Bab II Study Kasus
-
Upload
pkm-selajambe -
Category
Documents
-
view
130 -
download
1
Transcript of Bab II Study Kasus
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah proses yang terjadi bila ada pertemuan dan
persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa) pada
saat haid terakhir/pada masa ovulasi (Prawirohardjo, 2006 : 65).
Kehamilan adalah kehamilan yang berlangsung kira-kira 40
minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). (Mansjoer,
2001 : 253).
Menurut Prawirohardjo (2006 : 89) bahwa masa kehamilan dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan) dihitung Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT). Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu : trimester pertama
dimulai konsepsi 3 bulan, trimester kedua dari bulan ke 4-6 bulan, dan
trimester ke tiga dari bulan ke 7-9.
Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 Minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saefudin Bari, 2006: 89)
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa kehamilan
adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin yang
7
8
lamanya 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari
pertama haid terakhir dan berakhir sampai permulaan persalinan.
2.1.2 Fisiologi Kehamilan
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan dalam rahim.
1. Rahim dan Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gr
akan mengalami hipertropi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat
1000 gr saat akhir kehamilan. Otot rahim akan mengalami hiperplasia
dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti
pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
Perubahan pada isthmus uteri (rahim) yang menyebabkan
isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan
dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh, perlunakan isthmus
disebut tanda italic. Hubungan besarnya rahim dan tuanya kehamilan
seperti hamil ganda, hamil mola hidatidosa, hamil dengan hidramnion
yang akan teraba lebih besar. Sebagai gambaran dapat dikemukakan
sebagai berikut :
a. Pada kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh
amnion dimana desidua kapsularis dan desidua parietalis telah
menjadi satu. Tingginya rahim setengah jarak antara simfisis dan
pusat, plasenta belum terbentuk seluruhnya.
9
b. Pada hamil 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari dibawah
pusat sedangkan pada umur kehamilan 24 minggu tepat di tepi atas
pusat.
c. Pada hamil 28 minggu fundus uteri sekitar 3 jari di atas pusat atau
sepertiga jarak antara pusat dan prosesus xipoideus.
d. Pada hamil 32 minggu tinggi fundus uteri setengah jarak antara
pusat dengan prosesus xipoideus
e. Pada hamil 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari di bawah
prosesus xipoideus, dalam hal kepala bayi belum masuk PAP
f. Pada kehamilan berumur 40 minggu fundus uteri turun setinggi
3 jari di bawah prosesus xipoideus, oleh karena saat ini kepala
janin telah masuk PAP.
Berkaitan dengan panjangnya fundus uteri dapat dikemukakan
bahwa pada umur hamil 28 minggu panjangnya 25 cm, umur hamil 32
minggu panjangnya 27 cm dan hamil 36 minggu panjangnya 30 cm.
Regangan dinding rahim karena besarnya pertumbuhan dan
perkembangan janin menyebabkan isthmus uteri makin tertarik keatas
dan menipis yang disebut Segmen Bawah Rahim (SBR).
Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi
terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta, sehingga
rahim bentuknya tidak sama, bentuk rahim yang tidak sama disebut
dengan tanda piskacek.
10
Perimbangan hormonal yang mempengaruhi rahim yaitu
estrogen dan progesteron sering terjadi perubahan kontraksi, sehingga
progesteron mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi yang
disebut braxton hicks.
2. Vagina (Liang Senggama)
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-
biruan (tanda chadwicks)
3. Ovarium (Indung Telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mangandung
korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya placenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korialis
yang mengeluarkan hormonn korionik gonadotropin yang mirip
dengan hormon luteotropik hopofisis anterior.
4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan yaitu
progesteron, estrogen dan somatomammotropin.
Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI
dijabarkan sebagai berikut :
11
a. Estrogen berfungsi :
1) Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.
2) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga
payudara tampak makin besar.
3) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam
menyebabkan rasa sakit pada payudara.
b. Progesteron berfungsi :
1) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
2) Menambah jumlah sel asinus.
c. Somatomammotropin berfungsi :
1) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin,
laktoglobulin.
2) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.
3) Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.
Penampakan payudara pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
a. Payudara menjadi lebih besar.
b. Areola payudara makin hiperpigmentasi-hitam.
c. Glandula montgomery makin tampak.
d. Puting susu makin menonjol.
e. Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum
berfungsi, karena hambatan dari PIH (Prolaktine Inhibiting
Hormone) untuk mengeluarkan ASI.
12
f. Setelah persalinan, hambatan prolaktin tidak ada sehingga
pembuatan ASI dapat berlangsung (Sastrawinata,2003).
2.1.3 Tanda dan Gejala Kehamilan
1. Gejala Kehamilan Tidak Pasti
a. Amenorhoe (tidak mendapat haid). Penting diketahui tanggal hari
pertama haid terakhir untuk menentukan usia kehamilan dan
taksiran partus. Rumus taksiran partus menurut Naegle bila siklus
haid ± 28 hari adalah : tanggal +7, bulan -3.
b. Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah). Sering terjadi
pagi hari pada bulan-bulan pertama kehamilan, disebut morning
sickness.
c. Mengidam (menginginkan makanan dan minuman tertentu)
d. Konstipasi/obstipasi, disebabkan penurunan peristaltik usus oleh
hormon steroid.
e. Sering kencing. Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan
pertama kehamilan tertekan uterus yang dimulai membesar. Gejala
ini akan berkurang perlahan-lahan, lalu timbul lagi pada akhir
kehamilan.
f. Pingsan dan mudah lelah. Pingsan sering dijumpai bila berada di
tempat ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan, lalu hilang
setelah kehamilan 18 minggu.
g. Anoreksia (tidak ada nafsu makan)
13
2. Tanda Kehamilan Tidak Pasti
a. Pigmentasi Kulit
Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Timbul di pipi, hidung,
dan dahi, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Terjadi karena
pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
b. Keputihan
Sekret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan hormon
progesteron.
c. Epulis (Hipertofi Papila Gingivae)
Sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.
d. Perubahan Payudara
Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh
esterogen dan progesteron yang merangsang duktuil dan alveoli
payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam karena deposit
pigmen berlebihan. Terdapat klostrum bila kehamilan lebih dari 12
minggu.
e. Pembesaran Abdomen
Jelas terlihat setelah kehamilan 14 minggu.
f. Suhu basal meningkat terus antara 37, 2-37,8 C.
g. Perubahan organ-organ dalam pelvik :
1) Tanda chadwick : vagina livid, terjadi kira-kira minggu
ke-6
14
2) Tanda Hegar : segmen bawah uterus lembek pada
peradaban
3) Tanda Piscaseck : uterus membesar ke salah satu jurusan
4) Tanda Braxton-Hick : uterus berkontraksi bila dirangsang,
tanda ini khas untuk uterus pada masa
kehamilan.
h. Tes Kehamilan
Yang banyak dipakai pemeriksaan hormon korionik gonadotropin
(hCG) dalam urin. Dasarnya reaksi antigen-antibodi dengan hCG
sebagai antigen. Cara yang banyak digunakan hemaglutinasi.
Kadar terendah yang terdeteksi 50 iu/LhCG, dapat ditemukan pada
hari pertama haid tidak datang.
3. Tanda Pasti Kehamilan
a. Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak
janin
b. Pada auskultasi terdengar Bunyi Jantung Janin (BJJ). Dengan
stetoskop Laennec BJJ baru terdengar pada kehamilan 18-20
minggu. Dengan alat Doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12
minggu.
c. Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran
janin.
d. ada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan
lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin.
15
2.1.4 Antenatal Care
Antenatal yaitu pengawasan sebelum persalinan terutama
ditunjukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
1. Tujuan Asuhan Antenatal
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
2. Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan, diantaranya :
a. Satu kali pada triwulan pertama
b. Satu kali pada triwulan kedua
c. Dua kali pada triwulan ketiga.
16
2.1.5 Pelayanan atau Asuhan Standar
Termasuk dalam 5 T diantaranya :
Dasar
1. Timbang berat badan
2. Ukur tinggi fundus uteri
3. Nilai status imunisasi TT dan berikan bila perlu
4. Berikan tablet Fe (tablet tambah darah)
5. Terkini
a) Ukur tinggi badan
b) Temu wicara
c) Tes lab (golongan darah, Hb, protein urine, GD puasa, HbSAg,
sifilis, thalasemia)
d) Status Gizi
e) P4K
f) Presentasi janin
(Direktorat Jenderal Bina Kesmas, Depkes RI : 2009)
2.1.6 Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan
pemantauan selama kehamilannya.
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-
komponen sebagai berikut :
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
17
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukkan bila diperlukan.
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi komplikasi.
2.1.7 Pemberian Zat Besi
Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin
setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi
60 mg) dan Asam Folat 500 µg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet
besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan
menggangu penyerapan.
2.1.8 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Tabel 2.1 Jadual Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
AntigenInterval
(Selang Waktu Minimal)Lama
Perlindungan%
PerlindunganTT1 Pada kunjungan antenatal
pertama- -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun * 80TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95TT4 1 bulan setelah TT3 10 tahun 99TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/
seumur hidup99
Keterangan * Artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum)
(Prawirohardjo, 2006 : 90-91)
18
2.1.9 Nasihat-nasihat Untuk Ibu Hamil
1. Makanan (Diet) Ibu Hamil
Pada wanita hamil biasanya ada peningkatan konsumsi makan
hingga 300 kalori per hari, mengkonsumsi makanan yang mengandung
protein, zat besi, minum cukup cairan tentunya dengan menu
seimbang.
2. Obat-obatan
Jangan memberikan obat yang tidak benar, terutama pada
triwulan I dan II kehamilan. Ada obat yang teratogenik sehingga dapat
menimbulkan kelainan organik pada janin. Ada pula golongan obat
yang dapat menimbulkan his sehingga terjadi abortus atau partus
prematurus (Prawirohardjo, 2006 : 162)
3. Pakaian
a. Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada
daerah perut.
b. Pakailah BH yang menyokong payudara.
c. Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi.
d. Pakaian dalam yang selalu bersih.
(Yulaikhah, 2009 : 53)
4. Imunisasi
Teruama imunisasi tetanus toksoid untuk melindungi bayi
terhadap penyakit tetanus neonatorum. Imunisasi di lakukan pada
trisemester I dan II pada umur kehamilan 3 dan 5 bulan dengan
19
interval minimal 4 minggu. Dilakukan penyuntikan secara IM dengan
dosis 0,5 ml, imunisasi yang lain di berikan sesuai dengan indikasi.
(Yulaikhah, 2009 : 59)
5. Koitus
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang
sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada
waktu itu plasenta telah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi
lebih kecil.
Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah
masuk ke dalam rongga panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena
dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.
6. Merokok
Adalah kenyataan bahwa wanita-wanita yang terlalu banyak
merokok melahirkan anak yang lebih kecil, atau mudah mengalami
abortus dan partus prematurus. Maka dari itu, sebaiknya wanita hamil
dilarang merokok. (Prawirohardjo, 2006 : 162)
7. Pengawasan Gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan emesis-
hiperemesis gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan timbunan
kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk
mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.
(Yulaikhah,2009:60)
20
8. Kesehatan jiwa
Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena
itu dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga
latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. (Yulaikhah,2009:59)
2.1.10 Jadwal Kunjungan Kehamilan
1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :
a. Penapisan dan pengobatan anemia.
b. Perencanaan penilaian.
c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2. Kunjungan II dan III (24-28 minggu) dan (32 minggu), dilakukan
untuk :
a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b. Penapisan preeklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan.
c. Mengulang perencanaan persalinan.
3. Kunjungan IV (36 minggu) sampai lahir :
a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III.
b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
c. Memantapkan rencana persalinan.
d. Mengenali tanda-tanda persalinan.
(Prawirohardjo, 2006 : 98)
21
2.2 Persalinan Normal
2.2.1 Definisi dan Tujuan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Mansjoer,
2001 : 291)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun janin. (Prawirohardjo, 2006 : 100)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus itu. (Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 37)
Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa persalinan
adalah proses pengeluaran janin, plasenta dan selaput ketuban pada
kehamilan cukup bulan dengan presentase balakang kepala dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar.
2.2.2 Tujuan Asuhan Persalinan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya
mencapai pertolongan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan
aspek sayang ibu dan bayi. (Prawirohardjo, 2006 : 101)
2.2.3 Faktor-faktor dalam Persalinan
1. Power yaitu His (kontraksi otot rahim). Kontraksi otot dinding perut,
kontraksi diapragma pelvis atau kekuatan mengejan, dan ketegangan
atau kontraksi ligamentum rotundum.
22
2. Passanger yaitu janin dan plasenta.
3. Passage yaitu jalan lahir lunak dan jalan lahir keras.
4. Psikologi wanita yaitu ketegangan dengan keamanan ibu yang dapat
menimbulkan portio menjadi kaku atau tebal sehingga mempengaruhi
jalannya persalinan.
5. Penolong atau bidan yang dapat membantu lancarnya proses
persalinan.
2.2.4 Tanda-tanda Persalinan
Gejala dan tanda persalinan sabagai berikut :
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak dan
kontrksi semakin pendek.
2. Adanya pengeluaran lendir bercampur darah.
3. Dapat disertai ketuban pacah.
4. Adanya penipisan dan pembukaan serviks.
(Manuaba,2001:164)
2.2.5 Teori-teori Tentang Proses Terjadinya Persalinan
1. Teori Penurunan Progesteron
Penuaan plasenta telah dimulai sejak umur kehamilan 30 -36
minggu sehingga terjadinya penurunan konsentrasi progesterone dan
estrogen.
Pada saat hamil, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan
progesterone yang menimbulkan kontraksi Braxton-Hicks, yang
selanjutnya akan bertindak sebagai kontraksi persalinan.
23
2. Teori Oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor pitocin
dalam otot rahim sehingga menimbulkan kontraksi.
3. Teori Keregangan Otot Rahim
Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan
ketuban, sehingga keregangan otot rahim makin pendek dan kekuatan
untuk berkontraksi makin meningkat.
4. Teori Prostaglandin
Menjelang persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat
meningkat pada cairan amnion dan desidua. Prostaglandin dapat
melunakkan serviks dan merangsang kontraksi. (Manuaba, 1998 : 159)
2.2.6 Kala Persalinan
Kala dalam persalinan dibagi 4 macam, yaitu :
1. Kala I
Klinik dapat dinyatakan partus bila timbul his dan
mengeluarkan lendir yang bersemu darah (blood show). Pada kala I
serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm proses
membukanya serviks sebagian akibat his dibagi dalam 2 fase.
a. Fase laten : berlangsungnya selam 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif, dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
1) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaannya berlangsung
sangat cepat dari 4 cm.
24
2) Fase akselerasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaannya
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase diselarasi pembukaanya menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
(Prawirohardjo, 2006 : 182)
2. Kala II
Kala II disebut juga kala pengeluaran, oleh karena itu berkat
kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin didorong sampai lahir.
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lendir campur darah. (APN, 2007 : 75)
3. Kala III
Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding
uterus dan dilahirkan. Setelah bayi lahir, uterus terasa keras dengan
fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Badanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan
25
keluar spantan atau dengan tekanan pada fundus uteri pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
Tanda-tanda lepasnya plasenta :
a. Perubahan bentuk dan tinggi uterus
b. Tali pusat memanjang
c. Semburan darah mendadak dan singkat
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 2 jam
dalam kala itu diamat-amati, apakah terjadi peredaran post partum.
(Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 137)
2.2.7 Partograf
Partograf adalah alat untuk membuat keputusan klinik, memantau,
mengevaluasi, menatalaksana persalinan dan kewajiban untuk
menggunakannya secara rutin pada setiap persalinan. (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, buku acuan Persalinan Normal, 2007)
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk :
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui memeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama.
26
Pencatatan Pada Lembar Depan Partograf
1. Informasi tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat
memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam”
pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase
laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2. Kesehatan dan Kenyamanan Janin
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk
Pencatatan Denyut Jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan
(kepala janin).
a. Denyut jantung janin, dicatat setiap ½ jam.
b. Warna adanya air ketuban.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan permeriksaan dalam,
dan nilai warna air ketuban pecah. Catatan temuan-temuan dalam
kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang
berikut ini :
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
27
c. Molase (penyusupan kepala janin)
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai
penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di
bawah ini :
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi.
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi dapat
dipisahkan.
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan.
3. Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri
adalah besarnya dilatasi serviks. Pembukaan serviks dinilai setiap 4
jam sekali dan diberi tanda silang (X).
Penurunan, memacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang
teraba pada pemeriksaan abdomen dicatat dengan tanda lingkaran (0)
pada setiap pemeriksaan.
4. Jam dan Waktu
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)
tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16, setiap kotak menyatakan
waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
28
5. Kontraksi Uterus
Dibawah lajur pada pertograf terdapat lima lajur kotak dengan
tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah kolom paling kiri. Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi dalam satuan detik.
6. Obat-obat dan Cairan yang Diberi
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur
kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.
7. Kesehatan dan Kenyamanan Ibu
Bagian terakhir dari pada lembar depan partograf berkaitan
dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
a. Nadi, nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan.
b. Tekanan darah, nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam
selama fase aktif persalinan
c. Suhu, nilai dan catat nilai suhu tubuh ibu setiap 2 jam.
d. Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi
urin ibu sedikitnya 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika
memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya
aseton atau protein dalam urin.
8. Asuhan, Pengamatan dan Klinik Lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan
klinik disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang
29
kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
pembuatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan atau keputusan klinik mencakup :
a. Jumlah cairan per oral yang diberikan.
b. Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan,
dokter umum).
d. Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e. Upaya rujukan.
Pencatatan pada lembar Belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk
bayi baru lahir). (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Asuhan
Persalinan Normal, 2007)
2.3 Nifas
2.3.1 Definisi Nifas
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin, 2002 : N – 24).
Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa setelah partus
selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu. (Mansjoer, 2001 : 316)
30
Berdasarkan teori lain, Masa nifas (puerperium) adalah dimulai
setelah kelahiran plasenta berakhir ketika alat kandungnya kembali seperti
keadaan sebelum hamil. (Prawirohardjo, 2006 : 122)
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud
masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran
plasenta yang berlangsung selama 6 minggu sampai alat kandungannya
kembali seperti keadaan sebelum hamil.
2.3.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, pemberian imunissi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
2.3.3 Pembagian Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
31
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan.
2.3.4 Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
memiliki status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah mendeteksi
dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Tabel 2.2 Kunjungan Setelah PersalinanKunjunga
nWaktu Tujuan
1 6 - 8 jam setelah persalinan
a. Mencegah pendarahan karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila ada pendarahan lanjut.
c. Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.e. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.f. Menjaga bayi tetap sehat dengan
mencegah hipotermi jika petugas menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
2 6 hari setelah persalinan
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal tidak bersatu.
32
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda-tanda penyakit.
e. Memberikan konseling pada ibu menyamai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu setelah persalinan
Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
4 6 minggu setelah persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayinya alami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Sumber : Prawirohardjo, 2006 : 123
2.3.5 Involusi Alat-Alat Kandungan
1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
33
2.
3. Bekas implantasi uri : placental bed mengecil karena kontraksi dan
menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
4. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari.
5. Rasa sakit, yang disebut after pains, (merian atau mules-mules)
disebabkan konstraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan. Perlau diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan
bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti
mules.
6. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
Involusi
Tinggi Fundus
Uteri
Berat Uterus
Bayi Lahir
Uri Lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
Setinggi Pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat
Tidak teraba lagi
Bertambah kecil
1000 gram
750 gram
500 gram
300 gram
40 sampai 60 gram
(Saifuddin, 2005 : 237)
34
a. Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum
selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochia Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochia alba : cairan putih setelah 2 minggu
e. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
f. Lochiostatis : lochia tidak lancar keluarnya.
7. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan
masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3
jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
8. Ligamen-ligamen : Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum
rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita
Indonesia melakukan “berkusuk” atau “berurut”, dimana sewaktu
dikusuk tekanan intra-abdomen bertambah tinggi. Karena setelah
35
melahirkan ligamenta, fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor,
jika dilakukan kusuk atau urut, banyak wanita akan mengeluh
“kandungannya turun” atau “terbalik”. Untuk memulihkan kembali
sebaiknya dengan latihan-latihan dan gimnastik pasca persalinan.
2.3.6 Penatalaksanaan Nifas
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur
telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-
miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-
jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi
diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme iritasi m. sphincter ani selama
persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih yang
36
terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras
dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum
bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan Payudara (Mamma)
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya
putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dilakukan
dengan cara :
a. Pembalutan mamma sampai tertekan
b. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet iynoral
dan parlodel.
Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena
sangat baik untuk kesehatan bayinya.
6. Laktasi
Laktasi terjadi dibawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin,
terutama hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin. Keadaan
ini dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi ibu. Laktasi pada manusia
dipertahankan oleh sekurang-kurangnya empat faktor : (1) struktur
anatomi kelenjar mamae dan perkembangan alveoli, duktus dan puting;
37
(2) inisiasi dan sekresi susu; (3) ejeksi susu atau propulasi susu dari
alveoli ke puting; dan (4) pengeluaran susu dari payudara secara
reguler dan efisien.
Menyusi tergantung pada gabungan kerja hormon, refleks, dan
perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-
faktor berikut ini :
a. Laktogenesis. Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai
pada tahap akhir kelahiran. Kolostrum diseksresi akibar stimulasi
sel-sel alveolar mamaria oleh laktogen plasenta, suatu substansi
yang menyerupai prolaktin.
b. Produksi susu. Kelanjuran segresi susu terutama berkaitan
dengan jumlah produksi hormon prolaktin yang cukup dihipofisis
anterior dan pengeluaran susu yang efisien.
c. Ejeksi susu. Pergerakan susu dari alveoli (dimana susu
disekresi oleh suatu proses ekstrusi dari sel) ke mulut bayi
merupakan proses yang aktif didalam payudara. Proses ini
tergantung pada refleks let-down atau refleks ejeksi susu.
d. Kolostrum. Kolostrum kuning kental secara unik sesuai
untuk kebutuhan bayi baru lahir. Kolostrum mengandung antibodi
vital dan nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali untuk
makanan awal bayi.
e. Susu ibu. Pada awal setiap pemberian makan, susu
pendahulu mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih
38
cepat daripada susu yang keluar pada bagian akhir menyusui.
(Bobak, 2005 : 460-462)
7. Senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan
tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri.
8. Kontrasepsi
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali
b. Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.
c. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman terutama apabila ibu sudah haid lagi
d. Sebelum menggunakan KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan
dahulu kepada ibu :
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektifitasnya.
2) Kelebihan dan keuntungannya
3) Kekurangannya
39
4) Bagaimana menggunakan metode ini
5) Efek samping
6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca
persalinan yang menyusui.
(Prawirohardjo, 2001)
2.3.7 Perubahan Psikologis
1. Fase Honeymoon
Terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan bayi. Hal ini
disebut juga psikis honeymoon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantik, masing-masing saling memperhatikan anaknya dan
menciptakana hubungan yang baru.
2. Bonding Attecment
Terjadi pada kala IV dimana diadakan kontak antara ibu, ayah
dan anak dan tetap dalam ikatan kasih. Partisipasi suami dalam proses
persalinan merupakan salah satu upaya proses ikatan kasih.
3. Fase Taking In
Terjadi pada 1-2 hari post partum. Perhatian pasif dan
tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya bukan
berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yang diperlukan ibu
adalah informasi tentang bayinya bukan cara merawat bayi.
4. Fase Taking Hold
Fase ini kira-kira berlangsung selama 10 hari. Ibu berusaha
mandiri perhatian terhadap kemampuan mengatasi tubuhnya misalnya
40
kelancaran miksi, defekasi, melakukan aktifitas duduk, jalan, belajar
tentang perawatan bayi dan diri. Timbul kurang percaya diri sehingga
mudah mengatakan tidak mampu melakukan perawatan.
5. Post Partum Blues
Tingkat estrogen dan progesteron tubuh turun, seringkali emosi
yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran. Ibu nifas
keletihan setelah persalinan, mengalami nyeri perineum,
pembengkakan mamae dan afterpain. Perasaanya sangat tertekan dan
mungkin menangis untuk hal-hal yang tidak mereka pahami. Perasaan
ini disebut post partum blues. Biasanya tampak pada 1-2 minggu post
partum.
6. Fase Letting Go
Dimulai sekitar mingggu ke 5 sampai ke 6 pasca persalinan.
Tubuh ibu telah sembuh, secara fisik ibu mampu menerima tanggung
jawab dan tidak lagi menerima peran sakit. Kegiatan seksualnya telah
dilakukan kembali.
7. Reaksi Ibu
Terjadi setelah ibu dan ayahnya mengenali bayinya, reaksi
yang positif termasuk berbicara dengan bayi, tersenyum, memeluk,
meneliti dan memberikan tanggapan positif tentang bayinya. Reaksi
negatif termasuk apatis dan kecewa pada bayinya. Reaksi ibu post
partum sangat penting dikaji dalam rangka penyesuaian baik oleh ibu
41
nifas sendiri dalam mengatasi masalahnya atau perlu bantuan bidan
atau perawat. (Diktat Mata Kuliah ASKEB III, NM 2007:69).
2.3.8 Tanda Bahaya Masa Nifas
1. Perdarahan berat pada vagina.
2. Perdarahan berwarna merah segar atau pengeluaran bekuan darah.
3. Lokhia yang berbau busuk.
4. Nyeri pada perut atau pelvis.
5. Fusing atau lemas yang berlebihan.
6. Suhu tubuh ibu >38°C.
7. Tekanan darah yang meningkat.
8. Ibu mengalami kesulitan atau nyeri pada saat BAK atau pada saat
pergerakan usus.
9. Tanda-tanda mastitis : bagian yang kemerahan, bagian yang panas,
gurat-gurat kemerahan pada payudara.
10. Terdapat masalah mengenai makan dan tidur.
sumber
2.4 Bayi Baru Lahir
2.4.1 Definisi
Bayi yang baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin
kehidupan ke kehidupan ekstra uterin. (Hamidah, 2006 : 2)
42
Teori lain menyebutkan bahwa bayi baru lahir adalah bayi yang
baru lahir dari kelahiran 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan
lahir 2500 gram sampai 4000 gram. (Depkes RI, 2002 : 7)
Jadi dapat diketahui bahwa bayi yang baru lahir adalah bayi yang
baru mengalami proses kelahiran dengan kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
2.4.2 Penanganan Bayi Baru Lahir
Tujuan pertama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah :
1. Membersihkan jalan nifas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi
tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas.
2. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril
dan ikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi pendarahan
dapat dibuat ikat baru tali pusar dibersihkan dan dirawat dengan balut
kasa steril, pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap kali
basah atau kotor.
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu
badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat.
4. Memberi Vit. K
43
Untuk mencegah terjadinya pendarahan tesebut, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 minggu / hari
selama 3 hari. Sedangkan bayi resiko tinggi di beri Vit. K parental
dengan dosis 0,5-1 gram IM.
5. Memberikan obat tetes 1 salep mata
Pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata kerena klamidia (penyakit menular
seluruh). Salep mata diberikan sesudah 5 jam bayi lahir.
6. Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya mungkin
lebih dari satu persalinan maka sebuh alat pengenal yang efektif harus
diberikan pada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya
sampai waktu bayi dipulangkan.
2.4.3 Klasifikasi Klinik
Penilaian klinik bertujuan untuk mengetahui derajat vitalitas dan
mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi
adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan
kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti
pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks-refleks primitiv
seperti menghisap dan mencari puting susu. (Saifuddin, 2002:113).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir seperti
yang tertulis pada table berikut:
Tabel 2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan pada Bayi Baru LahirNo. Kondisi Pemeriksaan
44
1. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling
Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit atau suara keras atau mengejutkan atau suara mainan.
2. Keaktifan Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kai yang simetri pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menagis adalah normal, tetapi hal ini bila terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
3. Simetri Apakah secara keseluruhan badan simbang?4. Kepala Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak
dibelakang atas menyebabkan kepala tampak lebih panjang, sebagai akibat proses kelahiran, atau tumor lunak hanya di belakang kiri atau kanan saja, atau di kiri sisi kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala. Ukur lingkar kepala ukuran normal 33-35 cm.
5. Muka wajah Bayi tampak ekspresi6. Mata Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan
berupa bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu.
7 Mulut Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna.
8. Leher, dada, abdomen
Melihat adanya cedera akibat persalinan.
9. Punggung Adakah benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan lekukan yang kurang sempurna.
10. Bahu, tangan, sendi, tungkai
Perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, fraktur, parises.
11. Kulit dan bahu Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang-kadang didapatkan kulit mengelupas ringan. Pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan. Waspadai timbul kulit dengan warna tak rata (cutis marmorta) telapak tangan, telapak kaki atau kuku menjadi biru, kulit menjadi pucat atau kuning.
45
Bercak-bercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong (mongolion spot) akan menghilang pada umur 1-5 tahun.
12. Kelancaran menghisap dan pencernaan
Bayi dalam refleks menghisap cukup kuat dan setelah menetek tidak terjadi muntah.
13. Tinja dan kemih Diharapkan keluar dalam 24 jam pertama waspada bila terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
14. Refleks Refleks rooting, bayi menoleh benda yang menyentuh pipi.Refleks isap terjadi apabila benda menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan.Refleks moro, ialah timbulnya gerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan.Refleks mengeluarkan lidah, terjadi apabila diletakan benda didalam mulut, yang sering ditafsirkan bayi menolak makanan atau minuman.Refleks tonic neck, gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal.Refleks starle, reflek menghentak berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan, dan sering diikuti dengan tangis yang menunjukan rasa takut.Refleks stapping, suatu reflek kaki secara spontan apabila bayi tersebut diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuh pada suatu dasar maka bayi akan melakukan gerakan melangkah bersifat refleks.Refleks grasping, bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam dengan kuat.
15. Berat badan Sebaiknya tiap hari dipantau. Penurunan berat badan lebih dari 15 % berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.
46
Sumber: Saifuddin, 2002
2.4.4 Perawatan Bayi 2 Minggu Pertama
1. Kebersihan :
a. Kencing dan berak harus dijaga dan selalu dibersihkan, popok
diganti.
b. Tempat tidur dan pakaian bayi harus bersih dan hangat.
2. Menyusukan bayi. Pada 12 jam pertama bayi puasa kemudian baru
disusui.
3. Makanan tambahan, kalau ASI kurang.
4. Cara memandikan bayi dan merawat tali pusat.
(Mochtar, 1998 : 119-121)
2.4.5 Tanda-tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
1. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit.
2. Kehangatan terlalu panas (lebih dari 38°C) atau terlalu dingin (kurang
dari 36°C).
3. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat.
4. Pemberian makan hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, berdarah.
6. Infeksi suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan yang berbau
busuk.
7. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada
lendir atau darah pada tinja.
47
8. Aktifitas menggigil, tangis tidak biasa, lemas, terlalu mengantuk,
lunglai, kejang tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
(Prawirohardjo, 2002 : N-36)
2.5 Manajemen Kebidanan
2.5.1 Konsep Asuhan Kebidanan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. (Varney 2001 : 233)
Dokumentasi menurut Ellen Thomas (2000) adalah catatan tentang
interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim
kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan prosedur, pengobatan,
pada pasien dan pendidikan kepada pasien, serta respon pasien terhadap
semua kegiatan yang dilakukan.
Jadi dari teori diatas dapat disimpulkan, bahwa dokumentasi adalah
segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai
catatan tentang bukti interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga
pasien dan tim kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan
terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan.
2.5.2 Metode Dokumentasi
Ada lima metode pendokumentasian dan format pencatatan
pelaporan yaitu :
1. Pencatatan perkembangan secara narasi
48
2. Pencatatan berorientasi pada masalah (Problem Oriented Record,
POR, Problem Oriented Medical Record, POMR)
3. Problem, Intervensi, dan Evaluasi (PEM)
4. Format pencatatan berdasarkan fokus permasalahan
5. Pencatatan berdasarkan masalah atau abnormalitas
2.5.3 Manajemen Kebidanan dalam Asuhan Kebidanan
Menurut Helen Varney alur fikir bidan saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah, untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh
seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam
bentuk SOAP yaitu :
S (Subyektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis sebagai langkah I Varney
O (Obyektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan langkan I Varney
A (Assessment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data,
Subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
49
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, & 4 Varney.
P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan evaluasi
perencanaan (E) berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6 dan 7
Varney.
2.5.4 Keterkaitan Antara Manajemen Kebidanan dan Sistem
Pendokumentasian SOAP
Alur Pikir Bidan Perencanaan dari Asuhan
Proses Manajemen Kebidanan
7 Langkah Varney 5 Langkah (kompetensi Bidan)
Data
Masalah / diagnosa
Antisipasi masalah potensial / diagnosa
lain
Menetapkan kebutuhan segera
untuk berkonsultasi kolaborasi
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
Assesment / diagnosa
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
SOAP
Subyekif/ObjektifData
Assesment / diagnosa
Plan, konsul Tes diagnosa, rujukan
Pendidikan, konseling Follow up
50
Sumber : Pendokumentasian SOAP (Pusdiknakes, 2003)
Bagan 2.1 Keterkaitan Antara Manajemen Kebidanan dan Sistem
Pendokumentasian SOAP