Bab II Teorema Phytagoras
-
Upload
teddy-alfra-siagian -
Category
Documents
-
view
248 -
download
1
Transcript of Bab II Teorema Phytagoras
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
1/28
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis2.1.1. Pengertian Belajar
Secara sederhana Robbins (dalam Trianto, 2011:15) mendefinisikan
belajar adalah sebagai suatu proses menciptakan hubungan sesuatu (pengetahuan)
yang sudah dipahami dengan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini
dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu : (1) penciptaan hubungan, (2)
sesuatu hal (pengetahuan) yang baru.
Pandangan Anthony Robins senada dengan apa yang dikemukakan oleh
Brunner (dalam Trianto, 2011:15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana
siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan
konstruktivisme Belajar bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang
ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan
menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya dalam format yang baru.
Slameto (2010:2) mengatakan bahwa: Belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan sekarang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
lingkungannya.
Selanjutnya Harold Spears (dalam Suprijono, 2010:2) menyatakan
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen,
to follow direction yaitu bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru,
mencoba sesuatu, mendengarkan dan mengikuti arah tertentu.
Definisi secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (dalam Trianto,
2011:16), yang mendefinisikan belajar sebagai berikut:
Learning is usually defined as a change in an individual caused by
experiance. Changes caused by development (such as growing taller) are
not instances of learning.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
2/28
9
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang
terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya.
Dari definisi yang diungkapkan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang dari yang tidak
mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya akibat usaha yang
dilakukan orang tersebut melalui kegiatan seperti membaca, mengamati, meniru,
mendengarkan, dan sebagainya serta bermanfaat bagi lingkungan maupun
individu itu sendiri.
2.1.2. Pembelajaran MatematikaIsjoni (2009:14) menyatakan bahwa: Pembelajaran adalah sesuatu yang
dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan
belajar. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi
dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi
komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada sebuah target yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Anchoto (2009) menyatakan bahwa :
Tujuan Pembelajaran Matematika :
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnyamelalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, danpenemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.3. Mengembangkan kemampuan pemcahan masalah.4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,
peta, diagram, dalam mmenjelaskan gagasan.
Tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat dicapai melalui suatu
proses pembelajaran matematika yang dilakukan. Akan tetapi belum tentu setiap
proses pembelajaran efektif, mengingat setiap siswa memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Maka dengan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
3/28
10
diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat
menguasai materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.1.3. Pengertian KomunikasiKomunikasi secara umum dapat diartikan sebagai cara untuk
menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk
memberitahu, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak
langsung. Menurut Artmanda W. (dalam Zainab, 2011), dalam kamus lengkap
Bahasa Indonesia dan Kamus bahasa Indonesia online secara terminology,
komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan atau berita antara dua orang atau
lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan, kontak.
Komunikasi adalah cara untuk berbagi (sharing) ide, gagasan dan mengklarifikasi
pemahaman kepada sesama. Dalam ilmu komunikasi dikenal tiga bentuk
komunikasi yaitu komunikasi linier yang sering disebut juga sebagai komunikasi
satu arah (one-way communication), komunikasi relation dan interaktif yang
disebut dengan Model Cybernetics, dan komunikasi konvergen yang bercirikan
multi arah.
Terdapat perbedaan konsep antara ketiga bentuk komunikasi tersebut.
Komunikasi linier mengandung arti bahwa hubungan yang terjadi hanya satu arah,
karena penerima pesan hanya mendengar pesan dari pemberi pesan. Sementara itu
pada komunikasi relational terjadi interaksi antara pemberi dan penerima pesan,
namun sangat bergantung pada pengalaman. Pengalaman akan menentukan,
apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh penerima sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh pemberi pesan. Apabila pengalaman/pemahaman penerima pesan
tidak mampu menjangkau isi pesan, maka akan mempengaruhi hasil pesan yang
diinginkan. Komunikasi konvergen adalah komunikasi yang berlangsung secara
multi arah, diantara penerima menuju suatu fokus atau minat yang dipahami
bersama yang berlangsung secara dinamis dan berkembang kearah pemahaman
kolektif dan berkesinambungan.
Komunikasi konvergen dalam pembelajaran ditujukan untuk
meningkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran. Perbedaannya dengan bentuk
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
4/28
11
komunikasi sebelumnya adalah pada komunikasi relasional, apabila siswa
mendapat kesulitan belajar, maka itu dikembalikan kepada guru. Tetapi pada
pembelajaran yang memanfaatkan konvergen, jika ada kesulitan atau masalah
maka permasalahan dipecahkan secara bersama-sama dilingkungan peserta
belajar, sehingga melahirkan saling pengertian diantara mereka dan permasalahan
diharapkan dapat terselesaikan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan komunikasi adalah proses
penyampaian suatu informasi dari satu orang ke orang lain sehingga mereka
mempunyai makna yang sama terhadap informasi tersebut. Melalui komunikasi
ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan.
2.1.4. Komunikasi Matematika2.1.4.1.Pengertian Komunikasi Matematika
Ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan seorang guru
kepada siswa maupun siswa mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat
itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada
komunikan. Respon yang diberikan komunikan merupakan interpretasi
komunikan tentang informasi tadi. Dalam matematika, kualitas interpretasi dan
respon itu seringkali menjadi masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat
dari karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol.
Karena itu kemampuan komunikasi dalam matematika menjadi tuntutan khusus.
Komunikasi dalam matematika juga berkaitan dengan kemampuan dan
keterampilan siswa dalam berkomunikasi.
Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada
pembelajaran matematika menurut NCTM (dalam Herdian, 2010) dapat dilihat
dari : (1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis,
dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; (2)
Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya; (3)
Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
5/28
12
struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan
dan model-model situasi.
Komunikasi matematika menurut NCTM (dalam Zainab, 2011) adalah
kemampuan siswa dalam menjelaskan tentang algoritma dan cara unik untuk
memecahkan masalah, kemampuan siswa mengkonstruk dan menjelaskan suatu
fenomena dunia nyata secara grafis, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel dan sajian
secara fisik atau kemampuan siswa memberikan dugaan tentang gambar-gambar
geometri. Selanjutnya Greenes dan Schulman (dalam Anshari, 2009:10)
mengatakan bahwa :
Kemampuan komunikasi matematika dapat terjadi ketika siswa (1)
menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi, dan
melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda, (2) memahami,
menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan, atau
dalam bentuk visual, (3) mengkonstruk, menafsirkan dan menghubungkan
bermacam-macam representasi ide dan hubungannya.
Oleh karenanya komunikasi matematika termasuk komunikasi yang bersifat
konvergen karena mengandung unsur kooperatif (cooperative learning).
2.1.4.2.Aspek-Aspek Komunikasi Matematika
Menurut Baroody (dalam Ansari, 2009:11) terdapat lima aspek
komunikasi, yaitu representasi (representing), mendengar (listening), membaca
(reading), diskusi (discussing), dan menulis (writing).
1. Representasi (Representing)Representasi adalah : (1) bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu
masalah atau ide. (2) Translasi suatu diagram atau model fisik kedalamsimbol atau kata - kata. Representasi dapat membantu anak
menjelaskan konsep atau ide dan memudahkan anak mendapat strategi
pemecahan.
2. Mendengar (Listening)Mendengar merupakan aspek penting dalam suatu diskusi. Siswa tidak
mampu berkomentar dengan baik apabila tidak mampu mengambil
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
6/28
13
intisari dari suatu topik diskusi. Pentingnya mendengar secara kritis
juga dapat mendorong siswa berpikir tentang jawaban pertanyaan.
3. Membaca (Reading)Reading adalah aktivitas membaca teks secara aktif untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun. Membaca
aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf
yang diperkirakan mengandung jawaban relevan dengan pertanyaan.
4. Diskusi (Discussing)Diskusi merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan
pikiran siswa. Untuk itu diskusi perlu dilatihkan kepada siswa. Siswa
mampu dalam suatu diskusi apabila mempunyai kemampuan
membaca, mendengar, dan keberanian memadai. Diskusi juga dapat
menguntungkan pendengar karena memberikan wawasan baru
baginya.
5. Menulis (Writing)Menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk
mengungkapkan dan merefleksikan pikiran. Menulis adalah alat yang
bermanfaat dari berpikir karena melalui berpikir, siswa memperoleh
pengalaman matematika sebagai suatu aktivitas yang kreatif.
Ada beberapa kegunaan dan keuntungan dari menulis : (1) Summaries,
yaitu siswa disuruh merangkum pelajaran dalam bahasa mereka sendiri
yang dapat membantu siswa memfokuskan pada konsep-konsep kunci
dalam suatu pelajaran. (2) Questions, yaitu siswa disuruh membuat
pertanyaan sendiri dalam tulisan. Kegiatan ini berguna untuk
membantu siswa merefleksikan pada fokus yang tidak mereka pahami.
(3) Explanation, yaitu siswa disuruh menjelaskan prosedur
penyelesaian dan bagaimana menghindari suatu kesalahan. Kegiatan
ini berguna untuk mempercepat refleksi, pemahaman, dan penggunaan
kata-kata yang tepat. (4) Definition, yaitu siswa disuruh menjelaskan
istilah-istilah yang muncul dalam bahasa sendiri. (5) Reports, yaitu
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
7/28
14
siswa disuruh secara individu maupun kelompok untuk menulis
laporan.
Komunikasi matematik terdiri atas komunikasi lisan (talking) dan
komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan dapat diartikan sebagai suatu
peristiwa saling interaksi (dialog) yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas atau
kelompok kecil, dan terjadi pengalihan pesan berisi tentang materi matematik
yang sedang dipelajari baik antar guru dengan siswa maupun antar siswa itu
sendiri. Komunikasi lisan, seperti membaca (reading), mendengar (listening),
diskusi (discussing), menjelaskan (explaining), dan sharing. Sedangkan
komunikasi tulisan adalah kemampuan atau keterampilan siswa dalam
menggunakan kosa katanya, notasi dan struktur matematika baik dalam bentuk
penalaran, koneksi maupun dalam problem solving, seperti mengungkapkan ide
matematika dalam fenomena dunia nyata melalui grafik/gambar, tabel, persamaan
aljabar, ataupun dengan bahasa sehari-hari (written words).
Menurut Sumarno (dalam Zainab, 2011), komunikasi matematis
merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai
kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk :
a. Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalamide matematika
b. Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan,tertulis, grafik, dan aljabar
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa dan simbolmatematika
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematikae. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulisf. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi,
dan generalisasi
g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yangtelah dipelajari.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
8/28
15
2.1.4.3.Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Matematika
Ansari (2009:22) menyebutkan ada beberapa faktor yang berkaitan dengan
kemampuan komunikasi matematika antara lain :
1. Pengetahuan PrasyaratPengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebagai akibat proses belajar sebelumnya. Jenis kemampuan siswa tersebut sangan
menentukan hasil pembelajaran selanjutnya.
2. Kemampuan Membaca, Diskusi, dan MenulisMembaca merupakan aspek penting dalam pencapaian kemampuan
komunikasi siswa. Membaca memiliki peran sentral dalam pembelajaran
matematika karena kegiatan membaca mendorong siswa belajar bermakna secara
aktif. Apabila siswa diberi tugas membaca, mereka akan melakukan elaborasi
(pengembangan) apa yang telah dibaca. Ini berarti mereka memikirkan gagasan,
contoh-contoh, gambaran, dan konsep-konnsep lain yang berhubungan.
Diskusi berperan dalam melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi lisan. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan, dapat
dilakukan latihan teratur seperti presentasi di kelas oleh siswa, berdiskusi dalam
kelompok, dan menggunakan permainan matematika.
Menulis adalah proses bermakna karena siswa secara aktif membangun
hubungan antara yang dipelajari dengan apa yang sudah diketahui. Menulis
membantu siswa menyampaikan ide-ide dalam pikirannya ke dalam bentuk
tulisan.
Diskusi dan menulis adalah dua aspek penting dari komunikasi untuk
semua level.
Pemahaman Matematik (Mathematical Knowledge)
Pemahaman matematik ialah tingkat atau level pengetahuan siswa tentang
konsep, prinsip, algoritma, dan kemahiran siswa menggunakan strategi
penyelesaian terhadap soal atau masalah yang disajikan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud komunikasi matematika adalah
kemampuan menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan,
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
9/28
16
tertulis, tabel atau grafik bahkan membahasakan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek komunikasi matematika yang ingin diukur adalah aspek menulis (writing).
Tabel 2.1
Rubrik Kemampuan Komunikasi Matematika
Aspek Komunikasi Indikator Skor
Penjelasan Matematika
Tidak ada jawaban 0
Dapat menjelaskan suatu masalah dengan
memberikan argumentasi terhadap
permasalahan matematika tetapi tidak lengkap
dan tidak benar
1
Dapat menjelaskan suatu masalah dengan
memberikan argumentasi terhadap
permasalahan matematika dengan lengkap
tetapi tidak benar
2
Dapat menjelaskan suatu masalah dengan
memberikan argumentasi terhadap
permasalahan matematika dengan benar tetapi
tidak lengkap
3
Dapat menjelaskan suatu masalah dengan
memberikan argumentasi terhadap
permasalahan matematika dengan lengkap dan
benar
4
Menggambar
matematika
Membuat
gambar,
grafik,
dan tabel
Tidak ada jawaban 0
Dapat melukiskan gambar, diagram, grafik,
dan tabel tetapi tidak lengkap dan tidak benar
1
Dapat melukiskan gambar, diagram, grafik,
dan tabel dengan lengkap tetapi tidak benar
2
Dapat melukiskan gambar, diagram, grafik,
dan tabel dengan benar tetapi tidak lengkap
3
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
10/28
17
Dapat melukiskan gambar, diagram, grafik,
dan tabel dengan lengkap dan benar
4
Membaca
gambar,
grafik,
dan tabel
Tidak ada jawaban 0
Dapat membaca gambar, diagram, grafik, dan
tabel tetapi tidak lengkap dan tidak benar
1
Dapat membaca gambar, diagram, grafik, dan
tabel dengan lengkap tetapi tidak benar
2
Dapat membaca gambar, diagram, grafik, dan
tabel dengan benar tetapi tidak lengkap
3
Dapat membaca gambar, diagram, grafik, dan
tabel dengan lengkap dan benar
4
Ekspresi Matematika
Tidak ada jawaban 0
Dapat menyatakan ide matematika
menggunakan simbol-simbol atau bahasa
matematika secara tertulis sebagai representasi
dari suatu ide atau gagasan tetapi tidak lengkap
dan tidak benar
1
Dapat menyatakan ide matematika
menggunakan simbol-simbol atau bahasa
matematika secara tertulis sebagai representasi
dari suatu ide atau gagasan dengan lengkap
tetapi tidak benar
2
Dapat menyatakan ide matematika
menggunakan simbol-simbol atau bahasa
matematika secara tertulis sebagai representasi
dari suatu ide atau gagasan dengan benar
tetapi tidak lengkap
3
Dapat menyatakan ide matematika
menggunakan simbol-simbol atau bahasa
matematika secara tertulis sebagai representasi
4
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
11/28
18
dari suatu ide atau gagasan dengan lengkap
dan benar
2.1.5. Model PembelajaranSecara harfiah model diartikan sebagai suatu objek atau konsep yang
digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Sebagaimana dikatakan oleh
Meyer, W.J (dalam Trianto, 2011:21) bahwa model merupakan sesuatu yang
nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.
Joyce (dalam Trianto,2011:22) berpendapat bahwa :
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain.
Selanjutnya Joyce juga menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didk
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada
strategi, metode atau prosedur. Menurut Kardi dan Nur (dalam Triato, 2011:23),
model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus, antara lain :
(1)Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta ataupengembangnya;
(2)Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuanpembelajaran akan dicapai);
(3)Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapatdilaksanakan dengan berhasil; dan
(4)Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapattercapai.
Dari uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
12/28
19
2.1.6. Model Pembelajaran KooperatifPembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dapat
digunakan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan dan mendorong
kerja sama antar siswa dalam mempelajari sesuatu. Artz dan Newman (dalam
Huda, 2011:32) mendefinisikan bahwa : Belajar kooperatif adalah suatu
pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai
suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau
menyelesaikan suatu tujuan bersama. Effandi Zakaria (dalam Isjoni, 2009:21)
menyebutkan, Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar
secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-
rekan dalam kelompok kecil. Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2009:27)
juga menjelaskan bahwa :
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara
kelompok- kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai
kepada pengalaman belajar yang berkelompok pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa sistem bekerja sama
dalam kelompok belajar dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab atas
aktivitas belajar anggota kelompok-kelompoknya sehingga seluruh anggota
kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Hasil-hasil penelitian
mengenai efek pembelajaran kooperatif umumnya menunjukkan temuan yangpositif. Review yang dilakukan Slavin tahun 1983 terhadap 68 penelitian
mengenai pembelajaran kooperatif menunjukkan 72% siswa memiliki hasil
belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dalam penelitian
tersebut. Menurutnya, tingginya hasil tersebut dimungkinkan karena adanya iklim
yang mendorong untuk sukses dalam kelompok. Dengan bekerja sama secara
berkolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, siswa dapat mengembangkan
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
13/28
20
keterampilan berhubungan dengan sesamanya yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan di luar sekolah.
Roger dan Jhonson (dalam Lie, 2010:31-35): Tidak semua kerja
kelompok bisa dikatakan pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur yang harus
ditetapkan, yaitu :
1. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan kelompok sangat tergantungpada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang
efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
bisa mencapai tujuan mereka. Dengan cara ini setiap anggota juga dituntut
menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
2. Tanggung jawab perseorangan. Unsur ini merupakan akibat langsung dariunsur pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur
model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung
jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja
kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
3. Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemumuka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para
pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil
pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh
lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.
Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota
kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, dan sosial-
ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan
menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota
kelompok.
4. Komunikasi antar anggota. Unsur ini juga menghendaki agar parapembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.
Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
14/28
21
cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian
mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan
dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5. Evaluasi proses kelompok. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khususbagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif. Waktu
evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat
dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.
Killen (dalam Trianto, 2011:58) memaparkan perbedaan antara kelompok
belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional seperti tertera dalam
tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2
Perbedaan Kelompok Belajar Koopertif dengan Kelompok Belajar
Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu, dan saling
memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri kepada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok
diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh seorang anggota
kelompok sedangkan anggota kelompok
lainnya hanya mendompleng
keberhasilan pemborong.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
15/28
22
Kelompok kerja heterogen, baik dalam
kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, etnik, dan sebagainya sehingga
dapat saling mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang
memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan
oleh guru atau kelompok dibiarkan
untuk memilih pemimpinnya dengan
cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan
dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang
lain, dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak secara
langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerja sama antar-
anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok sedang
berlangsung.
Guru memerhatikan proses kelompok
yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar.
Guru sering tidak memerhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling menghargai).
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
16/28
23
Ada enam langkah utama atau tahapan dalam pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah itu ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
Selanjutnya Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2009:36) mengatakan
kelebihan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1) Saling ketergantungan yang positif; 2) Adanya pengakuan dalam merespon
perbedaan individu; 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan
kelas; 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan; 5) Terjalinnya hubungan
yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru; 6) Memiliki banyak
kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
17/28
24
Sedangkan kekurangan model pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut : 1)
Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping memerlukan
lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu; 2) Agar proses pembelajaran berjalan
dengan baik maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai; 3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak
sesuai dengan waktu yang ditentukan; 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi
seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing2.1.7.1.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing
Model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing, diberi nama
Bamboo Dancingkarena posisi siswa sejajar dan saling berhadapan dengan model
yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam tarian bambu
Fhilipina yang juga dipopulerkan di Indonesia. Seperti yang tampak pada gambar
di bawah ini :
Gambar 2.1. Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing.
A B C D E
JIHGF
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
18/28
25
Di dalam model ini siswa dibagi menjadi empat kelompok besar. Jika di
dalam kelas terdapat 40 siswa, maka tiap kelompok besar terdiri dari 10 orang.
Kemudian diatur sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu lima orang
berdiri berjajar dan lima orang lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang
pertama. Dengan demikian di dalam kelas tiap-tiap kelompok besar, mereka
saling berpasang-pasangan ini disebut pasangan awal. Kemudian mereka diberi
tugas perpasangan untuk dibahas. Lalu mereka berputar mengikuti gerak arah
jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap siswa akan mendapatkan pasangan baru dan
berbagai informasi. Pergeseran arah jarum jam berhenti ketika tiap-tiap siswa
kembali ke pasangan awal.
2.1.7.2.Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing
Model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing berbeda dengan
model pembelajaran yang lain. Perbedaannya dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dengan sesama
siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Inilah yang
menjadi ciri khas dari model pembalajaran kooperatif tipeBamboo Dancing.
Model pembelajaran tipe Bamboo Dancing merupakan bagian dari
pembelajaran kooperatif. Oleh sebab itu, karakteristikBamboo Dancing sama
seperti model pembelajaran kooperatif. Menurut Wina Sanjaya (2010: 244-246)
karakteristiknya antara lain sebagai berikut :
a. Pembelajaran secara timPembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan
tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu
membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
b. Berdasarkan pada manajemen kooperatifManajemen kooperatif mempunyai empat fungsi pokok, antara lain fungsi
perencanaan menunjukkan bahwa kooperatif memerlukan perencanaan
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
19/28
26
yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi
pelaksanaan menunjukkan bahwa pelaksanaan harus dilakukan sesuai
dengan perencanaan. Fungsi ini juga menunjukkan pembelajaran
kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh
sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.
Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
c. Kemauan untuk bekerja samaPrinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran
kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan
tanggung jawab masing-masing, akan tetaapi juga ditanamkan perlunya
saling membantu.
d. Keterampilan bekerja samaKemauan untuk bekerja sama kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan
kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Siswa
perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anggota lain.
2.1.7.3.Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo
Dancing
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing adalah
sebagai berikut :
1. Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok besar. Misalkan jika dalam kelasterdapat 40 anak , maka tiap kelompok besar terdiri 10 orang.
2. Pada kelompok besar 10 orang diatur sehingga 5 orang berhadap-hadapandengan 5 orang yang lainnya, dengan posisi berdiri. Pasangan ini disebut
dengan pasangan awal.
3. Pembelajaran dilakukan dengan pengenalan subtopik oleh guru. Pada tahapini guru dapat menuliskan subtopik atau melakukan tanya jawab kepada siswa
berkaitan dengan pengetahuan peserta didik tentang subtopik yang diberikan.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
20/28
27
Langkah ini perlu dilakukan agar siswa lebih siap menghadapi materi yang
baru.
4. Kemudian guru membagikan tugas yang berbeda-beda kepada masing-masingpasangan untuk didiskusikan. Dalam langkah ini guru memberi waktu yang
cukup agar materi yang didiskusikan benar-benar dipahami siswa.
5. Usai berdiskusi, 10 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang yang berdiriberjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam . Dengan
cara ini tiap-tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan saling berbagi
informasi yang berbeda, demikian seterusnya. Pergerakan searah jarum jam
baru berhenti ketika peserta didik kembali ke tempat asalnya. Gerakan saling
bergeser dan berbagai informasi inilah menyerupai gerakan pohon bamboo
yang menari-nari.
6. Guru memantau jalannya diskusi dan memberikan bantuan kepada kelompokyang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.
7. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepadaseluruh kelas.
8. Guru memanggil salah satu siswa dari kelompok besar yang lainnya untukmemberikan pendapat dan memfasilitasi terjadinya intersubyektif, dialog
interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Melalui kegaiatan ini dimaksudkan
agar pengetahuan hasil diskusi oleh tiap-tiap kelompok besar dapat
diobyektifkan dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.
9. Bersama dengan siswa menyimpulkan jawaban-jawaban dari masalah yangdiajukan.
2.1.7.4.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Bamboo Dancing
Setiap model pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan,
begitu juga dengan model pembalajaran kooperatif tipeBamboo Dancingini.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
21/28
28
Keunggulan model pembalajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing ini
menurut Suwarno (2010) yaitu :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancingsangat bermanfaatguna membangun kebersamaan antar siswa.
2. Dalam tipe ini tidak terjadi persaingan, siswa saling berbagi informasi,pikiran, dan berbagi pengalaman.
3. Diskusi antar siswa terjadi pada saat berpasangan dan saat presentasisubtopik pelajaran.
Kelemahan model pembalajaran kooperatif tipeBamboo Dancingyaitu :
1. Membutuhkan lebih banyak waktu karena adanya perpindahan tempat.2. Situasi kelas menjadi ribut karena tiap-tiap kelompok kecil melakukan
diskusi.
3. Penilaian yang diberikan berdasarkan hasil kerja kelompok. Namundemikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang
diharapkan adalah prestasi individu.
2.1.8. Model Pembelajaran EkspositoriPembelajaran Ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa tersebut dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal. Pembelajaran Ekspositori sama dengan metode ceramah dalam
terpusatnya kegiatan interaksi kepada guru sebagai pemberi informasi.
Pembelajaran Ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas
penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru.
Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan dapat menangkap dan
mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta mengungkapkan kembali
yang dimiliki siswa melalui respon yang diberikan siswa pada saat diberikan
pertanyaan oleh guru. Pembelajaran Ekspositori digunakan guru untuk
menyajikan bahan pelajaran secara utuh atau menyeluruh, lengkap dan sistematis
dengan pencapaian secara verbal. Pembelajaran Ekspositori menempatkan guru
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
22/28
29
sebagai pusat pengajaran, karena guru lebih aktif memberikan informasi,
menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan keterampilan dalam memperoleh
pola, aturan, dalil, memberi contoh soal beserta penyelesaiannya, dan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk bertanya.
Langkah-langkah (Sintaks) pembelajaran Ekspositori adalah :
a. Persiapan (Preparation). Langkah ini berkaitan denganmempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Hal yang harus
dilakukan adalah memberi sugesti yang positif, mulai dengan
mengemukakan tujuan yang harus dicapai, kemudian membuka file
dalam otak mereka.
b. Penyajian (Presentation). Langkah ini adalah langkah penyampaianmateri pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang
harus dipikirkan adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan
mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Hal yang harus
diperhatikan adalah penggunaan bahasa, intonasi suara, menjaga
kontak mata dengan siswa, dan menggunakan joke-joke yang
menyegarkan.
c. Korelasi (Correlation). Adalah langkah menghubungkan materipelajaran dengan pengalaman siswa atau hal-hal lain yang
memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur
pengetahuan yang telah dimilikinya.
d. Menyimpulkan (Generalitation). Adalah langkah untuk memahami intidari materi pelajaran yang telah disajikan.
e. Mengaplikasikan (Aplication). Adalah langkah untuk mengembangkankemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Teknik
yang biasa dilakukan adalah membuat tugas yang relevan dengan
materi yang disajikan dan memberikan tes yang sesuai dengan materi
yang disajikan.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
23/28
30
Keunggulan dari pembelajaran Ekspositori adalah :
1. Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan yangsama untuk mendengar.
2. Bahan pelajaran dapat diberikan secara sistematis.3. Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting.4. Kekurangan buku pelajaran atau alat bantu pelajaran tidak menghambat
pelaksanaan pembelajaran.
Kelemahan dari pembelajaran Ekspositori adalah :
1. Pengetahuan yang diperoleh cepat dilupakan.2. Pembelajaran berjalan membosankan karena siswa lebih pasif.3. Siswa tidak mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-
konsep pelajaran.
4. Lebih dominan mengerahkan siswa ke sistem belajar menghapal.
2.1.9. Materi PembelajaranTeorema Pythagoras
Pengetahuan teorema Pythagoras berkaitan erat dengan luas persegi dan luas
segitiga. Dengan pemikiran untuk mempelajari teorema Pythagoras, harus
ditunjang oleh materi luas persegi maupun luas segitiga.
1. Luas PersegiA B
D C
Gambar 2.2. Persegi ABCD
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
24/28
31
Gambar di atas menunjukkan persegi ABCD
Luas persegi ABCD = AB x BC
= AB x AB (sebab BC = AB)
= AB 2
2. Luas segitiga sikusikuPada setiap siku-siku, sisi sisinya terdiri atas sisi siku-siku dan sisi miring
(hipotenusa). Gambar dibawah adalah segitiga ABC yang siku-siku di A. Sisi
yang membentuk sudut siku- siku, yaitu AB dan AC disebut sisi siku-siku.
Sisi dihadapan sudut siku-siku disebut sisi miring atau hipotenusa, yaitu BC.
C
Hipotenusa
Sisi Siku-siku
A B
Gambar 2.3. Segitiga Siku-Siku
Teori diatas disebut teorema Pythagoras, karena teori ini pertama kali
ditemukan oleh Pythagoras, yaitu seorang ahli matematika bangsa Yunani yang
hidup pada abad ke 6 M dan berkesempatan memperdalam ilmunya di Mesir
kuno.
Teorema Pythagoras yang pembuktiannya telah digunakan untuk menghitung
panjang suatu sisi segitiga siku-siku. Berdasarkan Teorema Pythagoras tersebut
dapat diturunkan rumus-rumus berikut ini :
Luas persegi = panjang sisi x panjang sisi
Untuk setiap segitiga siku-siku selalu berlaku :
Luas persegi pada hipotenusa sama dengan jumlah luas persegi pada
sisi yang lain.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
25/28
32
Jika ABC siku-siku dititik A, maka berlaku
atau C
atau
atau a
b
A c B
Gambar 2.4. Segitiga Siku-
Siku di TitikA
Perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku yang salah satu sudutnya 300, 450 dan
600.
Dalam setiap segitiga siku-siku yang salah sudutnya 300, maka panjang sisi
dihadapan sudut 300 adalah
hipotenusa (sisi miring).
Gambar dibawah menunjukkan ABC siku-siku dengan besarACB = 300, dan
ABC = 600. Jika panjang BC = 2 satuan, maka :
C
Jadi, panjang AB = 1 satuan. 2
600
A B
Gambar 2.5. Segitiga Siku-Siku
dengan sudut 300
dan 600
BC2 = AB2 + AC2
22 = 12 + AC2
AC2
= 41
300
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
26/28
33
C Perbandingan antara panjang sisi
dihadapan 300, sisi miring dan sisi
dihadapan 600 adalah 1 : 2 : . Atau
1 2 AC : BC : AB : = 1 : 2 :
=1,73 (dibulatkan sampai 2 desimal)
A B
AC2 = 3
AC =
Jadi, panjang AC = satuan.
Dari hasil di atas dapat dibuat perbandingan sebagai berikut :
300
600
Gambar 2.6. Perbandingan Panjang
Sisi Pada Segitiga
2.2. Kerangka KonseptualPembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing atau tarian bambu
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Tipe Bamboo Dancing di
rancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe Bamboo Dancing merupakan
modifikasi dari Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside-Outside Circle) yang
dikembangkan oleh Spencer Kagan. Tipe ini melibatkan siswa untuk saling
berbagi informasi pada saat yang bersamaan sehingga dapat meraih keberhasilan
dalam belajar dan melatih siswa untuk memiliki keterampilan. Keterampilan
siswa dalam pembelajaran ini adalah keterampilan untuk mengemukakanpendapat, menyampaikan ide atau memberi penjelasan dari masalah yang ada,
menerima masukan dan saran dari orang lain, bekerja sama, dan rasa setia kawan.
Ciri khas dari tipe ini adalah siswa duduk berjajar dan saling berhadapan
kemudian diberikan waktu yang cukup untuk berdiskusi. Setelah waktu diskusi
yang ditentukan telah habis, maka siswa akan berpindah duduk ke jajaran yang
lain sehingga siswa mendapatkan pasangan baru untuk saling berbagi informasi.
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
27/28
34
Pada pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing ini, siswa
diorganisasikan dalam empat kelompok besar yang kemudian tiap-tiap kelompok
besar dibagi menjadi dua orang dalam satu kelompok. Dua orang dalam satu
kelompok ini kemudian berbagi informasi mengenai tugas yang diberikan oleh
guru. Siswa dituntut untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Pada proses diskusi inilah siswa
dapat bertukar pikiran, mengungkapkan ide yang muncul saat berdiskusi,
menjelaskan masalah yang ada, dan membuat langkah-langkah penyelesaian
masalah dalam struktur matematis. Masalah yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari dapat direfleksikan ke dalam bentuk penyelesaian matematis dengan
kemampuan komunikasi matematika. Untuk itu, dalam pembelajaran kooperatif
tipeBamboo Dancingdiperlukan kemampuan komunikasi matematika.
Pembelajaran Ekspositori merupakan pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa agar siswa tersebut dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal. Pembelajaran Ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku
kelas dan penyebaran pengetahuan ditentukan oleh guru. Dalam pembelajaran ini
siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan
guru, serta dapat mengungkapkan kembali melalui respon yang diberikan siswa
pada saat guru memberikan pertanyaan.
Pembelajaran Ekspositori menempatkan guru sebagai pusat pengajaran,
karena guru lebih aktif memberikan informasi, menjelaskan suatu masalah,
memberi contoh soal beserta penyelesaiannya, dan memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya. Sementara itu siswa menjadi pasif selama pembelajaran. Siswa
tidak mempunyai kesempatan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika dan
cenderung mengarah pada sistem belajar menghapal sehingga kemampuan
komunikasi matematis siswa tidak berkembang dengan baik. Siswa hanya
menyelesaikan masalah sesuai dengan contoh yang diberikan guru. Apabila siswa
mengalami kesulitan, siswa tidak dapat mencari alternatif penyelesaian yang lain
sehingga kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide matematika
sangat kurang. Maka dalam pembelajaran Ekspositori kemampuan komunikasi
-
7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras
28/28
35
matematika siswa masih rendah. Dari penyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing lebih baik daripada
menggunakan model Pembelajaran Ekspositori pada pokok bahasan Teorema
Pythagoras.
2.3. Hipotesis PenelitianBerdasarkan kerangka teoritis di atas, maka yang menjadi hipotesis
penelitian adalah : Kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing lebih baik
daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Ekspositori.