BAB II TINJAUAN MATERI A. Konsep Dasar Keluarga 1. Pengertian
Transcript of BAB II TINJAUAN MATERI A. Konsep Dasar Keluarga 1. Pengertian
6
BAB II
TINJAUAN MATERI
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian
Istilah keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung dari orientasi
teoritis yang digunakan. Secara umum, keluarga didefinisikan sebagai
unit sosial ekonomi terkecil dalam masyaakat yang merupakan
landasan dasar dari semu institusi. Keluarga merupakan kelompok
primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan
interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan dan
adopsi.
Untuk lebih detail mengenai batasan keluarga, berikut ini dihimpun
beberapa pandangan menurut para ahli.
a. Logan’s
Keluarga adalah sebuah sistem social dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berintraksi satu dengan yang lainnya
b. Depkes RI (2012)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dan dalam keadaan saling
ketergantungan (dalam Andarmoyo, 2012).
c. Allender dan Spradley (2011)
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,
sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam
interelasi sosial, peran dan tugas (dalam Tantut, 2012).
2. Jenis/Tipe keluarga
Secara umum, tipe keluarga dibagi menjadi dua yaitu keluarga
tradisional dan keluarga modern (nontradisional).
a. Keluarga Tradisional
Tipe keluarga tradisional menunjukan sifat-sifat homogen, yaitu
keluarga yang memiliki struktur tetap dan utuh. Tipe keluarga ini
merupakan yang paling umum kita temui di mana saja, terutama di
negara-negara Timur menjunjung tinggi norma-norma.
7
Ada beberapa ciri atau tipe keluarga tradisional, sebagai berikut.
1) The nuclear family (Keluarga Inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak tinggal dalam
satu rumah. Dalam keeharian, anggota keluarga inti hidup
bersama dan saling menjaga. Mereka adalah ayah, ibu, dan
anak-anak
2) The dyad (Pasangan Inti)
Tipe keluarga ini biasanya terjadi pada sepasang suami istri
yang baru menikah. Mereka telah membina rumah tangga
tetapi belum dikaruniai anak atau keduanya bersepakat untuk
tidak memiliki anak lebih dulu. Akan tetapi jika di kemudian
hari memiliki anak, maka status tipe keluarga ini menjadi
keluarga inti.
3) The extended family (Keluarga Besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante,
orangtua (kakeknenek), keponakan. Keluarga besar cenderung
tidk hidup bersama-sama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
disebabkan karena keluarga besar merupakan gabungan dari
beberapa keluarga inti yang bersumbu dari satu keluarga inti.
Satu keluarga memiliki beberapa anak, lalu anak-anaknya
menikah dan memiliki anak, lalu anak-anaknya menikah dan
memiliki anak, an kemudian menikah lagi dan memiliki anak
pula.
4) The single-parent family
Single parent adalah kondisi sesorang tidak memiliki
pasangan lagi. Hal ini bisa di sebabkan karna perceraian atau
meninggal dunia. Jika ia sendirian, maka tidak bisa dikatakan
sebagai keluarga meski sebelumnya pernah membina rumah
tangga.
5) Keluarga Single Adult (Bujang Dewasa)
8
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti:
perceraian atau ditinggal mati.
b. Non Tradisional
Keberadaan keluarga modern merupakan bagian dari
perkembangan sosial di masyarakat. Banyak faktor yang
melatarbelakangi kenapa muncul keluarga modern. Salah satu
faktor tesebut adalah munculnya kebutuhan berbagi dan berkelurga
yang tidak hanya sebatas keluarga inti.
c. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah. Kehidupan seorang ibu bersama anaknya
tanpa pernikahan inilah yang kemudian masuk dalam kategori
keluarga.
d. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri. Dengan berbagai alasan, dewasa ini
kita temui seorang yang sudah memiliki anak maupun belum.
Kehidupan anak dengan orang tua tirinya inilah yang dimaksud
dengan the stepparent family.
e. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang Sama, pengalaman yang Sama; sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
f. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan. Seseorang memutuskan untuk hidup bersama
dengan pasangannya. Namun dalam waktu yang relatif singkat,
9
seseorang itu kemudian berganti pasangan lagi dan tetap tanpa
hubungan pernikahan.
g. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana marital partners‟.
h. Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu. Misalnya dalam perantauan, karna
merasa satu negara
i. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anak.
j. Group nework family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anak.
k. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
l. Homeless family
Keluarga yang berbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
m. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
10
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
3. Struktur dalam Keluarga
Struktur ini didasarkan pada perorganisasian dalam keluarga, baik dari
sisi perilaku maupun pola hubungan antara anggota keluarga.
Hubungan yang terjadi ini bisa sangat kompleks, tidak terbatas pada
anggota keluarga tertentu, bahkan bisa melebar hingga keluarga besar,
yang saling membutuhkan, memiliki peran dan harapan yang berbeda.
a. Pola komunikasi keluarga
Pola interaksi yang berfungsi dalam keluarga memiliki karakteristik:
a. Terbuka, jujur, berpikiran positif, dan selalu berupaya
menyelesaikan konflik keluarga; b. Komunikasi berkualitas antara
pembicaraan dan pendengaran. Dalam pola komunikasi, hal ini biasa
disebut dengan stimulus-respons. Dengan pola komunikasi yang
berfungsi dengan baik ini, penyampaiaan pesan (pembicaraan) akan
mengemukakan pendapat, meminta dan menerima umpan balik.
b. Struktur Peran
Struktur peran murupakan serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Bapak berperan sebagai
kepala rumah tangga, ibu berperan dalam wilayah domestik, anak
dan lain sebagainya memiliki peran masing-masing dan diharapkan
saling mengerti dan mendukung.
c. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan keluarga menggambarkan adanya kekuasaan
atau kekuatan dalam sebuah keluarga yang digunakan untuk
mengendalikan dan memengaruhi anggota keluarga. Kekuasaan ini
terdapat pada inividu di dalam keluarga untuk mengubah perilaku
anggotanya ke arah positif, baik dari sisi perilaku maupun
kesehatan. Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya struktur
kekuatan keluarga.
1) Legitimate power (kekuatan/wewenang yang sah)
11
Dalam konteks keluarga, kekuatan ini sebenarnya tumbuh
dengan sendiri karena ada hierarki yang merupakan
konstruk masyarakat kita. Seseorang kepala keluarga
adalah pemegang kekuatan interaksi dalam keluarga. Ia
memiliki hak untuk mengontrol tingkah laku anggota
keluarga lainnya, terutama pada anak-anak.
2) Referent power
Dalam masyarakat kita, orangtua adalah panutan utama
dalam keluarga, terlebih posis ayah sebagai kepala
keluarga. Apa yang dilakukan ayah akan menjadi contoh,
baik oleh pasangannya maupun anak-anaknya.
3) Reward power
Kekuasaan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa
orang yang berpengaruh dan dominan akan melakukan
sesuatu yang positif terhadap ketaatan seseorang.
4) Coercive power
Ancaman dan hukuman menjadi pokok dalam membangun
kekuatan keluarga mendefinisikan kekuatan ini sebagai
kekuasaan.
4. Peran Keluarga
Peranan keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Sehingga peran keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dalam situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Setiap anggota
keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah:
a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa
12
aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagi anggota
masyarakat kelompok sosisal tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual (Setiadi, 2008).
5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003) (dalam
Tantut, 2012) dibagi menjadi lima, yaitu:
a. Fungsi afektif dan koping: keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas
dan mempertahankan saat terjadi stress.
b. Fungsi sosialisasi: keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping; memberikan
feedback; dan memberikan petunjuk dalam memecahkan masalah.
c. Fungsi reproduksi: keluarga melahirkan anak.
d. Fungsi ekonomi: keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarganya dan kepentingan di masyarakat.
e. Fungsi fisik atau perawatan kesehatan: keluarga memberikan
keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk
penyembuhan dari sakit.
6. Tahapan Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu
tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama
berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers (Friedman,
13
1998), meskipun setiap keluarga melalui tahap perkembangannya
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang
sama. Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi
keluarga agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Tahap-tahap
perkembangan keluarga yang paling banyak digunakan untuk keluarga
inti dengan dua orang tua adalah delapan tahap siklus kehidupan
keluarga dari Duvall (1977):
a. Tahap I Pasangan Baru (Keluaraga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
(suami) dan wanita (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing dan yang
berakhir ketika lahirnya anak pertama. Dua orang yang membentuk
keluarga perlu mempersiapkan kehidupan keluarga yang baru
karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi
dalam kehidupan sehari-hari. Tugas perkembangan pada tahap
pasangan baru adalah:
b. Membina hubungan intim yang memuaskan, yaitu pemenuhan
kebutuhan psikologis suami dan istri. Suami maupun istri perlu
saling memerhatikan, menciptakan komunikasi terbuka dan
menyenangkan, serta saling menghargai dan menghormati
keberadaannya (fungsi afektif keluarga).
c. Membina hubungan persaudaraan secara harmonis, suami maupun
istri harus saling menjalin hubungan dengan keluarga pasangannya
sehingga terbentuk interak si sosial yang harmonis (fungsi
sosialisasi keluarga).
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak, pasangan suami istri harus
mulai merencanakan, kapan dimulainya kehamilan sampai berapa
anak yang diinginkan dengan mempertimbangkan kemampuan
yang dimiliki (fungsi perawatan anak secara fisik, psikologis
maupun sosial dan fungsi ekonomi) (diadaptasi dari Tantut (2012),
Andarmoyo (2012)).
14
1) Tahap II keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)
Dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak berusia
30 bulan atau 2, 5 tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan
menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam kehidupan
rumah tangga. Kelahiran anak pertama merupakan pengalaman
keluarga yang sangat penting dan sering merupakan krisis
keluarga. Masalah-masalah yang lazim ditemukan pada tahap
ini adalah:
a) Suami merasa diabaikan.
b) Terdapat peningkatan perselisihan dan argument antara suami
dan istri.
c) Interupsi dalam jadwal yang kontinu.
d) Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.
Oleh karena itu, keluarga dituntut untuk mampu beradaptasi
terhadap peran baru yang dimilikinya dan harus mampu
melaksanakan tugas dari peran baru tersebut. Tugas
perkembangan pada tahap child bearing adalah:
(1) Persiapan menjadi orang tua, yaitu keluarga mulai
mengintegrasi bayi ke dalam kehidupan keluarga sehingga
keluarga mulai memainkan peran sebagai orangtua. Bayi
membutuhkan perhatian besar untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
(2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran,
interaksi, hubungan seksual dan kegiatan, keluarga perlu
mengidentifikasi tugas perkembangan pribadi dan perannya
sebagi orangtua. Hal ini dibutuhkan agar tidak terjadi
penyimpangan dalam menjalankan tugasnya, serta
membantu menyelesaikan tugas yang dibebankan.
(3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan, Hubungan yang kokoh dan bergairah sangat
15
penting bagi stabilitas dan moral keluarga. (Diadaptasi dari
Tantut (2012), Andarmoyo (2012))
2) Tahap III keluarga dengan anak Prasekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini kesibukan
akan bertambah sehingga menuntut perhatian yang lebih banyak
dari orangtua. Orangtua adalah arsitek keluarga sehingga
orangtua harus merancang dan mengarahkan perkembangan
keluarga agar dapat semakin memperkokoh kemitraan dan
perkawinan mereka (dalam Tantut (2012), Andarmoyo (2012)).
Tugas perkembangan pada tahap prasekolah:
a) Memenuhi Kebutuhan anggota keluarga seperti tempat
tinggal, privasi dan rasa aman Membantu anak untuk
bersosialisasi.
b) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara anak
yang lain juga harus terpenuhi.
c) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam
maupun diluar keluaga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar).
d) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
e) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
f) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak (dalam Tantut, 2012).
3) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai saat anak berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 12 tahun. Keluarga perlu
membantu meletakan dasar penyesuaian diri anak dengan teman
sebaya. Tugas perkembangan pada tahap anak usia sekolah
adalah:
16
a) Membantu sosialisasi anak: tetanga, sekolah dan
lingkungan, kegiatan mendorong anak untuk mencapai
pengembangan daya intelektual, menyediakan aktivitas
untuk anak dan membantu sosialisasi anak keluar rumah
merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh orangtua.
b) Mempertahankan keintiman pasangan, saat ini hubungan
perkawinan sering mengalami penurunan.orangtua lebih
fokus pada karir dan pendidikan anak.
c) Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, keluarga
perlu menyediakan kebutuhan gizi bagi anggota
keluarganya. Keluarga perlu pula menyediakan kebutuhan
anak akan kesehatan terutama kesehatan kulit dan gigi.
(Diadaptasi dari Tantut (2012), Andarmoyo (2012))
4) Tahap V keluarga dengan Remaja
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan
berakhir pada 6-7 tahun kemudian. Tahap ini merupakan tahap
yang paling sulit, karena orangtua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali
muncul konflik antara orangtua dan remaja karena anak
menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya
sementara orangtua mempunyai hak untuk mengontrol. Tugas
perkembangan pada tahap remaja adalah:
a) memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab, orangtua harus mempercayai anak agar mandiri
secara prematur, dengan mengabaikan kebutuhan
ketergantungannya.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga,
pada masa ini anak telah lebih bertanggung jawab
terhadap diri sendiri sehingga pasangan suami istri akan
lebih banyak waktu untuk dapat meniti karir atau
menciptakan kesenangan perkawinan.
17
c) Mempertahankan komunikasi terbuka.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga, meskipun peraturan dalam keluarga
perlu diubah, etika dan standar moral keluarga perlu
dipertahankan oleh orangtua, sementara remaja mencari
nilai dan keyakinan mereka sendiri (dalam Tantut, (2012)
& Andarmoyo, (2012)).
5) Tahap VI keluarga dengan dewasa awal
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan
rumah dan berakhir saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Keluarga menyiapkan/ membantu anak tertua dalam
melepaskan diri untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir/yang lebih kecil untuk mandiri. Tugas
perkembangan pada tahap dewasa awal adalah:
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orangtua suami/isteri yang memasuki
lansia. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah
tangga (Dalam Tantut, 2012).
6) Tahap VII keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
Atau pada saat orangtua berusia 45-55 tahun dan berakhir 16-
18 tahun kemudian. Tugas perkembangan pada tahap usia
pertengahan adalah:
a) Mempertahankan kesehatan
b) Mempertahankan hubungan sebaya dan anak-anak
c) Memperkokoh hubungan perkawinan (Dalam Tantut, 2012
dan andarmoyo, 2012).
7) Tahap VIII keluarga Lansia
18
Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana, dimulai ketika
salah satu atau ke dua pasangan pensiun, sampai salah satu
pasangan meninggal dan berakhir ketika ke dua pasangan
meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas
yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan
kehilangan yang harus dialami keluarga. Dengan memenuhi
tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orangtua mampu
beradaptasi menghadapi stressor tersebut. Tugas perkembangan
pada tahap lansia adalah:
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b) Menyesuaikan diri dengan perubahan.
c) Mempertahankan hubungan perkawinan.
d) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi.
e) Melakukan life review (Dalam Tantut, 2012 dan andarmoyo,
2012).
7. Konsep Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan fokus perawatan. Jika
ia melihat keluarga sebagai latar belakang atau konteks dari keluarga
maka keluarga merupakan fokus utama tetapi jika ia melihat didalam
keluarga ada individu yang rawat, maka anggota keluarga secara
individu merupakan fokus utama (Setiadi, 2008).
a. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Lyer et al., (1996) dalam
Setiadi, (2008)). Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu
perbandingan, ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga
dengan menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori
dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan. Cara
pengumpulan pengkajian data tentang keluarga yang dapat
dilakukan antara lain dengan:
19
1) Wawancara
Wawancara yaitu menanyakan atau tanya jawab yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi keluarga dan
merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Tujuan
wawancara adalah:
a) Mendapatkan informasi yang diperlukan
b) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam
komunikasi
c) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan Wawancara dengan keluarga dikaitkan dalam
hubungan dengan kejadiankejadian pada waktu lalu dan
sekarang.
2) Pengamatan
Pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak
perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan).
3) Studi Dokumentasi
Yang biasa dijadikan acuan antara lain adalah KMS, kartu
keluarga dan catatan kesehatan lainnya misalnya informasi-
informasi tertulis maupun lisan dari tujukan dari berbagai
lembaga yang menangani keluarga dan dari anggota tim lainnya.
4) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik hanya dilakukan pada anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan.
Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik dengan
keluarga dengan cara:
a. Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah
b. Menjelaskan tujuan kunjungan
c. Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu
keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada dikeluarga
20
d. Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan
e. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi
jaringan perawat.
Dalam pengkajian keluarga terdapat tahap-tahap pengkajian yang disebut
sebagai penjajakan untuk mempermudah proses pengkajian.
Penjajakan I
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain:
Data Umum
Identitas kepala keluarga :
Nama kepala keluarga (KK) :
Umur (KK) :
Pekerjaan kepala keluarga (KK) :
Pendidikan kepala keluarga (KK) :
Alamat dan nomor telpon :
Komposisi anggota keluarga :
Nama Umur Sex Hub dgn KK Pendidikan Pekerjaan Keterangan
Genogram Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera
nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan
gambar dengan symbol berbeda seperti :
21
Laki-laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Tinggal serumah : - - - - - - -
Menikah : ________________
Bercerai :
Tipe keluarga
Suku bangsa
Asal suku bangsa keluarga
Bahasa yang dipakai bangsa
Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
Agama
Agama yang dianut keluarga
Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
22
Status social ekonomi keluarga
Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
Tabungan khusus kesehatan
Barang (harta benda) yang memiliki keluarga (perabot, transportasi)
Rekreasi
Riwayat dan tahap perkembangan
Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Riwayat keluarga inti :
Riwayat terbentuk keluarga inti
Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau
penyakit menular di keluarga)
Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri) :
Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular keluarga
Riwayat kebiasaan atau gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
Lingkungan
Karasteristik Rumah :
Ukuran rumah (luas rumah)
Kondisi dalam dan luar rumah
Kebersihan rumah
Ventilasi rumah
23
Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
Air bersih
Pengelolaan sampah
Kepemilikan rumah
Kamar mandi atau WC
Denah rumah
Karasteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan
Mobilitas geografis keluarga
Apakah keluarga sering pindah rumah
Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan stress)
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Perkumpulan atau organisasi social yang diikuti oleh anggota keluarga
Digambarkan dalam ecomap
System pendukung keluarga
Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah.
Struktur keluarga
Pola komunikasi keluarga
Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga
Cara keluarga memecahkan masalah
24
Struktur kekuatan keluarga
Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah
Power yang digunakan keluarga
Struktur peran (formal dan informal)
Peran seluruh anggota keluarga
Nilai dan norma keluarga
Fungsi keluarga
Fungsi afektif
Bagaimana cara keluarga mengekpresikan perasaan kasih sayang
Perasaan saling memiliki
Dukungan terhadap anggota keluarga
Saling menghargai, kehangatan.
Fungsi sosialisasi
Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar
Interaksi dan hubungan dalam keluarga
Fungsi perawatan kesehatan
Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya sakit
diapakan tetapi bagaimana prevensi atau promosi)
Bila ditemui data maladaptive, langsung lakukan penjajakan tahap II
(berdasarkan 5 tugas keluarga seperti bagaimana keluarga mengenal masalah,
mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan
dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan).
Fungsi pemeliharaan kesehatan
25
Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit
Bagaimana kebiasaan berobat jika ada anggota keluarga yang sakit.
Apakah obat beli sendiri atau tidak
Pemenuhan kebutuhan makan
Pengadaan makanan sehari-hari
Komposisi jenis makanan sehari-hari
Cara menyajikan makanan dalam keluarga
Pantangan terhadap makanan dalam keluarga
Kebiasaan keluarga dalam mengelola air minum
Kebiasaan keluarga dalam mengelola makanan
Kebiasaan makan dalam keluarga
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
Pola tidur siang hari dalam keluarga
Kamar tidur masing-masing dalam keluarga
Cara mengatasi bila anggota keluarga sulit tidur
Pemenuhan kebutuhan rekreasi dan latihan
Keluarga mempunyai rekreasi yang teratur
Waktu senggang dalam keluarga
Aktifitas olahraga secara teratur
Pemenuhan kebutuhan kebersihan diri
Kebiasaan anggota keluarga dalam pemeliharaan kebersihan diri
Pemeliharan kesehatan menggunakan bahan atau alat mandi.
26
Stress dan koping keluarga
Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga
Respon keluarga terhadap stress
Strategi koping yang digunakan
Strategi adaptasi yang disfungsional :
Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptive
Pemeriksaan fisik (head to toe)
Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata mulut THT,
leher, thorax, abdomen, ektersmitas atas dan bawah, system genitalis.
Harapan keluarga
Terhadap masalah kesehatan keluarga
Terhadap petugas kesehatan yang ada
Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan data-
data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi
masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga.
Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya:
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
27
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar
seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat. Tahap
dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain:
1) Analisa data
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data,
yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga. Cara menganalisa data adalah:
a) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul
dalam format pengkajian
b) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-
sosial dan spiritual
c) Mengembangkan standart
d) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang
diketemukan
Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat
perkembangan kesehatan keluarga untuk melakukan analisa
data, yaitu:
(1) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota
keluarga, yang meliputi:
- Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota
keluarga
- Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota
keluarga
- Keadaan gizi anggota keluarga
- Status imunisasi anggota keluarga
- Kehamilan dan KB
28
(2) Keadan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi:
- Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan,
kebersihan, kontruksi, luas rumah dan sebagainya
- Sumber air minum
- Jamban keluarga
- Tempat pembuangan air limbah
- Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya
Karakteristik keluarga, yang meliputi:
Sifat-sifat keluarga
Dinamika dalam keluarga
Komunikasi dalam keluarga
Interaksi antar anggota keluarga
Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga
Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga
Dalam proses analisa, data dikelompokan menjadi 2 yaitu data subyektif dan
objektif.
No.
DATA
ETIOLOGI MASALAH
Data subyektif :
Data Objektif :
29
2) Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada
sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan
keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton.
a) Masalah (Problem)
Tujuan penulisan pernyatan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan sesingkat
mungkin. Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan
NANDA (1995) dalam Setiadi (2008) adalah sebagi berikut:
(1) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala yang
jelas mendukung bahwa benar-benar terjadi
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Ketidakefektifan pola napas
- Gangguan pertukaran gas
- Nyeri akut
- Gangguan tumbuh kembang
(2) Resiko (ancaman kesehatan)
Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah
pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani.
- Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit)
- Resiko peningkatan suhu tubuh
- Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Resiko kurang volume cairan dan elektrolit
(3) Potensial/sejahtera
- Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin
meningkat lebih optimal.
- Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
- Potensial peningkatan proses keluarga
- Potensial peningkatan koping keluarga
- Resiko terhadap tindakan kekerasan
30
(4) Sindrom
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko
tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/
situasi tertentu.
Menurut NANDA ada 2 diagnosa keperawatan sindrom, yaitu:
Syndrom trauma pemerkosaan (rape trauma syndrome) Pada
kelompok ini menunjukan adanya tanda dan gejala, seperti
cemas, takut, sedih gangguan istirahat tidur dan lain-lain. Resiko
sindrom penyalahgunaan (risk for disuse syndrome) Misalnya
resiko gangguan proses pikir, resiko gangguan gambaran diri
dan lain-lain.
b) Penyebab (Etiologi)
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas
keluarga, yaitu:
(1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
(2) Mengambil keputasan untuk melakukan tindakan yang tepat.
(3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usiannya yang
terlalu muda
(4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
(5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada)
c) Tanda (Sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan
penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “yang
dimanifestasikan dengan”.
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
31
1 Sifat Masalah
Skala :
Potensial = 1
Resiko = 2
Aktual = 3
1
2 Kemungkinan masalah
untuk di ubah :
Skala :
Mudah = 2
Sebagian = 1
Tidak dapat = 0
2
3 Potensial masalah untuk
di cegah :
Skala :
Tinggi = 3
Cukup = 2
Rendah = 1
1
4 Menonjolnya masalah :
Cegah
Skala :
Segera ditangani = 2
1
32
Masalah ada tapi tidak
perlu = 1
Masalah tidak dirasakan
= 0
Jumlah
3) Prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang
ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas (skala Baylon dan
Maglaya) sebagi berikut:
a) Tentukan skor untuk tiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c) Skor x Bobot Angka tertinggi
d) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
e) Skor tinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot
f) Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala:
a) Kriteria I, yaitu sifat masalah untuk mengetahui sifat masalah ini mengacu
pada etiologi masalah kesehatan yang terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu:
1) Ancaman kesehatan
Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan anatara lain:
a) Penyakit keturunan (asma, DM, dan sebagainya)
b) Anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular
(TBCgonore hepatitis, dan sebagainya)
c) Jumlah anggota keluarga terlalu bessar dan tidak sesuai dengan
kemampuan sumber daya keluarga
d) Resiko terjadi kecelakaan (lingkungan rumah tidak aman)
e) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota
keluarga
f) Keadaan yang menimbulkan stress, antara lain:
33
g) Hubungan keluarga tidak harmonis
h) Hubungan orang tua dan anak yang tegang
i) Orang tua yang tidak dewasa
j) Sanitasi lingkungan yang buruk, diantaranya:
k) Ventilasi kurang baik
l) Sumber air minum tidak memenuhi syarat
m) Polusi udara
n) Tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai syarat
o) Tempat pembuangan tinja yang mencemari sumber air minum
p) kebisingan
q) Kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti:
(1) Merokok
(2) Minum minuman keras
(3) Makan obat tanpa resep
(4) Makan daging mentah
(5) Hygiene perseorangan jelek
(6) Sifat kepribadian
(7) Riwayat persalinan sulit
(8) Peran yang tidak sesuai
(9) Imunisasi anak yang tidak lengkap
(10) Kurang / tidak sehat
Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan, seperti keadaan sakit
(sesudah atau sebelum didiagnosa) dan gagal dalam pertumbuhan dan
perkembangan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.
b) Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untung menangani
masalah Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan, dan
tenaga Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan,dan
waktu Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan songkongan masyarakat
34
c) Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah:
(1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit/masalah
(2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah
(3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah
(4) Adanya kelompok “High Risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah
d) Kriteria IV, yaitu menonjolnya masalah
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor
tertinggi dan disusun sampai skor terendah
c. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka
panjang/ pendek), penepatan standart dan kriteria serta menentukan
perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga.
1) Penetapan Tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa
keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu. Maka tujuan
perawatan keluarga dapat dibagi menjadi:
a) Tujuan Jangka panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada
kemampuan mandiri. Dan dengan waktu yang ditentukan, contoh:
setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari seluruh keluarga
Tn. S dapat merawat anggota keluarga yang sakit dan dapat mencegah
penularan penyakit.
b) Tujuan Jangka Pendek
35
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang
dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupan. Contoh:
keluarga Tn. S dapat mengenal dampak permasalahan penyakit Ny. Y
dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila Ny. Y tidak segera
diobati. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan
keperawatan adalah:
(1) Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
(2) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai
(3) Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari
kedua belah pihak (keluarga dan perawat)
(4) Mencangkup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi
c) Penetapan Kriteria dan Standart
Merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dengan digunakan dalam
membuat pertimbangan. Bentuk dari standart dan kriteria ini adalah
pernyataan verbal (pengetahuan), sikap dan psikomotor
No KRITERIA STANDART
1. Pengetahuan Keluarga mampu menyatakan
pengertian
Keluarga mampu menyebutkan
penyebab
Keluarga dapat menyebutkan
akibat
36
2. Sikap keluarga mampu memutuskan
untuk membuat rencana control
selama ….
Keluarga mampu …
3. Psikomotor Keluarga mengolah makanan …
Keluarga menyajikan makanan
…
Keluarga mampu melakukan
….
Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
a) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan Mengawasi keluarga melakukan perawatan
b) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara:
c) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
d) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara:
(1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
(2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Rencana tindakan keperawatan keluarga diarahkan untuk mengubah
pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga, sehingga pada akhirnya keluarga
mampu memenuhi kebutuhan kesehatan angota keluarganya dengan bantuan
minimal dari perawat.
d. Pelaksanaan Keperawatan
37
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ada 3 tahap dalam
tindakan keperawatan keluarga, yaitu:
Tahap I : Persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan:
Kontrak dengan keluarga
Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
Mengidentifikasi aspek-aspek hokum dan etik
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan fisik
dan psikis pada saat implementasi
Tahap II : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung
jawab perawat secara professional adalah:
a. Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksankan oleh perawat sesuai dengan
kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga
kesehatan lainnya. Lingkup tindakan independent ini adalah:
1) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan
dan pemeriksaan fisik
2) Merumuskan diagnosa keperawatan
3) Mengidentifikasi tindakan keperawatan
4) Melaksanakan rencana pengukuran
5) Merujuk kepada tenaga kesehatan lain
6) Mengevaluasi respon klien
7) Partisipasi dengan consumer atau tenaga kesehatan lainnya
38
Tipe tindakan Independent Keperawatan dapat dikategorikan menjadi 4
yaitu:
1) Tindakan diagnostik
2) Wawancara
3) Observasi dan pemeriksaan fisik
4) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (Hb) dan membaca
hasil dari pemeriksaan laboratorium
Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah klien
Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan kepada klien.
Tindakan merujuk
Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya
b. Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga
kesehatan lainnya.
c. Dependent
Yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis, misalnya dokter menuliskan
“Perawatan kolostomy”, kemudian perawat melakukan tindakan tersebut
sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Tahap III : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
cara:
f) Mendemonstrasikan cara perawatan
39
g) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang kesehatan
keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi disusun mengunakan SOAP secara operasional dengan tahapan sumatif
dan formatif.
1) Evaluasi berjalan (sumatif)
Eavaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
keluarga. Format yang dipakai adalah format SOAP.
2) Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan
yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin
semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat
datadata, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi.
Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain adalah:
a) Observasi langsung
b) Wawancara
c) Memeriksa laporan
d) Latihan stimulasi
Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi:
a) Kognitif (pengetahuan)
b) Lingkup evaluasi pada kognitif adalah:
c) Pengetahuan keluarga mengenai penyakit
d) Mengontrol gejala-gejalanya
e) Pengobatan
f) Diet, aktifitas, dan persediaan alat-alat
g) Risiko komplikasi
h) Gejala yang harus dilaporkan
40
3) Pencegahan
a) Afektif (status emosional)
Dengan cara observasi secara langsung yaitu dengan cara observasi ekspresi
wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal pada waktu
melakukan wawancara.
b) Psikomotor
Yaitu dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai dengan
yang diharapkan.Penentuan keputusan pada tahap evaluasi ada 3
kemungkinan, yaitu:
(1) Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan,
sehingga rencana mungkin dihentikan
(2) Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang telah ditentukan,
sehingga perlu penambahan waktu, resources, dan intervensi
sebelum tujuan berhasil
(3) Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan, sehingga
perlu:
(a) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat
(b) Membuat outcome yang baru
Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk
mencapai tujuan sebelumnya.
8. Konsep dasar Keperawatan
a) Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekuensi
defekasi (lebih dari 3 kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari
200 gram per hari), dari perubahan konsistensi (feses encer).
Menurut Depkes RI, diare adalah suatu penyakit dengn tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek
41
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya
tiga kali atau lebih dalam sehari.
Menurut Suradi dan Rita, diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan
bentuk encer atau cair.
b) Klasifikasi
Berdasarkan lama diare
(1) Diare Akut
Diare akut dimana terjadi sewaktu-waktu dan berlangsung
selama14 hari dengan pengeluaran tinjak lunak atau cair yang dapat
atau tanpa disertai lendir atau darah. Diare akut dapat
menyebabkan dehidrasi dan bila kurang megonsusmsi makanan
akan mengakibatkan kurang gizi.
(2) Diare Kronik
Diare kronik berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 2
minggu atau lebih dari 14 hari secara umum diikuti kehilangan
berat badan secara signifikan dan malasah nutrisi.
(3) Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah
berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang
atau berat diklasifikasikan sebagai berat atau kronik. Diare
persisten menyebabkan kehilangan berat badan karena pengeluaran
volume faces dalam jumlah banyak dan berisiko mengalami diare.
Diare persisten dibagi menjadi dua yaitu diare persisten berat dan
diare persisten tidak berat atau ringan. Diare persisten berat
merupakan diare yang berlangsung selama ≥ 14 hari, dengan tanda
dehidrasi, sehingga anak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Sedangkan diare persisten tidak berat atau ringan merupakan diare
42
yang berlangsung selama 14 hari atau lebih yang tidak
menunjukkan tanda dehidrasi.
c) Faktor resiko
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh eteropatogen, atau
kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang
tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.
Selain hal-hal tersebut beberapa factor penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain : Gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya
motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan factor
genetik.
(1) Factor umur
Sebagai besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6 sampai 12 bulan
pada saat diberikan makanan pendamping asi. Pola ini
menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar anti body ibu,
kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin
terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja
manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian
kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang
membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak
yang lebih besar dan pada orang dewasa.
(2) Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi
asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan
pembentukan imunitas aktif pada infeksi asimtomatik tinja penderita
mengandung firus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius.
(3) Factor musim
43
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di
daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada
musim panas, sedangkan diare kena firus terutama rota firus
puncaknya terjadi pada musim dingin. Di daerah tropic ( termasuk
Indonesia ), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi
sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau,
sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musi
hujan.
(4) Epidemic dan pandemic
Vibrio cholera 0.1 shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan
epidemic dan pandemic yang mengakibatka tingginya angka
kesakitan dan kematian pada semua golongan usia. Sejak tahun
1961, kolera yang disebabka oleh V. Cholera 0.1 biotipe Eltor telah
menyebar ke Negara-negara di Afrika Latin, Asia, Timur Tengah
dan dibeberapa daerah di Amerika Utara dan Eopa. Dalam kurun
waktu yang sama Shigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab
wabah ang besar di Amerika Tengah dan terakhir di Afrika Tengah
dan Asia Selatan. Pada akhir tahun 1992, dikenal strain baru Vibrio
cholera 0139 yang menyebabkan epidemi di asia dan lebih dari 11
negara mengalami wabah.
d) Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih
patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
(1) Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini
yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang
banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun
dilakukan puasa makan/minum.
(2) Diare osmotik
44
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat
kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2),
malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal
pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
(3) Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi
micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
(4) Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit.
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport
aktif NA+ K+ ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang
abnormal.
(5) Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas
usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi,
hipertiroid.
(6) Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal
disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik
pada usus halus.
(7) Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada
beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight
junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik
menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel
darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen.
Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
lain seperti diare osmotic dan diare sekretorik.
(8) Diare infeksi
45
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari
sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan
invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare
karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut.
e) Manifestasi Klinik
Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan
cairan), tanda-tandanya: Berak cair 1-2 kali sehari, muntah (-), haus (-
), nafsu makan tidak berkurang masih ada keinginan untuk bermain.
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Tanda-tandanya : berak cair 4-9 kali sehari, kadang muntah 1-2 kali
sehari, suhu tubuh kadang meningkat, haus, tidak ada nafsu makan,
badan lesu lemas. Sedangkan pada anak yang mengalami diare dengan
dehidrasi berat. Tanda-tandanya: berak cair terus menerus, muntah terus
menerus, haus, mata cekung, bibir kering dan biru, tangan dan kaki
dingin, sangat lemah, tidak nafsu makan, tidak ada keinginan untuk
bermain, tidak BAK selama 6 jam atau lebih, kadang-kadang dengan
kejang dan panas tinggi.
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenemus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat
paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang
adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan rejatan
hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
berlanjut. Seseorang yang kekurngan cairan akan merasa haus, berat
badan berkurang, ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa
kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit jelas (elastisitas
kulit menurun) serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan
bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam kerbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
46
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa rejatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun
sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan
timbul penyakit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan
gagal ginjal akut.
f) Komplikasi
(1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau
hipertonik).
(2) Renjatan hipovolemik.
(3) Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
(4) Hipoglikemia.
(5) Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim
lactase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
(6) kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
(7) malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan.
g) Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum
yakni : pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang
meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan
tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini
serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (Tertiary
prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.
47
(1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditunjukkan pada factor
penyebab, lingkungan dan factor penjamu. Untuk factor penyebab
dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare
dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan,
perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi
lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari penjamu
akan dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian
imunisasi.
(2) Penyediaan air bersih
Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan
hamper 70% tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk
keperluan makan, minum, mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang
lain, maka untuk keperluan tersebut WHO dukungan secara mental
kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan
kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan
kebutuhan social dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan
dengan teman sepermainan.
h) Penatalaksanaan
(1) Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan
cairan)
Tindakan :
- Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari
biasanya.
- ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
- Makanan diberikan seperti biasanya
- Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas
terdekat
(2) Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Tindakan :
- Berikan oralit
48
- ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
- Teruskan pemberian makanan
- Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang
- Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmas
terdekat.
(3) Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
Tindakan :
- Segera bawa ke Rumah Sakit / Puskesmas dengan fasilitas
Perawatan
- Oralit dan ASI diteruskan selama masih bias diminum
(4) Takaran Pemberian Oralit
- Dibawah 1 tahun : 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5
gelas setiap kali mencret
- Dibawah 5 tahun (anak balita) : 3 jam pertama 3 gelas,
selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret
- Anak diatas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5
gelas setiap kali mencret
- Anak diatas 12 tahun dan dewasa : 3 jam pertama 12 gelas,
selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200cc)
(5) Dasar Pengobatan Diare
Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
(a) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan
peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan
glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan
kadar Natrium 90 mEg/l. pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l/
formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam
dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak
mengandung NaCl dan sukrosa.
49
(b) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3-10 kg 1 jam
pertama : 40 ml/kgBB/menit = 3tetes/kgBB/menit (infus set
berukuran 1 ml=15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit (set infus 1
ml=20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit =
3tetes/kgBB/menit (infus set berukuran 1 ml=15tetes atau 4
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). 16 jam berikutnya
: 125 ml/kgBB/oralit
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/jgBB/menit (1 ml
= 15tetes atau 10tetes/kgBB/menit (1ml = 20tetes).
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
: 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit
(1ml = 15tetes atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml=20tetes). 7 jam
berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tetes/kgBB/menit (1ml = 15
tetes atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). 16 jam berikut
: 105 ml/kgBB oralit per oral.
Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg kebutuhan
cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 11 2⁄ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kg/BB/menit (1
ml=20 tetes).
Untuk bayi berat badan lahir rendah : kebutuhan cairan: 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1
bagian NahCO3 11 2⁄ %).