Assignment 2 Sport Principles and Practice by Kharisma Putra Kartono - PechaKucha
BAB II TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Kinerja 2.1.1 ...repository.uir.ac.id/676/2/bab2.pdfDan...
-
Upload
truongtram -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB II TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Kinerja 2.1.1 ...repository.uir.ac.id/676/2/bab2.pdfDan...
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1. Kinerja
2.1.1. Pengertian Kinerja
Semakin berkembangnya organisasi maka semakin banyak pula melibatkan
tenaga kerja dalam usaha menunjang kelancaran jalannya organisasi disamping
memperlihatkan faktor-faktor produksi lainnya. Jika kita berbicara mengenai
produk/ jasa yang dihasilkan oleh suatu organisasi maka hal tersebut tidak akan
terlepas dari permasalahan kinerja.
Pengertian kinerja menurut Siagan (2002:166) adalah suatu keadaan yang
menunjukkan kemampuan seorang karyawan dalam menjalankan tugas sesuai
dengan standar yang telah ditentukan oleh organisai kepada karyawan sesuai
dengan job description.
Kinerja merupakan cara yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan
seseorang dalam menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawab dan
wewenangnya.
Pengertian kinerja menurut Manullang (2002:132) adalah suatu keadaan yang
menunjukkan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan atau dihasilkan
seseorang, ataupun kelompok kerja sesuai dengan job description mereka masing-
masing.
Kinerja menurut Mangkunegara (2002:63) adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kemudian menurut Hasibuan (2001:34) mengemukakan kinerja adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanyayang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta
waktu.
Dan menurut Kartono (2000:32) adalah kemampuan dalam menjalankan
tugas dan pencapaian standar keberhasilan yang telah ditentukan oleh instansi
kepada karyawan sesuai dengan job yang diberikan kepada masing-sssmasing
karyawan.
Kinerja adalah tingkat terhadap para karyawan dalam mencapai persyaratan
pekerjaan. Penilaian kinerja adalah proses yang mengukur kinerja personalia atau
penilaian kinerja pada umumnya menyangkut baik aspek kualitatif maupun
kuantitatif dalam melaksanakan pekerjaan. Penilaian kinerja merupakan salah satu
fungsi personalia, atau disebut juga review kinerja, evaluasi kinerja, atau rating
personalia.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja individu, perlu
dilakukan pengkajian terhadap teori kinerja. Secara umum faktor fisik dan non fisik
sangat mempengaruhi. kondisi lingkungan fisik sangat mempengaruhi kondisi
karyawan dalam bekerja. Selain itu, kondisi lingkungan fisik juga akan
mempengaruhi berfungsi nya faktor lingkungan non fisik.
Menurut Handoko (2002:98) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah:
a. Keterampilan atau Pengalaman
Orang yang mempunyai pendidikan yang rendah, jelas mempunyai
keterampilan yang kurang, begitu juga orang yang sudah berpendidikan agak tinggi
masih tetap mempunyai produktivitas yang rendah. Oleh sebab itu, maka perlu
adanya keterpaduan antara keterampilan dengan pengalaman kerja. Orang atau
tenaga kerja yang masih muda atau baru mulai mengikuti karir, biasa bekerja agak
kurang pengalaman, hal ini dapat diatasi dengan cara mengikuti pelatihan kerja
diluar atau pada tempat kerja untuk meningkatkan keterampilan.
b. Faktor Pendidikan
Perusahaan perindustrian biasanya direkrtut dari orang-orang yang kurang
mempunyai pendidikan yang tinggi, perusahaan hanya membutuhkan kesehatan
fisik yang kuat untuk bekerja. Dengan adanya pendidikan yang kurang dari pekerja
akan menyebabkan penurunan kinerja.
c. Umur
Umur seseorang tenaga kerja agaknya dapat dijadikan sebagai tolak ukur
dari produktivitas, akan tetapi hal tersebut tidak selalu begitu. Teapi pengajaran
karir seseorang selalu diimbangi dengan jumlah umur, dimana semakin bertambah
lama orang itu bekerja, maka produktivitas dari orang tersebut akan meningkat.
b. Sarana Penunjang
Tingkat kemampuan pimpinan untuk menumbuhkan motivasi kerja sama
yang baik antara para pekerja sampai mengadakan pembagian kerja yang jelas
antara semua karyawan sangat berpengaruh teerhadap tingkar produktivitas.
Disamping itu dapat juga berupa penerapan teknologi sarana produksi yang cukup
canggih, hal ini akan menyebabkan tugas atau kerja dari karyawan tersebut
berkurang.
c. Faktor Semangat dan Kegairahan Kerja
Dengan adanya dorongan moril terhadap para pekerja akan meningkatkan
kinerja. Dorongan moril tersebut dapat beerupa memberikan semangat dan
kegairahan kerja pada pekerja. Seperti yang dikemukakan oleh pakar manajemen,
semangat dan kegairahan kerja merupakan poblematik yang harus mendapat
perhatian yang serius.
d. Faktor Motivasi
Adalah suatu dorongan dalam diri karyawan untuk melakukan suatu kegiatan
atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai kinerja dengan predikat
yang bagus.
e. Komunikasi yang efektif
Terciptanya komunikasi yang efektif antara atasan dengan karyawan banyak
dipakai sebagai alasan oleh karyawan untuk menyukai pekerjaan nya. Dalam hal
ini, adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami, dan
mengakui pendapat atau prestasi karyawannya sangat berperan untuk kinerja
karyawan tersebut.
Penting bagi atasan untuk mengusahakan terciptanya komunikasi yang efektif
dalam organisasi, sebab dengan efektifnya komunikasi, maka akan memicu
peningkatan kinerja karyawan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas yang
artinya bagi setiap perusahaan terjadi peningkatan produksi dan pengurangan biaya
melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawannya.
Menurut Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson didalam buku Sumber
Daya Manusia Menghadap Abad Ke-21 Edisi Jilid 6 (1997:3) mengatakan perilaku
atasan harus mendukung kesehatan dan keselamatan, keanekaragaman, kerja
kelompok, kinerja yang tinggi, dan pengendalian mutu. Atasan harus
memberdayakan karyawan, berkomunikasi dengan pelanggan, bekerja sama
dengan yang lain perusahaan, dan berkomunikasi secara efektif dengan setiap
karyawan, agar meningkatkan kinerja yang baik. Praktek SDM memainkan peran
penting dalam mengubah perilaku atasan yang lama supaya konsisten dengan
bentuk organisasi dan harapan-harapan yang baru. Kompensasi, pelatihan, dan
pengembangan serta sistem manajemen kinerja semuanya harus digabungkan untuk
menyampaikan pesan yang jelas dan konsisten sehingga merangsang serta
mendukung perilaku dalam mencapai sasaran bisnis.
Kemudian menurut Sedarmayanti (2009:51), menyatakan bahwa kinerja
meliputi beberapa aspek, yaitu:
1) Quality of work (kualitas pekerjaan)
2) Promptness (kecepatan)
3) Initiative (prakarsa)
4) Capability (kemampuan)
5) Communication (komunikasi).
Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas
maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun
kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan
agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi.
Menurut Simamora (2004:339-340) yang mempengaruhi dimensi kinerja
adalah:
1. Memikat dan menahan orang didalam organisasi
Hal ini berarti bahwa agar organisasi berfungsi secara efektif, organisasi itu
haruslah meminimalkan tingkat perputaran karyawan, ketidakhadiran, dan
keterlambatan, memberikan kenaikan gaji yang memuaskan, jenjang karir yang
lebih baik, memberikan fasilitas dan sarana yang mendukung aktivitas pekerjaan,
dan menandatangani surat perjanjian kerja.
2. Penyelesaian tugas yang handal
Setiap karyawan diberi tugas dan tanggung jawabnya dalam menyelesaikan
tugas pekerjaannya, oleh sebab itu penyelesaian tugas harus yang handal perlu
diperhatikan agar tolak ukur minimal kuantitas dan kualitas kinerja dapat tercapai,
seperti hasil kerja yang memuaskan, lingkungan kerja, pencapaian pekerjaan, tepat
waktu dalam menyelesaikan pekerjaan, disiplin waktu kerja, ketelitian dalam
bekerja, tanggung jawab karyawan.
3. Prilaku inovatif dan spontan
Disamping persyaratan tugas formal, prilaku lainnya juga memperngaruhi
efektifitas sebuah organisasi. Aktifitas-aktifitas ini disebut prilaku inovatif dan
spontan, organisasi tidak dapat mengawasi segala kemungkinan dalam aktifitas-
aktifitasnya, sehingga efektifitas dipengaruhi oleh kesedihan kalangan karyawan.
Seperti kerja sama dengan rekan sekerja, tindakan protektif, gagasan konstruktif,
pelatihan diri karyawan.
Menurut Rucky (2001:9) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan, yaitu:
1. Sarana dan prasarana
Hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi dan kelayakan serta kemampuan
semua sarana maupun prasarana fisik yang dimiliki seperti seperti bangunan, lay
out, kelayakan mesin dan segala peralatan yang ada.
2. Proses kerja atau metode kerja
Bila objeknya sebuah perusahaan manufaktur maka tim ini akan terdiri dari
para ahli teknik industry dan ahli proses produksi.
3. Kemampuan sumber daya manusia
Yaitu kemampuan karyawan dalam mengaplikasikan tugas-tugas mereka
secara nyata dilapangan.
4. Gairah kerja atau motivasi
Gairah kerja sangat mempengaruhi kinerja sumber daya manusia suatu
perusahaan, untuk itu perlu diperhatikan system imbalan atau penggajian yang
mencakup intensif, bonus dan penilaian prestasi kerja.
5. Kualitas
Kualitas akan sangat membantu perusahaan terutama yang meliputi
ketelitian, kesesuaian, kecakapan, kesungguhan dan tanggung jawab. Adapun
faktor yang memperngaruhi pencapaian kinerja adalah faktor yang kemampuan dan
faktor motivasi
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa pencapaian kinerja seseorang
karyawan ditentukan oleh kemampuannya dalam bekerja yang meliputi
pengetahuan dan keterampilan serta motivasi kerjanya yang merupakan sikap
karyawan dalam menghadapi situasi kerja.
1. Faktor kemampuan
Secara psikologis kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + skill). Artinya, karyawan yang
memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110 – 120), dengan pendidikan yang memadai
untuk jabatan dan terampil dalam melaksanakan pekarjaan sehari-hari, maka ia
akan lebih mudah mencatat kinerja yang diharapkan.
2. Faktor Motivasi Kerja
Motivasi yang diberikan kepada bawahan khususnya merupakan dorongan
yang sangat berpengaruh pada peningkatan kemajuan yang akan dicapai sesuai
dengan yang diharapkan. Motivasi yang diberikan atasan kepada bawahan
hendaklah yang sesuai dengan peningkatan karir, karena dorongan yang baik dan
benar akan membuat rasa puas bagi bawahan untuk lebih giat bekerja. Dengan
adanya perhatian yang diberikan pimpinan kepada bawahan sudah ada nilai
tersendiri bagi bawahan, makan mereka sudah lebih diperhatikan, baik dorongan
untuk lebih rajin bekerja maupun dorongan untuk loyal kepada perusahaan.
Menurut Muchdarsyah bahwa kerja produktif memerlukan keterampilan
kerja yang sesuai dengan isi kerja atau paling tidak mempertahankan cara kerja
yang sudah baik. Kerja produktif memerlukan faktor pendukung yaitu:
a. Kemampuan kerja yang tinggi
b. Kompensasi yang dapat memenuhi kebutuhan minimum
c. Jaminan sosial yang memadai
d. Kondisi kerja yang manusiawi
e. Hubungan kerja yang harmonis.
Seorang pemimpin dituntut harus dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan oleh karyawan guna memotivasi semangat dan gairah kerja
karyawan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Sedangkan kebutuhan menurut Kartono (2000:32) diurutkan sebagai berikut:
a. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan dasar manusia seperti sandang
dan pangan.
b. Kebutuhan rasa aman, ini merupakan kebutuhan akan keselamatan dan
terhindar dari ancaman yang dapat terjadi baik secara fisik maupun mental.
c. Kebutuhan sosial, dimana tercapainya suatu kelompok kerja yang saling
bersahabat.
d. Kebutuhan harga diri (ego), ini merupakan kebutuhan akan penghargaan diri
diterima dan dikenal orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan ini adalah pengembangan segenap
kemampuan yang terdapat pada diri seseorang.
2.1.3. Dimensi Kinerja
Dalam melakukan penilitian terhadap kinerja yang berdasarkan pada
deskripsi perilaku spesifik, maka ada beberapa dimensi atau kriteria yang perlu
diperhatikan. Merurut Gomes (2000:74) dimensi yang perlu diperhatikan itu
adalah:
1. Quantity of work, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode
waktu yang ditentukan
2. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapannya
3. Job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
pengetahuannya
4. Creativenessian, keaslian gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul
5. Cooperation, yaitu kesadaran untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama
anggota organisasi)
6. Dependability, yaitu kesadaran yang dipercaya dalam hal ini kehadiran dan
penyelesaian pekerjaan
7. Initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung jawabnya
8. Personal qualities, yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah
tamahan dan integrasi pribadi.
Mangkunegara (2009:9) menyatakan “hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadaya”. Menurut Mangkunegara
(2009:67) kinerja karyawan dapat dinilai dari:
1. Kualitas kerja
Menunjukkan kerapihan, ketelitian, keterkaitan hasil kerja dengan tidak
mengabaikan volume pekerjaan. Adanya kualitas kerja yang baik dapat
menghundari tingkat kesalahan, dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang dapat
bermanfaatbagi kemajuan perusahaan.
2. Kuantitas kerja
Meununjukkan banyaknya jumlah jenis pekerjaan yang dilakukan dalam
suatu waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana sesuai dengan tujuan
perusahaan.
2.1.4. Tujuan dan Manfaat Kinerja Karyawan
Tujuan dan manfaat dari penerapan manajemen kinerja adalah:
a. Meningkatkan prestasi kerja karyawan, baik secara individu maupun sebagai
kelompok.
b. Membantu perusahaan untuk dapat menuyusun program pengembangan dan
pelatihan karyawan yang lebih tepat guna.
c. Peningkatan yang terjadi pada prestasi karyawan secara perorangan pada
gilirannya akan mendorong kinerja karyawan secara keseluruhan yang
direfleksikan dengan kenaikan produktivitas.
d. Merangsang minat dalam pengembanagan pribadi dengan tujuan
meningkatkan hasil kerja dan prestasi pribadi serta potensi laten karyawan.
e. Menyediakan alat/sarana untuk membandingkan prestasi kerja pegawai
dengan tingkat gaji, atau imbalan sebagai bagian dari kebijakan dan sistem
imbalan yang baik.
f. Memberikan kesempatan pada pegawai untuk mengeluarkan perasaannya
tentang pekerjaan atau hal-hal yang ada kaitannya.
Sedangkan menurut Efendi (2002:195), manfaat dari pengukuran kinerja
karyawan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan prestasi kerja, dimana pimpinan maupun karyawan akan
memperoleh umpan balik dan kesempatan mereka untuk memperbaiki
pekerjaannya.
2. Kesempatan kerja yang adil, karena akan diperoleh kesempatan untuk
penempatan posisi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.
3. Kebutuhan akan pendidikan bagi karyawan yang mempunyai kemampuan
dibawah standar kerja.
2.1.5. Kinerja Supervisor dan Sales
Supervisor ditutut memiliki jiwa pemimpin, leader, maupun memimpin dan
membina karyawan dibawahnya, problem solver. Seorang supervisor harus
memiliki kriteria pemimpin yang baik dan adil, hal ini dikarnakan vitalnya peran
supervisor dalam kesuksesan perusahaan. Tugas supervisor dan tanggung jawabnya
memang penting untuk perusahaan, namun secara garis besar supervisor dapat kita
bagi menjadi 5 tanggung jawab yang besar yaitu :
1. Planning, merencanakan kegiatan yang menjadi tugasnya.
2. Organizing, mengordinasikan kegiatan dan tugas agar berjalan lancar.
3. Staffing, memastikan setiap orang yang terlibat pada tugas dan pekerjaan
dapat berjalan lancar.
4. Controlling, melakukan kontrol terhadap kegiatan dalam grup serta pekerjaan
yang dilakukan oleh grup tersebut.
Kemudian untuk mengembangkan salesman, supervisor harus mengetahui
terlebih dahulu tingkatan kompetensi salesman. Oleh karna itu, supervisor harus
melaksanakan evaluasi kinerja bagi setiap salesman. Ini merupakan hal yang
penting dalam menjalankan roda organisasi.
Dalam evaluasi, penjualan merupakan hal yang paling utama. Tugas inti
salesman adalah menjual sehingga wajar saja jika bobot penilaian berdasarkan hasil
penjualan yang didapatkan mereka. Setiap salesman harus memiliki pengtahuan
yang mendalam tentang produk mereka sendiri, produk pesaing atau produk
pengganti. Selain itu salesmen juga memiliki pengetahuan tentang area atau
wilayah kerjanya, pelanggan, juga kebijakan perusahaan.
2.2. Komunikasi
2.2.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang frundamental dalam kehidupan. Pengertian
komunikasi internal sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, dari banyak
pengertian tersebut juka dianalisis pada prinsip nya dapat disimpulkan bahwa
komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan
menerima pesan yang terdistori oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks
tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan
umpan balik.
Menurut Wibowo (2013:241) komunikasi adalah proses penyampaian
informasi dari satu pihak atau individu kelompok atau organisasi sebagai sender
kepada pihak lain sebagai receiver untuk memahami dan terbuka peluang
memberikan respon balik kepada sender.
Sedangkan menurut Djoko (2006:03) komunikasi adalah suatu proses
pertukaran informasi antara individu melalui suatu system yang biasa (lazim),baik
dengan symbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.
Menurut Sendjaja (2002:03) komunikasi adalah suatu tingkah laku perbuatan
atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung
makna dan arti atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atas informasi dari
seseorang kepada orang lain.
Menurut Robbins (2010:77) komunikasi adalah perpindahan dan pemahaman
makna. Ini berarti jika informasi atau ide-ide belum disampaikan komunikasi belum
dilakukan. Pembicara yang tidak didengar atau materi nya tidak dibaca belum
berkomunikasi.
Menurut Arni (2011:04) komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun
nonverbal antara si pengirim dan penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.
Pengirim pesan dapat berupa seseorang individu, kelompok atau orgasisasi.
2.2.2. Proses Komunikasi
Wibowo (2013:243) proses komunikasi secara umum, tahap dalam proses
komunikasi dapat disampaikan sebagai berikut:
a. Sender, adalah individu, kelompok atau organisasi yang ingin menyampaikan
pesan kepada individu, kelompok atau organisasi lain, yaitu receiver.
b. Encoding, adalah menerjemahkan pemikiran tentang apa yang ingin
disampaikan kedalam kode atau bahasa yang dapat dimengerti orang lain. Ini
membentuk dasar dari pesan kemudian perlu memilih saluran yang digunakan
untuk membagikan pesan.
c. Massage, adalah pesan yang merupakan informasi yang ingin disampaikan
sender kepada receiver.
d. Chanel atau medium, merupakan saluran yang akan dipakai untuk
menyampaikan pesan. Variasi saluran komunikasi sangat banyak dan
berjenjang tingkat kekuatan komunikasi nya.
e. Deconding, memecahkan sandi, meripakan proses menginterprestasikan dan
membuat masuk akal pesan yang diterima receiver.
f. Receiver, adalah orang, kelompok, atau organisasi kepada siapa pesan
dimaksud untuk diterima. Kemudia receiver menciptakan arti dari pesan yang
diterimanya.
g. Noise, merupakan suatu yang terganggu terhadap penyampaian dan
pemahaman terhadap pesan. Ini dapat mempengaruhi setiap bagian dari
proses komunikasi. Merupakan faktor yang dapat mendistori kejelasan pesan
pada setiap titik selama proses komunikasi.
h. Feedback, merupakan pengetahuan tentang dampakpesan pada receiver dan
menimbulkan reaksi receiver disampaikan kepada sender.
Dalam bukunya Suharsono dan Lukas (2013:20) proses komunikasi itu terjadi
berdasarkan unsure-unsur komunikasi sebagai berikut:
a. Sumber - penerimaan (source-receiver)
Individu yang terlibat dalam komunikasi baik komunikator maupun
komunikan (Communicate) keduanya dalam proses komunikasi memiliki /
menjalankan fungsi merumuskan dan mengirimkan pesan (fungsi sumber) dan
merasakan serta memahami pesan (fungsi menerima). Masing-masing memiliki
keunikan (gaya) tersendiri.
b. Kompetensi (compentece)
Kompetensi, pada dasarnya merupakan kemampuan setiap individu yang
terlibat dalam proses komunikasi. Kemampuan disini meliputi: berbahasa,
pengetahuan, pemilihan waktu yang tepat, gaya serta dengan siapa berkomunikasi,
dan sebagainya.
c. Pesan (massages)
Pesan merupakan sinyal yang merangsang bagi penerima. Pesan dapat berupa
hal-hal yang dapat didengar, dirasa, dilihat, dicium, gerak tubuh, dan sebagainya.
d. Umpan balik dari dalam diri (self-feedback)
Ketika kita menyampaikan atau menyampaikan pesan, kita bias merasakan,
melihat yang kita lakukan, dan mendengar suara kita sendiri. Atas dasar informasi
ini maka kita dapat memperbaiki, cara, sikap suara kita, dan sebagainya.
e. Umpan balik (feedback)
Pada dasarnya merupakan respon atau tanggapan terhadap yang diterima dari
komunikator (pengirim). Tanggapan ini bisa berupa penerimaan atau penolakan.
f. Saluran (chanel)
Saluran merupakan sarana atau alat bantu yang digunakan dalam proses
komunikasi.
g. Gangguan (noise)
Gangguan pada dasarnya adalah suatu yang mengurangi bahkan
menghilanghkan efektivitas proses komunikasi yang sedang berlangsung.
Gangguan ini dapat berupa fisik, psikologis, semantic dan teknologis.
h. Akibat (effects)
Komunikasi selalu menghasilkan akibat, yaitu konsekuensi yang dialami oleh
satu atau semua pihak. Akibat ini pada dasarnya merupakan perubahan yang terjadi
sevagai hasil dari proses komunikasi tersebut.
i. Konteks (context)
Komunikasi selalu berlangsung dalam konteks tertentu. Konteks dapat
berkaitan dengan lingkungan fisik, sosial psikologis, dan waktu berpengaruh
terhadap bentuk, cara atau gaya dan isi komunikasi.
2.2.3. Komunikasi yang Efektif
Bagi perusahaan, komunikasi yang efektif adalah kebutuhan yang penting.
Dengan komunikasi yang efektif, manajer dapat menjalankan fungsi-fungsi
manajemen yaitu merencanakan, mengorganisasikan, dan memimpin serta
mengendalikan organisasi.
Dengan komunikasi yang efektif akan meminimalisir terjadinya miss comunication
antara pihak yang berkomunikasi. Informasi yang jelas dapat membantu karyawan
dalam melaksanakan tugas secara maksimal. Apabila tugas dapat dijalankan dengan
maksimal, hal ini berdampak positif karena menguntungkan perusahaan.
Komunikasi yang efektif berperan penting dalam perusahaan. Namun, komunikasi
yang tidak efektif menjadi hambatan bagi pihak yang saling berkomunikasi.
Hambatan dalam berkomunikasi yang efektif adalah:
a. Mendengarkan yang hanya ingin didengar
b. Mengabaikan informasi yang tidak ingin didengar
c. Menilai dari sumber yang informasi yang didapatkan
d. Menilai persepsi orang lain yang berbeda dengan persepsi sendiri
e. Pengaruh emosi diri sendiri
f. Gangguan media informasi
Komunkai yang efektif perlu diterapkan dalam perusahaan. Dengan adanya
komunikasi yang efektif tersebut, akan berdampak positif terhadap perusahaan.
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi efektifitas dalam berkomunkasi.
1. Jalur komunikasi normal
Dengan menggunakan bahasa formal akan memberikan dampak positif
berupa kejelasan dari informasi yang telah disampaikan.
2. Wewenang jabatan
Orang yang lebih tinggi jabatannya cenderung lebih mudah berkomunikasi
dengan bawahannya. Dalam hal ini atasan memiliki kewenangan untuk
berkomunikasi dengan bawahan begitu pula sebaliknya.
3. Spesialisasi jabatan
Dalam ruang lingkup jabatan yang sama akan memudahkan untuk melakukan
komunkasi secara efektif. Karena masing-masing individu paham akan posisi
masing-masing.
4. Keterampilan berkomunikasi
Seseorang yang terampil dalam hal berbicara, menulis dan membaca tentu
akan lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Dengan komunikasi yang efektif antara atasan dengan karyawan akan
memberikan dampak positif yang menguntungkan perusahaan. Efektivitas dalam
berkomunikasi perlu diterapkan dan ditingkatkan agar kinerja antar karyawan dapat
lebih baik dari sebelumnya.
Efektivitas komunikasi perlu ditingkatkan demi tercapainya komunikasi yang
baik antar jabatan dalam organisasi. Komunikasi yang jelas dan efektif akan
meningkatkan kinerja karyawan sehingga dapat menguntungkan perusahaan.
Peningkatan efektivitas komunikasi dapat dilakukan dengan:
a) Kesadaran akan kebutuhan komunikasi efektif
b) Penggunaan umpan balik
c) Menjadi komunikator yang yang lebih efektif
d) Pedoman komunikasi yang baik
2.2.4. Hambatan Komunikasi
Robbins dan Judge (2011:393) menunjukkan adanya beberapa faktor yang
menjadi hambatan dalam komunikasi yaitu: filtering, selective perception,
information overload, emotion, language, silence, communication apprehention,
gender diverencies, dan political corret communication. Sedangkan McShane dan
Von Glinow (2010:282) lebih pada mencermati masalah information overload.
Hambatan terhadap komunikasi yang efektif dikemukakan Kreitner dan Knicki
(2010:404).
Berbagai hambatan dalam komunikasi tersebut dapat dibahas seperti dibawah
ini:
a. Filtering, menunjukkan bahwa sender secara sengaja memanipulasi informasi
sehingga receiver akan melihat lebih favourable.
b. Selective perception, receiver dalam proses komunikasi secara selektif melihat dan
mendengar berdasarkan pada kebutuhan, pengalaman, latar belakang dan
karakteristik personal lainnya.
c. Information overload, individu mempunyai kepastian terbatas untuk memproses
data. Apabila informasi yang harus kita kerjakan melebihi kepastian memproses,
hasilnya adalan informasi overload.
d. Emotions, kita dapat menginterprestasikan pesan yang sama secara berbeda. Emosi
yang ekstrim seperti kegirangan atau depresi mungkin menghalangi komunikasi
yang efektif.
e. Language, ketika kita melakukan komunikasi dengan bahasa yang sama, kita
berarti berbeda bagi orang yang berbeda.
f. Silence, adalah mudah untuk mengabaikan silence atau kekurangan komunikasi
dengan tepat karena didefenisikan oleh ketiadaan informasi.
g. Communication Apprehesion, diperkirakan 5-20% penduduk menderita pelemahan
pengertian komunikasi atau kegelisahan sosial. Orang ini mengalami ketegangan
yang tidak semestinya dan kegelisahan dalam komunikasi lisan, komunikasi tertulis
atau keduanya.
h. Gender Differences, pembicaraan cenderung dipergunakan oleh pria untuk
menekan status, sedangkan wanita cenderung menggunakan.
i. Politically Corret Communication, berarti menjadi tidak ofensif dimana makna dan
penyederhanaan hilang atau kebebasan berekpresi dirintangi.
j. Personal Barriers, menunjukkan setiap atribut individual yang menghindari
komunikasi.
k. Physicial Barriers, hambatan fisik dapat berupa suara, waktu, tempat, dan lain
sebagainya. Seperti perbedaan zona waktu, gangguan saluran telepon, jarak dari
orang lain dan computer rusak.
2.2.5. Konteks Komunikasi
a. Komunikasi Intrapribadi
Adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu
berperan baik sebagai komunikator atau komunikan. Dia berbicara dengan dirinya
sendiri, dia berdialog dengan dirinya, dia bertanya dengan diri nya dan dijawab
dengn diri nya sendiri.
Dalam kehidupannya seharihari semua memiliki pengalaman yang berkenaan
dengan perasaan atau suasana kebatinan yang dilakukan dialog internal, dan hal ini
dapat berlangsung secara variatif dan satu orang ke orang lain. Selain membuat
penilain terhadap orang lain, untuk menilai diri sendiri. Orang memiliki
kemampuan untuk mengevaluasi dirinya sendiri.
b. Komunikasi Antar Pribadi
Adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau
diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan
balik seketika. Berdasarkan devenisi devito komunokasi antar pribadi dapat
berlangsung antar dua orang yang memang sedang berdua-duaan seperti suami istri
yang sedang bercakap-cakap, atau dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya
dalam sebuah acara seminar, selalu terdapat komunikasi antara penyaji makalah
dan peserta seminar.
c. Komunikasi Kelompok
Filsuf Belanda, Baruch Spinuza menyatakan bahwa manusia adalah bintang
social. Pernyataan ini sangat diperkuat oleh psikolog modern, yang menunjukkan
bahwa orang lain mempunyai pengaruh sangat besar pada sikap kita, perilaku dan
bahkan persepsi kita.
Orang lain mempengaruhi kita berada dalam kelompok dimana kita menjadi
anggotanya, besar atau kecil, formal atau informal. Kelompok orang bisa
mempunyai dampak yang besar, keanggotaan kelompok dapat menciptakan sikap
prasangka yang sulit diubah. Kelompok mempengaruhi perilaku komunikasi orang
dalam cara-cara lain.
Berikut ini adalah 3 dari jenis-jenis kelompok yang penting:
1. Kolompok primer (Primary Group)
Adalah sebuah kelompok (duaorang atau lebih) yang melibatkan perkumpulan
dan anggotanya bertemu langsung dengan akrab selama jangka waktu yang lama.
2. Kelompok acuan (Reference Group)
Adalah sebuah kelompok yang dikenal dan digunakan sebagai standar acuan
namun tidak mesti dimiliki.
3. Kelompok kasual (Casual Group)
Adalah kelompok yang terbentuk satu kali saja. Dan anggota kelompok
tersebut tidak saling mengenal satu sama lainnya sebelum mereka berkumpul.
d. Komunikasi publik
Adalah komunikasi antara seseorang pembicara dengan sejumlah besar
khalayak yang tidak bisa dikenali satu persatu, sebagaimana dapat dilihan dalam
pidato, caramah, seminar, dan sebagainya. Berkaitan dengan pengertian tersebut,
dibawah ini penulis menguraikan beberapa teori mengenai kominukasi publik.
Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontinu
dapat diidentifikasi siapa yang berbicara (sumber) dan siapa pendengarnya.
Interaksi antara sumber dan penerimaan terbatas, sehingga tanggapan balik juga
terbatas. Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan sangat terbatas, dan
jumlah khalayak relative besar. Sumber sering tidak dapat mengidentifikasi satu
persatu pendengarnya.
e. Komunikasi Organisasi
Organisasi merupakan sekumpulan atau sistem individual yang melalui satu
hierarki jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dari batasan tersebut dapat digambarkan, bahwa dalam satu organisasi masyarakat
adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua
individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang sangat jelas,
seperti pimpinan, staf pimpinan, dan karyawan.
f. Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan unsure utama dalam segala kegiatan kehidupan
manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya
dengan segala aspek kehidupan, sehingga setiap perubahan penting yang terjadi
pada keseluruhan kehidupan manusia dan masyarakat, tidak terkecuali pada pranata
dan lembaganya. Dengan bantuan dari media-media tersebut, setiap individu dapat
dengan mudah menyampaikan pesan-pesan komunikasinya tanpa mengenal ruang
dan waktu.
2.2.6. Bentuk-Bentuk Komunikasi
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim
digunakan dalam dunia bisnis untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada
pihak lain baik secara tertulis (written) maupun lisan (oral). Bentuk komunikasi
verbal ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik, sehingga
tujuan penyampaian pesan-pesan bisnis dapat tercapai dengan baik.
Komunikasi yang efektif sangat bergantung pada keterampilan seseorang dalam
mengirim maupun menerima pesan. Secara umum, untuk menyampaikan pesan-
pesan bisnis, seorang dapat menggunakan tulisan maupun lisan, sedangkan untuk
menerima pesan-pesan bisnis, seorang dapat menggunakan pendengaran dan
bacaan.
a. Berbicara dan menulis
Pada umumnya, untuk mengirimkan pesan-pesan bisnis, orang lebih senang
berbicara (speaking) daripada menulis (written) suatu pesan. Alasannya,
komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis (efesien), dan cepat dalam
menyampaikan pesan-pesan bisnis. Pada umumnya bagi para pelaku bisnis,
penyampaian pesan-pesan bisnis secara tertulis relatif lebih jarang dilakukan.
Meskipun demikian, bukan berarti bahwa komunikasi secara tertulis tidak penting,
mengingat tidak semua hal bisa disampaikan secara lisan.
Pesan yang sangat penting dan kompleks, lebih tepat disampaikan secara
tertulis. Adapun bentuk-bentuk komunikasi tertulis dalam dunia bisnis antara lain
meliputi surat (macam-macam surat bisnis), memo, dan laporan.
b. Mendengar dan membaca
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi dua arah. Orang-orang yang
terlibat dalam dunia bisnis cenderung lebih suka memperoleh atau mendapatkan
informasi daripada menyampaikan informasi. Untuk melakukan hal tersebut,
mereka memerlukan keterampilan mendengarkan (listening) dan membaca
(reading) yang baik.
Kebanyakan orang dalam dunia bisnis memiliki kemampuan mendengarkan
yang relatif lemah (kurang baik). Sebagai contoh, ketika seorang mengikuti seminar
bisnis, informasi yang dapat diserap dalam benak pikiran peserta mungkin hanya
setengah dari yang diucapkan pembicara (narasumber). Beberapa hari kemudian
pesan yang masih dapat diingat mungkin tinggal seperempatnya.
Kemudian dalam hal membaca, seorang sering mengalami kesulitan dalam
mengambil pesan-pesan penting dari suatu bacaan.
Meskipun mendengar dan membaca adalah hal yang berbeda, keduanya
memerlukan pendekatan yang serupa. Langkah pertama adalah mencatat informasi.
Hal ini berarti bahwa, seseorang harus memusatkan perhatian pada pembicaraan
yang tengah berlangsung atau bahan yang sedang dibacanya.
Setelah dapat menangkap inti pembicaraan atau bacaan, langkah selanjutnya
adalah menafsirkan dan menilai informasi. Langkah ini merupakan bagian
terpenting dari proses mendengar. Seiring melakukan penyaringan suatu informasi,
seseorang harus dapat memutuskan mana informasi yang penting dan mana yang
tidak penting. Suatu pendekatan yang dapat dilakukan adalah mencari ide pokok
(main idea) dan ide-ide pendukung (supporting idea) secara rinci. Jadi, untuk dapat
menyerap informasi dengan baik seorang harus berkonsentrasi pada apa yang
sedang dibaca atau didengar.
2. Komunikasi Nonverbal
Bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis adalah
komunikasi nonverbal (nonverbal communication). Menurut teori antropologi,
sebelum manusia menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan-
gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat komunikasi dengan
orang lain.
Pada umumnya, komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang
terstruktur, sehingga membuat komunikasi nonverbal sulit untuk dipelajari,
komunikasi nonverbal juga lebih bersifat spontan dibandingkan dengan komunikasi
verbal dalam hal penyampaian suatu pesan.
a. Pentingnya komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal sering tidak terencana atau kurang terstruktur. Namun,
komunikasi nonverbal mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada komunikasi
verbal. Salah satu keunggulan komunikasi nonverbal adalah kesahihan
(reliabilitas).
b. Tujuan komunikasi nonverbal
Menurut Thil dan Bovee dalam Excellence in Business Communications,
komunikasi nonverbal mempunyai enam tujuan, yaitu :
1. Memberikan informasi
2. Mangatur alur suatu percakapan
3. Mengekpresikan emosi
4. Memberi sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan
verbal
5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain
6. Mempermudah tugas-tugas kusus
Kemudiah bentuk-bentuk komunikasi selain komunikasi verbal dan
nonverbal, ada juga yang bentuk komunikasi vertikal dan horizontal. Menurut
Bangun Wilson (2012:367) adalah :
1. Komunikasi ke Bawah
Komunikasi kebawah (downward communication) adalah penyampaian
informasi yang mengalir dari atasan kepada bawahan sesuai dengan garis komando
dalam suatu organisasi. Komunikasi ini dilakukan bertujuan agar para pemimpin
lebih mudah dalam pengambilan keputusan. Informasi yang disampaikan oleh
atasan dapat berupa :
1. Pengarahan pelaksanaan tugas
2. Instruksi pekerjaan
3. Informasi kebijakan
4. Prosedur pekerjaan
Komunikasi kebawah dapat dilakukan melalui pidato, rapat, telepon, dan berita
selentingan (grapevine). Sedangkan komunikasi tertulis dapat dilakukan melalui
surat, pamflet, memorandum, papan pengumuman, bulletin dan lain sebagainya.
Dalam komunikasi kebawah, para atasan melakukan komunikasi dengan para
bawahannya masing-masing sesuai dengan garis komando. Para atasan pada
masing-masing departemen dalam suatu perusahaan memberikan perintah kepada
para bawahannya tentang tugas yang akan mereka lakukan sesuai dengan fungsinya
masing-masing.
2. Komunikasi ke Atas
Komunikasi keatas (upward communication) adalah informasi yang berasal
dari bawahan ke atasan. Komunikasi ke atas digunakan dalam pengajuan usul dan
saran, keluhan, pengaduan, dan penetapan saran dengan penerapan Management By
Objective (MBO). Bentuk komunikasi ini mempunyai kelemahan karena ada
anggota organisasi yang menyampaikan informasi yang tidak benar kepada atasan
sehingga dapat menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Tetapi
penyampaian informasi yang benar akan dapat memberikan masukan yang sangat
berharga bagi para atasan dalam pengambilan keputusan. Pimpinan organisasi
sangat membutuhkan informasi tentang prestasi bagian penjualan, produksi,
sumber daya manusia, dan sebagainya.
Dalam suatu organisasi yang melakukan sistem kepemimpinan demokrasi, para
bawahan memberikan masukan dan saran kepada atasannya dalam mengambil
keputusan. Para bawahan pada masing-masing departemen memberikan masukan
kepada atasannya melalui garis komando.
Komunikasi keatas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu. Fungsi
komunikasi keatas yaitu :
1. Rutin menyampaikan laporan setelah melakukan suatu pekerjaan, dan
mengadukan kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan kepada atasan.
Misalnya dapat mengetahui kapan bawahan siap untuk diberi informasi yang
berharga dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang
disampaikan karyawan. Misalnya memberikan saran yang relavan, serta
terbuka dalam hal menyampaikan pendapat kepada atasan mengenai hal yang
berhubungan dengan pekerjaan. Misalnya menjadi supervisor dapat
menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan
dari arus informasi kebawah.
2. Menyampaikan aspirasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan.
3. Komunikasi keatas juga dapat, membuat keputusan memperkuat apresiasi
dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan
kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide dan saran-saran
tentang jalannya organisasi.
4. Memberitahukan atasan mengenai pekerjaan yang sedang berlangsung,
membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dalam
tugas-tugas dan organisasi, membolehkan bahkan mendorong desas-desus
muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya.
3. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal (horizontal communication) adalah komunikasi antar
individu atau kelompok pada tingkat yang sama dalam suatu organisasi. Dalam
suatu organisasi, komunikasi horizontal sering dilakukan untuk membantu atasan
dalam pengambilan keputusan. Komunikasi horizontal bersifat koordinatif yaitu
mengkoordinasikan tugas-tugas antar kelompok didalam suatu perusahaan. Dengan
demikian antar bagian dalam suatu organisasi saling memberikan informasi dalam
mencapai suatu tujuan.
Dalam pelaksanaannya, para atasan dalam suatu perusahaan yang sering
melakukan tukar informasi sesama rekan sekerjanya pada bagian yang berbeda
dalam memecahkan masalah. Beberapa tugas pernyataan fungsi komunikasi
horizontal diantaranya adalah :
1. Berdiskusi dengan karyawan lain untuk memecahkan suatu masalah dalam
pekerjaan.
2. Dapat membantu memberikan dukungan kepada rekan karyawan lainnya.
3. Dapat mendamaikan/ menengahi perbedaan persepsi dengan karyawan lain.
2.2.7. Fungsi Komunikasi
Komunikasi dalam organisasi mempunyai 4 fungsi, yaitu control, motifation,
emotional expresien, dan information.
Komunikasi bertindak mengontrol prilaku anggota dalam beberapa cara.
Organisasi mempunyai hierarki kewenangan dan pedoman formal yang harus
diikuti pekerja. Ketika pekerjaan diperlukan berkomunikasi dengan pekerjaan
tentang keluhan pada atasannya langsung, mengikuti deskripsi tugas, atau tunduk
dengan kebijakan organisasi, komunikasi bekerja sebagai fungsi kontrol.
Komunikasi memperkuat motivasi dengan klarifikasi pada pekerja yang
harus mereka kerjakan, seberapa baik mereka melakukan, dan memperbaiki apabila
dibawah standar. Pembentukan tujuan spesifikasi, umpan balik progress terhadap
tujuan, dan reward atas prilaku yang diharapkan, semua menstimulasi motivasi dan
memerlukan komunikasi.
Komunikasi dalam kelompok adalah mekanisme fundamental dimana
anggota menunjukkan kepuasan dan frustasi mereka, karena itu komunikasi
memberikan ekspresi perasaan emosional dan pemenuhan kebutuhan sosial.
Komunikasi juga memfalisitasi pengambilan keputusan. Komunikasi
menyediakan kebutuhan informasi individual dan kelompok untuk membuat
keputusan dengan mengirim data untuk mengidentifikasi dan evaluasi pilihan
alternatif.
Keempat fungsi komunikasi tersebut sama pentingnya. Untuk bekinerja
secara efektif, kelompok perlu menjaga beberapa kontrol atas anggota, merangsang
anggota untuk melakukan, memperbaiki kesempatan ekspresi emosi, dan membuat
oilihan keputusan. Hamper setiap interaksi komunikasi yang terjadi dalam
kelompok atau organisasi melakukan satu atau lebih fungsi tersebut.
2.2.8. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi (communications skill) merupakan keterampilan
yang harus dimiliki oleh seorang atasan seperti supervisor untuk menyampaikan
idea tau gagasannya kepada bawahan (sales), termasuk bagaimana dia harus
menjelaskan perubahan gaya kepemimpinannya. Yang terpenting adalah
bagaimana mengomunikasikan ide atau gagasan tersebeut dengan jelas dan mudah
dipahami dengan baik oleh karyawan, sehingga dapat dihindarkan kesalahpahaman
dalam berkomunikasi.
2.2.9. Hubungan Komunikasi terhadap Kinerja
Proses komunikasi merupakan suatu sistem, memiliki sejumlah bagian yang
semuanya harus diikut sertakan, apabila manajemen kinerja ini hendak memberikan
nilai tambah bagi organisasi, manajemen, dan karyawan.
Adapun kinerja merupakan menurut Anwar Prabu (2000:195) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuatitas yang dicapai seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2.2.10. Komunikasi Supervisor dan Sales
1. Evaluasi merupakan media komunikasi resmi antara supervisor dengan salesman.
Meskipun setiap hari selalu terjadi komunikasi dua arah, tetapi komunikasi empat
mata ini lebih berbobot bagi salesman. Dengan adanya evaluasi ini maka salesman
dapat mengukur apakah yang telah dikerjakan mereka selama ini benar dan tidak
keluar dari sasaran. Evaluasi membantu supervisor untuk meluruskan kembali
tindakan anak buah yang menyimpang.
2. Adanya komunikasi empat mata antara salesman dan supervisor akan memudahkan
supervisor untuk mengidentifikasi kelebihan maupun kekurangan salesman
sehingga dapat ditentukan bersama kebutuhan pelatihan tambahan untuk setiap
anggota tim.
3. Salesman merasa dihargai dengan semestinya sehingga memotivasi mereka dalam
bekerja. Salesman juga dapat langsung menyatakan pendapat atau kritikan kepada
supervisor dengan didukung alas an kuat.
4. Dengan berbagi akan muncul kepercayaan salesman kepada supervisor atau
sebaliknya. Semakin dekat hubungan salesman dengan supervisor semakin baik
juga ikatan batin mereka. Kepercayaan kedua belah pihak pun terjalin semakin kuat.
2.3. Penilitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama peneliti Judul Peneliti Kesimpulan
1 Taufik Rachim
(2014)
Pengaruh Komunikasi
dan Motivasi Terhadap
Kinerja Karyawan PT.
Bober
Dari hasil penelitian yang
penulis lakukan, dapat
disimpulkan bahwa
variabel komunikasi dan
motivasi berpengaruh
secara signifikan terhadap
kinerja.
2 Ervina (2014) Pengaruh Komunikasi
Terhadap Kinerja
Karyawan pada PT.
Sawit Asahan Indah
Kabupaten Rokan Hulu
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan analisis
regresi linier sederhana
bahwa komunikasi
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kinerja karyawan pada
PT. Sawit Asahan Indah
Kabupaten Rokan Hulu.
3 Diah
Dhamaryanti
(2006)
Analisis Komunikasi
Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan
LotteMart di Surabaya
Keberhasilan penerapan
komunikasi organisasi
sangat menunjang
peningkatan kinerja
karyawan baik berupa
komunikasi diagonal,
horizontal maupun
vertical yang memberikan
pengaruh positif dan
signifikan terhadap
kinerja karyawan.
Sumber : Diambil Dari Berbagai Sumber
2.4. Hipotesis
Diduga ada pengaruh komunikasi supervisor kepada sales di divisi
operasional PT. Sinar Niaga Sejahtera garudafood dalam meningkatkan kinerja
karyawan?
2.5. Kerangka Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mangkaji Pengaruh Komunikasi Terhadap
Kinerja Karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Garudafood. Untuk
memudahkan pemahaman mengenai model penelitian ini, maka digambarkanlah
kerangka pemikiran berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Menurut sugiono, mengemukakan bahwa kerangka pemikiran merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen.
Kinerja
Karyawan (Y)
Komunikasi
(X)
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya
dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena
itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun
komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka pemikiran.