BAB II LANDASAN TEORI · uang kas. 4. Kurang memperhatikan security daripada pinjaman. 5. Tidak...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI · uang kas. 4. Kurang memperhatikan security daripada pinjaman. 5. Tidak...
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Suku Bunga Bank Indonesia
2.1.1. Pengertian Suku Bunga Bank Indonesia
Menurut Marsuki (2010:99) BI Rate adalah “suku bunga instrument sinyal”
Bank Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) triwulan yang
berlaku selama triwulan berjalan, kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG.
BI Rate diumumkan ke publik segera setelah ditetapkan dalam RDG sebagai
sinyal stance kebijakan moneter yang lebih jelas dan tegas guna merespon
prospek pencapaian sasaran inflasi IHK.BI Rate berbunga tenor satu bulan yang
diumumkan Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu. BI
Rate ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian
moneter untuk mengarahkan agar Rata-Rata Tertimbang (RRT) Suku Bunga
SBI 1 bulan hasil lelang OPT (Operasi Pasar Terbuka) berada disekitar 9,5-10,5
persen.
Menurut Raharjo dan Elida (2015:43) “BI rate adalah suku bunga kebijakan BI
yang mencerminkan sikap (stance) kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI. BI rate
diumumkan kepada masyarakat agar masyarakat dapat menjadikan acuan di dalam
mengambil langkah-langkah di bidang ekonomi”.
2.1.2. Tujuan Penetapan BI Rate
Tujuan akhir dari pengendalian BI rate adalah untuk menentukan dan
mengendalikan tingkat inflasi.Tingkat inflasi harus terkendali oleh BI agar
2
perekonomian dapat berjalan dengan stabil dan tanpa guncangan yang berarti (Raharjo
dan Elida, 2015:55).
2.1.3. Mekanisme BI Rate
Menurut Raharjo dan Elida (2015:55) mekanisme BI didalam mengendalikan
inflasi dengan menggunakan BI rate dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. BI akan menaikkan BI rate apabila diprediksi inflasi pada bulan-bulan ke depan
akan melewati sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
2. BI akan menurunkan BI rate apabila diprediksi inflasi pada bulan-bulan ke depan
akan berada dibawah sasaran unflasi yang telah ditetapkan.
Mekanisme perubahan BI rate sampai dapat memengaruhi inflasi disebut
mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme-mekanisme tersebut dapat
dilakukan melalui berbagai jalur. Beberapa jalur di antaranya adalah jalur suku bunga,
jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga asset dan jalur ekspektasi.
2.1.4. Pengaruh Penetapan BI Rate
Menurut Raharjo dan Elida (2015:55) perubahan BI rate akan memengaruhi hal-
hal sebagai berikut:
1. Suku Bunga, perubahan BI rate akan memengaruhi suku bunga deposito dan suku
bunga kredit perbankan. Apabila pertumbuhan ekonomi menurun (memburuk), BI
dapat menurunkan BI rate. BI rate yang menurun akan menurunkan suku bunga
kredit. Suku bunga kredi yang menurun akan mendorong permintaan akan kredit
dari perusahaan dan rumah tangga. Penurunan suku bunga kredit juga akan
3
menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Hal ini akan
meningkatkan aktivitas konsumsi dan investasi sehingga aktivitas perekonomian
semakin bergairah.
2. Nilai tukar, kenaikan BI rate akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga
di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Melebarnya selisih suku bunga
tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam
instrument-instrumen keuangan di Indonesia. Investor asing dapat membeli,
misalnya Sertifikat BI (SBI) karena mereka mendapatkan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi daripada membeli SBI di negaranya. Aliran modal masuk asing
ini akan mendorong apresiasi nilai tukar rupiah. Apresiasi rupiah akan
mengakibatkan harga barang impor menjadi lebih murah dan barang ekspor kita
di luar negeri menjadi lebih mahal. Kondisi ini akan mendorong impor dan
mengurangi ekspor. Turunnya netekspor ini, selisih antara nilai ekspor dan impor,
akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan
perekonomian di Indonesia.
3. Harga asset, perubahan suku bunga BI rate dapat memengaruhi perekonomian
makro melalui perubahan harga asset. Kenaikan BI rate akan menurunkan harga
asset seperti saham dan obligasi. Penurunan harga asset akan mengurangi
kekayaan individu dan perusahaan. Pengurangan kekayaan individu dan
perusahaan akan mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan
ekonomi seperti konsumsi dan investasi.
4. Ekspektasi masyarakat, perubahan BI rate juga berdampak pada ekspektasi
masyarakat terhadap tingkat inflasi. Hal ini disebut jalur ekspektasi. Penurunan
4
suku bunga akan mendorong aktivitas ekonomi. Aktivitas ekonomi yang terdorong
akan menyebabkan tingkat inflasi meningkat. Tingkat inflasi yang meningkat akan
mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah
atau gaji yang lebih tinggi. Kenaikan upah/gaji ini akan mendorong produsen
untuk menaikkan harga-harga barang dan jasa.
2.2. Loan to Deposit Ratio(LDR)
2.2.1. Pengertian Loan to Deposit Ratio
Pandia (2012:128) menjelaskan Loan to Deposit Ratio adalah Rasio yang
menyatakan seberapa jauh bank telah menggunakan uang para penyimpan (depositor)
untuk memberikan pinjaman kepada para nasabahnya.
Dengan kata lain jumlah uang yang dipergunakan untuk memberi pinjaman
adalah uang yang berasal dari titipan para penyimpan. Penilaian kesehatan likuiditas
bank yang berupa loan to deposit, dengan rumus:
𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑋 100%
Menurut Sudirman (2013:159) dari sisi LDR usaha meningkatkan kesehatan
bank dapat ditempuh langkah:
1. Mengurangi kredit yang disalurkan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank
dalam jumlah tertentu.
2. Dengan jumlah tertentu, jumlah dana yang diterima oleh bank dinaikkan, diusahakan
peningkatan itu dari modal inti dan pinjaman
5
3. Pengurangan atau penambahan kredit lebih dari pengurangan atau penambahan dana
yang diterima oleh bank.
2.2.2. Kelemahan Rasio LDR
Pandia (2012:119) menjelaskan bahwa kelemahan rasio ini adalah sebagai
berikut:
1. Investasi dana bank ke dalam earning assets bukan hanya ke dalam bentuk loan
(pinjaman), tetapi juga dalam bentuk surat berharga (jangka pendek maupun
jangka panjang). Dalam teori ini investasi non loan diabaikan.
2. Dana yang dapat digunakan dalam bentuk kredit tidak hanya bersumber dari dana
pihak ketiga (simpanan masyarakat) tapi juga berasal dari sumber dana lainnya
misalnya modal sendiri, dana yang berasal dari pinjaman antar bank (pasar uang)
dan lain sebagainya.
3. Kurang memperhatikan liquid assets yang segera dapat dicairkan dalam bentuk
uang kas.
4. Kurang memperhatikan security daripada pinjaman.
5. Tidak memperhitungkan stabilitas titipan.
6. Mengabaikan assets yang lain. Dua bank yang mempunyai rasio sama besar, tetapi
20% dari titipan bank yang satu berbentuk uang kas atau surat berharga jangka
pendek sedangkan bank yang lain menginvestasikan ke dalam saham, tentu kedua
bank tersebut tidak mempunyai tingkat likuiditas yang sama.
6
2.2.3. Komponen Loan to Deposit Ratio
1. Kredit
Menurut Kasmir (2012:85) menjelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat
berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai
kredit untuk pembelian rumah atau kredit. Kemudian adanya kesepakatan antara bank
(kreditor) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai
dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan
kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan
bersama.
Adapun tujuan utama pemberian kredit menurut Kasmir (2012:88) adalah
sebagai berikut:
a. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank atas balas jasa
dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini
penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus-menerus
menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi
(dibubarkan).
a. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana,
baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut,
maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
7
b. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yan disalurkan oleh pihak perbankan,
maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya
peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Keuntungan pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah sebagai
berikut:
a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha
baru atau perluasan usaha akan menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit
yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar
di masyarakat.
d. Menghemat devisa Negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya
diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas
kredit yang ada jelas akan menghemat devisa Negara.
e. Meningkatkan devisa Negara, apabila produk dari kredit yang dimiliki dibiayai
untuk keperluan ekspor.
Menurut Kasmir (2012:91) menyebutkan secara umum jenis-jenis kredit dapat
dilihat dari berbagai segi antara lain sebagai berikut:
a. Dilihat dari segi kegunaan
1) Kredit investasi
8
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun
proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi
misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pendek kata
masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama.
2) Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan keperluan produksi dalam
operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja deberikan untuk membeli
bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan
dengan proses produksi perusahaan
b. Dilihat dari segi tujuan kredit
1) Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai
contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan
menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian
atau kredit pertambangan akan menghasilkan produk pertambangan atau
kredit industry lainnya
2) Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini
tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang
untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai
9
contoh kredit untuk perumahan, kredit untukperumahan, kredit mobil
pribadi, kredit perabotan rumah tangga,dan kredit konsumtif lainnya.
3) Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan,biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-
agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh
kredit ini misalnya kredit ekspor impor.
c. Dilihat dari segi jangka waktu
1) Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau
paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
Contohnya untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam atau jika
kredit untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.
2) Kredit jangka menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampi dengan 3 tahun,
biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit pertanian seperti jeruk atau
perternakan kambing.
3) Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit
jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun.
Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet,
10
kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif sperti kredit
perumahan.
d. Dilihat dari segi jaminan
1) Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat
berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya
setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang
diberikan si calon debitur.
2) Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yangdiberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta
loyalitas atau nama baik si calondebitur selama ini.
e. Dilihat dari segi sektor usaha
1) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan
atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek
atau jangka panjang.
2) Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan
ayam dan jangka panjang untuk peternakan kambing dan sapi.
3) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau
besar.
4) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam
jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah
11
5) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun
sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untukpara
mahasiswa.
6) Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti, dosen, dokter
7) atau pengacara
8) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
9) Dan sektor-sektor lainnya.
2. Dana Pihak Ketiga
Menurut Darmawi (2011:45) dana pihak ketiga adalah “dana simpanan (deposit)
masyarakat merupakan dana terbesar yang paling diandalkan. Deposit ini terdiri dari
berbagai bentuk :
a. Rekening giro
Giro adalah simpanan nasabah pada bank yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, atau surat perintah pembayaran atau
dengan perintah pemindah bukuan, termasuk penarikan melalui ATM. Karena
dapat ditarik setiap waktu, maka simpanan giro merupakan sumber dana yang
sangat labil. Giro merupakan uang giral yang cepat dipakai sebagai alat
pembayaran dengan melalui penggunaan cek.
b. Tabungan
12
Tabungan merupakan simpanan masyarakat pada bank, yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat melalui buku tabungan atau melalui ATM. Pada keadaan
normal tabungan merupakan sumber yang stabil karena jumlah penarikan dan
penyetoran hampir sebanding. Namun bahayanya jika suatu saat ketika semua
masyarakat menarik seluruh dananya. Ini bisa terjadi bila masyarakat luntur
kepercayaannya kepada bank yang bersangkutan, atau ada isu devaluasi.
c. Deposito Berjangka
Deposito Berjangka merupakan simpanan masyarakat pada bank yang jangka
waktunya jatuh temponya ditentukan oleh nasabah. Deposito ini hanya bisa
diuangkan kembali pada tanggal jatuh temponya
2.3. Konsep Dasar Perhitungan
2.3.1. Keofisien Korelasi
Menurut Sujarweni (2015:149) Korelasi merupakan salah satu statistik
infarensi yang akan menguji apakah dua variabel atau lebih yang ada mempunyai
hubungan atau tidak.
Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel dapat dilihat
dengan tingkat signifikan, jika ada hubungannya maka akan dicari seberapa kuat
hubungan tersebut. Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.
Tingkat signifikan ini digunakan untuk menyatakan apakah dua variabel
mempunyai hubungan dengan syarat sebagai berikut:
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak terdapat hubungan
13
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan
Nilai koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur
kekuatan suatu hubungan antar variabel. Koefisien korelasi memiliki nilai antara (-1)
hingga (+1). Sifat nilai korelasi antara plus (+) atau minus (-). Makna sifat korelasi:
a. Korelasi positif (+) berarti bahwa jika variabel x1 mengalami kenaikan maka
variabel x2 juga akan mengalami kenaikan, begitu sebaliknya.
b. Korelasi negatif (-) berarti bahwa jika variabel x1 mengalami penurunan maka
variabel x2 akan mengalami kenaikan, begitu sebaliknya.
Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. 0,00 sampai 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah
b. 0,21 sampai 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah
c. 0,41 sampai 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat
d. 0,71 sampai 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat
e. 0,91 sampai 0,99 berarti korelasi memilki keeratan kuat sekali
f. 1 berarti korelasi sempurna
Sedangkan menurut Riana (2012:309), derajat hubungan antara variabel-variabel
dikenal dengan analisa korelasi. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat
hubungan, terutama untuk data kuantitatif yang disebut koefisien korelasi.
Persamaan koefisien korelasi (r) ditetukan sebagai berikut :
𝑟 =𝑛(∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
√{𝑛(∑ 𝑥2) − (∑ 𝑥)2} {𝑛(∑ 𝑦2) − (∑ 𝑦)2}
14
Bila r mendekati +1 dan -1 maka terjadi korelasi tinggi dan terjadi hubungan
linier yang sempurna antara X dan Y, bila r mendekati 0 hubungan liniernya sangat
lemah atau tidak ada.
2.3.2. Koefisien Determinasi
Menurut Riana (2012:310) “Untuk mengukur tingkat kecocokan/kesempurnaan
model regresi disebut koefisien determinasi (r2)”.
Persamaan koefisien determinasi adalah sebagai berikut :
𝑟2 × 100%
Misal r2 = 0,90 artinya nilai duga regresi yang diperoleh memenuhi model yang
kita hendaki atau 90% nilai Y besarnya ditentukan oleh nilai-nilai variabel X yang
dimasukkan dalam model, sedangkan 10% lagi ditentukan oleh variabel lain atau di
luar model.
2.3.3. Persamaan Regresi
Menurut Riana (2012:297) “persamaan regresi dibentuk untuk menerangkan pola
hubungan variabel-variabel. Variabel yang diduga disebut variabel terikat bisa
dinyatakan dengan variabel Y. Variabel yang menerangkan perubahan variabel terikat
disebut variabel bebas, bisa dinyatakan dengan variabel X”.
Model regresi sederhana adalah y = a + bx, dimana, y adalah variabel tak bebas
(terikat), X adalah variabel bebas, adalah penduga bagi intersap (a), b adalah penduga
15
bagi koefisien regresi (ß), dan a , ß adalah parameter yang nilainya tidak diketahui
sehingga diduga menggunakan statistik sampel.
Rumus yang dapat digunakan untuk mencari a dan b adalah:
𝑎 = ∑ 𝑦
𝑛− 𝑏 [
∑ 𝑥
𝑛]
b= 𝑛.(𝛴 𝑥𝑦)− 𝛴𝑥 𝛴𝑦
𝑛.𝛴𝑥²−(𝛴𝑥)²