analisis kontrastif kata ganti nama diri dalam bahasa cina dan ...
BAB II PENELITIAN literature review) adalah proseswisuda.unud.ac.id/pdf/1290161013-3-BAB 2.pdf ·...
Transcript of BAB II PENELITIAN literature review) adalah proseswisuda.unud.ac.id/pdf/1290161013-3-BAB 2.pdf ·...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL
PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Menurut Sanjaya (2013), kajian pustaka (literature review) adalah proses
kegiatan menelaah dan membaca bahan-bahan pustaka seperti buku-buku dan
dokumen-dokumen, mempelajari dan menilai prosedur dan hasil penelitian yang
sejenis yang pernah dilakukan orang lain, serta mempelajari laporan-laporan hasil
observasi dan hasil survei tentang masalah yang terkait dengan topik permasalahan
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian lain yang
berhubungan dengan topik masalah yang diteliti, antara lain: (1) Darmayanti (2013)
dalam tulisan yang berjudul “Analisis Kontrastif Pelafalan Bahasa Jepang dan Bahasa
Indonesia serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Jepang pada Mahasiswa
Computer Secretary dan Public Relations New Media”, (2) Suherman (2009) dalam
makalahnya yang berjudul “Sebuah Paradigma Kajian Bahasa Kedua”, (3) Suprato,
Djuria (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kontrastif Kalimat Pasif
Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris”.
Darmayanti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kontrastif
Pelafalan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia serta implikasinya terhadap
Pembelajaran bahasa Jepang pada Mahasiswa Computer Secretary dan Public
8
Relations New Media” memiliki ruang lingkup pembahasan tesis yang bertujuan
untuk menemukan dan memeriksa sistem pelafalan dalam bahasa Jepang yang sulit
diidentifikasikan oleh pembelajar bahasa Indonesia dan menganalisa kendala-kendala
yang terjadi dalam proses pembelajaran, serta mengetahui implikasi yang terjadi
dalam proses pembelajaran sekaligus menganalisis strategi yang tepat untuk
mengetahui kesulitan siswa dalam mempelajari bahasa asing. Penelitian dimulai
dengan mengumpulkan data melalui pretest dan post test. Pretest dilakukan untuk
mengetahui problem di dalam pelafalan bunyi. Data dianalisis menggunakan teori
analisis kontrastif untuk menemukan pelafalan bunyi yang sulit pada bahasa Jepang.
Setelah memberikan pengajaran dengan metode drill kepada siswa, tes lain dilakukan
dan hasil dari kedua pretest dan post test kemudian dibandingkan dan dianalisis untuk
melihat apakah ada atau tidak ada peningkatan keterampilan pelafalan siswa sebelum
dan sesudah dilakukan proses pengajaran. Berdasarkan topik bahasan, penelitian ini
membahas topik yang berkaitan dengan analisis kontrastif sistem kala (tense) bahasa
Inggris dengan bahasa Indonesia yang hanya dikhususkan menganalisis kontrastif
bentuk past tense bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.
Suherman (2009), dalam makalahnya yang berjudul “Sebuah Paradigma Kajian
Bahasa Kedua” mengatakan bahwa manusia memiliki dua cara mengembangkan
kompetensi berbahasa, yaitu Pemerolehan Bahasa (PB) dan Pembelajaran Bahasa
(PmB). PmB merupakan proses bawah sadar seperti bagaimana cara anak-anak
belajar bahasa, sedangkan PB adalah proses yang tidak secara sadar memperhatikan
aturan-aturan tatabahasa sebuah bahasa, tetapi lebih sekedar mengembangkan
9
“perasaan” untuk melakukan koreksi. Dalam istilah nonteknisnya pemerolehan adalah
“mengambil” (picking-up) bahasa.
Pembelajaran bahasa merujuk pada “Pengetahuan sadar terhadap L2 (bahasa
kedua) dengan mengetahui aturan-aturan kebahasaannya dan sadar akan
keberadaannya, sadar dapat berbicara tentang bahasa”. Oleh karena itu, PmB dapat
dibedakan dengan belajar tentang bahasa.
Pembedaan hipotesis PB dan PmB mengklaim bahwa orang dewasa tidak
kehilangan kemampuan (ability) memperoleh bahasa dibandingkan dengan cara anak
kecil memeroleh bahasa. Penelitian tersebut hanya menunjukkan koreksi kesalahan
yang memiliki efek yang kecil terhadap PB.
Masalah yang diteliti oleh Suherman (2008) berbeda dengan penelitian ini.
Dalam penelitian Suherman dibahas tentang paradigma proses pemerolehan bahasa
kedua bagi pengguna bahasa yang dituntut menguasai kaidah-kaidah penggunaan
bahasa (speech of code) dan mampu menggunakan bahasa itu dalam praktik
penggunaannya (speech of act), sedangkan penelitian ini membahas tentang analisis
kontrastif, khususnya sistem kala untuk membantu pembelajar bahasa target dalam
penguasaan dan dalam praktik penggunaannya. Dengan demikian, kemampuan
berbahasa tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa,
tetapi menuntut pula untuk memiliki kemampuan atau keterampilan di dalam
penggunaanya. Keterampilan berbahasa secara umum dapat dikategorisasikan ke
dalam empat komponen, yaitu keterampilan mendengar, membaca, berbicara dan
menulis. Keterampilan mendengar dan membaca merupakan keterampilan yang
10
bersifat reseptif (receptive skills), yaitu keterampilan menerima bahasa, sedangkan
keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan produktif (productive
skills), yaitu keterampilan menghasilkan bahasa tersebut. Hal ini menegaskan bahwa
dalam mempelajari bahasa yang berbeda diperlukan sebuah kajian analisis kontrastif
untuk mendukung hasil analisis penelitian ini.
Suprato (2012), dalam artikelnya yang berjudul “Analisis Kontrastif Kalimat
Pasif Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris”. mendeskripsikan tingkat
perbandingan kalimat pasif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat sebagai acuan dalam pengajaran bahasa Inggris sebagai
bahasa kedua. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan acuan
pustaka dari sumber bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kalimat pasif dalam
bahasa Indonesia jika dilihat dari strukturnya menggunakan di-, ter- ataupun ke-.
Sementara, dalam bahasa Inggris hanya mengenal “to be+ past participle” yang
tergantung pada waktu kejadiannya (sesuai tenses). Konteks kalimat harus
diperhatikan sehingga makna yang terkandung di dalamnya benar-benar dapat
dimengerti. Setelah dianalisis dan dicari padanan dan perbandingannya dalam kalimat
pasif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, penulis menemukan persamaan dan
perbedaan yang ada, baik persamaan maupun perbedaannya dapat dilihat, secara
struktural maupun secara pragmatis. Penelitian ini sama dengan penelitian Suprato
(2012), yaitu analisis kontrastif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, Hanya saja
keduanya memiliki fokus kajian yang berbeda yakni penelitian ini mengkaji sistem
11
kala (past tense) bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, sedangkan penelitian Suprato
mengkaji tentang pengkontrasan bentuk pasif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Berdasarkan ulasan di atas, di ketahui bahwa penelitian analisis kontrastif yang
berkaitan dengan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia masih bisa dilaksanakan.
Khususnya mengkontraskan sistem kala (past tense). Hasil penelitian ini akan
digunakan untuk membantu para guru dalam membuat materi pelajaran yang
membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan dan kesalahan yang diperbuat
dalam penggunaan sistem kala (past tense).
2.2 Konsep
Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar
bahasa dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
(Kridalaksana, 2001:117). Ada beberapa konsep yang dijabarkan dalam penelitian ini,
yaitu analisis kontrastif, sistem kala, keterampilan menulis, dan karangan narasi.
2.2.1 Analisis Kontrastif
Pengertian analisis kontrastif banyak dikemukakan oleh para ahli, salah
satunya adalah Carl James. Carl James (1986) mengatakan bahwa:
“CA is a linguistic enterprise aimed at producing inverted(contrastive, not comparative) two valued typologies (a CA is alwaysconcerned with a pair of languages), and founded on the assumptionthat languages can be compared”
12
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa analisis kontrastif
merupakan suatu usaha ilmu bahasa yang bertujuan menghasilkan kebalikan
(perbedaan bukan perbandingan) dua tipologi (Analisis kontrastif selalu berfokus
terhadap sepasang bahasa), dan menemukan asumsi bahwa bahasa bisa dibandingkan.
2.2.2 Sistem Kala
Di dalam bahasa Inggris penanda memiliki sistem kala. Sistem kala dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai tense. Leech (2009) menyebutkan bahwa:
Since tense relates the meaning of the verb to a time scale, we mustfirst give some attention to the different kinds of meaning a verb mayhave.
Maksudnya adalah tenses berhubungan dengan arti verba dari skala waktu.
Tenses adalah kata berasal dari bahasa Latin, tempus yang berarti waktu yang dalam
bahasa Inggris adalah bentuk verba yang digunakan untuk mengindikasikan waktu
atau menyelesaikan bentuk kegiatan pada saat pembicaraan. Jadi, tenses adalah
metode yang digunakan dalam bahasa Inggris yang menggambarkan waktu past atau
present.
2.3 Landasan Teori
Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas teori analisis
kontrastif, teori surface strategy taxonomy, teori sistem kala (tenses) bahasa Inggris,
13
teori analisis kontrastif past tense bahasa Inggris dan pengungkapannya dalam bahasa
Indonesia, teori metode terjemahan tata bahasa, yang akan digunakan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian ini.
2.3.1 Analisis Kontrastif
Analisis kontrastif adalah kegiatan yang mencoba membandingkan struktur
bahasa sasaran dan struktur bahasa target untuk mengidentifikasikan perbedaan kedua
bahasa tersebut (Tarigan, 2009). Analisis kontrastif dalam linguistik terapan
merupakan perbedaan struktural antara dua bahasa, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi sumber potensial kesulitan orang-orang dalam mempelajari bahasa
asing (Weinreich, 1950). Pada dasarnya penganut ide behaviorisme mengatakan
bahwa kebiasaan lama dapat berpengaruh pada saat mempelajari kebiasaan baru,
penganut ide behaviorisme menyarankan bahwa pengetahuan bahasa pertama
mungkin dapat memengaruhi pembelajaran bahasa kedua. Pengaruh tersebut dapat
menimbulkan kesulitan-kesulitan untuk pembelajar bahasa target dengan mengurangi
produksi kesalahannya dan pengaruh-pengaruh tersebut meningkatkan level
perbedaan antara dua bahasa.
2.3.1.1 Metodologi analisis kontrastif
Analisis kontrastif memiliki dua aspek, yakni aspek linguistik dan aspek
psikologis. Aspek linguistik berkaitan dengan masalah perbandingan dua bahasa.
Dalam hal ini, tersirat dua hal penting, yaitu apa yang akan diperbandingkan dan
bagaimana cara memperbandingkannya. Aspek psikologis analisis kontrastif
14
menyangkut kesukaran belajar, cara menyusun bahan pengajaran dan cara
menyampaikan bahan pelajaran.
2.3.1.2 Implikasi pedagogis analisis kontrastif
Salah satu ahli yang mendukung bahwa analisis kontrastif memberikan
sumbangan yang berarti bagi pengajaran bahasa target adalah Waldemar Marton
(1985). Marton (1985) berpendapat bahwa analisis kontrastif mempunyai nilai
pedagogis yang tinggi bagi pengajaran bahasa di kelas, sebagai teknik penyajian
materi bahasa dan sebagai ciri utama pengajaran bahasa’.
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah penyempurnaan teori atau landasan yang
digunakan oleh analisis kontrastif. Implikasi analisis kontrastif dalam kelas
pengajaran bahasa sasaran terlihat pada segi-segi seperti berikut:
1. Penyusunan materi pengajaran yang didasarkan kepada butir-butir yang berbeda
antara bahasa sumber peserta didik dan bahasa sasaran yang sedang dipelajari.
2. Penyusunan tata bahasa pedagogis yang didasarkan pada teori linguistik yang
digunakan.
3. Penataan kelas secara terpadu dengan bahasa sumber sebagai pembantu dalam
pengajaran bahasa sasaran.
4. Penyajian materi pengajaran secara langsung:
a) menunjukkan persamaan dan perbedaan kedua bahasa tersebut;
b) menunjukkan butir-butir bahasa sumber yang mungkin mendatangkan
kesalahan dalam bahasa sasaran;
c) menganjurkan cara-cara mengatasi interfensi;
15
d) memberikan latihan intensif pada butir-butir yang berbeda.
2.3.1.3 Langkah-langkah analisis kontrastif
Analisis kontrastif lahir dalam situasi pengajaran bahasa sasaran yang kurang
mengembirakan. Analisis kontrastif diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah
pengajaran bahasa sasaran, contohnya dalam penyusunan bahan pengajaran,
perencanaan pengajaran bahasa, penyusunan tata bahasa pedagogis, metodologi
pengajaran dan penataan kelas bahasa sasaran. Harapan itu tidaklah berlebihan dan
masih relevan dengan langkah-langkah anakon seperti berikut.
1. membandingkan bahasa sumber siswa dengan bahasa sasaran yang dipelajarinya;
2. memprediksi butir-butir bahasa penyebab kesulitan dan kesalahan siswa;
3. member perhatian khusus dalam pengajaran bahasa terhadap kesulitan dan
kesalahan siswa;
4. menyampaikan bahan pengajaran dengan teknik yang tepat dan intensif (misalnya
pengulangan, latihan runtun, penekanan) kepada peserta didik agar mereka dapat
mengalahkan kebiasaan dalam berbahasa ibu atau berbahasa sumber.
(Littlewood 1986: 18)
2.3.1.4 Analisis gramatikal kontrastif
Gramatikal analisis kontrastif diambil dari perbandingan dari dua bahasa yang
diteliti. Terdapat beberapa langkah algoritme (Levelt, 1970). Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut
16
1) mengumpulkan data dan menampilkan sistem-sistem yang berhubungan pada
setiap bahasa;
2) menentukan realisasi dari setiap kategori gramatikal analisis kontrasif pada
masing-masing bahasa;
3) menambahkan data;
4) memformulasikan perbedaan yang telah diidentifikasikan pada analisis langkah 2
dan 3.
Nemser (1985) berpendapat bahwa analisis kontrastif dapat menjelaskan kesalahn
berbahasa inggris siswa yang terjadi secara actual, terutama kesalahan yang timbul
karena interferensi bahasa sumber siswa. Oleh karena itu, prediksi dan penjelasan
mengenai kesalahan berbahasa menjadi tujuan analisis kontrastif. Howard Jakson
(1985) mencoba membuktikan pernyataan tersebut dengan mengetengahkan kasus
pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di Punjabi, India. Menurut Howard
terdapat paling sedikit empat sistem bahasa Punjabi yang menginterferensi pemakaian
bahasa Inggris pada siswa, yaitu sistem posesif, bentuk kalimat tanya, sistem kala
(tense), kata ganti. Hal serupa juga terjadi dalam pengajaran bahasaInggris sebagai
bahasa sasaran di Indonesia. Berikut merupakan contoh yang diberikan.
a. Fonem /g/ dan /x/ diakhir kata
Pada umumnya, siswa di Indonesia melafalkan bunyi [g] dan [ks] di akhir kata,
sedangkan dalam bahasa Inggris bunyi tersebut sangat sangat produktif di akhir kata.
Hal tersebut menyebabkan banyak siswa membuat kesalahan seperti: [bik] [taeek]
yang seharusnya [big] untuk kata big dan [taeeks] untuk kata tax.
17
b. Susunan kata
Susunan kata dalam bahasa Indonesia mengikuti hukum DM, sedangkan bahasa
Inggris mengikuti MD. Oleh sebab itu banyak siswa di Indonesia membuat kesalahan
sepert: house big yang seharusnya big house.
c. Predikat kalimat
Predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dapat berupa nomina, verba, adjective,
sedangkan predikat bahasa Inggris biasanya berupa verba atau ditambahkan kata
kerja bantu “to be”. Siswa di Indonesia sering membuat kesalahn seperti: He rich
yang seharusnya He is rich. Perbedaan lain yaitu kata kerja berfungsi sebagai predikat
dalam bahasa Inggris untuk orang ketiga tunggal selalu dibubuhi –s, sedangkan dalam
bahasa Indonesiakata kerja tersebut sama saja untuk setiap kata ganti. Akibat
perbedaan tersebut, contoh kesalahan yang sering dibuat oleh siswa seperti: He read
Kompas every morning yang seharusnya He reads Kompas every morning.
d. Sistem kala atau tense
Bahasa Indonesia tidak mengenal tense seperti yang terdapat dalam bahasa Inggris.
Perbedaan ini sering menyulitkan para siswa Indonesia yang belajar bahasa Inggris.
Kesalahan yang sering dibuat, antara lain seperti: Amin watch tv last night yang
seharusnya Amin watched tv last night.
e. Kalimat Tanya
Kalimat tanya dalam bahasa Indonesia memiliki banyak perbedaan dengan kalimat
tanya dalam bahasa Inggris. Hal tersebut menyebabkan sering terjadinya kesalahan
18
yang dibuat oleh siswa, seperti: When she come? yang seharusnya When did she
come?.
Dengan kelima jenis kesalahan yang dibuat oleh siswa Indonesia pada contoh
diatas menunjukkan bahwa analisis kontrastif dapat memprediksi kesalahan
berbahasa dan menunjukkan butir-butir perbedaan bahasa yang potensial
mendatangkan interferensi bahasa sumber dengan bahasa sasaran . analisis kontrastif
juga mampu menjelaskan hal yang membuat kesalahn tersebut terjadi serta dapat
mengoreksi atau meremedinya secara efektif dan efisien. (Tarigan, 1988)
Penelitian ini membahas salah satu jenis kesalahan yang sering dialami siswa
Indonesia yang belajar bahasa Inggris karena pengaruh interferensi bahasa sumbernya
yaitu tentang tense khususnya tense jenis past tense.
2.3.2 Surface Strategy Taxonomy
Salah satu cara untuk mendapatkan penjelasan mengenai analisis kesalahan ialah
dengan menggunakan surface strategy taxonomy. Dulay et al. (1981:150) menjelaskan
bahwa
“A surface strategy taxonomy highlights the ways surface structures arealtered: learners may omit necessary items or add unnecesary ones, theymay misform items or misorder them.”
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa surface strategy taxonomy
dapat memberikan gambaran tentang kesalahan gramatikal yang dibuat oleh
seseorang. Kesalahan gramatkal dapat berupa seseorang yang menghilangkan atau
19
menambahkan elemen yang tidak perlu dan tidak sesuai dengan gramatikal, atau
terjadi kesalahan dalam penempatan elemen serta salah dalam penyusunan elemen
yang berdasarkan aturan gramatikal.
Dengan adanya penjelasan kesalahan yang diperoleh melalui surface strategy
taxonomy, akan dengan mudah diketahui sejauh mana kemampuan seorang siswa
dalam memahami gramatikal bahasa yang sedang dipelajari. Selain itu, dengan
adanya deskripsi penjelasan kesalahan yang didapat dari surface strategy taxonomy,
para pengajar akan dengan sendirinya mengetahui solusi atas kesalahan yang dibuat
siswa yaitu dengan cara memberikan latihan tambahan yang ditekankan pada
penguasaan pemahaman. Jadi, surface strategy taxonomy dibutuhkan oleh pengajar
bahasa kedua untuk mengetahui letak kesalahan siswa. Berdasarkan letak
kesalahannya, surface strategy taxonomy menganalisis omission, addition, selection,
dan misordering.
1. Omission (penghilangan)
Salah satu analisis Surface Strategy Taxonomy adalah bentuk omission. Dulay,
Burt, et al (1981:154) berpendapat bahwa
“Omission is a type of errors which are characterized by the absenceof an item that must appear in a well-formed utterance”
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan error
of omission adalah penghilangan elemen yang seharusnya muncul dalam sebuah
tuturan. Siswa sering kali melakukan kesalahan tersebut. Berikut adalah kesalahan-
kesalahan yang sering kali terjadi pada karangan narasi siswa.
20
a. Penghilangan “to be /copular verb”
Kesalahan penghilangan “to be” sangat sering terjadi bahkan hampir setiap
siswa yang belajar bahasa Inggris pasti melakukan kesalahan ini. Hal ini sangat wajar
terjadi pada pembelajar bahasa Inggris, yang merupakan penutur bahasa Indonesia.
Kesalahan ini disebabkan oleh tidak adanya “to be / copular verb” dalam pola
kalimat bahasa Indonesia.
Misalnya: I a student last year. (Kalimat ini salah seharusnya I was a student lastyear.)
b. Penghilangan artikel
Pada kasus penghilangan artikel, para pembelajar biasanya tidak mengenal
bentuk singular pada sebuah nomina. Kesalahan ini biasanya dipengaruhi oleh
struktur bahasa Indonesia yang tidak terlalu mempermasalahkan bentuk singular atau
plural pada sebuah nomina dalam sebuah kalimat. Kesalahan bentuk ini terjadi
biasanya siswa menghilangkan article a/an sebagai pemarkah singular pada sebuah
kalimat yang memiliki bentuk nomina singular.
Misalnya: I read book. (seharusnya I read a book)
c. Penghilangan - s sebagai plural marker
Pada kasus penghilangan - s biasanya, para siswa belum memahami apabila
plural countable noun setelahnya harus diletakkan fonem –s yang berfungsi sebagai
plural marker.
Misalnya: There were many car. ( seharusnya There were many cars)
d. Penghilangan -s sebagai possessive
21
Para siswa menghilangkan morfem -s sebagai penanda possessive
(kepemilikan). Ini sangat wajar terjadi terutama di kalangan siswa yang memiliki
bahasa pertama yaitu Bahasa Indonesia. Dalam struktur gramatikal bahasa Indonesia
tidak ditemukan adanya morfem tertentu untuk menyatakan possessive (kepemilikan).
Dengan kata lain, dalam sintaksis bahasa Indonesia tidak dikenal adanya
morfem -‘s sebagai penanda possessive (kepemilikan).
Misalnya: Andy house was very big. (Seharusnya Andy’s house was very big)
2. Addition (penambahan)
Bentuk error of addition merupakan kesalahan yang menambahkan suatu item
yang seharusnya tidak ada pada sebuah ujaran. Dulay et al. (1981:156) menjelaskan
bahwa
“Addition is a type of errors which are characterized by the presence ofitem which must not appear in a well-formed utterance.”
Kesalahan penambahan merupakan tahapan yang lebih tinggi levelnya
dibandingkan dengan kesalahan penghilangan dalam pemerolehan bahasa kedua.
Pada tataran level ini, para pembelajar telah mendapatkan aturan gramatikal bahasa
kedua, tetapi mereka seringkali salah memahaminya sehingga mereka melakukan
kesalahan tersebut. Terdapat tiga jenis kesalhan penambahan: pemarkahan ganda,
regularisasi, dan penambahan sederhana.
a. Pemarkahan Ganda
22
Pemarkahan ganda sering terjadi karena kesalahan dalam menghapus item
tertentu yang sebenarnya dibutuhkan dalam konstruksi linguistic, tetapi tidak untuk
kasus yang lain. Misalnya dalam kalimat, “They didn’t went here”. Pada kalimat
tujuan sudah benar tetapi kurang tepat. Pada kalimat tersebut kata bantu untuk
menegasikan kata kerja past adalah sudah benar dengan menambahkan didn’t.
Namun kesalahannya terletak pada went yang merupakan penanda kata kerja past,
seharusnya go saja karena sudah terwakili oleh didn’t. Kesalahan dari contoh kalimat
seperti di atas disebut pemarkahan ganda.
b. Regularisasi
Dulay et al (1981:157) menjelaskan regularization yaitu
“A type of errors in which a marker that is typically added to alinguistic item is erroneously added to exceptional items of givenclass that do not take a marker.”
Kesalahan dari regularisasi adalah perubahan suatu item dengan cara
menyamakan aturan yang irregular ke dalam yang regular. Misalnya bentuk jamak
dari nomina „mouse‟ menjadi „mouses‟ padahal sharusnya „mice‟ dan pada bentuk
irregular verb „write‟ menjadi „writed‟ dalam past tense padahal seharusnya wrote.
Selinker menyatakan regularisasi dengan istilah overgeneralisasi.
c. Simple addition
Simple addition ditandai dengan kesalahan penambahan yang berbeda dengan
pemarkahan ganda dan regularisasi. Misalnya pada kalimat “The fishes didn‟t live in
23
the water.” Letak kesalahan kalimat tersebut adalah dengan menambahkan fonem –es
pada fish.
3. Misformation (Formasi Yang Keliru)
Dulay et al. (1981:157) menjelaskan misformation seperti dibawah ini:
“Misformation errors are those characterized by the use of the wrongform of the morpheme or structure.”
Dengan demikian, formasi yang keliru adalah kesalahan penggunaan bentuk yang
salah pada morfem atau struktur. Formasi yang keliru terbagi ke dalam tiga bentuk:
regularisasi, archi-forms, dan bentuk alternatif.
a. Regularisasi
Regularisasi merupakan penanda yang menyatakan regular yang ditempatkan pada
bentuk irregular, seperti dalam goed untuk went, mousses untuk mice, childs untuk
children.
b. Archi-forms
Dulay et al. (1982:160) menyatakan bahwa
“Archi-forms errors are those of selection of one member of a classof forms to represent others in the class.”
Hal tersebut menyatakan bahwa archi-forms errors merupakan kesalahan dalam
pemilihan sebuah bentuk untuk menyatakan sesuatu yang lainnya. Misalnya
kesalahan pemilihan determiners (this, that, these, those) dalam sebuah kalimat.
Contohnya “That dogs were barking” yang seharusnya “Those dogs were barking”.
c. Alternating forms (Bentuk Alternatif)
24
Kesalahan ini ditandai dengan kesalahan dalam pemilihan kata yang tepat. Kesalahan
ini terjadi pada saat pembelajar bahasa kedua berada pada level vocabulary and
grammar grow (tahap pemula). Misalnya meletakkan subjek “I” pada posisi objek
yang seharusnya diganti dengan “me”.
4. Misordering (Kesalahan Penyusunan)
Dulay et al. (1982:162) menjelaskan bahwa “Misordering is characterized by the
incorrect placement of a morpheme or group of morpheme in an utterance”.
Misordering merupakan kesalahan dalam penyusunan morfem atau kelompok
morfem dalam kalimat. Misalnya kesalahan dalam embedded questions seperti dalam
“I didn‟t know who was she” seharusnya “I didn‟t know who she was”.
2.3.3 Tense dalam Bahasa Inggris
Menurut Huddlestone (1991), terdapat dua tipe tense yaitu present tense dan past
tense. The present dan past tense dianggap memiliki hubungan ke dalam aspek
progressive dan perfective. Kisarannya dapat dilihat dalam kerangka kalimat berikut:
‘I____ with a special pen’, isi dari bagian yang kosong dengan sebuah frasa
yang memiliki verba dasar write:
25
SIMPLE COMPLEXprogressive
Present write am writing presentwas writing pastperfectivehave written (present) perfect
past wrote had written past (or plu-)perfectperfect progressivehave been writing (present) perfecthad been writing past (or plu-) perfect
(Quirk et al, 1986)
1. Present
Menurut Quirk (1986), terdapat tiga tipe dasar dari present tense:
1. Timeless, diekspresikan dengan bentuk the simple present:
I (always) write with a special pen (when I sign my name)
Sama seperti mengekspresikan kegiatan rutin di atas, the timeless present juga
digunakan untuk pernyatan-pernyatan umum seperti berikut.
The sun sets in the westSpiders have eight legs
2. Limited, diekspresikan dengan the present progressive
I am writing (pada kesempatan ini) with a special pen.Normally he lives in London but at present he is living in Boston.
Dalam mengidentifikasinya tindakan dilihat sebagai proses dan berdurasi
terbatas, the progressive dapat mengekpresikan ketidaklengkapan. Bahkan, pada
kata seperti stop yang tindakannya dalam realitas tidak memiliki durasi. Jadi, the
26
bus is stopping itu menandakan bahwa bus tersebut melaju pelan, tetapi belum
berhenti. The progressive (biasanya dengan adverb yang berfrekuensi tinggi) juga
dapat digunakan untuk kegiatan rutinitas, menyampaikan suatu warna emosional
seperti kejengkelan.
He’s always writing with a special pen- just because he likes to bedifferent.
3. Instantaneous, diekspresikan dengan the simple (khususnya dalam seri) atau
dengan bentuk progressive:
Watch carefully now: first, I write with my ordinary pen; now, I writewith a special pen.As you see, I am dropping the stone into the water.
The simple present juga biasanya digunakan pada komentar-komentar di radio
seperti tentang olahraga (Moore passes to Charlton), dan pada deklarasi performatif
tertentu.(‘I name this ship Snaefell’) hal ini bersifat wajib. (Quirk et al, 1976)
Dalam simple present tense, kata kerja atau verba mengalami penambahan -s, -
ies, -es ketika bersubjek tunggal, sedangkan kata kerja ‘belajar’ dalam bahasa
Indonesia tidak mengalami penambahan. Kata benda jamak ditambahkan -s, -ies dan
kata benda jamak dalam bahasa Indonesia dengan mengulang kata itu sendiri.
Kalimat negatif simple present tense dalam bahasa Inggris ditambahkan auxiliaries
‘do’ dan ‘not’ yang melekat pada Subjek Jamak dan ‘does’ dan ‘not’ pada subjek
tunggal. Dalam bahasa Indonesia hanya dengan menambahkan kata ‘tidak’ pada
subjek jamak maupun tunggal. Kalimat tanya simple present tense dalam bahasa
27
Inggris meletakkan auxiliaries ‘do’ dan ‘does’ di depan subjek. Dalam bahasa
Indonesia hanya menambahkan kata ‘apakah’ di awal kalimat. Pronomina atau kata
ganti orang ketiga tunggal sangat jelas disebutkan dalam bahasa Inggris yaitu ‘she’
untuk perempuan dan ‘he’ untuk laki-laki, dalam bahasa Indonesia hanya disebutkan
‘dia’ untuk laki-laki dan perempuan.
2. Past
Suatu tindakan pada waktu lampau dapat dikatakan
1) terjadi pada titik waktu tertentu; atau
2) selama satu periode; jika kemudian, dianggap sebagai
a) berlangsung sampai sekarang, atau
b) berhubungan dengan waktu lampau, jika yang terakhir telah
i. selesai, atau
ii. belum selesai.
Past present Future
1) x v
2a) v
2bi) v
2bii) v
(Quirk et al, 1986)
Berikut contoh-contoh yang memiliki aspek perfektif dan progresif dalam kalimat
simple past yang sederhana:
28
(1) I wrote my letter of 16 June 1972 with a special pen(2a) I have written with a special pen since 1972(2bi) I wrote with a special pen from 1969 to 1972(2bii) I was writing poetry with a special pen
Kegiatan rutin juga dapat dinyatakan dengan simple past (‘He always wrote with
a special pen’), tetapi karena tidak seperti simple present, hal ini tidak tersirat tanpa
adverb yang sesuai. Sehingga used to atau kata would (kurang umum) mungkin
diperlukan untuk menunjukkan arti dibawah ini.
He used to write with a special penWould
The past dan the perfective
Dalam kaitannya dengan (2a), ini bukanlah waktu yang ditentukan dalam kalimat
tetapi periode yang relevan dengan waktu yang ditentukan yang harus diperpanjang
hingga saat ini. Coba dibedakan antara kalimat
1) Jhon lived in Paris for ten years2) John has lived in Paris for ten years
Kedua kalimat tersebut tampak sama, akan tetapi jika diamati kalimat pertama
merupakan kalimat yang mensyaratkan bahwa periode dari waktu tinggal telah
berakhir dan kemungkinan bahwa John sudah meninggal sedangkan kalimat kedua
menjelaskan bahwa John masih hidup tapi mungkin tinggal di Paris sampai saat ini
(interpretasi biasa) atau beberapa waktu yang tidak ditentukan pada masa lampau.
Kita bandingkan juga kalimat 3 dan 4 berikut.
29
3) For generation, Nepal has produced brilliant mountaineers4) For generation, Sparta produced fearless warriors
was producing
Klaim kalimat 3 bahwa Nepal masih dalam posisi menghasilkan lebih banyak
pendaki gunung, bahkan jika pada waktu yang lama yang mungkin telah berlalu sejak
terakhir dihasilkan. Kalimat keempat, di sisi lain, adalah tidak terikat apakah prajurit
selanjutnya dapat diproduksi lagi oleh Sparta.
Pilihan aspek perfektif dikaitkan dengan orientasi waktu dan akibatnya juga
dengan berbagai indikator waktu (lately, since, so far, etc). Berikut adalah beberapa
contoh:
ADVERBIALS ADVERBIALSWITH SIMPLE PAST WITH PRESENT PERFECT(refer to a period now past) (refer to a period beginning in
the past and stretching up to thepresent)
yesterday (evening) since last JanuaryI worked throughout January I have worked up to now
On Tuesday latelyalready
ADVERBIAL WITH EITHERSIMPLE PAST OR PRESENT PERFECT
worked todayI have worked this month
for an hour
Past Perfect
Berlaku untuk past perfect, dengan komplikasi yang titik relevansi saat ini yang
membentang pada masa lalu merupakan titik di masa lalu:
30
Past Present Future
Vrelevant point V
Jadi:(I say now [sekarang] that) When I met him [titik relevansi pada waktu
lampau]John had lived in Paris for ten years
Dalam beberapa konteks, the simple past dan the past perfect dapat ditukar;contoh:
I ate my lunch after my wife came home from her shoppinghad come
dari contoh di atas, kata sambung after menjadi syarat yang cukup untuk
mengidentifikasi bahwa kedatangan dari kegiatan berbelanja telah terjadi sebelum
makan sehingga indikator waktu tambahan dengan cara the past perfect menjadi
berlebihan.
Past Tense dan Progressive Tense
Sama seperti present tense, progressive tense saat digunakan dengan past tense,
menentukan batasan durasi suatu kegiatan.
I was writing with a special pen for a period last night but my hand grew tired
konsekuensinya, progressive tense merupakan perangkat yang mudah digunakan
untuk menunjukkan rentang waktu dengan peristiwa lain (diindikasi oleh simple past
tense) dapat di lihat sebagai peristiwa yang sedang berlangsung pada waktu lampau.
While I was writing, the phone rang
31
Kemampuan untuk mengekspresikan kegiataan tidak lengkap dengan progressive
tense diilustrasikan melalui contrasting pair:
He read a book that evening (mengimplikasikan bahwa he telahmenyelesaikannya)
He was reading a book that evening (mengimplikasikan bahwa he belummenyelesaikannya)
dan yang lebih mencolok:
The girl was drowning in the lake (akan diperbolehkan’ tetapi seseorangmenyelam dan menyelamatkannya’)
The girl drowned in the lakeKegiatan rutin akan diekspresikan oleh progressive tense yang menyatakan jelas
bahwa kegiatan tersebut hanya bersifat sementara seperti kalimat At that time, we
were bathing every day dan tidak hanya sporadic seperti kalimat *We were sometimes
walking to the office.
Perfect Progressive Tense
Perfect progressive tense mengekspresikan suatu tindakan berdurasi terbatas
(atau ketidaklengkapan) bersaman dengan relevansi Bandingkan:
He has eaten my chocolates (semua coklat telah habis)He was eating my chocolates (tapi saya menghentikkannya)He has been eating my chocolates (tapi masih ada yang tersisa)
Perfect progressive tense sering kali menunjukkan suatu kegiatan yang baru saja
terjadi, efeknya jelas dan biasanya adverb just menyertai penggunaannya. Hal itu
dapat dilihat pada contoh berikut:
32
It has rained a great deal since you were hereOh look! It has just been raining
Future Tense
Menurut Quirk (1986), tidak ada future tense yang jelas dalam bahasa Inggris
yang berkoresponden dengan waktu atau hubungan tense untuk present dan past.
Sebaliknya terdapat beberapa kemungkinan yang menunjukkan waktu di masa depan.
Futurity, modality, dan aspect berkaitan erat, waktu yang akan datang (future)
diterjemahkan melalui modal auxiliaries atau semi-auxiliaries, atau bentuk simple
present maupun progressive.
2.3.4 Pengungkapan Sistem Kala dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia tidak mengenal sistem kala (tenses) seperti yang terdapat dalam
bahasa Inggris. Sneddon (2000), berpendapat
The temporals and modals convey concepts such as tense and aspect,which are in part marked on the verb in English.
Pemarkah Temporal
Menurut Sneddon (2000), pemarkah temporal mengindikasi bahwa suatu kegiatan
atau peristiwa telah berlangsung, sedang berlangsung atau belum berlangsung. Jenis
pemarkah temporal dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. sudah
kata sudah mengindikasi bahwa suatu kegiatan telah berlangsung atau telah
terjadi.
Contoh: Saya sudah makan. (I've eaten)
33
Dia sudah duduk. (She has sat down)
Kata telah memiliki makna yang sama dengan kata sudah tapi memiliki sifat
yang lebih formal.
2. sedang
Kata sedang mengindikasi bahwa suatu kegiatan sedang berlangsung (in
progress).
3. pernah
Kata pernah mengindikasi bahwa suatu kegiatan sudah berlangsung atau
pernah terjadi diwaktu lampau.
4. akan
Kata akan mengindikasi bahwa suatu kegiatan akan berlangsung atau terjadi
di waktu yang akan datang.
5. masih
Kata masih mengindikasi bahwa suatu kegiatan masih berlangsung (still
occuring).
Modalitas
Modal mengacu pada beberapa konsep seperti kemungkinan (possibility),
kemampuan (ability), keperluan (necessity). Jenis modal yang sering digunakan
adalah ‘dapat’, ‘bisa’, ‘boleh’, ‘harus’. Semua kata tersebut di terjemahkan berbeda
menurut sistem kala pada bahasa Inggris (past, present atau future). Contohnya:
34
Saya harus pergi. I have to go.
Kemarin saya harus pergi. Yesterday I had to go.
Besok saya harus pergi. Tomorrow I’ll have to go
(Sneddon, 2000)
2.3.5 Analisis Kontrastif Past Tense Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
Simple Past Tense
Hartanto (2003) berpendapat bahwa Simple past tense (waktu lampau sederhana)
menerangkan peristiwa yang terjadi, atau tindakan kegiatan, perbuatan atau pekerjaan
yang dilakukan pada waktu lampau dalam bentuk sederhana dan diketahui pula waktu
terjadinya peristiwa atau kegiatan tersebut.
RUMUS
I/we/you/they+PAST TENSE
He/she/it
Perbedaan contoh kalimat simple past tense bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
I saw a good film last week Saya menonton film yang baikminggu lalu
I did not see a good film last week Saya tidak menonton film yangbaik minggu lalu
Did I see a good film last week? Apakah saya menonton film yangbaik minggu lalu?
35
Past Continuous tense
Past Continuous tense (waktu berlangsung lampau) menyatakan peristiwa atau
perbuatan yang sedang berlangsung pada waktu lampau pada saat peristiwa lain
terjadi atau kegiatan yang lain dilakukan.
RUMUS
I/ he/she/it WAS+PRESENT PARTICIPLE
We/you/they WERE+PRESENT PARTICIPLE
a. Menyatakan perbuatan yang sudah dimulai dan masih berlangsung ketika
perbuatan lain menyusul pada waktu lampau
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
While I was bathing in the river I heard afearful cry
Ketika saya sedang mandi di sungaiitu, saya mendengar jeritan yangmenakutkan
b. Menyatakan perbuatan yang sedang terjadi pada waktu lampau.
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
He was watching television allafternoon yesterday
Dia sedang menonton televisisepanjang sore kemarin
Past perfect tense
Past perfect tense (Waktu selesai lampau) menerangkan suatu perbuatan yang
sudah selesai dilakukan pada waktu lampau, atau menjelaskan dua peristiwa yang
telah terjadi, tetapi menegaskan peristiwa mana yang terlebih dulu terjadi.
36
RUMUS
HAD +PAST PARTICIPLE
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
The train had left before I arrived Kereta api telah berangkatsebelum saya tiba
Past perfect continuous tense
Past perfect continuous tense (waktu sedang berlangsung selesai lampau)
menyatakan perbuatan yang sudah dimulai dan masih berlangsung pada waktu
lampau.
RUMUS
HAD + BEEN + PRESENT PARTICIPLE
(Hartanto, 2003)
2.3.6 Metode Terjemahan Tatabahasa
Metode terjemahan tata bahasa ini bertujuan untuk melatih siswa dalam hal
penguasaan tatabahasa dengan mengembangkan kosakata melalui hafalan. Pengajaran
terjemahan tatabahasa ini terdiri atas serangkaian proses pembelajaran dan pelatihan
dengan penekanan pada kaidah-kaidah dan fakta-fakta kebahasaan sehingga peserta
didik dapat dengan cepat melakukan analisa kebahasaan.
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
When I came to Surabaya in 1980,he had already been living thereabout five years
Saat saya datang ke Surabayapada tahun 1980, ia telah tinggaldisana kira-kira lima tahun.
37
Menurut Tarigan (1988), metode terjemahan tata bahasa pada hakekatnya
mencakup dua komponen, yaitu: a). telaah eksplisit kaidah-kaidah tata bahasa dan
kosakata, dan b). penggunaan terjemahan
Lebih lanjut Tarigan (1988) mengemukakan bahwa ada beberapa ciri-ciri utama TTB
adalah sebagi berikut:
a) pertama siswa mempelajari kaidah-kaidah tata bahasa dan daftar kosakata yang
diarahkan pada bacaan pelajaran yang bersangkutan;
b) berikutnya, siswa diberikan penjelasan tentang aturan-aturan dalam latihan
penerjemahan yang merupakan kelanjutan penjelasan tata bahasa;
c) pemahaman terhadap kaidah-kaidah dan bacaan-bacaan diuji melalui terjemahan
dari bahasa sasaran ke bahasa asli dan sebaliknya;
d) bahasa asli (bahasa ibu) dan bahasa sasaran terus menerus dibandingkan;
e) sangat sedikit kesempatan bagi kegiatan praktek atau latihan menyimak dan
berbicara;
(Tarigan, 1986)
2.4 Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan,
seperti pada gambar berikut.
38
Penerapan Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Past Tense padaSiswa Kelas X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR
Metode Penelitian
Metode Kualitatif Metode Kuantitatif
Landasan Teori
Teori TataBahasa
Inggris (PastTense) dan
BahasaIndonesia
Teori AnalisisKontrastif
TeoriPengajaran
Bahasa
Analisis Data: hasil kerja siswa dalam penulisan karangan Narasi
Hasil Penelitian
Mendeskripsikan tatabahasa Inggriskhususnyapast tense danpenggunaannya dalambahasaIndonesia
Mengkontraskan tata
bahasa Inggriskhususnya
past tense danpenggunaannya dalam
bahasaIndonesia
Mendeskripsikan tentanglangkah-
langkah dalampenyusunan
rencanapembelajaran
yang akandiberikan.
Teori SurfaceStrategy
Taxonomy
Memprediksikesalahangramatikal
yangdilakukan
siswa dalampenggunaanpast tense
39
Model penelitian diatas merupakan langkah-langkah yang digunakan peneliti
dalam melakukan penelitiannya. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk menjawab
permasalahan pada penelitian ini.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas teori analisis kontrastif,
teori tata bahasa Inggris (past tense) dan teori pengajaran bahasa. Teori tata bahasa
Inggris digunakan untuk mendeskripsikan tata bahasa Inggris khususnya dalam
penelitian ini adalah penggunaan past tense. Teori analisis kontrastif digunakan untuk
mengkontraskan teori past tense dalam bahasa Inggris dan penggunaannya dalam
bahasa Indonesia. Hasil kerja siswa pada tes awal berfungsi sebagai data penelitian
yang dianalisis untuk menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami menggunakan
teori surface strategi taxonomy untuk memprediksi kesalahan gramatikal yang
dilakukan siswa dalam penggunaan past tense yang diharapkan mampu membantu
dalam penyusunan rencana pembelajaran. Teori pengajaran bahasa digunakan untuk
memberikan deskripsi tentang langkah-langkah dalam penyusunan rencana
pembelajaran yang akan diberikan.
Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan data dengan tampilan
kalimat deskriptif. Hasil dari analisis data yang berupa angka atau diagram akan
dipresentasikan dengan metode kuantitatif. Akhir penelitian akan menghasilkan suatu
penemuan yang dapat menjawab masalah dari penelitian ini.