BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filetanda visual kesucian pada kartu ucapan Imlek, Natal dan...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filetanda visual kesucian pada kartu ucapan Imlek, Natal dan...
8
BAB II LANDASAN TEORI
Pada Bab II akan dipaparkan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian
tanda visual kesucian pada kartu ucapan Imlek, Natal dan Idul Fitri. Teori-teori
tersebut antara lain teori tentang semiotika, tanda, semiotika komunikasi dan makna,
serta konsep-konsep kesucian pada kepercayaan dan agama-agama. Teori-teori
tersebut merupakan landasan dalam menguraikan analisis pada penelitian ini.
2.1 Teori Semiotika
2.1.1 Pengertian Umum Semiotika
Pada dasarnya semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Berikut ini
adalah pengertian tentang semiotika menurut beberapa ahli:
“Semiotics is concerned with everything that can be taken as a sign. A sign is
everything which can be taken as significatly substituting for something else.” (Eco,
1976: 7).
Pengertian tersebut dapat diartikan sebagai berikut, semiotik adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang tanda, dimana tanda bisa diartikan sebagai segala sesuatu
yang bisa digantikan dengan sesuatu yang lain.
Menurut Charles S. Peirce semiotika adalah “the formal doctrine of signs”, yaitu
doktrin formal tentang tanda. Sementara Ferdinand de Saussure mengartikan
semiologi adalah “a science that studies the life of signs within society”, yaitu suatu
ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat (Budiman, 2004: 3).
9
Dari pengertian tersebut maka diketahui bahwa Peirce menggunakan kata semiotika
dengan pendekatan filsafat, sedangkan Saussure menggunakan pendekatan disiplin
psikologi sosial.
Jadi semiotika adalah segala tanda yang ditemukan pada suatu obyek benda, gambar,
kata ataupun kalimat, juga gejala-gejala dari kehidupan dalam masyarakat yang dapat
dipelajari melalui ilmu semiologi.
2.1.2 Teori tentang Tanda
Tanda menurut Peirce adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu
dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni
menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu
tanda yang lebih berkembang. Tanda yang diciptakan dinamakan interpretant dari
tanda pertama, dimana tanda tersebut menunjukkan sesuatu, yakni obyeknya (Fiske,
1990: 63).
Gambar II.1 Unsur makna dari Peirce
Sumber: Fiske, 1990: 71.
Peirce membagi tanda pada obyeknya menjadi:
1. Ikon. Ikon menunjukkan kemiripan dengan obyeknya. Ikon merupakan hal yang
terlihat jelas dalam tanda-tanda visual, seperti obyek gambar pada foto adalah
sebuah ikon; peta adalah sebuah ikon; tanda visual umum yang ditempel di pintu
Tanda
Interpretant Obyek
10
kamar kecil pria dan wanita adalah ikon. Ikon pun bisa berupa tanda-tanda verbal,
seperti misalnya sekunpulan lebah di pohon elms tua membuat bunyi kata-kata
yang mirip dengan suara lebah adalah merupakan ikonik.
2. Indeks. Indeks merupakan tanda yang hubungan eksistensialnya langsung dengan
obyeknya. Asap adalah indeks api; bersin indeks flu; dan ciri dari sesuatu ataupun
seseorang adalah merupakan indeks.
3. Simbol. Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan obyeknya
berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan. Palang merah dan angka adalah
contoh dari simbol.
Jadi tanda merupakan sesuatu yang dapat dikenali yang menunjuk pada suatu obyek.
Dimana ikon, indeks dan simbol merupakan bagian dari tanda. Ikon adalah tanda
yang benar-benar secara langsung dapat dikenali dari obyeknya, indeks merupakan
tanda yang berhubungan dengan sebab akibat ataupun ciri dari obyeknya, sedangkan
simbol merupakan tanda yang telah disepakati oleh kelompok tertentu dan dipahami
oleh semua orang.
2.2 Semiotika Komunikasi, Makna dan Kode
2.2.1 Semiotika Komunikasi
John Fiske dalam bukunya Cultural and Communication Studies, mengasumsikan
komunikasi sebagai interaksi sosial melalui pesan, yaitu sebagai berikut:
1. Komunikasi adalah studi yang dapat dipertanggungjawabkan, namun memerlukan
sejumlah pendekatan disipliner untuk bisa mengkajinya secara komprehensif.
2. Semua komunikasi melibatkan tanda (sign) dan kode (codes). Tanda adalah
artefak atau tindakan yang merujuk pada sesuatu yang lain di luar tanda itu
sendiri; yakni, tanda menandakan konstruk. Kode adalah sistem dimana
11
tanda-tanda diorganisasikan dan yang menentukan bagaimana tanda-tanda itu
mungkin berhubungan satu sama lain.
3. Tanda-tanda dan kode-kode itu ditransmisikan atau dibuat tersedia pada yang
lain: dan bahwa pentransmissian atau penerimaan tanda/ kode/ komunikasi adalah
praktik hubungan sosial.
4. Komunikasi adalah sentral bagi kehidupan budaya kita: tanpa komunikasi
kebudayaan dari jenis apa pun akan mati. Konsekuensinya, studi komunikasi
melibatkan studi kebudayaan yang dengannya ia terintegrasi (Fiske, 1990: 8-10).
Semiotika dalam komunikasi, melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran
makna, dimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka
menghasilkan makna, yang berkenaan dengan peran teks dalam kebudayaan dengan
menggunakan istilah penandaan, dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai
bukti yang penting dari kegagalan komunikasi. Sehingga cenderung menggunakan
linguistik dan subyek seni, dan cenderung memusatkan dirinya pada karya seni.
Didefinisikan bahwa interaksi sosial sebagai yang membentuk individu sebagai
anggota dari suatu budaya atau masyarakat tertentu. Dan melihat pesan sebagai suatu
konstruksi tanda, yang melalui interaksinya dengan penerima, akan menghasilkan
makna.
Hubungan terstruktur dalam pesan pada semiotika komunikasi, seperti gambar
berikut:
Gambar II.2 Pesan dan Makna
Sumber: John Fiske, 1990: 11
12
Sehingga komunikasi adalah suatu proses timbal balik antara dua orang atau lebih
dalam menyampaikan suatu pesan yang melibatkan tanda-tanda sehingga
menghasilkan suatu makna tertentu, dimana makna yang terkandung tergantung dari
referensi dari si penerimanya.
2.2.2 Makna
Makna menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dengan mengerti akan
makna pada kata, kalimat, pesan, ataupun pada gambar dan bahasa tubuh maka akan
menghindarkan kita dari kesalahan ataupun kesalahfahaman. Seperti pada seorang
pria mengedipkan matanya kepada seorang wanita, apakah makna yang sebenarnya
sang pria menyukai wanita tersebut? Apakah sang pria meminta perlindungan dari
sang wanita? Ataukah sang pria memberikan tanda bahwa seseorang yang lain telah
mengincar sang wanita?
Menurut Berger dalam semiologi, makna denotasi dan konotasi memegang peranan
yang sangat penting. Dimana makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus
yang terdapat dalam sebuah tanda. Sedangkan makna konotasi adalah makna yang
tersirat atau makna yang terkandung didalam suatu obyek tertentu (Berger, 2000: 55).
Perbandingan antara konotasi dan denotasi menurut Arthur Asa Berger, adalah
sebagai berikut:
Tabel II.1 Perbandingan Konotasi dan Denotasi
Sumber: Sobur, mengutip Berger, 2003: 264.
KONOTASI DENOTASI
Pemakaian Figur Literatur
Petanda Penanda
Kesimpulan Jelas
Memberi kesan tentang makna Menjabarkan
Dunia mitos Dunia keberadaan/eksistensi
13
Makna denotasi disebut juga makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional,
referensial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk kepada suatu
referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena
makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak
pembicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat
dicerap pancaindra (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna ini disebut juga makna
proposisional karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau pernyataan-
pernyataan yang bersifat faktual (Sobur, 2003: 265). Seperti makna denotasi dari kata
gajah adalah hewan yang berbadan besar, memiliki belalai dan tubuhnya berwarna
keabu-abuan. Sedangkan makna konotasi disebut juga makna konotasional, makna
emotif, atau makna evaluatif, Sobur mengutip (Keraf, 2003: 266). Sedangkan pada
makna konotasi sebuah kata dipengaruhi dan ditentukan oleh dua lingkungan, yaitu
lingkungan tekstual dan lingkungan budaya, Sobur mengutip (Sumardjo dan Saini,
2003: 266). Yang dimaksud dengan lingkuangan tekstual ialah semua kata di dalam
paragraf dan karangan yang menentukan makna konotasi tersebut, contohnya pada
kata kuda diikuti dengan kata Arab dan kuda perunggu menjadi dua ungkapan (frase
yang mengandung makna konotasi lain, demikian pula kata-kata yang ada di
dalamnya. Pengaruh lingkuangan budaya menjadi sangat jelas jika kita meletakkan
kata tertentu di dalam lingkungan budaya yang berbeda. Seperti kata gajah bagi
umumnya bangsa Indonesia hanya akan mengungkapkan makna konotasi yang
berhubungan dengan kekuatan saja. Tetapi di India gajah memiliki makna konotasi
lain, karena dalam agama Hindu gajah memiliki makna perlambangan.
Dari penjabaran tersebut jelaslah bahwa makna denotasi merupakan makna yang
langsung dapat ditangkap oleh si penerima secara jelas yang ditangkap melalui panca
indera. Sedangkan makna konotasi merupakan makna yang tidak langsung atau
tersirat yang dapat ditangkap oleh si penerima dengan bergantung akan referensinya
terhadap obyek tersebut yang juga dipengaruhi oleh lingkungan budayanya.
14
Menurut Barthes selain denotasi dan konotasi terdapat mitos. Mitos adalah cerita
yang digunakan suatu kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa
aspek dari realitas atau alam. Mitos primitif berkenaan dengan hidup dan mati,
manusia dan dewa, baik dan buruk. Mitos bagi Barthes merupakan cara berpikir dari
suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara untuk mengkonseptualisasikan atau
memahami sesuatu (Fiske, 1990: 121). Berikut ini adalah gambar Dua tatanan
pertandaan Barthes.
Gambar II.3 Dua tatanan pertandaan Barthes dengan menambahkan nilai budaya.
Sumber: Fiske, 1990:122.
2.2.3 Kode
Roland Barthes mengelompokkan kode-kode tersebut menjadi lima, yaitu:
1. Kode Hermeneutik. Kode Hermeneutik adalah artikulasi berbagai cara
pertanyaan, teka-teki, respons, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya
menuju pada jawaban. Atau dengan kata lain, kode hermeneutik berhubungan
dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana. Siapakah mereka? Apa yang
terjadi? Halangan apakah yang muncul? Bagaimanakah tujuannya? Jawaban yang
satu menunda jawaban lain.
2. Kode Semantik. Kode Semantik yaitu kode yang mengandung konotasi pada level
penanda. Misalnya konotasi feminitas, maskulinitas. Atau dengan kata lain kode
15
semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi
maskulin, feminin, kebangsaan, kesukuan, loyalitas.
3. Kode Simbolik. Kode Simbolik adalah kode yang berkaitan dengan psikoanalisis
antitesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur, skziofrenia.
4. Kode Narasi. Kode Narasi atau Proairetik yaitu kode yang mengandung cerita,
urutan, narasi atau antinarasi.
5. Kode Kebudayaan atau Kultural. Kode Kebudayaan atau Kultural, yaitu suara-
suara yang bersifat kolektif, anonim, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan,
pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.
Dari teori semiotika di atas ada beberapa konsep semiotik yang secara khusus akan
digunakan untuk menganalisis konsep kesucian pada ketiga kartu tersebut, yaitu
menganalisis jenis tanda dengan menggunakan konsep ikon, indeks, simbol, dan
menganalisis makna suci pada kartu ucapan dengan menjelaskan maknanya pada dua
tingkat makna, yaitu makna denotasi, konotasi dan kode.
2.3 Konsep-Konsep Kesucian pada Kepercayaan dan Agama-agama
Annemarie Schimmel dalam bukunya Rahasia Wajah Ilahi melalui pendekatan
fenomenologi agama dan menggunakan model yang dikembangkan Friedrich Heiler
berusaha mengjelaskan tentang aspek-aspek suci dalam Islam. Ia berpendapat bahwa
dengan menggunakan struktur lingkaran Friedrich Heiler dapat masuk ke dalam
jantung agama dengan jalan menelaah lebih dulu fenomenanya dan selanjutnya
lapisan-lapisan yang lebih dalam dan lebih dalam lagi dari tanggapan-tanggapan
manusia terhadap Tuhan, hingga mencapai intisari suci atau deus absconditus yang
paling dalam dari masing-masing agama. Friedrich Heiler selalu mengacu pada
perkataan Friedrich von Hugel bahwa ruh itu bangkit ketika ia berhubungan dengan
benda-benda materi, yaitu pengalaman ruhaniah tertinggi dapat dicetuskan oleh suatu
obyek yang terindrai seperti angin hanya dapat dilihat melalui gerakan rumput, dan
16
lapisan-lapisan busa dipermukaan samudra menunjuk pada jurang yang tak terukur
dalamnya. Hal tersebut merupakan suatu tanda bagi manusia yang ingin sekali
menangkap kilasan Ilahi, karena Tuhan tidak terjangkau oleh segala bentuk dan
imajinasi, namun berharap dapat menyentuh kekuatan sang Ilahi dengan satu atau
cara yang lain. Bagi kaum muslim memahami bahwa segala sesuatu yang diciptakan
itu adalah memuja Sang Pencipta dengan lisannya ataupun ucapan dalam hatinya
karena inilah mereka diciptakan. Sehingga seluruh alam raya dapat dilihat
sebagaimana adanya, dibawah cahaya agama: itulah sebabnya mengapa setiap
tindakan manusia, meskipun tampaknya sangat duniawi, tetap dinilai dari sudut
pandang agama dan diatur menurut Hukum wahyu Ilahi (Annemarie Schimmel,
1996: 22-23).
Gambar II.4 Struktur Lingkaran Friedrich Heiler
Sumber: Annemarie Schimmel, 1996: 27.
Keterangan Struktur Lingkaran Friedrich Heiler:
I. Dunia perwujudan luar terdiri atas tiga sektor:
1. Obyek suci, ruang suci dimana pemujaan itu berlangsung, waktu suci, saat
mana ritual yang paling penting dijalankan, bilangan suci, yang dengannya
17
obyek-obyek, ruang-ruang, waktu-waktu, kata-kata, orang-orang diukur,
tindakan (upacara) suci.
2. Kata suci, (1) kata-kata yang terucap: a) firman Tuhan, mantera, nama Tuhan,
sabda dewa mitos, legenda, nubuat, ajaran, doktrin; b) kata untuk Tuhan, doa
dalam pemujaan, penebusan dosa, pujian, syukur, permohonan, kepasrahan; c)
sikap diam yang suci; (2) kata yang tertulis: kitab suci.
3. Manusia suci dan komunitas suci. Semua ini ada di dalam jangkauan yang
secara fisik dapat diamati, dapat dilihat, dapat didengar, dan nyata. Agama
bukanlah suatu keruhanian yang hampa, melainkan penyatuan dengan Ilahi.
II. Lingkaran dalam yang pertama adalah dunia imajinasi agama, pikiran-pikiran,
citra-citra, ide-ide, menyangkut zat Tuhan yang tak terlihat dan hasil karyanya
yang terlihat:
1. Konsepsi tentang tuhan (teologi),
2. Konsepsi tentang penciptaan (kosmologi dan antropologi, termasuk kondisi-
kondisi asal dan dosa asal),
3. Konsepsi tentang wahyu: kedekatan kehendak Ilahi dalam kata yang terucap,
dalam sejarah, dalam jiwa (Kristologi),
4. Konsepsi tentang penebusan: (1) penebus; (2) obyek penebusan: (3) jalan
menuju penebusan (soteriologi),
5. Pemenuhan di masa yang akan datang atau di dunia yang akan datang
(eskatologi).
III. Lingkaran dalam kedua mewakili dunia pengalaman agama, yaitu apa yang terjadi
jauh di dalam jiwa, yang merupakan kebalikan dari citra-citra rasional atau
fantastis tentang Tuhan, nilai-nilai keagamaan yang dikesampingkan dalam
pertentangan antara manusia dan obyek-obyek suci dan dalam pelaksanaan
tindakan-tindakan suci: 1) penghormatan (kepada Ilahi, kesuciaannya), 2) rasa
takut, 3) iman dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, yang mengungkapkan
diri-Nya sendiri, karya-karya-Nya, aturan-aturan-Nya, cinta kasih-Nya, dan
pertolongan-pertolongan-Nya 4) harapan 5) kecintaan, kerinduan kepada Tuhan,
18
kepasrahan kepada-Nya, ketimbalbalikan dalam cinta kasih Tuhan. Setelah
nilai-nilai ini, adalah kedamaian, kegembiraan, dan dorongan untuk berbagi.
Kemudian ada pengalaman-pengalaman keagamaan yang luar biasa: ilham,
peralihan agama secara mendadak, pencerahan, penampakan dan pendengaran,
ekstase, kardiognosis dan berbagai perluasan kekuatan fisik, seperti pembicaraan
dan penulisan otomatis, pembicaraan dalam bahasa asing dan stigmatisasi, dan
sebagainya.
IV. Dunia agama yang obyektif, pusat dari lingkaran-lingkaran itu, adalah Realitas
Ilahi, yang dipahami melalui seluruh perwujudan eksternal, dugaan-dugaan batin,
dan pengalaman-pengalaman jiwa, dalam suatu pengertian ganda:
Sebagai Deus revelatus, yaitu Tuhan yang menghadapkan wajahnya pada
manusia, sebagai kesucian mutlak, kebenaran, keadilan, belas kasih, keselamatan,
Tuhan pribadi, yang dialami sebagai ‘Engkau’ dan sebagai zat kesatuan (Trinitas).
Sebagai Deus ipse atau absconditus, yaitu ketuhanan, yang dialami sebagai ‘Dia’,
sebagai kesatuan mutlak.
Ada keterkaitan antara segmen-segmen dari berbagai lingkaran itu; bentuk-bentuk
fisik dari ungkapan, pemikiran, perasaan, yang akhirnya terkait dengan realitas Ilahi.
Meskipun realitas itu tidak akan pernah terungkap secara sempurna dalam
bentuk-bentuk ungkapan, pemikiran, dan pengalaman manusia, ada keterkaitan
tertentu dengan Ilahi, analogia entis: makhluk ciptaan berkaitan dengan zat Ilahi yang
tak tercipta. (Annemarie Schimmel, 1996: 27-29)
Paparan tersebut di atas menjelaskan suatu konsep bahwa untuk menuju kepada deus
absconditus yaitu Tuhan yang diakui sebagai suatu kesatuan mutlak, maka dapat
dijabarkan melalui aspek-aspek suci seperti aspek alam dan kebudayaan suci, obyek
suci, ruang dan waktu suci, tindakan suci, firman dan kitab suci, serta figur suci.
Dimana dari melihat aspek-aspek tersebut akan menggiring kita untuk melihat konsep
mengenai Tuhan, wahyu dan keselamatan sehingga akan menciptakan suatu
19
ketakjuban dan ketundukan, cinta serta iman yang kemudian akan menjadi suatu
kekudusan dari Tuhan.
Lebih jauh Annemarie Schimmel menjelaskan tentang aspek-aspek suci, terlihat pada
bagan berikut sebagai berikut:
20
Bagan II.1 Aspek Suci Annemarie Schimmel melalui pendekatan fenomena dalam agama Islam
Suci
Berdoa
Pengakuan dosa
Menyentuh atau membaca Al Qur’an
Wudhu
Shalat
Melepas sandal atau sepatu saatmemasuki masjid
Berkurban
Alam &
Kebudayaan
Alam Tak
Bernyawa
Alam Bernyawa Obyek-obyek
Buatan Manusia
2. Tumbuh-tumbuhan
Pohon
Bunga
Daun
3. Hewan-hewan
Senjata
Tongkat
Bendera
Cermin
Tenunan
Pakaian
Ruang dan Waktu
Ruang Waktu Angka
Gua
Rumah
Masjid
Kuburan seorang
suci
Makkah danMadinah
Ka’bah
Jalan
Bulan suci
Hari-hari keramat
Jam-jam atau saat-saat yang dirahmati
Angka ganjil
Batu-batu mulia
Debu
Air
Hujan
Api
Bulan
Bintang
Langit
Cahaya
Warna
Gunung
Firman & Kitab
Suci
Figur
Firman Kitab Suci
Manusia
Suara-suara yang benar
Kata
Lagu keagamaan
Nama
Mimpi
Ramalan
Mitos-mitos
Saga
Dongeng
Legenda
Puisi
Huruf
Syahadat
Ayat-ayat
Nabi dan Rasul
Wali
Sufi
Berzakat
Bersedekah
Berpuasa
Khitan
Menggunakan pacar
Penyucian
Penyelubungan
Melayarkan rakit atau perahu keci lbesertamakanan yang telah didoakan
Tindakan Suci
21
2.3.1 Kepercayaan dan Agama dalam Masyarakat Cina
Masyarakat Cina yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan masyarakat
Tionghoa. Masyarakat Tionghoa selalu mengembalikan hakekat keharmonisan antara
“langit” (alam gaib) dan kehidupan di bumi (alam dunia nyata). Mereka percaya
bahwa alam semesta ini sebagai akibat dari interaksi kekuatan alam. Alam dikuasai
oleh spirit-spirit yang kekuatannya luar biasa yang berada dan hidup di dalam
fenomena-fenomena alam seperti; langit, matahari, tanah, air, tumbuh-tumbuhan,
gunung dan fenomena lainnya. Keseluruhan spirit tersebut berasal dari arwah leluhur
yang kekuatan hidupnya sangat besar, dimana kehidupan akan dilanjutkan dan kekal
setelah jasad jasmaninya mati. Dasar pemikiran orang Tionghoa, bahwa seluruh
fenomena alam dibagi atas dua klasifikasi yaitu Yang dan Yin. Yang merupakan
prinsip dasar yang mewakili laki-laki, arah selatan, matahari, panasnya cahaya
(siang), sedangkan Yin adalah prinsip dasar yang mewakili wanita, bulan, arah utara,
dingin, dan gelap (malam). Sehingga manusia harus menyesuaikan diri dengan ritme
alam semesta, dimana kehidupan harus harmonis dengan tiga dasar yaitu kehidupan
langit, bumi dan kehidupan manusia itu sendiri (Hasyim, 2002: 3).
Gambar II.5 Yin dan Yang
Sumber: www.en.wikipedia.org
22
Prinsip Yin dan Yang merupakan nafas dan kekuatan yang dilambangkan dalam
bentuk lingkaran yang dibagi dalam dua bagian dengan garis yang saling melingkar
memisahkan Yin dan Yang. Yang merupakan daya cipta suatu sifat Tuhan yang
memberi gerakan dan hidup kepada sesuatu. Yin merupakan zat yang diberi
kemampuan menerima Yang, sehingga terjadilah hidup dan bergerak. Yang bersifat
memberi dan memperbanyak, sedangkan Yin bersifat menerima dan menyimpan.
Adanya kesatuan hidup antara Yang dan Yin, terjelmalah fenomena alam semesta
seperti air, tanah, bumi, dan makhluk hidup di dalamnya. Penciptaan gerakan Yang
dan Yin tunduk dan mengikuti hukum dan tata kehidupan alam semesta, dengan
demikian kesemuanya bergerak dengan teratur dan berirama. Ritme ini mengisi dan
mengatur tiap ruang di alam semesta seperti perjalanan matahari, bintang, bulan, dan
pergantian musim. Ritme tersebut dinamakan Tao (jalan Tuhan) yaitu bagaimana
sesuatu di dunia diciptakan dan jalan bagaimana manusia harus mengatur hidup. Dari
dasar pemikiran tersebut yang selanjutnya menimbulkan ajaran Taoisme (Hasyim,
2002: 4).
Masyarakat Tionghoa mengenal atau menganut tiga ajaran yaitu: Taoisme,
Konfusianisme, dan Budha. Ketiga ajaran ini saling menyatu (sinkretisme) yang
dikenal dengan nama. Masyarakat Tionghoa sangat toleran terhadap hal-hal agama.
Setiap agama dianggap baik dan bermanfaat, begitu pula dengan ajaran Taoisme,
Konfusianisme, dan ajaran Budha yang mempunyai banyak kesamaan pandangan dan
saling membutuhkan sehingga tiga ajaran tersebut terpadu menjadi satu (Hasyim,
2002: 4).
2.3.1.1 Taoisme
Ajaran Taoisme merupakan ajaran pertama bagi masyarakat Tionghoa yang
dikemukakan oleh Laotze. Tao pada hakekatnya adalah suatu jalan yang seharusnya
atau jalan yang benar. Dengan Tao manusia dapat terhindar dari segala keadaan yang
23
bertentangan dengan ritme atau irama alam semesta. Tao berarti “Jalan” dan dalam
arti luas yaitu realitas absolut, yang tidak terselami, dasar penyebab, dan akal budi.
Kitab Tao Te Ching memuat ajaran bahwa seharusnya manusia mengikuti geraknya
(hukum alam) yaitu dengan menilik kesederhanaan hukum alam. Sebagai contoh,
manusia seharusnya memiliki sifat seperti air yang selalu memilih tempat rendah,
yang terlemah dari semua benda, tetapi dapat menembus batu yang keras.
2.3.1.2 Konfusianisme
Ajaran konfusianisme merupakan kepercayaan agama tradisional yang paling
berpengaruh dan mendarah daging dalam kehidupan mayoritas masyarakat Tionghoa.
Konghucu adalah seorang suci yang mengajarkan mulai dikenal melalui pemikiran-
pemikirannya yang cemerlang yang dilontarkan pada zaman Chou Timur.
Konfusianisme adalah humanisme, tujuan yang hendak dicapai adalah kesejahteraan
manusia dalam hubungan harmonis dengan masyarakatnya. Kodrat manusia menurut
Konghucu adalah pemberian langit, yang berarti bahwa dalam hal tertentu ia berada
di luar pilihan manusia. Kesempurnaan manusia terletak dalam pemenuhannya
sebagai manusia yang seharusnya. Moralitas merupakan realisasi dari rancangan yang
ada dalam manusia dengan seluruh isi alam semesta. Bagi Konghucu, manusia adalah
bagian dari konstitutif dari alam semesta. Manusia harus berhubungan secara indah
dan harmonis dengan harmoni alam di luarnya. Tiga pokok ajaran Konghucu adalah
pemujaan terhadap Tuhan (Thian), pemujaan terhadap leluhur, dan penghormatan
terhadap Konghucu (Hasyim, 2002: 5).
Konghucu mengajarkan keyakinan kepada pengikutnya bahwa Thian menjadi awal
atas sumber kesadaran alam semesta dan segalanya. Ia menekankan perlunya
bersembahyang terhadap Thian. Pengertian Tuhan dalam kepercayaan Tionghoa tidak
berbeda dengan agama-agama yang lain yaitu sebagai pencipta alam semesta dan
segala isinya. Thian adalah penguasa tertinggi dalam alam semesta ini, karena itu
24
kedudukan-Nya berada di tempat yang paling agung, sedang para dewa dan malaikat
yang lain adalah para pembantunya dalam menjalankan roda pemerintahan di alam
semesta. Sistem ini merupakan cerminan dari prinsip Yin dan Yang, diwujudkan
dalam bentuk pemerintahan di dunia dan pemerintahan surga yang dilakukan oleh
para dewa yang dipuncaki oleh Thian. Rakyat percaya pemerintahan surga memiliki
struktur yang sama dengan pemerintahan dunia. Kalau pemerintahan dunia terdiri dari
kaisar, para keluarganya, perdana menteri, menteri-menteri sipil dan militer, dan lain
sebagainya, maka pemerintahan surga pun dipimpin oleh Thian dan dibantu para
dewa-dewa baik sipil maupun militer untuk mengatur tata tertib di alam semesta ini.
Dengan demikian, para kaisar yang di bumi merasa perlu untuk memuja Thian (yang
berkedudukan di atas) untuk memohon perlindungan dan berkah serta petunjuk-
petunjuk untuk menjalankan roda pemerintahan di dunia ini agar selaras dengan
dengan kehendak Thian. Pemujaan terhadap leluhur adalah menolong seseorang
untuk mengingat kembali asal-usulnya. Pemujaan leluhur dipandang sebagai
perwujudan dari bakti anak terhadap orang tua dan leluhur. Penghormatan terhadap
Konghucu dianggap sama halnya dengan penghormatan terhadap orang tua.
Konghucu dianggap telah berjasa dalam mengajarkan dasar-dasar ajaran moral yang
sampai sekarang masih terus diterapkan.
2.3.1.3 Budhaisme
Agama Budha sudah menjadi bagian dari filosofi orang Tionghoa, meskipun Budha
bukanlah merupakan agama asli, melainkan pengaruh dari India. Tetapi ajaran Budha
mempunyai pengaruh yang cukup berarti pada kehidupan orang Tionghoa.
Buddhisme masuk ke Cina kira-kira abad 3 Masehi, masa pemerintahan dinasti Han.
Buddhisme selanjutnya mengalami perkembangan sendiri di negara tersebut dan
mendapat pengaruh dari kepercayaan yang sudah ada sebelumnya yaitu Taoisme dan
Konfusianisme. Wujud dari agama ini adalah timbulnya dewata-dewata Budhha,
seperti Dewi Kwan Im yang merupakan Dewi Welas Asih. Dewi Kwan Im sebagai
25
Dewi tempat orang memohon pertolongan dalam kesukaran, memohon keturunan dan
lain sebagainya (Hasyim, 2002: 7). Agama Budha adalah agama yang diajarkan oleh
Sidharta atau Budha Gautama yang ajaran pokoknya menekankan pada bagaimana
menghindarkan penderitaan umat manusia di dunia (Onang Murtiyoso, 1999: 50).
Dimana ajarannya memegang teguh pada kebenaran, dimana kebenaran tidak
selamanya menyangkut mengenai masalah moral semata. Kebenaran sendiri dalam
agama Budha terdiri dari dua jenis, yaitu atau kebenaran mutlak dan kebenaran
relatif, yang harus memiliki kriteria sebagai berikut: 1) harus benar (apa adanya), 2)
tidak terikat oleh waktu, baik waktu dulu, sekarang dan waktu yang akan datang,
kebenaran ini tetap ada dan tidak berubah ataupun berbeda, dan 3) tidak terikat oleh
tempat, baik di suatu tempat atau di tempat lain, di Indonesia atau di planet Mars,
kebenaran ini ada dan tidak berubah ataupun berbeda. Sedangkan kebenaran relatif
adalah kebenaran yang masih terikat dengan waktu dan tempat. Kebenaran ini hanya
ada berlaku di tempat tertentu dan waktu tertentu (www.bhagavant.com).
Jadi konsep suci dalam budaya dan kepercayaan masyarakat Cina adalah merupakan
gabungan antara kepercayaan Konfusianisme, Taoisme dan agama Budha yang
meletakkan keharmonisan hidupnya dalam prinsip Yin dan Yang. Dimana Yang
merupakan suatu prinsip Sang Kuasa yang menciptakan dan memberikan hidup
kepada sesuatu yang bersifat menerima yaitu Yin sehingga akan menciptakan
kehidupan dalam fenomena alam semesta dan makhluk hidup.
2.3.2 Agama Kristiani
Agama Kristiani adalah semua ajaran dan golongan agama yang didasarkan atas
ajaran-ajaran Yesus Kristus. Agama Kristiani juga merupakan agama yang bersifat
etik, sejarah, universal, monotheis, dan penebusan (Mudjahid Abdul Manaf, 2006:
73). Umat Kristiani percaya bahwa Yesus Kristus adalah putra Allah dan putra
manusia, sungguh-sungguh Allah, sungguh-sungguh manusia dan tanpa dosa. Yesus
26
lahir di Palestina 2.000 tahun yang silam, berkeliling mengajar dan menyembuhkan
disalib atas perintah Gubernur Romawi, dan bangkit lagi tak lama sesudah kematian-
Nya. Dengan kematian dan kebangkitan-Nya kembali, dosa-dosa manusia diampuni
Allah, dan memungkinkan semua orang masuk ke kehidupan abadi bersama Dia
(Michael Keene, 2006: 86). Umat Kristen perdana sering menyebut Yesus sebagai
“putra Allah” sebutan yang menyoroti hubungan yang unik antara Yesus dan Allah,
tetapi Ia sendiri lebih senang menyebut diri-Nya “anak manusia” yang mengacu pada
“manusia”, namun kata itu juga dapat menunjukkan sosok seorang tokoh spiritual
besar yang diberi kekuasaan oleh Allah untuk memerintah kerajaan abadi. Sehingga
gambaran Yesus melihat diri-Nya sendiri adalah sebagai Mesias, yang datang untuk
membebaskan manusia dari dosa; sebagai putra Allah, Ia mengalami keintiman
hubungan dengan Allah; dan sebagai putra manusia, Ia mengidentifikasikan diri-Nya
dengan seluruh umat manusia. Penjelmaan menunjuk pada Allah lahir menjadi
daging dalam diri Yesus dan menekankan bahwa Yesus benar-benar Allah dan juga
benar-benar manusia. Hal tersebut yand dinamakan Trinitas yaitu satu Allah tiga
pribadi, yaitu Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus (Keene, 2006: 89).
Penebusan dosa merupakan hubungan antara Allah dengan manusia yang didapatkan
melalui kematian dan kebangkitan Yesus. Yesus adalah teladan paling agung bagi
dunia tentang pengurbanan diri, dimana persembahan kepada Allah dengan
mengurbankan jiwa supaya dosa dunia dapat diampuni. Segala sesuatu yang
disempurnakan oleh kematian Yesus dimateraikan oleh kebangkitan-Nya. Roh kudus
adalah salah satu pribadi dari Trinitas dan kuasa Allah yang ada di dunia sekarang ini,
seperti memberikan ilham dalam penulisan kitab suci dan masih berbicara melalui
kitab suci dan Ia menolong umat manusia untuk berdoa dan memberikan semangat
kepada mereka untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini. Dimana Alkitab
adalah wahyu Allah tanpa cacat yang mempunyai kewenangan dalam segala hal
tentang iman dan tingkah laku manusia. Bagi umat Katolik perawan Maria
mendapatkan status yang jauh di atas sekadar sebagai ibu Yesus, karena ia
27
mengandung Yesus secara adikodrati dengan perantara Roh Kudus, dan tetap
perawan sampai akhir hidupnya, yang diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya
tanpa mengalami kematian badan, dan yang sekarang sangat dekat dengan Allah
sehingga ia mampu menyampaikan kebutuhan semua umat manusia yang masih
hidup di dunia (Keene, 2006: 100-101).
Alkitab yang digunakan oleh umat Kristiani didalamnya terdapat dua perjanjian, yaitu
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama merupakan perjanjian yang
telah ada sebelum Yesus lahir, dan merupakan firman dari Tuhan. Sedangkan
Perjanjian Baru merupakan perjanjian ada setelah Yesus lahir, dimana perjanjian
tersebut memuat hal-hal yang lebih rinci yang telah ada pada Perjanjian Lama. Dalam
situs www.pemudakristen.com dikatakan bahwa Yesus mengajarkan bahwa
Perjanjian Lama adalah perkataan Tuhan yang diinspirasikan, dan dengan bukti
keilahian-Nya maka hal ini menegaskan bahwa Perjanjian Lama adalah wahyu Tuhan
dalam bentuk tulisan (www.pemudakristen.com).
Gereja-gereja yang ada di Indonesia sangat beragam, namun secara umum terdapat
dua gereja besar seperti gereja katolik Roma dan gereja kristen protestan. Gereja
katolik Roma adalah gereja umat katolik yang langsung dari Vatikan, Roma yang
dipimpin oleh Paus. Gereja katolik Roma mengenal upacara penghapusan dosa dan
mengharuskan monogami. Sedangkan gereja kristen protestan adalah gereja umat
kristen yang ajarannya berdasarkan seorang rahib Luther yang membawa pembaruan
di gereja Katolik, dimana gereja Protestan tidak mengenal upacara pengampunan
dosa.
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa agama Kristiani merupakan agama
yang meyakini trinitas yaitu satu Allah dengan tiga pribadi yaitu Allah Bapa yang
menciptakan, yang menjelma dalam Allah Putera, dan hadir dalam spirit Roh Kudus.
Umat Kristiani mempercayai bahwa penyaliban Yesus sebagai bentuk
28
penghorbanannya untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa-dosa. Dengan
mengimani Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang
keduanya saling melengkapi dan tidak diragukan kebenarannya.
2.3.3 Agama Islam
Islam adalah nama sebutan agama Allah, Sebutan ini dapat berarti “selamat” karena
taat kepada Allah dan Rasulnya, dapat juga berarti “damai” karena damai dengan
sesama mukmin (orang beriman) dan dapat juga berarti “meningkatkan derajat
ummat”. Padanannya adalah: selima yaitu selamat, salami yaitu taat, silmi yaitu
damai, dan sullam yaitu meningkatkan derajat. Islam disebut sebagai
”dinullah” yaitu agama milik Allah, “dinul-haq” yaitu kebenarannya nyata dalam
kehadirannya dan adanya, “ad-dinulkhalis” yaitu agama yang bersih dan murni dari
kemusyrikan dan khufarat sehingga kebersihan dan kemurnian ajarannya terpelihara
selama-lamanya, “ad-dinul Qayyim” yaitu agama yang tepat dan tetap tegak karena
Islam adalah agama fitrah maka seluruh ajaran dan syariatnya selalu tepat untuk
tercapainya derajat ummat yang beriman dan bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya,
dan juga merupakan “fitrah Allah” atau asal kejadiannya sesuatu yaitu karena alam
semesta dijadikan dan diatur oleh Allah dengan agama Allah, maka Allah menjadikan
dan mengatur segala ciptaan-Nya dengan agama-Nya yaitu dengan Islam (Manaf,
2006: 129-130).
Islam mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah
SWT. kepada nabi Muhammad SAW. sebagai penyebar ajaran Islam kepada umat
muslim. Sumber ajaran Islam adalah Al Qur’an dan Hadist, Al Quran merupakan
firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril sebagai
pedoman bagi umat muslim dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan
ibadah kepada Allah dengan membacanya. Sedangkan Hadist adalah wahyu yang
29
diterangkan dalam bentuk sabda, perbuatan dan persetujuan nabi Muhammad SAW.
terhadap sesatu perbuatan.
Islam merupakan agama yang mengesakan Allah SWT. sebagai Tuhan yang
menciptakan seluruh alam semesta dan nabi Muhammad SAW. sebagai utusan
Allah SWT. untuk menyebarkan ajaran-Nya dengan berdasarkan kitab suci Al Qur’an
dan Hadist.
Berdasarkan kepercayaan dan agama masyarakat Cina, Kristiani, dan Islam tersebut,
akan diuraikan apa saja yang menjadi tanda-tanda visual kesucian dalam masyarakat
Cina, Kristiani, dan Islam berdasarkan aspek alam dan kebudayaan, ruang dan waktu,
tindakan, firman atau ucapan, dan aspek figur.
2.4 Aspek-Aspek Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
2.4.1 Alam dan Kebudayaan Suci dalam Budaya dan Kepercayaan
Masyarakat Cina
2.4.1.1 Langit
Langit dalam budaya Cina memiliki arti yang paling tinggi dimana merupakan tempat
para Dewa bersemayam seperti yang dikatakan bahwa Dewata penguasa alam
semesta yang mempunyai wilayah kekuasaan di langit (Hasyim, 2002: 7). Awan
dalam budaya Cina dikaitkan dengan the Dragon of clouds, merupakan pembawa
berkah dari awan menurunkan hujan yang membawa kehidupan bagi semua makhluk
hidup sehingga membawa udara kesegaran dan awan yang menurunkan hujan adalah
bentuk rasa kasih sayang dan melindungi makhluk hidup dari kesengsaraan (Cooper,
1978: 38).
Matahari dalam budaya Cina merupakan unsur yang, yaitu dengan prinsip maskulin,
matahari juga merupakan surga, eye of the day atau mata dari hari, dimana sebagai
30
sumber kekuatan yang terus menerus menggerakkan bumi sehingga matahari
dikatakan sebagai lambang kekuatan (Cooper, 1978: 163).
Cahaya diidentikkan dengan berkah dari Dewa, dimana dalam ajaran tao disebutkan
bahwa “Cahaya Kedewaan menyilaukan mata menyinari ujung kepala kita. Ucapan
dan perbuatan haruslah benar, sopan, hingga tidak bersalah.” (www.siutao.com).
Warna dalam kehidupan masyarakat Cina memiliki makna tertentu seperti, warna
kuning yang termasuk warna Kekaisaran dan kadang-kadang menjadi warna simbolik
yang digunakan oleh paderi Budha. Warna merah biasanya sangat dominan terlihat
dalam perayaan Tahun Baru Imlek, hari pernikahan, hari ulang tahun, dan kelahiran,
karena memiliki makna kebahagiaan. Warna putih memiliki makna berkabung, warna
biru yang dianggap sebagai warna golongan cendikiawan (Hasyim, 2002: 10).
2.4.1.2 Tanah
Gunung sejak zaman dahulu kala dijadikan suatu tempat yang sangat dekat dengan
pensucian hati dimana orang-orang bersemedi, mencari hikmah kehidupan, dan
belajar keadidayaan. Dikisahkan seorang dewa bernama Lu Dongbin lahir pada masa
Dinasti Tang. Ayah dan kakeknya adalah pegawai pengadilan. Lu Dongbin sejak
kecil sangat pandai. Dengan mudahnya ia mengingat dan menceritakan kembali
ajaran-ajaran Konghucu. Pada saat berada di Gunung Lushan, Lu bertemu dengan
Pendekar Naga Api yang mengajarkan ilmu pedang tingkat lanjutan
(www.siutao.com).
Pepohonan dalam ajaran Tao diperumpamakan sebagai manusia yang ditanam pada
kondisi yang berbeda-beda. Bibit yang tumbuh di tanah yang subur akan lebih sehat
dan cepat berkembang. Kita semua bertumbuh namun kematangannya tidaklah sama.
Pohon yang sehat akar-akarnya kuat sehingga tak mudah roboh tertiup badai.
Batangnya lentur menari-nari mengikuti irama angin. Daun-daunnya rimbun
meneduhi sekitarnya, dan buah-buahnya pun ranum dan lezat. Pepohonan yang
31
tumbuh dikawasan yang lebat, tanahnya subur, daunnya dapat menjadi pupuk bagi
tanaman-tanaman lain yang baru tumbuh. Pohon yang satu menjadi pelindung dari
pohon yang lainnya. Pepohonan yang rindang menjadi tempat berteduh bagi segala
makhluk lainnya. Itulah manfaat hidup berdampingan, damai, dan bersatu
(www.siutao.com). Pohon bambu bambu adalah suatu lambang dari umur yang
panjang karena ketahanannya dan fakta bahwa bambu pohon yang selalu hijau dan
tumbuh dengan subur sepanjang musim dingin (Williams, 2006: 60).
Buah jeruk merupakan lambang dari keabadian dan keberuntungan atau kekayaan
yang baik. Buah ini menurut legenda adalah persembahan kerajaan ke surga pada
awal tahun tiap tahunnya, dengan tujuan sebagai penghormatan. Sehingga buah jeruk
yang ada saat tahun baru Cina merupakan harapan untuk kemakmuran dan
kebahagiaan yang berlimpah-limpah sepanjang duabelas bulan kedepannya
(Williams, 2006: 291-292).
Bunga teratai Simbol Budha yang berada pada bunga teratai yang belum merekah
pada kelopak dalamnya melambangkan kebijaksanaan sang Budha. Dalam budaya
Cina, bunga teratai merupakan lambang dari kemurnian, kesempurnaan, berkah
rohani, damai, sesuatu yang bersifat feminin, musim panas, dan kesuburan. Bunga
teratai juga menghadirkan masa lalu, masa kini dan masa depan karena sama dengan
menanam beruang tunas, bunga dan menabur benih pada waktu yang sama. Dan
melukiskan pula keindahan yang sejati walaupun ia berada pada air yang tak jernih,
tidak akan menodai keindahannya (Cooper, 1978: 101). Bunga mawar juga
melambangkan akan keharuman dan kemakmuran (Cooper, 1978: 141).
2.4.1.3 Air
Dalam salah satu ajaran Tao adalah supaya kita mempunyai sifat seperti air, yang
dapat diterima kapanpun, dimana saja dan oleh siapapun. Air mempunyai tiga sifat,
yaitu pertama air dapat memberikan kehidupan kepada siapa saja. Seperti air yang
32
memberikan kehidupan kepada siapapun secara adil, orang yang berbudi luhur tidak
mengharapkan pamrih untuk sesuatu yang dilakukannya. Kedua karena lunak, air
tidak menentang hal-hal yang menyimpang namun membiarkan semuanya itu
berjalan sebagaimana mestinya. Ketiga Air mengalir dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah. Tempat yang rendah adalah tempat yang diremehkan orang.
Dimana seperti air yang tempatnya di bawah, orang yang berbudi luhur mau bersifat
rendah. Seperti air yang dalam dan jemih, orang yang berbudi luhur tetap diam dan
tidak sombong. Seperti air, orang bijaksana tidak bersaing mencapai tempat yang
tinggi, tetapi sebaliknya. Apapun yang dikatakan orang berbudi luhur, bersifat jujur
dan benar, seperti refleksi suatu benda di air. Karena sifatnya yang lemah, air dapat
mengambil bentuk apapun, tergantung dari tempatnya. Kalau orang bisa seperti air,
dia bisa memperoleh hasil yang spontan. Mungkin air adalah sesuatu di dunia yang
paling lunak dan lemah, namun air mampu menembus benda yang keras, kelunakkan
dapat mengalahkan kekuatan, dan kehalusan mengalahkan kekerasan
(www.siutao.com).
Laut dianggap sebagai tempat suci dimana tempat disemaikannya abu jenazah bagi
orang-orang yang telah meninggal. Menurut ajaran Tao laut seperti “Roh-roh jahat
tak akan berani terhadap kejujuran. Menghadap Tao yang tinggi roh-roh jahat jadi
berantakan. Tao yang jujur diumpamakan lautan-lautan. Semua aliran mengalir ke
laut akhir tujuan.” (www.siutao.com).
2.4.1.4 Shio dan Hewan
Menurut legenda, ketika sang Budha hendak meninggalkan bumi, beliau
memerintahkan semua binatang untuk hadir dihadapannya. Kebanyakan tidak
mengindahkan undangan tersebut dan mereka mengarang bermacam alasan untuk
tidak hadir. Akhirnya hanya ada 12 binatang yang muncul untuk mengucapkan
selamat jalan kepada sang Budha. Pertama-tama datanglah Tikus, kemudian Kerbau,
33
Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan yang
terakhir Babi. Sebagai tanda penghargaan, sang Budha memutuskan untuk
menghormati setiap binatang dengan menamai suatu tahun sesuai dengan nama dan
urutan kedatangan binatang-binatang itu. Kemudian beliau menyatakan bahwa setiap
hewan yang menguasai tahun yang dihadiahkan, diijinkan untuk memberikan sifat-
sifatnya kepada setiap anak manusia yang lahir dalam tahun tersebut dan
menunjukkan pengaruhnya melalui peristiwa yang terjadi di dunia. Sejak saat itulah
manusia memiliki 12 shio binatang. Menurut kepercayaan Cina, binatang yang
menguasai tahun kelahiran manusia mempunyai pengaruh yang amat dalam terhadap
kehidupannya. Menurut sejarah, zodiak binatang Cina dikenalkan kurang lebih pada
tahun 2637 SM, ketika Kaisar Cina Huang Ti memulai putaran pertama dari zodiak
tersebut pada tahun pemerintahannya yang ke-61 (http://grethau.blogspot.com) Shio-
shio tersebut sering dikaitkan dengan kelahiran manusia, sehingga dapat diketahui
sifat-sifat dari manusia tersebut. Tahun-tahun pada perayaan Imlek pun dilambangkan
dengan keduabelas shio, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan peramalan apa
yang akan terjadi selama setahun kedepan bagi masyarakat Cina.
Ikan merupakan motif yang disukai dikebudayaan Cina, baik itu ikan emas, ikan koi,
ikan gurami dan sebagainya. Hal tersebut dikarenakan lafal mandarin untuk ikan
adalah Y’u adalah homonim dengna kata Yu (kelebihan) sehingga relief ikan menjadi
simbol yang bermakna baik dan mengandung arti “selalu kelebihan atau kelimpahan”.
Seperti pepatah Cina yang mengatakan “Lian-Nian-Yo-Y’u” artinya setiap tahun ada
ikan. Namun makna sebenarnya adalah setiap tahun ada kelebihan atau kelimpahan
(Kwek, 2006: 33).
Kucing yang datang dan menetap di suatu rumah dalam budaya Cina dipercaya dapat
meramalkan kondisi keuangan dalam keluarga tersebut, karena berhubungan dengan
banyaknya tikus di dalam rumah tersebut. Sehingga akan sangat tidak beruntung jika
kucing dicuri dari rumah tersebut. Konon seekor kucing yang mengusap wajahnya
34
menandakan akan kedatangan seseorang (Williams. 2006: 82). Sehingga menurut
kepercayaan Cina dengan memasang patung kucing yang mengusap wajahnya di
toko-toko yang mereka miliki akan membawa keberuntungan dengan harapan akan
banyak orang yang berbelanja di toko tersebut.
Panda putih dari Cina merupakan suatu ikon yang telah mendunia, terdapat suatu
legenda tentang panda ini, yaitu konon suatu hari seorang kaisar Zhou bermimpi
seekor beruang masuk ke kamarnya melalui jendela, dan duduk di kursi di dekat
tempat tidurnya hal tersebut dipercayai sebagai ramalan yang berkaitan dengan status
sang kaisar. Gambar seekor beruang pun dipercayai akan menghindari seseorang akan
perampokan, karena gambar seekor beruang adalah suatu lambang keberanian,
kekuatan, dan kehormatan. Kura-kura dalam budaya Cina dipercayai sebagai lambang
dari panjang umur, kekuatan dan daya tahan. Singa dalam kebudayan Cina memiliki
arti yang sangat penting, ia merupaka binatang penguasa. Konon singa dijadikan
hadiah bagi kaisar, dan kemudian dalam ajaran Budha singa digunakan sebagai
lambang pembela kebenaran dan merupakan sosok penjaga. Burung bangau dalam
legenda Cina dipercayai merupakan lambang kehormatan suatu bangsa dan
merupakan jalan keabadian.
2.4.1.5 Obyek Buatan Manusia
Obyek-obyek buatan manusia seperti patung-patung Dewa-Dewi banyak ditemukan
baik di rumah-rumah dan tempat peribadatan, bagi masyarakat yang percaya
meletakkan patung dari Dewa-Dewi dan menghormatinya adalah sebagai sarana
untuk mengingat tauladannya dalam kehidupan sehari-hari yang selalu menolong
sesamanya (www.siutao.com).
Barongsai adalah suatu atribut dalam menarikan tarian barongsai dengan
menggunakan tampilan singa yang dianggap sebagai lambang kebahagiaan dan
35
kesenangan, sehingga tarian singa ini dipercaya membawa keberuntungan sehingga
sering dipentaskan diberbagai acara dan ritual, seperti pada pendirian Klenteng,
pembukaan rumah makan, acara-acara besar lainnya (Surip Prayugo, 2005: 10).
Atraksi barongsai bermula di Provinsi Xin Chiang dan Xi Chuan, dekat pegunungan
Himalaya yang 5.000 tahun lalu masih berhutan lebat dan mengakibatkan anak-anak
yang seharusnya bergembira merayakan Tahun Baru Imlek justru takut ke luar rumah
sebab banyak harimau dan macan ganas berkeliaran. Seorang seniman, kemudian
menciptakan barongsai yang dimainkan dengan bunyi-bunyian bambu supaya anak-
anak tertarik dan mau ke luar rumah. Namun, pada saat pertama, justru ada
pemainnya kesurupan dan mencakar penonton. Begitu pun pada kali kedua. Pada
akhirnya, turunlah utusan utusan Tuhan yang memberikan hewan dari atas atau
kahyangan yang di tengah-tengah kepalanya terdapat tanduk sebagai penangkal
supaya ruh tidak lagi mengganggu orang. Barongsai dipercaya pengusungnya sebagai
dapat menjadi penolak bala. Genderang dan alat-alat musik lainnya dalam tarian
barongsai yang membawa gaung ke langit, akan menangkal roh jahat dan membawa
keberuntungan kepada para penontonnya.
Lampion merupakan simbol kemeriahan dalam perayaan imlek dimana lampion
adalah lampu yang diselubungi dengan kain dan kertas berwarna merah dan berfungsi
sebagai alat penerangan. Guci pada budaya Cina merupakan barang yang sangat
bermakna karena mengandung pesan pada ornamen porselinnya. Petasan ataupun
kembang api merupakan alat yang dipercaya untuk melawan kejahatan dan dapat
mendatangkan perdamaian serta keberuntungan sepanjang tahun, dalam budaya Cina
hal ini bertujuan untuk mengusir atau menjaga rumah dari masuknya roh jahat,
sehingga semakin banyak petasan yang dinyalakan sepanjang malam maka akan
semakin baik karena dapat mengusir roh jahat sebanyak mungkin.
36
2.4.2 Ruang dan Waktu Suci dalam Budaya dan Kepercayaan
Masyarakat Cina
2.4.2.1 Ruang Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
Kelenteng adalah sebuah tempat ibadah yang penuh dengan hal-hal yang bersifat
sakral dan suci, yang tidak boleh dibuat sembarangan dari situ pula menimbulkan
perasaan mengindahkan, dan kelenteng adalah sebuah tempat suci untuk
melaksanakan ibadah kepada Tuhan, para Nabi, dan para Suci agama-agama
Taoisme, Konghucu dan Budha (www.indomedia.com). Kelenteng sebagai ruang
ibadah bersatunya kepercayaan dan agama dalam masyarakat Cina adalah satu tempat
yang sangat penting dan sakral dimana didalamnya terdapat patung-patung Dewa
Dewi dan orang-orang suci yang merupakan bentuk penghormatan dari manusia. Dan
perayaan Tahun Baru Imlek sebagai perayaan tahunan merupakan satu waktu yang
sangat dinanti-nantikan dan diperingati oleh seluruh masyarakat Cina dengan tidak
memandang satu kepercayaan dan agama tertentu, mereka sama-sama menyambut
tahun yang baru dengan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat
yang diberikan dan saling bersilaturahmi kepada orang tua dan keluarga untuk
mempererat tali persaudaraan.
2.4.2.2 Waktu Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
Perayaan Tahun baru Imlek atau yang lebih dikenal dengan Tahun Baru Cina,
penanggalan imlek ditentukan berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi yang
dikombinasikan dengan peredaran bumi mengelilingi matahari. Perayaan imlek
merupakan permulaan musim tanam para petani di Cina, yaitu musim semi, dengan
harapan dapat dihasilkan panen raya yang melimpah. Konghucu menentukan awal
tahun sebagai perayaan Imlek adalah demi kesejahteraan manusia, dan akan menjadi
pedoman untuk mempersiapkan dan merencanakan segala sesuatu selama satu tahun
yang akan datang. Tahun baru imlek melambangkan keharmonisan dalam tata
37
kehidupan di muka bumi. Pengantian tahun merupakan sebuah momentum yang
menandakan bahwa kita terikat oleh waktu. Selama perputaran waktu itu, banyak hal
yang terjadi di muka bumi ini seperti perubahan gejala alam yang pada dasarnya bisa
menyadarkan kita tentang kekuasaan Tujan Yang Maha Esa. Kita menjadi makhluk
yang kecil di tengah alam semesta yang begitu raya, karena itu sudah sepantasnya
mengucapkan rasa syukur akan karunia dan kehidupan yang diberikan kepada-Nya.
Sehingga diharapkan adanya usaha memperbaiki diri dan mengakhiri semua bentuk
permusuhan, kebencian, serta kejahatan. Karena itu hari raya Imlek dijadikan sebagai
hari agung untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan perayaannya
lebih ditekankan pada introspeksi diri, perenungan, sujud syukur ke khadirat Tuhan
Yang Maha Esa, sungkem kepada orang tua, pembinaan diri, serta perbaikan tali
silaturahmi dan persaudaraan sesama manusia (Prayugo, 2005: 6-7).
2.4.3 Tindakan Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
Berdoa atau sembahyang di kelenteng adalah adalah salah satu bentuk beribadat bagi
penganut agama Budha, Tao dan Konghucu, dimana sembahyang pada hari-hari
tertentu memiliki arti tertentu bagi mereka, seperti sembahyang di kelenteng
dilakukan dengan membakar kertas emas agar dosa-dosa mereka di dalam dunia
dapat diperingan. Pada upacara Tiong Goan dengan menyembahyangi arwah untuk
orang-orang mati terlantar dengan maksud untuk membebaskan dunia daripada arwah
penasaran yang kelaparan, yang bisa menganggu keamanan di dalam dunia ini.
Memakan makanan yang tidak berjiwa juga merupakan budaya dan kepercayaan bagi
masyarakat Cina untuk kebersihan lahir dan batin (Putri Wong Kam Fu, 2005: 16-
18).
Berderma dalam budaya Cina dikaitkan dengan pemberian angpao atau amplop
merah pada hari-hari tertentu seperti pada perayaan Imlek, dimana di dalamnya berisi
uang dengan harapan akan menjamin kehidupan pada tahun berikutnya. Menarikan
38
tarian tertentu dalam budaya Cina dianggap dapat membawa keberuntungan seperti
tarian Barongsai yang dilakukan pada berbagai acara dan ritual, sehingga pemberian
kepada para anggota keluarga dan pemberian angpao pada pertunjukkan barongsai
merupakan bentuk syukur dan pengharapan akan mendapatkan kenikmatan yang
lebih banyak di tahun yang baru tersebut.
2.4.4 Ucapan Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
Firman-firman dalam kepercayaan masyarakat Cina lebih banyak berupa puisi dan
nasehat-nasehat dari para filsuf dan sastrawan yang kemudian dianggap sebagai
seorang nabi. Dalam kepercayaan Konghucu, menganut ajaran Konghucu dimana
ajaran-ajarannya lebih ditekankan kepada hubungan harmonis diantara manusia.
Kumpulan ajarannya terdapat pada teks kuno dalam sejarah Cina, seperti Book of
History dan Book of Odes. Dimana para sejarahwan percaya bahwa Books of History
tidak dapat diselamatkan ketika Dinasti Ch’in (221-207 SM) melakukan pembakaran
buku, buku ini adalah buku pertama yang disunting oleh Konghucu yang merupakan
kumpulan dokumen dari Kaisar Yao, Shun, dan Yu. Dimana berisikan nasehat
bijaksana dan pengaturan agung yang dilakukan oleh para raja bijaksana beserta para
meteri mereka. Semangat karya ini bersifat etis, termasuk cara memerintah
berdasarkan keluhuran budi seperti ungkapan “Biarkan Raja serius dalam segala hal
yang dilakukannya, Ia tidak boleh mengabaikan keluhuran dari suatu kebajikan”.
Sedangkan dalam Book of Odes atau Shih Ching merupakan kumpulan dari sekitar
300 puisi dan lagu yang berasal dari masa awal Dinasti Chou, dan beberapa di
antaranya berasal dari Dinasti Shang. Konghucu menafsirkan lirik-lirik yang ada
dibuku tersebut dan mendiskusikannya setiap hari dengan murid-muridnya, serta
menggunakan lagu dan puisi untuk menyampaikan ajaran Konfusian (Simpkins,
2006: 6-8).
39
Pada ajaran Taoisme yang ajarkan oleh Laotze pada hakekatnya adalah suatu jalan
yang seharusnya atau jalan yang benar. Dengan Tao manusia dapat terhindar dari
segala keadaan yang bertentangan dengan irama alam semesta. Ajaran ini bersumber
kepada kitab Tao Te Ching yang memuat ajaran bahwa seharusnya manusia
mengikuti geraknya (hukum alam), yaitu dengan menilik kesedarhanaan hukum alam
seperti manusia seharusnya memiliki sifat seperti air yang selalu memilih tempat
rendah, yang terlemah dari semua benda, tetapi dapat menembus batu yang keras
(Muh Hasyim, 2002: 4). Agama Budha adalah agama yang diajarkan oleh Sidharta
atau Budha Gautama yang ajaran pokoknya menekankan pada bagaimana
menghindarkan penderitaan umat manusia di dunia, ajaran-ajarannya termuat pada
kitab suci Tripitaka, yaitu kitab suci agama Budha (Murtiyoso, 1999: 50).
Pada dasarnya firman-firman suci yang dipercayai oleh masyarakat Cina baik pada
kepercayaan Konfusianisme, Taoisme dan agama Budha adalah bersumber dari
ajaran-ajaran manusia yang dianggap sebagai orang yang suci ataupun Nabi, sehingga
firman-firman tersebut banyak tertuang dalam puisi, nasehat-nasehat dan pribahasa
yang kesemuanya menceritakan hal-hal yang baik yang dapat dijadikan tauladan bagi
penganutnya.
2.4.5 Figur Suci dalam Budaya dan Kepercayaan Masyarakat Cina
Figur-figur suci dalam kebudayaan Cina dimulai dari Dewata, dimana dalam sistem
kepercayaan masyarakat Cina mengenal tiga penggolongan Dewata, yaitu Dewata
penguasa alam semesta yang mempunyai wilayah kekuasaan di langit, dimana dewata
golongan ini dipimpin oleh dewata tertinggi yaitu Yu Huang Da Di, Yuan Shi Tian
Sun, dan termasuk di dalamnya antara lain Dewa binatang, Dewa kilat, dan Dewa
angin. Kedua adalah Dewata penguasa bumi yang memiliki kekuasaan di bumi,
kekuasaan mereka adalah dunia dan manusia, termasuk akhirat. Mereka dikatakan
sebagai para Dewata yang menguasai lima unsur, dan yang ketiga adalah Dewata
40
penguasa manusia yaitu para dewata yang mengurus dan berhubungan dengan
kehidupan manusia seperti kelahiran perjodohan, kematian, usia dan rezeki,
kekayaan, kepangkatan, dan lain sebagainya (Hasyim, 2002: 7-8).
Setelah para Dewa orang yang sangat di Konghucu sangat dihormati di kebudayaan
Cina, bahkan orang Tionghoa berkewajiban untuk menghormati Konghucu yang
mereka anggap sebagai guru besar seperti halnya penghormatan terhadap orang tua.
Konghucu dianggap telah berjasa dalam mengajarkan dasar-dasar ajaran moral yang
sampai sekarang masih terus diterapkan karena filsafatnya telah menyatu dengan
kehidupan masyarakat Tionghoa (Hasyim, 2002: 6).
Figur-figur suci Dewa Dewi dan Konghucu dalam tradisi dan kepercayaan
masyarakat Cina merupakan bentuk dari panutan yang harus ditauladani dalam
berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
2.5 Aspek-aspek Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
2.5.1 Alam dan Kebudayaan Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
2.5.1.1 Langit
Langit merupakan bentuk dari kemuliaan Allah seperti yang tercantum dalam Alkitab
yang berbunyi “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan
pekerjaan tangan-Nya.” (Alkitab, Mazmur 19:2).
Awan merupakan lambang dari kehadiran Tuhan, karena kehadiran Tuhan yang Maha
Kuasa ditandai dengan kehadiran awan (Apostolos, 1998: 83). Hal tersebut juga
ditegaskan dalam alkitab yaitu “Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari
dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan” (Alkitab, Keluaran 13: 21) dan
41
“Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah
Suci.” (Alkitab, Keluaran 40:34).
Bintang juga merupakan tanda akan kehadiran Ilahi dengan mengutus malaikat
sebagai penyampai berita baik kepada umatnya (Cooper, 1978: 159). Matahari adalah
lambang dari Tuhan, Bapa sebagai penguasa dan penopang alam semesta, dengan
memancarkan cahaya dan cinta kasih (Cooper, 1978:162). Cahaya merupakan tanda
dari jiwa suci sang Yesus Kristus dalam kebaikan dan kearifannya, dimana cahaya
adalah suatu kekuatan positif yang berlawanan dengan kejahatan atau malapetaka dan
ketidaktahuan dari kegelapan (Apostolos, 1998: 212-213). Warna biru dalam agama
Kristiani merupakan warna surga, bentuk kasih sayang dalam kerohanian, ketaatan,
kebenaran dan kemurnian (Apostolos, 1998: 63). Warna putih dan kuning
melambangkan sukacita dan kemurnian jiwa, warna merah melambangkan
pencurahan darah dan api kasih Allah yang menyala-nyala.Warna hijau
melambangkan pengharapan dan hidup, seperti tunas-tunas hijau yang menyembul di
antara pepohonan yang tandus diawal musim semi membangkitkan pengharapan akan
hidup baru. Warna ungu merupakan tanda pertobatan, kurban dan persiapan,
sedangkan warna hitam adalah tanda maut atau duka (www.indocell.net).
2.5.1.2 Tanah
Bumi menandakan gereja sebagai penyedia dari makanan rohani dan tempat
perlindungan (Apostolos, 1998: 116), seperti yang terdapat dalam Alkitab bahwa
“Berbicaralah mereka kepada Malaikat TUHAN yang berdiri di antara pohon-pohon
murad itu, katanya: Kami telah menjelajahi bumi, dan sesungguhnya seluruh bumi itu
tenang dan aman.” (Alkitab, Zakharia 1: 11). Gunung dan batu merupakan hal yang
tak dapat terpisahkan dimana gunung merupakan simbol Tuhan, Bapa atau rumah
Tuhan (Apostolos, 1998: 247) dan batu merupakan simbol dari firman-Nya, dalam
Alkitab disebutkan bahwa “Tuhan berfirman kepada Musa: “Naiklah menghadap
42
Aku, ke atas gunung, dan tinggallah di sana, maka Aku akan memberikan kepadamu
loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada
mereka.” (Alkitab, Keluaran 24: 12).
Pohon cemara adalah suatu simbol kekuatan, keheningan, dan kesuburan. Pohon yang
selalu hijau ini adalah sering disebut sebagai “tree of life” yaitu pohon yang
dipercayai telah digunakan sebagai salib dari kematian Yesus Kristus, sehingga
menjadikannya sebagai simbol surga dan keabadian hidup. Bunga lily disimbolkan
sebagai kemurnian, kesucian, kelahiran dan kebangkitan dari Yesus. Daun dipercayai
sebagai simbol dari kemenangan, perlindungan, pertumbuhan, dan pembaruan. Daun-
daun yang hijau melukiskan harapan kebangkitan akan kejayaan, pada zaman dahulu
biasanya daun-daun yang dirangkai sedemikian rupa digunakan sebagai mahkota
sebagai lambang kemenangan dan kejayaan.
Alkitab menyebutkan bahwa “Dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang
membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati
manusia.” (Alkitab, Mazmur 104: 15). “Berikanlah minuman keras itu kepada orang
yang binasa, dan anggur itu kepada yang susah hati. Biarlah ia minum dan melupakan
kemiskinannya, dan tidak lagi mengingat kesusahannya.” (Alkitab, Amsal 31: 7-8).
Dari alkitab tersebut jelaslah bahwa anggur sangat berguna untuk menyegarkan,
memberi kekuatan dan menyehatkan, memberi rasa sukacita, membuat manusia dapat
melupakan kesusahannya. Anggur juga dikenal sebagai cairan kehidupan, kebenaran
dan juga sebagai darah dari kematian sebagai bentuk pengorbanan. Dalam upacara-
upacara tertentu anggur dituangkan ke dalam cawan dan diminum sebagai
penghormatan kepada pengorbanan Yesus Kristus.
43
2.5.1.3 Air, Angin dan Api
Elisabeth Brookshaw dalam bukunya Roh Kudus, Senjata Akhir Zaman
mengungkapkan bahwa air atau hujan kedalam enam pengertian, yaitu pertama air
memberi kehidupan, dimana air sangat di butuhkan di dunia, karena air memberi
kehidupan kepada manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan Tidak ada air, manusia
bisa mati. Kedua air menyegarkan dan menenangkan, ketiga air memberikan
kepuasan. Keempat, air atau hujan memungkinkan bumi menumbuhkan hasil, dimana
bumi adalah hati kita, dan hati kita adalah kehidupan kita. Tumbuh-tumbuhan
membutuhkan air untuk dapat berbuah. Kelima, Air membersihkan. Kalau hujan
turun, udara menjadi bersih demikian pula saat Roh Kudus bekerja membersihkan
hati manusia. Keenam, air membasahi atau memandikan yang berarti membersihkan
dan penyucian, yang dikaitkan dengan pembaptisan dimana Kristus terlibat didalam
pembasuhan dosa sehingga terlahir kembali di dalam kehidupan baru sebagai
persiapan akan kehidupan di akhirat kelak (Apostolos, 1998: 341).
Angin tidak berwujud dan tidak berbentuk, sehingga tidak dapat dipegang tetapi
dirasakan; demikian pula dengan Roh Kudus, tidak dapat dilihat oleh mata jasmani,
tetapi kita dapat menyaksikan perbuatan-Nya yang dahsyat dan heran. Maka orang
yang lahir dari Roh itu juga seperti gerakan angin. Demikian juga Roh Kudus yang
tidak dapat diatur oleh siapa pun, bagaimana dan dimana dan apa dan kapan Ia harus
bekerja. Biarlah Dia yang mengatur diri kita. Angin mempunyai kekuasaan besar,
meskipun tidak kelihatan. Dia bisa bekerja dengan sepoi-sepoi yang menyejukkan
dan menyegarkan (Brookshaw, 2006: 54-55).
Api di dalam Alkitab dijelaskan bahwa “Ketika matahari telah terbenam, dan hari
menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi
lewat di antara pemotongan-pemotongan daging itu.” (Alkitab, Kejadian 15: 17) dan
“Tuhan berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun
44
mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka,
sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu
tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.”
(Alkitab, Keluaran 13: 21-22). Dimana api itu berguna dalam memberi penerangan
pada waktu malam atau pada tempat-tempat yang gelap, memanaskan atau
menghangatkan yang dingin, membakar sampah (dosa) dan memberi semangat
sehingga berapi-api, dan memasak atau melebur (Brookshaw, 2006: 56). Minyak juga
diterangkan dalam Alkitab bahwa “dan anggur menyukakan hati manusia, yang
membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati
manusia.” (Alkitab, Mazmur 104: 15).
2.5.1.5 Hewan
Burung merpati memiliki banyak arti merpati secara umum merupakan simbol
perdamaian, dimana dalam Alkitab dijelaskan bahwa “menjelang waktu senja
pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya
sehelai daun zaitun yang segar. Dari situ diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang
dari atas bumi.” (Alkitab, Kejadian 8: 11). Burung merpati juga dilambangkan
sebagai kasih dan setia, dimana diketahui burung merpati adalah burung yang setia
kepada pasangannya. Burung merpati juga dilambangkan sebagai kekudusan atau
suci sehingga layak untuk dipersembahkan, ia juga sering dilambangkan dengan sifat
kelemah-lembutan, juga ketulusan. Merpati juga sebagai lambang keindahan dan
burung merpati juga mengenal akan waktu dan musim.
Domba disimbolkan sebagai jiwa Kristus bagi umatnya seperti yang dijelaskan dalam
Alkitab bahwa “Maka kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah
pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah
pintu; barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar
45
dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan
membunuh dan membinasakan. Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan
mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Alkitab, Yohanes 10: 7-10). Rusa adalah
hewan yang melambangkan jiwa yang haus akan kasih Tuhan (Apostolos, 1998:
100). Ikan juga merupakan simbol dari Kristus dalam pembaptisan, dimana ikan tidak
dapat hidup tanpa adanya air, demikian juga dengan umat Kristus tidak dapat
bertahan hidup tanpa dibaptis (Apostolos, 1998: 132).
2.5.1.5 Obyek-obyek Buatan Manusia
Obyek-obyek buatan manusia yang paling melambangkan sosok sengsara Yesus
Kristus adalah salib, dimana “salib memang dimaksudkan untuk mengingatkan
umatnya akan kesengsaraan Tuhan yang menyelamatkan” (Suryanugraha, 2004: 45).
Pakaian atau busana di dalam liturgi atau tindakan ibadat sangat dihormati oleh para
petugas liturgi, seperti yang tercantum dalam Alkitab, yaitu “ Haruslah engkau
membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan.
Haruslah engkau mengatakan kepada semua orang yang ahli, yang telah Kupakaikan
Harun, untuk menguduskan bagi-Ku.” (Keluaran 28: 2-3).
Tongkat merupakan obyek buatan manusia yang banyak memiliki kegunaan sebagai
merupakan perantara dari Tuhan bahwa ia ada dan berkuasa dalam mukzijatnya pada
Musa. Seorang uskup agung dalam memimpin Misa meriah dilengkapi oleh tongkat
gembala yang menegaskan bahwa ia adalah imam yang tampil sebagai pribadi
Kristus.
Patung orang-orang kudus seperti patung Bunda Maria dan Yesus biasanya
melengkapi gereja yang secara liturgis dapat dipahami bahwa keberadaan patung
tersebut selayaknya dapat membantu umat dalam menghayati misteri-misteri iman
yang dirayakan di dalam gedung gereja tersebut. Keberadaan benda-benda itu
46
ibaratnya kehadiran para kudus yang sedang bersekutu dengan umat, bersama-sama
mencicipi perjamuan surgawi di dunia ini (Suryanugraha, 2004: 19).
Lonceng adalah suatu pengumuman akan kehadiran Kristus bagi umatnya, agar dapat
beriman kepada-Nya, dan dipercayai juga dapat menghalau roh jahat dan meredakan
badai. Lilin sangat penting dalam perayaan liturgis untuk menciptakan suasana
khidmat dan untuk menunjukkan kemeriahan perayaan liturgi, terdapat tiga jenis lilin
yang khusus tersebut yaitu lilin paskah, lilin adven, dan lilin altar, lilin peranakan,
juga lilin yang mendampingi tabernakel. Lilin paskah adalah simbol Kristus sendiri
sebagai terang atau cahaya dunia. Lilin adven yang dimengerti dalam kesatuan
lingkarannya, diuraikan dari lingkaran adven sendiri yang melambangkan
kemenangan dan kemuliaan, simbol kepenuhan waktu, kesatuan antara kelahiran dan
kedatangan Kristus kembali. Lilin-lilin dalam lingkaran Adven yang dinyalakan
setiap awal pekan mau mengungkapkan harapan dan kerinduan umat akan Sang
Penebus, yakni Yesus Kristus. Sedangkan lilin-lilin altar, lilin-lilin peranakan, juga
lilin-lilin yang mendampingi tabernakel, merupakan penanda kehadiran Kristusl,
mengingatkan umat akan suasana sakral-ilahi, dan menyemarakkan suasana liturgi itu
sendiri (Suryanugraha, 2004: 50-51).
2.5.2 Ruang dan Waktu Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
2.5.2.1 Ruang Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
Gedung gereja merupakan simbol jemaat atau umat beriman yang berhimpun untuk
beribadat, seperti yang tercantum dalam Alkitab bahwa “Dan biarlah kamu juga
dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani bagi suatu
imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan-persembahan rohani yang
karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” (Alkitab, Petrus 2: 5). “Sebab di mana
dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah
mereka.” (Alkitab, Matius 18: 20).
47
Dinding atau bentuk fisik gereja secara khusus juga melambangkan umat Allah yang
sedang berziarah di bumi ini, sekaligus juga memantulkan umat Allah yang berada di
surga. Umat Allah yang terpilih itu sedang berjalan mengarungi kehidupan, dengan
bimbingan sabda Allah, dinaungi ketentraman dan kedamaian dalam gereja, hingga
akhirnya mereka sampai dengan selamat di rumah abadi mereka. Gereja juga
merupakan citra kota surgawi di bumi, dimana di dalamnya Kristus akan hadir di kota
ini sepanjang masa, ia kan selalu menjadi terang bagi umat Allah (Suryanugraha,
2004: 11).
Sehingga jelaslah bahwa gedung gereja merupakan tempat dimana para umat
Kristiani menjalankan ibadahnya dengan mengagungkan Tuhan atas segala
penciptaannya, dan di sanalah spirit Kristus menghadirkan Tuhan kedalamnya.
Mimbar atau ambo yang terdapat dalam gereja adalah tempat khusus yang diperlukan
dalam liturgi, dimana kitab suci yang dibacakan di mimbar agar dapat tersimbolisasi
Allah yang berbicara itu kelihatan karena dalam tindakan membacakan dan
mendengarkan Sabda Allah, jemaat berada dalam situasi berdialog dengan Allah
sendiri (Suryanugraha, 2004:27). Sedangkan kursi Pemimpin di dalam gereja
merupakan simbol dari tugas pemimpin perayaan dan pemimpin doa di hadapan
jemaat, dimana seorang wakil uskup yang duduk tidak hanya sebagai pemimpin tapi
juga sebagai “kawanan domba” uskup, sehingga kursi Pemimpin merupakan bagian
dari kesatuan jemaat (Suryanugraha, 2004: 33).
2.5.2.2 Waktu Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
Hari yang sangat dihormati bagi umat Kristus adalah hari sabat atau yang lebih
dikenal dengan hari minggu, yang biasanya dilakukannya ibadah. Selain itu terdapat
tiga rangkaian hari raya utama di dalam umat Kristiani adalah hari Natal sebagai hari
kelahiran Yesus kristus, hari Paskah sebagai bentuk pengorbanan Yesus dan hari
48
Kenaikan Isa Almasih, dimana Ia naik ke surga dengan meninggalkan spirit roh
kudus-Nya kepada seluruh umat.
2.5.3 Tindakan Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
Berdoa merupakan suatu bentuk penggambaran akan memuja Sang Kristus. Alkitab
mengatakan bahwa “TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar di
dengar-Nya.” (Alkitab, Amsal 15: 29). Berderma merupakan salah satu perbuatan
baik, dalam Alkitab dijelaskan bahwa “Hadiah memberi keluasan kepada orang,
membawa dia menghadap orang-orang besar. (Alkitab, Amsal 18:16), “Banyak orang
yang mengambil hati orang dermawan, setiap orang bersahabat dengan si pemberi.”
(Alkitab, Amsal 19: 6), dan ”siapa yang menaruh belas kasihan kepada orang yang
lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” (Alkitab,
Amsal 19: 17). Berkorban merupakan perbuatan yang diperintahkan oleh Tuhan,
sedangkan pembaptisan merupakan tindakan yang suci bagi umat Kristus, dimana di
Alkitab dikatakan bahwa “Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika
Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus
dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit:
“Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Alkitab, Lukas
3: 21-22).
2.5.4 Firman dan Kitab Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
Dalam Alkitab telah ditegaskan bahwa ”Haruslah engkau mengasihi Tuhan, Allahmu,
dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang
kepada ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya.” (Alkitab, Ulangan 11: 1-2).
“Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu
harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi
lambang di dahimu.” (Alkitab, Ulangan 11: 18).
49
Sehingga firman merupakan perkataan dari Tuhan yang telah tertuang ke dalam
Alkitab untuk dijadikan pedoman hidup bagi umat Kristiani, dengan mengimaninya
menjadikan ketentraman didalam hati dan agar dapat menjalankan kehidupan dengan
baik.
2.5.5 Figur Suci dalam Budaya dan Agama Kristiani
Malaikat adalah figur suci sebagai utusan Tuhan untuk membawa berita kepada umat
yang terpilih. Dalam Katolik Bunda Maria merupakan perempuan suci, dengan
keperawanannya ia diberkahi melahirkan seorang Kristus yang kudus yaitu seorang
Yesus yang menjadi penyelamat kepada umatnya. Hal tersebut tergambarkan dalam
Alkitab, Maria berkata “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum
bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa
Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau
lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah”.” (Alkitab, Lukas 2: 34-35). Kemudian
“Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak
mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat
mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku
memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir
bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya
bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring
di dalam palungan.” Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu
sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi
Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera dibumi di antara manusia yang
berkenan kepada-Nya.” Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan
kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: “Marilah
kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang
diberitahukan Tuhan kepada kita.” (Lukas 8-15). “Dan Yesus makin bertambah besar
50
dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan
manusia.” (Lukas 2: 52).
Dari paparan tersebut maka bunda Maria adalah sosok ibu suci yang melahirkan
seorang penyelamat ke dunia dalam keadaannya yang masih perawan sebagai bukti
kekuasaan Tuhan. Dan Yesus yang merupakan penyelamat dan bagian dari trinitas
dari Tuhan adalah petunjuk jalan kebenaran bagi seluruh umat kristiani.
2.6 Aspek-aspek Suci dalam Budaya dan Agama Islam
2.6.1 Alam dan Kebudayaan dalam Budaya dan Agama Islam
2.6.1.1 Langit
Langit merupakan simbol tempat kekuasaan Ilahi, seperti yang tercantum dalam
Al Qur’an bahwa “Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi
adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun
seorang penolong.)” (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 107).
Cahaya merupakan bentuk keimanan, di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa
“Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman).” (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 257).
Cahaya dan kegelapan menghasilkan warna-warna, warna hijau selalu dikaitkan
dengan surga dan hal-hal positif. Dikatakan dari tulisan-tulisan Persia, bahwa
malaikat dan orang-orang suci mengenakan pakain berwarna hijau, di Mesir kaum
muslim menutup kain hijau ke seputar batu nisan melambangkan surga, hijau juga
disebut sebagai warna nabi, dimana keturunannya mengenakan surban hijau sehingga
hijau, dan dalam sistem Simnani melambangkan kebahagiaan abadi, yang terwujud
dalam gunung zamrud, terletak di balik warna hitam. Biru tua adalah warna asketis
yaitu warna duka cita, warna merah sering dikaitkan dengan kehidupan, kesehatan
51
dan darah, dan dalam perkawinan terkadang mempelai wanita memakai kerudung
berwarna merah sebagai jaminan akan kesuburan, Anggur merah, api dan mawar
merah, semuanya menunjuk pada Keagungan Ilahi, sebagaimana dikemukakan bahwa
rida al-kibriya, yaitu ‘pakaian Keagungan Ilahi’, adalah merah menyala. Warna
kuning lebih menunjukkan kelemahan, seperti jerami kuning yang lemah dan kekasih
yang pucat yang kekurangan api serta darah pemberi kehidupan; dalam warna madu,
kuning digunakan untuk pakaian orang-orang Yahudi Abad Pertengahan (Schimmel,
1996: 53-54). Warna putih merupakan simbol dari kesemua yang artinya positif
seperti murni, bersih, suci, dan inosen. Nabi Muhammad menyukai warna putih,
dimana para peziarah haji disunahkan mengenakan kain (ihram) putih dan kain kafan
yang membungkus muslim yang meninggal juga berwarna putih, yang diasosiasikan
dengan kesucian hati pemakainya saat ia dipanggil Allah Yang Maha Kuasa (Deddy
Mulyana, 2006: 142-143).
2.6.1.2 Tanah
Bumi merupakan tempat manusia yang diciptakan Allah untuk para umatnya untuk
dapat hidup dan beribadah pada-Nya, seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (Al Qur’an
Surah Al Baqarah, 2: 29), “Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu
dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui
(Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 22).
Gunung di dalam Al Quran dikatakan bahwa “Bukankah Kami telah menjadikan
bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (Al Qur’an Surah
An Naba’, 78: 6-7). Dijelaskan bahwa pasak merupakan paku yang besar, dimana
masyarakat Arab (terlebih pada masa lampau) mengenal kemah, karena dalam
52
perjalanan mereka menggunakan kemah untuk bermalam. Untuk memasang kemah
diperlukan tali temali dan pematok yang kuat yang ditanam agar kemah tidak
diterbangkan angin. Sehingga jelaslah fungsi gunung-gunung adalah sebagai
pematok-penamtok bumi (M. Quraish Shihab, 2006: 68). “Dan telah Kami jadikan di
bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) guncang bersama
mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka
mendapat petunjuk” (Al Qur’an Surah Al Anbiyaa’, 21: 31). Dari apa yang
difirmankan Allah SWT. dalam Al Qur’an, maka gunung merupakan bentuk dari
kebesaran ciptaan-Nya.
Batu-batuan yang tampaknya tidak pernah berubah dan dapat dengan mudah
dianggap sebagai tanda-tanda kekuasaan dan, barangkali pada masa kemudian,
sebagai lambang kekuatan abadi. Mitologi membicarakan tentang sebuah batu yang
membentuk landasan bagi kosmos; berwarna hijau, berada jauh di bawah tanah dan
merupakan landasan poros vertikal sumbu putar seluruh alam raya yang titik pusatnya
di atas bumi adalah Ka’bah. Batu hitam (sebuah meteor) di sudut tenggara Ka’bah di
Makkah itu adalah titik ke mana orang-orang beriman berpaling. Mereka berusaha
menciumnya ketika menunaikan ibadah haji karena Batu Hitam dikatakan sebagai
tangan kanan Tuhan (Schimmel, 1996: 33-34).
Tanah merupakan sumber alam yang menumbuhkan kehidupan bagi tanaman untuk
kesejahteraan alam dan manusia, seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa,
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah
Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”
(Al Qur’an, Surah Al A’Raaf 7: 58).
Pohon kehidupan adalah suatu konsep yang telah dikenal sejak dahulu kala, sebab
akar pohon itu tertanam di dalam bumi dan pucuknya menggapai langit. Karenanya
53
pohon mencakup dua dunia dan pohon dapat menjadi simbol dari segala sesuatu yang
baik dan berguna. Dalam Al-Quran dinyatakan, bahwa “Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit” (Al Qur’an Surah Ibrahim,
14: 24).
Taman-taman merupakan refleksi dari surga, dimana dalam Al Qur’an disebutkan
bahwa, “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka
mereka di dalam taman (surga) bergembira” (Al Qur’an Surah Ar Ruum: 30:15).
Dalam Islam, bunga mawar mendapati tempat teristimewa dimana Nabi mencium
bunga mawar merah adalah bagian dari kemuliaan Tuhan dan legenda lain
menyebutkan bahwa bunga mawar tumbuh dari tetes-tetes keringat yang jatuh dari
tubuh Nabi selama berada dalam perjalanan mi’raj sehingga membawa bau yang
wangi (Schimmel, 1996: 60).
Debu merupakan sarana bersuci selain air seperti yang terdapat dalam Al Qur’an
bahwa “lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Al Qur’an Surah Al Maa-idah, 5: 6).
2.6.1.3 Air
Air merupakan kebutuhan yang mendasar bagi manusia yang diberikan Allah SWT.,
seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa “Dan apa yang Allah turunkan dari
langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya
dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2:
54
164). Dalam Al Qur’an juga dikatakan bahwa “Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup.” (Al Qur’an Surah Al Anbiyaa’, 21: 30)
Air juga digunakan untuk bersuci, seperti yang diperintahkan dalam Al Qur’an bahwa
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (Al Qur’an Surah Al Maa-idah, 5:
6). Air yang dapat digunakan untuk bersuci menurut macamnya adalah air laut, air
hujan, air salju, air telaga, air embun, air sungai, dan air dari mata air atau sumur
(Sudono Syueb, 2006: 215).
Laut merupakan tanda kebesaran Allah SWT. yang sangat bermanfaat bagi
kelangsungan kehidupan manusia di dunia seperti yang dikatakan dalan Al Qur’an
bahwa “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,”
(Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 164).
Sungai yang biasanya dipenuhi oleh manusia yang tinggal menandakan akan
kehidupan, sesuai yang dikatakan di dalam Al Qur’an bahwa, “Kedua buah kebun itu
menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikit pun dan Kami
alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,” (Al Qur’an Surah Al Kahfi, 18: 33).
Ada banyak mata air dan kolam-kolah air keramat di dunia Islam, seperti Zamzam di
dekat Ka’bah memancar keluar, sebagaimana diceritakan dalam legenda ketika Hajar
yang ditinggal sendirian dengan bayi Isma’il yang kehausan. Sumur itu dalamnya
empat puluh meter, dan airnya sedikit asin. Kebanyakan penziarah membawa pulang
sedikit air Zamzam dalam botol-botol khusus untuk menyebarkan barakah dari mata
air itu ke sahabat-sahabat dan keluarga mereka (Schimmel, 1996: 39).
55
2.6.1.4 Hewan
Hewan-hewan pun memuji Tuhan dengan caranya sendiri-sendiri. Ada hewan-hewan
dalam dongeng seperti ikan di kedalaman samudra tanpa batas di mana berdiri kerbau
yang membawa bumi, agas kecil yang suka menggigit sebagai sebuah contoh dari
perintah Tuhan kepada manusia melalui perumpamaan. Dalam Tales of the Prophets,
diketahui bahwa agas kecil itulah yang masuk ke dalam otak Firaun, yang
menyebabkan kematiannya yang lambat dan menyakitkan, dimana agas merupakan
serangga paling kecil itu mampu menguasai raja lalim yang paling besar. Lebah
adalah seekor hewan yang bersemangat melambangkan kebijaksanaan Tuhan. Semut
dalam merupakan seekor makhluk lemah yang dihormati oleh Sulayman, dan
dongeng bahwa ia membawa ‘sebatang kaki belalang’ adalah hadiah yang remeh
namun diberikan dengan niat tulus oleh seorang miskin. Laba-laba, dilain pihak
adalah seekor makhluk yang membangun ‘rumah paling lemah’ tetapi laba-laba itulah
yang membantu Nabi pada waktu hijrah: ketika dia sedang bermalam bersama Abu
Bakar dalam sebuah Gua, laba-laba menjalin jaring-jaringnya dengan demikian
terampil menutupi gua itu sehingga orang-orang Makkah yang memburu Nabi tidak
berhasil menemukan tempat persembunyiannya.
Hewan-hewan berkaki empat seperti sapi merupakan hewan yang dijadikan simbol
pengorbanan, seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa “Dan (ingatlah), ketika
Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih
seekor sapi betina” (Quran Player Surah Al Baqarah, 2: 67). Singa merupakan simbol
kekuatan, dan kejayaan, tampil dalam peranan yang sama dalam tradisi Muslim.
Kucing adalah hewan kesukaan Nabi, karena itu sering dikisahkan dan tanpa
memperhatikan apakah dari hadist yang mengatakan bahwa ‘kecintaan pada kucing
adalah sebagian dari iman’ itu sahih atau tidak, ia mencerminkan perasaan umum
terhadap kucing. Karena kucing adalah hewan yang bersih; kehadirannya tidak
membatalkan shalat, dan air bekas minumnya masih boleh digunakan untuk
56
berwudhu (Schimmel, 1996: 63-65). Unta dan kuda merupakan hewan yang diberkahi
kekuatan untuk dapat menempuh perjalan jauh dengan membawa beban yang berat.
Dimana hewan ini dapat tunduk terhadap perintah manusia.
Burung elang melambangkan kekuatan cinta atau karunia Ilahi yang tak dapat ditolak
yang mencengkam hati manusia seperti seekor elang membawa pergi burung merpati.
Burung merpati merupakan simbol kesetiaan yang penuh cinta, yang diwujudkan
melalui pemakaian kerah dari bulu-bulu hitam diseputar lehernya, yaitu ‘alung si
merpati’. Burung bangau yang selalu berpindah-pindah adalah seekor burung saleh
yang lebih suka membangun sarangnya di menara-menara. Ia dapat dibandingkan
dengan peziarah yang menunaikan ibadah haji sekali setiap tahun ke Makkah, dan
laklaknya disuarakan terus-menerus ditafsirkan sebagai kalimat bahasa Arab 'al-mulk
lak, al-‘izz lak, al-hamd lak,’ yaitu ‘Milik-Mu’ kerajaan itu, milik-Mu kejayaan itu,
milik-Mu pujian itu’ (Schimmel, 1996: 68-69).
2.6.1.5 Obyek-obyek Buatan Manusia
Obyek-obyek buatan manusia seperti senjata mempunyai memiliki makna yang
penting sebagai suatu pertahanan diri dari ancaman orang-orang yang merupakan
musuhnya. Senjata-senjata tersebut sudah sejak diberikan tulisan ayat-ayat Al Qur’an
yang dipercayai akan memberikan kekuatan bagi pemiliknya. Tongkat yang sering
digunakan oleh seorang imam dalam memberikan ceramah menandakan akan
kepemimpinannya sebagai tanggung jawab membawa kebenaran-kebenaran yang
disampaikannya.
Bendera dilambangkan sebagai suatu kemenangan seperti yang tercantum dalam
hadist, bahwa “Diriwayatkan daripada Salamah bin al-Akwa' r.a katanya: Di dalam
peperangan Khaibar Ali berada di belakang Rasulullah SAW., ketika itu beliau sakit.
Beliau berkata: Aku berada di belakang Rasulullah SAW. Setelah itu Ali keluar
57
melintasi Rasulullah SAW. Pada petangnya, yaitu sebelum Allah memberi
kemenangan pada keesokan hari, Rasulullah s.a.w bersabda: Sungguhnya aku akan
berikan bendera ini kepada seorang lelaki yang dicintai Allah dan Rasul-Nya dan
yang mencintai Allah dan RasulNya besok. Semoga Allah memberi kemenangan
padanya. Ketika kami bertemu dengan Ali, kami berkata: Inilah Ali, maka Rasulullah
SAW. memberi bendera itu dan Allah memberi kemenangan kepadanya” (Hadist
1409). Sedangkan cermin sering dikaitkan dengan hati, dimana hati manusia
tercermin melalui sifat dan perbuatannya.
2.6.2 Ruang dan Waktu Suci dalam Budaya dan Agama Islam
2.6.2.1 Ruang Suci dalam Budaya dan Agama Islam
Dalam sejarahnya gua merupakan tempat yang terpilih bagi nabi Muhammad SAW.
menerima wahyu pertamanya. Di gua pula nabi Muhammad melakukan perenungan
dengan khusyuk. Dan gua adalah tempat yang aman disaat nabi Muhammad
membutuhkan tempat untuk berlindung seperti pada saat ia hijrah dari Makkah ke
Madinah.
Rumah sebagai tempat tinggal buatan manusia yang berfungsi sekaligus sebagai
tempat perlindungan dan juga merupakan salah satu kiasan yang paling sering
digunakan untuk hati manusia, sebuah rumah yang harus dibersihkan dengan cara
terus-menerus menggunakan sapu ka, yaitu awal dari pengakuan iman, la ilaha illa
Allah, yaitu Tidak ada tuhan selain Allah. Hanya jika rumah itu bersih dan tidak lagi
menyimpan debu pikiran profan sajalah maka dulcis hospis animae, yaitu ‘tamu jiwa
yang manis’ akan masuk dan tinggal di sana (Schimmel, 1996: 93-94).
Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa, “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar
takwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di
58
dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai
orang-orang yang bersih” (Al Qur’an, Surah At Taubah 4: 108). Masjid merupakan
tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah dengan tujuan
sebenarnya adalah meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi di antara sesama kaum
muslim. Di samping itu, jika kita lihat dari sejarah, di masa Rasulullah SAW dan
pada masa-masa kejayaan Islam, masjid bukan saja menjadi tempat sholat, tetapi
menjadi pusat kegiatan kaum muslim (muslimsources.com). Masjid yang sering
dikatakan sebagai rumah Tuhan merupakan tempat atau ruang yang digunakan
beribadah ataupun sebagai tempat orang-orang muslim memperdalam keimanan
kepada Allah SWT. sehingga menjadikan masjid sebagai tempat yang suci, dimana
disana dilakukan pula ceramah-ceramah para ulama, dilakukannya lantunan
pengajian-pengajian membaca Al Qur’an dan lain sebagainya.
Makkah dan Madinah dijadikan Allah sebagai dua tanah suci dimana tidak boleh
melakukan hal-hal kejahatan bahkan membunuh hewan sekalipun dan menebang
pohon-pohon yang ada di sana. Dan keistimewaan-keistimewaan yang ada di dua
tanah suci tersebut seperti dilipatgandakannya pahala jika kita shalat di Masjidil
Haram di Mekkah.
Konsep mengenai jalan merupakan hal yang dianggap utama dalam pemikiran Islam,
seperti yang terdapat dalam Al Qur’an bahwa “ihdina sh-shiratha’l-mustaqim”, yang
artinya “Tunjukkilah kami jalan yang lurus” (Al Qur’an Surah Al Fatihah, 1:6).
Permohonan dari surat Al Fatihah ini, yang diulang berjuta-juta kali di seluruh dunia
telah meminjamkan julukan ‘Islam, jalan yang lurus’ kepada lebih dari satu telaah
mengenai kesalehan Islam (Schimmel, 1996: 114).
59
2.6.2.2 Waktu Suci dalam Budaya dan Agama Islam
Waktu suci yang dimaksud adalah waktu dimana memang telah ditetapkannya oleh
Allah SWT. seperti pada jam-jam untuk melakukan shalat lima waktu dalam sehari,
dimana seorang muslim lebih baik berada di rumah ketika shalat maghrib telah tiba
pada waktu senja. Di berikan keistimewaannya hari Jum’at, dimana pada hari tersebut
lebih baik melakukan ibadah kepada Allah dan meninggalkan kegiatan keduniawian
dan bagi laki-laki muslim berkewajiban untuk melakukan shalat Jum’at. Perayaan
hari besar seperti Idul Adha, Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad SAW., dan Isra
Mi’raj merupakan hari-hari yang dinanti-nantikan bagi umat muslim di seluruh dunia.
Dimana hari-hari tersebut kedekatan terhadap Allah SWT. dirasakan mencapai
puncaknya, dan sejumlah keistimewaan-keistimewaan ada pada masing-masing hari
besar tersebut menambah rasa kesuciannya.
Angka-angka dalam Islam, seperti semua agama menekankan makna penting dari
angka-angka tertentu, dalam banyak kasus mengikuti gagasan Pythagoras, dan
dengan demikian tekanan ditempatkan pada angka-angka ganjil. Preferensi kepada
angka-angka ganjil (yang dianggap maskulin dan angka-angka genap dianggap
feminin) tercermin dalam perkataan Inna Allaha ‘witr yuhibbu’l-witr, yang berarti
‘sesungguhnya Tuhan itu ganjil (yaitu satu) dan menyukai angka-angka ganjil’.
Karena alasan ini banyak tindakan dilaksanakan dalam jumlah ganjil seperti tiga atau
tujuh kali (Schimmel, 1996: 133-134).
2.6.3 Tindakan Suci dalam Budaya dan Agama Islam
Tindakan suci dalam budaya dan agama Islam seperti bersuci atau berwudhu adalah
suatu tindakan membasuh anggota badan tertentu yang biasanya wajib dilakukan
sebelum beribadah seperti shalat, menyentuh dan membaca Al Qur’an. Dengan
maksud agar saat kita menghadap Allah SWT. dalam shalat kita berada pada keadaan
60
yang bersih dan begitu pula pada saat menyentuh kemudian membaca Al Qur’an
yang merupakan kitab suci dimana didalamnya berisi firman-firman dari Allah SWT.
Shalat merupakan perintah Allah SWT. yang utama kepada umat-Nya. Shalat adalah
perkara yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
syarat dan rukun yang telah ditetapkan. Dalam satu hadist disebutkan bahwa shalat
adalah tiang agama Islam, barang siapa yang mengerjakannya, berarti ia menegakkan
agama, dan barang siapa yang meninggalkannya, berarti ia meruntuhkannya (Syueb,
2006: 233).
Berpuasa adalah salah satu ibadah umat muslim dimana mengharuskan menahan diri
dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa dari mulai terbitnya fajar sampai
terbenamnya matahari. Dalam Al Qur’an dikatakan bahwa “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2 : 183). Dengan
melaksanakan ibadah puasa maka diharapkan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
dan agar umat muslim mendapatkan berkah. Berkah yang didapat dari berpuasa
antara lain dapat menimbulkan rasa kasih sayang terhadap sesama, karena dengan
berpuasa seseorang dapat merasakan penderitaan orang-orang fakir miskin, yatim
piatu dan orang yang serba kekurangan. Dengan berpuasa dapat melatih diri untuk
bersabar, karena dalam berpuasa seseorang dituntut untuk bersabar, menahan amarah,
menahan nafsu dan menahan diri untuk melakukan segala sesuatu yang membatalkan
puasa. Berpuasa juga dapat melatih diri untuk mengemban amanat dengan sebaik-
baiknya, dapat menghilangkan sifat tamak sehingga tidak terlena dengan kemewahan
hidup di dunia. Berpuasa adalah salah satu cara untuk meningkatkan iman dan takwa
kepada Allah SWT.
Berzakat bagi umat muslim merupakan bagian dari ibadah. Zakat adalah menyisihkan
harta untuk dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dan dirikanlah
61
salat dan tunaikanlah zakat. Perintah berzakat ini tercantum dalam Al Qur’an dalam
surah Al Baqarah, yang berbunyi “Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi
dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Al Qur’an Surah Al Baqarah, 2: 110).
Manfaat dari berzakat yaitu mendapatkan pahala dari Allah SWT., mempererat
hubungan antara si kaya dan si miskin.
Berkurban hewan merupakan salah satu perintah dari Allah SWT. bagi umat muslim,
seperti yang tercantum dalam Al Qur’an bahwa “Bagi tiap-tiap umat telah Kami
syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap
binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah
Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah
kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),” (Al Qur’an
Surah Al Hajj, 17: 34). Dalam satu hadis disebutkan bahwa dengan berkorban adalah
sebagai tanda bersyukur umat muslim kepada Allah SWT. atas apa yang ia dapatkan
selama hidup di dunia.
2.6.4 Firman dan Kitab Suci dalam Budaya dan Agama Islam
Firman dalam agama Islam merupakan perkataan dan perintah dari Allah SWT. yang
termuat didalam kitab suci Al Qur’an. Dimana firman-firman Allah tersebut
merupakan pedoman bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan dengan benar
sehingga dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Dalam buku The History The Qur’anic Text oleh Al A’Zami mengatakan bahwa
Kitab suci Al Qur’an merupakan tali pengikat dari Allah yang tahan uji, peringatan
bijak, jalan lurus dimana dengannya keinginan tak mungkin meleset pada kesesatan,
lidah tidak akan jadi galau, dan kaum cendekiawan pun tak akan mampu memahami
secara sempurna (Al A’Zami, 2005: 63).
62
Sehingga jelaslah firman Allah SWT. di dalam Al Qur’an mengandung kebenaran
yang tak perlu diragukan lagi. Isi dari Al Qur’an mecakup segala aspek kehidupan
hubungan manusia dengan Sang Pencipta dan hubungan manusia dengan sesama
manusia, dan juga memiliki keistimewaan tersendiri bagi yang mengamalkannya.
2.6.5 Figur Suci dalam Budaya dan Agama Islam
Figur suci yang sangat penting dalam menyebarkan agama Islam adalah figur nabi,
yaitu seorang laki-laki yang dipililh oleh Allah SWT. untuk menerima wahyu-Nya
dan berkewajiban untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya. Diutusnya
seorang nabi ke dunia dalam agama Islam adalah untuk mengiring manusia dari
kesesatan sehingga dapat menuju ke jalan yang benar sesuai dengan petunjuk dari
Allah SWT. Dimana cara nabi-nabi menyebarkan ajaran Allah SWT. adalah dengan
cara berdakwah. Dalam dakwah para nabi bertujuan untuk pembetulan akidah
mengenai Allah SWT. dan hubungan antara hamba dan Tuhannya serta mengajak
manusia agar secara ikhlas menyembah Allah SWT. semata, dan percaya bahwa Ia
yang mendatangkan manfaat dan bahaya sehingga sudah sepantasnyalah manusia
berdoa, berlindung dan beribadah kepada Allah SWT.
Setelah para nabi wafat, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para wali dan
orang-orang sufi. Dikatakan dalam bukunya Rahasia Wajah Ilahi, Annemarie
Schimmel mengatakan bahwa wali merupakan sahabat Tuhan, yang pada mulanya
dalam beberapa hal dibandingkan dengan pendeta pada agama-agama lain. Dan orang
suci atau sufi, dalam hadist dikatakan ia berada di bawah kubah-Ku, artinya bahwa
orang suci itu tersembunyi dari dunia, dan karenanya orang yang paling mustahil pun
dapat menjadi orang suci, sebab wilayah bahkan dapat berdiri terpisah dari kualitas-
kualitas moral penerimanya (Schimmel, 1996: 278-279).
63
2.7 Perbandingan Konsep Suci pada Kepercayaan Masyarakat Cina,
Agama Kristiani dan Agama Islam
Berikut ini akan dijelaskan perbandingan konsep suci pada kepercayaan masyarakat
Cina, Agama Kristiani dan Agama Islam, sehingga akan dapat dipahami konsep suci
dari tiap-tiap kepercayaan dan agama-agama tersebut.
2.7.1 Konsep Suci dalam Aspek Alam
Perbandingan konsep suci dalam aspek alam yang akan diuraikan antara lain adalah
aspek suci langit, gunung, cahaya, dan air. Penjabaran konsep aspek suci tersebut
adalah sebagai berikut: 1) Langit dalam kepercayaan masyarakat Cina dipercaya
sebagai tempat bersemayamnya Dewata. Bagi agama Kristiani langit adalah bentuk
dari kemuliaan Tuhan dan lambang dari surga. Sedangkan bagi agama Islam langit
merupakan tempat kekuasaan Ilahi. 2) Gunung dalam kepercayaan masyarakat Cina
merupakan tempat yang diberkati oleh sang Dewata untuk dapat melaksanakan
hal-hal yang menyangkut pensucian jiwa seperti bersemedi, mencari hikmah
kehidupan dan belajar keadidayaan. Bagi agama Kristiani gunung merupakan tempat
atau rumah Tuhan, karena disanalah hukum dan perintah di dalam Alkitab
diturunkan. Sedangkan bagi agama Islam gunung merupakan suatu bentuk kebesaran
ciptaan Allah SWT. dimana ia sebagai pasak agar bumi menjadi kokoh. 3) Cahaya
dalam kepercayaan masyarakat Cina dipercaya sebagai berkah dari Dewata. Dalam
agama Kristiani cahaya merupakan bentuk dari jiwa sang Kristus. Sedangkan bagi
agama Islam cahaya merupakan suatu bentuk pancaran keimanan. 4) Air dalam
kepercayaan Cina merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk di dunia untuk
dapat bertahan hidup, dan terdapat air suci yang berada ditempat tertentu dengan
memercikannya ketubuh dipercayai akan mendapatkan berkah dari sang Dewata.
Dalam agama Kristiani air merupakan pemberi kehidupan kepada seluruh makhluk
hidup dan juga sebagai sarana untuk penyucian dalam upacara pembaptisan dimana
64
ketika seseorang masuk ke dalam air dan kembali kepermukaan air maka
dosa-dosanya akan terhapus dan bangkit menjadi manusia yang baru. Sedangkan pada
Islam air selain merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, juga
sebagai sarana bersuci dalam berwudhu, dengan maksud air yang membasuh dan
membasahi bagian-bagian tubuh tersebut telah suci dari hal-hal yang bersifat kotor
sehingga dalam melaksanakan kewajiban shalat untuk menghadap Allah SWT. diri
umat Islam telah benar-benar bersih begitu pula dalam menyentuh dan membaca
kitab suci Al Qur’an.
2.7.2 Konsep Suci dalam Aspek Ruang dan Waktu
Perbandingan konsep suci dalam aspek ruang adalah aspek suci dari tempat beribadat
kepercayaan dan agama-agama tersebut, yaitu kelenteng, gedung gereja, dan masjid.
Dan pada aspek waktu adalah konsep suci dari hari-hari besar kepercayaan dan
agama-agama tersebut.
2.7.2.1 Konsep Suci dalam Aspek Ruang
Penjabaran konsep suci dari aspek ruang tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kelenteng didalam budaya Cina adalah tempat beribadah dari ketiga kepercayaan
dan agama, yaitu kepercayaan Kong Hu Cu, Tao, dan Budha. Karena ketiga ajaran
tersebutlah patung Dewa Dewi yang terdapat dalam kelenteng sangat beragam,
namun patung-patung tersebut merupakan simbolisasi manusia untuk mencapai
Dewata yang tak tergambarkan dan untuk menghormati teladan dari Dewa Dewi.
Beribadat di kelenteng biasanya akan dilakukan melarang bagi perempuan yang
sedang berhalangan untuk memasukinya karena kelenteng merupakan tempat
beribadat yang suci, dan dipercayai dapat menghindarkan perempuan tersebut dari
ketidakberuntungan. 2) Gedung gereja merupakan tempat berkumpulnya umat
Kristiani untuk menjalankan ibadatnya. Dalam memasuki gedung gereja lebih
65
bertoleransi bagi para jemaatnya untuk dapat mengenakan sepatu dapat masuk ke
dalamnya, dan memperbolehkan bagi perempuan yang berhalangan untuk dapat tetap
hadir di dalam menjalankan ibadatnya, namun bagi pria tidak boleh mengenakan
penutup kepala, dan tidak boleh berbicara untuk menghormati dan demi kekhusyukan
dalam beribadat. 3) Masjid merupakan tempat beribadah bagi umat Islam dalam
melaksanakan kewajiban shalat, dan hal-hal keagamaan lainnya. Untuk memasuki
masjid, hendaknya melepaskan alas kaki karena masjid adalah tempat untuk
melaksanakan ibadah sehingga harus bersih dari segala kotor-kotoran dan bagi para
perempuan yang sedang berhalangan dilarang untuk memasuki masjid, memasuki
masjid hendaknya mengucapkan salam, telah bersuci atau berwudhu, dan disunahkan
untuk shalat sunat dua rakaat.
2.7.2.2 Konsep Suci dalam AspekWaktu
Perbandingan aspek waktu, terkait dengan hari besar dari kepercayaan dan agama
tersebut, yaitu sebagai berikut: 1) Dalam kepercayaan Kong Hu Cu, Tao dan agama
Budha Imlek merupakan satu-satunya hari besar yang dirayakan secara
bersama-sama. Dimana Imlek merupakan hari agung untuk bersembahyang kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan menekankan makna perayaan kepada introspeksi diri,
perenungan, sujud syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sujud dan hormat kepada
orang tua, dan bersilaturahmi kepada keluarga dan sesama manusia. 2) Dalam agama
Kristiani dikenal tiga hari besar, yaitu hari Natal, Paskah dan Kenaikan Isa Almasih.
Ketiga hari besar tersebut adalah satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dimana
Natal merupakan awal dari perjalanan Kristus, yaitu kelahiran Yesus sebagai sang
penyelamat ke dunia, Paskah yang merupakan rangkaian dari perjamuan terakhir sang
Yesus yang kemudian akan menebus dosa-dosa manusia dengan pengorbanan jiwa
dengan jalan kematian dan kemudian bangkit kembali karena terdapat suatu
kekuasaan yang lebih tinggi dari kematian tersebut. Dan kemudian kebangkitan
tersebut akan diakhiri dengan kenaikan spirit yang maha Kudus secara utuh ke surga.
66
3) Dalam agama Islam dikenal empat hari besar, yaitu Idul Fitri, Idul Adha, Isra
Mi’raj Nabi Muhammad SAW. dan Maulid Nabi Muhammad SAW., keempat hari
bersar tersebut memiliki makna dan tujuan yang berbeda-beda. Hari raya Idul Fitri
merupakan hari kemenangan bagi seluruh umat Islam atas terlaksananya ibadah puasa
selama sebulan penuh selain untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT., juga
dimaksudkan untuk melatih diri untuk bersabar, menahan diri dari perbuatan yang
tercela dan bertoleransi kepada sesama yang kekurangan sehingga dapat
meningkatkan keimanan diri kepada Allah SWT. Hari raya Idul Adha merupakan hari
dimana kerelaan dan keikhlasan manusia untuk berkurban semata-mata hanya kepada
Allah SWT. dalam memupuk rasa kerbersamaan dengan berbagi kepada sesama
manusia yang kekurangan. Peringatan Maulid nabi Muhammad SAW. adalah
peringatan akan kelahiran nabi Muhammad SAW. dengan maksud untuk meneladani
sifat-sifat terpuji Rasulullah dengan mengamalkannya secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan Peringatan Isra’ dan Mi’raj adalah peringatan akan
perajalanan nabi Muhammad SAW., bahkan melampauinya, serta kembalinya ke
Makkah dalam waktu yang sangat singkat untuk mendapatkan petunjuk dan perintah
shalat lima waktu. Dimana hal tersebut menunjukkan tak terbatasnya kekuasaan Allah
SWT. bagi seluruh umat Islam hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
ketakwaan kepada Allah SWT. dengan menjalankan segala kewajibannya sebagai
umat-Nya.
2.7.3 Konsep Suci dalam Aspek Tindakan
Perbandingan konsep suci dalam aspek tindakan yang akan diuraikan antara lain
adalah bersembahyang, berkurban, dan berderma. Penjabaran konsep aspek suci
tersebut adalah sebagai berikut: 1) Sembahyang pada umat Kong Hu Cu, Tao dan
Budha merupakan cara untuk berterimakasih atas nikmat yang diberikan oleh
Dewata. Berkurban dalam budaya Cina merupakan cara untuk berterima kasih kepada
para leluhur dan Dewata, sehingga akan menciptakan kedamaian dan keberuntungan.
67
Berderma merupakan bentuk syukur dan pengharapan akan mendapatkan kenikmatan
yang lebih banyak lagi. 2) Berdoa bagi umat Kristiani adalah suatu ibadah untuk
mengagungkan Tuhan, berterimakasih, dan meminta pertolongan. Berkurban
merupakan bentuk terima kasih kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan.
Berderma merupakan bentuk kasih sayang kepada sesama. 3). Shalat dalam agama
Islam adalah ibadah yang merupakan kewajiban tarhadap Allah SWT. untuk
meningkatkan keimanan kepada-Nya serta untuk mendapatkan pahala. Berkurban
adalah bentuk terima kasih kepada Allah SWT. atas rezeki yang telah diberikan, agar
dapat diberikan kepada orang-orang yang kekurangan. Berzakat merupakan bagian
dari ibadah dengan menyisihkan sebagian harta untuk dibagikan kepada orang-orang
yang berhak menerimanya adalah bentuk dari penyucian harta, mempererat hubungan
antara sesama manusia untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT.
2.7.4 Konsep Suci dalam Aspek Firman
Perbandingan konsep suci dalam aspek firman antara lain: 1) Dalam ajaran Kong Hu
Cu, firman-firman yang dijadikan sebagai pedoman hidup adalah dalam bentuk
pribahasa, puisi, lirik lagu, dan nasehat-nasehat. Firman-firman tersebut biasanya
diajarkan dikehidupan sehari-harinya dengan membaca puisi, bernyanyi, saling
berbalas pribahasa dan nasehat-nasehat yang bisanya diberikan oleh para orang-orang
tua berdasarkan ajaran dari orang-orang suci yang dianggap nabi. Dan firman-firman
tersebut juga biasanya dituliskan dengan menggunakan ideogram Cina sebagai bentuk
pengharapan akan kebaikan dan keberuntungan. 2) Agama Kristiani Alkitab
merupakan pedoman hidup, dimana dalam melakukannya perlu pemahaman
sehingga memerlukan kotbah-kotbah oleh pendeta ataupun pastor agar lebih jelas dan
menghindarkan dari kesalahan. Firman-firman tersebut biasanya ada yang
dinyanyikan dan dibaca sebagai bentuk ibadah. 3) Dalam agama Islam Al Qur’an
adalah sebagai kitab suci yang wajib menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat
Islam. Al Qur’an dituliskan dengan huruf Arab, sehingga diperlukan pemahaman
68
yang lebih dalam. Biasanya sedari kecil anak-anak telah diajarkan untuk belajar
mengaji atau membaca Al Qur’an kepada orang-orang yang ahli dan biasanya para
ulama akan berceramah untuk mengulas kandungan dari firman-firman yang terdapat
di Al Qur’an agar lebih dihayati dan dipahami oleh umat Islam dan dapat
dilaksanakan dikehidupan dengna baik. Firman-firman Allah SWT. dalam Al Qur’an
biasanya tidak boleh digunakan sembarangan, seperti dituliskan pada lantai adalah
bentuk penghinaan terhadap firman-firman suci tersebut dan akan mendapatkan dosa.
Firman atau pun kaligrafi sering pula dijadikan sebagai perhiasan yang dapat dipakai
oleh perempuan, dimana jika memakainya ia tidak diperbolehkan untuk memasuki
kamar kecil atau pun kamar mandi karena tempat tersebut dianggap kotor dan jika
dilakukan akan mendapatkan dosa.
2.7.5 Konsep Suci dalam Aspek Figur
Perbandingan konsep suci dalam aspek figur yaitu: 1) Dalam kepercayaan Kong Hu
Cu, Tao dan agama Budha meletakkan figur suci seperti Dewa-Dewi dan orang-orang
suci yang dianggap sebagai nabi ke dalam bentuk patung-patung sebagai bentuk
penghormatan dan tauladan dimana figur tersebut merupakan petunjuk jalan
kebenaran bagi para pengikutnya. 2) Dalam agama Kristiani, meletakkan figur suci
seperti Yesus dan Bunda Maria ke dalam bentuk patung-patung, simbol ataupun
gambar-gambar dengan tujuan agar para umat dapat lebih memahami dan menghayati
misteri-misteri iman dari figur suci tersebut. 3) Dalam agama Islam meletakkan figur
suci dengan tidak menggambarkan figuratifnya karena menghindarkan dari
penyembahan-penyembahan selain kepada Allah SWT., sehingga biasanya figur suci
seperti nabi Muhammad SAW. tervisualisasikan dengan kaligrafi Arabic dimana
merupakan bagian dari ayat suci dalam kitab suci Al Qur’an.
69
2.8 Summary/Ringkasan
Dari penjabaran teori-teori di atas maka dalam penelitian tentang tanda visual dalam
kartu ucapan keagamaan, dapat dianalisis dengan menggunakan teori semiotika
tentang tanda, makna, dan kode. Dimana pada tanda menggunakan ikon, indeks,
simbol sebagai penandanya yang kemudian dimaknai dengan tingkatan pertama pada
makna denotasi dan konotasi, dan dengan makna kode budaya pada tingkatan kedua.
Pada penjabaran tandanya akan dibatasi kepada lima aspek kesucian, yaitu dalam
aspek alam, ruang dan waktu, tindakan, ucapan dan firman, dan aspek figur dari
masing-masing kepercayaan dan agama dari kartu Imlek, Natal dan Idul Fitri.