BAB II PENDEKATAN TEORITIS -...

38
14 BAB II PENDEKATAN TEORITIS Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai kontak atau hubungan timbal-balik atau respon antar individu, antar kelompok, maupun atara individu dan kelompok. Interaksi tidak akan terjadi apabila tidak ada kontak dan komunikasi. Yang dimaksudkan dengan kontak di sini ialah adanya hubungan langsung atau bersama-sama. Contohnya seperti bertatap muka dan berbicara secara langsung maupun berkomunikasi lewat telepon. Komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai hubungan timbal-balik antar sesama manusia. Hal itu dapat terjadi apabila seseorang memberi respons kepada orang lain melalui gagasan perasaan ataupun sesuatu yang ingin dilakukan orang tersebut. Berikut ini akan dikemukakan pandangan dan pemikiran George Simmel menyangkut masyarakat sebagai interaksi dan proses interaksi itu sendiri.

Transcript of BAB II PENDEKATAN TEORITIS -...

Page 1: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

14

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling

membutuhkan antara satu dengan yang lain. Kebutuhan itulah yang dapat

menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai

kontak atau hubungan timbal-balik atau respon antar individu, antar kelompok,

maupun atara individu dan kelompok. Interaksi tidak akan terjadi apabila tidak ada

kontak dan komunikasi. Yang dimaksudkan dengan kontak di sini ialah adanya

hubungan langsung atau bersama-sama. Contohnya seperti bertatap muka dan

berbicara secara langsung maupun berkomunikasi lewat telepon. Komunikasi

sendiri dapat diartikan sebagai hubungan timbal-balik antar sesama manusia. Hal

itu dapat terjadi apabila seseorang memberi respons kepada orang lain melalui

gagasan perasaan ataupun sesuatu yang ingin dilakukan orang tersebut. Berikut ini

akan dikemukakan pandangan dan pemikiran George Simmel menyangkut

masyarakat sebagai interaksi dan proses interaksi itu sendiri.

Page 2: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

15

2.1. George Simmel (1858-1918)

George Simmel adalah seorang filosof dan sosiolog dari Jerman yang lahir

pada tanggal 1 Maret 1858. George Simmel sezaman dengan Weber dan bersama-

sama mendirikan Masyarakat Sosiologi Jerman.1 Perkembangan intelektual

Simmel pasti sangat berhubungan dengan kenyataan bahwa selama hidupnya di

Berlin, dia menghadapi berbagai macam aliran-aliran intelektual, dan posisi

marginalnya memungkinkannya untuk memilih tanpa memihak. Pada saat itu

Berlin merupakan pusat berbagai macam aliran intelektual. George Simmel mulai

terkenal pada mulanya karena pemikirannya tentang bentuk-bentuk interaksi

(misalnya konflik) dan tipe-tipe orang yang berinteraksi (misalnya orang asing),

yang di dasarkan pada filsafat Kant.2 Kant sendiri membangun suatu prespektif

filosofis yang didasarkan pada pembedaan antara presepsi manusia mengenai

gejala dan hakikat dasar dari benda-benda seperti mereka yang berada di dalam

dirinya sendiri. Pada dasarnya George Simmel tidak membangun suatu sistim

sosiologi yang komprehensif, atau mendirikan suatu aliran dalam sosiologi.3

2.1.1. Masyarakat Terbentuk Karena Interaksi

Pendekatan Simmel meliputi pengidintifikasian dan penganalisaan bentuk-

bentuk yang berulang atau pola-pola “sosiasi” (sociation). Istilah ‘sosiasi’ adalah

1 [George Ritzer – Douglas J. Goodman, Modern Sociological Theory, 2003].

Dialihbahasakan oleh Alimandan, Teori Sosiologi moderen, (Jakarta, Kencana, 2008) 42 2 Ibid 44. 3 [Doyle Paul Johnson, Sociological theory: classical founders and contemporary

perspectives, 1981]. Dialihbahasakan oleh Robert M. Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik dan

Moderen, (Jakarta, PT. Gramedia, 1986) 257

Page 3: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

16

terjemahan dari kata Jerman Vergesellschaftung, yang secara harafiah berarti

“proses di mana masyarakat itu terjadi”. Sosiasi meliputi interaksi timbal-balik.

Melalui proses ini, dimana individu saling berhubungan dan saling

mempengaruhi, masyarakat itu sendiri muncul. Gambaran tentang hakikat

kenyataan sosial ini menunjukkan, bahwa masyarakat lebih dari pada jumlah

individu yang membentuknya. Ada pola interaksi timbal-balik di mana mereka

saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Akan tetapi masyarakat tidak

pernah ada sebagai sesuatu benda obyektif terlepas dari anggota-anggotanya.

Contoh dari kehidupan sehari-hari misalnya, sejumlah individu yang terpisah satu

sama lain atau berdiri sendiri-sendiri saja, yang sedang menunggu dengan tenang

di terminal lapangan udara tidak membentuk jenis masyarakat atau kelompok.

Tetapi kalau ada pengumuman yang mengatakan bahwa kapal akan tertunda

beberapa jam karena tabrakan, beberapa orang mungkin mulai berbicara dengan

orang di sampingnya, dan di sanalah muncul masyarakat. Dalam hal ini

“masyarakat” (atau tingkat “sosietalitasi”) yang muncul sangat rapuh dan

sementara sifatnya, di mana ikatan-ikatan interaksi timbal-baliknya itu bersifat

sementara saja.4 Proses sosiasi sangat bermacam-macam, mulai dari pertemuan

sepintas lalu antara orang-orang asing di tempat-tempat umum sampai ke ikatan

persahabatan yang lama dan intim atau hubungan keluarga. Masyarakat ada (pada

tingkatan tertentu) di mana dan apabila sejumlah individu terjalin melalui

interaksi dan saling mempengaruhi.5

4 Ibid. 5 Ibid. 258

Page 4: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

17

2.1.2. Bentuk dan Isi dari Proses Interaksi

Simmel mengisolasikan bentuk atau pola di mana proses interaksi itu

dapat dibedakan dari isi kepentingan, tujuan atau maksud tertentu yang sedang

dikejar melalui interaksi itu. Isi kehidupan sosial meliputi: insting erotic,

kepentingan objektif, dorongan agama, tujuan membela dan menyerang, bermain,

keuntungan, bantuan atau instruksi, dan tidak terbilang lainnya yang

menyebabkan orang untuk hidup bersama dengan orang lainnya, untuk bertindak

terhadap mereka, bersama mereka, melawan mereka, untuk mempengaruhi orang

lain, dan untuk dipengaruhi oleh mereka.6 Simmel mencatat bentuk-bentuk

sosiasi sebagai berikut: superioritas dan subordinasi, kompetisi, pembagian kerja,

pembentukan partai, perwakilan, solidaritas kedalam, disertai dengan sifat

menutup diri terhadap orang luar, dan sebagainya.7 Bentuk-bentuk ini bisa

dimanifestasikan dalam “Negara, dalam suatu komunitas agama, dalam

komplotan, dalam suatu asosiasi ekonomi, dalam sekolah kesenian, dalam

keluarga”.8 Jadi dapat disimpulkan, bahwa isi berkaitan dengan tujuan dan

sumber-sumber interaksi, sedangkan bentuk merupakan pola interaksi sebagai

instrumen mencapai tujuan subyektif masing-masing pihak. Simmel menunjukan

beberapa perbedaan antara bentuk dan isi dalam beberapa point berikut ini;

6 Ibid 7 Ibid 259 8 Ibid

Page 5: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

18

2.1.2.1. Sosiabilita

Hubungan antara bentuk dan isi bersifat dinamis. Meskipun bentuk sosial

atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan memenuhi pelbagai

kepentingan, bentuk-bentuknya itu dapat dipisahkan dari isinya; dan karenanya

bentuk-bentuk itu dapat dilihat demi bentuk-bentuk itu sendiri. Kalau sosiasi atau

interaksi itu dipisahkan isinya sendiri atau isi yang tidak ada hubungannya dengan

itu maka, bentuk yang dihasilkan adalah sosiabilita. Dalam beberapa hal semua

interaksi bersifat sosiabel, atau sekurang-kurangnya bersifat sosial. Tetapi

sosiabilita sebagai sesuatu bentuk yang murni, merupakan interaksi yang terjadi

demi interaksi itu sendiri dan bukan untuk tujuan lain9. Contoh sosiabilita ada

banyak; yang paling jelas adalah interaksi dalam suatu silahturahmi. Harapan dari

diadakan silahturahmi adalah bahwa orang akan beriteraksi, tetapi interaksi

mereka tidak terbatas pada masalah praktis sehari-hari. Dalam beberapa hal,

percakapan mengenai hal-hal yang terjadi setiap harinya sebenarnya dianggap

kurang menarik. Misalnya, orang bisa bekerja sama dengan baik dalam kantor

bertahun-tahun lamanya dan mempunyai kepentingan yang sama, tetapi pada

waktu silahturahmi Natal, orang mengerti bahwa mereka tidak akan

membicarakan masalah bisnis.10 Pemisahan isi atau materil yang praktis dari

bentuk sosiabilatas yang murni dapat juga diamati dalam interaksi antara orang-

orang asing. Mereka tidak memiliki “isi” kehidupan sehari-hari yang sama;

hubungan mereka satu-satunya adalah kehadiran mereka bersama yang sementara

sifatnya. Mereka mungkin saling bersikap acuh tak acuh, tetapi kalau mereka

9 Ibid 10 Ibid. 259

Page 6: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

19

mulai berinteraksi, maka interaksinya itu akan mungkin mencerminkan bentuk

sosiabilita yang murni. Jadi mungkin mereka bersenda-gurau mengenai cuaca,

meskipun mereka tidak saling membutuhkan informasi, dan mereka mengetahui

hal itu. Pokok pembicaraan tidak sepenting kenyataan yang menjadi dasar bagi

bentuk sosiabilita.11

2.1.2.2. Persepsi Terhadap Hubungan Seksual

Contoh lain yang memperlihatkan perbedaan antara bentuk-isi diberikan

Simmel dengan mendiskusikan orang yang berpacaran, atau hubungan seksual.

Sebagaimana sosiabilita merupakan bentuk otonom atau bentuk “bermain” dari

dorongan-dorongan erotic atau insting. Sebagai suatu bentuk yang murni, pacaran

tidak mencakup interaksi sosiabel yang mungkin mendahului hubungan seksual.

Hubungan pacaran ditandai dengan suatu keseimbangan yang harmonis antara

kedua ekstrem tersebut. Masing-masing pihak akan menampilkan perilaku yang

merangsang dengan memberikan daya tarik seksual yang ada pada waktu itu, dan

sekaligus dengan caranya sendiri menahan untuk berbuat atau menurut sesuatu

kesungguhan yang tegas (asal keduanya tahu dan tidak salah mengerti akan

maksud pasangannya). Dengan cara ini mereka bisa menikmati bentuk hubungan

seksual yang menarik dan memuaskan diri tanpa memasukan isi dari hubungan

seperti itu.12 Pemisahan bentuk sosiabilita dari isi tidak lalu berarti bahwa bentuk

dianggap sepele saja. Meskipun percakapan mengenai hal sepele bisa biasa saja

tanpa adanya hal-hal praktis, bentuk sosiabilita yang murni bisa mencerminkan

suatu tingkatan kehalusan estetis dan etis yang tinggi dan merupakan tingkat

11 Ibid. 260 12 Ibid.

Page 7: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

20

keterlibatan timbal-balik yang sangat tinggi dari orang-orang terhadap satu sama

lain. Jauh dari yang bersifat remeh saja, bentuk sosiabilita mengungkapkan lebih

jelas akan hakikat sosial dari manusia dari pada jenis interaksi lainnya. Kalau isi

dan bentuk tak terpisah, bentuk merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan atau

sasaran yang bersifat praktis. Tetapi kalau dipisahkan dari isi praktis, bentuk

menjadi tujuan untuk dirinya sendiri. Individu menyatakan sifat sosiabelnya demi

sosiasi itu sendiri, dan bukan untuk tujuan lainnya.13

2.1.2.3. Pentingnya Bentuk dan Sosiologi

Pembedaan dan bentuk dan isi memungkinkan kita untuk melihat konsepsi

Simmel mengenai pokok permasalahan dalam sosiologi sebagai suatu ilmu yang

terpisah dari ilmu-ilmu sosial lainnya. Sosiologi bukan merupakan suatu studi

ensiklopedik mengenai segala sesuatu yang bersifat sosial (seperti nampaknya

bagi Comte); juga bukan merupakan suatu filsafat umum mengenai sejarah atau

sebagai suatu studi mengenai tingkat kehidupan sosial yang murni dan subjektif.

Sebaliknya, sosiologi membuat abstraksi dari kesatuan kompleks keseluruhan

kenyataan sosial menurut pusat perhatiannya sendiri. Menurut Simmel, itu adalah

bentuk sosiasi dan interaksi timbal-balik, termasuk “identifikasi pengatuan

sistematis, penjelasan psikologis, dan perkembangan sejarah tentang bentuk-

bentuk sosiasi yang murni”.14 Simmel menyajikan sejumlah sketsa sosiologis di

mana bentuk-bentuk tertentu didentifikasi, dianalisa, kadang-kadang dibagi

menjadi lebih kecil atau dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang terhubung

secara kontras, dan digambarkan dengan contoh-contoh yang kongkret dari

13 Ibid. 14 Ibid 260-261

Page 8: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

21

satuan-satuan yang luas. Tujuan umum adalah untuk memperlihatkan bagaimana

bentuk yang sama itu dapat dimanifestasikan dalam pelbagai konteks budaya atau

sejarah (atau dengan pelbagai isinya).15

2.1.3. Superordinasi dan Subordinasi

Diskusi Simmel mengenai bentuk-bentuk superordinasi dan subordinasi

(atau dominasi dan ketaatan) menggambarkan strateginya mengenai analisa

formal. Meskipun bentuk-bentuk ini nampaknya terutama mencakup arus

pengaruh satu arah dari superordinasi ke subordinasi, Simmel berpendirian bahwa

elemen yang penting dalam sosiasi, yakni interaksi timbal-balik, bukan tidak ada.

Hanya dalam hal-hal yang jarang sifatnya, superordinat tidak perlu

memperhatikan pentingnya subordinat. Dalam banyak hal, superordinat

memperhitungkan kebutuhan atau keinginan subordinat, meskipun hanya

bertujuan untuk mengontrol subordinat sekalipun. Dalam hal ini superordinat

dipengaruhi oleh subordinat.16

2.1.3.1. Subordinasi di Bawah Seorang Individu dan Struktur Kelompok

Simmel membedakan antara subordinasi di bawah seorang individu,

subordinasi di bawah suatu pluralitas individu, dan subordinasi di bawah suatu

prinsip umum. Subordinasi di bawah seorang individu secara khas memberikan

akibat yang mempersatukan pada pihak subordinat. Sering pemimpin mampu

untuk mempersatukan subordinat ke dalam satu kelompok yang kompak dengan

15 Ibid. 261 16 Ibid. 262

Page 9: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

22

memberikan mereka perasaan akan tujuan bersama dan menciptakan symbol

persatuan itu pada dirinya. Tetapi subordinasi di bawah seorang individu sering

memancing oposisi terhadap si pemimpin, dan oposisi bersama bisa merupakan

sumber kesatuan kelompok lebih daripada identifikasi bersama dari mereka

terhadap pemimpin itu. 17

2.1.3.2. Subordinasi di Bawah Lebih dari Satu Orang: Untung-Ruginya

Subordinasi di bawah sejumlah orang berbeda dalam beberapa hal

daripada subordinasi di bawah seorang individu. Subordinasi di bawah sejumlah

orang yang berbeda-beda cenderung lebih objektif dan kurang bersifat pribadi

daripada di bawah satu orang. Objektivitas yang lebih besar ini bisa menghasilkan

perlakuan yang lebih adil, lebih merata atau kurang kasar terhadap subordinat. Di

lain pihak, tingkat keterlibatan pribadi yang lebih rendah bisa memungkinkan

eksploitasi yang lebih parah lagi derajatnya daripada dengan satu orang

individu.18

2.1.3.3. Subordinasi di Bawah Suatu Prinsip Ideal: Peraturan Hati Nurani

Pola subordiansi dan superordinasi yang ketiga adalah subordinasi di

bawah suatu prinsip umum yang diungkapkan, misalnya pemerintahan brdasarkan

hukum. Meskipun orang jelas diminta untuk menjalankan hukum, atau untuk

mengambil keputusan dalam bidang yang tidak termasuk dalam hukum itu,

kesetiaan orang, dari presiden sampai ke rakyat kecil, adalah pada hukum itu

secara ideal. Kesetiaan yang sama dan kewajiban terhadap hukum atau peraturan

17 Ibid 263 18 Ibid 264

Page 10: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

23

impersonal juga merupakan karakteristik organisasi birokratis. Subordinasi pada

satu prinsip seringlebih disukai daripada subordinasi pada orang sebagai individu,

karena membatasi kemungkinan adanya kesewenangan dari seseorang.19

2.1.3.4. Subordinasi dan Kebebasan Individu

Simmel juga menganalisa hubungan antara superordinasi dan subordinasi

dan kebebasan individu. Subordinasi sering dialami sebagai suatu keadaan yang

menekan, yang menyangkal atau meniadakan kebebasan subordinat. Bagi mereka,

memperoleh kebebasan itu kelihatannya menuntut hilangnya pembedaan antara

superordinat dan subordinat. Karena inilah, gerakan sosial yang mewakili

perjuangan subordinat untuk memperoleh kebebasan sering, sekaligus juga,

merupakan perjuangan untuk persamaan. Idiologi gerakan pembaruan atau

revolusioner, kedua tujuan ini terjalin dengan sangat eratnya; persamaan dilihat

sebagai kondisi mutlak untuk kebebasan.20 Tetapi seperti yang ditunjukan

Simmel, kebebasan dan persamaan tidak harus sejalan dalam suatu dasar jangka

panjang. Bagi subordinat, kebebasan berarti memiliki privilese yang ada pada

subordinat, tetapi privilese-privilese ini meliputi privilese untuk menguasai. Jadi

tujuan yang sebenarnya dari gerakan pembaruan atau revolusi itu adalah bukan

untuk menghilangkan bentuk superordinais dan subordinasi, tetapi untuk

memungkinkan subordinat itu memperoleh posisi superordinat. Pengalaman

sejarah meperlihatkan bahwa keberhasilan suatu gerakan revolusioner pada

19 Ibid 267 20 Ibid 268

Page 11: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

24

umumnya tidak diikuti oleh persamaan, tetapi oleh pergantian sejumlah orang

yang berkuasa dengan orang lain.21

2.1.4. Konflik Dan Kekompakan

Hubungan antara superordinasi dan subordinasi terganggu karena adanya

kemungkinan untuk konflik. Konflik dan persatuan dapat dilihat sebagai bentuk

lain dari sosiasi; yang satu tidak lebih penting atau tidak lebih mutlak dari yang

lainnya. Keduanya biasa, dan merupakan interaksi timbal-balik. Dari titik pandang

sosiologi, lawan dari persatuan bukanlah konflik tetapi ketidakterlibatan

(noninvovelment, artinya tidak ada satupun bentuk interaksi timbal-balik).

Perspektif Simmel mengenai konflik dan persatuan sebagai alternative yang

menjembatani Marx yang memusatkan pada konflik sosial, dan Durkheim yang

memberikan tekanan pada integrasi dan solidaritas sosial.22

Relationship conflict may serve as an affective group context because

relationship conflict typically involves negative group affect and negative

communications, revealing interpersonal strain and distrust among team members

(Choi & Sy, 2010; Jehn, 1995; Jehn & Mannix, 2001). In the case of relationship

conflict, avoiding interaction or downplaying the conflict issues is more effective

than collaboration or active confrontation (De Dreu & Van Vianen, 2001). When

21 Ibid. 22 Ibid 269

Page 12: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

25

relationship conflict is present, mutual satisfaction is difficult to attain.23

2.2. George Herbert Meat (1863-1931)

Mead adalah pemikir yang sangat penting dalam sejarah interaksionisme

(Joas 2001) simbolik dan bukunya yang berjudul Mind, Self, and Society adalah

karya tunggal yang amat penting dalam tradisi itu.24 Mead lahir di South Hatley

Massachusetts 28 Februari 1863. ia mendapatkan pendidikan terutama dibidang

filsafat dan aplikasinya terhadap kajian psikologi sosial.25 Mead lebih

memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu yang kemudian secara

otomatis akan membentuk sebuah masyarakat, yang di dalam interaksi tersebut

individu-individu tadi menggunakan simbol-simbol (tanda, kata-kata atau bahasa).

Berikut ini akan dipaparkan beberapa ide-ide George Heber Mead menyangkut

interaksionisme simbolik;

2.2.1. Prioritas Sosial

Menurut pandangan Mead, dalam upaya menerangkan pengalaman sosial,

psikologi sosial tradisional memulainya dengan psikologi individual; sebaliknya

23 Moon Joung Kim, Jin Nam Choi, and Oh Soo Park (2012), Social Behavior &

Personality: Intuitiveness and Creativity In groups: Cross-Level Interactions Between Group

Conflict and Individual Cognitive Styles. Society for Personality Research

(http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=10&sid=a8a338f7-da4f-42cc-bb2f-913cdd99327e%40sessionmgr111&hid=128 Diakses 5 November 2014 pukul 11.00 WIB)

24 George Ritzer – Douglas J. Goodman, Modern Sociological Theory, 2003].

Dialihbahasakan oleh Alimandan, Teori Sosiologi moderen, (Jakarta, Kencana, 2008) 271. 25 Ibid 273.

Page 13: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

26

Mead selalu memberikan prioritas pada kehidupan sosial dalam memahami

pengalaman sosial. Mead menerangkan arah perhatiannya demikian:

Menurut, psikologi sosial, kita tidak membangun perilaku kelompok

dilihat dari sudut perilaku masing-masing individu yang

membentuknya; kita bertolak dari keseluruhan sosial dari aktivitas

kelompok kompleks tertentu, dan di mana kita menganalisa perilaku

masing-masing individu yang membentuknya… Yakni, kita lebih

berupaya untuk menerangkan perilaku terorganisir kelompok sosial

dilihat dari sudut perilaku masing-masing individu yang

membentuknya. Menurut psikologi sosial, keseluruhan (masyarakat)

adalah lebih dulu daripada bagian (individu), bukannya bagian adalah

lebih dahulu daripada keseluruhan; dan bagian itu diterangkan dari

sudut pandang keseluruhan, bukan keseluruhan yang diterangkan dari

sudut pandang bagian atau bagian-bagian (Mead, 1934/1962:7).26

Menurut Mead, keseluruhan sosial mendahului pemikiran individual baik

secara logika maupun secara temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri

adalah mustahil secara logika menurut Mead tanpa didahului adanya kelompok

sosial. Kelompok sosial muncul lebih dahulu, dan kelompok sosial menghasilkan

perkembangan keadaan mental kesadaran diri.27 Jadi, menurut penulis yang

dimaksudkan oleh Mead di sini adalah kelompok sosial yang mempengaruhi

tindakan individu, dan juga yang membentuk tindakan masing-masing individu.

Memang setiap individu memiliki kepribadian tersendiri, akan tetapi ketika

individu itu berada dalam sebuah komunitas sosial maka tindakan yang akan di

munculkan oleh individu itu sendiri adalah tindakan yang disepakati bersama

dalam komunitas sosial tersebut.

26 Ibid 271-272 27 Ibid 273.

Page 14: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

27

By folk-psychological characterizations of mind, refer to the pervasive

idea that intentions and other mental states, normally ascribed to agents in daily

life, are entities that exist on a more fundamental level than the behaving agents

themselves. For example, Tomasello and his colleagues endorse a mentalist and

folk-psychological view of cognition in assuming that intentions and goals drive

the genesis of behavior that is adaptive to the sociocultural niche. From this

perspective, ―intention‖ is actually conceived as an ―internal entity that guides

the person‘s behavior‖ (Tomasello et al., 2005: 676).28

2.2.2. Tindakan

Mead memandang tindakan sebagai “unit primitf” dalam teorinya

(1982:27). Dalam menganalisis tindakan, pendekatan Mead hampir sama dengan

pendekatan behavioris dan memusatkan perhatian pada rangsangan (stimulus) dan

tanggapan (response). Tetapi, stimulus di sini tidak menghasilkan respon manusia

secara otomatis dan tanpa dipikirkan. Seperti dikatakan Mead, “kita

membayangkan stimulus sebagai sebuah kesempatan atau peluang untuk

bertindak, bukan sebagai paksaan tau perintah” (1982:28).29

Mead (1938/1972) mengidentifikasi empat basis dan tahap tindakan yang

saling berhubungan (Schmitt dan Schmitt, 1996). Keempat tahap itu

mencerminkan satu kesatuan organik (dengan kata lain keempatnya saling

28 Raimondi, Vincenzo (29 Jul 2014). Social interaction, languaging and the operational

conditions for the emergence of observing. Frontiers in Psychology. Jul2014, Vol. 5, p1-26. 26p.

(http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=747051e6-c668-44d9-b8d1-

ec8beaaa2d5f%40sessionmgr112&vid=1&hid=128 Diakses 5 November 2014 pukul 11.00 WIB) 29 George Ritzer – Douglas J. Goodman, Modern Sociological Theory, 2003].

Dialihbahasakan oleh Alimandan, Teori Sosiologi moderen, (Jakarta, Kencana, 2008) 274.

Page 15: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

28

berhubungan secara dialekis).30 Berikut ini adalah keempat basis atau tahap

tindakan yang saling berhubungan tersebut:

2.2.2.1. Implus

Tahap pertama adalah dorongan hati/implus (impulse) yang meliputi

“stimulisasi/rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera” dan reaksi

actor terhadap rangsangan, kebutuhan untuk melakuakn sesuatu terhadap

rangsangan itu. Rasa lapar adalah contoh yang tepat dari implus. Actor (binatang

maupun manusia) secara spontan dan tanpa pikir memberikan reaksi atas implus,

tetapi actor manusia lebih besar kemungkinannya akan memikirkan reaksi yang

tepat (misalnya, makan sekarang atau nanti). Dalam berpikir tentang reaksi

manusia, tak hanya mempertimbangkan situasi kini, tetapi juga pengalaman masa

lalu dan mengantisipasinya akibat dari tindakan di masa depan.31

2.2.2.2. Presepsi

Tahap kedua adalah presepsi (perception). Actor menyelidiki dan beraksi

terhadap rangsangan yang berhubungan dengan implus, dalam hal ini rasa lapar

dan juga berbagai alat yang tersedia untuk memuaskannya. Manusia mempunyai

kapasitas untuk merasakan dan memahami stimuli melalui pendengaran,

senyuman, rasa, dan sebagainya. Presepsi melibatkan rangsangan yang baru

masuk maupun citra mental yang ditimbulkannya. Actor tidak secara spontan

menanggapi stimuli dari luar, tetapi memikirkannya sebentar dan menilainya

melalui bayangan mental.manusia tak hanya tunduk pada rangsangan dari luar;

30 Ibid 31 Ibid

Page 16: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

29

mereka juga secara aktif memilih cirri-ciri rangsangan dan memilih di antara

sekumpulan rangsangan. Artinya, sebuah rangsangan mungkin mempunyai

beberapa dimensi dan actor mampu memilih di antaranya. Actor biasanya

berhadapan dengan banyak rangsangan yang berbeda dan mereka mempunyai

kapasitas untuk memilih yang mana perlu diperhatikan dan yang mana perlu

diabaikan. Mereka menolak untuk memisahkan orang dari objek yang mereka

pahami. Tindakan memahami objek itulah yang menyebabkan sesuatu itu menjadi

objek bagi seseorang, pemahaman dan objek tak dapat dipisahkan satu sama lain

(berhubungan secara dialektis).32

2.2.2.3. Manipulasi

Tahap ketiga adalah manipulasi (manipulation). Segera setelah implus

menyatakan dirinya sendiri dan objek telah dipahami, langkah selanjutnya adalah

manipulasi objek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek itu. Di

samping keuntungan mental, manusia mempunyai keuntungan lain ketimbang

binatang. Manusia mempunyai tangan (denga ibu jari yang dapat dipertautkan)

yang memungkinkan mereka memanipulasi objek jauh lebih cerdik ketimbang

yang dapat dilakukan binatang. Tahap manipulasi merupakan tahap jeda yang

penting dalam proses tindakan agar tanggapan tidak diwujudkan secara spontan.

Seorang manusia yang lapar melihat cendawan, tetapi sebelum memakannya ia

mungkin mula-mula memungutnya, menelitinya, dan mungkin memeriksanya

lewat buku petunjuk untuk melihat apakah jenis cendawan itu boleh dimakan.

32 Ibid 274-275.

Page 17: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

30

Sebaliknya, binatang mungkin langsung memakan cendawan itu tanpa perlakuan

memeriksanya (dan pasti tanpa membaca tentang jenis cendawan). Memberi sela

waktu dengan memperlakukan objek, memungkinkan manusia merenungkan

berbagai macam tanggapan. Dalam memikirkan mengenai apakah akan memakan

cendawan itu atau tidak, baik masa lalu maupun masa depan dilibatkan. Orang

mungkin berpikir tentang pengalaman masa lalu ketika memakan jenis cendawan

tertntu yang menyebabkan mereka sakit, dan mereka mungkin berpikir tentang

kesakitan di masa depan atau bahkan kematian yang dapat menyertai karena

memakan cendawan beracun. Perlakuan terhadap cendawan menjadi jenis metode

eksperimen di mana actor secara mental menguji berbagai macam hipotesis

tentang apakah yang akan terjadi bila cendawan itu dimakan.33

2.2.2.4. Konsumasi

Berdasarkan pertimbangan ini, actor mungkin memutuskan untuk

memakan cendawan (atau tidak) dan ini merupakan tahap keempat tindakan,

yakni tahap pelaksanaan/konsumasi (consummation), atau mengambil tindakan

yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya. Baik manusia maupun binatang

mungkin memakan cendawan, tetapi manusia lebih kecil kemungkinan memakan

cendawan beracun karena kemampuannya untuk memanipulasi cendawan dan

memikirkan (dan membaca) mengenai implikasi dari memakannya. Binatang

tergantung pada metode trial and error dan ini adalah metode yang kurang efisien

33 Ibid 275.

Page 18: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

31

ketimbang kemampuan manusia untuk berpikir melalui tindakannya.34 Metode

trial and error dalam situasi ini agak berbahaya; akibatnya ada kemungkinan

bahwa binatang lebih mudah terancam kematian karena memakan cendawan

beracun ketimbang manusia.35

Dapat penulis simpulkan bahwa keempat tahapan tindakan yang di

paparkan Mead ini, menjelaskan bahwa keempat tahapan tindakan ini merupakan

proses yang saling berkaitan dan merupakan proses yang berlangsung bertahap.

Di mana ketika ada rangsangan dari luar maupun dari dalam diri individu itu

sendiri, maka actor (individu) secara spontan akan meresponnya (implus),

kemudian setelah merespon rangsangan yang ada, actor akan meneliti (Pesepsi)

rangsangan tersebut dan kemudian mencari solusi untuk menjawab rangsangan

yang diterima. Setelah mendapatkan solusi atau jawaban untuk menanggapi

respon yang diterima, actor kemudian menganalisa (manipulasi) tindakan (respon

yang akan di berikan). Setelah respon yang diinginkan telah di setujui lewat

analisa dan pertimbangan yang matang, maka actor akan melakukan tindakan

selanjutnya, yaitu konsumasi (tindakan mengkonsumsi ataupun tidak

mengkonsumsi), akhir dari tindakan dari actor untuk menjawab rangsangan yang

diterima

34 Untuk kritik atas pemikiran Mead tentang perbeaan antara manusai dan hewan, lihat

Alger dan Alger,1997. 35 George Ritzer – Douglas J. Goodman, Modern Sociological Theory, 2003].

Dialihbahasakan oleh Alimandan, Teori Sosiologi moderen, (Jakarta, Kencana, 2008) 276

Page 19: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

32

2.2.3. Sikap-Isyarat (Gesture).

Sementara tindakan hanya melibatkan satu orang, tindakan sosial

melibatkan dua orang atau lebih. Menurut Mead, gerak atau sikap isyarat adalah

mekanisme dasar dalam tindakan sosial dan dalam proses sosial yang lebih umum.

Menurut definisi Mead, gesture adalah gerakan organisme pertama yang

bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan (secara

sosial) yang tepat dari organisme kedua" (Mead, 1934/1962:14; lihat juga Mead,

1959:187). Baik binatang maupun manusia, mampu membuat isyarat dalam arti

bahwa tindakan seorang individu tanpa pikir dan secara otomatis mendapatkan

reaksi dari individu lain. Berikut ini adalah contoh terkenal Mead tentang

perkelahian anjing dilihat dari prespektif isyarat;

Tindakan masing-masing anjing menjadi rangsangan untuk anjing lain

dalam memberikan tanggapannya... Fakta juga menunjukkan bahwa

anjing yang siap menyerang anjing lain akan menjadi rangsangan bagi

anjing lain itu untuk mengubah posisi atau sikapnya. Begitu perubahan

sikap ini terjadi di pihak anjing kedua, maka anjing pertama pun

mengubah sikapnya (Mead, 1934/1962:42-43).36

Mead menanamakan apa yang terjadi dalam situasi ini sebuah "percakapan

isyarat". Gerak isyarat anjing pertama secara otomatis mendapatkan gerak isyarat

dari anjing kedua; tak ada proses berpikir yang terjadi di kedua belah pihak itu.

Manusia pun kadang-kadang terlibat dalam percakapan isyarat tanpa pikir seperti

itu. Contohnya dalam pertandingan tinju dan anggar di mana banyak tindakan dan

reaksi yang terjadi di mana seorang petarung "secara naluriah" menyesuaikan diri

36 Ibid 277.

Page 20: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

33

terhadap tindakan petarung kedua. Tindakan tanpa disadari seperti itu disebut

Mead sebagai isyarat "nonsignifikan"; apa yang membedakan manusia dari

binatang adalah kemampuannya untuk menggunakan gerak isyarat "yang

signifikan" atau yang memerlukan pemikiran di kedua belah pihak aktor sebelum

beraksi.37 Isyarat suara sangat penting perannya dalam pengembangan isyarat

yang signifikan. Namun, tak semua isyarat suara adalah signifikan. Gonggongan

seekor anjing tak signifikan bagi anjing lain; bahkan beberapa isyarat suara

manusia (misalnya dengkuran tanpa sadar) mungkin tak signifikan. Tetapi,

perkembangan isyarat suara, terutama dalam bentuk bahasa, adalah faktor paling

penting yang memuungkinkan perkembangan khusus kehidupan manusia:

"kekhususan manusia di bidang isyarat (bahasa) inilah pada hakikatnya yang

bertanggung jawab atas asal mula pertumbuhan masyarakat dan pengetahuan

manusia sekarang, dengan seluruh kontrol terhadap alam dan lingkungan

dimungkinkan berkat ilmu pengetahuan" (Mead, 1934/1962:14).38

Perkembangan bahasa ini berhubungan dengan ciri khusus isyarat suara.

bila kita membuat gerak isyarat fisik seperti muka menyeringai, kita tak dapat

melihat apa yang sedang kita kerjakan (kecuali kalau apa yang terjadi itu kita di

depan cermin). Sebaliknya, bila kita mengucapkan isyarat suara, kita mendengar

sendiri seperti orang lain mendengarnya. Akibatnya adalah bahwa isyarat suara

dapat memengaruhi si pembicara dengan cara yang serupa dengan pendengar.

Akibat lain adalah bahwa kita mampu menghentikan diri kita sendiri dalam

isyarat suara jauh lebih baik ketimbang kemampuan menghentikan gerak isyarat

37 Ibid. 38 Ibid.

Page 21: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

34

secara fisik. Dengan kata lain, kita mempunyai kemampuan jauh lebih untuk

mengendalikan isyarat suara ketimbang isyarat fisik. Kemampuan untuk

mengendalikian diri sendiri dan reaksi diri sendiri ini adalah penting bagi

kemampuan khusus manusia lainnya. “isyarat suara itulah terutama yang

menyediakan medium organisasi sosial dalam masyarakat manusia” (Mead

1959:188).39

Dapat di simpulkan bahwa, isyarat dalam bentuk fisik yang terjadi antara

dua orang individu atau lebih dapat memungkinkan terjadinya interaksi walaupun

hal tersebut tergantung dari kedua individu yang terkait. Interaksi juga dapat

terjadi lewat isyarat suara, dalam hal ini yang signifikan seperti berbicara dalam

bahasa. Lebih mudah orang mengerti isyarat suara (bahasa) daripada isyarat fisik,

seperti ekspresi wajah ataupun gerak tubuh, oleh sebab itu Mead katakan manusia

mempunyai kemampuan lebih baik dalam mengendalikan isyarat suara

dibandingkan mengendalikan isyarat fisik (menurut penulis hal ini menyangkut

isyarat yang mudah dimengerti oleh orang lain).

Menurut Azwar sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang

yaitu :

a. Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap,

komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu

39 Ibid 277-278.

Page 22: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

35

mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila

menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.

b. Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional

inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan

merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang

mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan

dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

c. Komponen konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang

dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.40

Menurut Azwar S faktor-faktor yang mempengaruhi sikap tersebut antara

lain:

a. Pengalaman pribadi: Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan

sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi

dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu pada umumnya

cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap

seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi

40 Azwar. S, 2008. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya [edisi ke-2]

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar) 23.

Page 23: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

36

oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan: Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman

individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari

kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai

masalah.

d. Media massaa: Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara

obyektif berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama: Konsep moral dan ajaran dari

lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem

kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep

tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional: Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.41

2.2.4. Simbol-simbol Signifikan

Simbol signifikan adalah sejenis gerak-isyarat yang hanya dapat

diciptakan manusia. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu

41 Ibid, 30

Page 24: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

37

yang membuat simbol-simbol itu sama dengan sejenis tanggapan (tetapi tak selalu

sama) yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Kita sebenarnya

hanya dapat berkomunikasi bila kita mempunyai simbol yang signifikan;

komunikasi menurut arti istilah itu tak mungkin terjadi di kalangan semut, lebah,

dan sebagainya. Isyarat fisik dapat menjadi simbol yang signifikan, namun secara

ideal tak cocok dijadikan simbol signifikan karena orang tak dapat dengan mudah

melihat atau mendengarkan isyarat fisiknya sendiri. Jadi, ungkapan suaralah yang

paling mungkin menjadi simbol yang signifikan, meski tidak semua ucapan dapat

menjadi simbol signifikan. Kumpulan isyarat suara yang paling mungkin menjadi

simbol yang signifikan adalah bahasa: "simbol yang menjawab makna yang

dialami individu pertama dan yang mencari makna dalam individu kedua. Isyarat

suara yang mencapai situasi seperti itulah yang dapat menjadi 'bahasa'. Kini ia

menjadi simbol yang signifikan dan memberitahukan makna tertentu (Mead,

J934/1962:46). Dalam percakapan dengan isyarat, hanya isyarat itu sendiri yang

dikomunikasikan. Tetapi dengan bahasa, yang dikomunikasikan adalah isyarat

dan maknanya.42

Fungsi bahasa atau simbol yang signifikan pada umumnya adalah

menggerakkan tanggapan yang sama di pihak individu yang berbicara dan juga di

pihak lainnya. Kata anjing atau kucing mendapatkan citra mental yang sama

dalam diri orang yang mengucapkan kata itu dan dalam diri lawan bicaranya

Pengaruh lain dari bahasa adalah merangsang orang yang berbicara dan orang

yang mendengarnya. Orang yang meneriakkan "kebakaran" di dalam bioskop

42 Ibid 278.

Page 25: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

38

yang padat penonton setidaknya akan bergegas keluar sebagaimana halnya dengan

orang yang mendengar teriakannya itu. Jadi, simbol signifikan memungkinkan

orang menjadi stimulator tindakan mereka sendiri.43

Dengan mengadopsi orientasi aliran pragmatis ini, Mead juga melihat

"fungsi" isyarat pada umumnya dan simbol signifikan pada khususnya. Fungsi

isyarat adalah "menciptakan peluang di antara individu yang terlibat dalam

tindakan sosial tertentu dengan mengacu pada objek atau objek-objek yang

menjadi sasaran tindakan itu" (Mead, 1934/1962:46). Dengan demikian, muka

cemberut yang tak disengaja mungkin dibuat untuk mencegah seorang anak

kecil terlalu dekat ke tepi jurang, dan dengan cara demikian mencegahnya

berada dalam situasi yang secara potensial berbahaya. Sementara isyarat

nonsignifikan bekerja, "simbol yang signifikan memberikan kemudahan jauh

lebih besar untuk menyesuaikan diri dan penyesuaian diri kembali

(readjustment) ketimbang yang diberikan isyarat nonsignifikan, karena simbol

signifikan menggerakkan sikap yang sama dalam diri individu dan

memungkinkan individu itu menyesuaikan perilakunya berikutnya dengan

perilaku orang lain dalam hal sikap. Singkatnya, isyarat percakapan yang

disadari atau yang signifikan adalah mekanisme yang jauh lebih memadai dan

efektif untuk saling menyesuaikan diri dalam tindakan social, ketimbang isyarat

percakapan yag tak disadari atau yang tak signifikan. (Mead, 1934/1962:46).

Dilihat dari sudut pandang pragmatis, simbol signifikan berperan lebih baik

dalam kehidupan sosial ketimbang simbol yang tak signifikan. Dengan kata lain,

43 Ibid.

Page 26: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

39

dalam mengomunikasikan perasaan tak senang kita kepada orang lain, memaki-

maki secara lisan berperan jauh lebih baik daripada bahasa tubuh yang berubah,

seperti wajah cemberut. Individu yang menyatakan ketidaksenangannya,

biasanya tak menyadari bahasa tubuh dan karena itu tak mampu secara sadar

menyesuaikan tindakan selanjutnya dilihat dari sudut bagaimana cara orang lain

bereaksi terhadap bahasa tubuh. Sebaliknya, seorang yang berbicara akan

menyadari kemarahan yang diucapkannya dan bereaksi terhadap ucapan itu

dengan cara yang sama (dan hampir dalam waktu bersamaan) dengan reaksi

orang yang menjadi sasaran kemarahannya. Jadi, pembicara dapat memikirkan

tentang bagaimana kemungkinan orang lain bereaksi dan menyiapkan reaksi

terhadap reaksi orang lain itu.44

Yang sangat penting dari teori Mead ini adalah fungsi lain simbol

signifikan-yakni memungkinkan proses mental, berpikir. Hanya melalui simbol

signifikan-khususnya melalui bahasa-manusia bisa berpikir (hewan yang lebih

rendah menurut Mead tak bisa berpikir). Mead mendefinisikan berpikir

(thinking) sebagai "percakapan implisit individu dengan dirinya sendiri dengan

memakai isyarat" (1934/1962:47). Mead bahkan menyatakan "berpikir adalah

sama dengan berbicara dengan orang lain" (1982:155). Dengan kata lain,

berpikir melibatkan tindakan berbicara dengan diri sendiri. Jelas di sini Mead

mendefinisikan berpikir menurut aliran behavioris. Percakapan meliputi perilaku

(berbicara) dan perilaku itu juga terjadi di dalam diri individu; ketika perilaku

44 Ibid 278-279.

Page 27: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

40

terjadi, berpikir pun terjadi. Ini bukan definisi berpikir secara mentalistis; ini

jelas definisi berpikir dalam arti behavioristik.45

Simbol signifikan juga memungkinkan interaksi simbolik. Artinya, orang

dapat saling berinteraksi tidak hanya melalui isyarat tetapi juga melalui simbol

signifikan. Kemampuan ini jelas mempengaruhi kehidupan dan memungkinkan

terwujudnya pola iteraksi dan bentuk organisasi sosial yang jauh lebih rumit

ketimbang melalui isyarat saja.46

2.2.5. Pikiran (Mind)

Pikiran, yang didefinisikan Mead sebagai proses percakapan seseorang

dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu; pikiran adalah

fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan

merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran,

proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi, pikiran juga didefinisikan secara

fungsional ketimbang secara substantif. Adakah kekhususan dari pikiran? Kita

telah melihat bahwa manusia mempunyai kemampuan khusus untuk

memunculkan respon dalam dirinya sendiri. Karakteristik istimewa dari pikiran

adalah kemampuan individu untuk "memunculkan dalam dirinya sendiri tidak

hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah

yang kita namakan pikiran. Melakukan sesuatu berarti memberi respon

terorganisir tertentu; dan bila seseorang mempunyai respon itu dalam dirinya, ia

45 Ibid 279. 46 Ibid 279-280.

Page 28: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

41

mempunyai, apa yang kita sebut pikiran. (Mead, 1934/1962:267). Dengan

demikian pikiran dapat dibedakan dari konsep logis lain seperti konsep ingatan

dalam karya Mead melalui kemampuannya menanggapi komunitas secara

menyeluruh dan mengembangkan tanggapan terorganisir. Mead juga melihat

pikiran secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang

mengarah pada penyelesaian masalah. Dunia nyata penuh dengan masalah dan

fungsi pikiranlah untuk mencoba menyelesaikan masalah dan memungkinkan

orang beroperasi lebih efektif dalam kehidupan.47

Dengan demikian Mead ingin mengatakan bahwa pikiran tidak muncul

dengan sendirinya, akan tetapi merupakan hasil dari respon terhadap proses sosial

yang dialami. Tanpa proses sosial maka setiap individu tidak akan mampu

mengembangkan pikirannya.

2.2.6. Diri (Self)

Pada dasarnya diri adalah kemamouan untuk menerima diri sendiri

sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek

maupun objek. Diri mensyaratkan proses sosial: komunikasi antar manusia.

Binatang dan bayi yang baru lahir tak mempunyai diri. Diri muncul dan

berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial. Menurut Mead adalah

mustahil membayangkan diri yang muncul dalam ketiadaan pengalaman

sosial. Tetapi, segera setelah diri berkembang, ada kemungkinan baginya

47 Ibid 280.

Page 29: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

42

untuk terus ada tanpa kontak sosial. Demikianlah, Robinson Crusoe

mengembangkan diri saat berada di tengah peradaban, dan ia terus

memilikinya ketika ia hidup sendiri di sebuah pulau yang saat itu ia kira

pulau yang sepi. Dengan kata lain, ia terus mempunyai kemampuan untuk

menerima dirinya sendiri sebagai sebuah objek. Segera setelah diri

berkembang, orang biasanya, tetapi tak selalu, mewujudkannya. Contoh, diri

tak terlibat dalam tindakan yang dilakukan karena kebiasaan atau dalam

pengalaman fisiologis spontan tentang kesakitan atau kesenangan.48

Diri berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Artinya, di satu

pihak Mead menyatakan bahwa tubuh bukanlah diri dan baru akan menjadi

diri bila pikiran telah berkembang. Di lain pihak, diri dan refleksitas adalah

penting bagi perkembangan pikiran. Memang mustahil untuk memisahkan

pikiran dan diri karena diri adalah proses mental. Tetapi, meskipun kita

membayangkannya sebagai proses mental, diri adalah sebuah proses sosial.

Dalam bahasannya mengenai diri, Mead menolak gagasan yang

meletakkannya dalam kesadaran dan sebaliknya meletakkannya dalam

pengalaman sosial. Dengan cara ini Mead mencoba memberikan arti

behavioristis tentang diri: "diri adalah di mana orang memberikan tanggapan

terhadap apa yang ia tujukan kepada orang lain dan di mana tanggapannya

sendiri menjadi bagian dari tindakannya, di mana ia tak hanya mendengarkan

dirinya sendiri, tetapi juga merespon dirinya sendiri, berbicara dan menjawab

dirinya sendiri sebagaimana orang lain menjawab kepada dirinya, sehingga

48 Ibid 280-281.

Page 30: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

43

kita mempunyai perilaku di mana individu menjadi objek untuk dirinya

sendiri" (1934/1962:139). Karena itu diri adalah aspek lain dari proses sosial

menyeluruh di mana individu adalah baginya.49

Mekanisme umum untuk mengembangkan diri adalah refleksivitas

atau kemampuan menempatkan diri secara tak sadar ke dalam tempat orang

lain dan bertindak seperti mereka bertindak. Akibatnya, orang mampu

memeriksa diri sendiri sebagaimana orang lain memeriksa diri mereka

sendiri. Seperti ditakan Mead:

Dengan cara merefleksikan-dengan mengembalikan pengalaman

individu pada dirinya sendiri-keseluruhan proses sosial

menghasilkan pengalaman individu pang terlibat di dalamnya;

dengan cara demikian, individu bisa menerima sikap orang lain

terhadap dirinya, individu secara sadar mampu menyesuaikan

dirinya sendiri terhadap proses sosial dan mampu mengubah

proses yang dihasilkan dalam tindakan sosial tertentu dilihat dari

sudut penyesuaian dirinya terhadap tindakan sosial itu (Mead,

1934/1962:134).50

Diri juga memungkinkan orang berperan dalam percakapan dengan orang

lain. Artinya, seseorang menyadari apa yang dikatakannya dan akibatnya mampu

menyimak apa yang sedang dikatakan dan menentukan apa yang akan dikatakan

selanjutnya. Untuk mempunyai diri, individu harus mampu mencapai keadaan "di

luar dirinya sendiri" sehingga mampu mengevaluasi diri sendiri, mampu menjadi

objek bagi dirinya sendiri. Untuk berbuat demikian, individu pada dasarnya harus

menempatkan dirinya sendiri dalam bidang pengalaman yang sama dengan orang

49 Ibid 281. 50 Ibid.

Page 31: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

44

lain. Tiap orang adalah bagian penting dari situasi yang dialami bersama dan tiap

orang harus memperhatikan diri sendiri agar mampu bertindak rasional dalam

situasi tertentu. Dalam bertindak rasional ini mereka mencoba memeriksa diri

sendiri secara impersonal, objektif, dan tanpa emosi. Tetapi, orang tak dapat

mengalami diri sendiri secara langsung. Mereka hanya dapat melakukannya secara

tak langsung melalui penempatan diri mereka sendiri dari sudut pandang orang lain

itu. Dari sudut pandang demikian orang memandang dirinya sendiri dapat menjadi

individu khusus atau menjadi kelompok sosial sebagai satu kesatuan. Seperti

dikatakan Mead, "Hanya dengan mengambil peran orang lainlah kita mampu

kembali ke diri kita sendiri" (1959: 184-185).51

Mead juga melihat diri dari sudut pandang pragmatis. Di tingkat

individual, diri memungkinkan individu menjadi anggota masyarakat yang makin

efisien. Karena diri, orang makin besar kemungkinannya untuk melakukan apa

yang diharapkannya dalam situasi tertentu. Karena orang sering mencoba berbuat

sesuai dengan harapan kelompok, mereka lebih besar kemungkinannya untuk

menghindari ketidakefisienan yang berasal dari kegagalan melakukan apa yang

diharapkan kelompok. Selanjutnya, diri memungkinkan meningkatnya koordinasi

dalam masyarakat sebagai satu kesatuan. Karena individu dapat memperhitungkan

tindakan apa yang diharapkan dari mereka, maka kelompok dapat berjalan dengan

lebih efektif.52

51 Ibid 282. 52 Ibid 284.

Page 32: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

45

Mead mengidentifikasi dua aspek atau fase diri, yang ia namakan "I" dan

"Me". Mead menyatakan, "Diri pada dasarnya adalah proses sosial yang

berlangsung dalam dua fase yang dapat dibedakan" (1934/1962:178). Perlu

diingat bahwa "I" dan "me" adalah proses yang terjadi di dalam proses diri yang

lebih luas, keduanya bukanlah sesuatu (things).

2.2.6.1. “I” dan “Me”

"I" adalah tanggapan spontan individu terhadap orang lain. Ini adalah

aspek kreatif yang tak dapat diperhitungkan dan tak teramalkan dari diri. Orang

tak dapat mengetahui terlebih dahulu apa tindakan aktor yang mengatakan "Aku

akan" ("I"will be): "Tetapi, apa tanggapan yang akan dilakukan, ia tak tahu dan

orang lain pun tak ada yang tahu. Mungkin ia akan membuat permainan

cemerlang atau mungkin juga kesalahan. Tanggapan atas situasi seperti yang

muncul dalam pengalaman langsungnya itu adalah tidak menentu." (Mead,

1934/1962:175). Kita tak pernah tahu sama sekali tentang "I" dan melaluinya kita

mengejutkan diri kita sendiri lewat tindakan kita. Kita hanya tahu "I" setelah

tindakan telah dilaksanakan. Jadi, kita hanya tahu "I" dalam ingatan kita. Mead

sangat menekankan "I" karena empat alasan. Pertama, "I" adalah sumber utama

sesuatu yang baru dalam proses sosial. Kedua, Mead yakin, di dalam “I” itulah

nilai terpenting kita ditempatkan. Ketiga, “I” merupakan sesuatu yang kita

semua cari-perwujudan diri. “I”-lah yang memungkingkan kita

mengembangkan “kepribadian definitive”. Keempat, Mead melihat suatu

proses evolusioner dalam sejarah di mana manusia dalam masyarakat

Page 33: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

46

primitive lebih didominasi oleh “me”, sedangkan dalam masyarakat

moderen komponen “I”-nya lebih nyata.53

"I" bereaksi terhadap "me" yang mengorganisir sekumpulan sikap orang

lain yang ia ambil menjadi sikapnya sendiri" (Mead, 1934/1962:175). Dengan

kata lain, "me" adalah penerimaan atas orang lain yang digeneralisir. Berbeda

dengan "I", orang menyadari "me"; "me" meliputi kesadaran tentang tanggung

jawab. Seperti dikatakan Mead, "me" adalah individu biasa, konvensional

(1934/1962:197). Konformis ditentukan oleh "me" meskipun setiap orang-apa

pun derajat konformisnya-mempunyai dan harus mempunyai "me" yang kuat.

Melalui "me"-lah masyarakat menguasai individu. Mead mendefinisikan

gagasan tentang kontrol sosial sebagai keunggulan ekspresi "me" di atas

ekspresi "I", Kemudian dalam buku Mind, Self and Society, Mead menguraikan

gagasannya tentang kontrol sosial:

Kontrol sosial, sebagai pelaksanaan kritik-diri, diterapkan secara

ketat dan ekstentif terhadap tindakan atau perilaku individu,

membantu mengintegrasikan individu dan tindakannya dengan

merujuk kepada proses sosial terorganisir dari pengalaman dan

perilaku di mana ia dilibatkan.... Kontrol sosial terhadap tindakan

atau perilaku individu dilaksanakan dengan berdasarkan atas asal--

usul dan basis sosial kritik-diri. Kritik-diri pada dasarnya adalah

kritik sosial dan perilaku yang dikendalikan secara sosial. Karena

itu, kontrol sosial, jauh dari kecenderungan menghancurkan

individu manusia atau melenyapkan kesadaran dirinya secara

individual, sebaliknya, adalah terdapat di dalam dan tak terlepas

dari hubungannya dengan individualitas (Mead, 1934/1962:255).54

53 Ibid 285-286. 54 Ibid 286-287.

Page 34: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

47

Mead juga melihat "I" dan "me" menurut pandangan pragmatis. "Me"

memungkinkan individu hidup nyaman dalam kehidupan sosial, sedangkan "I"

memungkinkan terjadinya perubahan masyarakat. Masyarakat mempunyai

kemampuan menyesuaikan diri yang memungkinkannya berfungsi dan terus-

menerus mendapatkan masukan baru untuk mencegah terjadinya stagnasi. "I" dan

"me" dengan demikian adalah bagian dari keseluruhan proses sosial dan

memungkinkan, baik individu maupun masyarakat, berfungsi secara lebih

efektif.55

2.2.7. Masyarakat

Pada tingkat paling umum, Mead menggunakan istilah masyarakat

(society) yang berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri.

masyarakat penting perannya dalam membentuk pikiran dan diri. Di tingkat lain,

menurut Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir

yang diambil alih oleh individu dalam bentuk "aku" (me). Menurut pengertian

individual ini masyarakat memengaruhi mereka, memberi mereka kemampuan

melalui kritik-diri, untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Mead juga

menjelaskan evolusi masyarakat. Namun, ia sedikit sekali berbicara tentang

masyarakat meski masyarakat menempati posisi sentral dalam sistem teorinya.

55 Ibid 287.

Page 35: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

48

Sumbagan terpenting Mead tentang masyarakat, terletak dalam pemikirannya

mengeenai pikiran dan diri.56

Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih khusus, Mead mempunyai

sejumlah pemikiran tentang pranata sosial (sosial institutions). Secara luas,

Mead mendefinisikan pranata sebagai "tanggapan bersama dalam

komunitas" atau kebiasaan hidup komunitas" (1934/1962:261,264; lihat juga

Mead, 1936:376). secara lebih khusus, ia mengatakan bahwa, "keseluruhan

tindakan komunitas tertuju pada individu berdasarkan keadaan tertentu

menurut cara yang sama...berdasarkan keadaan itu pula, terdapat respon

yang sama di pihak komunitas. Proses ini kita sebut "pembentukan pranata"

(Mead, 1934/ 1962:167). Kita membawa kumpulan sikap yang terorganisir

ini ke dekat kita, dan sikap itu membantu mengendalikan tindakan kita,

sebagian besar melalui keakuan (me).57

Pendidikan adalah proses internalisasi kebiasaan bersama komunitas ke

dalam diri aktor. Pendidikan adalah proses yang esensial karena menurut

pandangan Mead, aktor tidak mempunyai diri dan belum menjadi anggota

komunitas sesungguhnya hingga mereka mampu menanggapi diri mereka sendiri

seperti yang dilakukan komunitas yang lebih luas. Untuk berbuat demikian, actor

harus menginternalisasikan sikap bersama komunitas.58

56 Ibid. 57 Ibid. 58 Ibid 287-288.

Page 36: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

49

Namun Mead dengan hati-hati mengemukakan bahwa pranata tak selalu

menghancurkan individualitas atau melumpuhkan kreativitas. Mead mengakui

adanya pranata sosial yang “menindas, stereotip dan ultrakonservatif seperti

gereja yang dengan kekakuan, ketidaklenturan, dan ketidakprogesifannya,

menghancurkan atau melenyapkan individualitas” (1934/1962:262). Tetapi, Mead

cepat-cepat menambahkan: “Tak ada alasan yang tak terelakan mengapa pranata

sosial harus menindas atau konservatif, atau mengapa mereka itu tak selalu lentur

dan progresif, lebih membantu perkembangan individualitas ketimbang

menghalanginya.” (Mead, 1934/1962:262). Menurut Mead, pranata sosial

seharusnya hanya menetapkan apa yang sebaiknya dilakukan individu dalam

pengertian yang sangat luas dan umum saja, dan seharusnya menyediakan ruang

yang cukup bagi individualitas dan kreativitas. Di sini Mead menunjukan konsep

pranata sosial yang sangat moderen baik sebagai pemaksa individu yang kreatif

(lihat Giddens, 1984).59

2.2.8. Pembelajaran Makna dan Simbol

Dengan mengikuti Mead, teoritisi interaksionisme simbolik cenderung

menyetujui pentingnya sebab musabab interaksi sosial. Dengan demikian, makna

bukan berasal dari proses mental yang menyendiri, tetapi berasal dari interaksi.

Pemusatan perhatian ini berasal dari pragmatisme Mead. Ia memusatkan perhatian

pada tindakan dan interaksi manusia, bukan pada proses menta yang terisolasi.

59 Ibid 288.

Page 37: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

50

Perhatian utama bukan tertuju pada bagaimana cara mental manusia menciptakan

arti dan simbol, tetapi bagaimana mental manusia menciptakan arti dan simbol,

tetapi bagaimana cara mereka mempelajarinya selama interaksi pada umumnya

dan selama proses sosialisasi pada khususnya.

2.2.9. Aksi dan Interaksi

Teoritisi interaksionisme simbolik memusatkan perhatian terutama pada

dampak dari makna dan simbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Di sini

akan bermanfaat menggunakan pemikiran Mead yang membedakan antara

perilaku lahiriah dan perilaku tersembunyi. Perilaku tersembunyi adalah proses

berpikir yang melibatkan simbol dan arti. Perilaku lahiriah adalah perilaku.

sebenarnya yang dilakukan oleh seorang aktor. Beberapa perilaku lahiriah tidak

melibatkan perilaku tersembunyi (perilaku karena kebiasaan atau tanggapan

tanpa pikir terhadap rangsangan eksternal). Tetapi, sebagian besar tindakan

manusia melibatkan kedua jenis perilaku itu. Perilaku tersembunyi menjadi

sasaran perhatian utama teoritisi interaksionisme simbolik sedangkan perilaku

lahiriah menjadi sasaran perhatian utama teoritisi teori pertukaran atau penganut

behaviorisme tradisional pada umumnya.60

Simbol dan arti memberikan ciri-ciri khusus pada tindakan sosial

manusia (yang melibatkan aktor tunggal) dan pada interaksi sosial manusia

(yang melibatkan dua orang aktor atau lebih yang terlibat dalam tindakan sosial

60 Ibid 293.

Page 38: BAB II PENDEKATAN TEORITIS - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12299/2/T1_752009009_BAB II.pdf · atau interaksi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan

51

timbal-balik. Tindakan sosial adalah tindakan di mana individu bertindak dengan

orang lain dalam pikiran. Dengan kata lain, dalam melakukan tindakan, seorang

aktor mencoba menaksir pengaruhnya terhadap aktor lain yang terlibat. Meski

mereka sering terlibat dalam perilaku tanpa pikir, perilaku berdasarkan kebiasaan,

namun manusia mempunyai kapasitas untuk terlibat dalam tindakan sosial. Dalam

proses interaksi sosial, manusia secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap

orang lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan simbol komunikasi itu dan

mengorientasikan tindakan balasan mereka berdasarkan penafsiran mereka.

Dengan kata lain, dalam interaksi sosial, para aktor terlibat dalam proses saling

memengaruhi.61

61 Ibid 293-294.