BAB II MASALAH PEKERJA ANAK DI INDIA DAN GAMBARAN …eprints.umm.ac.id/59047/38/BAB 2.pdf · 2020....
Transcript of BAB II MASALAH PEKERJA ANAK DI INDIA DAN GAMBARAN …eprints.umm.ac.id/59047/38/BAB 2.pdf · 2020....
-
35
BAB II
MASALAH PEKERJA ANAK DI INDIA DAN GAMBARAN UNICEF
Berdasarkan latar belakang pada bab I yang menjelaskan ketertarikan
penulis mengenai hambatan UNICEF terkait masalah pekerja anak di India, maka
dalam bab kedua ini penulis akan menjelaskan mengenai masalah pekerja anak di
India, termasuk sejarah, faktor yang menyebabkan munculnya pekerja anak, jenis
pekerja anak, kemudian kebijakan pemerintah India terkait permasalahan ini.
Selanjutnya, penulis juga akan menguraikan mengenai gambaran umum terkait
UNICEF dan sejarah UNICEF di India.
2.1 Masalah Pekerja Anak di India
International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa istilah pekerja
anak didefinisikan sebagai pekerjaan yang menghilangkan masa kanak-kanak dan
potensi, serta berbahaya bagi perkembangan fisik dan mental sedangkan pekerjaan
yang tidak mempengaruhi kesehatan maupun tumbuh kembang dari seorang anak
maka tidak dapat dikatakan sebagai pekerja anak.51 Sementara itu, UNICEF
mendefinisikan pekerja anak sebagai seorang anak yang terlibat dalam kegiatan
bekerja dalam kisaran umur lima hingga 11 tahun, melakukan setidaknya satu jam
kegiatan ekonomi atau setidaknya 28 jam pekerjaan rumah tangga dalam kurun
51 What is Child Labour (IPEC), ILO, diakses dari https://www.ilo.org/ipec/facts/lang--
en/index.htm (20 Juli 2019)
https://www.ilo.org/ipec/facts/lang--en/index.htmhttps://www.ilo.org/ipec/facts/lang--en/index.htm
-
36
waktu seminggu, kemudian melakukan setidaknya 14 jam kegiatan ekonomi atau
setidaknya 42 jam kegiatan ekonomi dan pekerjaan rumah tangga per minggu.52
Di India sendiri, Undang-undang Pekerja Anak 1986 (Prohibition and
Regulation) mendefinisikan anak sebagai seseorang yang belum mencapai umur 14
tahun. Sementara itu, Kantor Sensus India 2001 mendefinisikan pekerja anak
sebagai partisipasi seorang anak dalam setiap kegiatan produktif secara ekonommi
dengan atau tanpa kompensasi, upah ataupun keuntungan. Partisipasi yang
dimaksud dapat berupa fisik atau mental dan bahkan keduanya.53
2.1.1 Sejarah Pekerja Anak di India
Keterlibatan pekerja anak telah ditemukan kurang lebih dalam semua
periode waktu meskipun sifat dan dimensinya bervariasi, tergantung pada struktur
sosial ekonomi masyarakat. Dalam sejarahnya, pekerja anak merupakan bagian dari
sistem sosial di mana semua anggota mengumpulkan pekerja mereka untuk bekerja
demi kelangsungan hidup. Hal ini khsususnya berlaku pada bidang pertanian di
mana seorang anak yang bertani merupakan bagian dari tenaga kerja yang
diperlukan untuk memproduksi dan dinilai sebagai bagian dari bersosialisasi. Orang
tua dengan upah yang sangat rendah menciptakan kondisi bagi anak untuk bekerja
di bidang pertanian dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan hidup atau bahkan
seorang anak menjadi pekerja terikat bersama dengan orang tuanya untuk melunasi
hutang.
52 Child Labour, UNICEF, diakses dari https://www.unicef.org/protection/files/child_labour.pdf (20
Juli 2019) 53 A Study of Child Labour in India – Magnitude and Challenges, Sudeep Limaye & Milind Pande,
diakses dari https://www.researchgate.net/publication/261709693 (20 Juli 2019)
https://www.unicef.org/protection/files/child_labour.pdfhttps://www.researchgate.net/publication/261709693
-
37
Pada masyarakat pra-kapitalis, tempat kerja anak hanya terbatas dalam
lingkungan keluarga karena hubungan yang bersifat informal dan tidak
berbahaya.54 Pekerjaan dianggap sebagai aspek utama dalam bersosialisasi dan
pelatihan mereka. Namun, konsep ini mengalami perubahan dinamis dengan
munculnya kapitalisme dalam industrialisasi di beberapa negara Eropa, terutama
revolusi industri Inggris yang terjadi pertama kali selama abad ke 18 dan pekerja
anak ditunjuk sebagai masalah sosial.55
Kekhawatiran perkembangan industrialisasi ini memberikan perubahan
baru dalam sejarah produksi dan membawa perubahan dalam semua tatanan sosial
ekonomi. Ekonomi berbasis keluarga terus dihancurkan dan sejumlah besar orang
hanya menjadi pekerja bayaran, sebagai akibatnya anak-anak terdesak berada
dalam situasi di mana mereka harus mendapatkan upah untuk diri mereka sendiri
dan untuk keluarganya. Bahkan dalam Kautilya’s Arthashastra pada abad ke tiga
SM menggambarkan bahwa pekerja anak ada dalam bentuk perbudakan yang
berasal dari keluarga yang tidak mampu dan bekerja untuk kaum bangsawan pada
saat itu.56 Pekerja anak telah ada saat itu dan masalah ini telah diperburuk dalam
beberapa tahun terakhir, karena jumlah populasi yang meningkat pesat dan keadaan
ekonomi yang tidak baik. Populasi pekerja anak di dunia belum dihitung secara
akurat yang dikarenakan bersifat ilegal dan tidak jujur yang menjadikan mereka
berada di luar jangkauan statistik perburuhan konvensional.
54 Origin of Child Labour in India Present Status and Consequences, hal 61. Diakses dari
https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/66187.pdf (01 juli 2019) 55 Ibid., 56 Ibid., hal 62
https://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/66187.pdf
-
38
Pada zaman India kuno, mitologi, legenda maupun sastra klasik India lebih
mengisahkan mengenai Dewa dan Raja daripada orang biasa. Dengan demikian,
beberapa referensi khusus untuk peran pekerja anak dari strata bawah dapat mudah
dilacak atau ditemukan. Dewa Rama yang merupakan perwujudan dari Wisnu
Tritunggal Hindu dan saudara-saudaranya dikirim oleh ayah mereka, penguasa
kerajaan Ayodhya, ke ashrama Vashishta, dan menerima pelajaran. Seperti yang
lain, mereka berpartisipasi dalam tugas-tugas domestik rumah tangga Guru serta
ashrama, selain belajar, mereka juga turut serta membantu perekonomian
ashrama.57
Lord Krishna yang merupakan perwujudan dari Wisnu terlahir dalam
keluarga kerajaan, masa kecilnya dihabiskan di lingkungan di mana teman-
temannya merupakan para gembala yang rendah hati. Terdapat deskripsi grafis
mengenai bagaimana Krishna yang berusia enam tahun dijadikan pengembala sapi
oleh orang tua angkatnya.58 Merujuk pada referensi yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa sudah menjadi tradisi di India bahwa anak-anak sejak awal telah
berpartisipasi dalam pekerjaan baik di dalam maupun di luar keluarga yangmana
anak-anak terbiasa terlibat dalam pekerjaan yang berkaitan dengan pertanian dan
penggembalaan hewan.
57 Veula j. Rhodes, Child in India: Some Historical Aspects. Diakses dari
https://archives.columbusstate.edu/gah/1990/101-107.pdf (01 Juli 2019) 58 Ibid.,
https://archives.columbusstate.edu/gah/1990/101-107.pdf
-
39
Gambar 2.1 Ilustrasi Lord Krishna dan sapi-sapinya.59
Pada abad pertengahan, pekerja anak terlibat secara paksa dalam banyak
kegiatan, keluarga yang tengah berkembang menjadikan lahan pertanian sebagai
sumber penghidupan. Di lain sisi, kelas buruh yang tak memiliki tanah ataupun
property cenderung terikat pada tuan pemilik tanah. Buruh dalam kelas ini
menggunakan anak-anak mereka untuk membantu dalam kegiatan ekonomi.
Sebagian besar pekerjaan anak ditentukan oleh garis keturunan ataupun
latarbelakang keluarganya dan seorang anak telah diperkenalkan pada hal tersebut
pada usia mereka yang masih dini.60 Di bawah kepemimpinan Mughal, seorang
pekerja tidak memiliki kehendak atas dirinya sendiri yangmana tak ada perbedaan
antara dirinya dengan apa yang ia hasilkan.61
59 Mother Cow, Yadav, diakses dari http://yadavhistory.com/mother_cow (10 Desember 2019) 60 Ibid., 61 Moosvi, Shireen. “The World of Labour in Mughal India (c.1500-1750)”. International Review
of Social History, Vol 56, 2011. Hal. 68
http://yadavhistory.com/mother_cow
-
40
Upah atas jasa seorang pekerja pada saat itu ialah berdasarkan pada apa yang
mampu ia kerjakan dan dirasa cukup untuk bertahan hidup.62 Pasar tenaga kerja
sendiri terdiri dari buruh dan budak. Kemudian, Akbar membebaskan para budak
dengan tidak menyebut mereka dengan sebutan Gulams tetapi memanggil mereka
dengan sebutan Chelas yakni panggilan seorang guru pada muridnya. Namun hal
tersebut tidak sedikitpun berpengaruh pada tingkat kesejahteraan para buruh.
Selama era Akbar pada tahun 1594 M, ia menyatakan bahwa :
“A father or a mother might, if forced by hunger and extreme
misery, sell their child, and afterwards when tehy had the
means to pay, might buy it back again from servitude”.63
Yang mana pernyataan tersebut berarti seorang ayah ataupun ibu dapat menjual
anak mereka apabila dalam keadaan terpaksa dalam arti mengalami kelaparan atau
kesengsaraan yang tak memiliki pilihan lain dapat menjual anak mereka (dalam
bentuk perbudakan) dan ketika telah keluar dari kesengsaraan atau telah sanggup
untuk membayar maka mereka dapat membeli anak mereka kembali dari
perbudakan. Dari pernyataan tersebut membuat para orangtua memperdagangkan
anak mereka sebagai budak dengan bebas.
Di provinsi Sylhat yang merupakan tanah jajahan Bengal, memiliki tradisi
di mana seorang anak laki-laki dikebiri atau mereka menyebutnya Kasim untuk
diberikan kepada pemimpin sebagai pembayaran pajak. Tradisi ini secara bertahap
telah diadopsi di provinsi-provinsi lainnya. Selanjutnya pada era Jehangir, ia
menyatakan bahwa tradisi ini harus segera dihentikan karena dianggap sebagai
62 Ibid., 63 Ibid.,
-
41
perbuatan yang keji terhadap seorang anak, dan harus sepenuhnya dihilangkan.64
Namun, nasib pekerja anak tidak membaik sama sekali, pekerja anak justru
mengalami peningkatan dan lebih dari permintaan pasar pada saat itu.
Buruh dapat diambil dengan paksa dan dibayar sesuai dengan kemauan
majikan, apabila seorang buruh keberatan dengan upah yang diberikan oleh majikan
dan tidak ingin melakukan pekerjaannya maka sang majikan melakukan kekesaran
berupa hukuman cambuk sehingga buruh akan terus bekerja dan menerima
nasibnya. Dengan demikian, pekerja anak dalam periode ini masih berada dalam
jumlah yang sangat besar dalam bentuk perbudakan dan para penguasa tidak
memiliki keinginan untuk mencegah praktik ini dikarenakan buruh anak sangat
mudah dieksploitasi mengingat mereka dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang
berat dan diberi upah yang sangat rendah sesuai dengan keinginan majikannya.
Pada era modern, anak-anak tetap terlibat dalam kegiatan ekonomi. Dalam
masyarakat prakapitalis termasuk India, anak-anak dipekerjakan dalam bentuk
perserikatan dan perdagangan. Dalam masyarakat ini, tempat kerja mereka adalah
dalam lingkungan keluarga yang sifatnya informal. Seorang anak tumbuh dan
menemukan pekerjaan di lingkungan keluarga yang cenderung bersifat tidak
berbahaya dan menyulitkan mereka. Pekerjaan dianggap sebagai bagian dari
sosialisasi dan pelatihan skill mereka.65 selama pertengahan abad ke 19, produksi
berskala besar secara mekanis muncul. Saat itu, peraturan negara masih dianggap
64 Ibid., 65 Kothari Smithu, “There’s Blood on those Matchsticks: Child Labour in
Sivakasi”, Economic and Political Weekly, Vol. XVIII, No.27. hal 177
-
42
kurang mengatur mengenai buruh atau pekerja dalam industri apapun.66 Pengusaha
bebas menawarkan pekerjaan sehingga menyebabkan tenaga kerja kembali
dieksploitasi oleh penguasa untuk keuntungan mereka.
2.1.2 Faktor Penyebab Munculnya Pekerja Anak di India
Masalah pekerja anak di India bukanlah akibat dari faktor tunggal, namun
merupakan masalah multidimensi yang melibatkan berbagai alasan dan
berkontribusi dalam berbagai cara. Beberapa faktor yang berkontribusi dan
bertanggung jawab atas masalah ini, diantaranya : kemiskinan yang berkelanjutan,
buta huruf dan ketidaktahuan, ledakan populasi, pendapatan keluarga yang rendah,
tradisi membuat anak-anak belajar keterampilan keluarga, rendahnya political will
dan penegakan hukum yang lemah atau lambat, tidak memililiki pekerjaan dan
kurangnya lapangan pekerjaan, migrasi, tidak adanya ketentuan untuk pendidikan
wajib dasar untuk umum, dan lainnya. Oleh karena itu, masalah pekerja anak
merupakan hal yang mendesak dan multidimensi. Pemerintah India telah mengakui
keberadaan pekerja anak sebagai “kenyataan pahit”.67
Pekerja anak adalah fenomena sosial ekonomi dan universal yang kompleks.
Diperlukan waktu untuk mengetahui faktor-faktor penyebab yang mengarah ke
pekerja anak dalam pendekatan ilmiah, rasionalis, dan pragmatis. Sifat dari bentuk
terburuk pekerja anak bergantung pada sosial ekonomi dan berbagai penyebab
lainnya dan merupakan campuran dari berbagai aspek, baik buta huruf maupun
66 Ibid., 67 Government of India, About Child Labour, diakses dari https://labour.gov.in/childlabour/about-
child-labour (03 Juli 2019)
https://labour.gov.in/childlabour/about-child-labourhttps://labour.gov.in/childlabour/about-child-labour
-
43
kemiskinan. Masalah pekerja anak dianalogikan sebagai gejala penyakit yang
tersebar luas karena struktur eksploitatif, pembangunan yang tidak merata,
kepemilikan sumberdaya yang dianggap tidak adil dan berhubungan dengan
terjadinya skala besar pengangguran dan kemiskinan. Tatanan ekonomi
internasional yang ada melanggengkan “kenyataan pahit” ini karena perusahaan
multinasional yang kuat beroperasi menggunakan pekerja anak baik secara
langsung maupun tidak, untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan
biaya produksi.
Negara-negara dunia ketiga yang miskin dihadapkan dengan krisis devisa
yangmana memungkinkan dan mendorong ekspor barang menggunakan pekerja
anak yang murah dan rentan dengan harapan meningkatkan cadangan devisa
mereka dan krisis neraca pembayaran. Memang benar bahwa kemiskinan dan
kurangnya lapangan pekerjaan memaksa keluarga miskin untuk mengirim anak-
anak mereka untuk bekerja sebagai bagian dari strategi bertahan hidup mereka.
Terdapat berbagai faktor sosial ekonomi dan budaya yang memaksa anak anak
untuk bekerja dan faktor-faktor ini dapat secara luas diklasifikasikan ke dalam
faktor penawaran, merujuk pada kondisi di mana keluarga melibatkan anak-anak
dalam pekerjaan dan untuk faktor permintaan merujuk pada preferensi pengusaha
untuk mempekerjakan anak-anak.68
1. Kemiskinan
68 Ibid.,
-
44
Kemiskinan adalah penyebab utama tunggal dari pekerja anak. Lembaga
Opini Publik melakukan survei pada tahun 1969, yang menunjukkan bahwa 41,2
persen populasi India berada di bawah garis kemiskinan dan sebagian besar tenaga
kerja pertanian merupakan bagian dari ini.69 Sebuah seminar yang diselenggarakan
oleh Institut Nasional kerjasama Publik dan Pengembangan Anak, New Delhi pada
tanggal 25 hingga 28 November 1975 berkesimpulan bahwa, jutaan keluarga di
bawah garis kemiskinan dan mereka harus mengirim anak mereka untuk bekerja.
Jutaan masyarakat India hidup dalam kemiskinan yang parah, tanpa makanan,
tempat tinggal, pekerjaan, perawatan kesehatan dan pendidikan. Menurut laporan
PBB, 1/5 dari populasi di negara berkembang (termasuk India), mengalami
kelaparan setiap amalm, ¼ tidak memiliki akses ke fasilitas dasar seperti air minum
dan 1/3 hidup dalam kemiskinan akut.70 Lalu, menurut Human Development Report
2005, setiap jam terdapat 1200 anak meninggal, satu Crore anak setiap tahun
meninggal sebelum mencapai umur ke lima tahun.71
Faktor penting lainnya yang terus menyuburkan masalah pekerja anak
adalah meingkatnya angka putus sekolah dari anak-anak yang berlatarbelakang
miskin dan ini merupakan bagian dari konsekuensi dari kemiskinan. Di sebagian
besar daerah di India, sekolah terletak sangat jauh dan terpencil sehingga anak-anak
mengalami kesulitan untuk mengaksesnya. Selain itu, fasilitas yang kurang dan
infrastruktur yang tidak memadai menjadikan sekolah tidak menarik dimata anak-
anak. Sekolah menjadi beban tersendiri bagi keluarga miskin dan membuat anak-
69 Ibid., 70 Dr. Justice A.S.Anand, “Neglect of Economic and Social and Cultural Rights: A Threat
to Human Rights”, New Delhi: Journal of the National Human Rights Commission, Vol.5, hal 14 71 Ibid.,
-
45
anak kehilangan penghasilan mereka sebagai pekerja anak serta ketidakhadiran
guru membuat sekolah berjalan tidak lancar. Sebagian besar keluarga tradisional
berpikir bahwa seorang anak dilahirkan untuk mendapatkan penghasilan bagi
keluarganya. Seorang anak hanya dianggap sebagai sumber pendapatan lain dan
bisnis tradisional berbasis rumah tangga lebih memilih untuk mempekerjakan anak
mereka berjam-jam daripada mengirimnya untuk bersekolah.
2. Buta huruf dan ketidaktahuan
Meskipun telah merdeka selama 72 tahun, masyarakat India terus menjalani
hidup dalam kebodohan yangmana India menempati peringkat terendah dunia
mengenai melek huruf. Berdasarkan sensus 1991 angka melek huruf di India hanya
mencapai 52 persen dan pada 2001 mengalami peningkatan menjadi 64,8 persen.
Kemudian untuk area pedesaan tingkat melek huruf mencapai 58,7 persen dan
untuk perkotaan mencapai 79,9 persen.72 Tingkat buta huruf yang tinggi ini
menjadikan orang tua tak memiliki pengetahuan dasar mengenai apapun sehingga
mengirimkan anak mereka untuk bekerja. Terutama orang tua di pedesaan, suku,
dan yang tinggal di daerah kumuh tidak memahami tanggung jawab mereka sebagai
orang tua dan karenanya anak-anak kehilangan hak dasar mereka seperti pendidikan
dan tumbuh kembang selayaknya anak.
Pekerja anak dan buta huruf sangat erat kaitannya yang mana sebagian besar
pekerja anak adalah buta huruf total atau buta huruf sebagian dan memiliki orang
tua yang buta huruf.73 Tidak ada penelitian yang menemukan seorang pekerja anak
72 Concept of Child Labour and Factors Leading to Child Labour, diakses dari
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/8530/12/.pdf (03 Juli 2019) 73 Ibid.,
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/8530/12/.pdf
-
46
berasal dari keluarga yang terdidik. Orang tua yang miskin dan buta huruf memiliki
pola pikir dimana mereka menganggap bahwa semakin banyak anak berarti
semakin banyak tangan untuk bekerja dan menghasilkan pendapatan yang lebih
untuk keluarga serta orang tua belum menyadari pentingnya pendidikan bagi
anaknya.74 Selain itu, para orang tua tidak mengetahui mengenai fasilitas dan
bantuan yang diberikan kepada anak-anak oleh Pemerintahnya untuk membantu
memperoleh pendidikan gratis di sekolah pekerja anak yang didanai di bawah
Proyek Pekerja Anak Nasional dan UNICEF. Dikarenakan ketidaktahuan juga para
orangtua tidak menyadari betapa pentingnya dan perlunya bagi seorang anak dalam
perkembangan fisik, kognitif, dan mental yang sehat sehingga bantuan berupa
konseling dianggap tidak penting.
3. Ledakan Populasi
Di negara berkembang seperti India, pemikiran tradisional seperti anak
merupakan hadiah dari Tuhan dan kesalahpahaman yang mereka anut seperti
semakin banyaknya anak maka semakin bayak pula pendapatan yang mereka
dapatkan. Padahal, hal tersebut berakibat pada meledaknya populasi dan dalam satu
keluarga memiliki anak yang menjadikan beban serta tanggung jawab orang tua
semakin besar. Di India, tidak ada program keluarga berencana yang efektif
yangmana hal ini akan mengarah pada kemiskinan yangmana menjadikan anak
mereka terus terjebak pada lingkaran pekerja anak. Kelebihan populasi di beberapa
daerah menciptakan sarana yang ada menjadi terbatas.
74 Ibid.,
-
47
Pada tahun 2001, populasi India tercatat sebanyak 1,028,737,436 juta dan
pada tahun 2019 tercatat sebanyak 1,369,178,904.75 Peningkatan jumlah yang
begitu besar dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi dan membutuhkan
layanan sosial, fasilitas masyarakat dan pembangunan infastruktur dalam skala
yang besar. Populasi anak tercatat sebanyak 398,306,000 dan sensus National
Labour Institute menunjukkan bahwa dari 203 juta anak-anak anatara usia 5 sampai
14 tahun, 116 juta berada di sekolah, 12,6 juta bekerja penuh waktu, dan 74 juta
tidak diketahui.76
4. Tradisi membuat Anak Belajar Keterampilan Keluarga
Keyakinan keluarga tradisional yang telah disinggung sebelumnya yakni
seorang anak dilahirkan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih banyak untuk
keluarga menjadikan para orang tua memilih untuk membuat anaknya bekerja
berjam-jam yang terkadang beralih ke penyiksaan fisik jika sang anak membuat
kesalahan. Terdapat pula kepercayaan dimana anak diperlukan untuk melestarikan
seni dan kerajinan tradisional yang di turunkan dari keluarganya terdahulu.
Terdapat argumen lain yang mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh
anak yang memiliki keterampilan dapat berkontribusi terhadap pekerja anak dimasa
yang akan datang. Penelitian menunjukkan bahwa 95 persen anak-anak tidak
melanjutkan pekerjaan yang sama ketika mereka dewasa yangmana mereka dipaksa
untuk berhenti dikarenakan telah melewati usia anak-anak.77
75 Worldometers, India Population, diakses dari https://www.worldometers.info/world-
population/india-population/ (04 Juli 2019) 76 Loc, Cit., 77 Concept of Child Labour and Factors Leading to Child Labour, diakses dari
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/8530/12/.pdf (05 Juli 2019)
https://www.worldometers.info/world-population/india-population/https://www.worldometers.info/world-population/india-population/http://shodhganga.inflibnet.ac.in/jspui/bitstream/10603/8530/12/.pdf
-
48
5. Pengangguran
Masuknya anak-anak ke pasar tenaga kerja mengurangi peluang bagi orang
dewasa dan menurunkan pernawaran pekerja dewasa sehingga menjadikannya
tidak produktif. Praktik pekerja anak membuat anak-anak kehilangan akan
kesempatannya untuk menuntut ilmu, mengembangkan bakatnya, mempengaruhi
pertumbuhan fisik dan menghambat perkembangan intelektualnya.78 beberapa
penelitian dan pakar mengamati bahwa, apabila anak-anak di hilangkan dari pasar
tenaga kerja India maka kesempatan kerja bagi sedikitnya 20 juta pekerja dewas
yang menganggur akan meningkat.79
2.1.3 Jenis Pekerja Anak di India
UNICEF mengkategorikan pekerjaan anak ke dalam tiga kategori, yakni
dalam keluarga (anak-anak terlibat dalam tugas rumah tangga tanpa dibayar), dalam
keluarga tetapi di luar rumah (contohnya anak yang bekerja sebagai buruh di ladang
milik keluarganya sendiri), diluar keluarga (contohnya anak yang bekerja sebagai
pelayan di restoran yang bukan milik keluarganya).80
Jenis pekerja anak di India berdasarkan bidangnya dibagi menjadi:
1. Industri Garmen
Pekerja anak merajalela di industri garmen India dan tersembunyi di
perusahaan-perusahaan kecil milik pribadi. Laporan dari Save the Children
mengenai industri garmen di Delhi pada tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat
78 Ibid., 79 Ibid., 80 Child Labour in India, India Celebrating, diakses dari http://www.indiacelebrating.com/social-
issues/child-labour-in-india/ (10 Mei 2018)
http://www.indiacelebrating.com/social-issues/child-labour-in-india/http://www.indiacelebrating.com/social-issues/child-labour-in-india/
-
49
8000 buruh dari industri garmen mengalami kebisingan yang keras, pencahayaan
yang buruk, ventilasi yang buruk, dan peralatan yang tajam.81 36% pekerja rumahan
tidak pernah dibayar.82
2. Tempat pembuatan bata
Tempat pembuatan batu bata di India secara tradisional telah menggunakan
pekerja anak, di mana anak-anak membantu orangtua mereka, bekerja berjam-jam
dan mengabaikan pendidikan mereka.
3. Sektor yang tidak terorganisir
Pekerja anak dapat dengan mudah terlihat di sektor ini, anak-anak
dipekerjakan sebagai pekerja murah dan cepat di toko teh, dhabas, toko kecil, dan
sebagai pelayan pribadi. Anak-anak dipekerjakan dikarenakan mudahnya dalam
mempekerjakan dan memecat mereka. Seorang anak yang bersekolah biasanya
bekerja dalam pekerjaan berbasis rumah usai sekolah.
4. Pertanian
Berdasarkan data sensus pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sektor
pertanian menjadikan bidang yang mempekerjakaan anak terbesar di India. Anak-
anak dipekerjakan dalam segala bidang produksi, mulai dari produksi kapas dan biji
kapas hingga tebu, kedelai dan transplantasi padi, dan mereka bekerja berjam-jam
untuk upah rendah dengan kondisi kehidupan yang buruk.
5. Kembang api
81 5 sectors where child labour can be found majorly in India, Save The Children, diakses dari
https://www.savethechildren.in/resource-centre/articles/5-sectors-where-child-labour-can-be-
found-majorly? (1Maret 2019) 82Ibid.,
https://www.savethechildren.in/resource-centre/articles/5-sectors-where-child-labour-can-be-found-majorly?gclid=Cj0KCQiAzePjBRCRARIsAGkrSm4aeADymm6YnpILMT86Z-ZMoyRGeBSlQwJ_6TxWtRGRN4dZzRuaj_8aAmYvEALw_wcBhttps://www.savethechildren.in/resource-centre/articles/5-sectors-where-child-labour-can-be-found-majorly?gclid=Cj0KCQiAzePjBRCRARIsAGkrSm4aeADymm6YnpILMT86Z-ZMoyRGeBSlQwJ_6TxWtRGRN4dZzRuaj_8aAmYvEALw_wcB
-
50
pada sektor ini, pekerja anak dituntut untuk bekerja terutama pada musim
perayaan India yangmana saat perayaan permintaan pasar akan kembang api sangat
meningkat. Namun, pekerja anak bekerja dalam kondisi yang sempit. Paparan
langsung terhadap bahan kimia yang digunakan dalam kembang api
membahayakan paru-paru, kulit dan memicu berbagai macam penyakit di masa
yang akan datang. Dengan pekerja anak yang tersembunyi, produsen kecil kembang
api baik yang berlisensi maupun yang tidak memiliki lisensi mampu
mempertahankan biaya rendah dalam produksinya dan menghasilkan keuntungan
yang sangat besar.
2.1.4 Kebijakan Pemerintah India Terkait Masalah Pekerja Anak
a. Hukum dan Regulasi
Pemerintah India sendiri telah mengatur masalah pekerja anak dalam
konstitusinya, yangmana pada pasal 24 Konstitusi India, Hak Fundamental yang
dapat ditegakkan dipengadilan, menyatakan bahwa anak-anak dibawah usia 14
tahun tidak dapat dipekerjakan di pabrik, tambang atau pekerjaan berbahaya
lainnya. Klausa (e) dan (f) Pasal 39, mengenai Prinsip Arahan Kebijakan Negara,
mendesak agar usia anak-anak yang termasuk dalam “tender age” dimana masih
berusia dini dan tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali untuk tidak
disalahgunakan dan tidak mengizinkan warga negara untuk melakukan pekerjaan
yang tidak sesuai karena usia atau kekuatan atau karena kebutuhan ekonomi yang
mendesak.83 Meskipun ini tak dapat ditegakkan di pengadilan, prisnsip tersebut
mewujudkan visi para perumus Konstitusi India.
83 Neera Bura, “Child Labour and Education”, UNESCO-UNICEF, Paris, 1989. Hal. 22
-
51
Undang-undang The Child Labour Prohibition and Regulation 1986,
melarang pekerja anak di beberapa industri dan dimaksudkan untuk mengatur
kondisi pekerjaan mereka di industri lain. Namun meskipun telah diatur dalam
ketentuan tersebut, pengimplementasian dari Undang-undang ini masih dilanggar.
Prinsip Arahan Pasal 45 menyatakan bahwa tugas negara lah untuk memberikan
pendidikan gratis dan wajib kepada semua anak sampai mereka mencapai usia 14
tahun.
Dalam waktu 10 tahun sejak diterapkannya Konstitusi, yakni pada tahun
1960. Tidak ada ketentuan hukum, baik di bawah undang-undang pusat atau negara
yang membuat pendidikan wajib. Konstitusi India dan berbagai undang-undang
perburuhan menyebutkan usia 14 tahun sebagai batas untuk bekerja. Menurut
sensus 1981, pekerjaan didefinisikan sebagai “pasrtisipasi” dalam setiap kegiatan
yang produktif secara ekonomi. pekerja utama adalah mereka yang telah bekerja
selama setahun dalam bidang pertanian, industri rumah tangga, dan lainnya.84
Pekerja marjinal adalah mereka yang telah melakukan beberapa pekerjaan
teteapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai pekerja utama. Menurut sensus 1981,
terdapat 13,59 juta anak yang bekerja di India. National Sample Survey mencatat
terdapat 17,36 juta anak yang bekerja di India. Dengan menggunakan tolak ukur
lain, Operations Research Group (ORG) menyimpulkan bahwa :
“a working child is that child who was enumerated
during the survey as a child falling within the 5 to 15
age bracket and who is at remunerative work, may be
paid or unpaid, and busy any hour of the day within
84 Ibid.,
-
52
or outside the family... The estimated working
children in our country are around 44,0 million”.85
Yang berarti bahwa pekerja anak yang disebutkan dalam survei tersebut
termasuk dalam kelompok usia 5 hingga 15 tahun yang memiliki kemungkinan
dibayar atau tidak dibayar, dan bekerja setiap jam baik dalam lingkungan keluarga
maupun tidak serta diperkirakan anak-anak yang bekerja di negara India sebanyak
44,0 juta.
Singkatnya, The Child Labour (Prohibition & Regulation) Act 1986
merupakan puncak dari upaya dan gagasan yang muncul dari berbagai
pertimbangan dan rekomendasi komite pekerja anak. Yang memiliki andil penting
dalam pembentukannya adalah Komisi Nasional Perburuhan (1966-69),
Gurupadaswamy Komite Pekerja Anak (1979), dan Komite Sanat Mehta (1984).86
Secara singkat undang-undang ini bertujuan untuk melarang masuknya anak-anak
ke dalam lapangan pekerjaan yang berbahaya dan untuk mengatur tugas anak-anak
dalam pekerjaan yang tidak berbahaya, diantaranya :87
1. Melarang pekerjaan anak-anak, yaitu mereka yang masih berusia 14
tahun ke bawah baik dalam pekerjaan maupun proses pembuatan suatu
produk.
2. Menetapkan prosedur untuk menambah daftar pekerjaan yang dilarang.
85 Ibid., 86 Embassy of India, Washington DC, Report on Child Labor in India, diakses dari
http://www.indianembassy.org/policy/Child_Labor/childlabor.html (06 Juli 2019) 87 Ankit Kumar L & Shubham Khare, “Child Labour in India: Situation and Policy Analysis”,
diakses dari https://www.ssrn.com/abstract=1458505 (06 Juli 2019)
http://www.indianembassy.org/policy/Child_Labor/childlabor.htmlhttps://www.ssrn.com/abstract=1458505
-
53
3. Mengatur kondisi kerja anak-anak dalam pekerjaan yang tidak
terlarang.
4. Menetapkan hukuman pada siapapun yang mempekerjakan anak-anak
yang melanggar ketentuan dalam Undang-undang ini dan Undang-
undang lainnya yang mengatur mengenai larangan mempekerjakan
anak.
5. Menyeragamkan definisi dari “anak” dalam Undang-undang terkait
b. Sistem Birokrasi
1. Central Advisory Board On Child Labour
Dewan penasihat sentral untuk pekerja anak dibentuk pada 4 Maret 1981.
Berikut merupakan kerangka acuan dari Dewan ini :88
a. Meninjau implementasi Undang-undang yang ada dan yang dikelola
oleh Pemerintah Pusat.
b. Menyarankan langkah-langkah legislatif serta langkah-langkah
kesejahteraan untuk nasib anak-anak yang bekerja.
c. Meninjau kemajuan dari langkah-langkah kesejahteraan bagi anak-anak
yang bekerja.
d. Merekomendasikan industri ataupun area yangmana harus dilakukan
penghapusan pekerja anak secara progresif.
88 Child Labour, Government of India, diakses dari http://labour.nic.in/cwl/ChildLabour.html (07
Juli 2019)
http://labour.nic.in/cwl/ChildLabour.html
-
54
Dewan ini dibentuk kembali pada tanggal 2 November 1994, yangmana
anggotanya terdiri dari Persatuan Menteri Perburuhan sebagai Ketua Dewan,
sementara anggota dewan lainnya termasuk perwakilan dari berbagai kementerian
yang serupa, Anggota Parlemen, Organisasi non Pemerintah, Perwakilan dari
Perdagangan Serikat Pekerja dan Organisasi Pengusaha.89
2. Child Labor Technical Advisory Committee
Berdasarkan Bagian 5 dari Undang-undang Pekerja Anak (P&R) 1986,
Pemerintah India diberdayakan untuk membentuk Komite Penasehat Teknis
Pekerja Anak untuk tujuan penambahan pekerjaan dan proses dalam daftar Undang-
undang. Komite ini terdiri dari seorang ketua dan anggota yang tidak lebih dari 10.
Komite telah dibentuk kembali pada awal 5 Februari 1996 di bawah kepemimpinan
Direktur Jenderal Dewan Penelitian Medis India.
c. Program Sosial
1. The National Child Labour Policy
Pembuatan kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat penegakan hukum
terkait dengan pekerja anak. Segera setelah diberlakukannya Undang-Undang
Pekerja Anak (Prohibition & Regulation) 1986, pemerintah India mengadopsi
Kebijakan Pekerja Anak Nasional pada tahun 1987, sesuai dengan ketentuan
konstitusi dan berbagai undang-undang mengenai pekerja anak. Gagasan untuk
mengadopsi kebijakan terpisah mengenai pekerja anak tidak hanya untuk
menempatkan masalah ini dalam agenda negara, tetapi juga untuk merumuskan
89 Ibid.,
-
55
program aksi khusus untuk memulai proses penghapusan pekerja anak secara
progresif.
Kebijakan ini terdiri dari tiga langkah pelengkap :90
a. Rencana tindakan hukum : kebijakan ini sebagai penegakan yang tegas
terhadap ketentuan Undang-undang Pekerja Anak (Prohibition &
Regulation) 1986 dan Undang-undang terkait anak lainnya.
b. Berfokus pada program-program pembangunan umum yang
bermanfaat bagi anak-anak semaksimal mungkin : kebijakan ini sebagai
pengemban sistem pendidikan non formal yang menjangkau secara luas
untuk anak-anak yang sebelumnya menjadi pekerja anak dan
meningkatkan penyediaan untuk pekerjaan dan skema hasil dari
pendapatan yang diperuntukkan bagi orang tua mereka. Selanjutnya,
Child Labour Cell dibentuk khusus yang bertujuan untuk mendorong
organisasi relawan untuk melakukakan kegiatan seperti pendidikan
formal, pelatihan kejuruan, penyediaan layanan kesehatan, nutrisi dan
pendidikan untuk anak-anak yang bekerja.
c. Proyek spesifik area : berfokuskan pada area yang diketahui memiliki
konsentrasi atau jumlah pekerja anak yang tinggi dan untuk melakukan
pendekatan secara langsung untuk mengidentifikasi, melakukan
penarikan, dan merehabilitasi anak-anak yang bekerja
2. National Child Labour Projects (NCLP)
90 Ibid.,
-
56
Di bawah rencana aksi Kebijakan Nasional mengenai Pekerja Anak
sebelumnya, telah ada Proyek Pekerja Anak Nasional (NCLP) yang didirikan di
berbagai daerah yang bertujuan untuk merehabilitasi pekerja anak. Kegiatan utama
yang dilakukan oleh NCLP adalah pendirian sekolah khusus untuk menyediakan
pendidikan non formal, pelatihan kejuruan, nutrisi tambahan, dan lainnya. Kegiatan
tersebut dikhususkan kepada anak-anak yang telah ditarik dari pekerjaan yang
mereka lakukan. Berdasarkan rencana aksi berbasis kebijakan ini, NCLP
mengimplementasikan aksinya di :91
a. Andhra Pradesh (Jaggampet & Markapur)
b. Bihar (Garwah)
c. Madhya Pradesh (Mandsaur)
d. Maharashtra (Thane)
e. Orissa (Sambalpur)
f. Rajasthan (Jaipur)
g. Tamil nadu (Sivakasi)
h. Uttar Pradesh (Varanasi, Mirzapur, Bhadohi, Moradabad, Aligarh &
Ferozabad)
3. Rehabilitasi Pekerja Anak di bidang yang Berbahaya
Program utama diluncurkan pada tanggal 15 Agustus 1994 untuk menarik
pekerja anak yang bekerja di bidang yang berbahaya dan merehabilitasi mereka
melalui sekolah khusus. Di bawah program ini, terhitung sebanyak 2 juta anak
dicari untuk dikeluarkan dari pekerjaan dan ditempatkan di sekolah-sekolah khusus
91 Ibid.,
-
57
di mana mereka akan diberikan pendidikan, pelatihan kejuruan, tunjangan bulanan,
nutrisi dan pemeriksaan kesehatan. Sebagai tindak lanjut, di bentuklah suatu badan
yang memiliki kekuasaan tinggi yang bernama National Authority for the
Elimination of Child Labor (NAECL). NAECL dibentuk pada tanggal 26
September 1994 di bawah kepemimpinan Menteri Tenaga Kerja, Pemerintah India.
Adapun fungsi-fungsi dari NAECL adalah :92
a. Untuk menetapkan kebijakan dan program penghapusan pekerja anak,
terutama dalam pekerjaan yang dikategorikan dalam pekerjaan
berbahaya
b. Untuk memantau kemajuan pelaksanaan program, proyek dan skema
untuk penghapusan pekerja anak
c. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan proyek-proyek terkait pekerja
anak dari berbagai anggota Kementerian Pemerintah India (untuk
memastikan pusat layanan untuk keluarga pekerja anak)
Berbagai upaya ataupun kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah India
sendiri nyatanya tak dapat menyelesaikan masalah pekerja anak ini dikarenakan
faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, untuk itu dibutuhkan keterlibatan
aktor-aktor internasional seperti organisasi internasional. Dalam masalah pekerja
anak di India ini, salah satu oraganisasi yang terlibat adalah UNICEF.
92 Ministry of Labour and Employment, NCLP: An Overview, diakses dari
http://labour.nic.in/cwl/ChildLabour.html (08 Juli 2019)
http://labour.nic.in/cwl/ChildLabour.html
-
58
2.2 Gambaran Umum UNICEF
UNICEF merupakan bagian dari Dana dan program PBB yang mana secara
umum, dana dan program dibentuk oleh resolusi Majelis Umum PBB dan memiliki
mandat yang terfokus. Mereka didanai sebagian besar atau seluruhnya melalui
kontribusi sukarela dan memiliki badan pengatur yang meninjau kegiatan mereka.
Koordinasi difasilitasi melalui ECOSOC dan Ketua Dewan Eksekutif (CEB).93
Sementara, Badan khusus PBB adalah organisasi yang berdiri sendiri dan bekerja
dengan PBB melalui perjanjian yang dinegosiasikan. Beberapa ada sebelum Perang
Dunia Pertama.94
Badan khusus secara hukum independen dari PBB dan memiliki anggaran,
anggota, aturan, dan anggota yang terpisah. Sebagian besar dana mereka berasal
dari sumbangan sukarela dari pemerintah, lembaga, dan individu. Berikut bagan
yang menjelaskan posisi UNICEF dalam PBB :
93 Dag Library, “What Are UN Specialized agencies, and how many are there?”, diakses dari
http://ask.un.org/faq/140935 (26 Juli 2019) 94 UN, “Funds, Programmes, Specialized Agencies and Others”, diakses dari
https://www.un.org/en/sections/about-un/funds-programmes-specialized-agencies-and-others/ (26
Juli 2019)
http://ask.un.org/faq/140935https://www.un.org/en/sections/about-un/funds-programmes-specialized-agencies-and-others/
-
59
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PBB
-
60
Berdasarkan bagan diatas terlihat bahwa UNICEF merupakan bagian dari
Funds and Programmes bersama dengan UNDP, UNEP, UNFPA, UN-HABITAT,
dan WFP. Organisasi-organisasi ini juga disebut sebagai The United High-level
Political Forum on Sustainable Development (HLPF). HLPF adalah badan
tambahan dari Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa dan Dewan Ekonomi
dan Sosial yang bertanggung jawab atas kebijakan seluruh organisasi tentang
pembangunan berkelanjutan.
2.2.1 UNICEF dan Perkembangannya
UNICEF merupakan salah satu organisasi internasional terbesar yang
bergerak dalam bidang bantuan internasional dan kemanusiaan di dunia dan sebagai
organisasi pertama yang memenangkan hadiah Nobel. UNICEF merupakan
kepanjangan dari The United Nations International Children’s Emergency Fund
yang didirikan pada tanggal 11 Desember 1946 oleh PBB yangmana awalnya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan darurat dan dukungan kepada anak-anak
yang tinggal di negara-negara yang hancur akibat perang.95 Pada tahun 1950,
mandatnya diperluas untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang anak-anak dan
permpuan di negara-negara berkembang. UNICEF menjadi bagian permanen dari
sistem PBB pada tahun 1953, ketika namanya disingkat menjadi United Nations
Children’s Fund. Namun, UNICEF tetap mempertahankan akronim aslinya.96
Setelah krisis pangan dan medis pada akhir 1940an telah usai, UNICEF
melanjutkan perannya sebagai organisasi bantuan untuk anak-anak dari negara-
95 UNICEF, What Does the Acronym UNICEF Stand For?, diakses dari
https://www.unicef.org/botswana/6704_8306.html (15 November 2019) 96 Ibid.,
https://www.unicef.org/botswana/6704_8306.html
-
61
negara bermasalah dan selama tahun 1970an UNICEF berkembang menjadi
advokat hak-hak anak.97 Kemudian pada tahun 1980an, UNICEF membantu
Komisi Hak Asasi Manusia AS dalam penyusunan Konvensi Hak-hak Anak.
Setelah diperkenalkan ke Majelis Umum Amerika Serikat pada tahun 1989,
Konvensi Hak Anak telah menjadi perjanjian hak asasi manusia yang paling banyak
diratifikasi dalam sejarah, dan UNICEF memainkan peran kunci dalam memastikan
penegakannya.
UNICEF memiliki keyakinan bahwa terdapat harapan untuk setiap anak.
Keyakinan bahwa setiap anak dilahirkan dengan hak yang sama yang tidak dapat
dicabut. Kelangsungan berkelanjutan dari seorang anak bergantung pada penerapan
pelajaran masa lalu yang dipelajari untuk tantangan di masa yang akan datang, dan
memanfaatkan inovasi untuk memecahkan masalah di masa depan. Seperti katakan
oleh Direktur Eksekutif saat ini yakni Anthony Lake, ini akan membutuhkan
“willingness to adapt.... and find new ways to realize the rights and brighten the
futures of the most disadvantaged children around the world”.98
Misi UNICEF berfokus pada seluruh anak, termasuk dalam hal kesehatan
mental dan fisik anak, serta aksesnya ke pendidikan, perlindungan hukum dan
sosial, air bersih dan sanitasi, dan banyak lagi.99 UNICEF memahami bahwa
masalah kemiskinan, penyakit, dan kelaparan menghambat pembangunan global
dan mengarah pada pelanggaran hak asasi anak-anak. Hak-hak tersebut memandu
pekerjaan UNICEF menuju dunia di mana setiap anak memiliki kesempatan yang
97 Ibid., footnote 40 98 UNICEF, 2016, UNICEF For Every Child, Hope: UNICEF@70 1946-2016, New York:UNICEF,
hal 10 99 Ibid.,
-
62
adil dalam hidup. Sebagai responden darurat, pejuang hak-hak anak dan kekuatan
untuk pembangunan yang adil, UNICEF memiliki catatan keberhasilan yang
panjang.100
UNICEF memiliki visi “Dunia di mana hak setiap anak terwujud”, UNICEF
bekerja unutk mencapai dunia di mana semua anak memiliki kesempatan yang sama
untuk bertahan hidup dan berkembang terlepas dari segala status yang dimiliki oleh
seorang anak.101 Misi dari UNICEF adalah untuk membantu mengadvokasi
perlidungan hak-hak anak, membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka dan
untuk memperluas peluang mereka untuk mencapai potensi maksimal yang dimiliki
oleh seorang anak.102 Kemudian, tujuan dari UNICEF adalah :103
a. Mempromosikan kesetaraan hak setiap anak, khususnya anak-anak yang
tidak beruntung, terpinggirkan dan rentan
b. Memberi semua anak peluang untuk bertahan hidup, mengembangkan
agar mencapai potensi maksimal mereka
c. Mendukung penuh partisipasi anak-anak dalam pengembangan politik,
sosial, dan ekonomi masyarakatnya.
UNICEF memiliki kantor pusat di Kota New York, dan beroperasi di lebih
dari 190 negara di dunia dengan fokus pada kesejahteraan anak-anak di daerah yang
beresiko. Pada tahun 2006, organisasi ini mulai berkonsentrasi pada beberapa isu
100 Ibid., 101 UNICEF, “The UNICEF Vision and Mission for Children”, diakses dari
https://www.unicef.org/publicpartnerships/files/UNICEF_Mission(1).pdf (26 Juli 2019) 102 UNICEF, “UNICEF’s Mission Statement”, diakses dari
https://www.unicef.org/about/who/index_mission.html (26 Juli 2019) 103 Ibid.,
https://www.unicef.org/publicpartnerships/files/UNICEF_Mission(1).pdfhttps://www.unicef.org/about/who/index_mission.html
-
63
khusus seperti kelangsungan hidup dan perkembangan anak, pendidikan dasar dan
kesetaraan gender, mengurangi dampak HIV/AIDS pada anak-anak, perlindungan
anak dan advokasi kebijakan, serta kemitraan.104 Sebagai upaya dalam
meningkatkan kesadaraan atas tujuannya, UNICEF memanfaatkan selebriti di
berbagai dunia. Duta besar untuk organisasi ini antara lainnya adalah Audrey
Hepburn, Ratu Rania dari Yordania, Richard Attenborough, David Beckham,
Jackie Chan, dan lainnya. Organisasi ini memiliki 17 sub-divisi fungsional yang
mencakup berbagai isu seperti Pusat Layanan Bersama Global, Divisi
Pengembangan Anak Usia Dini, Kantor Gender dan Pengembangan, dan kantor
Program Perlindungan Anak, dll.105
Kantor Pimpinan terdiri dari satu Direktur Eksekutif, empat Wakil Direktur
Eksekutif dan satu Kepala Staf. Direktur Eksekutif bekerja pada bidang program
dan masalah mengenai pembangunan ekonomi, pendidikan, kesehatan,
kemanusiaan dan perlindungan bencana. Kepala Staf berurusan dengan tugas-tugas
seperti manajemen program, manajemen sumber daya, solusi darurat dan kemitraan
bisnis. Selain itu, Wakil Direktur biasanya bekerja dengan sektor publik global atau
lembaga swasta untuk membangun lingkungan yang berkelanjutan dan terjangkau
bagi anak-anak.
Organisasi ini bergantung pada kontribusi pemerintah dan sumbangan dari
warga negara. Pada awal tahun 2008, dana UNICEF tercatat sebanyak
104 Loc, Cit., hal 10 105 Orgcharting, UNICEF Org Chart: How Does the United Nations Children’s Fund Work, diakses
dari https://www.orgcharting.com/unicef-org-chart/ (20 Juli 2019)
https://www.orgcharting.com/unicef-org-chart/
-
64
$3.372.540.239 yangmana dua pertiga dari total pendapatan berasal dari kontribusi
pemerintah, sedangkan sisanya berasal dari perorangan dan Komite Nasional.106
Lebih dari 90 persen pendapatan didistribusikan ke layanan program UNICEF yang
berfokus pada pengembangan layanan masyarakat yang menawarkan layanan
kesehatan kepada anak-anak.107
Setiap kantor UNICEF diberbagai negara melaksanakan misi UNICEF
melalui program kerjasama yang berbeda-beda dan dikembangkan bersama dengan
pemerintah negara masing-masing. UNICEF memiliki program lima tahun yang
berfokus pada cara-cara praktis untuk mewujudkan hak-hak anak dan perempuan.
Kebutuhan mereka dianalisis dalam bentuk laporan yang dikeluarkan pada awal
siklus program. Sementara itu, kantor regional memandu pekerjaan ini dan
memberikan bantuan teknis ke kantor negara sesuai kebutuhan.108 Manajemen,
administrasi organisasi, dan pembuatan kebijakan secara keseluruhan terjadi di
kantor pusat. Kantor khusus termasuk Divisi Pasokan, berbasis di Kopenhagen,
yang menyediakan barang-barang penting seperti vaksin untuk anak-anak di negara
berkembang.109
Untuk saat ini, UNICEF memiliki total tujuh kantor regional di dunia, dan
banyak petugas regional memiliki pengalaman yang kaya dalam menangani
masalah anak-anak. Sebagai contoh, Direktur Regional untuk Afrika Timur dan
106 Ibid., 107 Gapmedics, “A Brief History of The UNICEF and What It Does”, diakses dari
https://www.gapmedics.com/aus/blog/2014/03/20/a-brief-history-of-the-unicef-and-what-it-does/
(19 Juli 2019) 108 UNICEF, “How UNICEF Works”, diakses dari https://www.unicef.org/about/structure/ (15
November 2019) 109 Ibid.,
https://www.gapmedics.com/aus/blog/2014/03/20/a-brief-history-of-the-unicef-and-what-it-does/https://www.unicef.org/about/structure/
-
65
Selatan, Leila telah bekerja untuk UNICEF selama lebih dari 15 tahun, dan dia
bertanggung jawab untuk memantau dan membimbing lebih dari 20 negara anggota
di Afrika. Selanjutnya, Leila juga bekerja sama dengan pemerintah domestik dan
masyarakat sipil untuk proyek-proyek kemanusiaan.
Laporan keuangan UNICEF diserahkan setiap tahun kepada Majelis Umun
dan ditinjau oleh Komite Kelima dan Komite Penasehat. Kemudian, dengan Dewan
Eksekutif akan mengawasi program-program yang dijalankan oleh UNICEF dan
mendukungnya, sesuai dengan pedoman kebijakan Majelis Umum dan Dewan
Ekonomi dan Sosial.110 Dewan juga memastikan bahwa UNICEF responsif
terhadap kebutuhan dan prioritas Negara-negara anggotanya, sehingga dapat
dikatakan bahwa UNICEF merupakan organisasi yang terpusat dan menjalankan
tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
2.2.2 Eksistensi UNICEF di India
UNICEF di India hadir pada tahun 1949 dengan tiga anggota staff dan
mendirikan kantor di Delhi pada tiga tahun berikutnya.111 UNICEF diberi mandat
oleh Majelis Umum PBB untuk mengadvokasi perlindungan hak-hak anak, untuk
membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka dan untuk memperluas peluang
anak-anak untuk mencapai potensi maksimal mereka. UNICEF juga berkomitmen
untuk memastikan perlindungan khusus bagi anak-anak yang tidak beruntung,
seperti korban perang, bencana, kemiskinan, dan segala bentuk kekerasan maupun
110 UNICEF, “UNICEF Executive Board: An Informal Guide 2020”, diakses dari
https://www.unicef.org/about/execboard/files/EB-Informal_Guide-2020-EN-Final-2019.11.04.pdf
(8 Agustus 2019) 111 UNICEF, “Our History”, diakses dari http://unicef.in/whoweare/history (20 Juli 2019)
https://www.unicef.org/about/execboard/files/EB-Informal_Guide-2020-EN-Final-2019.11.04.pdfhttp://unicef.in/whoweare/history
-
66
eksploitasi serta untuk mereka yang cacat. Terdapat 13 kantor UNICEF yang
tersebar di negara India dengan kantor pusat yang berada di New Delhi, sehingga
memungkinkan organisasi ini untuk memusatkan perhatiannya pada komunitas
yang paling miskin dan yang tengah kesusahan.112 Diantaranya tersebar di :113
1. Bhopal (Madhya Pradesh)
2. Bhubaneswar (Odessa)
3. Calcutta (West Bengal)
4. Chennai (Tamil Nadu)
5. Gandhi Nagar (Gujarat)
6. Gowhathi (Assam)
7. Hyderabad (Andhra Pradesh)
8. Lucknow (Uttar Pradesh)
9. Jaipur (Rajastan)
10. Ranchi (Jharkhand)
11. Raipur (Chattisgarh)
12. Patna (Bihar)
13. Mumbai (Maharastra).
Sejak hadirnya UNICEF di India, terdapat banyak program India yangmana
UNICEF turut berperan di dalamnya. Berikut beberapa sejarah penting mengenai
peran UNICEF di India :114
112 UNICEF’s Programmes in India, diakses dari
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/86911/12/12_chapter%204.pdf (3 Mei 2018) 113 UN India, “United Nation Children’s Fund”, diakses dari https://in.one.un.org/who-we-
are/unicef-in/ (20 Juli 2019) 114 UNICEF, “Our History”, diakses dari http://unicef.in/whoweare/history (20 Juli 2019)
http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/86911/12/12_chapter%204.pdfhttps://in.one.un.org/who-we-are/unicef-in/https://in.one.un.org/who-we-are/unicef-in/http://unicef.in/whoweare/history
-
67
1. Tahun 1949-1959
Pada tahun kisaran tahun ini, UNICEF berpartisipasi dalam
Program Pemberian Asi yang diluncurkan oleh pemerintah India
pada saat itu yang bernama The White Revolution: A Beginning.
2. Tahun 1960-1970
Di tahun ini UNICEF terlibat dalam program yang bernama Pre-
vocational Training for Children 1963, Water Supply Schemes,
Science Teaching, Blind Children, dan Bihar Drought.
3. Tahun 1970-1980
EPR The Super Emergency 1971-72, Education in Food &
Nutrition, Health Services, The Integrated Child Development
Services (ICDS), Oral Rehydration Therapy, The Water
Revolution.
4. Tahun 1980-1990
National Missions, Eradicating Guinea Worm, Immunizing
India’s Children.
5. Tahun 1990-2000
West Bengal Sanitation Programme, Mahila Samakhya,
Adolescence Education Programme, Joyful Learning, Iodine
Deficiency Disorder, The Bal Adhikar Initiative.