Data Modeling using ER- Diagram Indra Budi [email protected].
BAB II TA Indra Suprianto
-
Upload
indra-suprianto -
Category
Documents
-
view
135 -
download
5
Transcript of BAB II TA Indra Suprianto
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proyek RSU Provinsi dr. Soedono
Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU
Provinsi dr. Soedono Madiun adalah proyek pemerintah yang difungsikan untuk
mengoptimalkan pelayanan dan manajemen kepada masyarakat yang berada di
sekitar wilayah Madiun, seperti kota Ponorogo, Ngawi, Magetan, Caruban dan
Pacitan. Gedung Pelayanan dan Manajemen yang memiliki 4 lantai tersebut
memilki fungsi masing–masing disetiap lantainya. Lantai 1 dan 2 difokuskan
untuk pelayanan, untuk lantai 3 difokuskan untuk administrasi dan manajemen
sedangkan untuk lantai 4 difokuskan untuk kepegawaian. Konsep desain yang
diusung untuk gedung ini adalah konsep sederhana dengan tetap mempertahankan
aksen lokal yang kental dengan sentuhan arsitektur Jawa, hal ini terlihat pada
konstruksi atap yang digunakan pada gedung tersebut.
2.2 Pengertian Proyek, Manajemen Proyek, dan Manajemen Proyek
Konstruksi
2.2.1 Definisi Proyek
Aktifitas/kegiatan dari suatu organisasi atau perusahaan sangatlah
bermacam-macam, namun ada aktifitas yang hanya berlangsung sekali dimana
dalam aktifitas tersebut kegiatannya tidak terjadi pengulangan atau dalam artian
aktifitas tersebut memiliki saat awal dan saat akhir. Kegiatan yang seperti itulah
yang dinamakan proyek.
Chase, Aquilano, Jacobs (Aquilano Chase dan Jacobs, 2001 : 58)
mendefinisikan proyek sebagai berikut: “A project may be defined as a
series or related job usually directed toward some major output and
requiring a significant period of time to perform”. Artinya: suatu proyek
dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan-kegiatan yang saling
berhubungan, biasanya mengarahkan pada beberapa tujuan akhir dan
5
membutuhkan/dibutuhkan untuk dapat diselesaikan dan dilaksanakan
dalam periode waktu tertentu.
Pengertian diatas menyimpulkan bahwa proyek adalah serangkaian
kegiatan yang dilaksanakan dalam waktu dan alokasi sumber daya tertentu untuk
mencapai/menciptakan suatu hasil yang telah ditetapkan atau direncanakan.
2.2.2 Definisi Manajemen Proyek
Suatu proyek dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan, tentunya membutuhkan suatu sistem yang dapat menjaga agar
kerjasama dalam suatu proyek berjalan dengan baik, untuk menciptakan suatu
kerjasama yang baik dibutuhkan suatu sistem yang disebut Manajemen Proyek.
Ervianto (Wulfram Ervianto I, 2003 : 19) mendefinisikan bahwa:
Manajemen proyek adalah “Semua perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai
selesainya proyek untuk menjamin biaya proyek dilaksanakan tepat waktu,
tepat biaya dan tepat mutu.”
Pengertian diatas menyimpulkan bahwa manajemen proyek adalah suatu
sistem yang merencanakan, mengatur atau mengorganisir, mengarahkan dan
mengkoordinasikan sumber daya (manusia, peralatan, dan bahan baku)
sedemikian rupa sehingga pelaksanaan proyek sesuai dengan waktu, biaya dan
mutu yang telah ditentukan.
2.2.3 Manajemen Proyek Konstruksi
Menurut Soeharto (Iman Soeharto, 1995 : 25) mendefinisikan bahwa:
Manajemen konstruksi merupakan suatu sistem analisa proyek atau usaha untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas suatu proyek konstruksi yang meliputi
berbagai bidang atau unsur-unsur yang terkandung dalam suatu proyek konstruksi
yang terdiri dengan tahap-tahap. Manajemen proyek konstruksi memiliki tahapan-
tahapan dalam pelaksanaanya. Berikut ini merupakan tahapan-tahapan pada
manajemen proyek konstruksi:
6
1. Tahap ide/konsep
Adalah melihat jauh ke depan dengan menafsirkan hari esok berdasarkan
data yang ada. Adapun tahapan-tahapannya meliputi:
Menentukan tujuan
Menggali informasi memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
tujuan
Mengembangkan alternatif-alternatif
Menetapakan pemilihan terhadap alternatif
2. Tahap perencanaan (Planning)
Merencanakan berarti memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan
akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang
diinginkan.
3. Tahap pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan
dengan cara mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumber daya
agar tercapai tujuan yang efisien.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan pengorganisasian:
Skema organisasi dan prosedur pelaksanaan harus jelas dan diketahui
oleh semua staf yang terlibat.
Jika harus bertambah maka pembagian tanggung jawab ke bagian
yang rendah harus diadakan lagi.
Terdapat satu pimpinan yang bertanggung jawab.
Jalur organisasi harus cukup fleksibel.
4. Penggerakan (Motivating)
Penggerakan merupakan proses manajemen yang merupakan kegiatan
yang menggerakkan dan mengarahkan organsasi menuju sasaran. Fungsi
dari penggerak disini adalah sebagai berikut:
Mendorong timbulnya sikap loyal terhadap perusahaan.
Mendorong iklim kinerja yang baik.
7
5. Tahap koordinasi (Coordinating)
Tahap koordinasian merupakan suatu proses dimana semua staf disatukan
agar semua tugas dan pekerjaan dapat terlaksana dengan baik dan benar
dan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan tujuannya adalah
mencegah perpecahan antara staf maupun pekerjaan yang tidak terpadu.
6. Tahap pengendalian (Controlling)
Merupakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dan meyakinkan
pelaksanaan di lapangan sesuai dengan pengendalian. Pengendalian
bertujuan agar setiap kegiatan dapat dimulai, dilaksanakan, dan
diselesaiakan sesuai jadwal, dana yang tesedia, mutu yang ditetapkan dan
sumber daya yang tersedia.
Peranan metode manajemen konstruksi adalah untuk menyusun cara-cara
kerja dalam melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan dan suatu cara untuk
menentukan sarana-sarana pekerjaan yang akan mendukung terlaksananya suatu
pekerjaan misalnya menetapkan atau memilih peralatan yang akan digunakan
dalam pekerjaan yang efektif dan efisien dalam biaya operasional. Peranan
metode manajemen kosntruksi akan mempengaruhi perencanaan konstruksi antara
lain yaitu:
Jadwal pelaksanaan
Jadwal tenaga kerja
Jadwal bahan
Jadwal alat
Manajemen konstruksi dalam melaksanakan tugasnya juga mempunyai
fungsi-fungsi lain yaitu menunjang keberhasilan atau tercapainya tujuan antara
lain:
a) Fungsi pengendalian proyek
b) Fungsi pengawasan
c) Fungsi pembiayaan
d) Fungsi operasional dan pemulihan
8
2.2.4 Sasaran Proyek Konstruksi
Menurut Soeharto (1995) sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana
semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk mencapainya. Setiap proyek
mempunyai tujuan yang berbeda-beda, misalnya pembuatan rumah tinggal, jalan
dan jembatan, maupun instalasi pabrik, dapat pula produk hasil kerja penelitian
dan pengembangan. Selama proses mencapai tujuan tersebut terdapat tiga sasaran
pokok proyek, yaitu besarnya biaya anggaran yang dialokasikan, jadwal kegiatan,
dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga sasaran tersebut erat hubungannya dan
bersifat saling terkait. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja, produk yang telah
disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu
yang berakibat pada naiknya biaya rencana. Sebaliknya apabila ingin menekan
biaya, maka akan menurunkan mutu hasil akhir, dan waktu pelaksanaanya. Dari
segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga
sasaran tersebut terpenuhi. Ketiga sasaran proyek mempunyai hubungan yang erat
dan saling terkait, dalam arti mengubah sasaran yang satu pada umumnya
berpengaruh terhadap yang lain, yaitu:
1. Mempertinggi standar mutu akan menaikkan biaya.
2. Mempercepat jadwal penyelesaian, pada umumnya menaikkan biaya.
3. Mengurangi biaya tanpa mengubah lingkup proyek, akan menurunkan
mutu atau hasil akhir.
2.2.5 Fungsi Dasar Manajemen Proyek
Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan
lingkup kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan
benar merupakan kunci keberhasilan proyek, maka jadwal, biaya, dan mutu
memiliki kedudukan ganda yaitu sebagai sasaran dan juga sebagai fungsi dasar
pengelolaan. Pengelolaan yang dimaksudkan tersebut diatas yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan Lingkup Proyek
Lingkup proyek disisni adalah total jumlah kegiatan atau pekerjaan yang
harus dilakukan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Pengelolaan
lingkup kerja proyek sebagai salah satu fungsi manajemen konstruksi ialah
9
sebagai sasaran dalam mengelola proyek konstruksi baik pengelolaan
sumber daya proyek, maupun sarana prasarana yang digunakan pada
proyek. Oleh karena itu perlu adanya pembagian sumber daya yang ada di
suatu proyek konstruksi secara tepat dan sesuai masing-masing keahlian
atau keterampilan yang dimiliki oleh sumber daya tersebut.
2. Pengelolaan Waktu / Jadwal
Pengelolaan waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama
proyek. Pengelolaan waktu atau jadwal meliputi perencanaan, penyusunan
dan pengendalian jadwal. Keterlambatan akan mengakibatkan berbagai
bentuk kerugian, misalnya penambahan biaya, kehilangan kesempatan
produk memasuki pasaran dan yang lainnya.
3. Pengelolaan Biaya
Pengelolaan biaya meliputi segala aspek yang berkaitan dengan hubungan
antara dana dan kegiatan proyek. Agar pengelolaan bisa efektif terutama
dalam aspek perencanaan dan pengendalian dana proyek, maka disusun
berbagai macam teknik dan metode. Misalnya teknik menyusun anggaran
biaya proyek, konsep nilai hasil dan lain-lain. Agar pengelolaan biaya bisa
efektif, terutama dalam aspek perencanaan dan pengendalian biaya proyek,
maka disusun berbagai macam teknik dan metode. Teknik dan metode
tersebut antara lain misalnya teknik menyusun anggaran biaya proyek.
Menyusun anggaran biaya proyek harus lebih teliti karena apabila terjadi
kesalahan pada penyusunan biaya proyek maka akan terjadi kerugian.
4. Mengelola Kualitas / Mutu
Agar suatu produk atau jasa hasil proyek memenuhi syarat penggunaan,
diperlukan suatu proses yang panjang dan kompleks mulai dari mengkaji
apa saja, syarat-syarat penggunaan yang dikehendaki oleh pemilik proyek,
menjabarkan persyaratan tersebut menjadi kriteria dan spesifikasi serta
menuangkan gambar-gambar. Semua kegiatan di atas adalah bagian dari
pengelolaan kualitas atau mutu yang di lingkungan proyek dilakukan
dengan menyusun program pejaminan dan pengendalian mutu dan quality
control.
10
2.2.6 Batasan-Batasan Manajemen Proyek
Tujuan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah untuk mewujudkan atau
membuat bangunan sesuai dengan spesifikasi atau mutu yang disyaratkan dalam
waktu yang telah ditentukan dengan biaya se-efisien mungkin agar dapat
diperoleh keuntungan.
Uraian rumusan tujuan tersebut terdapat tiga unsur yang perlu
mendapatkan perhatian dari para manajer lapangan yang bertugas mewujudkan
pembangunan. Ketiga unsur tersebut adalah:
1. Biaya (cost)
Biaya merupakan jumlah uang yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu
proyek sejak proyek tersebut dimulai, dilaksanakan, selesai dan
pemeliharaan/perawatan. Biaya merupakan faktor yang sangat penting
karena sangat mudah terpengaruh situasi ekonomi, misalnya inflasi yang
dapat menyebabkan harga bahan naik, sewa peralatan mahal, upah tenga
kerja naik. Apabila manajer lapangan dapat menyelesaikan bangunan
dalam waktu yang ditentukan dengan mutu yang baik serta dengan biaya
yang se-efisien mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara baik,
sehingga kontraktor mendapatkan keuntungan, maka manajer lapangan
telah melakukan tugas dengan baik. Penggunaan biaya merupakan salah
satu tolak ukur keberhasilan. Penggunaan atau peningkatan dana yang
baik, efisien, dan efektif sangat berpengaruh akan keberhasilan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Oleh karena itu manajer lapangan
dalam melaksanakan tugasnya harus berorientasi pada efisiensi
penggunaan dana. Sikap hemat, cermat, teliti dan produktif dari para
manajer lapangan sangat dibutuhkan.
2. Mutu (quality)
Suatu proyek yang dapat diselesaiakan dengan mutu yang baik, menujukan
bahwa manajer lapangan telah bekerja dengan cermat dan teliti. Mutu
bangunan yang baik akan tergantung pada bahan bangunan dan alat yang
digunakan, metode kerja yang tepat dan ketrampilan tenaga kerja yang
melaksanakan pekerjaan.
11
3. Waktu (time)
Waktu dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi telah ditentukan dalam
dokumen kontrak. Keberhasilan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat
diukur dari waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Bila
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu atau dalam tempo cepat
dari waktu yang dientukan, berarti manager lapangan tersbut telah berhasil
dengan baik dalam menjalankan tugasnya. Sebaliknya bila lambat dari
waktu yang ditentukan dan tidak ada alasan yang kuat yang mendukung
keterlambatan proyek, maka itu suatu tanda kurang berhasil walaupun
permasalahan yang ditemui di lapangan bukan karena disebabkan manager
lapangan tetapi karena memang telah diperhitungkan dalam pelelangan.
Waktu dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien bila dilakukan
penjadwalan untuk tiap-tiap pekerjaan diwujudkan dalam bentuk kurva
“S” yang dapat membantu dalam mengontrol kecepatan atau
keterlambatan setiap pekerjaan dalam pelaksanaan proyek.
2.2.7 Rencana/Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal pelaksanaan pekerjaan adalah inti dalam membuat rencana dan
pelaksanaan pekerjaan. Penjadwalan pada suatu proyek adalah suatu langkah
untuk menyusun urutan kegiatan (lintasan kegiatan) dan pengaturan sumber daya
yang terkoordinasi dengan keterbatasan biaya, waktu dan mutu guna mencapai
sasaran proyek secara efisien, selain itu merupakan alat untuk menunjukkan
visualisasi dari rencana kegiatan proyek sebagai alat perencana dan pengendali.
Perencanaan waktu untuk pelaksanaan pekerjaan ini banyak sekali tetapi yang
diambil hanya tiga metode yaitu:
1. Jaringan kerja (Network Planning)
2. Metode diagram batang (Bar chart)
3. Metode kurva “S”.
Penjelasan metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
12
1. Jaringan kerja (Network Planning) adalah salah satu alat yang dipakai
dalam menyelenggarakan pekerjaan atau proyek yang meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Langkah–langkah dalam membuat jaringan kerja (Network Planning)
adalah sebagai berikut:
Menentukan jenis kegiatan yang ada atau yang sedang dilakukan.
Menyusun urutan jenis pekerjaan.
Menggambar diagram network.
Menentukan waktu penyelesaian masing-masing kegiatan.
Menghitumg waktu penyelesaian proyek.
Mancari kegiatan kritis dan lintasan kritis.
Menghitung masing-masing float masing-masing kegiatan.
Syarat-syarat dalam mengambar Network planning:
Suatu Network Planning dimulai dari satu kejadian dan diakhiri
pada satu kejadian pula.
Anak panah digambar dengan garis lurus, boleh patah tetapi tidak
boleh melengkung.
Sudut antara anak panah sebesar mungkin.
Anak panah harus condong ke kanan.
Sedapat mungkin dihindari perpotongan antar anak panah.
Lintasan kritis adalah lintasan yang melalui kegiatan-kegiatan
kritis,lintasan kritis menghubungkan persegi kejadian yang EST = LST.
Lintasan kritis merupakan lintas yang terpanjang waktunya. Penyimpangan
yang terjadi pada lintasan kritis akan mempengaruhi waktu penyelesaian
secara keseluruhan.
2. Metode diagram batang (Bar chart)
Barchat merupakan bentuk rencana yang paling sederhana yang digunakan
di lapangan. Barchart digunakan secara luas dalam proyek konstruksi
sederhana, mudah dalam pembuatanya dan mudah dimengerti oleh semua
pemakaiannya. Barchart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun
dalam kolom arah vertikal. Kolom arah horizontal menunujukan skala
13
waktu. Kegiatan yang dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada
skala waktu yang digambarkan dalam bemtuk horizontal, perencanaan
pekerjaan digambarkan dengan kolom vertikal. Jadi awal dan akhir suatu
proyek dapat dibaca pada skala waktunya jenis kegiatan, pertama kita
harus ketahui lebih dahulu volume pekerjaan yang ada, kemudian kita
tentukan metode dan analisa kerja apa yang akan kita pakai. Proses
penyusunan diagram batang (barchart) dengan langkah sebagai berikut:
1. Menentukan daftar setiap item pekerjaan. Daftar item pekerjaan ini
berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada dalam rencana
pelaksanaan proyek.
2. Menyusun urutan pekerjaan. Urutan pekerjaan berdasarkan prioritas
item pekerjaan yang akan dilaksanakan terlebih dahulu dan item
pekerjaan yang dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan
kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
3. Menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan. Waktu pelaksanaan yang
dimaksudkan disini adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh
kegiatan yang dihitung dari awal pekrjaan dimulai sampai kegiatan
pekerjaan berakhir.
Keunggulan metode Bar Chart, yaitu:
a. Mudah dibuat karena dalam bentuk diagram balok.
b. Bisa digabung dengan kurva “S”.
c. Sangat bermanfaat sebagai alat perencanaan.
d. Dapat mengetahui kebutuhan mingguan kegiatan proyek.
e. Terdiri dari item masing-masing pekerjaan.
Sedangkan kekurangan dari metode barchart yaitu:
a. Tidak memuaskan untuk ditetapkan pada perencanaan proyek besar dan
komplek yang mengandung banyak saling keterkaitan dan
ketergantungan diantara kegiatan-kegiatannya.
b. Tidak dapat memberikan gambaran saling ketergantungan antara
kegiatan secara rinci.
c. Tidak mampu menyatukan kegiatan yang bersifat kritis.
14
d. Sulit mengadakan perbaikan karena harus dilakukan dengan membuat
diagram batang baru.
Tabel 2.1 Bar Chart
No.
Aktivitas
Waktu Pelaksanaan
Keg. Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pek.fondasi
2 Pek. Pile cape
3 Pek.tanah
4 Pek. Kolom
5 Pek. Balok
6 Pek. Pelat
7 Pek.tangga
3. Kurva “S”.
Kurva “S” adalah kurva yang menggambarkan kumulatif progress pada
waktu dalam pelaksanaan pekerjaan. Kurva tersebut dibuat berdasarkan
rencana atau pelaksanaan (actual) progres pekerjaan dari setiap kegiatan.
Dengan kurva S kita dapat mengetahui progres pada setiap waktu. Bentuk
kurva S biasanya mempunyai kemiringan yang landai pada tahap
permulaan dan tahap akhir dari pelaksanaan proyek. Biasanya digunakan
untuk menggambar progress pada momen tertentu. Bila kurva S dari
rencana progres dan pelaksanaan dibandingkan, maka dapat diketahui
secara visual apakah pelaksanaan lebih cepat atau lebih lama dari rencana
yang disepakati. Penjadwalan yang baik akan dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul antara lain:
a. Berapa lama perkiraan waktu penyelesaian proyek.
b. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu
bagaimana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek
secara keseluruhan.
15
Tabel 2.2 Kurva “S”
2.3 Penjadwalan Proyek
Menurut Husen (2009) penjadwalan proyek adalah salah satu elemen hasil
perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan
kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,
peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk
menyelesaikan proyek.
Penggunaan biaya dan waktu merupakan salah satu tolak ukur
keberhasilan. Penggunaan atau peningkatan dana yang baik serta efisiensi waktu
yang efektif sangat berpengaruh akan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Oleh karena itu disini terdapat beberapa macam metode perhitungan
untuk membuat para manajer lapangan agar hemat, cermat, teliti dan produktif.
(Santoso, 2003)
2.3.1 Perhitungan Metode Precedence Diagram Method (PDM)
Metode diagram precedence ini sering digunakan karena hasil dari
diagram ini lebih sederhana dibandingkan dengan Arrow Diagram Method
(ADM).
Metode diagram predence adalah jaringan kerja yang termasuk klasifikasi
AON (activity on node). Disini kegiatan dituliskan di dalam node yang umumnya
No Uraian Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Januari februari
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pekerjaan Fondasi
2 Pekerjaan Pile Cap
3 Pekerjaan Tanah
4 Pekerjaan Kolom
5 Pekerjaan Balok
6 Pekerjaan Plat
7 Pekerjaan Tangga
16
berbentuk segi empat sedangkan anak panahnya sebagai penunjuk hubungan
antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan (Soeharto, 1995)
Adapun bentuk penyajiannya digambarkan sebagai berikut:
Segi empat :
Keterangan : Sebagai nama dari suatu kegiatan
Panah :
Keterangan : Sebagai hubungan ketergantungan
Ada 2 cara penggambaran node pada PDM, yaitu:
a. Cara I yaitu salah satu bentuk penyajian grafis dari rencana kegiatan
proyek, yang digambarkan secara manual.
Gambar 2.1 PDM
Keterangan:
1. Nama kegiatan
2. Nomor kegiatan
3. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan
4. Waktu yang paling awal untuk memulai suatu kegiatan
5. Waktu paling akhir untuk memulai suatu kegiatan
6. Waktu kesenjangan (TF = Total Float)
b. Cara 2 Node PDM pada MS Project / cara Encona yaitu salah satu
bentuk penyajian grafis dari rencana kegiatan proyek, yang
digambarkan dengan menggunakan software.
17
Box Style
4 5
1 2
6 3
Gambar 2.2 PDM cara Encona
Keterangan:
1. Nama kegiatan
2. Nomor kegiatan
3. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan
4. Waktu yang paling awal untuk memulai suatu pekerjaan
5. Waktu paling akhir untuk memulai suatu kegiatan
6. Waktu kesenjangan (TF = Total Float)
Total Float : Sejumlah waktu yang tesedia dalam satu kegiatan
sehingga memungkinkan kegiatan tersebut dapat
ditunda atau terlambat secara sengaja atau tidak
sengaja. Tetapi penundaan tersebut tidak
meyebabkan menjadi terlambat.
Original Durasi : Waktu asli yang digunakan dalam Ms. Project.
Remairing Durasi : Pengingat waktu.
Earliest Start : Waktu paling cepat melaksanakan pekerjaan.
Earliest Finish : Waktu paling awal menyelesaiakan pekerjaan .
= Kegiatan atau Pekerjaan, panjang tidak
menyatakan lamanya waktu. Namun
menyatakan kegiatan yang melibatkan faktor–
faktor sumber daya terkait.
= Penghubung peristiwa, tidak mempunyai durasi
dan panjangnya tidak mempunyai arti.
Critical Activity = Lintasan Kritis , Suatu kegiatan yang apabila
mengalami perlambatan maka akan
mempengaruhi kegiatan keseluruhan dalam
seluruh proyek.
Driving Relationship
NonDriving Relationship
18
Hubungan Overlapping:
Hubungan antara kegiatan 1 dengan 2 dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu:
a) Hubungan Finish to Start (FTS)
Gambar 2.3 Hubungan Finish to Start
Contoh kegiatan yang mengekspresikan kondisi ini adalah:
Instalasi tulangan plat lantai tidak dapat dilaksanakan sebelum
pelaksanaan bekisting plat selesai atau dalam kalimat lain pembuatan
bekisting plat lantai harus selesai sebelum instalasi tulangan dimulai.
b) Hubungan Start to Start (STS)
Gambar 2.4 Hubungan Start to Start
Contoh kegiatan dalam proyek:
Perataan tanah dapat dimulai jika tanah yang akan digunakan telah
tersedia dalam jumlah cukup di lapangan. Kegiatan ini harus
dipisahkan menjadi dua, yaitu kegiatan mengangkat tanah dan
meratakan tanah.
FINISH TO
START
LAG = 0
4 5
1 2
6 3
4 5
1 2
6 3
START TO
START
LAG = 0
4 5
1 2
6 3
4 5
1 2
6 3
19
c) Hubungan Finish to Finish (FTF)
Gambar 2.5 Hubungan Finish to Finish
Contoh dalam proyek konstruksi:
Perataan tanah tidak dapat diselesaikan sebelum pengangkutan tanah
selesai.
d) Hubungan Start to Finish (STF)
Gambar 2.6 Hubungan Start to Finish
Contoh dalam proyek konstruksi:
Pengecoran beton tidak dapat dimulai sebelum perakitan tulangan
diselesaikan.
Ciri-ciri Predence Diagram Methode (PDM):
1. Aktifitas tidak dinyatakan dalam panah (arrow), tetapi dimasukkan
dalam kotak.
2. Anak panah tidak mempunyai durasi (seperti ADM) sehingga dalam
PDM tidak diperlukan dummy dan diagram lebih sederhana.
3. Diperbolehkan, jika ada anak panah berpotongan.
FINISH TO
FINISH
LAG = 0 4 5
1 2
6 3
4 5
1 2
6 3
START TO
FINISH
LAG = 0 4 5
1 2
6 3
4 5
1 2
6 3
20
2.4 Percepatan Proyek
Menurut Ervianto (2002) Crashing adalah suatu proses yang disengaja,
sistematis dan analitis dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan
dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis.
Menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis,
jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu
terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan
bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur.
Seorang manajer proyek harus mampu mengidentifikasi jalur kritis dengan baik,
sebab pda jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka
akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Sebuah jaringan kerja dapat
saja terdiri dari beberapa jalur kritis.
Percepatan pelaksanaan berarti memperpendek waktu pelaksanaan proyek.
Besarnya atau jumlah umur proyek sama dengan jumlah waktu yang ada pada
suatu lintasan kritis. Percepatan pelaksanaan pekerjaan berarti upaya
memperpendek lintasan kritis pada jaringan kerja proyek yang bersangkutan.
Percepatan berarti memperpendek pelaksanaan proyek. Ada 2 alasan
mengapa dilakukan percepatan:
a) Kegiatan proyek yang bersangkutan diharapkan segera selesai dikarenakan
alasan tertentu.
b) Karena terjadi keterlambatan suatu proyek.
Kegiatan dalam suatu proyek dapat dipercepat dengan cara:
1. Dengan mengadakan shift pekerjaan
2. Dengan memperpanjang waktu kerja (lembur)
3. Dengan menggunakan alat bantu yang lebih produktif
4. Menambah jumlah pekerja
5. Dengan menggunakan material yang dapat lebih cepat pemasangannya
6. Menggunakan metode konstruksi lain yang lebih cepat
21
2.4.1 Hubungan Percepatan
Hubungan Percepatan untuk menganalisa lebih lanjut hubungan antara
waktu dan biaya suatu kegiatan dipakai asumsi sebagai berikut:
1. Kurun waktu normal
Merupakan kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
sampai selesai dengan cara yang efisien tetapi diluar pertimbangan (kerja
lembur dan menyewa peralatan).
2. Biaya normal
Merupakan biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu
kegiatan dengan kurun waktu normal.
3. Kurun waktu dipersingkat
Waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan secara kritis.
Pelaksanaan crash time dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Kondisi lapangan
Sumber daya bahan/material
Sumber daya tenaga kerja
Sumber daya peralatan
Tingkat kesulitan suatu pekerjaan
Sumber daya bahan dianggap faktor yang sangat berpengaruh karena
antara penyedia bahan dan selesainya suatu pekerjaan tidak bisa
diperkirakan. Berapa banyak bahan yang dibutuhkan untuk suatu
pekerjaan berikutnya harus memperhatikan sisa bahan yang ada, jika
bahan dipesan terlalu banyak tanpa memperhatikan sisa bahan yang ada
setelah selesai suatu pekerjaan sebelumnya, maka akan terjadi
pembengkakan pada biaya.
4. Biaya untuk waktu dipersingkat
Biaya untuk mempersingkat waktu menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut
antara lain:
Biaya bahan
Biaya tenaga kerja
Biaya peralatan
22
Biaya fasilitas penunjang lainnya
2.4.2 Percepatan dengan Metode PDM
Berikut ini langkah-langkah percepatan dengan menggunakan metode
PDM yaitu (Soeharto, 1995):
1. Menetapkan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk percepatan dengan
mempertimbangkan:
- Kemampuan percepatan untuk masing-masing pekerjaan khususnya
pada jalur kritis.
- Waktu penyelesaian pekerjaan disesuaikan dengan kemampuan
pelaksanaan sekaligus penetapan besarnya percepatan yang diijinkan.
2. Meninjau jalur kritis dan mempercepat secara maksimum sesuai dengan
batasan yang diijinkan/dikehendaki asalkan kurang dari atau sama dengan
batasan maksimum yang telah ditentukan.
3. Meninjau dan mengontrol setiap percabangan yang dipengaruhi,
khususnya E.
4. Kontrol setiap pertemuan antara jalur kritis dengan non kritis. Hal ini
mengakibatkan adanya 2 kemungkinan, yaitu:
- Bila jalur non kritis EST nya lebih dari kegiatan yang telah ditentukan,
maka kegiatan kritis sudah dipercepat, maka pada jalur non kritis juga
harus dipercepat sebesar perbedaan E (kegiatan) dan memilih kegiatan
yang biaya percepatannya paling murah.
- Jika EST nya non kritis dan EST yang ada masih tetap kurang dari
kegiatan normal pada jalur kritis yang sudah dipercepat, maka tidak
ada masalah (kegiatan non kritis tidak perlu dipercepat).
5. Mengontrol kembali semua kegiatan yang sudah dipercepat dan
menjumlahkan biaya-biaya percepatan, maka akan didapat biaya
percepatan termurah dengan cara membandingkan dari beberapa alternatif.
23
2.4.3 Pengurangan Umur Proyek
Konsep cost slope bisa digunakan untuk menentukan waktu paling efisien
untuk menyelesaikan proyek, dihubungkan dengan biayanya. Langkah-langkah
untuk melakukan minimasi biaya (pada umur paling efisien) bisa ditentukan
setelah jaringan kerja, perkiraan waktu didapat. Langkah-langkah tersebut adalah
(Santosa, 2003):
1. Ongkos langsung (Direct Cost)
a. Tentukan ongkos normal (Cn), ongkos crash (Cc), waktu normal (Tn),
dan waktu crash (Tc).
b. Tentukan ongkos minimal untuk pengurangan umur proyek dengan
satu unit waktu (hari/minggu). Ini dilakukan untuk kegiatan-kegiatan
yang berada dalam lintasan kritis dengan biaya perwaktu minimal.
c. Lakukan proses yang sama untuk mengurangi umur proyek untuk unit
waktu yang kedua.
d. Ulangi proses sampai proyek benar-benar menghasilkan selisih waktu
normal dan waktu crash untuk pekerjaan yang kritis (berada dalam
lintasan kritis).
2. Ongkos tidak Langsung (Indirect Cost)
Tentukan ongkos tidak langsung proyek untuk waktu normal dan waktu
crash dan untuk waktu antara keduanya.
3. Ongkos Total (Total Cost)
a. Tambahkan ongkos tidak langsung ke ongkos langsung untuk mencari
ongkos total pada beberapa waktu yang ada.
b. Tentukan pada umur berapa biaya proyek minimal.
Perlu ditekankan di sini bahwa pengurangan umur proyek akan menambah
biaya langsung proyek. Sebaliknya pengurang ini akan mengurangi ongkos tidak
langsung proyek. Selain itu, masih ada ongkos-ongkos lain yang biasanya masuk
dalam kontrak proyek.
Berikut ini rumus yang digunakan untuk menentukan slope biaya dan
biaya percepatan adalah sebagai berikut:
24
Biaya percepatan = NormalBiayaxPercepaDurasi
NormalDurasi
tan
Slope biaya = tan
tan
PercepaDurasiNormalDurasi
NormalBiayaPercepaBiaya
Pengurangan umur proyek akan menambah biaya langsung proyek.
Sebaliknya pengurangan ini akan mengurangi ongkos tidak langsung proyek.
Selain itu, masih ada ongkos-ongkos lain biasanya masuk di dalam kontrak
proyek.
2.5 Rencana Anggaran Biaya Percepatan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah besarnya estimasi seluruh biaya
yang diperlukan untuk merealisasikan pembangunan suatu pekerjaan konstrusi
mulai dari pekerjaan persiapan sampai dengan konstruksi tersebut siap untuk
dimanfaatkan sesuai dengan fungsi yang telah direncanakan. (Dipohusodo, 1996)
Rencana anggaran biaya dipergunakan untuk mengetahui berapa besar
biaya yang diperlukan untuk meembangun proyek, selanjutnya memiliki fungsi
untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga
kerja, pelayanan maupun waktu. Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan
yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada
bangunan yang sama akan berbeda apabila pembangunan dilaksanakan di lain
daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.
Anggaran merupakan bagian terpenting dalam menyelenggarakan
pembuatan bangunan. Membuat anggaran biaya berarti menenaksir atau mengira-
ngirakan harga dari suatu barang, bangunan atau benda. (Soeharto, 1995)
Modal tetap merupakan bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk
membangun instalasi atau menghasilkan produk proyek yang diingini mulai dari
pengeluaran studi kelayakan, desain engineering, pengadaan, pabrikasi, konstruksi
sampai instalasi atau sampai produk tersebut bisa berfungsi. Selanjutnya modal
tetap dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tak langsung. Perinciannya adalah
sebagai berikut:
25
1. Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi
komponen permanen hasil proyek. Biaya langsung terdiri dari penyiapan
lahan, pengadaan peralatan utama, biaya merakit dan memasang utama,
alat-alat listrik dan instrumen, pembangunan gedung atau bangunan sipil
lainnya, fasilitas pendukung, dan pembebasan tanah.
2. Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisi, dan
pembayaran material, serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak
akan menjadi instalasi atau produk permanen tetapi diperlukan dalam
rangka proses pembangunan proyek. Biaya tidak langsung meliputi antara
lain:
- Gaji tetap untuk tim manajemen
- Pembelian bahan bakar kendaran atau peralatan konstruksi
- Pembangunan fasilitas sementara
- Kontigensi laba atau fee
- Overhead
- Pajak, pungutan/sumbangan, biaya izin atau asuransi
Perhitungan anggaran biaya biasanya terdiri dari 5 (lima) hal yaitu:
1. Bahan-bahan : Menghitung banyaknya bahan yang dipakai dan harganya
2. Buruh : Menghitung jam kerja yang diperlukan dan jumlah biayanya.
3. Peralatan : Menghitung jenis dan banyaknya peralatan yang dipakai dan
biayanya.
4. Overhead : Menghitung biaya-biaya tidak terduga yang perlu diadakan
5. Profit : Menghitung prosentase keuntungan dari waktu, tempat dan jenis
pekerjaan.
Anggaran biaya harus dikerjakan dengan baik dan memenuhi syarat–syarat
atau peraturan yang telah berlaku, dimana rumus dari:
Isi dari Rencana Anggaran Biaya antara lain:
1. Seluruh jenis pekerjaan yang ada.
2. Kuantitas dari masing-masing jenis pekerjaan.
RAB = Volume x Harga Satuan Pekerjaan
26
3. Harga satuan dari masing-masing jenis pekerjaan.
4. Total estimasi biaya untuk keseluruhan jenis pekerjaan yang termasuk
didalamnya adalah biaya untuk jasa, pajak, dan biaya-biaya lainnya.
5. Resiko yang dihadapi oleh kontraktor jika melakukan kesalahan dalam
estimasi biaya antara lain: (Dipohusodo, 1996)
2.5.1 Tahap Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
a. Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar
menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.
b. Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerah
lokasi proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari
luar daerah lokasi proyek.
c. Melakukan perhitungan analisa bahan dan upah dengan menggunakan
analisa yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran.
d. Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan
hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.
e. Membuat rekapitulasi.
Sumber: Ervianto I, 2002
Gambar 2.7 Diagram Tahap Penyusunan RAB
Daftar Harga Satuan Bahan Daftar Harga Satuan Upah
Rekapitulasi
Daftar Harga Satuan Upah & Bahan
Daftar Volume & Harga Satuan Pekerjaan