BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54456/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54456/3/BAB II.pdf · Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangkit Tenaga Listrik
Unit-unit pembangkit tenaga listrik, saluran-saluran transmisi, dan sistem-
sistem ditribusi tenaga listrik merupakan tiga komponen utama dari sistem tenaga
listrik dimana komponen tersebut memiliki peranan penting dalam pembangkitan
energi [7].
Unit pembangkit listrik merupakan salah satu bagian dari sistem tenaga
listrik, yang didalamnya terdapat peralatan electricity, mechanical, dan komponen
sipil. Dsamping itu juga dapat ada beberapa komponen unit pembangkit diantaranya
merupakan turbin, dan generator yang mengakibatkan perubahan energi mekanik
menjadi energi listrik. Untuk dapat menghasil daya yang besar dapat dilakukan
dengan cara memutar generator sinkron dimana hal tersebut dapat menghasilkan
tegangan bolak-balik (AC) tiga phase. Generator disini memerlukan energi
mekanik yang dibutuhkan untuk pengoprasian generator sinkron dimana hal ini
umumnya disebut prime mover (penggerak mula) [2].
Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik
Pada gambar 2.1 digambarkan energi makanik dari pusat pembangkitan
menggunakan potensi mekanik seperti solar cell, uap air, panas bumi, nuklir, dan
lain sebagainya untuk menghasilkan energi listrik dari generator, potensi mekanik
tersebut dinamakan prime mover. Prime mover kemudian memutar turbin dan
7
kemudian memutar generator sinkron sehingga menghasilkan daya. Daya-daya
yang dihasilkan kemudian di transmisi ke gardu induk (GI) melalui jaringan saluran
yang ada, kemudian dibagikan ke konsumen melalui jaringan distribusi.
Adapun bagian – bagian dari pembangkitan tenaga listrik yang terdiri dari:
a) Prime Mover
Prime mover didalamnya terdapat beberapa komponen yang terdiri dari
mesin diesel, turbin (air, uap, dan gas), dan perlengkapannya.
b) Komponen electrical
Komponen listrik didalamnya terdapat beberapa komponen yang terdiri dari
perlengkapan generator, transformator, sistem proteksi, saluran wiring
(perkabelan) dan busbar.
c) Komponen Sipil
Komponen sipil didalamnya terdapat beberapa komponen yang terdiri dari
bendungan, pipa pesat, prasarana dan sarana yang terdiri dari pondasi, jalan, cable
dutch, dan gedung kontrol.
d) Komponen Mechanical
Komponen mekanis didalamnya terdapat beberapa komponen yang terdiri
dari peralatan bantu, peralatan pendingin, dan peralatan proteksi.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Sistem pembangkit yang menggunakan potensi kinetik yang berasal dari
uap sehingga menghasilkan energi listrik sering disebut dengan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap. Uap panas yang berasal dari boiler ini digunakan untuk menggerakkan
turbin sehingga menghasilkan potensi kinetik untuk kemudian dihubungkan ke
generator sehingga menghasilkan energi listrik. Dalam tindak pengaturan awal
operasi, PLTU mengonsumsi beragam fuel (bahan bakar) diantaranya batubara,
minyak bakar serta Marine Fuel Oil (MFO).
8
Gambar 2.2 Komponen PLTU
Pada Gambar 2.2 merupakan Cara kerja proses pembangkitan energi listrik
pada PLTU. Batubara yang merupakan bahan bakar utama disimpan di stockpiles
(penimbunan). Kemudian batubara di supplai melalui reclaimer yang disediakan
atau dengan dozer melalui hopper (bawah tanah). Selanjutnya proses blow down,
vent, serta drain mengakibatkan hilangnya sebagian air sehingga diperlukan air
penambah. Air ini didapat dari unit pemurnian air. Unit desalinasi yang
menghasilkan air baku yang mengambil air laut dari kanal masuk ke cooling water
system.
Sistem Pembangkitan
Pada system pembangkit tenaga listrik, unit pembangkitan berfungsi untuk
menyediakan daya agar beban system dapat terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan
energi listrik dalam kapasitas daya yang besar adalah dengan menggunakan
teknologi kelistrikan konvensional yang terbagi dalam 2 kategori, yaitu:
a. System pembangkit thermis
Adapun pembangkit listrik yang termasuk dalam kategori sistem
pembangkit thermis antara lain : PLTP, PLTN, PLTGU, PLTG, PLTU dan PLTD.
9
b. System pembangkit hydro
Adapun pembangkit listrik yang termasuk dalam kategori sistem
pembangkit hydro adalah PLTA dan PLTMikrohidro.
2.2 Konsep keandalan
Reliability system merupakan kemungkinan dimana sistem akan beroperasi
sesuai fungsi yang diinputkan untuk periode waktu tertentu dalam kondisi yang
diinginkan. Sebuah sistem tidak perlu rusak sepenuhnya dalam rangka untuk tidak
melakukan fungsinya yang dimaksud dengan sukses [1]. Keandalan sistem
pembangkitan dibagi menjadi dua aspek dasar, yaitu :
a. Adequacy system
Sistem kecukupan berhubungan dengan kecukupan fasilitas yang
diperlukan sistem untuk memenuhi kebutuhan sistem tersebut. Hal ini meliputi
fasilitas pembangkitan tenaga, transmisi dan distribusi yang diperlukan untuk
menyalurkan energi yang dihasilkan ke beban. Kecukupan sistem dikaitkan dengan
kondisi statis dari sistem dan tidak termasuk gangguan sistem.
b. Security sistem
Sistem keamanan (Security) berkaitan dengan kemampuan sistem untuk
menanggapi gangguan yang timbul dalam sistem. Oleh karena itu sistem keamanan
dikaitkan dengan respon sistem untuk gangguan apa pun yang dikenakan [7].
2.3 Teori Umum Probabilitas
Metode evaluasi keandalan sistem daya dapat dibagi menjadi dua kategori,
metode deterministik dan metode probabilistik [6]. Keterbatasan metode
deterministik adalah metode ini tidak mempertimbangkan perilaku stokastik (unsur
peluang) sistem, dan mengabaikan ketidakpastian berbagai parameter dan sifat
probabilistik peristiwa tersebut. Ketika menggunakan metode ini, sistem sering
tidak mencerminkan tingkat risiko yang sebenarnya. Sedangkan metode
probabilistik dapat mengatasi kekurangan tersebut. Dengan akurasi perhitungan
yang lebih tinggi, ini banyak digunakan dalam bidang evaluasi keandalan sistem
tenaga listrik. Metode analisis memiliki konsep fisik yang jelas dan model
matematika yang tepat.
10
Beberapa indeks keandalan yang menggunakan metode analisis
perhitungan, yaitu :
a) Loss of load probability (LOLP)
Nilai biasanya dinyatakan dalam hari pertahun.
b) Loss of load expectation (LOLE)
Nilai biasanya dinyatakan dalam jam pertahun (h/y).
c) Expected power not supply (EPNS)
Nilai biasanya dinyatakan dalam megawatt (MW).
d) Expected energy not supplied (EENS)
Nilai biasanya dalam MWh/year.
2.3.1 Kemungkinan Terjadinya/Probabilitas Individu (PI)
Probabilitas individu merupakan penggabungan probabilitas masing-
masing kapasitas pembangkit.
Probabilitas individu = 1-𝐹𝑂𝑅𝑛 (2.1)
Keterangan persamaan 2.1:
FORn = Force outage Rate ke-n
Dalam menentukan kemungkinan terjadinya setelah didapatkan kombinasi
pembangkit dapat dihitung dengan menggunakan persamaan – persamaan sebagai
berikut :
𝑦𝑛={(𝑦𝑛−1+𝑥) dan (𝑦𝑛−1+0)} (2.2)
Keterangan persamaan 2.2 :
𝑦𝑛 = angka-angka yang menunjukkan besarnya daya setelah ada unit ke-n
𝑦𝑛−1 = angka-angka yang menunjukan besarnya daya sebelum ada unit ke-
n
𝑥 = daya dari unit ke-n
11
Kemungkinan terjadinya daya setelah ada unit ke=n untuk angka-angka
daya dalam persamaan (2.3).
𝑃𝑛(𝑦𝑛−1+𝑥) = 𝑃𝑛−1(𝑦𝑛−1)(1−𝑞𝑛) (2.3)
𝑃𝑛(𝑦𝑛−1+0) = 𝑃𝑛−1(𝑦𝑛−1)𝑞𝑛 (2.4)
Keterangan persamaan 2.3 & 2.4 :
𝑞𝑛 = FOR unit ke-n
𝑃𝑛 = kemungkinan terjadinya (probability) setelah ada unit ke-n
𝑃𝑛−1 = kemungkinan terjadinya (probability) sebelum ada unit ke-n
Dengan menggunakan persamaan-persamaan diatas untuk sistem tenaga
listrik dengan n unit pembangkit dapat dihitung kemungkinan terjadinya
(probability) berbagai nilai daya yang mengalami forced outage.
Berikut cara menghitung keandalan sistem pembangkit dengan mengetahui
kemungkinan terjadinya/probabilitas individu dari segi penyediaan daya yang
mengalami forced outage mulai dari sistem yang mempunyai satu unit pembangkit,
dua unit pembangkit, tiga unit pembangkit dan seterusnya.
a. Sistem terdiri dari 3 (tiga) (misal terdiri dari unit 1 = FOR1, unit 2 =FOR2,
unit 3 = FOR3 yang kemudian disusun menghasilkan tabel kemungkinan
terjadinya yang baru
- Apabila MW on outage dari tabel sebelumnya yang terdiri dari dua unit
sama dengan MW on outage pada tabel yang terdiri dari tiga unit
pembangkit maka kemungkinan terjadinya harus dikalikan (1-FOR3).
- MW on outage pada tabel yang terdiri dari tiga unit pembangkit adalah
MW on outage dari tabel yang terdiri dari dua unit ditambah dengan:
1. Nol, untuk ini kemungkinan terjadinya adalah dikali (1-FOR3)
2. Nilai MW unit 3, untuk ini kemungkinan terjadinya adalah dikali FOR3
3. Apabila dalam sistem ada s unit yang mempunyai kapasitas sama, maka
dalam perhitungan kemungkinan terjadinya kW on outage ada s nilai
MW on outage yang mengandung penjumlahan dari s suku.
12
Dengan menggunakan persamaan – persamaan di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut :
(Tabel n unit) = {Tabel (n-1) unit + 0}
{Tabel (n-1) unit + Pn}
dimana :
Pn = kapasitas unit ke n
Sedangkan kolom kemungkinan terjadinya, yaitu:
Tabel (n-1) unit + 0 = kemungkinan terjadinya pada tabel (n-1) unit kali (1-
FORn)
Tabel (n-1) unit + Pn = kemungkinan terjadinya pada tabel (n-1) unit kali
FORn
2.3.2 Kemungkinan Kumulatif/Probabilitas Kumulatif (PK)
Selain kemungkinan terjadinya suatu MW on outage secara individu.
Kemungkinan kumulatif sangat diperlukan dalam perhitungan LOLP atas
terjadinya kW on outage. Kemungkinan kumulatif juga sangat diperlukan dalam
perhitungan EENS atas terjadinya capacity in service. Kemungkinan kumulatif
merupakan kemungkinan terjadinya suatu forced outage dengan nilai MW tertentu
atau lebih [9].
Probabilitas kumulatif pembangkit menggunakan persamaan berikut:
P(X)=Σ𝑖=1𝑛 𝑃𝑖 P’(X-𝐶𝑖) (2.5)
P(X) adalah probabilitas kumulatif dari kondisi capacity outage sebesar X
MW sesudah unit ditambahkan, n adalah banyaknya kondisi dari unit, Ci
merupakan capacity outage dari kondisi i untuk unit yang ditambahkan, dan pi
merupakan probabilitas kondisi i dari unit yang beroperasi [4]
2.4 Expected Energy Not Supplied
Expected energy not supplied (EENS) adalah perhitungan atau
kemungkinan energi yang tidak dapat disuplai oleh pembangkit. Nilai EENS sangat
bergantung pada variasi dari pembangkit yang beroperasi pada sistem dalam waktu
13
tertentu. Standar keandalan untuk EENS berdasarkan NEM (National Electricity
Market) bahwa energi yang tidak tersedia disetiap tahun tidak lebih dari 0.002%
dari total konsumsi energi pada daerah tersebut. Nilai EENS didapat dengan cara
mengalikan nilai energy curtailed dengan probabilitas pembangkit yang in service.
Energy curtailed didapatkan dari luas daerah dibawah kurva lama beban yang
terbentuk, bagian-bagian dari luas tersebut ditentukan oleh nilai pembangkit yang
sedang beroperasi atau in service [3]. Berikut ini adalah penjelasannya dalam
sebuah gambar:
Gambar 2.3 Kurva Lama Beban
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa ada kurva lama beban
dengan persamaan garis kurvanya adalah
f(x)= −0,1033𝑥2 + 0,6082 𝓍+ 76,057 (2.6)
Persamaan garis tersebut digunakan untuk mencari nilai energy curtailed
yang tidak membentuk bangun datar, berikut ini merupakan rumus yang digunakan
untuk mencari nilai energy curtailed:
𝐸𝐶 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥𝑥𝑛+1
𝑥𝑛 (2.7)
Keterangan persamaan 2.7:
𝐸𝐶 : Energy Curtailed
𝑓(𝑥) : Persamaan garis kurva lama beban
14
𝑥𝑛, 𝑥𝑛+1 : Batas atas dan batas bawah integral yang merupakan nilai
titik potong antara kurva lama beban dengan besar pembangkit yang sedang bekerja
atau in service.
Perhitungan yang digunakan untuk menghitung nilai energy curtailed yang
tidak membentuk bangun datar adalah dengan mengintergalkan persamaan garis
kurva lama beban dengan batas integral sesuai dengan titik potong yang terbentuk.
Nilai energy curtailed dapat dicari dengan rumus bangun datar jika luas daerah
yang terbentuk dari perpotongan antara nilai pembangkit yang in service dengan
kurva lama beban membentuk bangun datar. Sehingga dapat dikatakan energy
curtailed bernilai sama dengan luas wilayah atau daerah yang terbentuk dibawah
kurva lama beban yang terbentuk.
Nilai EENS dapat dicari dengan mengalikan nilai energy curtailed dengan
probabilitas pembangkit yang in service, cara menghitung nilai EENS dapat dilihat
pada rumus berikut:
EENS = 𝐸𝐶 𝑥 𝑃 (2.8)
EENS(%)=𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝐸𝑁𝑆
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖𝑡 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑥 100% (2.9)
Keterangan persamaan 2.8 & 2.9 :
EENS: Expected Energy Not Supplied
EC : Energy Curtailed
P : Probabilitas Pembangkit In Service.
2.4.1 Luas Daerah di Bawah Kurva
Misalkan Misalkan R daerah yang dibatasi oleh kurva y = f(x), sumbu-x,
garis x = a, dan garis x = b, dengan f(x) ≥ 0 pada [a, b], maka luas daerah R adalah
sebagai berikut:
L (R) = ∫ 𝑓 (𝑥)𝑑𝑥𝑏
𝑎 (2.10)
Keterangan persamaan 2.10:
L (R) = Luas daerah R
15
a = batas nilai awal sumbu x
b = batas nilai terakhir sumbu x
𝑓 (𝑥) = persamaan garis kurva x
Gambar 2.4 Luas daerah di atas sumbu-x
2.5 Faktor-faktor Keandalan dalam Pembangkitan
2.5.1 Faktor Beban
Faktor beban merupakan perbandingan antara besar beban rata-rata untuk
suatu interval waktu terhadap beban puncak tertinggi dalam waktu yang sama.
Beban rata-rata merupakan jumlah produksi kWh dalam interval waktu tersebut
dengan jumlah jam dari interval waktu tersebut. Dari uraian diatas maka diperoleh:
Faktor Beban = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 (2.11)
Faktor beban sistem pertahun umumnya berkisar antara 60-80%. Faktor
beban diharapkan setinggi mungkin, dikarenakan tingginya faktor beban berarti
beban sistem yang rata pada tingkat pemanfaatan alat-alat yang ada dalam sistem
dapat diusahakan setinggi mungkin [2].
16
Gambar 2.5 Beban puncak dan rata-rata beban sistem
2.5.2 Faktor Kapasitas
Faktor kapasitas pada sebuah unit pembangkit merupakan besarnya
pemanfaatan sebuah unit pembangkit pertahun (8760 jam).
Faktor Kapasitas = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑥 8,760 (2.12)
2.5.3 Faktor Utilisasi
Faktor utilisasi atau biasa disebut faktor penggunaan pada dasarnya sama
dengan faktor kapasitas, namun faktor penggunaan ini berhubungan dengan daya.
Faktor Utilisasi = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
𝐾𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑎𝑡 (2.13)
atau
Faktor Utilisasi = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘
𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 (2.14)
Faktor utilisasi diperlukan pengamatan yang tepatdari keperluan
pemanfaatan alat dan juga untuk pencegahan pembebanan lebih suatu alat [2].
17
2.5.4 Forced Outage Rate
Force outage rate (FOR) atau sering disebut nilai keluar paksa merupakan
sebuah faktor yang menunjukkan sering tidaknya sebuah unit pembangkit
mengalami gangguan [2]. Gangguan ini dibedakan menjadi dua :
a) Gangguan paksa
Gangguan paksa adalah gangguan yang disebabkan oleh kondisi darurat
yang berhubungan langsung dengan komponen, sistem atau peralatan yang
mengakibatkan komponen, sistem, atau peralatan harus dipisahkan dari sistem oleh
suatu sistem proteksi secara otomatis atau manual oleh manusia.
b) Gangguan terencana
Gangguan terencana adalah gangguan yang menyebabkan
komponen/sistem/peralatan dikeluarkan dari sistem. Hal ini biasanya dilakukan
untuk perawatan komponen, sistem, atau peralatan tersebut yang telah direncanakan
[7].
Availability dapat dihitung dengan:
Availability = 𝑇𝑢𝑝
𝑇𝑢𝑝 + 𝑇𝑑𝑜𝑤𝑛 =
𝑀𝑇𝑇𝐹
𝑀𝑇𝑇𝐹 + 𝑀𝑇𝑇𝑅 (2.15)
sedangkan unavailability adalah
unavailability = 1 - Availability = 𝑇𝑢𝑝
𝑇𝑢𝑝 + 𝑇𝑑𝑜𝑤𝑛 =
𝑀𝑇𝑇𝐹
𝑀𝑇𝑇𝐹 + 𝑀𝑇𝑇𝑅 (2.16)
Nilai unavailability atau FOR inilah yang akan mengekspresikan
ketersediaan pembangkit.
18
Gambar 2.6 Hal-hal yang dialami unit pembangkit
Gambar 2.6 Menunjukan hal-hal yang terjadi pada sebuah unit pembangkit
pada interval waktu satu tahun (8760 jam). Berdasarkan uraian diatas maka dapat
didefinisikan :
FOR = 𝜆
𝜆 + 𝜇 (2.17)
Keterangan dari persamaan 2.17 :
𝜆 = laju kegagalan
µ = Laju perbaikan
Nilai forced outage rate menunjukan ketidakmampuan sistem dalam
menjamin ketersediaan daya . Perhitungan Forced outage rate dapat didefinisikan
pula sebagai :
FOR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑢𝑛𝑖𝑡 + 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑡 (2.18)
Apabila sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa pusat listrik yang juga
terdiri dari beberapa unit pembangkit maka keandalan dalam sistem atau tingkat
jaminan tersedianya daya tergantung pada komposisi unit-unit pembangkit yang
ada dalam sistem, tergantung pada FOR dari unit-unit pembangkit yang ada dalam
sistem.
Sebagai contoh suatu sistem terdiri dari 4 (empat) unit pembangkit. Ditinjau
dari segi penyediaan daya dapat ditentukan banyaknya kombinasi yang dapat terjadi
19
dalam operasi sistem tenaga listrik tersebut dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Banyak kombinasi :2n (2.19)
Keterangan persamaan 2.19 :
n = banyaknya pembangkit
Sehingga dapat ditentukan kombinasi dengan 2 (dua) unit pembangkit, yaitu
: 22 = 4 kombinasi pembangkit yang dapat terjadi dalam operasi sistem yang dimana
setiap kombinasi dapat dihitung kemungkinan terjadinya menggunakan FOR
(Forced Outage Rate).
2.5.5 Mean Time to Failure
Nilai yang diharapkan dari variabel acak kontinu yang disebut waktu ke
kegagalan dikenal sebagai waktu rata-rata kegagalan, atau sederhananya, MTTF.
dalam banyak situasi praktis pengetahuan MTTF cukup untuk menilai kualitas dan
kegunaan komponen tertentu [1]. Adapun fungsinya adalah:
MTTF = E(t) = ∫ 𝑡𝑓∞
0(𝑡)𝑑𝑡 (2.20)
Atau
MTTF = ∫ 𝑅∞
0(𝑡)𝑑𝑡 (2.21)
Dengan menggunakan teorema nilai akhir dari transformasi laplace, MTTF
juga dapat dinyatakan sebagai:
MTTF = lim𝑠→0
ℜ(𝑠) (2.22)
Dimana
ℜ(𝑠) = ℒ[𝑅(𝑡)] (2.23)
2.6 Hasil Penelitian Terdahulu
Muchafidhoh, 2018 melakukan penelitian indeks keandalan menggunakan
metode analisa perhitungan Loss of load probability pada Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Dari hasil penelitian
tersebut didapatkan hasil berupa nilai indeks keadalan loss of load probability
20
sebesar 31.5 hari/tahun. Dimana nilai tersebut masih dalam kategori kurang andal
atau keandalan pembangkit rendah. Standar ketetapan menurut PT. PLN pada
RUPTL PLN 2015-2024 yaitu sebesar 1hari/tahun [10].
Data-data yang digunakan pada penelitian tersebut antara lain :
a. Data kapasitas daya terpasang tiap unit pembangkit.
b. Data gangguan tiap unit pembangkit.
c. Data kurva beban.
Dari beberapa penelitian terakhir dalam menganalisa indeks keandalan
sistem pembangkit menggunakan analisa perhitungan probabilistik (kemungkinan)
masih dapat ditingkatkan dengan menganalisa dengan perhitungan Expected
Energy Not Supplied (EENS), Expected power not supply (EPNS), Loss of load
expectation (LOLE) dan berbagai faktor keandalan pembangkit lainnya, yaitu
diantaranya adalah:
a. Faktor beban
b. Faktor kapasitas
c. Faktor utilisasi/penggunaan
d. Faktor nilai keluar paksa
e. Faktor ketersediaan
f. Faktor pelayanan
g. Faktor gangguan keluar perawatan