BAB II TA Indra Suprianto

23
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek RSU Provinsi dr. Soedono Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU Provinsi dr. Soedono Madiun adalah proyek pemerintah yang difungsikan untuk mengoptimalkan pelayanan dan manajemen kepada masyarakat yang berada di sekitar wilayah Madiun, seperti kota Ponorogo, Ngawi, Magetan, Caruban dan Pacitan. Gedung Pelayanan dan Manajemen yang memiliki 4 lantai tersebut memilki fungsi masingmasing disetiap lantainya. Lantai 1 dan 2 difokuskan untuk pelayanan, untuk lantai 3 difokuskan untuk administrasi dan manajemen sedangkan untuk lantai 4 difokuskan untuk kepegawaian. Konsep desain yang diusung untuk gedung ini adalah konsep sederhana dengan tetap mempertahankan aksen lokal yang kental dengan sentuhan arsitektur Jawa, hal ini terlihat pada konstruksi atap yang digunakan pada gedung tersebut. 2.2 Pengertian Proyek, Manajemen Proyek, dan Manajemen Proyek Konstruksi 2.2.1 Definisi Proyek Aktifitas/kegiatan dari suatu organisasi atau perusahaan sangatlah bermacam-macam, namun ada aktifitas yang hanya berlangsung sekali dimana dalam aktifitas tersebut kegiatannya tidak terjadi pengulangan atau dalam artian aktifitas tersebut memiliki saat awal dan saat akhir. Kegiatan yang seperti itulah yang dinamakan proyek. Chase, Aquilano, Jacobs (Aquilano Chase dan Jacobs, 2001 : 58) mendefinisikan proyek sebagai berikut: A project may be defined as a series or related job usually directed toward some major output and requiring a significant period of time to perform. Artinya: suatu proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, biasanya mengarahkan pada beberapa tujuan akhir dan

Transcript of BAB II TA Indra Suprianto

Page 1: BAB II TA Indra Suprianto

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek RSU Provinsi dr. Soedono

Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU

Provinsi dr. Soedono Madiun adalah proyek pemerintah yang difungsikan untuk

mengoptimalkan pelayanan dan manajemen kepada masyarakat yang berada di

sekitar wilayah Madiun, seperti kota Ponorogo, Ngawi, Magetan, Caruban dan

Pacitan. Gedung Pelayanan dan Manajemen yang memiliki 4 lantai tersebut

memilki fungsi masing–masing disetiap lantainya. Lantai 1 dan 2 difokuskan

untuk pelayanan, untuk lantai 3 difokuskan untuk administrasi dan manajemen

sedangkan untuk lantai 4 difokuskan untuk kepegawaian. Konsep desain yang

diusung untuk gedung ini adalah konsep sederhana dengan tetap mempertahankan

aksen lokal yang kental dengan sentuhan arsitektur Jawa, hal ini terlihat pada

konstruksi atap yang digunakan pada gedung tersebut.

2.2 Pengertian Proyek, Manajemen Proyek, dan Manajemen Proyek

Konstruksi

2.2.1 Definisi Proyek

Aktifitas/kegiatan dari suatu organisasi atau perusahaan sangatlah

bermacam-macam, namun ada aktifitas yang hanya berlangsung sekali dimana

dalam aktifitas tersebut kegiatannya tidak terjadi pengulangan atau dalam artian

aktifitas tersebut memiliki saat awal dan saat akhir. Kegiatan yang seperti itulah

yang dinamakan proyek.

Chase, Aquilano, Jacobs (Aquilano Chase dan Jacobs, 2001 : 58)

mendefinisikan proyek sebagai berikut: “A project may be defined as a

series or related job usually directed toward some major output and

requiring a significant period of time to perform”. Artinya: suatu proyek

dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan-kegiatan yang saling

berhubungan, biasanya mengarahkan pada beberapa tujuan akhir dan

Page 2: BAB II TA Indra Suprianto

5

membutuhkan/dibutuhkan untuk dapat diselesaikan dan dilaksanakan

dalam periode waktu tertentu.

Pengertian diatas menyimpulkan bahwa proyek adalah serangkaian

kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu dan alokasi sumber daya tertentu untuk

mencapai/menciptakan suatu hasil yang telah ditetapkan atau direncanakan.

2.2.2 Definisi Manajemen Proyek

Suatu proyek dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan, tentunya membutuhkan suatu sistem yang dapat menjaga agar

kerjasama dalam suatu proyek berjalan dengan baik, untuk menciptakan suatu

kerjasama yang baik dibutuhkan suatu sistem yang disebut Manajemen Proyek.

Ervianto (Wulfram Ervianto I, 2003 : 19) mendefinisikan bahwa:

Manajemen proyek adalah “Semua perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai

selesainya proyek untuk menjamin biaya proyek dilaksanakan tepat waktu,

tepat biaya dan tepat mutu.”

Pengertian diatas menyimpulkan bahwa manajemen proyek adalah suatu

sistem yang merencanakan, mengatur atau mengorganisir, mengarahkan dan

mengkoordinasikan sumber daya (manusia, peralatan, dan bahan baku)

sedemikian rupa sehingga pelaksanaan proyek sesuai dengan waktu, biaya dan

mutu yang telah ditentukan.

2.2.3 Manajemen Proyek Konstruksi

Menurut Soeharto (Iman Soeharto, 1995 : 25) mendefinisikan bahwa:

Manajemen konstruksi merupakan suatu sistem analisa proyek atau usaha untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas suatu proyek konstruksi yang meliputi

berbagai bidang atau unsur-unsur yang terkandung dalam suatu proyek konstruksi

yang terdiri dengan tahap-tahap. Manajemen proyek konstruksi memiliki tahapan-

tahapan dalam pelaksanaanya. Berikut ini merupakan tahapan-tahapan pada

manajemen proyek konstruksi:

Page 3: BAB II TA Indra Suprianto

6

1. Tahap ide/konsep

Adalah melihat jauh ke depan dengan menafsirkan hari esok berdasarkan

data yang ada. Adapun tahapan-tahapannya meliputi:

Menentukan tujuan

Menggali informasi memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

tujuan

Mengembangkan alternatif-alternatif

Menetapakan pemilihan terhadap alternatif

2. Tahap perencanaan (Planning)

Merencanakan berarti memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan

akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang

diinginkan.

3. Tahap pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan

dengan cara mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumber daya

agar tercapai tujuan yang efisien.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan pengorganisasian:

Skema organisasi dan prosedur pelaksanaan harus jelas dan diketahui

oleh semua staf yang terlibat.

Jika harus bertambah maka pembagian tanggung jawab ke bagian

yang rendah harus diadakan lagi.

Terdapat satu pimpinan yang bertanggung jawab.

Jalur organisasi harus cukup fleksibel.

4. Penggerakan (Motivating)

Penggerakan merupakan proses manajemen yang merupakan kegiatan

yang menggerakkan dan mengarahkan organsasi menuju sasaran. Fungsi

dari penggerak disini adalah sebagai berikut:

Mendorong timbulnya sikap loyal terhadap perusahaan.

Mendorong iklim kinerja yang baik.

Page 4: BAB II TA Indra Suprianto

7

5. Tahap koordinasi (Coordinating)

Tahap koordinasian merupakan suatu proses dimana semua staf disatukan

agar semua tugas dan pekerjaan dapat terlaksana dengan baik dan benar

dan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan tujuannya adalah

mencegah perpecahan antara staf maupun pekerjaan yang tidak terpadu.

6. Tahap pengendalian (Controlling)

Merupakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dan meyakinkan

pelaksanaan di lapangan sesuai dengan pengendalian. Pengendalian

bertujuan agar setiap kegiatan dapat dimulai, dilaksanakan, dan

diselesaiakan sesuai jadwal, dana yang tesedia, mutu yang ditetapkan dan

sumber daya yang tersedia.

Peranan metode manajemen konstruksi adalah untuk menyusun cara-cara

kerja dalam melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan dan suatu cara untuk

menentukan sarana-sarana pekerjaan yang akan mendukung terlaksananya suatu

pekerjaan misalnya menetapkan atau memilih peralatan yang akan digunakan

dalam pekerjaan yang efektif dan efisien dalam biaya operasional. Peranan

metode manajemen kosntruksi akan mempengaruhi perencanaan konstruksi antara

lain yaitu:

Jadwal pelaksanaan

Jadwal tenaga kerja

Jadwal bahan

Jadwal alat

Manajemen konstruksi dalam melaksanakan tugasnya juga mempunyai

fungsi-fungsi lain yaitu menunjang keberhasilan atau tercapainya tujuan antara

lain:

a) Fungsi pengendalian proyek

b) Fungsi pengawasan

c) Fungsi pembiayaan

d) Fungsi operasional dan pemulihan

Page 5: BAB II TA Indra Suprianto

8

2.2.4 Sasaran Proyek Konstruksi

Menurut Soeharto (1995) sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana

semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk mencapainya. Setiap proyek

mempunyai tujuan yang berbeda-beda, misalnya pembuatan rumah tinggal, jalan

dan jembatan, maupun instalasi pabrik, dapat pula produk hasil kerja penelitian

dan pengembangan. Selama proses mencapai tujuan tersebut terdapat tiga sasaran

pokok proyek, yaitu besarnya biaya anggaran yang dialokasikan, jadwal kegiatan,

dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga sasaran tersebut erat hubungannya dan

bersifat saling terkait. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja, produk yang telah

disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu

yang berakibat pada naiknya biaya rencana. Sebaliknya apabila ingin menekan

biaya, maka akan menurunkan mutu hasil akhir, dan waktu pelaksanaanya. Dari

segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga

sasaran tersebut terpenuhi. Ketiga sasaran proyek mempunyai hubungan yang erat

dan saling terkait, dalam arti mengubah sasaran yang satu pada umumnya

berpengaruh terhadap yang lain, yaitu:

1. Mempertinggi standar mutu akan menaikkan biaya.

2. Mempercepat jadwal penyelesaian, pada umumnya menaikkan biaya.

3. Mengurangi biaya tanpa mengubah lingkup proyek, akan menurunkan

mutu atau hasil akhir.

2.2.5 Fungsi Dasar Manajemen Proyek

Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan

lingkup kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan

benar merupakan kunci keberhasilan proyek, maka jadwal, biaya, dan mutu

memiliki kedudukan ganda yaitu sebagai sasaran dan juga sebagai fungsi dasar

pengelolaan. Pengelolaan yang dimaksudkan tersebut diatas yaitu sebagai berikut:

1. Pengelolaan Lingkup Proyek

Lingkup proyek disisni adalah total jumlah kegiatan atau pekerjaan yang

harus dilakukan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Pengelolaan

lingkup kerja proyek sebagai salah satu fungsi manajemen konstruksi ialah

Page 6: BAB II TA Indra Suprianto

9

sebagai sasaran dalam mengelola proyek konstruksi baik pengelolaan

sumber daya proyek, maupun sarana prasarana yang digunakan pada

proyek. Oleh karena itu perlu adanya pembagian sumber daya yang ada di

suatu proyek konstruksi secara tepat dan sesuai masing-masing keahlian

atau keterampilan yang dimiliki oleh sumber daya tersebut.

2. Pengelolaan Waktu / Jadwal

Pengelolaan waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama

proyek. Pengelolaan waktu atau jadwal meliputi perencanaan, penyusunan

dan pengendalian jadwal. Keterlambatan akan mengakibatkan berbagai

bentuk kerugian, misalnya penambahan biaya, kehilangan kesempatan

produk memasuki pasaran dan yang lainnya.

3. Pengelolaan Biaya

Pengelolaan biaya meliputi segala aspek yang berkaitan dengan hubungan

antara dana dan kegiatan proyek. Agar pengelolaan bisa efektif terutama

dalam aspek perencanaan dan pengendalian dana proyek, maka disusun

berbagai macam teknik dan metode. Misalnya teknik menyusun anggaran

biaya proyek, konsep nilai hasil dan lain-lain. Agar pengelolaan biaya bisa

efektif, terutama dalam aspek perencanaan dan pengendalian biaya proyek,

maka disusun berbagai macam teknik dan metode. Teknik dan metode

tersebut antara lain misalnya teknik menyusun anggaran biaya proyek.

Menyusun anggaran biaya proyek harus lebih teliti karena apabila terjadi

kesalahan pada penyusunan biaya proyek maka akan terjadi kerugian.

4. Mengelola Kualitas / Mutu

Agar suatu produk atau jasa hasil proyek memenuhi syarat penggunaan,

diperlukan suatu proses yang panjang dan kompleks mulai dari mengkaji

apa saja, syarat-syarat penggunaan yang dikehendaki oleh pemilik proyek,

menjabarkan persyaratan tersebut menjadi kriteria dan spesifikasi serta

menuangkan gambar-gambar. Semua kegiatan di atas adalah bagian dari

pengelolaan kualitas atau mutu yang di lingkungan proyek dilakukan

dengan menyusun program pejaminan dan pengendalian mutu dan quality

control.

Page 7: BAB II TA Indra Suprianto

10

2.2.6 Batasan-Batasan Manajemen Proyek

Tujuan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah untuk mewujudkan atau

membuat bangunan sesuai dengan spesifikasi atau mutu yang disyaratkan dalam

waktu yang telah ditentukan dengan biaya se-efisien mungkin agar dapat

diperoleh keuntungan.

Uraian rumusan tujuan tersebut terdapat tiga unsur yang perlu

mendapatkan perhatian dari para manajer lapangan yang bertugas mewujudkan

pembangunan. Ketiga unsur tersebut adalah:

1. Biaya (cost)

Biaya merupakan jumlah uang yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu

proyek sejak proyek tersebut dimulai, dilaksanakan, selesai dan

pemeliharaan/perawatan. Biaya merupakan faktor yang sangat penting

karena sangat mudah terpengaruh situasi ekonomi, misalnya inflasi yang

dapat menyebabkan harga bahan naik, sewa peralatan mahal, upah tenga

kerja naik. Apabila manajer lapangan dapat menyelesaikan bangunan

dalam waktu yang ditentukan dengan mutu yang baik serta dengan biaya

yang se-efisien mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara baik,

sehingga kontraktor mendapatkan keuntungan, maka manajer lapangan

telah melakukan tugas dengan baik. Penggunaan biaya merupakan salah

satu tolak ukur keberhasilan. Penggunaan atau peningkatan dana yang

baik, efisien, dan efektif sangat berpengaruh akan keberhasilan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Oleh karena itu manajer lapangan

dalam melaksanakan tugasnya harus berorientasi pada efisiensi

penggunaan dana. Sikap hemat, cermat, teliti dan produktif dari para

manajer lapangan sangat dibutuhkan.

2. Mutu (quality)

Suatu proyek yang dapat diselesaiakan dengan mutu yang baik, menujukan

bahwa manajer lapangan telah bekerja dengan cermat dan teliti. Mutu

bangunan yang baik akan tergantung pada bahan bangunan dan alat yang

digunakan, metode kerja yang tepat dan ketrampilan tenaga kerja yang

melaksanakan pekerjaan.

Page 8: BAB II TA Indra Suprianto

11

3. Waktu (time)

Waktu dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi telah ditentukan dalam

dokumen kontrak. Keberhasilan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat

diukur dari waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Bila

dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu atau dalam tempo cepat

dari waktu yang dientukan, berarti manager lapangan tersbut telah berhasil

dengan baik dalam menjalankan tugasnya. Sebaliknya bila lambat dari

waktu yang ditentukan dan tidak ada alasan yang kuat yang mendukung

keterlambatan proyek, maka itu suatu tanda kurang berhasil walaupun

permasalahan yang ditemui di lapangan bukan karena disebabkan manager

lapangan tetapi karena memang telah diperhitungkan dalam pelelangan.

Waktu dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien bila dilakukan

penjadwalan untuk tiap-tiap pekerjaan diwujudkan dalam bentuk kurva

“S” yang dapat membantu dalam mengontrol kecepatan atau

keterlambatan setiap pekerjaan dalam pelaksanaan proyek.

2.2.7 Rencana/Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Jadwal pelaksanaan pekerjaan adalah inti dalam membuat rencana dan

pelaksanaan pekerjaan. Penjadwalan pada suatu proyek adalah suatu langkah

untuk menyusun urutan kegiatan (lintasan kegiatan) dan pengaturan sumber daya

yang terkoordinasi dengan keterbatasan biaya, waktu dan mutu guna mencapai

sasaran proyek secara efisien, selain itu merupakan alat untuk menunjukkan

visualisasi dari rencana kegiatan proyek sebagai alat perencana dan pengendali.

Perencanaan waktu untuk pelaksanaan pekerjaan ini banyak sekali tetapi yang

diambil hanya tiga metode yaitu:

1. Jaringan kerja (Network Planning)

2. Metode diagram batang (Bar chart)

3. Metode kurva “S”.

Penjelasan metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

Page 9: BAB II TA Indra Suprianto

12

1. Jaringan kerja (Network Planning) adalah salah satu alat yang dipakai

dalam menyelenggarakan pekerjaan atau proyek yang meliputi tahap

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Langkah–langkah dalam membuat jaringan kerja (Network Planning)

adalah sebagai berikut:

Menentukan jenis kegiatan yang ada atau yang sedang dilakukan.

Menyusun urutan jenis pekerjaan.

Menggambar diagram network.

Menentukan waktu penyelesaian masing-masing kegiatan.

Menghitumg waktu penyelesaian proyek.

Mancari kegiatan kritis dan lintasan kritis.

Menghitung masing-masing float masing-masing kegiatan.

Syarat-syarat dalam mengambar Network planning:

Suatu Network Planning dimulai dari satu kejadian dan diakhiri

pada satu kejadian pula.

Anak panah digambar dengan garis lurus, boleh patah tetapi tidak

boleh melengkung.

Sudut antara anak panah sebesar mungkin.

Anak panah harus condong ke kanan.

Sedapat mungkin dihindari perpotongan antar anak panah.

Lintasan kritis adalah lintasan yang melalui kegiatan-kegiatan

kritis,lintasan kritis menghubungkan persegi kejadian yang EST = LST.

Lintasan kritis merupakan lintas yang terpanjang waktunya. Penyimpangan

yang terjadi pada lintasan kritis akan mempengaruhi waktu penyelesaian

secara keseluruhan.

2. Metode diagram batang (Bar chart)

Barchat merupakan bentuk rencana yang paling sederhana yang digunakan

di lapangan. Barchart digunakan secara luas dalam proyek konstruksi

sederhana, mudah dalam pembuatanya dan mudah dimengerti oleh semua

pemakaiannya. Barchart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun

dalam kolom arah vertikal. Kolom arah horizontal menunujukan skala

Page 10: BAB II TA Indra Suprianto

13

waktu. Kegiatan yang dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada

skala waktu yang digambarkan dalam bemtuk horizontal, perencanaan

pekerjaan digambarkan dengan kolom vertikal. Jadi awal dan akhir suatu

proyek dapat dibaca pada skala waktunya jenis kegiatan, pertama kita

harus ketahui lebih dahulu volume pekerjaan yang ada, kemudian kita

tentukan metode dan analisa kerja apa yang akan kita pakai. Proses

penyusunan diagram batang (barchart) dengan langkah sebagai berikut:

1. Menentukan daftar setiap item pekerjaan. Daftar item pekerjaan ini

berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada dalam rencana

pelaksanaan proyek.

2. Menyusun urutan pekerjaan. Urutan pekerjaan berdasarkan prioritas

item pekerjaan yang akan dilaksanakan terlebih dahulu dan item

pekerjaan yang dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan

kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.

3. Menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan. Waktu pelaksanaan yang

dimaksudkan disini adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh

kegiatan yang dihitung dari awal pekrjaan dimulai sampai kegiatan

pekerjaan berakhir.

Keunggulan metode Bar Chart, yaitu:

a. Mudah dibuat karena dalam bentuk diagram balok.

b. Bisa digabung dengan kurva “S”.

c. Sangat bermanfaat sebagai alat perencanaan.

d. Dapat mengetahui kebutuhan mingguan kegiatan proyek.

e. Terdiri dari item masing-masing pekerjaan.

Sedangkan kekurangan dari metode barchart yaitu:

a. Tidak memuaskan untuk ditetapkan pada perencanaan proyek besar dan

komplek yang mengandung banyak saling keterkaitan dan

ketergantungan diantara kegiatan-kegiatannya.

b. Tidak dapat memberikan gambaran saling ketergantungan antara

kegiatan secara rinci.

c. Tidak mampu menyatukan kegiatan yang bersifat kritis.

Page 11: BAB II TA Indra Suprianto

14

d. Sulit mengadakan perbaikan karena harus dilakukan dengan membuat

diagram batang baru.

Tabel 2.1 Bar Chart

No.

Aktivitas

Waktu Pelaksanaan

Keg. Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pek.fondasi

2 Pek. Pile cape

3 Pek.tanah

4 Pek. Kolom

5 Pek. Balok

6 Pek. Pelat

7 Pek.tangga

3. Kurva “S”.

Kurva “S” adalah kurva yang menggambarkan kumulatif progress pada

waktu dalam pelaksanaan pekerjaan. Kurva tersebut dibuat berdasarkan

rencana atau pelaksanaan (actual) progres pekerjaan dari setiap kegiatan.

Dengan kurva S kita dapat mengetahui progres pada setiap waktu. Bentuk

kurva S biasanya mempunyai kemiringan yang landai pada tahap

permulaan dan tahap akhir dari pelaksanaan proyek. Biasanya digunakan

untuk menggambar progress pada momen tertentu. Bila kurva S dari

rencana progres dan pelaksanaan dibandingkan, maka dapat diketahui

secara visual apakah pelaksanaan lebih cepat atau lebih lama dari rencana

yang disepakati. Penjadwalan yang baik akan dapat menjawab

permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul antara lain:

a. Berapa lama perkiraan waktu penyelesaian proyek.

b. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu

bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek

secara keseluruhan.

Page 12: BAB II TA Indra Suprianto

15

Tabel 2.2 Kurva “S”

2.3 Penjadwalan Proyek

Menurut Husen (2009) penjadwalan proyek adalah salah satu elemen hasil

perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan

kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,

peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk

menyelesaikan proyek.

Penggunaan biaya dan waktu merupakan salah satu tolak ukur

keberhasilan. Penggunaan atau peningkatan dana yang baik serta efisiensi waktu

yang efektif sangat berpengaruh akan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan

konstruksi. Oleh karena itu disini terdapat beberapa macam metode perhitungan

untuk membuat para manajer lapangan agar hemat, cermat, teliti dan produktif.

(Santoso, 2003)

2.3.1 Perhitungan Metode Precedence Diagram Method (PDM)

Metode diagram precedence ini sering digunakan karena hasil dari

diagram ini lebih sederhana dibandingkan dengan Arrow Diagram Method

(ADM).

Metode diagram predence adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi

AON (activity on node). Disini kegiatan dituliskan di dalam node yang umumnya

No Uraian Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Januari februari

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pekerjaan Fondasi

2 Pekerjaan Pile Cap

3 Pekerjaan Tanah

4 Pekerjaan Kolom

5 Pekerjaan Balok

6 Pekerjaan Plat

7 Pekerjaan Tangga

Page 13: BAB II TA Indra Suprianto

16

berbentuk segi empat sedangkan anak panahnya sebagai penunjuk hubungan

antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan (Soeharto, 1995)

Adapun bentuk penyajiannya digambarkan sebagai berikut:

Segi empat :

Keterangan : Sebagai nama dari suatu kegiatan

Panah :

Keterangan : Sebagai hubungan ketergantungan

Ada 2 cara penggambaran node pada PDM, yaitu:

a. Cara I yaitu salah satu bentuk penyajian grafis dari rencana kegiatan

proyek, yang digambarkan secara manual.

Gambar 2.1 PDM

Keterangan:

1. Nama kegiatan

2. Nomor kegiatan

3. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan

4. Waktu yang paling awal untuk memulai suatu kegiatan

5. Waktu paling akhir untuk memulai suatu kegiatan

6. Waktu kesenjangan (TF = Total Float)

b. Cara 2 Node PDM pada MS Project / cara Encona yaitu salah satu

bentuk penyajian grafis dari rencana kegiatan proyek, yang

digambarkan dengan menggunakan software.

Page 14: BAB II TA Indra Suprianto

17

Box Style

4 5

1 2

6 3

Gambar 2.2 PDM cara Encona

Keterangan:

1. Nama kegiatan

2. Nomor kegiatan

3. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan

4. Waktu yang paling awal untuk memulai suatu pekerjaan

5. Waktu paling akhir untuk memulai suatu kegiatan

6. Waktu kesenjangan (TF = Total Float)

Total Float : Sejumlah waktu yang tesedia dalam satu kegiatan

sehingga memungkinkan kegiatan tersebut dapat

ditunda atau terlambat secara sengaja atau tidak

sengaja. Tetapi penundaan tersebut tidak

meyebabkan menjadi terlambat.

Original Durasi : Waktu asli yang digunakan dalam Ms. Project.

Remairing Durasi : Pengingat waktu.

Earliest Start : Waktu paling cepat melaksanakan pekerjaan.

Earliest Finish : Waktu paling awal menyelesaiakan pekerjaan .

= Kegiatan atau Pekerjaan, panjang tidak

menyatakan lamanya waktu. Namun

menyatakan kegiatan yang melibatkan faktor–

faktor sumber daya terkait.

= Penghubung peristiwa, tidak mempunyai durasi

dan panjangnya tidak mempunyai arti.

Critical Activity = Lintasan Kritis , Suatu kegiatan yang apabila

mengalami perlambatan maka akan

mempengaruhi kegiatan keseluruhan dalam

seluruh proyek.

Driving Relationship

NonDriving Relationship

Page 15: BAB II TA Indra Suprianto

18

Hubungan Overlapping:

Hubungan antara kegiatan 1 dengan 2 dapat dibedakan menjadi empat

macam, yaitu:

a) Hubungan Finish to Start (FTS)

Gambar 2.3 Hubungan Finish to Start

Contoh kegiatan yang mengekspresikan kondisi ini adalah:

Instalasi tulangan plat lantai tidak dapat dilaksanakan sebelum

pelaksanaan bekisting plat selesai atau dalam kalimat lain pembuatan

bekisting plat lantai harus selesai sebelum instalasi tulangan dimulai.

b) Hubungan Start to Start (STS)

Gambar 2.4 Hubungan Start to Start

Contoh kegiatan dalam proyek:

Perataan tanah dapat dimulai jika tanah yang akan digunakan telah

tersedia dalam jumlah cukup di lapangan. Kegiatan ini harus

dipisahkan menjadi dua, yaitu kegiatan mengangkat tanah dan

meratakan tanah.

FINISH TO

START

LAG = 0

4 5

1 2

6 3

4 5

1 2

6 3

START TO

START

LAG = 0

4 5

1 2

6 3

4 5

1 2

6 3

Page 16: BAB II TA Indra Suprianto

19

c) Hubungan Finish to Finish (FTF)

Gambar 2.5 Hubungan Finish to Finish

Contoh dalam proyek konstruksi:

Perataan tanah tidak dapat diselesaikan sebelum pengangkutan tanah

selesai.

d) Hubungan Start to Finish (STF)

Gambar 2.6 Hubungan Start to Finish

Contoh dalam proyek konstruksi:

Pengecoran beton tidak dapat dimulai sebelum perakitan tulangan

diselesaikan.

Ciri-ciri Predence Diagram Methode (PDM):

1. Aktifitas tidak dinyatakan dalam panah (arrow), tetapi dimasukkan

dalam kotak.

2. Anak panah tidak mempunyai durasi (seperti ADM) sehingga dalam

PDM tidak diperlukan dummy dan diagram lebih sederhana.

3. Diperbolehkan, jika ada anak panah berpotongan.

FINISH TO

FINISH

LAG = 0 4 5

1 2

6 3

4 5

1 2

6 3

START TO

FINISH

LAG = 0 4 5

1 2

6 3

4 5

1 2

6 3

Page 17: BAB II TA Indra Suprianto

20

2.4 Percepatan Proyek

Menurut Ervianto (2002) Crashing adalah suatu proses yang disengaja,

sistematis dan analitis dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan

dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis.

Menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis,

jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu

terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan

bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur.

Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur kritis dengan baik,

sebab pda jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka

akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Sebuah jaringan kerja dapat

saja terdiri dari beberapa jalur kritis.

Percepatan pelaksanaan berarti memperpendek waktu pelaksanaan proyek.

Besarnya atau jumlah umur proyek sama dengan jumlah waktu yang ada pada

suatu lintasan kritis. Percepatan pelaksanaan pekerjaan berarti upaya

memperpendek lintasan kritis pada jaringan kerja proyek yang bersangkutan.

Percepatan berarti memperpendek pelaksanaan proyek. Ada 2 alasan

mengapa dilakukan percepatan:

a) Kegiatan proyek yang bersangkutan diharapkan segera selesai dikarenakan

alasan tertentu.

b) Karena terjadi keterlambatan suatu proyek.

Kegiatan dalam suatu proyek dapat dipercepat dengan cara:

1. Dengan mengadakan shift pekerjaan

2. Dengan memperpanjang waktu kerja (lembur)

3. Dengan menggunakan alat bantu yang lebih produktif

4. Menambah jumlah pekerja

5. Dengan menggunakan material yang dapat lebih cepat pemasangannya

6. Menggunakan metode konstruksi lain yang lebih cepat

Page 18: BAB II TA Indra Suprianto

21

2.4.1 Hubungan Percepatan

Hubungan Percepatan untuk menganalisa lebih lanjut hubungan antara

waktu dan biaya suatu kegiatan dipakai asumsi sebagai berikut:

1. Kurun waktu normal

Merupakan kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan

sampai selesai dengan cara yang efisien tetapi diluar pertimbangan (kerja

lembur dan menyewa peralatan).

2. Biaya normal

Merupakan biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu

kegiatan dengan kurun waktu normal.

3. Kurun waktu dipersingkat

Waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan secara kritis.

Pelaksanaan crash time dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

Kondisi lapangan

Sumber daya bahan/material

Sumber daya tenaga kerja

Sumber daya peralatan

Tingkat kesulitan suatu pekerjaan

Sumber daya bahan dianggap faktor yang sangat berpengaruh karena

antara penyedia bahan dan selesainya suatu pekerjaan tidak bisa

diperkirakan. Berapa banyak bahan yang dibutuhkan untuk suatu

pekerjaan berikutnya harus memperhatikan sisa bahan yang ada, jika

bahan dipesan terlalu banyak tanpa memperhatikan sisa bahan yang ada

setelah selesai suatu pekerjaan sebelumnya, maka akan terjadi

pembengkakan pada biaya.

4. Biaya untuk waktu dipersingkat

Biaya untuk mempersingkat waktu menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut

antara lain:

Biaya bahan

Biaya tenaga kerja

Biaya peralatan

Page 19: BAB II TA Indra Suprianto

22

Biaya fasilitas penunjang lainnya

2.4.2 Percepatan dengan Metode PDM

Berikut ini langkah-langkah percepatan dengan menggunakan metode

PDM yaitu (Soeharto, 1995):

1. Menetapkan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk percepatan dengan

mempertimbangkan:

- Kemampuan percepatan untuk masing-masing pekerjaan khususnya

pada jalur kritis.

- Waktu penyelesaian pekerjaan disesuaikan dengan kemampuan

pelaksanaan sekaligus penetapan besarnya percepatan yang diijinkan.

2. Meninjau jalur kritis dan mempercepat secara maksimum sesuai dengan

batasan yang diijinkan/dikehendaki asalkan kurang dari atau sama dengan

batasan maksimum yang telah ditentukan.

3. Meninjau dan mengontrol setiap percabangan yang dipengaruhi,

khususnya E.

4. Kontrol setiap pertemuan antara jalur kritis dengan non kritis. Hal ini

mengakibatkan adanya 2 kemungkinan, yaitu:

- Bila jalur non kritis EST nya lebih dari kegiatan yang telah ditentukan,

maka kegiatan kritis sudah dipercepat, maka pada jalur non kritis juga

harus dipercepat sebesar perbedaan E (kegiatan) dan memilih kegiatan

yang biaya percepatannya paling murah.

- Jika EST nya non kritis dan EST yang ada masih tetap kurang dari

kegiatan normal pada jalur kritis yang sudah dipercepat, maka tidak

ada masalah (kegiatan non kritis tidak perlu dipercepat).

5. Mengontrol kembali semua kegiatan yang sudah dipercepat dan

menjumlahkan biaya-biaya percepatan, maka akan didapat biaya

percepatan termurah dengan cara membandingkan dari beberapa alternatif.

Page 20: BAB II TA Indra Suprianto

23

2.4.3 Pengurangan Umur Proyek

Konsep cost slope bisa digunakan untuk menentukan waktu paling efisien

untuk menyelesaikan proyek, dihubungkan dengan biayanya. Langkah-langkah

untuk melakukan minimasi biaya (pada umur paling efisien) bisa ditentukan

setelah jaringan kerja, perkiraan waktu didapat. Langkah-langkah tersebut adalah

(Santosa, 2003):

1. Ongkos langsung (Direct Cost)

a. Tentukan ongkos normal (Cn), ongkos crash (Cc), waktu normal (Tn),

dan waktu crash (Tc).

b. Tentukan ongkos minimal untuk pengurangan umur proyek dengan

satu unit waktu (hari/minggu). Ini dilakukan untuk kegiatan-kegiatan

yang berada dalam lintasan kritis dengan biaya perwaktu minimal.

c. Lakukan proses yang sama untuk mengurangi umur proyek untuk unit

waktu yang kedua.

d. Ulangi proses sampai proyek benar-benar menghasilkan selisih waktu

normal dan waktu crash untuk pekerjaan yang kritis (berada dalam

lintasan kritis).

2. Ongkos tidak Langsung (Indirect Cost)

Tentukan ongkos tidak langsung proyek untuk waktu normal dan waktu

crash dan untuk waktu antara keduanya.

3. Ongkos Total (Total Cost)

a. Tambahkan ongkos tidak langsung ke ongkos langsung untuk mencari

ongkos total pada beberapa waktu yang ada.

b. Tentukan pada umur berapa biaya proyek minimal.

Perlu ditekankan di sini bahwa pengurangan umur proyek akan menambah

biaya langsung proyek. Sebaliknya pengurang ini akan mengurangi ongkos tidak

langsung proyek. Selain itu, masih ada ongkos-ongkos lain yang biasanya masuk

dalam kontrak proyek.

Berikut ini rumus yang digunakan untuk menentukan slope biaya dan

biaya percepatan adalah sebagai berikut:

Page 21: BAB II TA Indra Suprianto

24

Biaya percepatan = NormalBiayaxPercepaDurasi

NormalDurasi

tan

Slope biaya = tan

tan

PercepaDurasiNormalDurasi

NormalBiayaPercepaBiaya

Pengurangan umur proyek akan menambah biaya langsung proyek.

Sebaliknya pengurangan ini akan mengurangi ongkos tidak langsung proyek.

Selain itu, masih ada ongkos-ongkos lain biasanya masuk di dalam kontrak

proyek.

2.5 Rencana Anggaran Biaya Percepatan

Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah besarnya estimasi seluruh biaya

yang diperlukan untuk merealisasikan pembangunan suatu pekerjaan konstrusi

mulai dari pekerjaan persiapan sampai dengan konstruksi tersebut siap untuk

dimanfaatkan sesuai dengan fungsi yang telah direncanakan. (Dipohusodo, 1996)

Rencana anggaran biaya dipergunakan untuk mengetahui berapa besar

biaya yang diperlukan untuk meembangun proyek, selanjutnya memiliki fungsi

untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga

kerja, pelayanan maupun waktu. Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan

yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada

bangunan yang sama akan berbeda apabila pembangunan dilaksanakan di lain

daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.

Anggaran merupakan bagian terpenting dalam menyelenggarakan

pembuatan bangunan. Membuat anggaran biaya berarti menenaksir atau mengira-

ngirakan harga dari suatu barang, bangunan atau benda. (Soeharto, 1995)

Modal tetap merupakan bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk

membangun instalasi atau menghasilkan produk proyek yang diingini mulai dari

pengeluaran studi kelayakan, desain engineering, pengadaan, pabrikasi, konstruksi

sampai instalasi atau sampai produk tersebut bisa berfungsi. Selanjutnya modal

tetap dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tak langsung. Perinciannya adalah

sebagai berikut:

Page 22: BAB II TA Indra Suprianto

25

1. Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi

komponen permanen hasil proyek. Biaya langsung terdiri dari penyiapan

lahan, pengadaan peralatan utama, biaya merakit dan memasang utama,

alat-alat listrik dan instrumen, pembangunan gedung atau bangunan sipil

lainnya, fasilitas pendukung, dan pembebasan tanah.

2. Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisi, dan

pembayaran material, serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak

akan menjadi instalasi atau produk permanen tetapi diperlukan dalam

rangka proses pembangunan proyek. Biaya tidak langsung meliputi antara

lain:

- Gaji tetap untuk tim manajemen

- Pembelian bahan bakar kendaran atau peralatan konstruksi

- Pembangunan fasilitas sementara

- Kontigensi laba atau fee

- Overhead

- Pajak, pungutan/sumbangan, biaya izin atau asuransi

Perhitungan anggaran biaya biasanya terdiri dari 5 (lima) hal yaitu:

1. Bahan-bahan : Menghitung banyaknya bahan yang dipakai dan harganya

2. Buruh : Menghitung jam kerja yang diperlukan dan jumlah biayanya.

3. Peralatan : Menghitung jenis dan banyaknya peralatan yang dipakai dan

biayanya.

4. Overhead : Menghitung biaya-biaya tidak terduga yang perlu diadakan

5. Profit : Menghitung prosentase keuntungan dari waktu, tempat dan jenis

pekerjaan.

Anggaran biaya harus dikerjakan dengan baik dan memenuhi syarat–syarat

atau peraturan yang telah berlaku, dimana rumus dari:

Isi dari Rencana Anggaran Biaya antara lain:

1. Seluruh jenis pekerjaan yang ada.

2. Kuantitas dari masing-masing jenis pekerjaan.

RAB = Volume x Harga Satuan Pekerjaan

Page 23: BAB II TA Indra Suprianto

26

3. Harga satuan dari masing-masing jenis pekerjaan.

4. Total estimasi biaya untuk keseluruhan jenis pekerjaan yang termasuk

didalamnya adalah biaya untuk jasa, pajak, dan biaya-biaya lainnya.

5. Resiko yang dihadapi oleh kontraktor jika melakukan kesalahan dalam

estimasi biaya antara lain: (Dipohusodo, 1996)

2.5.1 Tahap Penyusunan Rencana Anggaran Biaya

a. Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar

menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.

b. Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerah

lokasi proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari

luar daerah lokasi proyek.

c. Melakukan perhitungan analisa bahan dan upah dengan menggunakan

analisa yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran.

d. Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan

hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.

e. Membuat rekapitulasi.

Sumber: Ervianto I, 2002

Gambar 2.7 Diagram Tahap Penyusunan RAB

Daftar Harga Satuan Bahan Daftar Harga Satuan Upah

Rekapitulasi

Daftar Harga Satuan Upah & Bahan

Daftar Volume & Harga Satuan Pekerjaan