BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Revieuw Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/67779/3/1601900634748_BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Revieuw Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/67779/3/1601900634748_BAB...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Revieuw Penelitian Terdahulu
Sayidah (2019) “PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK /
SEDEKAH PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KABUPATEN
BOJONEGORO” BAZNAS belum membuat laporan keuangan dan hanya menyajikan
laporan penerimaan dan penyaluran, sedangkan PSAK No. 109 menyebutkan 5
komponen laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Peubahan Modal, Laporan Perubahan Aset Kelolaan, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan.
Hadijah (2019) juga melakukan penelitian terkait penerapan PSAK 109 pada
BAZNAS Kab. Majene menyatakan bahwa penerapan PSAK 109 tahun 2014 - 2016
belum sepenuhnya mengacu kepada PSAK 109, dimana di dalamnya terdiri dari
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Hal ini bisa dilihat dari
penyajian laporan keuangan BAZNAS Kab. Majene tahun 2014-2016 yang belum
disajikan sesuai dengan aturan yang ada.
Arief et al. (2017) “Analisis Penerapan PSAK NO. 109 Tentang Akuntansi Zakat,
Infaq/Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Manado”BAZNAS Kota
Manado dalam penyusunan laporan keuangannya belum menerapkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 109 Tentang Akuntansi Zakat, Infaq/Sedekah.
6
7
Penyusunan laporan keuangan BAZNAS Kota Manado masih berupa laporan
penerimaan dan penyaluran saja. Untuk semua dana kas yang masuk pada BAZNAS
Kota Manado hanya dana sedekah dan dana zakat yang dipisahkan, sedangkan
golongan dana amil dan dana non halal masih digabungkan dan diaggap sebagai
penambah dana zakat.
Aufiya (2016) “Implementasi Akuntansi Zakat Infaq Shodaqoh Productif Pada
Organisasi Zakat Di BAZNAS KABUPATEN LUMAJANG”. Pengelolaan dana zakat,
infaq dan sedekah yang dikelola secara produktif di BAZNAS Kabupaten Lumajang
rata-rata setiap tahunnya dikelola sebesar 9,01% dari total distribusi dana zakat, infaq
dan sedekah BAZNAS Kabupaten Lumajang masih berorientasi pada pada pengelolaan
secara konsumtif, 15,40% pendidikan, 46,33% delapan ashnaf, 9,81% keagamaan,
5,95% kesehatan, dan 13,53% kerjasama UPS dari total distribusi dana zakat, infaq dan
sedekah.
Suffitra (2015) meneliti tentang “Penerapan Akuntansi Zakat Pada Lembaga Amil
Zakat Berdasarkan PSAK 109 Tentang Akuntansi Zakat Dan Infaq/Sedekah”. Dari
Penelitiannya disimpulkan bahwa dalam penelitian laporan keuangan pada BAZDA
Kabupaten Banyuwangi masih belum sesuai PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat,
Infak/Sedekah. Dalam laporan keuangan yang digunakan oleh BAZDA Kabupaten
Banyuwangi masih sederhana hanya menyajikan laporan pemasukan dana zakat serta
pengeluarannya saja tanpa adanya pengklasifikasian asal dana tersebuts eperti yang ada
pada laporan keuangan yang sesuai standar PSAK 109.
7
7
Ipansyah et al. (2014) “Studi Penerapan Akuntansi Zakat pada BAZNAS
Provinsi Kalsel dan BAZNAS Kota Banjarmasin” Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan akuntansi zakat pada BAZNAS Provinsi
Kalimantan Selatan secara umum telah sesuai dengan PSAK 109, yaitu: dengan
membagi dana berdasarkan sumber dan peruntukannya, meliputi dana zakat, dana
infak, dana non halal, dan dana pengelola yang masing-masing disajikan secara
terpisah dalam (1) Laporan Posisi Keuangan, (2) Laporan Perubahan Dana, dan (3)
Laporan Arus Kas. Sedangkan penerapan akuntansi zakat pada BAZNAS Kota
Banjarmasin belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 109 karena pengungkapan
laporan keuangan hanya disajikan dengan Laporan Perubahan Dana.
2. Landasan Teori.
A. Laporan Keuangan
Weygandt et al. (2014) laporan keuangan merupakan sarana utama bagi
suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak
luar. Laporan ini menyediakan informasi mengenai sejarah perusahaan yang diukur
dalam bentuk uang. Setiap laporan keuangan akan memberikan data keuangan yang
relevan kepada manajemen, pemilik maupun pihak lainnya. Penyusunan laporan
keuangan melibatkan beberapa aktivitas sebagai berikut: (1) Membuat neraca saldo
dengan tujuan untuk menguji keseimbangan debit dan kredit akuntansi. (2)
Melakukan penyesuaian yaitu mencatat transaksi-transaksi khusus yang hanya
dicatat pada akhir periode saja. (3) Menyusun 9 laporan keuangan yang teridiri dari
Neraca (Laporan posisi perubahan keuangan), Laporan Perubahan Dana, Laporan
8
Perubahan Aset Kelolaan, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan
(Nikmatuniayah dan Marliyati, 2015)
IAI (2019a) menjelaskan karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat
empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Pengertiannya
pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau
masa depan, menegaskan atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka dimasa
lalu.
c. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi harus andal. Informasi memiliki kualitas
keandalan jika bebas dari pengertiaan yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang
9
tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
d. Dapat dibandingkan
Pengguna harus membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas
syariah untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat
dibandingkan adalah bahwa pengguna harus mendapat informasi tentang
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.
Menurut Weygandt et al. (2014) laporan keuangan terdiri dari:
1. Laporan laba rugi menyajikan pendapat dan beban serta laba atau rugi bersih
yang dihasilkan selama satu periode waktu tertentu.
2. Laporan ekuitas pemilik merangkum perubahan yang terjadi pada ekuitas pemilik
selama suatu periode waktu tertentu.
3. Neraca melaporkan aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu.
4. Laporan arus kas merangkum seluruh informasi mengenai arus kas masuk
(penerimaan) dan arus kas keluar (pembayaran) untuk periode waktu tertentu.
B. Laporan Keuangan Badan Amil Zakat
10
Laporan keuangan dikatakan sebagai hasil akhir dari suatu proses akuntansi.
Laporan keuangan amil zakat dapat menjadi media komunikasi antara badan amil
dengan pihak lainnya, karena laporan keuangan ZIS merupakan bentuk
pertanggungjawaban operasional dari suatu lembaga amil yaitu kegiatan
pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infak dan sedekah (Rahman, 2015).
Megawati dan Trisnawati (2014) ada beberapa tujuan dibuatnya laporan
keuangan. Laporan keuangan yang dibuat OPZ bertujuan sebagai berikut:
1. Sebagai informasi atas penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat, infak/ sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan atau dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Sebagai alat pertanggungjawaban (akuntabilitas) dan transparansi pengelolaan
keuangan organisasi.
2. Membantu memenuhi kewajiban para pihak pengelola zakat untuk menjadi
akuntabel secara publik.
3. Membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan (muzaki, masyarakat
luas) yang mempunyai keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau
sumber daya untuk memperoleh informasi dan oleh sebab itu mereka
menyandarkan pada laporan sebagai sumber informasi penting.
4. Membantu para pengelola zakat untuk mendapatkan kepercayaan publik.
Menurut PSAK 109 IAI (2019a) dijelaskan komponen laporan keuangan
badan amil zakat. Komponen laporan keuangan amil yang lengkap terdiri dari:
11
1. Laporan Posisi Keuangan
Amil menyajikan dalam laporan posisi keuangan dengan memperhatikan
ketentuan dalam SAK yang relevan mencakup, tetapi tidak terbatas pada, pos-pos
berikut:
A. Aset
a) Kas dan setara
b) Surat berharga
c) Aset tetap
B. Liabilitas
a) Biaya yang masih harus dibaya
b) Liabilitas imbalan kerja; saldo dana
c) Dana zakat
d) Dana infak/sedekah
e) Dana amil
12
Tabel 2.1. Ilustrasi Laporan Posisi Keuangan
Entitas Amil
Laporan Posisi Keuangan
Periode 1 Januari s.d 31 Januari 20xx
Liabilitas ASET
Aset Lancar Liabilitas
Pendek
Jangka
Kas dan Setara kas
Piutang
Surat Berharga
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Biaya yang Masih Harus
Dibayar
Liabilitas Jangka Panjang
Liabilitas Imbalan Kerja
Jumlah
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx Aset Tidak Lancar
Aset Tetap
Akumulasi
Rp. xxx
Rp. xxx Saldo Dana
Penyusutan Dana Zakat
Dana Infak/Sedekah
Dana Amil
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Jumlah
Jumlah Liabilitas dan
Saldo Dana
Rp. xxx
Rp. xxx
Jumlah Aset Rp. xxx
Sumber : IAI (2019:101.46)
2. Laporan Perubahan Dana
Amil menyajikan laporan perubahan dana zakat, infak/sedekah, dan dana
amil. penyajian laporan perubahan dana mencakup, tetapi tidak terbatas pada, pos
berikut:
Dana zakat
a) Penerimaan dana zakat
b) Penyaluran dana zakat: (i) amil, (ii) mustahiq nonamil.
c) Saldo awal dana zakat
d) Saldo akhir dana zakat
13
Dana Infak/Sedekah
e) Penerimaan dana infak/sedekah: (i) Infak sedekah terikat (muqayyadah), (ii)
Infak/sedekah tidak terikat (mutlaqah)
f) Penyaluran dana infak/sedekah: (i) Infak sedekah terikat (muqayyadah), (ii)
Infak/sedekah tidak terikat (mutlaqah)
g) Saldo awal dana infak/sedekah
h) Saldo akhir dana infak/sedekah
Dana Amil
i) Penerimaan dana amil: (i) Bagian amil dari dana zakat; (ii) Bagian amil dari
dana infak/sedekah; (iii) Penerimaan lain
j) Penggunaan dana amil
k) Saldo awal dana amil
l) Saldo akhir dana amil.
14
Tabel 2.2. Ilustrasi Laporan Perubahan Dana
Entitas Amil
Laporan Perubahan Dana
Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20xx
DANA ZAKAT
Penerimaan :
Penerimaan dari Muzakki
Muzakki entitas
Muzakki Individual
Hasil Penempatan
Jumlah
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Penyaluran
Amil
Fakir Miskin
Riqab
Gharim
Muallaf
Sabilillah
Ibnu sabil
Alokasi pemanfaatan aset kelolaan
Beban Penyusutan Aset Kelolaan
Jumlah
Surplus (defisit)
Saldo Awal
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
Rp. xxx
Rp. xxx
Saldo Akhir Rp. xxx
DANA INFAK/SEDEKAH
Penerimaan
Infak/sedekah terikat
Infak/sedekah tidak terikat
Hasil Pengelolaan
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx Jumlah
Penyaluran
Infak/sedekah terikat
Infak/sedekah tidak terikat
Alokasi Pemanfaatan aset Kelolaan (misalnya beban
penyusutan dan penyisihan)
Jumlah
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
Rp. xxx Surplus (defisit)
Saldo Awal Rp. xxx
Saldo Akhir Rp. xxx
15
Tabel 2.2. Ilustrasi Laporan Perubahan Dana
Entitas Amil
Laporan Perubahan Dana
Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20xx
DANA AMIL
Penerimaan
Bagian Amil dari Dana Zakat
Bagian Amil dari Dana Infak/Sedekah
Penerimaan lainnya
Jumlah
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Penggunaan
Beban gaji pegawai
Beban Penyusutan
Beban Umum dan Administrasi
Jumlah
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
(Rp. xxx)
Surplus (defisit)
Saldo Awal
Saldo Akhir
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx
Jumlah Dana Zakat, Dana Infak/Sedekah, dan Dana Rp. xxx
Amil
Sumber: IAI (2019:101.47)
3. Laporan Arus Kas
Amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2 yaitu Laporan
Arus Kas dan SAK lain yang relevan.
4. Laporan Perubahan Aset Kelolaan
Amil menyajikan laporan aset kelolaan yang mencakup, tetapi tidak terbatas
pada:
a) Aset kelolaan yang termasuk aset lancar dan akumulasi penyisihan.
b) Aset kelolaan yang termasuk aset tidak lancar dan akumulasi penyusutan.
c) Penambahan dan pengurangan.
d) Saldo awal.
e) Saldo akhir.
16
Tabel 2.3. Ilustrasi Laporan Perubahan Aset Kelolaan
Entitas Amil
Laporan Perubahan Aset Kelolaan
Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20xx
Saldo
Awal
Rp. xxx
Akumulasi Akumulasi
Penyusutan Penyisihan Akhir
Saldo Keterangan
Dana
Penambahan Pengurangan
Rp. xxx (Rp. xxx) (Rp. xxx) Rp. xxx
Infak/Sedekah-
Aset Lancar
Kelolaan (misal
piutang bergulir)
Dana Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. xxx (Rp. xxx) (Rp. xxx)
(Rp. xxx)
- Rp. xxx
Infak/Sedekah-
aset tidak lancar
kelolaan (misal
rumah
sakit/sekolah)
Dana Zakat- aset
kelolaan (misal
rumah
Rp. xxx (Rp. xxx) - Rp. xxx
sakit/sekolah)
Sumber: IAI (2019:101.49)
5. catatan Atas Laporan Keuangan
Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101:
Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan SAK lain yang relevan.
C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109
Menurut IAI (2019b) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 109 ini bertujuan
untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat,
infak/sedekah. Amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah.
Perlakuan akuntansi untuk amil yang menerima dan menyalurkan zakat,
infak/sedekah mengacu pada PSAK 109. Berikut perlakuannya:
17
1. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Zakat
Penerimaan zakat
1) Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset nonkas diterima.
2) Zakat yang diterima dari muzaki diakui sebagai penambah dana
zakat sebesar jumlah yang diterima jika dalm bentuk kas dan nilai
wajar jika dalam bentuk nonkas.
3) Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan
harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia maka dapat
menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai dengan
SAK yang relevan.
4) Jika muzakki menentukan mustahik yang menerima penyaluran
zakat melalui amil maka tidak ada bagian amil atas zakat yang
diterima. Amil dapat memperoleh ujrah atas kegiatan penyaluran
tersebut. Ujrah ini berasal dari muzakki, diluar dana zakat. Ujrah
tersebut diakui sebagai penambah dana amil.
5) Jika terjadi penurunan dana aset zakat nonkas, maka jumlah
kerugian yang ditanggung diperlakukan sebagi pengurang dana
zakat atau pengurang dana amil bergantung penyebab kerugian
tersebut.
6) Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai pengurang dana zakat, jika
tidak disebabkan oleh kelalaiaan amil dan kerugian pengurang dana
amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
18
Penyaluran zakat
1) Zakat yang disalurkan kepada mustahik, termasuk amil, diakui
sebagai pengurang dana zakat sebesar:
(i) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
(ii) Jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas.
2) Efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada
profesionalisme amil. Dalam hal ini, amil berhak mengambil
bagian dari zakat untuk menutup biaya operasional dalam rangka
melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah atau prinsip
syariah dan tata kelola organisasi yang baik.
3) Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk masing-masing
mustahik ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah,
kewajaran, etika, dan ketentuan, yang berlaku yang dituangkan
dalam bentuk kebiijakan amil.
4) Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari
pos amil. Amil memungkinkan untuk meminjam dana zakat
dalam rangka menghimpun zakat. Pinjaman ini sifatnya jangka
pendek dan tidak boleh melebihi satu periode (haul).
5) Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai
penambah dana amil.
6) Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika sudah
diterima oleh mustahik nonamil tersebut. Zakat yang disalurkan
melalui amil lain, tetapi belum diterima oleh mustahik nonamil,
19
belum memenuhi pengertian zakat telah disalurkan. Amil lain
tersebut tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat, namun
dapat memperoleh ujrah dari amil sebelumnya. Keadaan
tersebut, zakat yang disalurkan diakui sebagai piutang
penyaluran, sedangkan bagi amil yang menerima diakui sebagai
liabilitas penyaluran. Piutang penyaluran dan liabilitas
penyaluran tersebut akan berkurang ketika zakat disalurkan
secara langsung kepada mustahik nonamil.
7) Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik nonamil dengan
keharusan untuk mengembalikannya kepada amil, belum diakui
sebagai penyaluran zakat.
8) Dana yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset
kelolaan), misalnya rumah sakit, sekolah mobil ambulan, dan
fasilitas umum lain, diakui sebagai:
(i) Penyaluran zakat seluruhnya jika aset tetap tersebut
diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain yang tidak
dikendalikan amil.
(ii) Penyaluran zakat secara bertahap jika aset tetap tersebut
masih dalam pengendaliaan amil atau pihak yang dikendalikan
amil. Penyaluran secara bertahap diukur sebesar penyusutan aset
tetap tersebut sesuai dengan pola pemanfaatannya.
Infak / sedekah
Penerimaan infak/sedekah
20
a) Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai penambah dana infak/sedekah
terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah
sebesar:
(i) Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas;
(ii) Nilai wajar jika dalam bentuk nonkas.
b) Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar.
Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan
nilai wajar lainnya sesuai dengan SAK yang relevan.
c) Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset non kas. Aset non
kas dapat berupa aset lancar dan aset tidak lancar.
d) Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola oleh amil
diukur sebesar nilai wajar saat penerimaan dan diakui sebagai aset tidak
lancar infak/sedekah . Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai
pengurang dana infak/sedekah terikat jika penggunaan atau pengelolaan
aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi .
e) Amil dapat pula menerima aset non kas yang dimaksudkan oleh pemberi
untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar. Aset ini
dapat berupa bahan habis pakai, seperti bahan makanan; atau aset yang
memiliki umur ekonomi panjang, seperti mobil untuk ambulan.
f) Aset nonkas lancar dinilai sebesar nilai perolehan, sedangkan aset nonkas
tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai dengan SAK yang relevan.
g) Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai:
(i) Pengurangan dana infak/sedekah, jika tidak disebabkan oleh kelalaian
amil;
21
(ii) Kerugian dan pengurangan dana amil, jika disebebkan oleh kelalaian
amil.
h) Dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk aset nonkas tidak
lancar yang dikelola oleh amil, maka aset tersebut dinilai sesuai dengan
SAK yang relevan.
i) Dana infak/sedekah belum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu
sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan
diakui sebagai penambah dana infak/sedekah.
Penyaluran infak/sedekah
a) Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana
infak/sedekah sebesar:
(i) Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
(ii) Nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas.
b) Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil diakui sebagai
penambah dana amil.
c) Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk penerima infak/sedekah
ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, dan etika
yang dituangkan dalam bentuk kebijakan amil.
d) Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan penyaluran
yang mengurangi dana infak/sedekah jika amil tidak akan menerima
kembali aset infak/sedekah yang disalurkan tersebut.
22
e) Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akir dalam skema dana bergulir
dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana
infak/sedekah.
2. PENYAJIAN
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana non amil
secara terpisah dalam laporan posisi keuangan.
3. PENGUNGKAPAN
Zakat
a. Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat,
tetapi tidak terbatas pada:
a) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala
prioritas penyaluran zakat dan mustahik non amil;
b) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik non
amil, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi
kebijakan;
c) Metode penentuaan nilai wajar yag digunakan untuk
penerimaan zakat berupa aset nonkas;
d) Rincian jumlah penyaluran dan zakat untuk masing-masing
mustahik;
e) Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang
masih dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang
dikendalikan amil, jika ada diungkapkan jumlah dan
persentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta
alasannya; dan
23
f) Hubungan pihak-pihak berelasi anatara amil dan mustahik
yang meliputi:
(i) Sifat hubungan.
(ii) Jumlah dan jenis asset yang disalurkan; dan
(iii) Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari
total penyaluran zakat selama periode.
Infak/Sedekah
a. Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi
infak/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:
a) Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan
skala prioritas penyaluran infak/sedekah dan penerimaan
infak/sedekah;
b) Kebijakan penyaluran infak/sedekah untuk amil dan
nonamil, seperti persentase pembagian, alasan, dan
konsistensi kebijakan;
c) Metode penentuaan nilai wajar yang digunakan untuk
penerimaan infak/sedekah berupa aset nonkas;
d) Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung
disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada,
diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan
infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya;
e) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang diperoleh yang
dimaksud di huruf (d) diungkapkan secara terpisah;
24
f) Penggunaan dana infak/sedekah menjadi aset kelolaan, jika
ada, diungkapkan jumlah dan persentase terhadap seluruh
penggunaan dana infak/sedekah serta alasannya;
g) Rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya,
terikat dan tidak terikat; dan
h) Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan penerima
infak/sedekah yang meliputi:
(i) Sifat hubungan.
(ii) Jumlah dan jenis aset yang disalurkan
(iii) Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari
total penyaluran infak/sedekah selama periode.
b. Selain membuat pengungkapan di poin (a), amil mengungkapkan
hal-hal berikut:
(a) Keberadaan dana non halal, jika ada, diungkapkan menegenai
kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan
jumlahnya; dan
(b) Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan
dana infak/sedekah.