BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · Dikatakan sebagai kiat karena manajemen...
Transcript of BAB II TELAAH PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · Dikatakan sebagai kiat karena manajemen...
13
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Manajemen Peserta didik
Komponen peserta didik di sekolah/madrasah
kedudukannya sangat penting karena yang menjadi
input, proses dan output lembaga sekolah/madrasah
adalah peserta didik. Peserta didik perlu di manage
dengan baik. Manajemen peserta didik diperlukan pada
lembaga pendidikan karena peserta didik merupakan
subyek sekaligus obyek dalam proses tranformasi ilmu
dan ketrampilan. “Keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan akan sangat bergantung dengan perkem-
bangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social,
emosional dan kejiwaan peserta didik”. Oleh karena itu,
setiap sekolah/madrasah perlu melakukan manajemen
peserta didik dengan baik (Badrudin, 2013:19).
2.1.1 Pengertian manajemen peserta didik.
Istilah “Manajemen peserta didik” merupakan
gabungan kata “manajemen” dan kata “peserta didik”.
Kata manajemen merupakan terjemahan dari
management (bahasa Inggris), juga berasal dari bahasa
latin, Prancis, dan Italia yaitu manus, mano, manage
dan managgiare berarti melatih kuda agar dapat
melangkah dan menari seperti yang dikehendaki
pelatihnya (Badrudin,2013:20).
Secara semantic, kata manajemen yang umum
digunakan saat ini berasal dari kata kerja to manage
yang berarti mengurus, mengatur, mengemudikan,
14
mengendalikan, menangani, mengelola menyelenggara-
kan, menjalankan, melaksanakan, dan memimpin
(Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2014:23).
Kamus Webster’s New Cooligiate Dictionary dalam Didin
Kurniadin danImam Machali, 2014: 23 menjelaskan
bahwa kata manage berasal dari bahasa Italia
managgio dari kata managgiare yang selanjutnya kata
ini berasal dari bahasa latin manusyang berarti
tangan(hand). Kata manage dalam kamus tersebut
diberi arti membimbing dan mengawasi,
memperlakukan dengan seksama, mengurus
perniagaan atau urusan-urusan, mencapai tujuan
tertentu (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2014:23).
Harold Koontz dan Cyryl O. Donel dalam
Prihatin, 2011:2 mendefinisikan “manajemen sebagai
usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan
orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan
koordinasi atas sejumlah aktifitas orang lain yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan,
pengarahan, dan pengendalian”. Dengan demikian
manajemen adalah “suatu proses agar suatu usaha
dapat berjalan dengan baik yang memerlukan
perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan
serta mempergunakan atau mengikutsertakan semua
potensi yang ada baik personal maupun material secara
efektif dan efisien”. (Badrudin, 2013:20).
Menurut Hasibuan dalam Badrudin, 2013:2
Manajemen adalah “ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan”. Secara stimologis, kata manajemen
15
merupakan terjemahan dari management (Bahasa
Inggris). “Kata management itu sendiri berasal dari kata
manage atau magiare yang berarti melatih kuda dalam
melangkahkan kakinya. Dalam pengertian manajemen
terkandung dua kegiatan ialah berpikir (mind) dan
kegiatan tingkah laku (action)”. ( Sahertian dalam
Prihatin, 2011:1). The Liang Gie dalam Prihatin (2011:2)
memberikan batasan manajemen sebagai “segenap
perbuatan menggerakkan sekelompok orang atau
mengarahkan segala aktivitas dalam suatu usaha
kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu”.
Slameto (2009:1) manajemen sering diartikan sebagai ilmu,
kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen
dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara
sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana
orang bekerja- sama. Dikatakan sebagai kiat karena
manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan
mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai
profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus
untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para
professional dituntun oleh suatu kode etik.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil
kesimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses
yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan
dengan baik, memerlukan perencanaan, pemikiran,
pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan
atau mengikutsertakan semua potensi yang ada baik
personal maupun material secara efektif dan efisien.
Menurut Suharsimi Arikunto (1986;12) peserta
didik adalah “siapa saja yang terdaftar sebagai obyek
didik di suatu lembaga pendidikan”. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab
16
I pasal 1 ayat 4 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
peserta didik adalah “anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu”. Dengan demikian peserta
didik adalah “seseorang yang terdaftar dalam suatu
jalur, jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu,
yang selalu ingin mengembangkan potensi dirinya baik
pada aspek akademis maupun non akademis melalui
proses pembelajaran yang diselenggarakan”. (Daryanto,
2013:53).
Prihatin (2011:3) mengemukakan bahwa peserta
didik adalah “orang yang mempunyai pilihan untuk
menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan
masa depan”. Peserta didik adalah anak yang sedang
tumbuh dan berubah kebutuhannya karena pada hari
ini belum tentu sama dengan kebutuhannya hari
kemarin. Peserta didik adalah individu yang memiliki
kepribadian, tujuan, cita-cita hidup, dan potensi diri,
oleh karena itu ia tak dapat diperlakukan semena-
mena.
Abu Ahmadi, (2001:39) berpendapat bahwa
peserta didik adalah “sosok manusia sebagai individu
atau pribadi (manusia seutuhnya)”. Individu diartikan
“orang yang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti
benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri
sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-
sifat dan keinginan sendiri”. Dini Oktaria 2013
(http://download.portalgaruda.org/), menyebutkan
bahwa peserta didik adalah “orang yang memiliki
potensi dasar yang perlu dikembangkan melalui
17
pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik
pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun
dilingkungan masyarakat dimana anak tersebut
berada”.
Peserta didik juga memiliki sebutan yang
berbeda-beda. Pada taman kanak-kanak disebut
dengan anak didik, pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah disebut dengan siswa, sedangkan pada
jenjang pendidikan tinggi disebut mahasiswa.
Disamping sebutan tersebut masih ada sebutan lain
bagi peserta didik, yaitu: murid, pembelajar, santri dan
sebagainya (Tim Dosen Administrasi UPI, 2011:205).
“Peserta didik merupakan suatu komponen masukan
dalam system pendidikan yang selanjutnya diproses
dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia
yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional” (Oemar Hamalik, 2008:3).
Dari pendapat-pendapat tersebut peserta didik
perlu disiapkan agar pada waktunya mampu
melaksanakan peranannya dalam dunia kerja dan
dapat menyesuaikan diri dari masyarakat dimana
mereka berada. Kehidupan bermasyarakat itu diawali
dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam
lingkungan masyarakat sekolah. Dalam kontek inilah
peserta didik melakukan interaksi dengan rekan
sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang
berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah
nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara
bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman
langsung. Dapat disimpulkan bahwa peserta didik
adalah seseorang/ individu/ pribadi yang berupaya
18
untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan minat, bakat, dan kemampuannya.
“Manajemen peserta didik merupakan penataan
dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan
dengan peserta didik sejak peserta didik masuk sekolah
sampai keluar dari suatu sekolah” (Daryanto, 2013:53).
Manajemen peserta didik bukan hanya pencatatan data
peserta didik saja akan tetapi meliputi aspek yang lebih
luas yaitu dapat membantu upaya pertumbuhan anak
melalui proses pendidikan di sekolah (Daryanto,
2013:53). “Manajemen peserta didik selain melakukan
pencatatan data peserta didik dan meliputi aspek-aspek
yang secara operasional dapat digunakan untuk
membantu kelancaran pertumbuhan dan perkem-
bangan peserta didik melalui proses pendidikan di
sekolah” (Badrudin, 2013:23).
Manajemen peserta didik adalah “seluruh proses
kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap
seluruh peserta didik dalam lembaga bersangkutan
agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efesien”
(Mulyono, 2008:178). Menurut Hendayat Soetopo dan
Wasty Soemanto dalam Prihatin (2011:4) manajemen
peserta didik adalah “suatu penataan atau pengaturan
segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik
mulai masuknya peserta didik sampai dengan
keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah
atau suatu lembaga”.
Prihatin (2011:4) mengemukakan manajemen
pesera didik “diartikan sebagai usaha pengaturan
terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut
19
masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah”.
Manajemen peserta didik menunjuk kepada pekerjaan
atau suatu kegiatan pencatatan peserta didik sejak dari
proses penerimaan peserta didik baru sampai dengan
peserta didik meninggalkan sekolah karena lulus/
tamat mengikuti pendidikan pada sekolah itu.
Knezevich (1961:205) dalam Prihatin (2011:4)
mengartikan “manajemen peserta didik (pupil personnel
administration) sebagai suatu layanan yang
memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan,
dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti:
pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti
pengembangan keseluruhan kemampuan, minat,
kebutuhan sampai peserta didik matang di sekolah”.
Mulyasa (2013:69) menyatakan “manajemen
peserta didik merupakan salah satu bidang operasional
sekolah. Manajemen peserta didik adalahpenataan dan
pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
peserta didik mulai masuk sampai keluar dari sekolah”.
Manajemen peserta didik tidak hanya berbentuk
kegiatan pencatatan data peserta didik saja, melainkan
meliputi berbagai aspek yang lebih luas yang secara
operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan
perkembangan pribadi peserta didik secara optimal.
Jadi dari pendapat-pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa Manajemen peserta didik
merupakan upaya untuk memberikan layanan sebaik
mungkin kepada peserta didik sejak proses penerimaan
peserta didik sampai dengan peserta didik
meninggalkan sekolah/madrasah karena sudah
20
tamat/lulus mengikuti pendidikan di lembaga
pendidikan/ sekolah tersebut.
2.1.2 Tujuan dan fungsi manajemen peserta didik
Manajemen peserta didik bertujuan “mengatur
kegiatan-kegiatan peserta didik agar menunjang proses
pembelajaran di sekolah/madrasah sehingga proses
pembelajaran berjalan lancar,tertib,teratur dan dapat
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
pembelajaran dan tujuan sekolah/madrasah secara
efektif dan efisien” (Badrudin, 2013:24).
Prihatin (2011:9) mengemukakan secara khusus
manajemen peserta didik bertujuan:
- “Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
psikomotor peserta didik;
- menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum
(kecerdasan), bakat, dan minat peserta didik;
- menyalurkan aspirasi, harapan, dan memenuhi kebutuhan peserta didik;
- dengan terpenuhinya hal tersebut diharapkan Peserta
didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan
mencapai cita-cita mereka”.
Secara umum manajemen pelayanan peserta
didik bertujuan “mengatur kegiatan peserta didik agar
kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses
pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah) lebih
lanjut proses pembelajaran di lembaga pendidikan atau
sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur
sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian
tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara
keseluruhan” (Prihatin, 2011:9).
Fungsi manajamen peserta didik adalah sebagai
“wahana peserta didik untuk mengembangkan diri
21
seoptimal mungkin baik yang berkenaan dengan segi-
segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan
dan segi-segi potensi siswa lainnya”. Fungsi manajemen
peserta didik secara umum adalah sebagai “wahana
bagi peserta didik untuk mengembangkan diri
seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan
dimensi-dimensi individu, sosial, aspirasi, kebutuhan-
nya, dan dimensi potensi peserta didik lainnya”.
Fungsi manajemen peserta didik secara
khusus adalah sebagai berikut:
a. “Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar mereka
dapat mengembangkan potensi-potensi
individuali- tasnya tanpa banyak terhambat.
Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi:
kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya;
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan
fungsi social peserta didik, ialah agar peserta
didik dapat mengadakan sosialisasi dengan teman
sebayanya, dengan orangtua dan keluarganya,
dengan lingkungan social disekolahnya, dan lingkungan social masyarakat dimana mereka
berada. Fungsi ini berkaitan dengan hakikat
peserta didik sebagai makluk social;
c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran
aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar peserta didik dapat menyalurkan hobi,
kesenangan, dan minat. Hobi, kesenangan, dan
minat peserta didik patut disalurkan karena
dapat menunjang perkembangan diri peserta
didik secara keseluruhan;
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah
agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya”.
2.1.3 Prinsip-prinsip manajemen peserta didik
Depdiknas (2000;87) mengemukakan prinsip
dasar dalam manajemen peserta didik, yaitu:
22
- “Siswa harus diperlakukan sebagai subyek bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan
serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan
keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka;
- Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi
fisik, kemampuan intelektual, social, ekonomi, minat, dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan
wahana yang beragam sehingga setiap siswa
memiliki wahana untuk berkembang secara
optimal;
- Siswa akan termotivasi belajar jika mereka
menyenangi apa yang ia kerjakan”.
2.1.4 Pendekatan manajemen peserta didik
Ada dua macam pendekatan yang digunakan
dalam menejemen peserta didik. Pertama, “pendekatan
kuantitatif (the quantitative approach). Pendekatan ini
lebih menitikberatkan pada bidang/ segi administratif
dan birokratif lembaga pendidikan. Kedua, pendekatan
kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini
lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan
peserta didik”.
2.1.5 Ruang lingkup manajemen peserta didik
Menurut Prihatin (2011;13-14) ruang lingkup
manajemen peserta didik mencakup:
“perencanaan peserta didik, penerimaan peserta
didik, pengelompokan peserta didik, kehadiran
peserta didik, pembinaan disiplin peserta didik,
kenaikan kelas dan penjurusan, perpindahan peserta didik, kelulusan dan alumni, kegiatan
ekstrakurikuler, tata laksana manajemen peserta
didik, peranan kepala sekolah dalam manajemen
peserta didik, mengatur layanan peserta didik”.
2.2 Kegiatan Manajemen Peserta Didik
Ruang lingkup atau garapan manajemen peserta
didik meliputi beberapa kegiatan yaitu:
23
“perencanaan peserta didik (analisis kebutuhan peserta didik), rekrutmen peserta didik, seleksi
peserta didik, penerimaan peserta didik baru,
orientasi peserta didik baru, penempatan peserta
didik, pencatatan dan pelaporan peserta didik,
kelulusan dan alumni, pembinaan dan pengembangan peserta didik, evaluasi peserta didik
dan mutasi peserta didik”.
2.2.1 Perencanaan Peserta Didik.
Analisis kebutuhan peserta didik yaitu penetapan
peserta didik yang dibutuhkan oleh lembaga
pendidikan yang meliputi:
a. “Merencanakan jumlah peserta didik yang akan
diterima dengan pertimbangan daya tampung kelas/
jumlah kelas yang tersedia serta pertimbangan rasio
peserta didik dengan guru. Secara ideal rasio peserta didik dengan guru adalah 1:30, b. Menyusun
program kesiswaan yaitu visi dan misi sekolah,
minat dan bakat siswa,sarana dan prasarana yang
ada, anggaran yang tersedia dan tenaga
kependidikan yang tersedia”.
2.2.2 Rekrutmen Peserta Didik
Rekrutmen peserta didik pada hakekatnya adalah
“proses pencarian, menentukan peserta didik yang
nantinya akan menjadi peserta didik di lembaga
sekolah yang bersangkutan”.
Langkah- langkah kegiatan tersebut adalah;
a. “Membentuk panitia penerimaan peserta didik
baru yang melibatkan semua unsur guru, pegawai TU dan dewan sekolah/ komite sekolah; b.
Pembuatan dan pemasangan pengumuman
penerimaan peserta didik baru yang dilakukan
secara terbuka. Informasi yang harus ada dalam
peng-umuman tersebut adalah gambaran singkat lembaga, persyaratan pendaftaran siswa baru,
tempat pendaftaran, cara pendaftaran, waktu
pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan tempat
seleksi dan pengumuman hasil seleksi”.
24
2.2.3 Seleksi Peserta Didik
Seleksi peserta didik adalah suatu kegiatan
pemilihan calon peserta didik baru untuk menentukan
diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi
peserta didik di lembaga pendidikan/ sekolah
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Adapun cara-
cara seleksi yang dapat digunakan adalah; a. “melalui
tes atau ujian; b. Melalui penelusuran bakat
kemampuan, biasanya berdasarkan pada prestasi yang
diperoleh oleh calon peserta didik dalam bidang
olahraga atau kesenian; c. Berdasarkan nilai STTB atau
nilai UAN”.
2.2.4 Penerimaan Peserta Didik Baru
Prihatin (2011:51) menyatakan bahwa Penerimaan
peserta didik baru sebenarnya adalah
“salah satu kegiatan manajemen peserta didik yang
sangat penting”. Dikatakan demikan karena
misalkan tidak ada peserta didik yang diterima di
suatu sekolah, berarti tidak ada kegiatan yang harus ditangani atau diatur. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penerimaan peserta didik baru
yaitu “kebijakan penerimaan peserta didik baru,
system penerimaan peserta didik baru, criteria
penerimaan peserta didik baru, prosedur
penerimaan peserta didik baru, dan problem-problem penerimaan peserta didik baru”.
1. Kebijakan Penerimaan Peserta Didik.
Kebijakan dalam penerimaan peserta didik baru
sebenarnya menggunakan dasar-dasar manajemen
peserta didik, bahwa agar calon peserta didik/
seseorang diterima sebagai peserta didik disuatu
sekolah atau lembaga pendidikan, haruslah
25
memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang
telah di tentukan oleh sekolah. Sungguhpun setiap
orang mempunyai hak yang sama untuk
mendapatkan layanan pendidikan, tidak secara
otomatis mereka dapat diterima disuatu lembaga
pendidikan atau sekolah. Sebab untuk dapat
diterima menjadi peserta didik di suatu sekolah,
calon peserta didik terlebih dahulu harus meme-
nuhi kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan.
Kebijakan operasional penerimaan peserta didik
baru, memuat beberapa aturan mengenai jumlah
peserta didik yang bisa diterima disuatu sekolah.
Penentuan mengenai berapa jumlah peserta didik
yang akan diterima, tentu saja juga didasarkan atas
kenyataan-kenyataan yang ada di sekolah seperti
daya tampung kelas, criteria peserta didik yang bisa
diterima, berapa anggaran yang tersedia, sarana
dan prasarana apa yang sudah ada/belum ada,
berapa tenaga kependidikan yang tersedia, berapa
jumlah peserta didik yang tinggal di kelas, dan lain-
lain.
Kebijakan operasional penerimaan peserta didik
baru, juga memuat sistem pendaftaran dan untuk
peserta didik baru. Selain itu juga kebijakan
penerimaan peserta didik baru juga berisi tentang
kapan waktu pendaftaran akan dimulai dan kapan
waktu pendaftaran akan diakhiri. Selanjutnya
kebijakan yang lain memuat tentang siapa saja
personalia yang akan terlibat dalam menangani
pendaftaran, seleksi, dan penerimaan peserta didik
baru. Kebijakan penerimaan peserta didik baru ini
26
sekolah buat berdasarkan petunjuk-petunjuk yang
diberikan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota.
Petunjuk ini harus diperhatikan, karena ini dibuat
dalam rangka mendapatkan calon peserta didik
sebagaimana yang diinginkan atau diharapkan.
2. Sistem Penerimaan Peserta didik
Sistem yang dimaksud disini lebih menunjuk
kepada cara. Berarti sistem penerimaan peserta
didik baru adalah bagaimana cara penerimaan
peserta didik baru. Disini ada dua macam sistem
penerimaan calon peserta didik baru. Pertama,
dengan menggunakan sistem promosi ke sekolah-
sekolah, sedangkan yang kedua dengan sistem
seleksi. Yang dimaksud dengan sistem promosi
adalah penerimaan calon peserta didik baru yang
sebelumnya tanpa menggunakan seleksi. Mereka
yang mendaftar sebagai calon peserta didik baru
disuatu sekolah diterima semua, dan mereka yang
mendaftar menjadi calon peserta didik baru tidak
ada yang ditolak. Sistem promosi demikian secara
umum berlaku untuk kebanyakan sekolah yang
pendaftarnya kurang dari daya tampung yang telah
ditentukan.
Kedua, adalah sistem seleksi. Sistem ini bisa
digolongkan menjadi tiga macam, pertama seleksi
berdasarkan nilai UAN, kedua berdasarkan
penelusuran minat dan kemampuan (PMDK),
sedangkan yang ketiga adalah seleksi berdasarkan
hasil nilai tes masuk dari calon peserta didik.
Sungguhpun demikian, diterima dan tidaknya calon
27
peserta didik baru tersebut, masih juga bergantung
kepada seberapa banyak calon peserta didik baru
yang mendaftar atau memilih jurusan yang akan
dimasukinya. Semakin banyak pendaftar dan
peminatnya, persaingan masuknya semakin ketat.
3. Kriteria penerimaan peserta didik baru
Yang dimaksud dengan criteria adalah patokan/
batasan yang menentukan bisa tidaknya seorang
calon peserta didik untuk diterima menjadi peserta
didik atau tidak. Ada dua macam criteria penerima-
an peserta didik. Pertama, adalah criteria acuan
patokan (standard criterien referenced), yaitu status
penerimaan peserta didik yang didasarkan atas
patokan/ batasan yang telah ditentukan oleh
sekolah sebelumnya. Dalam hal ini sekolah
membuat patokan terlebih dahulu bagi calon peserta
didik dengan kemampuan minimal setingkat mana
yang bisa diterima disekolah tersebut. Sebagai
konsekuensi dari penerimaan yang didasarkan atas
criteria patokan seperti ini, jika semua calon peserta
didik yang mengikuti seleksi memenuhi patokan
minimal yang sama sesuai ketentuan, maka mereka
harus diterima semua; sebaliknya, jika calon peserta
didik yang mendaftar kurang dari patokan minimal
yang sudah ditentukan sekolah sebelumnya,
haruslah ditolak atau tidak diterima semua.
Kedua, Kriteria acuan norma (norma criterian
referenced), yaitu “status penerimaan calon peserta
didik yang didasarkan atas keseluruhan prestasi
peserta didik yang mengikuti seleksi”. Dalam hal ini
28
sekolah menetapkan criteria penerimaan berdasar-
kan prestasi keseluruhan peserta didik. Prestasi ini
dijumlahkan kemudian dicari reratanya. Calon
peserta didik yang nilainya berada diatas rata-rata,
digolongkan sebagai calon yang dapat diterima
sebagai calon peserta didik baru. Sementara
pendaftar yang berada dibawah rata-rata termasuk
peserta didik yang tidak diterima/ ditolak.
Ketiga, criteria yang didasarkan atas daya
tamping sekolah, sekolah terlebih dahulu menentu-
kan berapa jumlah daya tampungnya, atau berapa
calon peserta didik baru yang akan diterima. Setelah
sekolah menentukan, kemudian merangking
prestasi calon peserta didik baru mulai dari yang
berprestasi paling atas sampai dengan prestasi yang
paling bawah. Penentuan peserta didik baru yang
diterima dilakukan dengan cara mengurutkan dari
atas ke bawah, sampai dengan daya tampung
tersebut terpenuhi. Jika ada diantara peserta didik
yang rangkingnya sama, sedangkan mereka sama-
sama berada dirangking kritis penerimaan, sekolah
bisa mengambil suatu kebijaksanaan antara lain,
melalui tes ulang atau dapat pula memilih diantara
mereka dengan mengamati prestasi lainnya, bisa
juga menangguhkan penerimaan mereka dengan
menempatkannya dalam cadangan, dengan catatan
jika sewaktu-waktu ada calon peserta didik baru
yang rangkingnya berada diatasnya mengundurkan
diri, yang bersangkutan bisa dipanggil untuk bisa
mengisi formasi tersebut (Prihatin, 2011:55).
29
4. Prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru
Prihatin (2011:56) mengklasifikasikan bahwa:
“prosedur penerimaan peserta didik baru
antara lain pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru, rapat penentuan peserta
didik baru, pembuatan, pemasangan atau
pengiriman pengumuman, pendaftaran
peserta didik baru, seleksi, penentuan
peserta didik yang diterima, pengumuman
peserta didik yang diterima, dan registrasi peserta didik yang diterima”.
Secara lebih detail dijelaskan antara lain:
a. Pembentukan panitia penerimaan peserta didik
baru. Kegiatan pertama yang harus dilakukan
kepala sekolah dalam penerimaan peserta didik
baru adalah pembentukan panitia. Panitia ini
dibentuk dengan maksud agar secepat mungkin
melaksanakan pekerjaannya. Panitia yang sudah
dibentuk, umumnya diformalkan dengan mengguna
kan Surat Keputusan (SK) kepala sekolah. Adapun
susunan panitia penerimaan peserta didik baru
dapat mengambil alternative sebagai berikut;
Ketua umum : Kepala sekolah
Ketua pelaksana : Wakil kepala sekolah
urusan kesiswaan
Sekretaris : Kepala TU dan guru
Bendahara : Bendaharawan sekolah
Pembantu umum : Guru
Seksi-seksi:
Kesekretariatan : pegawai TU
Publikasi : Guru
Pendaftaran : Guru
Seleksi : Guru
30
Pengawasan : Guru
Mereka yang sudah tergabung dalam kepanitian
bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing
dan juga ada kerjasama dengan tim yang lain;
b. Rapat Penerimaan Peserta Didik, rapat penerima-
an peserta didik baru dipimpin oleh wakil kepala
sekolah urusan bidang kepesertadidikan. Yang
dibicarakan dalam rapat ini adalah keseluruhan
ketentuan dalam penerimaan peserta didik baru.
Sungguhpun penerimaan peserta didik baru
merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan setiap
tahun, tetapi ketentuan-ketentuan yang berkenaan
dengan penerimaan harus senantiasa dibicarakan
agar tidak dilupakan oleh mereka yang terlibat.
Dalam rapat ini keseluruhan anggota panitia dapat
berbicara sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dibicara-
kan setuntas mungkin sehingga setelah rapat
selesai, seluruh anggota panitia tinggal menindak-
lanjuti saja. Apa yang sudah disepakati dalam rapat
harusnya jangan sampai dimentahkan lagi,
melainkan diikuti dengan langkah tindak lanjut.
Keputusan rapat panitia dicatat dalam buku
notulen rapat yang berisi tentang: tanggal rapat,
waktu rapat, tempat rapat, agenda rapat, daftar
hadir peserta rapat dan hal-hal lain yang menjadi
keputusan rapat;
c. Pembuatan, Pengiriman/ pemasangan peng-
umuman peserta didik baru. Setelah mendapatkan
31
keputusaan mengenai hasil rapat sebelumnya,
kemudian dibuatlah pengumuman yang berisi
gambaran singkat mengenai sekolah, persyaratan
pendaftaran peserta didik, cara, waktu, tempat
pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan tempat
seleksi, serta waktu pengumuman hasil seleksi di
umumkan;
d. Pendaftaran calon Peserta Didik baru, yang harus
disediakan oleh panitia pada saat pendaftaran
peserta didik baru seperti loket untuk mendaftar,
loket untuk informasi, serta formulir pendaftaran
peserta didik baru. Hal-hal yang sebaiknya di
ketahui oleh calon peserta didik baru yang akan
mendaftar yaitu mengenai kapan formulir pendaf-
taran bisa diambil, tentang bagaimana cara mengisi
formulir pendaftaran, dan kapan formulir tersebut
bisa dikembalikan (Prihatin, 2011:61);
e. Seleksi Peserta Didik Baru, seleksi atau penya-
ringan peserta didik baru selain dengan mengguna-
kan nilai raport dan nilai ebtanas murni, juga
dapatmenggunakan tes, jika yang digunakan sebagi
alat seleksi adalah tes maka yang harus diperhati-
kan dalam mengatur pengawas dan peserta tes.
Pengawas perlu diatur agar dalam pengerjaan
tugasnya dapat sesuai dengan yang ditentukan,
sehari sebelum menjalankan tugasnya sebagai
pengawas perlu diberikan pengarahan mengenai
apa yang dibolehkan dan apa yang tidak dibolehkan
selama mengawas peserta tes (Prihatin, 2011:62);
32
f. Penentuan Peserta Didik yang diterima, berdasar-
kan ketentuan yang telah ditetapkan, maka panitia
penerimaan peserta didik baru mengadakan
pengumuman bagi calon peserta didik baru yang
memenuhi syarat. Berdasarkan hasil yang telah
ditentukan terhadap peserta didik yang akan
diterima, maka diperoleh tiga hal kebijakan sekolah,
seperti peserta didik yang akan diterima, peserta
didik yang menjadi cadangan, serta peserta didik
yang tidak diterima/ ditolak. Hasil penentuan
tersebut kemudian diumumkan (Dirjen Dikdasmen,
2007). Pengumuman dapat dilakukan dengan
menempelkan daftar nama dan nomor pendaftaran
di papan pengumuman atau mengirimkan surat
pemberitahuan langsung ke alamat calon peserta
didik.
g. Pendaftaran ulang/registrasi, calon peserta didik
yang dinyatakan diterima diharuskan mendaftar
ulang dengan memenuhi persyaratan dan per-
lengkapan yang diminta sekolah, sekolah harus
menetapkan batas waktu pendaftaran ulang dimulai
dan ditutup. Menurut Prihatin (2011:65) hal ini
diperlukan karena calon peserta didik yang tidak
daftar ulang dinyatakan gugur dan kehilangan
haknya sebagai calon peserta didik di sekolah
tersebut dan kemudian dapat diisi dengan
cadangan. Begitu juga yang menjadi cadangan ada
saatnya dipanggil untuk registrasi dan sekaligus
mencantumkan kapan batas waktu pendaftaran
33
dibuka dan kapan batas akhir ditutup dan jika
cadangan ini tidak mendaftar ulang sampai batas
waktu yang telah ditentukan maka akan diisi oleh
cadangan lain.
5. Problema Penerimaan Peserta Didik Baru
Terdapat banyak problem atau masalah yang
muncul dalam penerimaan peserta didik baru yang
harus diselesaikan. Pertama, adanya peserta didik
yang hasil tes, jumlah danem, kecakapannya sama
dan mereka berada pada batas bawah penerimaan
calon peserta didik baru. Kedua, adanya calon
peserta didik yang dari segi kemampuan/
potensinnya masih kalah di bandingkan dengan
yang lainnya sementara yang bersangkutan orang
tuanya mempunyai kekuasaan yang tinggi di daerah
tersebut. Ketiga, terbatasnya daya tampung sarana
prasarana sekolah sementara di daerah tersebut
sangat banyak calon peserta didik baru yang
mempunyai kecakapan yang tinggi. Ketiga masalah
tersebut haruslah dapat diselesaikan dengan baik
dan penuh bijaksana oleh kepala sekolah bersama
dengan panitia atau aparat sekolah lainnya.
2.2.5 Orientasi Peserta Didik Baru
Orientasi peserta didik baru merupakan kegiatan
pengenalan situasi dan kondisi lembaga pendidikan/
sekolah dimana peserta didik baru akan menempuh
pendidikan. Keadaan dan kondisi tersebut meliputi
lingkungan fisik dan ligkungan social sekolah. Tujuan
dari orientasi peserta didik adalah; “agar peserta didik
34
mengerti dan menaati peraturan yang berlaku
disekolah, agar peserta didik berpartisipasi aktif
kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, agar
peserta didik siap menghadapi lingkungan yang baru,
baik secara fisik, mental dan emosional sehingga
merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran,
agar peserta didik dapat melakukan adaptasi dengan
lingkungan sekolah”.
Berdasarkan uraian diatas, orientasi peserta
didik baru diperlukan bagi peserta didik baru agar
mereka mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang baru di sekitarnya. Penyesuaian lingkungan
dibutuhkan agar peserta didik nantinya dapat
bersosialisasi lebih luas dalam cakupan social. Para
peserta didik baru tersebut bukan hanya
berkomunikasi serta bergaul dengan teman sebayanya
saja, tetapi juga dengan orang yang lebih dewasa.
Kegiatan ini juga sebagai tahap awal bagi peserta didik
untuk mengenal berbagai tata tertib serta peraturan
yang ada di sekolah, dimana mereka mengenal aturan
yang belum mereka dapatkan di sekolah atau
dilembaga pendidikn sebelumnya.
2.2.6 Penempatan Peserta Didik
Penempatan peserta didik adalah kegiatan
pengelompokan peserta didik baru yang dilakukan
dengan system kelas. Pengelompokan peserta didik
pada kelas dilakukan sebelum peserta didik mengikuti
proses pembelajaran. Pengelompokan peserta didik
dapat dilakukan berdasarkan pada perbedaan individu
seperti bakat, minat dan kemampuan.
35
2.2.7 Pencatatan dan pelaporan peserta didik
Kegiatan ini dimulai sejak peserta didik diterima
di sekolah sampai peserta didik tamat/ lulus atau
meninggalkan sekolah. Pencatatan peserta didik
bertujuan agar sekolah bisa memberikan bimbingan
yang secara optimal terhadap peserta didik. Pelaporan
peserta didik dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab
sekolah agar pihak-pihak terkait bisa mengetahui
bagaimana perkembangan peserta didik di sekolah
tersebut. Sarana dan prasarana/ alat yang diperlukan
untuk mendukung pencatatan dan pelaporan peserta
didik adalah buku induk siswa, buku klaper siswa,
daftar presensi, buku catatan pribadi peserta didik,
daftar mutasi peserta didik, daftar nilai, buku leger,
dan buku rapor. Buku raport merupakan alat atau
sarana untuk melaporkan kumpulan prestasi belajar
anak kepada orang tu atau anak itu sendiri.
2.2.8 Pembinaan dan pengembangan peserta didik
Pembangunan dibidang pendidikan diarahkan
pada pengembangan sumber daya manusia yang
bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan
menghadapi tantangan kehidupan dimasa depan.
Melalui pendidikan, potensi sumber daya manusia
diaktualisasikan secara optimal dan seluruh aspek
kepribadian dikembangkan secara terpadu. Sejalan
dengan peningkatan mutu sumber daya manusia,
kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus
berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama
36
(Direktorat PSMP), Ditjen Mandikdasmen, dalam hal ini
telah melakukan berbagai upaya, baik pengembangan
mutu pembelajaran, pengadaan sarana dan prasarana,
perbaikan manajemen kelembagaan sekolah, maupun
pembinaan kegiatan kepesertadidikan.
Peningkatan mutu pendidikan disekolah
menyangkut aspek akademis dan non akademis yang
dilakukan dalam bentuk kegiatan kurikuler ataupun
ekstra kurikuler, melalui berbagai program yang
sistematis dan sistemik. Dengan upaya seperti itu
peserta didik (siswa) diharapkan memperoleh
pengalaman belajar yang utuh hingga seluruh modali-
tas belajarnya berkembang secara optimal.
Untuk pengembangan peserta didik meliputi
layanan layanan kusus yang menunjang manajemen
peserta didik. Layanan yang diperlukan peserta didik
disekolah meliputi: layanan bimbingan dan konseling,
layanan perpustakaan, layanan kantin, layanan
kesehatan,layanan transportasi, layanan asrama dan
layanan ekstrakurikuler. Sementara untuk layanan
asrama di MTs. NU 02 Al Ma’arif Boja Kabupaten
Kendal belum ada.
2.2.9 Evaluasi peserta didik
Evaluasi hasil belajar peserta didik berarti
kegiatan menilai proses dan hasil belajar peserta didik
baik yang berupa kegiatan kurikuler, kokurikuler,
maupun ekstrakurikuler. Kegiatan ini bertujuan untuk
melihat kemajuan/perkembangan belajar peserta didik
dalam hal penguasaan materi yang telah dipelajari
37
sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu yang telah
ditetapkan.
2.2.10 Kelulusan dan alumni
Kelulusan adalah “kegiatan paling akhir dari
manajemen peserta didik”. Kelulusan merupakan
pernyataan dari lembaga pendidikan bahwa peserta
didik telah menyelesaikan seluruh program pendidikan
yang harus diikuti dan berhasil lulus ujian akhir,
peserta didik tersebut berhak mendapatkan surat
tanda lulus atau sertifikat (STTB). Sementara itu
hubungan antara sekolah dengan para alumni tetap
dapat dipelihara lewat pertemuan-pertemuan yang
diselenggarakan oleh para alumni yang biasa disebut
Reuni. Bahkan saat ini setiap lembaga pendidikan
(sekolah) ada organisasi alumninya dalam bentuk IKA
(Ikatan Keluarga Alumni).
2.2.11 Mutasi Peserta didik
Secara garis besar mutasi peserta didik diartikan
sebagai “proses perpindahan peserta didik dari sekolah
satu ke sekolah lain atau perpindahan peserta didik
yang berada dalam sekolah”. Oleh karena itu ada dua
jenis mutasi peserta didik yaitu mutasi ekstern dan
mutasi intern(Badrudin, 2013:69).
1. Mutasi Ekstern
Mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik
dari satu sekolah ke sekolah yang lain. Perpindahan ini
hendaknya menguntungkan kedua belah pihak, artinya
perpindahan tersebut harus dikaitkan dengan kondisi
sekolah yang bersangkutan, kondisi peserta didik,
38
orang tuanya, serta sekolah yang akan ditempati (
Badrudin, 2013:69).
2. Mutasi Intern
Mutasi intern adalah perpindahan peserta didik
dalam suatu sekolah. Dalam hal ini berkaitan dengan
kenaikan kelas. Maksud kenaikan kelas adalah peserta
didik yang telah dapat menyelesaikan program
pendidikan selama satu tahun, apabila telah memenuhi
persyaratan untuk dinaikan, maka kepadanya berhak
untuk naik kelas berikutnya (Badrudin, 2013:71).
2.3 Peran serta guru dalam manajemen
peserta didik
Badrudin (2013:49) menyatakan pada dasarnya
pembinaan peserta didik disekolah merupakan
tanggungjawab semua tenaga kependidikan. Guru
merupakan tenaga pendidik yang kerap kali
berhadapan dengan peserta didik dalam proses
pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggungjawab
atas terselenggaranya proses tersebut di sekolah, baik
melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan.
Seluruh tanggung jawab itu dijalankan dalam upaya
memfasilitasi peserta didik agar kompetensi dan
seluruh aspek pribadinya berkembang optimal. Apabila
guru melakukan satu bagian dari tanggungjawabnya,
maka perkembangan peserta didik tidak mungkin
optimal. Dengan kata lain pencapaian hasil pada diri
peserta didik yang optimal, mempersyaratkan
pelayanan dari guru yang optimal pula. Oleh karena
guru merupakan tenaga kependidikan, maka guru pun
39
bertanggungjawab atas terselenggaranya pembinaan
peserta didik disekolah secara umum dan secara
khusus yang terpadu dalam setiap mata pelajaran yang
menjadi tanggungjawab masing-masing. Dengan
demikian setiap guru sebagai pendidik sebaiknya
memahami, menguasai, dan menerapkan kompetensi
bidang pembinaan peserta didik.
2.4 Peran serta kepala sekolah dalam
manajemen peserta didik
Keberhasilan program peserta didik yang terdapat
dalam kegiatan peserta didik dapat dipengaruhi oleh
beberapa factor, diantaranya sumber daya manusia
yang tersedia yaitu kepala sekolah yang dapat
meumuskan program kegiatan yang sesuai dengan
kebutukan sekolah dan mengambil keputusan yang
terbaik untuk kemajuan dan keberhasilan pendidikan.
Selain itu juga didukung oleh kemampuan dan
kreativitas dari guru-guru sebagai pembimbing dan
Pembina di lapangan, adanya dana, sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan serta dukungan
orang tua untuk memfasilitasi keikutsertaan anak-
anaknya dalam kegiatan/program ekstrakurikuler (
Daryanto, 2013:152).
Peran kepala sekolah dalam memajukan kualitas
lembaga pendidikan memiliki andil tersendiri,
mengingat kepala sekolah adalah pemegang kebijakan
sentral yang mengatur dinamika sebuah lembaga
40
pendidikan. Program dan kegiatan dapat berjalan
dengan lancar bila kepala sekolah dapat mengatur
struktur dan kewenangan masing-masing sumber daya
manusia, mengadakan rapat berkala, menetapkan
perencanaan kegiatan satu tahun, melakukan
terobosan kegiatan, mengadakan kerjasama dengan
pihak luar demi kemajuan sekolah serta melakukan
kaderisasi kepemimpinan.
Mulyasa (2013:44) menyatakan bahwa
kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh kepala
sekolah adalah bahwa peserta didik harus dapat belajar
secara optimal. Proses belajar harus menjadi perhatian
utama kepala sekolah, dan segala fasilitas yang ada
harus diarahkan pada kegiatan belajar peserta didik,
karena melalui proses belajar yang optimal paling tidak
peserta didik sudah dapat diberi layanan prima.
Layanan prima harus diberikan pada semua peserta
didik yang ada, bukan hanya peserta didik yang normal
saja, tetapi juga perlu diberikan pada peserta didik
yang mempunyai masalah seperti lambat belajar ( slow
leaner), karena peserta didik seperti ini harus mendapat
layanan dan pembelajaran yang agak berbeda. Layanan
peserta didik juga harus diarahkan pada tersedianya
sarana dan prasarana yang diperlukan oleh peserta
didik seperti buku, alat tulis dan alat-alat olahraga.
Layanan lainnya menyangkut kesehatan peserta didik
seperti perlunya P3K dengan anggota PMR yang sudah
41
terlatih. Perhatian pada peserta didik juga termasuk
bagaimana memperhatikan motivasi belajar mereka.
Peserta didik yang belajarnya masihmemerlukan
motivasi dibimbing dengan menugaskan guru
bimbingan dan konseling (Mulyasa, 2013:45).
2.5 Kerangka Berpikir
Satu-satunya manajemen yang dapat mengelola
seluruh sumber daya pendidikan di sekolah khususnya
masalah peserta didik adalah manajemen peserta didik.
Keberadaan manajemen peserta didik sangat dibutuh-
kan oleh lembaga pendidikan/ sekolah/ madrasah
karena peserta didik atau siswa merupakan subyek
sekaligus obyek dalam proses pemindahan atau
transformasi ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah
menyelenggarakan berbagai program dalam bidang
pendidikan, salah satunya adalah dalam bidang
kepesertadidikan. Semua kegiatan yang ada di
sekolah/madrasah pada akhirnya bertujuan untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan
potensi yang dimilikinya, oleh sebab itu peran kepala
sekolah dinilai sangat penting untuk menciptakan
situasi dan kondisi lingkungan sekolah agar para
peserta didik dapat mengembangkan dirinya secara
optimal. Program yang dilakukan melalui penerimaan
siswa baru, pembinaan peserta didik, dan pemantapan
program peserta didik. Penerimaan peserta didik baru
adalah suatu proses pendataan dan pelayanan kepada
peserta didik yang baru masuk sekolah, setelah mereka
42
memenuhi persyaratan tertentu yang telah ditetapkan
oleh suatu lembaga pendidikan.
Tanggungjawab yang dimiliki kepala sekolah
secara garis besar yang berkaitan dengan manajemen
peserta didik yaitu memberikan layanan kepada peserta
didik dengan cara memenuhi berbagai kebutuhan yang
mereka perlukan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan oleh sekolah sebelumnya secara efektif dan
efisien. Pencapaian hasil secara optimal yang diperoleh
pada diri peserta didik, mempersyaratkan pelayanan
dari para guru dan pengelola sekolah yang optimal
pula. Karena guru merupakan tenaga kependidikan,
maka guru juga bertanggungjawab atas terseleng-
garanya pembinaan kepesertadidikan di sekolah secara
umum dan secara khusus terpadu dalam setiap mata
pelajaran yang menjadi tanggungjawab masing-masing,
sehingga guru sebagai pendidik dapat lebih memahami,
menguasai, dan menerapkan kompetensi bidang
pembinaan kepesertadidikan.
Gambar Kerangka berpikir
PPDB
Kepala Sekolah
Managemen
Peserta Didik
Kegiatan Peserta Didik
Guru
Peserta
Didik /
Siswa
43
2.6 Penelitian Terdahulu
Adapun kajian atau hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah:
1. Khoiroh (2011) diperoleh kesimpulan yaitu pada
kegiatan manajemen kesiswaan di SD Ta’mirul Islam
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 meliputi:
perencanaan penerimaan siswa baru, penerimaan
siswa baru, pengorganisasian siswa, orientasi siswa,
pembinaan dan pelayanan siswa, penilaian siswa,
serta mutasi dan alumni siswa. Faktor
pendukungnya meliputi: kerja tim yang solid dalam
setiap penyelenggaraan kegiatan kesiswaan, sarana
dan prasarana yang mendukung, penciptaan
suasana nyaman oleh sekolah bagi siswa dan orang
tua, komitmen kepala sekolah, guru, dan karyawan
dalam melaksanakan kegiatan kesiswaan, serta
usaha sekolah yang turut melibatkan orang tua
dalam pengambilan keputusan terkait dengan
kegiatan siswa. Faktor penghambatnya meliputi:
pengelolaan website sekolah yang belum optimal,
razia terhadap siswakaitannya dengan penukaran
voucer sekolah yang juga belum optimal, pengelolaan
perpustakaan yang masih dilakukan secara manual,
kurangnya pemahaman dari beberapa orang tua
siswa terhadap sistem sekolah, serta keberadaan
psikolog yang tidak standby setiap hari. Dan semua
kegiatan manajemen kesiswaan di SD Ta’mirul Islam
44
Surakarta sudah sesuai dengan prinsip manajemen
kesiswaan.
2. Restia Kartika Dewi ( 2013) diperoleh kesimpulan
yaitu pada kegiatan Manajemen Kesiswaan SD Negeri
Di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati
Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: 1. Langkah-langkah penerapan
manajaemen kesiswaan pada penerimaan siswa baru
meliputi perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan. 2. Faktor pendukung penerimaan siswa
baru yaitu adanya kepedulian dan kerjasama komite,
guru dan wali murid, tersedianya dana dan daya
tamping siswa yang masih memungkinkan. Faktor
penghambatnya yaitu karena letak geografis,
persaingan antar sekolah, tradisi serta keberhasilan
KB. 3. Kegiatan kesiswaan yang telah dilakukan oleh
SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara mencakup
bimbingan konseling, ekstra kurikuler, Faktor
penghambat pelaksanaan program kegiatan
kesiswaan SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara
yaitu waktu pelaksanaaan kegiatan, letak geografis
serta belum adanya buku panduan dalam
pelaksanaan program kegiatan tersebut.
3. Nafia dan Karwanto (2014) diperoleh kesimpulan
yaitu pada kegiatan manajemen peserta didik di SMP
Baitussalam Surabaya meliputi: Pertama,
45
perencanaan penerimaan peserta didik baru yang
kegiatannya mencakup tentang kebijakan
penerimaan peserta didik berdasarkan kebijakan
Dinas Pendidikan dan kebijakan sekolah itu sendiri;
sistem penerimaan peserta didik baru sudah berjalan
dengan baik, terbuka dan transparan. Dalam
penerimaan peserta didik baru menggunakan sistem
online dan offline. Kedua, Pelaksanaan pembinaan
peserta didik meliputi kegiatan pembinaan disiplin
dan kegiatan ekstrakurikuler, pembinaan disiplin
dengan tindakan yang tegas dan memenuhi syarat
dalam membina peserta didik, dengan melibatkan
peserta didik, pihak sekolah, orang tua dalam
merumuskan butir-butir tata tertib; kegiatan ekstra
kurikuler diadakan agar peserta didik dapat
memperkaya dan memperluas wawasan
pengetahuan, mendorong peserta didik
mengembangkan minat dan bakatnya. Ketiga,
Evaluasi kelulusan dan alumni; kegiatan ini meliputi
evaluasi kelulusan dilihat dari hasil akir penilaian
para peserta didik serta melengkapi informasi
mengenai kemajuan belajar dan kemunduran peserta
didik sebagai bahan pertimbangan untuk kenaikan
peserta didik, Evaluasi alumni SMP Baitussalam
Surabaya dilakukan untuk menyediakan wadah bagi
para lulusan yang diikat dalam suatu organisasi
sekolah.
46
4. Hamdani (2009). Temuan hasil penelitian ini adalah
bahwa SDIP Al Madinah Sukoharjo telah
melaksanakan manajemen kesiswaan. Hal ini
terbukti dengan telah ditempuhnya program-
program manajemen kesiswaan. Aspek-aspek dari
manajemen kesiswaan berupa perencanaan
kesiswaan, penerimaan siswa baru,
pengorganisasian siswa, orientasi siswa baru,
pembinaan dan pelayanan siswa, organisasi siswa,
penilaian siswa serta mutasi dan alumni telah
terlaksana. Adanya factor-faktor yang mendukung
manajemen kesiswaan seperti personalia yang
kompak, sarana dan prasarana yang mencukupi,
program kerja yang jelas telah memberikan
kontribusi yang besar dalam keberhasilan siswa
untuk meraih prestasi. Manajemen kesiswaan
merupakan bagian yang sangat penting dan sangat
menetukan maju tidaknya pendidikan, shingga
mempengaruhi animo masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya ke SDIP Al Madinah
Sukoharjo.
5. Aminatun (2010) menunjukkan bahwa struktur
PPDB meliputi kepala sekolah selaku penanggung
jawab kegiatan, ketua panitiadan anggota-anggota
lainnya dengan menggunakan sistem kebijakan
yang berasal dari kepala sekolah dan diknas. Dalam
hal ini SD Pamongan 2 Kecamatan Guntur telah
mampu memanfaatkan sumber daya yang ada di
sekolah. Selanjutnya langkah awal kegiatan PPDB
47
adalah menentukan kebijakan dalam kegiatan
PPDB. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh
kepala sekolah dalam kegiatan PPDB adalah
membentuk panitia, mengalokasikan biaya
pelaksanaan PPDB di SDN Pamongan 2 Kecamatan
Guntur. Sekolah memberikan informasi dan
pengumuman terhadap warga setempat berkaitan
dengan pelaksanaan PPDB, membuka pendaftaran
PPDB selama dua minggu. Setelah pendaftaran
ditutup langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
dengan mengadakan seleksi para calon peserta
didik. Dengan criteria yang ditentukan oleh SDN
Pamongan 2 Guntur.