BAB II Perusahaan Bank

66
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Keagenan (agency theory) Pada teori keagenan dijelaskan bahwa pada sebuah perusahaan terdapat dua pihak yang saling berinteraksi. Pihak-pihak tersebut adalah pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen perusahaan. Pemegang saham disebut sebagai disebut sebagai prinsipal, sedangkan manajemen orang yang diberi kewenangan oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan yang disebut agen. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (agency conflict) yang disebabkan karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang saling bertentangan, yaitu berusaha mencapai kemakmurannya sendiri (Jensen dan Meckling, 1976)

description

akuntansi

Transcript of BAB II Perusahaan Bank

Page 1: BAB II Perusahaan Bank

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Teori Keagenan (agency theory)

Pada teori keagenan dijelaskan bahwa pada sebuah perusahaan

terdapat dua pihak yang saling berinteraksi. Pihak-pihak tersebut adalah

pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen perusahaan.

Pemegang saham disebut sebagai disebut sebagai prinsipal, sedangkan

manajemen orang yang diberi kewenangan oleh pemegang saham untuk

menjalankan perusahaan yang disebut agen. Perusahaan yang

memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap

konflik keagenan (agency conflict) yang disebabkan karena masing-

masing pihak mempunyai kepentingan yang saling bertentangan, yaitu

berusaha mencapai kemakmurannya sendiri (Jensen dan Meckling, 1976)

Untuk meminimalkan konflik antara mereka, maka pemilik dan

manajemen melakukan kesepakatan kontrak kerja dengan mengatur

proporsi hak dan kewajiban masing-masing guna mencapai utilitas yang

diharapkan. Adapun manfaat yang diterima oleh kedua belah pihak

didasarkan atas kinerja perusahaan. Hubungan antara pemilik dan

manajemen sangat tergantung pada penilaian pemilik tentang kinerja

manajemen. Untuk itu, pemilik menuntut pengembalian investasi yang

dipercayakan untuk dikelola oleh manajemen. Oleh karenanya,

manajemen harus memberikan pengembalian yang memuaskan kepada

Page 2: BAB II Perusahaan Bank

9

pemilik perusahaan, karena kinerja yang baik akan berpengaruh positif

pada kompensasi yang diterima, dan sebaliknya kinerja yang buruk akan

berpengaruh negatif.

2.1.2 Teori Pensignalan (singnalling theory)

Teori signal membahas bagaimana seharusnya signal-signal

keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada

pemilik (principal). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal

dilakuka oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris.

Laba akuntansi yang diumumkan via statemen keuangan

merupakan salah satu signal dari himpunan informasi yang tersedia bagi

pasar modal. Walaupun hipotesis pasar efisien mengisyaratkan bahwa

tidak seorangpun akan memperoleh return lebih hanya atas

pengetahuannya terhadap data laba, penelitian empiris menunjukkan

bahwa laba (per saham) yang diumumkan via statemen keuangan

mempunyai dampak terhadap harga saham. Oleh karena itu, data laba

sangat diperlukan oleh investor untuk memprediksi laba dan harga masa

datang.

Informasi dalam (inside information) berupa kebijakan

manajemen, rencana manajemen, pengembangan produk, strategi yang

dirahasiakan, dan sebagainya yang tidak tersedia secara publik akhirnya

akan terrefleksi dalam angka laba (laba per saham) yang dipublikasi via

statemen keuangan. Dengan kata lain, laba merupakan sarana untuk

menyampaikan signal-signal dari manajemen yang tidak disampaikan

secara publik.jadi, laba mempunyai kandungan informasi (information

Page 3: BAB II Perusahaan Bank

10

content) yang penting bagi pasar modal. Sementara itu, investor berusaha

untuk mencari informasi untuk memprediksi laba yang diumumkan atas

dasar data yang tersedia secara publik. Oleh karena itu, informasi laba

sangat diharapkan para analis untuk menangkap informasi privat atau

dalam yang dikandungnya dan untuk mengkonfirmasi laba harapan

investor (Suwardjono,2012:490)

2.1.3 Manajemen Keuangan

A. Pengertian Manajemen Keuangan

Seorang manajer keuangan dalam suatu perusahaan harus

mengetahui bagaimana mengelola segala unsur dan segi keuangan. Hal

ini wajib dilakukan karena keuangan merupakan salah satu fungsi penting

dalam mencapai tujuan perusahaan.

Unsur manajemen keuangan harus diketahui oleh seorang

manajer. Misalkan saja seorang manajer keuangan tidak mengetahui apa-

apa saja yang menjadi unsur-unsur manajemen keuangan maka akan

muncul kesulitan dalam menjalankan suatu perusahaan tersebut.

Sehingga seorang manajer manajer keuangan harus mampu

mengetahui segala aktivitas manajemen keuangan, khususnya

penganalisaan sumber dana dan penggunaannya untuk merealisasikan

keuntungan maksimum bagi perusahaan tersebut. Seorang manajer

keuangan harus memahami arus peredaran uang baik eksternal maupun

internal.

Sutrisno (2009:3) mengartikan manajemen keuangan sebagai:

Page 4: BAB II Perusahaan Bank

11

“Semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha

mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha

untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara

efisien.”

Komunitas dan perpustakaan online Indonesia (2008:1)

memberikan definisi manajemen keuangan yang dipublikasikan dalam

organisasi.org sebagai berikut:

“Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan,

penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian,

dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau

perusahaan.”

Dari beberapa pengertian manajemen keuangan yang telah

dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan manajemen

keuangan adalah perencanaan, penganggaran, pemeriksaan,

pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan penyimpanan dana yang

dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

B. Fungsi Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2009:5) Fungsi Manajemen Keuangan terdiri dari tiga

keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan:

a. Keputusan Investasi, adalah masalah bagaimana manajer

keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk

investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa

yang akan datang.

Page 5: BAB II Perusahaan Bank

12

b. Keputusan Pendanaan, pada keputusan ini manajer keuangan

dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi

dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna

membelanjakan kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan

usahanya.

c. Keputusan Dividen, merupakan keputusan manajemen

keuangan untuk menentukan: (1) besarnya prosentase laba yang

dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash

dividend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham,

(4) pemecahan saham, serta (5) penarikan kembali saham yang

beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan

kemakmuran para pemegang saham.

2.1.4 Laporan Keuangan

Suatu laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk

pengambilan keputusan, apabilla dengan informasi laporan keuangan

tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang.

Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses

perbandingan, evaluasi, dan analisis tren, akan diperoleh prediksi tentang

apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang sehingga disinilah

laporan keuangan tersebut begitu diperlukan. Sehingga hasilnya dapat

membantu dalam memberikan pertimbangan mengenai kondisi

perusahaan/badan usaha dimasa yang akan datang.

Semakin baik kualitas laporan keuangan yang disampaikan maka

akan semakin meyakinkan terhadap kinerja perusahaan tersebut. Lebih

Page 6: BAB II Perusahaan Bank

13

jauh perusahaan di prediksikan akan mampu untuk tumbuh dan

memperoleh profitabilitas secara kontinuitas yang otomatis pula tentunya

pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan akan merasa puas

tanpa ada mengalami masalah ataupun kemacetan urusan di masa

mendatang.

A. Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang

menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan

menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu

keuangan.

Menurut Munawir (2009:2) menyatakan bahwa “laporan keuangan

pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas

perusahaan tersebut.”

Farid dan Siswanto (1998) dalam irham (2011:22) mengatakan

“laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu

memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan

ekonomi yang bersifat financial.”

Menurut Kieso, Weygant dan Warfield (2008:2) “laporan keuangan

merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada

pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah

perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.”

Sutrisno (2009:9) menyebutkan bahwa “laporan keuangan

merupakan hasil akhir dari proses akuntansi meliputi dua laporan utama

yakni Neraca dan Laporan Rugi-Laba.”

Page 7: BAB II Perusahaan Bank

14

Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para

pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan

keputusan. Di samping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai

pertanggungjawaban atau accountability, dan juga dapat

menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai

tujuannya.

B. Jenis Laporan Keuangan

a) Pengertian Neraca

Suradi (2009:37) dalam bukunya akuntansi pengantar 1

mendefinisikan bahwa “neraca (balace Sheet) merupakan suatu

daftar yang menggambarkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik

yang dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu”

Neraca Secara garis besar terdiri dari : aktiva, kewajiban, dan

ekuitas pemilik

a. Aktiva (assets) adalah sumber-sumber ekonomi yang dimiliki

perusahaan yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang.

Aktiva (assets) terdiri dari:

Aktiva lancar

Aktiva tetap

Barang tak berwujud

Urutan penyajiannya: aktiva lancar, aktiva tetap dan

aktiva lain-lain

b. Kewajiban (Liabillity) adalah kewajiban perusahaan kepada

pihak ketiga yang harus dibayar oleh suatu perusahaan

Page 8: BAB II Perusahaan Bank

15

dengan uang/jasa pada suatu saat tertentu dimasa yang akan

datang.

Kewajiban jangka pendek (utang lancar) adalah

kewajiban yang waktu jatuh temponya / waktu

pembayaran nya kurang dari satu periode akuntansi /

satu tahun (utang dagang, utang wesel, beban yang

masih harus dibayar, pendapatan diterima dimuka dan

lain-lain).

Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang

waktu jatuh temponya / waktu pembayaran nya lebih

dari satu periode akuntansi / satu tahun (utang hipotek,

hutang obligasi dan lain-lain).

c. Ekuitas pemilik/modal (owners equity) adalah hak pemilik

perusahaan atas kekayaan perusahaan (selisih antara aktiva

dan kewajiban).

b) Pengertian laba rugi

Lukas setia atmaja (2001:413) dalam bukunya manajemen

keuangan memberikan definisi laporan laba rugi sebagai berikut:

“laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memperlihatkan

penghasilan, biaya dan pendapatan bersih dari suatu perusahaan

selama suatu periode waktu”.

Sedangkan Suradi (2009:38) dalam bukunya akuntansi pengantar

1 memberikan definisi laporan keuangan sebagai berikut:

Page 9: BAB II Perusahaan Bank

16

“laporan laba rugi (income statement) adalah ikhtisar pendapatan

(revenues) dan beban (expenses) selama suatu periode tertentu,

misalnya setengah tahun atau setahun”.

Laporan laba rugi menggambarkan hasil suatu perusahaan dalam

suatu periode waktu tertentu, terdiri dari:

a. Pendapatan (revenues) adalah kenaikan bruto atas

ekuitas pemilik karena diterimanya suatu aktiva dari

pelanggan baik yang berasal dari penjualan barang

maupun jasa. Pendapatan juga dapat definisikan sebagai

aliran penerimaan kas atau harta lain yang diterima dari

konsumen sebagai hasil barang/jasa.

b. Beban (expense) adalah penurunan dari modal pemilik,

baik melalui pengeluaran uang maupun penggunaan

aktiva perusahaan sehubungan dengan usaha untuk

menghasilkan pendapatan.

c. Laba/rugi adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan

dan beban.

c) Pengertian laporan arus kas

Menurut Eugene F. Brigham & Joel F. Houston (2001:48)

“laporan arus kas adalah laporan yang menjelaskan dampak aktivitas

operasi, investasi dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas

selama satu periode akuntansi”.

Menurut Lukas Setia Atmaja (2001:414) “laporan arus kas

adalah laporan keuangan yang memperlihatkan penerimaan kas dan

pengeluaran kas suatu perusahaan selama suatu periode”.

Page 10: BAB II Perusahaan Bank

17

Sedangkan menurut Suradi (2009:39) “laporan arus kas

adalah suatu ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas selama suatu

periode tertentu, misalnya setengah tahun atau setahun”.

d) Bentuk-bentuk laporan keuangan

Psak (2009:07) dalam Prayudiawan (2011) laporan

keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

1. Asset

2. Liabilitas

3. Ekuitas

4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan

kerugian

5. Kontribusi dari badan distribusi kepada pemilik dalam

kapasitasnya sebagai pemilik

6. Arus kas.

Dalam PSAK (2009:08) dalam Prayudiawan (2011) laporan

keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut

ini:

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode

3. Laporan perubahan ekuitas selama periode

4. Laporan arus kas selama periode

Sejak tahun 1930 penekanan utama akuntansi adalah pada

orientasi pengukuran dan pengakuan pendapatan (income

statement). Namun menurut kerangka konsep yang dikembangkan

Page 11: BAB II Perusahaan Bank

18

FASB, yang berdiri tahun 1973, penekanan akuntansi bergerak

kepada orientasi asset liability (balance sheet). Kemudian setelah

keluarnya FASB statement no.95 dan perkembangan yang sangat

cepat pada konsep cash flow accounting,maka penekanan akuntansi

mengarah pada orientasi arus kas.

Para ahli menjelaskan bahwa neraca adalah laporan yang

menggambarkan keadaan masa kini, laba rugi menggambarkan

keadaan masa lalu, dan laporan perubahan dana menggambarkan

keadaan masa yang akan datang, karena informasinya dapat

digunakan untuk melakukan prediksi di masa yang akan datang.

C. Tujuan laporan keuangan

Akuntansi lahir dengan maksud tertentu, yaitu untuk memberikan

jasa kepada penggunanya berupa informasi keuangan yang dibutuhkan

untuk proses pengambilan keputusan. Dalam merumuskan teori

akuntansi. Perumusan tujuan laporan keuangan merupakan dasar utama

karena tujuan inilah yang harus diwujudkan oleh ilmu akuntansi itu.

Sofyan (2011:124) dalam bukunya teori akuntansi memaparkan

beberapa versi rumusan tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber

yang dapat kita lihat dari penjelasan di bawah ini.

Financial Accounting Standards Board (FASB) dalam Suwardjono

(2012:154) mendasarkan penyusunan tujuan pelaporan pada tiga aspek

landasan pikiran yaitu:

1. Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan

ekonomik, hukum, politis, dan sosial tempat akuntansi

diterapkan.

Page 12: BAB II Perusahaan Bank

19

2. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan

keterbatasan informasi yang dapat disampaikan melalui

mekanisme pelaporan keuangan.

3. Tujuan pelaporan memerlukan suatu fokus untuk menghindari

terlalu umumnya informasi akibat terlalu banyaknya pihak

pemakai yang ingin dipenuhi kebutuhan informasinya.

APB statement no.4 (AICPA) menggambarkan tujuan laporan

keuangan dengan membagi dua:

Tujuan khusus:

“menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan

perubahan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahaan posisi

lainnya secara wajar sesuai prinsip akuntasi yang diterima”.

Tujuan umum:

“memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan

bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta

informasi lainnya yang relevan.”

A statement of basic accounting theory (ASOBAT) dalam

Suwardjono (2012:151) merumuskan empat tujuan akuntansi

sebagai berikut:

1. Membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan

penggunaan sumberdaya (alam, fisis, manusia, dan finansial)

yang terbatas.

2. Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya fisis dan

manusia suatu organisasi secara efektif.

Page 13: BAB II Perusahaan Bank

20

3. Memelihara dan melaporkan pengelolaan sumber daya yang

dipercayakan kepada manajemen.

4. Memberi kemudahan berjalannya fungsi dan pengendalian

sosial.

Zaki Baridwan (2000:3) menyatakan bahwa tujuan laporan

keuangan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan yang

potensial dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan

untuk investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya.

2. Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan yang

potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumllah, waktu,

dan ketidakpastian dari penerimaan uang di masa yang akan

datang yang berasal dari deviden atau bunga dan dari

penerimaan uang yang berasa dari penjuala, pelunasan, atau

jatuh temponya surat-surat berharga atau pinjaman-pinjaman.

3. Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu

perusahaan; klaim atas sumber-sumber tersebut (kewajiban

perusahaan untuk mentransfer sumber-sumber ke

perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh

dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan keadaan-

keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas

sumber-sumber tersebut.

Menurut Firdaus (2012:2) “tujuan laporan keuangan adalah

untuk melayani pemakai yang memiliki keterbatasan otoritas,

kemampuan, atau sumber daya untuk memperoeh informasi dan

Page 14: BAB II Perusahaan Bank

21

pemakai yang bergantung pada laporan keuangan sebagai

sumber informasi utama tentang aktivitas perusahaan.”

2.1.5 Analisis Laporan Keuangan

A. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada

dasarnya dilakukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan)

dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis

keuangan yang mencakup anaisis rasio keuangan, analisis kelemahan

dan kekuatan di bidang financial akan sangat membantu dalam menilai

prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa yang akan

datang.

Dalam menilai kinerja keuangan sebetulnya ada beberapa teknik

analisis yang dapat digunakan, namun yang paling umum dan sering

digunakan adalah analisis rasio. Analisis rasio tersebut akan memberikan

gambaran atau pengukuran relative dari operasi perusahaan.

Pengertian dari rasio secara simpel adalah membandingkan

antara suatu angka dengan angka lainnya yang memberikan suatu

makna.

Menurut Fahmi (2011:44) “rasio (ratio) adalah perbandingan

jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingan

nya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya

dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan.”

Page 15: BAB II Perusahaan Bank

22

Menurut Prastowo dan Julianty (2005:30) memberikan definisi

analisis laporan keuangan sebagai berikut:

“analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh

pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan

dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu,

dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang

paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa

mendatang.”

Suatu keuntungan dengan menggunakan rasio adalah meringkas

suatu data historis perusahaan sebagai bahan perbandingan. Dari sekian

banyak alat analisis keuangan, analisis rasio adalah paling banyak

digunakan. Analisis rasio menggunakan data keuangan yang diambil dari

neraca dan laporan keuangan perusahaan.

Analisis merupakan suatu langkah awal dalam suatu pengambilan

keputusan yang cerdas dimana sebelum membuat keputusan para

eksekutif harus mengumpulkan data dan menguji fakta-fakta keuangan

tersebut yang diperoleh dari data-data akunting yang ditunjukkan dalam

laporan keuangan.

B. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan

Laporan keuangan melaporkan baik posisi perusahaan pada

suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang

lalu. Akan tetapi,nilai rill dari laporan keuangan adalah fakta bahwa

laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memprediksi laba

dan dividen masa depan.

Page 16: BAB II Perusahaan Bank

23

Menurut Fahmi (2011:47) manfaat yang bisa diambil dengan

dipergunakannya rasio keuangan untuk menganalisis laporan keuagan,

yaitu:

a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan

sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan;

b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen

sebagai rujukan untuk membuat perencanaan;

c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk

mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari prespektif

keuuangan;

d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor untuk

memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan

dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan

pengembalian pokok pinjaman;

e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi

pihak stake holder organisasi.

Brighman & Houston (2001:78) menyebutkan manfaat dari

menganalisis rasio keuangan jika ditinjau:

1. Dari sudut pandang investor, analisis laporan keuangan yang

berkaitan dengan efisiensi, resiko, dan prospek pertumbuhan

perusahaan yang nantinya akan digunakan untuk memprediksi

masa depan.

2. Dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan

digunakan untuk membantuk menganalisis, mengendalikan dan

memperbaiki operasi perusahaan sehingga manajer dapat

Page 17: BAB II Perusahaan Bank

24

mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang lebih penting lagi

sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan

mempengaruhi peristiwa di masa depan.

3. Sedangkan dari sudut pandang kreditor seperti pegawai bank

bagian kredit atau analisis peringkat obligasi menggunakannya

untuk membantu menentukan kemampuan perusahaan membayar

utang.

C. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

Menurut Sofyan (2001) dalam fahmi (2011:47) analisa rasio

keuangan mempunyai keunggulan sebagai berikut:

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang

lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi

yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;

c. Mengetahui posisi keuangan perusahaan di tengah industri

lain;

d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model

pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score);

e. Menstandarisasi size perusahaan;

f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan

perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan

secara periodic atau time series;

g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan

prediksi di masa yang akan datang.

Page 18: BAB II Perusahaan Bank

25

Dipergunakannya analisis rasio keuangan dalam melihat

suatu perusahaan akan memberikan gambaran tentang keadaan

perusahaan dan dapat dijadikan sebagai alat prediksi bagi

perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Ini dikarenakan

rasio keuangan juga memungkinkan manajer keuangan

memperkirakan reaksi kreditor dan investor dalam memperkirakan

bagaimana memperoleh kebutuhan dana, serta seberapa besar dana

sanggup diperoleh.

D. Kelemahan Analisis Rasio Keuangan

Meskipun analisis rasio dapat memberikan informasi yang

berguna tentang operasi dan kondisi keuangan perusahaan, namun

rasio ini memiliki keterbatasan yang harus kita waspadai dan

pertimbangkan.

Menurut Brigman dan Houston (2001:101) beberapa

masalah potensial yang harus diwaspadai dan dipertimbangkan dari

rasio keuangan adalah:

1. Banyak perusahaan besar mengoperasikan divisi yang

berbeda pada industri yang berbeda, dan perusahaan

semacam ini sangat suit untuk mengembangkan

seperangkat rata-rata industri yang berarti untuk tujuan

komparatif.

2. Kebanyakan perusahaan ingin lebih baik dibanding rata-rata

industri, sehingga bila hanya mencapai kinerja rata-rata

tidaklah terlalu baik. Sebagai target untuk mencapat kinerja

tingkat tinggi, perusahaan hendaknya memfokuskan pada

Page 19: BAB II Perusahaan Bank

26

rasio perusahaan yang sudah menjadi “leader”. Dalam hal ini

benchmarking akan sangat membantu

3. Inflasi dapat memberikan distrosi yang buruk pada neraca

perusahaan, nilai yang dicatat seringkali sangat berbeda

dengan nilai “sebenarnya”.

4. Faktor-faktor musiman juga dapat mendistorsi analisis rasio.

5. Perusahaan dapat menggunakan teknik “window dressing”

untuk membuat laporan keuangan nampak lebih baik.

6. Praktik akuntansi yang berbeda dapat mendistorsi

perbandingan. Seperti disebutkan sebelumnya, penilaian

persediaan serta metode penyusutan dapat mempengaruhi

laporan keuangan dan dengan demikian mendistorsi

perbandingan diantara perusahaan.

7. Sangat sulit menyamaratakan apakah suatu rasio tertentu

“baik” atau “buruk”. Misalnya rasio lancar yang tinggi

mungkin menunjukkan posisi likuiditas paling kuat, yang

tampak bagus, atau kas yang berlebihan, yang buruk.

Demikian juga, rasio perputaran aktiva tetap yang mungkin

menunjukkan bahwa suatu perusahaan telah menggunakan

aktivanya secara efisien atau dikapitalisasi terlalu rendah

dan tidak mampu membei cukup aktiva.

8. Suatu perusahaan mungkin memiliki beberapa rasio yang

kelihatan “bagus” dan lainnya kelihatan “buruk”, yang

membuat sulit untuk menyatakan apakan perusahaan

tersebut kuat atau lemah. Namun, prosedur statistic dapat

Page 20: BAB II Perusahaan Bank

27

digunakan untuk menganalisis pengaruh bersih dari

sekumpulan rasio.

Analisis rasio sangat berguna, tetapi analis harus memahami

permasalahan di atas dan membuat penyesuaian yang diperlukan.

Analisis rasio yang dilakukan secara mekanis, dengan cara yang

membabi-buta adalah berbahaya, tetapi bila digunakan dengan

intelegensi dan dengan pertimbangan yang tepat akan

memberikan masukan yang bermanfaat tentang operasi

perusahaan.

E. Analisis Rasio Keuangan atas Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk

memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan

hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan yang bersangkutan.

Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang

berkepentingan apabila data tersebut dapat diperbandingkan untuk

dua periode atau lebih.

Menurut Margaretha (2004) yang dikutip oleh Fahmi (2011)

“pengaanalisaan rasio keuangan ada beberapa cara, di antaranya:

a. Analisis horizontal/trend analysis, yaitu membandingkan

rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu

dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio

perusahaan selama kurun waktu tertentu;

Page 21: BAB II Perusahaan Bank

28

b. Analisis vertical, yaitu membandingkan data rasio keuangan

perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain

yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama;

c. The du pont chart berupa bagan yang dirancang untuk

memperlihatkan hubungan antara Roi, assets turnover, dan

profit margin.

Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan dan potensi

atas kemajuan perusahaan, faktor yang paling penting untuk

diketahui oleh yang berkepentingan, adalah sebagai berikut;

a. Likuiditas: menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera

dipenuhi atau saat ditagih. Perusahaan yang mampu

memenuhi kewajiban tersebut disebut dalam keadaan

“likuid”, sebaliknya bagi perusahaan yang tidak mampu

memenuhi kewajibannya disebut “illikuid”.

b. Solvabilitas: menunjukkan kemampuan suatu perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila

perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban jangka

pendek, maupun kewajiban jangka panjangnya.

c. Rentabilitas: menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menciptakan laba atau keuntungan. Modal perusahaan

pada dasarnya diperoleh dari modal sendiri (equity) dan

modal dari luar (short and long term liabilities).

Kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba adallah

tuntutan para pemodal tersebut untuk memperoleh dividen,

Page 22: BAB II Perusahaan Bank

29

bunga kupon obligasi, ataupun kewajiban perusahaan

lainnya.

d. Stabilitas: menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menjalankan usahanya dengan stabil, yaitu dengan

mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar

beban bunga dan pokok atas utang-utangnya, membayar

dividend dan kewajiban intern perusahaan.

Menurut Hendra (2009:199) dalam suatu anaisis rasio

keuangan ada 5 inti atau 5 pokok, yaitu sebagai berikut:

1) Rasio likuiditas: rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

yang telah jatuh tempo.

2) Rasio leverage: rasio yang mengukur seberapa jauh atau

besar perusahaan telah didanai atau dibiayai oleh utang.

3) Rasio aktivitas: rasio yang mengukur seberapa efektif (hasil

guna) perusahaan menggunakan sumber dayanya.

4) Rasio profitabilitas: rasio yang mengukur seberapa

efektivitas manajemen atau eksekutif perusahaan yang

dibuktikan dengan kemampuan menciptakan keuntungan

atau perlu ditambahkan mampu menciptakan niai tambah

ekonomis perusahaan.

5) Rasio valuasi: rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan

meaui para eksekutifnya mampu menciptakan niai pasar

(market vaue) yang ebih besar atas investasi yang

ditanamkannya. Rasio ini merupakan suatu rasio yang

Page 23: BAB II Perusahaan Bank

30

engkap, di mana faktor resiko (risk nation) dan harapan

tingkat keuntungan (expected return) harus dipelihara

dengan baik untuk memaksimalkan kesejahteraan para

investor.

Fahmi (2011) dalam bukunya kemudian membahas rumus-

rumus rasio keuangan yang terdiri dari:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan

suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya

secara tepat waktu. Rasio likuiditas secara umum ada 2

(dua) yaitu current ratio dan quick ratio:

a. Rumus current ratio:

Apabila suatu perusahaan perusahaan menetapkan

bahwa current ratio yang harus dipertahankan

adalah 3:1 atau 300%, ini berarti bahwa setiap

utang lancar sebesar Rp 1,- harus dijamin dengan

aktiva lancar Rp 3,- atau dijamin dengan net

working capita sebesar Rp 2,-

b. Rumus quick ratio :

Current AssetsCurrent Liabilities

Current Assets−InventoriesCurrent Liabilities

Page 24: BAB II Perusahaan Bank

31

Quick ratio tidak memasukkan persediaan dalam

aktiva lancar sebagai penjamin utang lancar adalah

karena persediaan dipersiapkan untuk digunakan

pada operasi yang berkelanjutan pada biaya yang

minimum.

2. Rasio Leverage

Rasio leverage mengukur seberapa besar

perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang

yang terlalu tinggi akan membayakan perusahaan karena

perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage

(utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat

utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang

tersebut.

Rasio leverage secara umum ada 5 (lima) yaitu

debt to total assets, debt to equity ratio, times interest

earned, fixed charge coverage, dan cash flow coverage.

a. Rumus debt to total assets adaah:

b. Rumus debt to equity ratio adalah :

c. Rumus times interest earned adalah:

Total LiabilitiesTotal Assets

Total LiabilitiesTotal ShareholdersEquity

Earning Before Interest∧Tax (EBIT )Interest Expense

Page 25: BAB II Perusahaan Bank

32

d. Rumus fixed charge coverage adalah:

e. Rumus cash flow coverage

3. Rasio aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang

menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan

mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna

menunjang aktivitas perusahaan.

Rumus rasio aktivitas secara umum ada 4

(empat), yaitu inventory turnover (perputaran

persediaan), rata-rata periode pengumpulang piutang,

fixed assets turnover (perputaran aktiva tetap), dan

total assets turn over (perputaran tota aset).

a. Rumus inventory turnover adalah

b. Rumus rata-rata pengumpulan piutang adalah:

Earning Before Interest∧Tax(EBIT )Interest Expense+Pembayaran Sewa

Aliran KasMasuk+Depreciation

¿Cost+Dividen SahamPreferen

(1−Tax)+Dividen SahamPreferen

(1−Tax)

Cost of Good SoldAverage Inventory

ReceivableCredit Sales /360

Page 26: BAB II Perusahaan Bank

33

c. Rumus fixed assets turnover:

d. Rumus total assets turnover:

4. Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur efektivitas manajemen

secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya

tingkat keuntungan yang diperoleh dalam

hubungannya dengan penjualan maupun investasi.

Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik

menggambarkan kemampuan tingginya perolehan

keuntungan perusahaan.

Rasio profitabilitas secara umum ada 4 (empat),

yaitu gross profit margin, net profit margin, return on

investment (ROI), dan total asset turnover (perputaran

total aset).

a. Rumus gross profit margin adalah:

b. Rumus net profit margin adalah:

Sales¿ Asset−net

SalesTotal Asset

Sales−Cost of Good SoldSales

Earning AfterTax(EAT )Sales

Page 27: BAB II Perusahaan Bank

34

c. Rumus return on ivestment adaah:

d. Rumus total asset turnover adaah:

5. Rasio pertumbuhan

Rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur

seberapa besar kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan posisinya di dalam industry dan

dalam perkembangan ekonomi secara umum.

Rasio pertumbuhan ini yang umum dilihat dari

berbagai segi yaitu dari segi sales (penjualan), earning

after tax (EAT), laba perlembar saham, dividen

perlembar saham, dan harga pasar perlembar saham.

6. Rasio nilai pasar

Rasio nilai pasar yaitu rasio yang

menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio

ini juga sering dipakai untuk melihat bagaimana kondisi

perolehan keuntungan yang potensial dari suatu

perusahaan, jika keputusan menempatkan dana di

perusahaan tersebut terutama untuk masa yang akan

datang.

Rasio nilai pasar ini yang umum dilihat adalah

earning per share (pendapatan per lembar saham),

Earning AfterTax(EAT )Total Asset

Earning AfterTax(EAT )Shareholder ' s Equity

Page 28: BAB II Perusahaan Bank

35

earning ratio (rasio harga laba), book value per share

(harga buku per saham), dividen yield (hasil saham),

dividen payout (pembayaran dividen).

Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan

perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-

aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung

berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja,

dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan rugi laba.

Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu

yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Secara

keseluruhan, aspek-aspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan

menjadi aspek leverage, aspek likuiditas, aspek profitabilitas

atau efisiensi, dan rasio-rasio nilai pasar.

2.1.6 Rasio-rasio Keuangan Perbankan

Menurut Kasmir (2008:50) Penilaian kesehatan bank telah ditentukan

oleh bank Indonesia yaitu kepada pihak bank diharuskan membuat laporan baik

yang bersifat rutin maupun secara berkala mengenai aktivitasnya dalam suatu

periode tertentu. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya

menggunakan analisis CAMELS yaitu:

1. Aspek Permodalan

Penilaian permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban

penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan

pada Capital Adequacy Ratio (CAR) yang telah ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

Page 29: BAB II Perusahaan Bank

36

2. Aspek Kualitas Aset

Merupakan penilaian jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.

Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan oleh Bank Indonesia

dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklarifikasikan

aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva

produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat

dilihat di neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank

Indonesia.

3. Aspek Kualitas Manajemen

Aspek penilaian merupakan kegiatan bank yang dikelola sehari-hari

kualitas manajemennya. Kualitas manajemen juga dilihat dari kualitas

manusianya dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari sisi

pendidikan dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani

berbagai kasus-kasus yang terjadi.

4. Aspek Likuiditas

Penilaian atas kemampuan bank yang bersangkutan untuk

membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan,

giro, & deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua

pemohonan kredit yang layak dibiayai.

5. Aspek Rentabilitas

Merupakan ukuran kemampuan Bank dalam meningkatkan labanya

apakah setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha

dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang

sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus

meningkat.

Page 30: BAB II Perusahaan Bank

37

6. Aspek Sensitivitas

Merupakan aspek dimana perbankan harus memperhatikan dua

unsur yaitu tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang

akan dihadapi. Pertimbangkan risiko yang harus diperhatikan

berkaitan erat dengan sensitivitas perusahaan. Sensitivitas terhadap

risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat dicapai dan

pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin.

2.1.7 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba pada periode tertentu. Laba perusahaan selain merupakan indikator

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang

dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai yang

menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Kasmir (2010:115) mengungkapkan bahwa “rasio profitabilitas

merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan.” Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas

manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang

dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan

keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dan rasio profitabilitas

(profitability ratio) akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas,

manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.

Page 31: BAB II Perusahaan Bank

38

Sedangkan Sofyan (2006:304) mengemukakan bahwa “rasio

profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba

melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan

penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.”

Beberapa jenis rasio profitabilitas adalah:

a. Margin laba (profit margin

Profit Margin= PendapatanBersihPenjualan

Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan

bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini

semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam

mendapatkan laba cukup tinggi.

b. Aset turn over (return on asset)

Returnon Asset= PenjualanBersihTotal Aktiva

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari

volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini

berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

c. Return on investmen (return on equity)

Returnon Equity= LabaBersihRata−rataModal(Equity )

Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih

bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.

d. Return on total asset

ReturnonTotal Asset= Laba BersihRata−rataTotal Asset

Page 32: BAB II Perusahaan Bank

39

Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh

perusahaan bila diukur dari nilai aktiva

2.1.8 Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank

dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu

penilaian likuiditas bank dapat dirumuskan sebagai beikut:

Jumlah Kredit yang diberikan LDR = x 100%

Total Dana Pihak Ketiga + KLBI+Modal Inti

Menurut (Dendawijaya 2005) Loan to Deposit Ratio (LDR)

merupakan ukuran kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan

dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. LDR menunjukkan tingkat kemampuan bank

dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun bank. Menurut Surat

Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993 dalam Dendawijaya

(2005:116), termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank adalah

sebagai berikut:

a. KLBI (kredit Likuiditas Bank Indonesia) (jika ada)

b. Giro, Deposito, Dan Tabungan Masyarakat

Page 33: BAB II Perusahaan Bank

40

c. Pinjaman bukan dari Bank yang berjangka waktu lebih dari 3

bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi

d. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu

lebih dari 3 bulan

e. Surat berharga yang diterbitakan oleh bank yang berjangka

waktu lebih dari bulan

f. Modal pinjaman

g. Modal inti

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 12/PBI/2010 batas

aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 78-100%. Besar

kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi profitabilitas bank

tersebut.

2.1.9 Likuiditas

Suatu perusahaan di awal pendiriannya biasanya mengandalkan

modal setoran dari pemilik untuk mendanai kegiatan operasi awal, mulai

dari pengadaan aktiva, pembelian bahan baku (kecuali perusahaan jasa),

dan pendanaan lain yang berkaitan dengan kegiatan operasional

perusahaan. Seiring dengan berjalannya waktu dengan manajemen yang

baik sebuah perusahaan tentunya akan semakin mengembangkan sayap,

akan tetapi dalam melakukan ekspansi pihak perusahaan biasanya mulai

mengurangi ketergantungannya terhadap modal pemilik dan jalan keluar

yang biasanya dilakukan adalah melakukan pinjaman ke pihak eksternal.

Kegiatan tersebut tentunya akan menimbulkan kewajiban kepada pihak

Page 34: BAB II Perusahaan Bank

41

kreditur berupa pengembalian hutang yang juga tentunya akan ditambah

dengan bunga atas pinjaman.

Kewajiban yang muncul nantinya akan terpecah menjadi dua,

apakah kewajiban itu berifat lancar (jangka pendek) jika waktu jatuh

temponya kurang dari satu periode akuntansi atau kewajiban itu akan

menjadi kewajiban jangka panjang apabila waktu jatuh temponya lebih dari

satu periode akuntansi. Pertanyaan yang selanjutnya akan muncul setelah

terjadinya transaksi tersebut adalah “Apakah perusahaan akan memiliki

kas yang cukup di masa yang akan datang untuk memenuhi kewajibannya

pada saat jatuh tempo?”

Untuk mengetahui hal tersebut kita perlu melakukan analisa

terhadap laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan khususnya

terhadap aktiva dan kewajiban perusahaan. Likuiditas adalah

penganalisaan terhadap laporan keuangan dengan menggunakan rasio

keuangan yang secara khusus menganalisa sampai sejauh mana

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Hal ini dapat kita lihat dari pendapat para ahli berikut ini.

Fred Weston dalam Kasmir (2010:110) menyebutkan bahwa rasio

likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.

Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk

memenuhi(membayar) utang tersebut terutama utang yang jatuh tempo.

Brigham & Houston (2009) Aktiva likuid (Iliquid asset) adalah aktiva

yang diperdagangkan dalam suatu pasar yang aktif sehingga akibatnya

Page 35: BAB II Perusahaan Bank

42

dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan menggunakan harga

pasar yang berlaku. Suatu analisis likuidtas lengkap meminta

digunakannya anggaran kas, tetapi dengan menghubungkan jumlah kas

dan aktiva lancer lainnya dengan kewajiban lancar, analisis rasio dapat

memberikan sebuah ukuran likuiditas yang cepat dan mudah untuk

digunakan.

Brigham & Houston (2009) aktiva likuid adalah aktiva yang dapat

diubah menjadi kas dengan cepat tanpa harus terlalu jauh menurunkan

harga aktiva tersebut, sedangkan rasio likuiditas adalah rasio yang

menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah

perusahaan dengan kewajiban lancarnya.

Sofyan (2006:301) rasio likuiditas menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-

rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu

pos-pos aktiva lancar utang lancar.

Menurut Sofyan (2006:301) beberapa rasio likuiditas adalah

sebagai berikut :

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan mampu menutupi kewajiban-kewajiban

lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang

lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi

kewajiban jangka pendeknya.

Page 36: BAB II Perusahaan Bank

43

Rasio Lancar (current ratio) ¿AKTIVA LANCARUTANG LANCAR

Rasio lancar dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau

dalam bentuk persentasi. Apabila rasio ini 1:1 atau 100% ini

berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar.

Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau

di atas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah

utang lancar.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan mampu menutupi kewajiban-kewajiban

lancar, akan tetapi tidak seperti current ratio yang menggunakan

total aktiva lancar secara keseluruhan sebagai patokan

kemampuan perusahaan terhadap pemenuhan kewajiban-

kewajiban lancar dimasa yang akan datang. Quick ratio hanya

menggunakan aktiva lancar yang likuid saja dalam hal ini

persediaan dan biaya di bayar dimuka tidak diikut sertakan

karena kedua komponen tersebut tidak dapat langsung dijadikan

kas jika sewaktu-waktu kewajiban jangka pendek jatuh tempo,

hal ini disebabkan karena persediaan masih membutukan pasar

(konsumen dan waktu) yang tepat untuk menjualnya dan itu

memerlukan waktu yang relative lama untuk menjadikannnya

kas sedangkan biaya dibayar dimuka sebenarnya merupakan

kewajiban yang diselesaikan lebih cepat dari waktu jatuh

temponya. Sehingga hal inilah yang menjadi alasan quick ratio

Page 37: BAB II Perusahaan Bank

44

tidak mengikut sertakan persediaan dan biaya dibayar dimuka

sebagai jaminan terhadap kewajiban jangka pendek.

RatioCepat (quick ratio)=Aktiva Lancar−(Persediaan+Biaya dibayar dimuka)

Kewajiban Lancar

Jadi quick ratio adalah rasio yang menganalisa seberapa

besar aktiva lancar yang bisa cepat dijadikan kas untuk

menjamin jika sewaktu-waktu ada kewajiban lancar yang jatuh

tempo.

2.1.10 Leverage

Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis perusahaan,

serta pembagian resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para

pemberi pinjaman atau kreditur. Sebagian pos utang jangka pendek,

menengah dan panjang menanggung biaya bunga.

Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang

untuk membiayai sebagian daripada aktiva perusahaan. Pembiayaan

dengan utang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena utang

mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam

membayar bunga atas utang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang

berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Tetap penggunaan utang juga

memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan

pemegang saham. Karenanya penggunaan utang harus diseimbangkan

antara keuntungan dan kerugiannya. (Mohamad Muslich, 2003:49)

Page 38: BAB II Perusahaan Bank

45

Kasmir (2010:112) rasio solvabilitas atau leverage ratio, merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang

ditanggung perusahaan dibandingkan dengan akltivanya. Dalam arti luas

dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban jangka

pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan

(dilikuidasi).

Sofyan (2006:306) rasio leverage menggambarkan hubungan

antara utang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat

melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar

dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity).

Leverage=TotalUtangTotal Aset

X 100%

Sesuai dengan pengertian rasio leverage yang telah dikemukakan

oleh para ahli yang telah disebutkan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan

dimana rasio keuangan merupakan rasio yang menunjukkan seberapa

besar perusahaan menggunakan utang dari pihak eksternal dalam kegiatan

operasionalnya.

2.1.11 Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu

perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata

total penjualan dan rata-rata total aktiva (Sujianto, 2001). Ukuran

perusahaan yaitu rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang

Page 39: BAB II Perusahaan Bank

46

bersangkutan sampai beberapa tahun (Brighman dan Houston,

2001:117).

Menurut Ferry dan Jones (1979) dalam Panjaitan (2004)

pengelompokkan perusahaan atas dasar skala operasi (besar atau kecil)

dapat dipakai oleh investor sebagai salah satu variable dalam

menentukan keputusan investasi. Tolok ukur yang menunjukkan besar

kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat

penjualan dan total aktiva. Perusahaan besar umumnya memiliki total

aktiva yang besar pula sehingga dapat menarik investor untuk

menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Menurut Hadri Kusuma (2005), ada tiga teori yang secara implisit

menjelaskan hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat

keuntungan, antara lain :

a. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies

of scale, dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan

besarnya ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya

terhadap profitabilitas.

b. Teori organisasi, menjelaskan hubungan profitabilitas dengan

ukuran perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi

organisasi, didalamnya terdapat teori critical resources.

c. Teori institusional mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-

faktor seperti system perundang-undangan, peraturan anti-trust,

perlindungan patent, ukuran pasar dan perkembangan pasar

keuangan.

Page 40: BAB II Perusahaan Bank

47

Dalam penelitian, ukuran perusahaan diukur dengan besarnya

total asset. Penulis menggunakan total asset karena total asset lebih

mencerminkan besarnya aktivitas perusahaan dan besarnya kemampuan

perusahaan menghasilkan keuntungan. Pihak investor cenderung

menyoroti besarnya perusahaan dari total asetnya, karena perusahaan

yang memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan

tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus

kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik

dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan

bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan

laba.

Rumus Ukuran Perusahaan :

Ukuran Perusahaan = logaritma natural (In) Total Aset.

Sesuai dengan pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan

sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan mengenai ukuran perusahaan

yang dapat diartikan sebagai gambaran besar kecilnya perusahaan yang

dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan atau dapat

juga dilihat dari jumlah penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan.

2.1.12 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Sama halnya dengan perusahaan lain, bank memiliki modal yang

dapat digunakan untuk kegiatan operasional bank. Menurut Idroes

(2008:69) Modal bank terdiri dari dua macam yakni modal inti dan modal

pelengkap. Komponen modal inti meliputi modal disetor, agio saham,

cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak (cadangan umum), dan

Page 41: BAB II Perusahaan Bank

48

laba ditahan. Modal pelengkap antara lain adalah cadangan revaluasi

aktiva tetap. Rasio kecukupan modal yang sering disebut dengan Capital

Adequacy Ratio (CAR) mencerminkan kemampuan bank untuk menutup

resiko kerugian dari aktivitas yang dilakukannya dan kemampuan bank

dalam mendanai kegiatan operasionalnya. Sesuai peraturan Bank

Indonesia No. 10/15/PBI/2008, permodalan minimum yang harus dimiliki

bank adalah 8%.

Menurut Hayat (2008) dalam kutipan Riski (2012) mengemukakan

bahwa suatu bank yang memiliki modal yang cukup diterjemahkan ke

dalam profitabilitas yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa semakin tinggi modal

yang diinvestasikan di bank maka semakin tinggi profitabilitas bank.

Berikut ini merupakan ketentuan Bank Indonesia mengenai tingkat

CAR untuk dipenuhi oleh perbankan di Indonesia:

Tabel 2.1 Ketentuan tingkat CAR dari Bank Indonesia

Tingkat Predikat

8% ke atas Sehat

6,4% – 7,9% Kurang Sehat

Dibawah 6,4% Tidak Sehat

Sumber: Bank Indonesia

Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562; 573) CAR adalah

kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan

kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,

mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat

berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Jika nilai CAR tinggi (sesuai

ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank,

Page 42: BAB II Perusahaan Bank

49

keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi

yang cukup besar bagi profitabilitas

Menurut Dendawijaya (2009:121) CAR adalah rasio yang

memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung

risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut

dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana

dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman

(utang), dan lain-lain.

Rumus untuk mencari Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah:

KPMM atau CAR = (Modal / ATMR) x 100%

ATMR = Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Kredit, Risiko

Operasional, dan Risiko Pasar, khusus untuk Risiko Kredit dan Risiko

Pasar didasarkan pada nilai tercatat aset dalam neraca (setelah dikurangi

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai/CKPN).

2.1.13 Analisis pengaruh rasio keuangan terhadap profitabilitas

Rasio yang digunakan dalam penelitian ini mencakup rasio-rasio

keuangan yang telah disebutkan di atas, ditambah dengan pengukuran

terhadap pertumbuhan penjualan.

1. Pengaruh tingkat kecukupan modal (CAR) terhadap profitabilitas

Menurut Dendawijaya (2005:119) pengaruh tingakat

kecukupan modal (car) terhadap profitabilitas dapat dinyatakan

sebagai berikut. Tingkat kecukupan modal (CAR) yang dijadikan

Page 43: BAB II Perusahaan Bank

50

sebuah indikator kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai

kemampuan suatu Bank untuk melakukan kegiatan operasional

perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan

perbankan yang berlaku.

Kesehatan Bank adalah tingkat kesehatan suatu bank untuk

melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankan. Kegiatan

tersebut meliputi:

1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat,

dari lembaga lain, dan dari modal sendiri

2. Kemampuan mengelola dana

3. Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat

4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada para

stakeholders

5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku

CAR atau rasio kecukupan modal merupakan faktor yang penting

bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung

kerugian serta mencerminkan kesehatan bank yang bertujuan untuk

menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan, dan

melindungi dana masyarakat pada bank bersangkutan.

Dari uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H1 : Tingkat kecukupan modal berpengaruh positif terhadap

profitabilitas.

2. Pengaruh loan to deposit ratio terhadap profitabilitas

Page 44: BAB II Perusahaan Bank

51

Loan to Deposits Ratio (LDR) merupakan ukuran kemampuan

bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan

deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2005). LDR menunjukkan

tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga

yang dihimpun bank. Batas aman LDR suatu bank secara umum

adalah sekitar 78-100 % (Peraturan Bank Indonesia Nomor

12/PBI/2010). Besar kecilnya rasio LDR suatu bank akan

mempengaruhi profitabilitas bank tersebut.Semakin besar jumlah

dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka

jumlah dana yang menganggur berkurang dan penghasilan bunga

yang diperoleh akan meningkat.

H2 : Loan to deposit ratio berpengaruh positif terhadap profitabilitas

3. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas

Rajan dan Zingales (2001) dalam Kusuma (2005)

menyebutkan bahwa menurut teori critical, semakin besar skala

perusahaan maka profitabilitas juga akan meningkat, tetapi pada

titik atau jumlah tertentu ukuran perusahaan akhirnya akan

menurunkan laba (profit) perusahaan. Teori critical menekankan

pada pengendalian oleh pemilik perusahaan terhadap sumber daya

perusahaan seperti asset, teknologi, kekayaan intelektual sebagai

faktor-faktor yang menetukan ukuran perusahaan.

Dengan adanya sumber daya yang besar, maka perusahaan

dapat melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva

tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin

Page 45: BAB II Perusahaan Bank

52

memperluas pangsa pasar. Dengan penjualan yang semakin

meningkat, perusahaan dapat menutup biaya yang keluar pada saat

proses produksi. Dengan begitu, laba perusahaan akan meningkat.

Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas

4. Pengaruh leverage terhadap profitabilitas

Menurut Van Horne (2009), semakin tinggi rasio debt to total

asset, semakin besar risiko keuangannya. Yang dimaksudkan

dengan terjadinya peningkatan risiko adalah kemungkinan

terjadinya default karena perusahaan terlalu banyak melakukan

pendanaan aktiva dari hutang. Dengan adanya risiko gagal bayar,

maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk

mengatasi masalah ini semakin besar.

Rasio leverage (utang) menekankan pada peran penting

pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan

persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan

utang. Berdasarkan Pecking Order Theory, semakin besar rasio ini,

menunjukkan bahwa semakin besar biaya yang harus ditanggung

perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini

dapat menurunkan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.

Dari uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H4: Leverage berpengaruh negative terhadap profitabilitas

2.2 Kerangka Konsep

Page 46: BAB II Perusahaan Bank

53

Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan suatu

kerangka konsep yang menggambarkan bahwa tingkat kecukupan modal,

loan to deposit, ukuran perusahaan dan leverage merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan yang dalam penelitian ini

diwakili oleh Return on Assets (ROA).

2.3 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, tinjauan teoritis dan kerangka

pemikiran di atas, maka dapat diajukan hipotesis kerja sebagai berikut :

1. Pengaruh tingkat kecukupan modal ( CAR) terhadap Profitabilitas

H1 : tingkat kecukupan modal (CAR) berpengaruh positif terhadap

profitabilitas

2. Pengaruh Loan to Deposit terhadap Profitabilitas

H2 : Loan To Deposit berpengaruh positif terhadap profitabilitas

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas

4. Pengaruh Leverage terhadap Profitabilitas

H4 : Leverage berpengaruh negatif terhadap profitabilitas