, jenis tanah dan
antecedent watershed moisture, dan menggunakan tabel SCS.
2.9.1.3 Model Direct Runoff ( Limpasan Langsung )
Dalam studi ini model direct runoff yang digunakan adalah model
hidrograf satuan Clark Model ini menggambarkan dua proses dalam transformasi
kelebihan hujan menjadi limpasan, yaitu proses translation dan attenuation.
Proses translation atau pergerakan kelebihan hujan dari asalnya melewati
drainase ke pembuangan DAS, dalam model ini terwakili dengan time area
histrogram. Hal ini menentukan luas DAS yang mempunyai kontribusi aliran di
tempat keluar (outlet) sebagai fungsi waktu.
2.9.1.4 Model Base flow ( Aliran Dasar )
Model base flow menggunakan exponential recession model. Untuk
menentukan besarnya Qt, atau besarnya base flow pada suatu waktu tertentu
adalah dengan menggunakan persamaan (2.1) di bawah ini.
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
Qt = Qokt ……………………………………………………………………………………...…………(2.1)
Keterangan:
Qt = debit base flow pada waktu t,
Qo = Initial base flow pada saat t = 0,
k = konstanta eksponensial
2.9.1.5 Model Channel Flow
Model channel flow menggunakan Muskingum, yaitu menggunakan
Muskingum travel time (K) dan Muskingum dimensionless weight (X) nilainya
berkisar (0 ≤ X ≤ 0,5) diperoleh dengan cara kalibrasi.
2.10 Penentuan hujan rancangan cara statistik
Analisis hidrologi untuk menentukan debit banjir rancangan dengan cara
statistik dianggap paling baik, karena didasarkan pada data terukur di sungai,
yaitu catatan debit banjir yang pernah terjadi. Dalam hal ini tersirat pengertian
bahwa analisis dilakukan secara langsung pada data debit, tidak melalui hubungan
empiris antar beberapa parameter DAS dan hujan seperti halnya pada cara
empirik. Oleh karena itu sampai saat ini masih dianggap cukup dapat diandalkan.
meskipun demikian, ketelitian hasil juga akan sangat dipengaruhi oleh data yang
tersedia, baik tentang kuantitas (panjang data), kualitas atau ketelitiannya.
Tujuan analisis statistik untuk menentukan banjir rancangan dengan
analisis frekuensi adalah untuk memperkirakan besara tinggi hujan dengan kala
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
ulang tertentu dari data hujan terukur dengan cara statistic. Adapun pemilihan data
yang di anjurkan untuk analisis frekwensi ini adalah sebagai berikut :
1. Data hujan DAS diperoleh dengan menghitung hujan rata-rata (dengan cara
terbaik yang diketahui) setiap hari sepanjang data tersedia.
2. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menggantikan cara pertama yaitu
mencari data hujan harian maksimum pada pos hujan I, kemudian dicari
hujan harian pada stasiun yang lain pada hari kejadian yang sama, lalu dirata-
ratakan. Hal ini juga berlaku juga pada pos hujan yang lain.
Analisis statistik untuk menentukan banjir rancangan dengan metode
analisis frekuensi dapat dilakukan secara grafis atau menggunakan rumus
distribusi frekuensi teoritik. Cara kedua lebih umum keberlakuannya untuk kasus
dimana data yang tersedia cukup panjang dan kualitasnya memenuhi syarat untuk
analisis statistik. Berikut diuraikan beberapa rumus distribusi frekuensi yang
umum dipakai dalam analisis hidrologi, yaitu Normal, Log Normal, Log
Pearson tipe III dan Gumbel.
2.11 Analisis frekuensi dengan rumus distribusi frekuensi teoritik
Parameter statistik data debit banjir maksimum tahunan yang perlu
diperkirakan untuk pemilihan distribusi yang sesuai dengan sebaran data adalah
sebagai berikut :
a. Mean atau harga tengah, ∑=
= n
iiXn
X
1
1 ……………...……………….……(2.2)
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
b. Simpangan baku, ( )1
/1
2
1
2
−
∑
∑−
== =
n
nXX
S
n
i
n
iii
………………………(2.3)
c. Koefisien variansi, XSCv =
…………………………………......…(2.4)
d. Asimetri (skewness), ( )( )
( )∑ −−−
==
n
iis XX
SnnnC
1
3
321 …………………(2.5)
e. Kurtosis, ( )( )( )
( )∑ −−−−
==
n
iik XX
SnnnnC
1
4
4
2
321……………(2.6)
Keterangan:
n adalah jumlah data yang dianalisis.
Xi adalah data
Berikut disajikan uraian singkat tentang sifat-sifat khas dari setiap
macam distribusi frekuensi tersebut.
a. Distribusi Normal
Ciri khas distribusi Normal adalah:
• Skewness Cs ≅ 0,00
• Kurtosis Ck = 3,00
• Prob X ≤ (X – S ) = 15,87 %
• Prob X ≤ X = 50,00 %
• Prob X ≤ (X + S ) = 84,14 %
b. Distribusi Log Normal
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
Sifat statistik distribusi Log Normal adalah:
• Cs ≅ 3 Cv
• Cs > 0
Persamaan garis teoritik probabilitas: SKXX TT .+= ………………...(2.7)
dengan: XT = debit banjir maksimum dengan kala ulang T tahun,
KT = faktor frekuensi,
S = simpangan baku.
c. Distribusi Gumbel
Ciri khas statistik distribusi Gumbel adalah:
• Cs ≅ 1,396
• Ck ≅ 5,4002
Persamaan garis teoritik probabilitasnya adalah: ( )nnT YYSXX −+= σ/ ...(2.8)
dengan: Y = reduced variate,
Yn = mean dari reduced variate,
σn = simpangan baku reduced variate,
n = banyaknya data.
d. Distribusi Log Pearson III
Sifat statistik distribusi ini adalah:
• jika tidak menunjukkan sifat-sifat seperti pada ketiga distribusi di atas,
• garis teoritik probabilitasnya berupa garis lengkung.
Secara umum, persamaan garis teoritik probabilitas untuk analisis
frekuensi dapat dinyatakan dengan rumus sederhana sebagai berikut :
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
TT KSXX .+= ..…………………………………………..……….(2.9)
dengan: XT = besaran (dapat debit atau hujan) dengan kala ulang T tahun,
X = besaran rata-rata,
S = simpangan baku,
KT = faktor frekuensi untuk kala ulang T tahun.
e. Uji Chi-Kuadrat
Pada dasarnya uji ini merupakan pengecekan terhadap penyimpangan
rerata dari data yang dianalisis berdasarkan distribusi terpilih. Penyimpangan
tersebut diukur dari perbedaan antara nilai probabilitas setiap varian X menurut
hitungan teoritis dengan pendekatan empiris. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
( )∑=
−=
K
ii
EfOfEf
1
22χ
……………………………………………………….(2.10)
dengan: χ2 = harga Chi-kuadrat,
Ef = frekuensi yang diharapkan untuk kelas i,
Of = frekuensi terbaca pada kelas i,
K = banyaknya kelas.
Harga χ2 harus lebih kecil dari harga χ2 kritik yang dapat diambil dari
tabel uji statistic chi kuadrat.,Untuk derajat nyata (α) tertentu dan derajat
kebebasan (DK) tertentu,umumnya digunakan derajat nyata 5 % dan untuk
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
distribusi Chi-Kuadrat, nilai DK dapat dipakai rumus berikut:
DK = K – 3
f. Uji Smirnov-Kolmogorov
Pengujian dilakukan dengan mencari nilai selisih probabilitas tiap varian
X menurut distribusi empiris dan teoritik, yaitu ∆i. Harga ∆i maksimum harus
lebih kecil dari ∆ kritik , maka jenis distribusi yang dipilih dapat digunakan, nilai
∆ kritik , diperoleh dari Tabel 2.2.
Tabel 2.2 . Nilai ∆ kritik Uji Smirnov Kolmogorov
n Α
0.20 0.10 0.05 0.01
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0.45
0.32
0.27
0.23
0.21
0.19
0.18
0.17
0.18
0.17
0.51
0.37
0.30
0.26
0.24
0.22
0.20
0.19
0.18
0.17
0.56
0.41
0.34
0.29
0.27
0.24
0.23
0.21
0.20
0.19
0.67
0.49
0.40
0.36
0.32
0.29
0.27
0.25
0.24
0.23
n > 50 1.07
√n
1.07
√n
1.07
√n
1.07
√n
Sumber : Triatmodjo,B “Hidrologi Terapan” 2008
Keterangan :
n :Jumlah Data
α : Derajat nyata
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010
2.12 Distribusi Hujan Tadashi Tanimoto
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tadashi Tanimoto hujan
efektif yang mengakibatkan banjir terjadi selama 8 jam. Distribusi yang berlaku di
pulau jawa sebesar 26%,24%,17%,13%,7%,5.5%,4%,3.5% setiap jam nya.
Dalam perhitungan debit banjir rancangan diperlukan masukan berupa
hujan rancangan yang didistribusikan ke dalam hujan jam-jaman. Untuk
melakukan distribusi hujan dengan menggunakan Distribusi hujan menurut
tadashi tanimoto dilakukan dengan cara mengalikan debit hujan harian rancangan
(XT) dengan % distribusi setiap jam nya. Berikut ini adalah tabel distribusi hujan
di jawa menurut Tadashi Tanimoto
Tabel 2.3. Distribusi Hujan Di Jawa Menurut Tadashi Tanimoto
Jam Ke - 1 2 3 4 5 6 7 8
% Distribusi 26 24 17 13 7 5.5 4 3.5
Sumber : Triatmodjo,B , 2008
Analisis Debit Banjir..., Wicaksono Wahyu Nugraha, Fakultas Teknik UMP, 2010