BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-rakhmata2a... · Irama...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-rakhmata2a... · Irama...
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelelahan
Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Lelah bagi
setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah
merupakan suatu perasaan. Secara anatomi keluhan subjektif tersebut terbagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok anggota tubuh atas (kepala,
leher, bahu, lengan, tangan dan pinggang) dan kelompok anggota tubuh bawah
(pantat, paha, lutut dan kaki)9.
1. Pengertian Kelelahan
Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat
kesalahan kerja11. Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan
agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian
terjadilah pemulihan setelah istirahat. Kelelahan (fatigue) merupakan suatu
perasan yang subyektif9. Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai
penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam bekerja12. Kelelahan adalah
aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam
bekerja, yang dapat disebabkan oleh6 :
a) Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)
b) Kelelahan fisik umum
c) Kelelahan syaraf
d) Kelelahan oleh lingkungan yang monoton
e) Kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai faktor secara
menetap.
2. Jenis Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan
proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.
2
a) Berdasarkan proses, meliputi10:
1) Kelelahan otot (muscular fatigue)
Adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada
otot. Hasil percobaan yang dilakukan para peneliti pada otot
mamalia, menunjukkan kinerja otot berkurang dengan meningkatnya
ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon
tertentu. Manusiapun menunjukkan respon yang sama dengan proses
yang terjadi pada percobaan diatas. Irama kontraksi otot akan terjadi
setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus menerus3.
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan
melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara
fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa
berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya
gerakan9.
2) Kelelahan Umum
Biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang
monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan,
Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi. Secara
umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai
perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya
terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40%
dari tenaga aerobik. Pengaruh-pengaruh ini seperti berkumpul
didalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah3.
Gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan letih yang luar
biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan
terhambat karena munculnya gejala kelelahan terebut. Tidak adanya
gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya
terasa berat dan merasa mengantuk9.
3
b) Berdasar waktu terjadi kelelahan, meliputi9:
1) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau
seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-
tiba.
2) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari
dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum
melakukan pekerjaan, seperti perasaan “kebencian” yang bersumber
dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis
seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum,
meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan
pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak
normal, dan lain-lain.
c) Berdasar penyebab kelelahan, meliputi:
1) Kelelahan fisiologis merupakan kelelahan yang disebabkan karena
adanya faktor lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan,
panas dan suhu.
2) Kelelahan psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar
diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi
dengan sesama pekerja maupun dengan atasan.
Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus,
lapar dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami
sebagai indikator bahwa keadaan fisik dan psikis seseorang menurun.
Beberapa jenis kelelahan umum menurut adalah3:
1.1) Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata.
1.2) Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban
fisik bagi seluruh organ tubuh.
1.3) Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang
bersifat mental dan intelektual.
1.4) Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu
bagian dari sistem psikomotorik.
4
1.5) Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek
kelelahan pada jangka waktu yang panjang.
1.6) Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan
malam serta petukaran periode tidur.
3. Mekanisme Kelelahan
Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis)
dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Rangsangan eferen menghambat pusat-
pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial
kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi
tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan
gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin
lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah otot
seseorang3.
Untuk melakukan aktivitas, tubuh memerlukan energi yang diperoleh
dari pembakaran zat makanan. Energi yang diperoleh dari proses tersebut
digunakan oleh otot untuk melakukan kontraksi dan relaksasi. Energi pada
kontraksi diperoleh dari perubahan adenosine triphosphat (ATP) menjadi
adenosine diphosphat (ADP) kemudian ADP diubah kembali menjadi ATP
oleh enegi yang tersedia dari pemecahan glikogen. Dengan tambahan
persediaan oksigen maka pemecahan bersifat aerobik, yang menghasilkan
karbondioksida dan air. Deplesi ATP dan phospocreatin mengakibatkan
terjadinya kelelahan otot.
Bila tidak cukup tersedia oksigen akan dipecah menjadi asam laktat
(glycogen anaerobic) dan kadar asam laktat dalam darah akan bertambah.
Akumulasi asam laktat dalam aliran darah dapat mengurangi kapasitas
kerja otot yang selanjutnya akan mengakibatkan kondisi yang disebut
kelelahan.
Peranana aliran darah pada kelelahan otot sangat menentukan karena
otot yang berkontraksi membutuhkan energi dan dalam pristiwa kontraksi
ini oksigen darah berkurang dan terjadi penimbunan sisa metabolisme
berupa karbondioksida, asam laktat dan lainnya di otot.
5
Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat
yaitu corteks cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu
sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem
penghambat ini terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan
kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk
tidur untuk sistem penggerak terdapat dalam formation retikularis yang
dapat merasa pusat-pusat vegetatif untuk merangsang dari peralatan tubuh
untuk bekerja.
4. Penyebab Kelelahan
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari,
kelelahan mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu beban kerja,
beban tambahan dan faktor individu.
a) Beban Kerja15
Menyatakan bahwa hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja
dipengaruhi oleh faktor yang sangat komplek, baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal, meliputi faktor somatis (jenis
kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi) dan faktor
psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan sebagainya).
Faktor eksternal, meliputi tugas-tugas (task) yang dilakukan baik yang
bersifat fisik seperti sikap kerja, alat kerja dan sebagainya, maupun yang
bersifat mental, seperti kompleksitas pekerjaan atau sulit tidaknya tugas
yang dikerjakan, yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja. Faktor
berikut yang mempengaruhi adalah organisasi, seperti waktu istirahat,
dan sistem evaluasi terhadap hasil pekerjaan mahasiswa. faktor
lingkungan kerja, seperti panas lingkungan, intensitas penerangan dan
sebagainya.
Secara umum beban kerja dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
External Load (stressor) adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan
yang sedang dilakukan. External Load meliputi pekerjaan, organisasi
dan lingkungan. Internal Load (strain) adalah reaksi tubuh seseorang
terhadap suatu external load yang diberikan kepada orang tersebut1.
6
Tabel 2.1
Katagori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan
Denyut Jantung
Katagori Beban
Kerja
Konsumsi
Oksigen
(l/min)
Ventilasi
paru
(l/min)
Suhu Inti
Tubuh
(°C)
Denyut
Nadi
(denyut/
min)
Ringan 0,5-1,0 11-20 37,5 75-100
Sedang 1,0-1,5 20-31 37,5-38,0 100-125
Berat 1,5-2,0 31-43 38,0-38,5 125-150
Sangat Berat 2,0-2,5 43-56 38,5-39,0 150-175
Sangat Berat
Sekali
2,5-4,0 60-100 >39 >175
b) Beban Tambahan9
Beban tambahan merupakan beban diluar beban kerja yang harus
ditanggung oleh pekerja. Beban tambahan tersebut berasal dari
lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya seperti lingkungan kerja.
Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan adalah:
1) Iklim Kerja
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya. Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan
kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu terlalu
tinggi akan menyebabkan kelelahan dengan akibat menurunnya
efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas
organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan
produksi keringat meningkat.
2) Kebisingan
Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki
karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan
gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan
7
mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang
ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan
otot sehingga mempercepat kelelahan.
3) Penerangan
Penerangan ditempat kerja merupakan salah satu sumber cahaya
yang menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan yang baik
adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja melihat
pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu serta
membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan
menyenangkan. Penerangan tempat kerja yang tidak adekuat dapat
menyebabkan kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu
kuat dapat menyebabkan kesilauan.
Selain penyebab diatas, ada faktor individu yang mempengaruhi tingkat
kelelahan. Faktor individu meliputi umur, jenis kelamin, status gizi,
kondisi kesehatan, kondisi psikologi dan sikap kerja.
1) Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat menentukan tingkat kelelahan kerja.
Biasanya wanita lebih mudah lelah dibanding pria. Hal tersebut
dikarenakan ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita
relatif kurang dibanding pria, secara biologis wanita mengalami
siklus haid, kehamilan dan menopouse, dan secara sosial kultural
yaitu akibat kedudukan sebagai ibu dalam rumah tangga dan tradisi-
tradisi sebagai pencerminan kebudayaan3.
2) Umur
Umur dapat mempengaruhi kelelahan pekerja. Semakin tua
umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh
yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan
tubuh dan kapasitas kerja seseorang.
8
3) Status Gizi
Status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisis yang
diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan gizi di
satu pihak, serta pengeluaran oleh organism di lain pihak yang
terlihat melalui variable-variabel tertentu, yaitu melalui suatu
indicator status gizi. Status gizi optimal adalah keseimbangan antara
asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi. Status gizi merupakan
salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan
gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh
yang lebih baik, begitu juga sebaliknya16.
Indeks massa tubuh merupakan indikator status gizi untuk
memantau berat badan normal orang dewasa bukan untuk
menentukan overweight dan obesitas pada anak-anak dan remaja.
Nilai indeks massa tubuh dihitung dengan menggunakan rumus:
Indeks massa tubuh = BB(kg)
TB (m2)
Berat badan dikatakan normal bila IMT 20,1-25 untuk laki-laki
dan 18,7-22,8 untuk perempuan. Bila nilai IMT di atas 25 maka
digolongkan sebagai overweight dan bila di atas 30 dinyatakan
sebagai obese. Seseorang dikatakan kurus atau underweight bila IMT
nya sekitar.
4) Lama tidur
Lama tidur berpengaruh pada daya tahan tubuh dalam melakukan
pekerjaan. Dalam rangka menghindari efek kelelahan kumulatif
diperlukan istirahat tidur sekitar 7 jam sehari. Selama tidur tubuh
diberi kesempatan untuk membersihkan pengaruh-pengaruh atau zat-
zat yang kurang baik dari dalam tubuh.
9
5) Kondisi kesehatan
Status kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang dapat
dilihat dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa penyakit yang
mempengaruhi kelelahan, yaitu:
5.1) Jantung, terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
dengan penyediaan aliran darah meningkat. Pada keadaan
kurang oksigen (O2), karbondioksida (C02) dan ion H+
dilepaskan. Untuk memenuhi kekurangan Oksigen (O2)
tersebut tubuh mengadakan proses anaerob dan proses ini
menghasilkaan asam laktat yang bisa menyebabkaan kelelahan.
5.2) Gangguan ginjal merupakan sistem pengeluaran sisa
metabolisme terganggu sehingga tertimbun dalam darah.
Penimbunan metabolisme ini menyebabkan kelelahan.
5.3) Asma merupakan proses transportasi oksigen (O2) dan
karbondioksida (C02) terganggu sehingga terjadi akumulasi
karbondioksida dalam tubuh. Terganggunya proses tersebut
karena adanya agen-agen sensitifasi dan iritan dalam saluran
pernafasan.
5.4) Tekanan darah rendah, terjadi apabila kerja jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh kurang maksimal dan lambat
sehingga kebutuhan oksigen (O2) terhambat.
5.5) Tekanan darah tinggi menyebabkan kerja jantung menjadi lebih
kuat sehingga jantung membesar dan tidak lagi mampu
memompa darah untuk diedarkan keseluruh tubuh. Selanjutnya
terjadi sesak nafas akibat pertukaran oksigen (O2) terhambat
yang akhirnya memicu terjadinya kelelahan.
5.6) Pada penyakit paru, oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2)
terganggu sehingga banyak yang tertimbun yang akhinya akan
menyebabkan seseorang cepat mengalami kelelahan.
10
6) Kondisi Psikologi
Tenaga kerja yang sehat adalah tenaga kerja yang produktif,
sehingga kesehatan psikis perlu diperhatikan untuk mencapai
produktivitas yang tinggi. Lingkungan kerja mekanis dan lingkungan
kerja fisik yang buruk akan menimbulkan perasaan tidak nyaman,
menjemukan, mengganggu konsentrasi dan emosi tenaga kerja.
Faktor psikologis memainkan peranan besar dalam menimbulkan
kelelahan, dimana penyebabnya bisa dari luar tempat kerja maupun
dari pekerjaannya sendiri3.
7) Sikap kerja
Sikap tubuh dalam bekerja adalah sikap yang ergonomi sehingga
dicapai efisiensi kerja dan produktivitas yang optimal dengan
memberikan rasa nyaman dalam bekerja. Apabila sikap tubuh salah
dalam melakukan pekerjaan maka akan mempengaruhi kelelahan
kerja3.
5. Akibat Kelelahan
Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis. Kerja fisik
yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan
konsentrasi terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis dan
disertai penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan faktor psikis
sehingga menyebabkan timbulnya perasaan lelah. Kelelahan kerja dapat
mengakibatkan penurunan kewaspadaan, konsentrasi dan ketelitian
sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan3. Kelelahan kerja dapat
mengakibatkan penurunan produktivitas. Jadi kelelahan kerja dapat
berakibat menurunnya perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi,
lambat dan sukar berfikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk
bekerja, menurunnya efisiensi dan kegiatan-kegiatan fisik dan mental yang
pada akhirnya menyebabkan kecelakan kerja dan terjadi penurunan
poduktivitas kerja9.
11
6. Pengukuran Kelelahan
Pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu9:
a) Kualitas dan kuantitas hasil kerja
Kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah proses kerja (waktu
yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap
unit waktu.
b) Uji psiko-motor (psychomotor test)
Salah satu yang digunakan adalah pengukuran waktu reaksi. Waktu
reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai
kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.
c) Uji hilangnya kelipan
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melipat
kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu
yang diperlukan untuk jarak antara kelipan.
d) Pengukuran kelelahan secara subjektif (subjective feelings of fatigue)
Merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat
kelelahan subjektif. Pengukuran kelelahan dengan menggunakan
kuesioner kelelaha subjektif dapat digunakan untuk menilai tingkat
keparahan kelelahan individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak
atau kelompok sampel yang dapat mereprensentasikan populasi secara
keseluruhan.
B. Ergonomi
1. Pengertian Ergonomi
Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ergon (kerja) dn nomos
(peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis
tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu tekhnik dan tekhnologi
untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia
terhadap pekerjaanya yang mempunyai manfaat diukur dengan efisiensi
dan kesejahteraan kerja3.
12
Ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut
karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain
pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan sehingga
manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien17.
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
digunakan baik dalam beraktivitas maupun beristirahat dengan segala
kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia baik secara fisik
maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan
yang lebih baik9.
Ergonomi merupakan suatu studi ilmiah mengenai perkaitan antara
orang dengan lingkungan kerjanya, yang dimaksud dengan lingkungan
kerja disini adalah keseluruhan alat, perkakas dan bahan yang dihadapi.
Lingkungan sekitar tempat kerja, metode yang digunakan dalam bekerja
serta pengaturan kerja sebagai perorangan maupun kelompok.
Ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan. Ergonomi menitik beratkan kegiatannya pada
rancangan dari sistem tempat manusia bekerja15. Dalam bukunya chandler
mendefinisikan ergonomi sebagai sebuah studi ilmiah tentang pekerjaan
yang terfokus pada kemampuan dan keterbatasan manusia dengan lebih
memperhatikan adanya rancangan yang sesuai bagi kehidupan manusia
dan lingkungan18.
Ergonomi merupakan gabungan dari berbagai lapangan ilmu seperti
antropologi, biometika, faal kerja, hygiene perusahaan dan dan kesehatan
kerja, perencanaan kerja, riset terpakai dan cybernika. Namun kekhususan
utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi
tata kerja dan peralatannya7.
Ergonomi digunakan untuk merencanakan cara bekerja yang lebih
baik meliputi tata cara kerja dan peralatannya. Banyak keuntungan yang
dapat diambil dari penerapan ergonomi di tempat kerja begitu juga pada
alat kerja (becak). Tenaga kerja dalam hal ini adalah pekerja penarik becak
13
agar menjadi lebih nyaman dalam melakukan pekerjaannya karena
peralatan kerja dan lingkungannya mendukung sehingga tidak
menimbulkan beban tambahan bagi pekerja penarik becak.
2. Tujuan Ergonomi12
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
a) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja
fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b) Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna
meningkatkan jaminan social baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
c) Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang
tinggi.
3. Ruang Lingkup Kajian Ergonomi Modern12
a) Lingkup kajian ergonomi secara fisik
Berkaitan dengan disiplin ilmu tentang anatomi manusia,
antropometrik, fisiologi, dan karakteristik biomekanis karena hal
tersebur selalu terkait dengan aktivitas fisik manusia.
b) Lingkup kajian ergonomi secara kognitif
Berkaitan dengan proses mental seperti: persepsi, memori, penalaran,
dan respon motor karena hal tersebut dapat mempengaruhi manusia dan
interaksi di antara unsur-unsur lain dari suatu sistem kerja.
c) Lingkup kajian ergonomi organisasi kerja
Berkaitan dengan optimalisasi sistem sosio-teknik termasuk juga kajian
tentang struktur organisasi, kebijakan, dan proses kerja.
14
d) Lingkup kajian ergonomi lingkungan kerja
Berkaitan dengan masalah-maasalah factor fisik lingkungan kerja,
seperti : pencahayaan atau penerangan, temperatur atau iklim kerja,
kebisingan dan getaran.
4. Prinsip Ergonomi3
Ergonomi dalam penerapannya mempunyai prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a) Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,
ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk,
cara-cara harus melayani mesin (gerak, arah, kekuatan).
b) Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil
ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga
ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja
yang lebih kecil.
c) Ukuran-ukuran antropometri terpenting sebagai dasar ukuran-ukuran
dan penempatan alat-alat industri :
Berdiri :
1) Tinggi badan berdiri
2) Tinggi bahu
3) Tinggi siku
4) Tinggi pinggul
5) Panjang lengan
Duduk :
1) Tinggi duduk
2) Panjang lengan atas
3) Panjang lengan bawah dan tangan
4) Jarak lekuk lutut-garis punggung
5) Jarak lekuk lutut-telapak tangan
15
d) Ukuran-ukuran kerja :
1) Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya
5-10 cm dibawah siku.
2) Apabila bekerja berdiri dengan pekerjaan diatas meja dan jika
dataran tinggi siku disebut 0 maka hendaknya dataran kerja :
a) Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0 + (5-10) cm
b) Untuk pekerjaan ringan 0 - (5-10) cm
c) Untuk pekerjaan berat 0 – (10-20) cm
e) Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit
membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang, dinasehatkan duduk tegak,
adar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka
dianjurkan pemilihan sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat
sedikit membungkuk.
f) Tempat duduk yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Tinggi dataran duduk yang dapat diatur dengan papan kaki yang
sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar.
2) Papan tolak punggung yang tingginya dapat diatur dan menekan
pada punggung.
3) Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
g) Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk.
Dalam hal ini jika tidak mungkin, kepada pekerja diberi tempat dan
kesempatan untuk duduk.
h) Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-370 ke bawah,
sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-440 ke bawah. Arah penglihatan
ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).
i) Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan
lengan bawah. Pengangan-pengangan harus diletakkan didaerah
tersebut, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.
j) Kemampuan seseorang bekerja seharian adalah 8-10 jam, lebih dari itu
efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun.
16
k) Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas dasar pertimbangan
ergonomi. Harus dihindari istirahat-istirahat sekehendak tenaga kerja,
istirahat oleh karena turunnya kapasitas tubuh dan istirahat curian.
l) Beban tambahan akibat lingkungan sebaiknya ditekan menjadi sekecil-
kecilnya.
m) Daya penglihatan dipelihara sebaik-baiknya terutama dengan
penerangan yang baik.
n) Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan adanya premi
perangsang, motivasi, iklim kerja dan lain-lain.
5. Aplikasi/ Penerapan Ergonomi
a) Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
b) Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya.
c) Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
d) Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan
kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian
akibat gerakan yang berlebihan.
17
6. Kapasitas Kerja9
a) Umur
Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik
sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun.
Pada umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25 %
kemampuan sensoris dan motoris menurun sebanyak 60 %.
Selanjutnya kemampuan kerja fisik seseorang yang berumur > 60
tahun tinggal mencapai 50 % dari umur orang yang berumur 25 tahun.
b) Jenis kelamin
Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari
kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam hal tertentu
wanita lebih teliti dari laki-laki. Seorang wanita lebih tahan terhadap
suhu dingin daripada panas. Hal tersebut disebabkan karena tubuh
seorang wanita mempunyai jaringan dengan daya konduksi yang lebih
tinggi terhadap panas bila dibandingkan laki-laki. Akibatnya pekerja
wanita memberikan lebih banyak reaksi perifer bila bekerja pada cuaca
panas.
c) Kesegaran jasmani
Kesegaran jasmani adalah suatu kesanggupan atau kemampuan
dari tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi
terhadap beban fisik yang dihadapi tanpa menimbulkan kelelahan yang
berarti dan masih memiliki kapasitas cadangan untuk malakukan
aktivitas berikutnya.
d) Kemampuan kerja fisik
Suatu kemampuan fungsional seseorang untuk mampu melakukan
pekerjaan tertentu yang memerlukan aktivitas otot pada periode waktu
tertentu.
18
C. Keluhan Muskuloskeletal18
1. Pengertian Keluhan Musculoskeletal
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot
rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang
dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Secara garis besar keluhan
otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Keluhan sementara (reversible) yaitu keluhan otot yang terjadi pada
saat otot menerima beban statis.
b. Keluhan menetap (persistent) yaitu keluhan otot yang bersifat
menetap.
2. Faktor Penyebab Keluhan pada Musculoskeletal9
a. Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering
dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut
pengerahan tenaga yang besar seperti mengangkat, mendorong,
menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang
berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan
melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering
dilakukan maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot
bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.
b. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus
menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar dan
angkat-angkat. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan
untuk relaksasi.
19
c. Sikap kerja tidak alamiah
Adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh
bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan
terangkat, punggung terlalu membungkuk dan kepala terangkat.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh maka
semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal.
Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik
tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan pekerja.
d. Faktor penyebab sekunder
1) Tekanan, terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang
lunak.
2) Getaran, getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan
kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan
peredaran darah meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
3) Mikroklimat, Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat
menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga
gerekan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai
dengan menurunya kekuatan otot.
e. Penyebab Kombinasi
1) Umur, pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada
usia kerja yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya adalah 35
tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan
bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah
baya kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko
terjadinya keluhan otot meningkat.
2) Jenis kelamin, karena secara fisiologis kemampuan otot
wanitamemang lebih rendah daripada pria. Kekuatan otot wanita
hanya sekitar duapertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya
tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan wanita.
20
3) Kebiasaan merokok, semakin lama dan semakin tinggi frekuensi
merokok semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan.
Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru,
sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan
sebagai akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun.
4) Kesegaran jasmani, bagi yang dalam kesehariannyamelakukan
pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar di sisi
lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat hamper
dapat dipastikan akan terjadi kelelahan otot.
5) Kekuatan fisik, secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan
struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat
dibandingkan dengan yang lainnya. Dalam kondisi kekuatan yang
berbeda ini, apabila harus melakukan pekerjaan memerlukan
pengerahan otot, yang mempunyai kekuatan otot rendah akan lebih
rentan terhadap resiko cedera otot.
6) Ukuran tubuh (antropometri), berat badan, tinggi badan dan massa
tubuh merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan
otot skeletal. Keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran
tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka
di dalam menerima beban baik berat tubuh maupun beban
tambahan lainnya.
D. Waktu Kerja dan Istirahat3
Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik umumnya 6-8 jam dan
sisanya digunakan untuk beristirahat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari
kemampuan tersebut biasanya disertai menurunnya efisiensi, penurunan,
produktivitas, timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan. Dalam seminggu
seseorang biasanya dapat bekerja dengan baik selama 40 – 50 jam. Makin
panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan6.
21
Secara fisiologis istirahat sangat perlu untuk mempertahankan kapasitas
kerja. Pekerjaan fisik memerlukan waktu-waktu untuk istirahat disamping
pekerjaan-pekerjaan yang menimbulkan ketegangan mental dan syaraf9.
Ada 4 macam jenis istirahat, yaitu :
1. Istirahat spontan
Adalah istirahat pendek segera setelah pembebanan kerja.
2. Istirahat curian
Yaitu istirahat yang terjadi jika beban kerja tidak dapat diimbangi oleh
kemampuan kerja
3. Istirahat kondisi kerja
Yaitu istirahat karena proses kerja yang tergantung dari bekerjanya mesin-
mesin, peralatan dan prosedur-prosedur kerja.
4. Istirahat yang ditetapkan
Yaitu istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku
seperti istirahat selama 1 jam sesudah bekerja 4 jam kerja berturut-turut6.
E. Kebutuhan Gizi Kerja18
Gizi kerja adalah pemberian gizi yang diterapkan kepada masyarakat
pekerja dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan, efisiensi dan
produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Sedangkan manfaat yang
diharapkan dari pemenuhan gizi kerja adalah untuk mempertahankan dan
meningkatkan ketahanan tubuh serta menyeimbangkan kebutuhan gizi dan
kalori terhadap tuntutan tugas pekerja.
1. Manusia memerlukan zat gizi yang bersumber dari makanan.
Bahan makanan yang diperlukan tubuh mengandung unsure utama seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Fungsi dari zat-zat gizi
tersebut adalah sebagai sumber tenaga atau kalori (karbohidrat, lemak,
protein), membangun dan memelihara jaringan tubuh (protein, air dan
mineral) dan mengatur proses tubuh (vitamin dan mineral).
22
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang19
Kebutuhan gizi setiap orang berbeda-beda satu sama lainnya dan sangat
tergantung pada berbagai factor yaitu:
a. Ukuran tubuh
Semakin besar ukuran tubuh seseorang maka semakin besar pula
kebutuhan kalorinya.
b. Usia
Anak-anak dan remaja membutuhkan relative lebih banyak kalori dan
zat gizi yang dibutuhkan dibandingkan orang dewasa dan tua karena
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
c. Jenis kelamin
Laki-laki umumnya membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan
wanita. Hal ini karena secara fisiologis laki-laki mempunyai lebih
banyak otot dan juga lebih aktif.
d. Kegiatan/aktivitas pekerjaan yang dilakukan
Pada pekerjaan yang berat membtuhkan kalori dan protein yang lebih
besar karena dipergunakan untuk bekerja serta lamanya penggunaan
otot-otot tersebut.
e. Kondisi tubuh tertentu
Pada orang yang baru sembuh dari sakit akan membutuhkan kalori dan
zat gizi lebih banyak hal ini diperlukan untuk rehabilitasi kembali sel-
sel/jaringan tubuh yang rusak selama sakit.
f. Kondisi lingkungan
Pada musim hujan dan tempat-tempat yang lebih tinggi dibutuhkan
kalori yang lebih banyak yang diperlukan untuk mempertahankan suhu
tubuh.
3. Pengaruh faktor lingkungan fisik
Faktor dalam lingkungan kerja menunjukkan pengaruh-pengaruh yang
jelas terhadap keadaan gizi tenaga kerja.
23
a. Tekanan panas
Untuk pekerjaan ditempat kerja bersuhu tinggi, harus memperhatikan
secara khusus kebutuhan air dan garam sebagai pengganti cairan untuk
penguapan. Dalam lingkungan kerja panas dan pekerjaan berat
diperlukan sekurang-kurangnya 2,8 liter air minum bagi tenaga kerja.
Kadar garam tidak boleh terlalu tinggi melainkan sekitar 0.2 %.
b. Bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan keracunan kronis dengan
penurunan berat badan sebagai salah satu gejalanya. Pengaruh lainnya
mungkin berupa gangguan saluran pencernaan dengan akibat tidak
berfungsinya system pencernaan.
c. Faktor psikologis
Stress akibat tidak serasian emosi, hubungan manusia dalam pekerjaan
yang kurang baik, rangsangan dan hambatan psikologis. Sehingga akan
menurunkan berat badan, terjadinya penyakit dan tidak produktifnya
tenaga kerja.
F. Sikap Kerja Duduk18
Pelaksanaan kerja biasanya menggunakan alat dan sarana kerja6. Saat
melakukan pekerjaan tersebut dengan sendirinya terbentuk sikap kerja yang
menyesuaikan dengan alat dan sarana kerja yang digunakan. Posisi atau sikap
dan cara kerja yang sesuai dengan aturan kerja adalah sikap dan cara kerja
yang ergonomi. Alasan tersebut dikemukakan karena bekerja sambil duduk
mempunyai keuntungan sebagai berikut :
1. Kurangnya kelelahan pada kaki.
2. Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah.
3. Berkurangnya pemakaian energi.
4. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
24
Namun demikian terdapat pula kerugian sebagai akibat bekerja sambil duduk,
yaitu :
1. Melembekkan otot-otot perut
2. Kebungkukan
3. Tidak baik bagi alat-alat dalam khususnya peralatan pencernaan jika posisi
dilakukan secara membungkuk.
Posisi kerja duduk juga menimbulkan juga menimbulkan keluhan sakit
pada punggung bagian bawah (Low Back Pain). Sakit punggung bagian bawah
merupakan parameter/tolak ukur kegiatan kerja yang tidak memenuhi syarat
kesehatan kerja yang ergonomi. Sakit pada punggung bagian bawah biasanya
muncul disebabkan oleh :
1. Tekanan pada akar syaraf
2. Sendi dan jaringan lunak lain yang teriritasi oleh trauma mekanik karena
kerusakan/degenerasi struktur tulang.
G. Antropometri
1. Pengertian Antropometri11
Antropometri berasal dari kata antro yang berarti manusia dan metri
yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan
sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia.
Antropometri adalah suatu studi tentang pengukuran yang sistematis
dari fisik tubuh manusia, terutama mengenai dimensi bentuk dan ukuran
tubuh yang dapat digunakan dalam klasifikasi dan perbandingan
antropologis12.
Ukuran alat-alat kerja erat kaitannya dengan tubuh penggunanya. Jika
alat-alat kerja tersebut tidak sesuai ukurannya dengan ukuran tubuh tenaga
kerja sebagai pelaku kerja maka tenaga kerja tersebut akan merasa tidak
nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja yang pada akhirnya akan
timbul suatu kelelahan kerja/gejala penyakit otot yang lain akibat
melakukan pekerjaan dengan tidak alamiah.
25
Ukuran tubuh/antropometri masing-masing orang berbeda-beda.
Dalam merancang suatu peralatan kerja perlu memperhatikan bermacam
faktor antara lain :
a. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan besar, seiring
dengan bertambahnya umur yaitu sejak kelahirannya sampai dengan
umur sekitar 20 tahun.
b. Jenis kelamin
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar
dibandingkan dengan perempuan, terkecuali untuk beberapa bagian
tubuh tertentu seperti pinggul dan sebagainya.
c. Suku/Bangsa
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik
fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.
d. Posisi tubuh
Posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh, oleh sebab itu
posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.
Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh
manusia yang akan menggunakannya, maka rancangan tersebut harus bisa
memenuhi 2 syarat produk, yaitu3:
a. Bisa sesuai untuk tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim
dalam arti terlalu besar/kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain
(mayoritas dari populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut ditetapkan cara :
a. Dimensi minimum, harus ditetapkan dari suatu rancangan produk
umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th,
95-th dan 99-th persentil.
b. Dimensi maksimum, harus ditetapkan berdasarkan nilai persentil yang
paling rendah 1-th, 5-th, 10-th persentil dari distribusi data
antropometri yang ada. Hal ini ditetapkan sebagai contoh dalam
26
penetapan jarak jangkauan dari suatu mekanisme control yang harus
dioperasikan oleh seorang pekerja.
2. Kriteria Antropometri untuk Penerapan Ergonomi20
a. Antropometri statis (struktural)
Pengukuran yang dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan posisi
statis atau diam. Antropometri statis ini meliputi dimensi otot rangka
atau skeletal yaitu antara pusat sendi atau dimensi kontur yaitu dimensi
permukaan tubuh-kulit. Contoh pengukuran antropometri statis antara
lain:
1) Tinggi dan berat badan.
2) Tinggi siku duduk yang diukur dari tempat duduk.
3) Ukuran: panjang, tinggi, lebar, tebal anggota tubuh tertentu.
4) Jarak antara sendi-sendi segmen tubuh.
5) Berat, volume, massa tubuh.
6) Lingkar dari berbagai anggota tubuh tertentu.
7) Pusat gravitas tubuh
b. Antropometri dinamis (fungsional)
Pengukuran yang dilakukan pada saat tubuh sedang melakukan
aktivitas fisik. Pengukuran tersebut meliputi : jangkauan, lebar jalan
lalu lalang untuk orang yang sedang berjalan, tenaga injak pada kaki,
kekuatan jari menggenggam.
27
H. Kerangka Teori
· Juni Widiyastuti. Hubungan antara kesesuaian antropometri dengan dimensi becak
terhadap keluhan subjektif pada pengemudi becak di daerah Wates Kabupaten Progo.
Skripsi. Semarang: Undip. 2005.
Antropometri
Dimensi Alat
Sesuai
Sikap Kerja statis
Aliran darah menurun
Penimbunan asam laktat
Faktor mempengaruhi kelelahan:
1. Beban kerja
2. Beban tambahan
3. Kondisi kesehatan
4. Faktor psikologis
5. Status gizi
6. Jenis kelamin
Sikap kerja dinamis
Aliran darah lancar
Tidak ada kelelahan
otot
Tidak ada penimbunan asam laktat
Tidak sesuai
Kelelahan otot
Kelelahan fisiologi
1. Menurunnya kewaspadaan
2. Menurunnya konsentrasi
Perasaan lelah
28
I. Kerangka Konsep
Keterangan :
· Diukur
J. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada maka dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
“Ada hubungan kesesuaian antara ukuran alat kerja dengan keluhan subjektif
pada anggota tubuh pekerja”.
Variabel Terikat
Keluhan subjektif pada anggota tubuh pekerja
Variabel Bebas
Kesesuaian antara ukuran alat kerja dengan pekerja
Variabel Pengganggu
1. Beban Kerja•
2. Intensitas Kerja•
3. lama kerja•