BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT
Transcript of BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT
![Page 1: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/1.jpg)
26
BAB II
PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUATBERDASARKAN HUBUNGAN KERJA
A. Dasar Hukum Hak Cipta Arsitektur
Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi
Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) atau yang biasa disebut secara
singkat dengan “Konvensi Berne” saja, yang mulai berlaku di tahun 1886, merupakan
ketentuan hukum internasional pertama mengatur masalah Hak Cipta antara negara-
negara berdaulat.32 Dalam konvensi ini, Hak Cipta diberikan secara otomatis kepada
si pembuat karya cipta, dan pembuat tidak harus mendaftarkan karyanya untuk
mendapatkan Hak Cipta. Segera setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam
satu media, si pencipta otomatis mendapatkan hak eksklusif Hak Cipta terhadap karya
tersebut dan juga terhadap karya derivatif atau turunannya (karya-karya lain yang
dibuat berdasarkan karya pertama), hingga si pencipta secara eksplisit menyatakan
sebaliknya atau hingga masa berlaku Hak Cipta tersebut sudah habis.33
Melalui Konvensi Berne perlindungan Hak Cipta atas arsitektur masih
berbentuk sederhana yaitu: plan, sketches, and plastics works, relatif to ...
architecture (perencanaan, sketsa dan karya-karya plastik yang berkaitan dengan
arsitektur) setelah mengalami evolusi melalui revisi-revisinya, Konvensi Berne
memberikan konsep terbaru untuk hak cipta arsitektur, yakni sebagai: works of
32 Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips, Bandung , Alumni,2005, hal. 44
33 Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Op Cit, hal. 21
26
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 2: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/2.jpg)
27
architecture; ... illustrations, maps, sketches and three dimensional works relative to
architecture (karya-karya arsitektur; ... ilustrasi, peta-peta, perencanaan, sketsa-sketsa
dan karya tiga dimensi yang berhubungan dengan karya arsitektur).34
Sejarah hak cipta di Indonesia bermula pada tahun 1958, bertolak dari
nasionalisme ekonomi yang didengungkan Bung Karno. Perdana Menteri Djuanda
menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi Bern dan menyatakan semua ketentuan
hukum tentang hak cipta tidak berlaku, agar para intelektual Indonesia bisa
memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karya asing tanpa harus membayar royalti.
Dengan pertimbangan agar tidak menyulitkan Indonesia dalam pergaulan masyarakat
internasional, sikap itu ditinjau kembali setelah Orde Baru berkuasa ketentuan lama
zaman Belanda tentang hak cipta, yakni Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600
Tahun 1912 (aturan kolonial pertama yang sudah disesuaikan dengan Konvensi Bern)
berlaku lagi.35
Selanjutnya pada tahun 1982 Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan
tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 Tahun 1912,
dan sebagai gantinya menetapkan UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang
merupakan undang-undang hak cipta pertama di Indonesia. UU itu yang kemudian
direvisi dengan UU No. 7 Tahun 1987, setelah itu dirubah dengan UU No. 12 Tahun
1997, dan terakhir diganti dengan UU No. 19 Tahun 2002 (UUHC 2002) yang
34 Belinda Rosalina, Op Cit, hal. 235 Ibid, hal 22
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 3: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/3.jpg)
28
berlaku hingga saat ini.36 Perlindungan terhadap arsitektur telah diberikan oleh
perundang-undangan Hak Cipta di Indonesia sejak diundangkan pertama sekali dalam
UUHC 1982 dan pengaturannya masih diatur dalam UUHC 2002 sampai sekarang.
Pergantian ketentuan hukum melalui pembaruan sejumlah undang-undang
tersebut tidak lepas dari peran Indonesia dalam hubungan internasional. Pada tahun
1994 Indonesia telah meratifikasi pembentukan organisasi Perdagangan Dunia
(World Trade Organization-WTO), yang mencakup pula perjanjian tentang Trade Re
lated Aspects of Intellectual Propertyrights-TRIPs (Perdagangan yang Terkait dengan
Hak Kekayaan Intelektual). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk UU Nomor
7 Tahun 1994. Pada tahun 1997 Indonesia meratifikasi kembali Konvensi Bern
melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997. Yang tidak kalah pentingnya,
Indonesia juga meratifikasi Copdiundnagnyrights Treaty (Perjanjian Hak cipta) yang
disahkan oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) melalui keputusan
Presiden Nomor 19 Tahun 199737
B. Pengaturan Hak Cipta Arsitektur Menurut Undang-Undang Hak CiptaNomor 19 Tahun 2002
Masalah hak cipta Arsitektur salah satu yang tidak terlepaskan dari
pengaturan muatan materi hukum hak cipta dalam UUHC 2002. Hal ini dapat dilihat
secara lengkap dalam ketentuan Pasal 12 ayat (1) UUHC yang menyatakan:
Dalam undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup:
36 Ibid37 Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 4: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/4.jpg)
29
a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang
diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan dan pantonim;
f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan;
g. Arsitektur ;
h. Peta;
i. Seni batik;
j. Fotografi;
k. Sinematografi;
l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya seni dari hasil
pengalihwujudan.
Yang dimaksud dengan arsitektur menurut Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf
g, antara lain meliputi: seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar
maket bangunan.
UUHC ini berisi 15 bab dan 78 pasal, dari sekian banyak bab dan pasal,
terdapat kata “arsitektur” sebanyak 4 (empat) buah yaitu pada:38
38Artikel non personal, 25 Januari 2008, Hak Cipta dan Karya Arsitektur,http://esubijono.wordpress.com., Internet, diakses tanggal 5 April 2012.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 5: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/5.jpg)
30
1. Bab II Pasal 12, tentang Lingkup Hak Cipta salah satu diantaranya adalah
arsitektur.
2. Bab II Pasal 15, tentang pembatasan hak cipta arsitektur.
3. Bab II Pasal 23, tentang mempertunjukkan Ciptaan arsitektur di dalam
suatu pameran untuk umum atau memperbanyaknya dalam satu katalog.
4. Bab III Pasal 29, tentang Masa Berlaku Hak Cipta arsitektur.
Sementara di dalam Penjelasan UUHC ini terdapat 2 (dua) kata “arsitektur”
yaitu pada:
1. Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf c, yang berbunyi:
“Yang dimaksud dengan alat peraga adalah Ciptaan yang berbentuk dua
ataupun tiga dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur,
biologi atau ilmu pengetahuan lain.” , dan
2. Penjelasan Pasal 12 Ayat 1, Huruf g, yang berbunyi:
“Yang dimaksud dengan arsitektur antara lain meliputi: seni gambar
bangunan, seni gambar miniatur, dan seni gambar maket bangunan.”
Dalam UUHC Tahun 2002 tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cakupan
ruang lingkup dan tata cara perlindungannya, namun dalam penjelasan UUHC
disebutkan bahwa arsitektur meliputi: seni gambar bangunan, miniatur, dan maket
bangunan. Perlindungan ini lebih menjamin hak ekonomi dari para arsitek karena
akan tertutupnya kedua alternatif sumber peniruan baik dari gambar bangunan
maupun struktur bangunannya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 6: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/6.jpg)
31
Dalam UUHC juga tidak ada ditentukan kriteria atau batasan-batasan dan
aspek-aspek apa sajakah yang dimiliki ciptaan arsitektur yang dapat dilindungi
sebagai pedoman dalam berpraktek bagi para arsitek, disamping itu dalam undang-
undang ini tidak disebutkan bagaimanakah kategori arsitektur yang mempunyai nilai
keaslian (originality)39
Untuk perlindungan arsitektur ini beberapa ketentuan yang perlu mendapat
pengaturan lebih lanjut secara khusus adalah mengenai ruang lingkup pengertian
arsitektur itu sendiri. Apakah pengertiannya meliputi arsitektur dua dimensi saja
(seperti rencana, gambar, dan model bangunan) atau termasuk juga arsitektur tiga
dimensi (bentuk atau struktur bagunan). Negara-negara peserta Konvensi Berne
melindungi keduanya yaitu meliputi ciptaan dua dimensi maupun ciptaan tiga
dimensi.40
Pada hak cipta arsitektur sebagaimana terhadap ciptaan lainnya juga terdiri
dari hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan
manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk terkait. Hak moral adalah hak yang
melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus
tanpa alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak telah dialihkan.41
39 L.K. Safrida Manik, Perlindungan Hukum Terhadap Karya Arsitektur Ditinjau dariUndang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan), Program PascaSarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Medan, 2004, hal. 103
40 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 9041 Departemen Kehakiman dan HAM, Kompilasi Undang-Undang Republik Indonesia di
Bidang Hak Kekayaan Intelektual, Tangerang, 2002, hal. 266
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 7: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/7.jpg)
32
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah memberikan definisi hak
ekonomi adalah hak yang dimiliki seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan
dari eksploitasi ciptaannya.42
Hak ekonomi terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :43
1. Hak reproduksi (menerbitkan/memperbanyak)
2. Hak eksekusi (memainkan/mempertunjukkan)
3. Hak adaptasi (memindahkan/mengalihkan) dan
4. Hak interpretasi (menerjemahkan/mengalihbahasakan).
Jenis hak ekonomi pada setiap klasifikasi HKI dapat berbeda-beda. Pada hak
cipta, jenis hak ekonomi lebih banyak jika dibandingkan dengan paten dan merek.
Abdulkadir Muhammad mengelompokkan hak ekonomi ke dalam 4 jenis yaitu : 44
1) Hak perbanyakan (penggandaan), yaitu penambahan jumlah ciptaan dengan
pembuatan yang sama, hampir sama, atau meyerupai ciptaan tersebut dengan
menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama, termasuk
mengalihwujudkan ciptaan.
2) Hak adaptasi (penyesuaian), yaitu penyesuaian dari satu bentuk ke bentuk
lain, seperti penerjemahan dan satu bahasa ke bahasa lain, novel dijadikan
sinetron, patung dijadikan lukisan, drama pertunjukan dijadikan drama radio.
42 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori danPraktiknya di Indonesia), Citra Aditya bakti, Bandung, 1997, hal. 65
43 Ibid44 Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaali Intelektual, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung. Hal 115
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 8: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/8.jpg)
33
3) Hak pengumuman (penyiaran), yaitu pembacaan, penyuaraan, penyiaran atau
penyebaran ciptaan dengan menggunakan alat apa pun dan dengan cara
sedemikian rupa, sehingga ciptaan dapat dibaca, didengar, dilihat, dijual, atau
disewa oleh orang lain.
4) Hak pertunjukan (penampilan), yaitu mempertontonkan, mempertunjukan,
mempergelarkan, memamerkan ciptaan di bidang seni oleh musisi, dramawan,
seniman, peragawati.
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah menggemukakan lebih banyak
lagi, ada 8 jenis hak ekonomi yang melekat pada hak cipta, yaitu: 45
1) Hak reproduksi (reproduction right), yaitu hak untuk mengadakan ciptaan.
Undang-undang Hak Cipta Indonesia menggunakan istilah hak perbanyakan.
2) Hak adaptasi (adaptation right), yaitu hak untuk mengadakan adaptasi
terhadap Hak Cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari sate bahasa
ke bahasa lain, isi novel diubah menjadi isi skrenario flim. Hak ini diatur
dalam Bern Convention clan Unversal Copyright Convention.
3) Hak distribusi (distribution right), yaitu hak untuk menyebarkan kepada
masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan.
Dalam Undang-undang Hak Cipta Indonesia, hak ini dimaksudkan dalam hak
mengumumkan.
4) Hak pertunjukan (performance right), yaitu hak untuk mengungkapkan karya
seni dalam bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemusik, dramawan,
45 M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 67-68
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 9: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/9.jpg)
34
seniman, peragawati. Hak ini diatur dalam Bern Convention, Universal
Copyright convention, Rome Convention.
5) Hak penyiaran (broadcasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan
melalui transmisi dan transmisi ulang. Dalani Undang-undang Hak Cipta
Indonesia, hak ini dimaksudkan dalam hak mengumumkan. Hak penyiaran
diatur dalam Berne Convention, Universal Copyright Convention, Rome
Corvention 1961, Brussel Convention 1974.
6) Hak programa kabel (cablecasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan
melalui kabel, misalnya siaran televisi melalui kabel kepada televisi
pelanggan, yang bersifat komersial. Hak ini hampir sama dengan hak
penyiaran. Tetapi tidak melalui transmisi melainkan kabel.
7) Droit de suite, yaitu hak tambahan Pencipta yang bersifat Kebendaan, diatur
dalam Bern Convention Revision Brusel 1948 and Revision Stockholm 1967.
8) Hak pinjam masyarakat (public lending right), yaitu hak Pencipta atas
pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam
oleh masyarakat. Hak ini berlaku di Inggris dan diatur dalam Public Lending
Right Act 1979, The Public Lending Right Schenme 1982. hak ini telah banyak
dianut oleh negara-negara lain, seperti Amerika Serikat,Belanda, Australia,
Jerman, Denmark, Swedia.
Di samping hak ekonomi, ada lagi aspek khusus yang lain pada HKI, yaitu
hak moral (moral right). Hak moral adalah hak-hak yang melindungi kepentingan
pribadi pencipta. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Tidak dapat dipisahkan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 10: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/10.jpg)
35
dari penciptanya karena pribadi pencipta. Tidak dapat dipisahkan dari penciptanya
karena bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang
berkenaan dengan nama hak, kemampuan dan integritas yang hanya dimiliki oleh
pencipta. Kekal artinya melekat pada pencipta selama hidup bahkan setelah
meninggal.46
Hak moral berasal dari sistem hukum kontinental, yaitu dari Perancis.
Menurut konsep hukum kontinental, hak pengarang (author right) terdiri dari hak
ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai uang dan hak moral yang
menyangkut perlindungan atas reputasi pencipta. Menurut Komen dan Verkade, hak
moral yang dimiliki pencipta meliputi : 47
1) Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan.
2) Larangan mengubah judul.
3) Larangan mengubah penentuan pencipta.
4) Larangan untuk mengadakan perubahan.
Hak moral tetap mempertahankan keaslian ciptaan meskipun hak ekonomi
dari ciptaannya telah dialihkan. Pencipta berhak untuk menolak setiap perbuatan yang
bersifat merusak atau merubah ciptaannya, karena hal tersebut akan berpengaruh
buruk terhadap nama baiknya perbuatan demikian telah melanggar hak moral
pencipta.
46 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit., hat 115.47 M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 72
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 11: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/11.jpg)
36
Berikut ini adalah hak-hak yang termasuk hak moral:48
1) Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap
dicantumkan pada ciptaan.
2) Hak untuk tak melakukan penambahan pada ciptaan tanpa persetujuan
pencipta, atau ahli warisnya.
3) Hak pencipta atau penemu untuk mengadakan penambahan pada ciptaan
sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam masyarakat.
Hak moral diatur dalam diatur dalam UUHC dan Konvensi Berne. Ketentuan
Pasal 24 UUHC mengatur tiga esensi hak yang meliputi: hak pencipta untuk
dicantumkan namanya dalam ciptaan, hak melarang melakukan perubahan dan hak
Pencipta untuk merubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.49
Rumusan Pasal 24 UUHC selengkapnya tetulis sebagai berikut:
1. Pencipta atau ahli waris berhak untuk menunutut kepada pemegang hak cipta
supaya nama pencipta yang dicantumkan dalam ciptaanya.
2. Suatu Ciptaan tidak boleh diubah walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan
kepada pihak lain, kecuali dengan persetujuan Pencipta atau dengan
persetujuan ahli warisnya dalam hal Pencipta telah meninggal dunia.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), berlaku juga terhadap
perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencatuman dan perubahan nama
atau nama samaran pencipta.
48 Ibid49 Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hal. 48
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 12: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/12.jpg)
37
4. Pencipta tetap berhak mengadakan perubahan pada ciptaanya sesuai dengan
kepatutan dalam masyarakat.
Dengan demikian hak moral merupakan manifestasi dari pengakuan manusia
terhadap karya orang lain yang sifatnya non ekonomi.50 Hak moral ini diberikan
untuk menjaga nama baik atau reputasi pencipta sebagai wujud lain terhadap
pengakuan karya intelektualnya.
Secara umum UUHC membagi jangka waktu perlindungan hak cipta ke dalam
5 (lima) kategori yang dihitung sejak 1 Januari untuk tahun berikutnya setelah ciptan
tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan atau setelah pencipta
meninggal dunia, walaupun pada dasarnya hak tersebut sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 34 UUHC telah dilindungi sejak lahirnya suatu ciptaan.
Adapun perincian jangka waktu untuk Hak Cipta Arsitektur adalah sejak
pertama kali diumumkan, berlaku selama hidup encipta dan terus berlangsung hingga
50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Untuk ciptaan yang dimiliki
oleh 2 (dua) orang atau lebih, Hak Cipta berlaku selama hidup pencipta yang
meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun
sesudahnya.
Suatu arsitektur dapat pula dihasilkan oleh pegawai atau karyawan suatu
lembaga atau perusahan.51 Pemilikan hak ciptanya diatur dalam UUHC Pasal 8
sebagai berikut :
50 M. Djumhana dan R.Djubaedillah, Op.Cit., Hal 651 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 94
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 13: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/13.jpg)
38
(1) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam
lingkungan pekerjaannya, Pemegang Hak Cipta adalah pihak yang untuk dan
dalam dinasnya Ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara
kedua pihak dengan tidak mengurangi hak Pencipta apabila penggunaan
Ciptaan itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Ciptaan
yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan
dinas.
(3) Jika suatu Ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan,
pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai Pencipta dan Pemegang
Hak Cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak.
Tidak hanya arsitektur nasional saja yang dilindungi UUHC, tetapi juga hak
cipta internasional (asing). Menyangkut hak cipta asing ini pengaturannya terdapat
dalam Pasal 76 huruf c yang menentukan bahwa semua semua ciptaan bukan warga
negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia
yang diumumkan untuk pertama kali di Indonesia juga dilindungi, dengan ketentuan :
(i) negaranya mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta
dengan Negara Republik Indonesia; atau (ii) negaranya dan Negara Republik
Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam perjanjian multilateral yang sama
mengenai perlindungan hak cipta.52
52Ibid, hal. 94
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 14: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/14.jpg)
39
C. Ruang Lingkup Perlindungan Hak Cipta Arsitektur
Memahami perlindungan hak cipta harus diawali dengan pemahaman
terhadap konsepsi dasar hak cipta. Di dalam hak cipta dikenal beberapa pelaku yang
disebut dengan pencipta. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan
kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang
dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Dalam hal ini pencipta
yang dimaksud adalah arsitek yang merupakan seseorang yang ahli dalam membuat
rancang bangun dan yang memimpin konstruksinya.53
Pencipta apabila mengekspresikan kreativitas dan imajinasinya akan
melahirkan apa yang disebut dengan Ciptaan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3
UUHC, Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Suatu ciptaan yang telah
diekspresikan secara nyata akan melahirkan hak cipta. Hak cipta merupakan dasar
kepemilikan atas ciptaan yang telah diwujudkan oleh si pencipta. Pasal 1 ayat (1)
UUHC menyebutkan bahwa “hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun
memberi izin untuk itu, dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
perundang-undangan yang berlaku”.54
53Budi Agus Riswandi, Perlindungan Data Base dalam Konteks Hukum Hak Cipta Indonesia,www.iprcentre.org/artikel/.pdf., Internet, diakses tanggal 6 April 2012.
54Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 15: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/15.jpg)
40
Secara lengkap Pasal 2 ayat (1) UUHC menegaskan: “Hak Cipta merupakan
hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan
dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku”.
Dari penjelasan pasal di atas, maka dapat dipertegas bahwa hak cipta pada
hakekatnya merupakan hak eksklusif yang sifatnya monopoli, di mana hak itu didapat
secara otomatis tatkala suatu ciptaan dilahirkan. Dalam hal ini O.K. Saidin
berpendapat bahwa “eksklusif berarti khusus, spesifikasi, unik. Keunikan itu, sesuai
dengan sifat dan cara melahirkan hak tersebut”.55
Biasanya pelanggaran hak cipta arsitektur itu dapat dilakukan melalui tiga
cara, yaitu: (1) secara langsung mengcopy rencana-rencana yang dilindungi oleh hak
cipta, (2) menggunakan rencana-rencana yang dilindungi hak cipta tanpa
mengcopynya, dan (3) mengamati struktur bangunan yang dibangun dengan rencana
yang dilindungi hak cipta untuk menciptakan rencana-rencana lainnya.56
Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta arsitektur jika yang ditiru itu
adalah sebuah ide (pikiran, gagasan, cita-cita) atau sebuah gaya/corak mode (style).
Peniruan teknik konstruksi pun tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, karena
hal ini sudah merupakan alat ‘tool the trade’ untuk menghasilkan suatu karya cipta
lainnya atau mengembangkan suatu karya cipta yang telah ada. Peniruan yang
55O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,2004 Hal. 59.
56Sanusi bintang, Op Cit, hal. 89
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 16: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/16.jpg)
41
demikian sudah lazim di dunia arsitektur. Yang dilindungi oleh hak cipta bukanlah
ide, tetapi perwujudan dari ide tersebut dalam bentuk tertentu ‘expression of an idea’.
Suatu ide baru mendapatan perlindungan apabila telah dituangkan dalam bentuk
karya cipta tertentu misalnya gambar, model, rencana, atau bangunan itu sendiri.57
Disamping persyaratan di atas (melindungi ekspresi), persyaratan lainnya
supaya suatu arsitektur mendapat perlindungan hukum adalah syarat keaslian
(originality), yaitu suatu arsitektur itu benar-benar berasal dari arsitek yang
bersangkutan, bukan hasil peniruannya dari karya pihak lain. Suatu karya yang dapat
dikatakan asli, walaupun tidak khas/satu-satunya dari jenis itu (unique) karena yang
terakhir ini sulit untuk dipenuhi dan sifatnya subjektif. Karena itu, terdapat
kemungkinan dua ciptaan arsitektur yang secara kebetulan hampir sama atau sama
yang keduanya dilindungi secara terpisah, asalkan tidak adanya unsur-unsur
kesengajaan untuk melakukan peniruan.58
Berdasarkan UUHC dan studi dokumen atau penelitian terhadap hak cipta
arsitektur yang telah dilakukan, dapat diambil pendekatan ruang lingkup
perlindungan terhadap Hak Cipta Arsitektur meliputi arsitektur berbentuk dua
ataupun tiga dimensi yaitu meliputi:
1. Seni gambar bangunan, yaitu dokumen perencanaan berupa site plan, lay out
plan, denah, tampak, potongan, dan lain-lain.
57Ibid, hal. 9158Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 17: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/17.jpg)
42
2. Seni gambar miniatur, dapat di ambil pendekatan sebagai gambar tiga
dimensi, misalnya gambar interior dan eksterior dalam bentuk tiga dimensi,
biasanya dibuat dengan sketsa tangan atau gambar komputer.
3. Seni gambar maket bangunan, untuk maket dirasa kurang tepat penyebutan
seni gambar karena maket adalah bentuk tiruan (gedung, kapal, pesawat
terbang, dsb) dalam tiga dimensi dan skala kecil, biasanya dibuat dari kayu,
kertas, tanah liat, dsb. Sehingga lebih tepat menyebutkan maket bangunan saja
tanpa menambahkan seni gambar.
4. Ciptaan/bentuk bangunan bangunan baik detail arsitektur maupun detail
struktur.
GAMBAR 1 - SENI GAMBAR BANGUNANSumber : Dokumentasi Pribadi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 18: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/18.jpg)
43
GAMBAR 2 - SENI GAMBAR MINIATURSumber : Dokumentasi Pribadi
GAMBAR 3 - MAKET BANGUNANSumber : Dokumentasi Pribadi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 19: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/19.jpg)
44
GAMBAR 4 - BANGUNAN GEDUNGSumber : Dokumentasi Pribadi
1. Pengertian Arsitek
Seperti halnya dokter, akuntan pengacara dan notaris, arsitek adalah profesi
yang menjual jasanya kepada masyarakat. Keberadaan arsitek diakui untuk
mengurusi, segala permasalahan mengenai rancang bangun, mulai dari penyusunan
konsep perancangan hingga pengawasan berkala sampai akhirnya menjadi sebuah
produk arsitektural. Selain itu, seorang arsitek juga mempunyai tanggung jawab
secara moral seumur hidup terhadap karya-karyanya.59
Peran arsitek di dalam kehidupan masyarakat sangat penting karena arsitek
sebagai salah satu komponen masyarakat yang berperan di dalam pembentukan
peradaban kehidupan manusia. Arsitek sebagai profesi yang menciptakan ruang bagi
aktifitas dan kelangsungan hidup manusia dituntut selalu peka terhadap
59 Agung Dwiyanto, Op Cit
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 20: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/20.jpg)
45
perkembangan zaman dan teknologi serta sedapat mungkin selalu membela
kepentingan masyarakat umum.60
Sebelum menjelaskan pengertian dari arsitektur, akan di jelaskan terlebih
dahulu siapa yang menghasilkan karya arsitektur. Yang menghasilkan karya
arsitektur adalah arsitek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitek adalah ahli
dalam membuat rancang bangun dan memimpin konstruksi.61
Sedangkan menurut Keputusan Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum Nomor 023/KPTS/CK/1992, yang disebut perencana/arsitek/
konsultan perencana/konsultan ahli adalah perorangan atau badan hukum yang
melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang perencanaan karya bangunan atau
perencanaan lingkungan beserta kelengkapannya.
Dalam buku Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dengan Pengguna Jasa
(Ikatan Arsitek Indonesia, IAI) disebutkan bahwa Arsitek adalah sebutan ahli yang
mempunyai latar belakang atau dasar pendidikan tinggi arsitektur dan/atau yang
setara, mempunyai kompetensi yang diakui sesuai dengan ketentuan Ikatan Arsitek
Indonesia, serta melakukan praktik profesi arsitek. Selanjutnya dijelaskan Profesi
Arsitek adalah keahlian dan kemampuan penerapan dibidang perencanaan
perancangan arsitektur dan pengelolaan proses pembangunan lingkungan binaan yang
diperoleh melalui pendidikan tinggi arsitektur dan atau yang diakui oleh Organisasi
60 Hendraningsih, Peran, Kesan, dan Bentuk-bentuk Arsitektur, Bandung, Djambatan, 1985,hal 5
61 Umi Chulsum, et.al., “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Kashiko, Surabaya, 2006, Hal. 59
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 21: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/21.jpg)
46
serta dari pengalaman penerapan pengetahuan ilmu dan seni tersebut, yang menjadi
nafkah dan ditekuni secara terus-menerus dan berkesinambungan.62
2. Pengertian Arsitektur
Tidak ada suatu seni yang begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari kita
manusia selain daripada Arsitektur, untuk musik saja seseorang harus pergi ketempat
pertunjukan musik, suatu konser atau paling harus menyetel televisi atau radio. Untuk
menikmati suatu karya sastra seseorang harus membaca dan membaca dengan tekun.
Dan untuk menikmati atau melihat lukisan harus pergi ke museum, sedangkan
arsitektur selalu ada di depan dan di sekitar kita, sepanjang tahunbahkan sepanjang
hayat. Jelas bahwa arsitek mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam
masyarakat.63
Kata arsitektur sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata arche dan
tektoon. Arche yang berarti yang asli, yang utama, yang awal; sedangkan tektoon
menunjuk pada suatu yang berdiri kokoh, tidak roboh, dan stabil.64 Didalam profesi
arsitek tergabung kedua bidang kegiatan tersebut.
Definisi arsitektur menurut kamus bahasa indonesia adalah “seni dan ilmu
merancang serta membuat konstruksi bangunan atau metode dan gaya rancang suatu
62 Ikatan Arsitek Indonesia, Pedoman hubungan Kerja antara Arsitek Dengan Penggunajasa, Jakarta, IAI, 2001, hal. 9
63 Eko Budihardjo, Arsitek Bicara tentang Arsitektur Indonesia, Alumni, bandung, 1987, hal.148
64 Y.B mangunwijaya, Wastu Citra: Pengantar ke ilmu Budaya bentuk Arsitektur; Sendi-sendiFilsafatnya beserta Contoh-Contoh Praktis, jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal 327.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 22: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/22.jpg)
47
konstruksi bangunan”.65 Sedangkan pengertian arsitektur dalam kalangan para arsitek
umumnya didefinisikan sebagai “seni penciptaan ruang dan bangunan untuk
memberikan wadah kepada kehidupan bersama”. Pengertian ini mempunyai arti yang
sempit dimana hanya ruang dan bangunan yang mempunyi kaedah-kaedah
arsitektural (fungsional baik, struktural benar, dan penampilan indah) yang dapat
merupakan hasil arsitektur yang baik, sedangkan yang lain “bukan arsitektur”.66
Sedangkan menurut Hasan Purbahadiwidjojo pengertian arsitektur memiliki makna
yang lebih luas meliputi pembangunan lingkungan binaan yang merupakan bagian
dari lingkungan semesta yang telah diubah oleh manusia dalam rangka menunjang
kehidupan.67
Sejarah arsitektur diawali dari adanya kebutuhan menusia akan perlindungan
dari alam, binatang, dan manusia lainnya. Tempat perlindungan ini diistilahkan dalam
bahasa Inggris sebagai shelter. Pada saat itu manusia mencari tempat perlindungan,
umumnya akan muncul suatu wujud tempat yang membuat manusia merasa
terlindungi didalamnya. Wujud tempat ini memunculkan bentuk yang memiliki
ruang, bentuk ruang memiliki unsur tiga dimensi. Disinilah mengapa vitruvius
merumuskan trinitas arsitektur yakni firmitas (kekuatan), utilitas (kegunaan) dan
venustas (keindahan) sebagai teori yang paling utama dalam merancang arsitektur.
Fimitas hadir karena keinginan akan kekokohan atau kekuatan dari tempat
65 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,Jakarta, 1989
66 Eko Budiaharjo, Opcit, hal. 7567 Sanusi Bintang, Op Cit, hal. 88-89
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 23: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/23.jpg)
48
berlindung, utilitas karena adanya kebutuhan akan ruang-ruang berdasarkan
fungsinya, dan venustas agar memenuhi unsur kesenangan/ keindahan pada saat
tempat berlindung itu dihuni. Pada karya arsitektur, ruang dan bentuk menjadi
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan karen saling melengkapi satu sama lain.68
Suatu ruang bisa diilustrasikan dalam bentuk gambar, tetapi kehadiran suatu
ruang baru dapt dirasakan apabila kita berada didalamnya. Disebabkan sifat
keruangan ini, secara logika suatu arsitektur baru dapat disebut karya arsitektur
apabila desain dalam bentuk gambar sudah diwujudkan ke dalam bentuk bangunan.69
Suatu ciptaan arsitektur tidaklah tercipta tanpa melalui suatu pemikiran.
Keselarasan adalah pertimbangan yang paling penting agar suatu karya tersebut
nyaman dihuni dan indah dilihat. Namun, pada intinya terdapat ciri-ciri visual bentuk
dari suatu karya arsitektur yang menjadi komponon-komponen pembentuk nya,
antara lain:70
a. Wujud/bentuk (form)b. Dimensi (size)c. Warna (colour)d. Teksture. Posisif. Orientasi, dang. Visual
Pengetahuan mengenai ciri visual arsitektur ini sangat diperlukan untuk
menyadari bahwa arsitektur merupakan kumpulan dari unsur-unsur diatas.
68 Belinda Rosalina, Op Cit, hal. 5669 Ibid70 Francis D.K. Ching, Architekture: form, space, and order, Canada: John Wiley&Sons, Inc.,
1996, hal 34
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 24: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/24.jpg)
49
Pemenuhan peniruan dari beberapa unsur karya arsitektur lain akan menghasilkan
suatu karya arsitektur baru yang dapat serupa atau memiliki ide yang sama, tetapi
ekspresi yang berbeda. Persamaan dapat berujung pada timbulnya pelanggaran Hak
Cipta. Berapa besar persaaan yang dapat dikategorikan sebagai suatu pelanggaran
hingga saat ini belum terumus. Namum dapat terlihat dari berapa banyak bagian pada
komposisi arsitektur yang memiliki kesamaan.71
Proses pengerjaan arsitek harus melalui beberapa tahapan dari mulai
persetujuan kerjasama antara arsitek, perusahan perencana, pengguna jasa, dan
kontraktor atau pihak lain, kemudian arsitek akan memulai memikirkan ide,
mendesain gambar, persetujuan gambar, mengoordinasikan konstruksi bangunan di
lapangan sampai pembangunan selesai.72
Dalam mendesain karya arsitektur diperlukan kelengkapan gambar-gambar
yang mendukung, terdiri atas:73
a. Gambar-gambar dua dimensi untuk gambar detail desain, gambar pelaksanaan
atau gambar kerja (memiliki skala) seperti gambar Denah lay-out plan,
siteplan, Denah, tampak, potongan, perspektif, detail struktural, detail
arsitektural, gambar mekanikal-elektrical (gambar penentuan peletakan seperti
saklar, stop kontak, titik lampu, titik AC), gambar utilitas ( perlengkapan toilet
misalnya WC, urinal, shower, perlengkapan pemadam api seperti detektor,
71 Belinda Rosalina, Op Cit, hal 6172 Wulfram I. Ervianto, Manajemen, Proyek Konstruksi, Andi, Yogyakarta, 2003, hlm 1573 Achmad Delianur, Ketua IAI Sumatera utara, wawancara, tanggal 5 Februari 2012
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 25: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/25.jpg)
50
sprinkel, hidrant), gambar landskap, gambar eksterior dan interior dalam
bentuk dua dimensi;
b. Gambar tiga dimensi untuk acuan hasil akhir yang diinginkan (melihat ruang
secara vertikal dan horizontal), misalnya gambar interior dan eksterior dalam
bentuk tiga dimensi (biasanya dibuat dengan sketsa tangan atau gambar
komputer seperti scetch up, 3dmax, maupun program sejenis)
Tetapi yang terpenting dari kelengkapan gambar diatas, menurut Ketua IAI
Kota Medan yang paling penting dalam suatu hak cipta ini adalah suatu ide atau
konsep perancangan arsitektur, ketika arsitek merancang suatu bangunan ia akan
memasukkan unsur seni, ilmu pengetahuan, ide, konsep-konsepnya kedalam
rancangannya. Sehingga tidaklah tepat jika yang didaftarkan sebagai hak cipta adalah
kelengkapan gambar seperti denah, tampak, dan seterusnya. karena kelengkapan
gambar demikian contohnya denah rumah sakit, sudah ada standarnya sendiri, ruang
operasinya harus sekian, ruang perawatannya harus sekian meter persegi, demikian
juga dengan bangunan-bangunan lainnya sudah ada standar dan kebiasaan ruang dan
bentuk masing-masing. Karena arsitek bukanlah tukang gambar ataupun pelukis,
arsitek adalah orang yang tahu sedikit tentang banyak hal, ketika ia mendirikan rumah
sakit ia mengetahui sedikit banyak tentang rumah sakit, ketika merancang pabrik ia
mengerti sedikit tentang pabrik, arsitek dengan ilmunya dituntut bisa merancang
berbagai bangunan, semua didapat dari pengalaman dan pembelajaran, cara berpikir
arsitek juga tidak pernah linier, proses berpikirnya eksploratif mulai dari input,
proses, maupun output. Sehingga kelengkapan gambar standar diatas tidak tepat jika
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 26: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/26.jpg)
51
didaftarkan tapi hanya boleh berupa lampiran. Dalam proses perencanaan arsitektural
dikenal juga dengan konsep perancangan yang juga dituangkan dalam bentuk 2
dimensi atau gambar, bisa berbentuk sketsa tangan maupun gambar komputer, berupa
gubahan/konsep bentuk, gubahan massa, pengaruh arah angin, posisi jalan, dan
konsep lainnya, tetapi jarang dipublikasikan oleh arsitek. Konsep perancangan inilah
yang biasanya berpengaruh terhadap hasil rancangan nantinya. Yang lebih tepat di
daftarkan sebagai hak cipta ini seharusnya adalah ‘gambar konsep perancangan’ dan
kelengkaan gambar (denah, tampak, potongan, siteplan, layout, detail) bisa menjadi
lampiran saja untuk didaftarkan.74
D. Konsep/ Bentuk Perlindungan Hukum yang dapat didaftarkan bagi CiptaanArsitektur
Sebagai salah satu bentuk kepatuhan pada Konvensi Berne, Indonesia melalui
UUHC memberikan perlindungan Hak Cipta untuk arsitektur. Ruang lingkup
arsitektur yang dilindungi dalam UUHC tertera dalam Penjelasan Pasal 12 ayat 1
huruf (g) yaitu antara lain meliputi seni gambar bangunan, seni gambar miniatur, dan
seni gambar maket bangunan. Selain itu, pada Pasal 12(c) juga disebutkan bahwa alat
peraga merupakan objek perlindungan Hak Cipta.
Pada pasal Penjelasan disebutkan Pengertian dari alat peraga itu sendiri adalah
Ciptaan yang berbentuk dua atau tiga dimensi yang berkaitan diantaranya dengan
arsitektur.
74 Achmad Delianur, ketua IAI Wilayah Sumatera Utara, wawancara, tanggal 5 Februari 2012
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 27: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/27.jpg)
52
Pengertian dari tiga dimensi sendiri menurut paul Klee sebagai mana dikutip
oleh Francis D.K. Ching dalam bukunya, adalah:75
Semua bentuk gamar berawal dari satu titik yang membuat suatu gerakan...
titik itu bergerak... dan terbentuklah suatu garis – dikenal sebagai dimensi –
pertama. Bila garis itu bergerak membentuk sebuah bidang, maka kita dapat
menentukan sebuah unsur dua-dimensi. Selama perkembangannya dari bidang
menjadi ruang, pertemuan bidang-bidang tadi melahirkan suatu badan (tiga-
dimensi) . . Sebuah ringkasan mengenai energi kinetik yang menggerakkan
sebuah titik menjadi garis, garis menjadi bidang dan bidang menjadi dimensi
ruang.
Definisi dari tiga dimensi diilustrasikan sebagai berikut:
Sekumpulan titik-titik (x ,y, z) yang membentuk luasan-luasan (face:
gabungan titik-titik yang membentuk luasan tertentu atau sering dinamakan
dengan sisi) yang digabungkan menjadi satu kesatuan.76
Sehingga seni gambar dapat berwujud bidang maupun ruang sebagaimana
didefinisikan oleh Paul Klee pada penjelasan di atas. Sebagaimana disebutkan dalam
pasal 12 ayat 1 huruf (l), ‘terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan
karya lain dari hasil pengalihwujudan’ dilindungi sebagai objek Hak Cipta.
Pengertian dari ‘pengalihwujudan’ menurut penjelasan pasal tersebut adalah
‘pengubahan bentuk, misalnya dari bentuk patung menjadi lukisan, cerita roman
menjadi drama, drama menjadi sandiwara radio, dan novel menjadi film.’ Demikian
juga dapat disimpulkan suatu bangunan merupakan pengalihwujudan dari suatu
gambar arsitektur.
75 Francis D.K. Ching, Arsitektur: Bentik, Ruang, dan Tatanan, Jakarta, Erlangga, hal. 176Achmad Basuki & Nana Ramadijanti. Graftk 3 Dimensi Negeri, http:// lecturer.eepis-
its.edu/-basuki /lecture/Gtafik 3D.pdf; Internet, diakses tanggal 16 September 2012.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 28: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/28.jpg)
53
Dari penjelasan diatas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penyebutan
‘arsitektur’ sebagaimana yang disebutkan dalam UUHC adalah dalam bentuk seni
gambar atau dua dimensi. Sedangkan penyebutan ‘karya arsitektur’ setelah
pengalihwujudan dari seni gambar menjadi sebuah bangunan dengan ruang-ruang
berbentuk tiga dimensi.
Arsitektur yang berbentuk dua dimensi merupakan ‘seni gambar’ seperti yang
disebutkan dalam UUHC sehingga dapat digolongkan dan didaftarkan sebagai Hak
Cipta, namun Arsitektur yang telah berwujud tiga dimensi yang merupakan ‘karya
arsitektur’ bisa didaftarkan melalui hak cipta, paten, maupun desain industri.
1. Apakah semua bangunan dapat disebut sebagai Ciptaan Arsitektur?
Apakah semua bangunan dapat dikatakan sebagai ciptaan arsitektur? UU
No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung menyebutkan bahwa:
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan kanstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Definisi dari undang-undang ini tidak memberikan petunjuk akan adanya
persyaratan khusus untuk disebut sebagai bangunan, suatu konstruksi dapat disebut
bangunan sepanjang memenuhi persyaratan menyatu dengan tempat kedudukannya
atau dengan arti kata lain bukan merupakan konstruksi yang tidak permanen. Struktur
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 29: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/29.jpg)
54
selain bangunan seperti jembatan, bendungan, tenda, kendaraan rekreasi, rumah
mobil dan kapal tidak dikategorikan sebagai ciptaan arsitektur.77
Bagaimana dengan toko di dalam sebuah mal, apakah dapat dianggap sebagai
karya arsitektur? Belinda Rosalina dalam bukunya menyebutkan Pengadilan Amerika
dalam kasus The Yankee Candle Co. v. New England Candle Co telah membuat suatu
putusan berkaitan dengan pertanyaan ini.78
Yankee menyewa toko di dalam sebuah mal (Mal Holyone). Toko tersebut
terdiri atas ornamen-ornamen standar seperti lemari display kayu warna tua, jendela-
jendela multiplaned, ornamen-ornamen dari tembaga, pintu tipe perancis. Pemilik
Yankee memperoleh kepemilikan atas desain toko ini dari arsitek, dan langsung
mendaftarkan perencanaan arsitektur dan desain tokonya ke kantor Hak Cipta. New
England juga membuka toko yang serupa dekat Mal Enfield Square. Melihat hal ini
Yankee menggugat New England telah melakukan pelanggaran Hak Cipta. New
England membela diri dengan mengatakan bahwa toko tidak dapat disebut sebagai
karya arsitektur. Yankee berargumen bahwa tokonya lebih menyerupai struktur
tradisional dan tidak bisa disamakan seperti gazebo ataupun pergola. Pengadilan
mengatakan bahwa perlindungan Hak Cipta diperluas hingga bangunan yang bersifat
free-standing. Hal ini menyamakan toko sebagai struktur dalam struktur seperti
kantor dalam bangunan perkantoran. Hakim memutuskan bahwa New England telah
melanggar Hak Cipta karena telah memiliki akses ke gambar perencanaan Yankee,
77 Belinda Rosalina, Op Cit, hal 22778 Belinda Rosalina, Op Cit, hal 228
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 30: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/30.jpg)
55
sehingga ditemukan kesamaan yang tinggi pada elemen non-utilitarian yang tidak
dapat dijelaskan kesamaannya bahwa kesamaan ini disebabkan kreasi yang
independen. Bahwa dalam kasus yankee ini dipertegas bahwa toko merupakan karya
cipta arsitektur.79
2. Bagaimana struktur yang dilindungi sebagai paten?
Pengertian paten dalam UU No. 14 tahun 2001 tentang paten, adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang
teknologi.80 Invensi artinya ide inventor yang dituangkan dalam suatu kegiatan
pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau
proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.81
Contoh dari paten adalah penemuan akan struktur bangunan tahan ledakan.
(yang bernomor registrasi No. ID 0 012 397. No Paten: P-941368. Konsultan HKI:
DR. Cita CN. tanggal 26 Oktober 2005). Dan juga seorang arsitek bernama Rem
Koolhaas telah mendaftarkan paten atas dua temuan strukturnya yakni hyperbuilding
(Bangkok, Thailand) dan CCTV (Beijing, China) yang mematenkan pengaturan
penunjang menara agar dapat tinggi tanpa memerlukan dasar yang lebar sebagai
penunjang.
79 Ibid80 Pasal 1 (1) UU. No. 14 tahun 2001 tentang paten81 Pasal 1 (2) UU. No. 14 tahun 2001 tentang Paten
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 31: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/31.jpg)
56
MacDonald dalam bukunya berpendapat bahwa terdapat jenis-jenis hubungan
antara struktur dan arsitektur, yakni ornamentasi struktur, dengan menggolongkan
struktur sebagai ornamen dan struktur sebagai arsitektur.82
Pemisahan yang tegas diberikan dalam membedakan Paten dan hak Cipta
Sementara, Paten berkaitan erat dengan teknologi dan struktur sebagai ornamen, pada
posisi lain hak Cipta lebih memilih untuk melindungi struktur sebagai arsitektur yang
berkaitan dengan seni.83
Arsitektur sebagai proses dapat ditinjau dari penerapan HaKI di Indonesia.
HaKI adalah hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang menghasilkan suatu
produk atau proses yang berguna bagi manusia. Secara garis besar, HaKI dibagi
dalam dua bagian perlindungan, yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri yang
mencakup Hak Paten sebagai salah satu bagiannya. Antara Hak Cipta dan Hak Paten
terdapat perbedaan mendasar yaitu mengenai materi perlindungannya.84
Hak Cipta melindungi karya intelektual dan seni dalam pola pikir dan kreasi
manusia tanpa menyangkut teknologi. Selain itu juga melindungi bentuk ekspresi.
Ekspresi yang dimaksud disini seperti dalam bentuk tulisan, gambar, suara, dan
video. Perlindungan Hak Cipta muncul otomatis sejak produk akhir dihasilkan.
82 Angus J. MacDonald, Struktur & Arsitektur, Jakarta, Erlangga, 2002, hal 183 Belinda rosalina, Op Cit, hal 22984 Maureen Suryani, Otensitas dalam Proses Cipta Arsitektur, Jurnal Ilmiah Arsitektur
Universitas Pelita harapan, vol V, No. 1, 2008, hal. 45
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 32: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/32.jpg)
57
Dalam arsitektur, yang dimaksud produk akhir dalam Hak Cipta adalah gambar dan
miniatur bangunan.85
Sementara, Hak Paten melindungi hak seorang penemu/pencipta untuk
penemuan suatu invensi teknologi baru. Invensi dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses, atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau peoses. Paten perlu untuk diajukan dan didaftarkan
terlebih dahulu sebelum menjadi hak seseorang untuk digunakan dalam keperluan
ekonomi.86
Bila Hak Cipta lebih mengarah pada perlindungan produk akhir, Hak Paten
mengarah pada perlindungan proses. Baik murni proses maupun produk yang
digunakan dalam proses untuk menciptakan produk akhir. Paten diberikan untuk
invensi yang baru (novelty), mengandung langkah inventif (inventive), dan dapat
diterapkan dalam industri (applicable).87
3. Apakah arsitektur dapat dilindungi sebagai Desain Industri?
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Desain Industri
menyebutkan yang dimaksud dengan Desain Industri adalah suatu kreasi tentang
bentuk konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau gabungan daripadanya
yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan
dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditi industri, atau kerajinan tangan.
85 Ibid86 Ibid87 Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 33: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/33.jpg)
58
Undang-Undang Desain industri memberikan perlindungan untuk jangka
waktu 10 tahun, berbeda drastis dengan UUHC 2002 yang jangka waktu
perlindungannya seumur hidup Pencipta ditambah 50 tahun. Beberapa karya
arsitektur memiliki karakteristik tertentu yang akan menimbulkan masalah apabila
diberikan perlindungan terlalu lama. Misalnya, untuk Rumah Sangat Sederhana
(RSS), desain yang dibuat tidak dapat terlalu maksimal mengingat keterbatasan
budget dalam menentukan desain. Desain sangat bergantung kepada bahan-bahan
atau material bangunan buatan pabrik yang sifatnya mass produk sehingga sangat
sulit menghindari timbulnya dugaan plagiarisme.
Untuk kasus ini RSS tersebut dapat digolongkan kepada karya arsitektur yang
dilindungi Hak Cipta karena karakteristiknya yang merupakan bangunan yang
bersifat permanen, tetapi lebih tepat dilindungi dengan Desain industri jika ditinjau
dari kemanfaatan dan jangka waktu perlindungannya.
Kapan suatu arsitektur dapat dilindungi Desain Industri? Mencontoh pada UU
Hak Cipta Australia seperti diungkapkan oleh Belinda Rosalinda dalam bukunya,
yaitu terhadap karya arsitektur yang bersifat tidak permanen atau bersifat portable
atau knockdown. Dengan arti kata lain, apabila shelter busway merupakan bangunan
yang tidak permanen dan diperbanyak seara mass produk, perlindungannya ada pada
Desain Industri.88
E. Prosedur Pendaftaran Hak Cipta
88 Belinda rosalina, Op Cit, hal 286
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 34: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/34.jpg)
59
Di Indonesia, pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi
pencipta atau pemegang Hak Cipta. Timbulnya perlindungan suatu ciptaan dimulai
sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Namun demikian,
surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan
apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap suatu ciptaan.89
Sesuai ketentuan Bab IV Undang-Undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI),
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Pencipta atau pemilik hak cipta
dapat pula mendaftarkan langsung ciptaannya maupun melalui konsultan HKI.
"Daftar Umum Ciptaan" yang mencatat ciptaan-ciptaan terdaftar dikelola oleh Ditjen
HKI dan dapat dilihat oleh setiap orang tanpa dikenai biaya.90
Ada dua cara atau stelsel pendaftaran dalam hak cipta, yaitu yang pertama
stelsel konstitutif, berarti bahwa hak atas ciptaan baru terbit karena pendaftaran yang
telah mempunyai kekuatan. Yang kedua stelsel deklaratif, bahwa pendaftaran itu
bukanlah menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan saja
menurut undang-undang bahwa orang yang hak ciptanya terdaftar itu adalah si berhak
sebenarnya sebagai pencipta dari hak yang didaftarkan.91
Dalam Pasal 35 ayat 4 Undang-Undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta di
lakukan dengan sukarela, bagi pencipta maupun pemegang hak cipta yang
mendaftarkan ciptaannya. Pendaftaran hak cipta dapat menjadikan surat pendaftaran
89 Haris Munanda & Sally Sitanggang, Op Cit, hal 2490 Ibid91 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, PT Alumni, Bandung, 2005. Hal. 89
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 35: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/35.jpg)
60
ciptaannya, sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di
kemudian hari mengenai ciptaan tersebut.92
Dengan tidak di daftarkannya ciptaan pada Direktorat Jendral, bukan berarti
hak cipta tidak pernah lahir. Fungsi pendaftaran hak cipta, untuk mempermudah
pembuktian kepemilikan atas ciptaan. Pendaftaran dalam Daftar umum ciptaan tidak
mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, maksud, atau bentuk dari ciptaan yang
di daftar, hal ini ditegaskan dalam Pasal 36 Undang-Undang Hak Cipta.93
Dari penjelasan diatas, berarti menunjukan bahwa cara pendaftaran hak cipta
dalam Undang-Undang Hak Cipta menganut cara atau stelsel deklaratif.
Pasal 37 dan Pasal 38 UUHC menentukan syarat-syarat pendaftaran ciptaan,
sebagai berikut:
1. Adanya suatu ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni, atau sastra dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi, serta asli (Pasal 1 angka 2 dan 3)
2. Adanya permohonan secara tertulis yang diajukan oleh pemohon atau
kuasanya kepada Direktorat Jenderal
3. Permohonan dibuat dengan surat rangkap 2 (dua) yang ditulis dalam bahasa
Indonesia dan disertai contoh ciptaan atau penggantinya
4. Membayar biaya permohonan
92 Ibid93 Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 36: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/36.jpg)
61
5. Jika permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau suatu badan hukum
yang secara bersama-sama berhak atas suatu ciptaan, permohonan harus
dilampiri salinan akta atau keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut
Menurut Undang-Undang Hak Cipta, permohonan pendaftaran hak cipta
diajukan kepada Direktorat Jendral dengan surat rangkap 2 (dua) yang ditulis dalam
bahasa Indonesia dan disertai contoh Ciptaan. Permohonan pendaftaran hak cipta,
dapat diajukan oleh :
1. Permohonan yang diajukan oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atau
Kuasa. (Pasal 37 ayat 1)
2. lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak
atas suatu Ciptaan. Permohonan tersebut dilampiri salinan resmi akta atau
keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut.
Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir yang
disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap dua. Dalam
pendaftaran tersebut, pemohon diwajibkan:
1. melampirkan surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa.
2. melampirkan contoh ciptaan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika berupa buku dan karya tulis lainnya, maka harus dilampirkan dua buah
yang telah dijilid dengan edisi terbaik dan apabila buku itu berisi foto
seseorang harus pula dilampirkan surat tidak keberatan dari orang yang
difoto atau ahli warisnya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 37: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/37.jpg)
62
b. Jika berupa program komputer, harus disertakan dua buah disket disertai
buku petunjuk pengoperasian dari program komputer tersebut.
c. Jika berupa CD/VCD/DVD, harus disertai dua keping contoh disertai
uraian ciptaannya.
d. Jika berupa alat peraga, harus disertakan satu buah disertai dengan buku
petunjuknya;
e. Jika berupa lagu, harus disertakan 10 buah contoh berupa notasi dan/atau
syair.
f. Jika berupa drama, harus disertakan dua buah naskah tertulis atau
rekamannya.
g. Jika berupa tari (koreografi), harus disertakan 10 gambar atau dua buah
rekamannya.
h. Jika berupa kisah pewayangan harus disertakan dua naskah tertulis atau
rekamannya.
i. Jika berupa pantomim, harus disertai 10 buah gambar atau dua buah
rekamannya.
j. Jika berupa karya pertunjukan harus disertai dua buah rekamannya.
k. Jika berupa karya siaran, harus disertai dua buah rekamannya.
l. Jika berupa seni lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo, seni ukir,
seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan dan kolase, harus disertai 10
lembar fotonya.
m. Jika berupa karya arsitektur harus disertai satu buah gambar atsitektur.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 38: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/38.jpg)
63
n. Jika berupa peta, harus disertai satu buah salinannya
o. jika berupa karya fotografi, harus disertai 10 lembar salinannya.
p. Jika berupa karya sinematografi, harus disettai dua buah rekamannya.
q. Jika berupa terjemahan, harus disertai dua naskah yang disertai izin pemilik
hak ciptanya
r. Jika berupa tafsir, saduran dan bunga trmpai, harus disertai dua buah
naskahnya.
3. Apabila pemohon adalah sebuah badan hukum harus disertakan salinan resmi
akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisasi notaris.
4. Jika pemohon adalah perorangan, harus disertai fotokopi kartu tanda
penduduk; dan Bukti pembayaran biaya permohonan sebesat Rp75.000,00
atau ciptaan berupa program komputer sebesar Rp150.000,00.
5. Jika permohonan pendafaran ciptaan yang menjadi pemegang hak ciptanya
bukan si pencipta sendiri, pemohon wajib melampirkan bukti pengalihan hak
cipta tersebut.94
94 Haris Munanda & Sally Sitanggang, Op Cit, hal 24
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 39: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/39.jpg)
GambarGambar 5 - Prosedur Permohonan Pendaftaran Hak CiptaSumber: Kantor Depkumham Kota Medan
64
Prosedur Permohonan Pendaftaran Hak Cipta
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 40: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/40.jpg)
65
Gambar 6 - Bentuk formulir Permohonan Pendaftaran Ciptaan
Sumber: Kantor Depkumham Kota Medan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 41: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/41.jpg)
66
Apabila dikemudian hari, ada ciptaan yang sudah terdaftar pada Direktorat
Jendral, dan ternyata ada pihak lain yang berhak atas hak cipta tersebut, maka
menurut Pasal 42 Undang-Undang Hak Cipta, dapat mengajukan gugatan pembatalan
melalaui Pengadilan Niaga.
Kekuatan hukum dari suatu pendaftaran Ciptaan, dapat hapus karena :
1. Permohonan dari orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai
pencipta atau pemegang hak cipta.
2. lampau waktu, dengan mengingat jangka waktu berlakunya ciptaan tersebut.
3. adanya pembatalan oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Meskipun UUHC tidak mewajibkan suatu ciptaan untuk didaftarkan, undang-
undang mengatur secara khusus ketentuan secara khusus mengenai pendaftaran
ciptaan dari pasal 35 sampai dengan pasal 44. Prinsip-prinsip ketentuan yang diatur
dalam UU tersebut adalah sebagai berikut:95
1. Direktoral Jenderal menyelenggarakan pendaftaran ciptaan dalam Daftar
Umum Ciptaan. Pendaftaran Ciptaan tidak merupakan kewajiban untuk
mendapatkan Hak Cipta.
2. Pendaftaran Ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti,
atau bentuk Ciptaan yang didaftar.
3. Pendaftaran Ciptaan dilakukan atas dasar permohonan yang diajukan oleh
Pencipta atau oleh Pemegang Hak Cipta atau Kuasa (Konsultan Terdaftar).
95 Henry Soelistyo, Op Cit, hal 83
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 42: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/42.jpg)
67
Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau suatu badan
hukum yang secara bersama-sama berhak atas Ciptaan, maka permohonan itu
harus dilampiri salinan resmi akta atau keterangan yang membuktikan
kepemilikan haknya.
4. Pendaftaran Ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat diterimanya
permohonan oleh Direktorat Jenderal dengan lengkap, termasuk yang
diajukan oleh lebih dari seorang atau satu badan hukum.
5. Dalam hal Ciptaan didaftar tidak sesuai dengan nama Pencipta atau pihak
yang berhak, maka pihak yang berhak atas Hak Cipta tersebut dapat
mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga.
6. Kekuatan hukum suatu pendafraran Ciptaan hapus karena dinyatakan batal
oleh putusan pengadilan. Selain itu, penghapusan dapat dilakukan atas
permohonan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta. Selebihnya, pendaftaran hapus karena berakhirnya
jangka waktu perlindungan Hak Cipta.
Sehubungan dengan prinsip-prinsip di atas, pemerintah memfasilitasi
kebutuhan pencipta untuk mendaftarkan ciptaannya, terutama untuk memperoleh alat
bukti kepemilikan ciptaannya. Hal itu dilakukan pemerintah dengan
menyelenggarakan administrasi khusus pendaftaran ciptaan, dengan menetapkan
syarat-syarat dan biaya pendaftaran. Administrasi pendaftaran ciptaan diatur dalam
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 43: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/43.jpg)
68
Peraturan Menteri Kehakiman Nomor: M.01-HC.03.01 Tahun 1987 yang
diadministrasikan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.96
Peraturan Menteri Kehakiman tersebut hingga saat ini masih berlaku meski
UU Hak Cipta sudah diubah dan diganti dengan UU Nomor 19 Tahun 2002.
Menurut Peraturan Menteri Kehakiman tersebut ditentukan bahwa
permohonan pendaftaran ciptaan diajukan kepada Menteri Kehakiman R.I. melalui
Direktorat Hak Cipta. Prosedur pendaftaran caranya sederhana yaitu:
1. permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir yang
disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap dua;
2. pemohon wajib melampirkan:
a. surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa;
b. contoh ciptaan arsitektur dengan ketentuan melampirkan satu buah gambar
arsitektur;
c. salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang
dilegalisasi notaris, apabila pemohon badan hukum;
d. fotokopi kartu tanda penduduk; dan
e. bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp75.000 atau ciptaan berupa
program komputer sebesar Rp150.000
3. dalam hal permohonan pendaftaran ciptaan yang pemegang hak ciptanya
bukan si pencipta sendiri, pemohon wajib melampirkan bukti pengalihan hak
cipta tersebut.
96 Ibid
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 44: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/44.jpg)
69
Berbeda dengan permintaan paten dan pendaftaran merek yang mensyaratkan
kewajiban mengajukan permintaan untuk itu guna memperoleh status dan
perlindungan hukum, pendaftaran ciptaan lebih bersifat pilihan atau optional.
Pendaftaran sekadar berfungsi sebagai pencatatan hak pencipta atas ciptaan, identitas
pencipta dan data lain yang relevan. Tujuannya, untuk mendapatkan catatan formal
status kepemilikan Hak Cipta. Hal ini penting, terutama untuk mendukung
pembuktian dalam hal terjadi sengketa kepemilikan Hak Cipta, termasuk kebenaran
mengenai siapa yang dianggap sebagai pencipta. Demikian pula dalam pengalihan
atau pelisensian Hak Cipta. Yang terakhir ini akan lebih mudah dilakukan apabila
tersedia dokumen tertulis tentang ciptaan. Misalnya, sertifikat pendaftaran Hak Cipta
yang bersangkutan.97
F. Pendaftaran Hak Cipta Arsitektur di Kota Medan
Pendaftaran ciptaan bertujuan untuk menjamin kepastian hukum dan
kepastian hak, dengan adanya pendaftaran akan di ketahui dengan tepat siapa pemilik
dari hak cipta tersebut. Dengan pendaftaran, kepemilikan atas hak cipta itu secara
umum khalayak ramai akan mengetahui siapa yang mempunyai kewenangan
kebendaan atas hak cipta yang bersangkutan. Ini merupakan salah satu proses penting
dalam bidang hukum benda yang pada kenyataannya menyangkut permasalahan
97 O.K. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,2004, hal. 91
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 45: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/45.jpg)
70
tentang status kepemilikannya, sehingga terjawab secara pasti dengan adanya
pendaftaran itu.98
Pendaftaran dalam kaitannya dengan Hak Kekayaan Intelektual adalah
kegiatan pemeriksaan dan pencatatan setiap hak Kekayaan Intelektual seseorang, oleh
pejabat pendaftaran, dalam buku daftar yang disediakan untuk itu, berdasarkan
permohonan pemilik/ pemegang hak, menurut syarat dan tatacara yang diatur oleh
Undang-Undang dengan tujuan untuk memperoleh kepastian dari status kepemilikan
dan perlindungan hukum, dan sebagai bukti pendaftaran diterbitkan sertifikat Hak
Kekayaan Intelektual.99
Dimana kita ketahui bahwa terhadap hak cipta tidak diharuskan untuk
didaftarkan karena hukum telah melindungi ciptaan tersebut sejak ciptaan itu lahir,
walaupun tidak didaftarkan. Jadi aparat penegak hukum sulit untuk mengetahui
bahwa suatu karya arsitektur yang seharusnya dilindungi telah terjadi pelanggaran
hak cipta.100
Karena UUHC Tahun 2002 menganut sistem pendaftaran deklaratif maka
sangat sulit bagi PPNS-HAKI untuk mengetahui siapakah pemilik atas suatu karya
arsitektur. Oleh karena itu tuntutan pidana pun tidak pernah dilakukan oleh aparat
penegak hukurn. Mereka khawatir kalau mereka akan salah dalam rnelakukan
98 Jawasmer, SH. M.Kn., PPNS HaKI pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAMSumatera Utara, wawancara, 12 Desember 2012.
99Abdulkadir Muhammad, Op Cit, hal. 153100Jawasmer, SH. M.Kn., PPNS HaKI pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM
Sumatera Utara, wawancara, 12 Desember 2012.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 46: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/46.jpg)
71
penyelidikan karena bisa saja orang yang telah diperiksa bahwa ia telah rnelakukan
pelanggaran hak cipta ternyata memang benar bahwa hak cipta itu miliknya.101
Dalam praktik di lapangan pendaftaran ciptaan arsitektur belum pernah
dilakukan oleh arsitek di Kota Medan. Jawasmer SH., M.Kn., PPNS dan Kepala
Bidang Pelayanan Hukum mengatakan bahwa Kantor Wilayah Departemen Hukum
dan HAM Medan belum pernah menerima pendaftaran Hak Cipta Arsitektur yang
dilakukan oleh arsitek.102
Sedangkan dari hasil wawancara dengan Ketua IAI Kota Medan, menegaskan
harus ada prosedur yang lebih terbuka bagi arsitek untuk mendaftarkan hak cipta
arsitektur, karena bagaimana prosedurnya selama ini tidak jelas, bahkan hak cipta
arsitektur ternyata diatur dalam undang-undang di Indonesia juga tidak semua arsitek
mengetahuinya, kemudian bagaimana prosedurnya pun juga tidak diketahui, SOP
atau standar operasionalnya bagaimana, mula-mula harus didaftrkan kemana, dan
seterusnya.103
Walaupun, Hak Cipta tidak memiliki keharusan untuk didaftarkan, namun
agar memiliki bukti hukum yang kuat untuk dapat membuktikan bahwa karya cipta
tersebut merupakan karya seseorang, maka proses pendaftaran diperlukan, apalagi
jika karya cipta tersebut bertujuan untuk mendapat manfaat ekonomis. Sehingga
101Jawasmer, SH. M.Kn., PPNS HaKI pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAMSumatera Utara, wawancara, 12 Desember 2012.
102Jawasmer, SH. M.Kn., PPNS HaKI dan KASUBID Pelayanan Hukum umum pada KantorWilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, wawancara, 12 Desember 2012.
103 Achmad Delianur, ketua IAI Wilayah Sumatera Utara, wawancara, tanggal 5 Februari2012
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 47: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/47.jpg)
72
pemilik hak tidak kehilangan hak ekonomisnya atas tindakan pelanggaran hak cipta
yang dilakukan oleh orang lain.
Fungsi pendaftaran untuk mempermudah pembuktian kepemilikan atas
ciptaan yang dimiliki seseorang apabila dikemudian hari terdapat pelanggaran hak
atas ciptaan dan apabila ciptaan itu tidak didaftarkan akan ditemui kesulitan dalam
pembuktian kepemilikan.
Untuk memperkuat perlindungan hukum terhadap hak cipta tersebut
didaftarkan pada Departemen Hukum dan HAM. Namun demikian pendaftaran
tersebut bukan merupakan kewajiban bagi pencipta. Pendaftaran hak cipta tidak
mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti atau bentuk dari ciptaan yang
didaftarkan, Hal itu berguna untuk memeperkuat kedudukan hak cipta sebagai alat
bukti apabila terjadi sengketa atau pelanggaran hak cipta.104
Menurut hasil penelitian, hak cipta arsitektur pada dasarnya adalah hak privat
(perdata), dalam arti pencipta atau pemegang hak cipta bebas untuk mengajukan
permohonan bagi pendaftaran dan perlindungan atas hak ciptanya atau tidak. Jika
tidak dilakukan tidak akan dituntut apa-apa, tetapi akan rugi sendiri jika orang lain
atau perusahaannya tempat bekerja seenaknya memanfaatkan, atau bahkan mengaku-
aku ciptaannya. Dari uraian ini, menurut peneliti jika pendaftaran hak cipta tidak
merupakan keharusan, maka perlu dipikirkan tentang upaya apa yang harus dilakukan
untuk menarik minat para pencipta untuk mendaftarkan hasil karyanya (hak
104Jawasmer, SH. M.Kn., PPNS HaKI dan KASUBID Pelayanan Hukum umum pada KantorWilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, wawancara, 5 Desember 2012.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
![Page 48: BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG DIBUAT](https://reader030.fdocuments.net/reader030/viewer/2022020706/61fc88e28d33c02b785e4c12/html5/thumbnails/48.jpg)
73
ciptanya), tentu saja dengan keuntungan yang dapat dirasakan oleh Pencipta itu
sendiri, dibanding apabila tidak melakukan pendaftaran.
Berkarya itu penting, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah mengurus
status hukumnya, agar haknya dapat terjamin. Demikian pula, tidak ada salahnya
menikmati hasil ciptaan orang lain, selama tidak mengabaikan hak-hak pembuatnya.
Dengan adanya pendaftaran dan perlindungan, diharapkan kreativitas para arsitek
juga akan terdokumentasi dengan baik sehingga lebih mudah dan akhirnya lebih
murah, untuk dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Selain itu kepastian hukum yang
lebih baik sehingga terhindar dari pembajakan, penyalahgunaan, dan perampasan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA