BAB II LANDASAN TEORI -...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting.
Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan
pandangan terhadap beberapa istilah, maka dalam bab II ini akan mengemukakan beberapa hal
yang akan digunakan sebagai dasar pemikiran dalam penelitian, secara rinci sebagai berikut :
2.1.Konsep Koperasi
Pengertian koperasi secara umum adalah “suatu badan yang merupakan organisasi
ekonomi dengan ciri-ciri khusus”. Menurut Entri Sulistari (2010:16) “Koperasi adalah suatu
badan kerjasama yang bergerak dibidang ekonomi, yang anggota-anggotanya adalah orang-orang
atau badan-badan hukum koperasi yang bergabung secara sukarela atas dasar persamaan hak dan
kewajiban melakukan suatu usaha atau lebih, untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya.”
Menurut bab I Pasal I UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 33 (1)
menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan Pasal 33 antara lain menyatakan bahwa kemakmuran
orang-seorang dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah Koperasi. Pasal 33
menempatkan Koperasi baik dalam kedudukan sebagai sokoguru perekonomian nasional
maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional. Penjelasan diatas, nampak bahwa
koperasi memiliki peranan penting dalam sistem perekonomian nasional.
2.2. Jenis-Jenis Koperasi
Pengelompokan koperasi berdasarkan bidang usaha, dapat digolongkan (Drs. Subandi,
M.M., 2009:35) sebagai berikut :
a. Koperasi Simpan Pinjam
Adalah Koperasi yang melayani penyediaan jasa penyimpanan uang (tabungan) dan
jasa peminjaman uang (kredit).
b. Koperasi Konsumsi
Adalah Koperasi yang berusaha dalam bidang penyediaan barang-barang konsumsi
yang dibutuhkan oleh para anggotanya.
c. Koperasi Produksi
Adalah Koperasiyang kegiatan utamanya memproses bahan baku menjadi barang
jadi atau setengah jadi.
d. Koperasi Pemasaran
Adalah Koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya dalam
memasarkan barang-barang yang dihasilkannya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka koperasi simpan pinjam dalam pemahamannya
melayani jasa penyimpanan dan peminjaman uang atau yang disebut dengan kredit. Dengan
demikian koperasi simpan pinjam tersebut dapat membantu para anggotanya dalam memasarkan
barang-barang yang dihasilkan dengan menyediakan suatu pinjaman ke pada calon nasabah yang
ada.
2.3. Koperasi Simpan Pinjam
Dalam bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995
tentang Pelaksanaan Kegiataan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi disebutkan bahwa
pengertian koperasi simpan pinjam adalah Koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan
pinjam. Sedangkan pelaksanaan simpan pinjam dilakukan secara terpisah dari unit usaha lainnya
( Pasal 12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 ). Dengan demikian,
koperasi simpan pinjam merupakan salah satu lembaga keuangan dalam bentuk koperasi yang
melayani penyediaan jasa penyimpanan uang ( tabungan ) dan jasa penyimpanan uang ( kredit ).
Tujuan dari Koperasi Simpan Pinjam sama dengan tujuan koperasi pada umumnya, yaitu
menyejahterakan anggotanya. Sedangkan dari segi mekanisme kerjanya koperasi simpan pinjam
merupakan lemabaga keuangan non bank.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan Koperasi Simpan Pinjam
dalam penelitian ini adalah Koperasi “ Artha Prima” yang kegiatan usahanya memberikan jasa
penyimpanan uang ( tabungan ) dan memberikan kredit bagi nasabah atau anggota yang
membutuhkan dengan syarat yang mudah.
2.4. Konsep Kredit atau Pinjaman
Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Kredit adalah peneyediaan uang
atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atas kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga kredit. Menurut asal mulanya
kata kredit berasal dari Bahasa Yunani “ credere” yang artinya kepercayaan atau kombinasi dari
Bahasa Latin “credo” yang berarti saya percaya dan yang merupakan kombinasi dari Bahasa
Sangsekerta “cred” yang berarti kepercayaan dan Bahasa Latin “do” yang berarti saya
tempatkan. Maksud dari kepercayaan bagi si pemberi kredit adalah dia percaya kepada si
penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan disalurkannya pasti akan
dikembalikan sesuai dengan perjanjian, sedangkan bagi si penerima kredit merupakan kewajiban
untuk membayar sesuai dengan jangka waktu.
2.5. Unsur-Unsur Kredit
Sedangkan menurut Kasmir ( 2001: 94-95 ), pengertian kredit jika dilihat secara utuh
mengandung unsur – unsur sebagai berikut :
a) Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan ( berupa
uang, barang atau jasa ) akan benar- benar diterima kembali dimasa tertentu atau dimasa
yang akan datang.
b) Kesepakatan, ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c) Jangka waktu, setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu
ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah di sepakati bisa berbentuk jangka
pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.
d) Resiko, adanya suatu tengang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak
tertagihnya atau macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar
pula resiko nya dan sebaliknya dan reskio ini menjadi tanggungan bank.
e) Balas jasa atau bunga. Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa
tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pemberian kredit merupakan bagian dari asas
kepercayaan yang diberikan pihak koperasi kepada calon nasabah guna untuk menawarkan
pemberian kredit tersebut. Dan juga pemberian dapat dilakukan dengan langkah-langakah atau
syarat yang sudah di sepakatin bersama baik itu dari kepercayaan. Kesepakatan, jangka waktu,
resiko, dan juga balas jasa atau bunga sudah ditentukan.
2.6. Fungsi Kredit
Dalam sebuah sistem perekonomian, kredit memiliki posisi yang sangat strategis. Posisi
strategis kredit ditunjukkan dalam fungsi ( Kasmir, 2001:97 ) sebagai berikut :
a. Meningkatkan daya guna uang.
Maksudnya jika uang hanya di simpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu
yang berguna.
b. Meningkatkan predaran dan lalu lintas uang.
Dalam hal ini uang yang disalurkan atau diberikan akan beredar dari satu wilayah ke
wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh
kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
c. Meningkatkan daya guna barang.
Kredit yang diberikan akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang
yang tidak berguna menjadi berguna.
d. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
Kredit dapat dikaitkan sebagai alat stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit
yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan masyarakat.
e. Menimbulkan kegairahaan berusaha.
Setiap manusia adalah mahluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi yaitu selalu
berusaha memenuhi kebutuhannya.
f. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
Para usahawan yang memperoleh kredit tentu saja berusaha untuk meningkatkan
usahanya.
Sebagai suatu jenis usaha, kredit mempunyai beberapa tujuan yang dapat disampaikan
antara lain sebagai berikut :
a. Bagi nasabah sebagai debitur dengan mendapatkan kredit bertujuan untuk mengatasi
kesulitan pembiayaan dan meningtkatkan usaha dan pendapatan dimasa depan.
b. Sedangkan bagi koperasi sendiri juga diharapkan melalui pemberian kredit akan
menghasilkan pendapatan bunga sebagai ganti harga dari pinjaman itu sendiri.
c. Semakin banyak nya kredit yang disalurkan maka peningkatan pembangunan
pemerintah di berbagai sektor semakin baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan fungsi kreditdalam
penelitian ini adalah manfaat yang diberikan oleh Koperasi Simpan Pinjam“Artha Mulia” untuk
pihak Koperasi yang bersangkutan, nasabah atau anggota dan Pemerintah.
2.7. Jaminan Kredit
Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan koperasi untuk menutupi kerugian jika
mengingat pemimjam mengalami kemacetan atau kendala dalam proses pengembalian kredit.
Dengan menutup kredit macet dengan jaminan tersebut, maka Koperasi dengan jaminan kredit
relatif akan lebih aman.
Menuru Kasmir ( 2001:02 ) jaminan yang dapat digunakan oleh calon peminjam adalah :
1. Dengan jaminan
a. Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti
tanah, bangunan, kendaraan bermotor, dan lainnya.
b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang
dijadikan jaminan seperti; sertifikat tanah, sertifikat deposito, dan lainnya.
c. Jaminan orang yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit
tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung
resikonya.
2. Tanpa Jaminan
Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah kredit yang diberikan bukan dengan
jaminan barang tertentu. Kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek
usahanya atau pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.
Kredit yang diberikan oleh Koperasi Simpan Pinjam “ARTHA PRIMA” perlu
dijaga keamanannya sehingga perlu jaminan dalam pemberian kredit, untuk mengantisipasi
terjadinya kredit macet. Jaminan kredit yang diperlukan dalam pemberian kredit oleh
Koperasi Simpan Pinjam “ ARTHA PRIMA” Kota Salatiga adalah :
a. Jaminan benda berwujud, seperti kendaraan bermotor dan emas
b. Jaminan benda tidak berwujud, seperti sertifikat tanah, sertifikat rumah dan BPKB.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan jaminan kredit dalam
penelitian ini adalah benda berwujud atau benda tidak berwujud yang diberikan oleh nasabah
atau anggota kepada KSP ARTHA PRIMA untuk melindungi dana yang disalurkan dari
terjadinya kredit macet.
2.8. Penilaian Dalam Pemberian Kredit
Calon nasabah yang mengajukan permohonan pinjaman diharuskan memenuhi
persyaratan yang harus dipenuhi, koperasi akan memberikan penilaian apakah calon nasabah
atau anggota tersebut layak atau tidak untuk mendapatkan kredit dengan menggunakan analisis
5C,7P dan 3R. Analisis kredit adalah fungsi untuk memberikan penilaian kredit berdasarkan
norma yang berlaku di dalam per kreditan yang sehat dibandingkan dengan fakta calon
peminjam.
Penilaian pemberian kredit dengan metode analisis dengan 5C menurut Kasmir (
2001:104 ) adalah :
a. Character
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan di
berikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar
belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun
bersifat latar belakang pribadi.
b. Capasity
Melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan
kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.
c. Capital
Melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan ( neraca
dan laporan rugi laba ) dengan melakukan pengukuran dari segi likuiditas,
solfadilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya.
d. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah,
maka jaminan yang di titipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
e. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga di nilai kondisi ekonomi dan politik
sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta
prospek usaha yang di biayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang
baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Penilaian pemberian kredit dengan metode analisis dengan 7P menurut Kasmir (
2001:106 ) adalah :
1. Personality
Menilai calon peminjam dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-
hari maupun masa lalunya.
2. Party
Mengklasifikasikan peminjam kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
3. Perpose
Mengetahui tujuan calon peminjam dalam mengambil kredit.
4. Prospect
Menilai usaha calon peminjam dimasa yang akan datang menguntungkan atau
tidak.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana calon peminjam mengembalikan kredit yang
telah diambil.
6. Profitability
Menganalisis bagaimana kemampuan calon peminjam dalam mencari laba.
7. Protection
Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapat perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
Penilaian pemberian kredit dengan metode analisis dengan 3R (https: shelmi.
Wordpress.com/2009/05/24/klasifikasi-kredit/) adalah :
1. Return (hasil yang dicapai)
Return disini dimaksudkan penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh
perusahaan debitur setelah dibantu dengan kredit oleh pihak KSP. Dapat pula
diartikan keuntungan yang akan diperoleh KSP apabila memberikan kredit
kepada pemohon.
2. Repayment (pembayaran kembali)
Dalam hal ini KSP harus menilai berapa lama nasabah dapat membayar
kembali pinjamannya sesuai dengan kemampuan membayar kembali
(repayment capacity), dan apakah kredit harus diangsur/dicicil/atau dilunasi
sekaligus diakhir periode.
3. Risk bearing ability (kemampuan untuk menanggung resiko)
Dalam hal ini bank harus mengetahui dan menilai sampai sejauh mana
nasabah mampu menanggung resiko kegagalan apabila terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan metode penilaian
pemberian kredit dalam penelitian ini adalah cara-cara yang digunakan oleh Koperasi Simpan
Pinjam “ARTHA PRIMA” untuk menilai calon peminjam yang mengajukan kredit, bahwa kredit
yang diberikan akan benar-benar kembali.
2.9. Konsep Sistem
Pengertian sistem menurut Drs. Ibnu Syamsi, S.U. (2004:16) adalah sekumpulan kegiatan
yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling berinteraksi satu dengan lainnya dan berproses untuk
mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut yang merupakan subsistem adalah
prosedur, antara prosedur yang satu dengan prosedur yang lain dalam satu sistem itu saling
berkaitan. Sedangkan metode ini merupakan komponen dari prosedur. Semuanya merupakan
proses yang berkaitan satu dengan lainnya menuju kearah sasaran, maksud atau tujuan tertentu.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan sistem dalam penelitian ini
adalah tahapan-tahapan yang harus dipenuhi oleh nasabah agar pengajuan kredit diproses oleh
pihak koperasi sehingga pengajuan kredit bisa disetujui dan dicairkan.
2.10. Risiko Kredit
Menurut Drs. H. Masyud Ali, M.Ba, MM (2006:199) Risiko kredit adalah risiko yang
kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang
diberikan bank kepada debitur. Artinya setiap saat bila terdapat peminjam atau debitur yang tidak
melunasi kembali pinjamannya dan membayar bunga serta kewajiban-kewajiban lainnya maka
koperasi sedang berhadap dengan resiko kredit.
Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan resiko kredit
dalam penelitian ini adalah tanggungan yang harus diterima oleh pihak koperasi karena
ketidakmampuan nasabah atau anggota dalam pengembalian kredit.
2.11. Prosedur Pemberian Kredit
Secara umum prosedur pemberian kredit oleh badan hukum dilakukan (Kasmir,
2001:110) sebagai berikut:
1. Pengajuan berkas-berkas
Calon peminjam mengajukan permohonan kredit dengan dilampiri berkas-berkas yang
dibutuhkan.
2. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai
persyaratan dan sudah benar.
3. Wawancara I
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam secara langsung untuk meyakinkan
apakah berkas-berkas yang diajukan telah sesuai dan lengkap.
4. On the spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meminjam berbagai objek yang
akan dijadikan usaha atau jaminan.
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada
saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.
6. Keputusan Kredit
Merupakan penentuan apakah kredit akan diberikan atau ditolak.
7. Penandatanganan Akad Kredit
Merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit maka sebelum kredit dicairkan terlebih
dahulu pemohon kredit menandatangani akad kredit.
8. Realisasi Kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan
membuka tabungan di bank atau koperasi yang bersangkutan.
9. Penyaluran atau penarikan dana
Merupakan pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari
pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit dan dapat diambil
sesuai ketentuan dan tujuan kredit.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan prosedur pemberian kredit
dalam penelitian ini adalah langkah-langkah dan persyaratan yang diberlakukan oleh KSP
ARTHA PRIMA dalam pemberian kredit, mulai dari pengajuan permohonan kredit sampai
dengan pencairan kredit yang diminta.
2.12. Sistem Pengendalian Kredit
Sistem pengendalian kredit dalam penelitian ini adalah suatu sistem yang terdiri dari
sistem prosedur dan sistem metode digunakan oleh pihak KSP ARTHA PRIMA kota Salatiga
untuk mencegah atau menghilangkan kemungkinan terjadinya suatu kerugian yang akan atau
telah terjadi, akibat debitur tidak mampu memenuhi kewajiban pokok pinjaman.
2.13. Faktor-faktor penyebab dan Pengendalian Kredit Macet
Menurut Kasmir (2001:115) Faktor-faktor penyebab kredit macet antara lain:
1. Pihak koperasi
Dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya
terjadi tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak debitur
sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.
2. Pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal yaitu:
- Adanya unsur kesengajaan, nasabah sengaja untuk tidak bermaksud
membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet.
- Adanya unsur tidak sengaja, si debitur mau membayar akan tetapi tidak
mampu. Kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.
Pengendalian terhadap kredit macet menurut Kasmir (2001:103) perlu dilakukan
beberapa hal, antara lain:
1. Rescheduling, yaitu dengan menggunakan cara:
a. Memperpanjang jangka waktu kredit
Dalam hal ini debitur atau peminjam diberikan keringanan dalam masalah jangka
waktu kredit.
b. Memperpanjang waktu angsuran
Yaitu dengan memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit.
2. Reconditioning, yaitu mengubah berbagai persyaratan yang ada dengan cara:
a. Kapitalisasi bunga yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, jadi hanya bunga yang
dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar
seperti biasa.
c. Penurunan suku bunga, dengan penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih
meringankan beban masalah.
d. Pembebasan bunga
3. Restructuring, yaitu dengan menggunakan cara:
a. Menambah jumlah kredit.
b. Menambah equity yaitu dengan menyetor uang dan tambahan dari pemilik.
4. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga jenis diatas.
5. Penyitaan jaminan, merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah tidak benar-benar
punya etikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-
hutangnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan faktor-faktor penyebab
kredit dalam penelitian ini adalah kredit macet yang disebabkan oleh kecerobohan dari pihak
koperasi itu sendiri atau dari pihak nasabah.
2.14. Pengendalian Risiko Preventiv dan Kuratif
Menurut Djojosoedarsono Soeisno (1999:57) mengendalikan secara preventif adalah
menghindari harta, orang atau kegiatan dari explosure terhadapr resiko dengan jalan:
a. Menyerahkan kembali resiko yang terlanjur diterima atau menghentikan kegiatan begitu
kemudian diketahui mengandung resiko.
b. Menolak memiliki atau menolak kegiatan itu walau hanya sementara.
Menanggulangi kerugian yang sudah terjadi (kuratif) adalah usaha-usaha yang dilakukan
untuk memperkecil atau mengurangi keparahan bila suatu resiko atau kerugian memang terjadi.
2.15. Hasil Penelitian Terdahulu
Pingky Indraswari (2011) melakukan penelitian tentang pengendalian kredit modal usaha
study kasus pada BPR Kridaharta Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua
langkah tidak dilakukan, yaitu:
a. Pengawasan yang kurang dari pihak bank setelah kredit dicairkan untuk memantau
perkembangan usaha debitur agar tidak terjadi penunggakan dalam pembayaran kredit.
b. Analisis kredit sebelum dicairkan, pihak bank kurang teliti menganalisis kondisi dari
debitur, sehingga adanya kesalahan pencairan kredit yang diberikan.
2.16. Kerangka Berpikir
Koperasi Simpan Pinjam ARTHA PRIMA merupakan badan usaha yang harus dikelola
secara profesional. Pengelolaan yang profesional memerlukan adanya sistem pengendalian
kredit, yang digunakan untuk mengantisipasi, terjadinya kredit bermasalah atau kredit macet.
Sistem pengendalian kredit terdiri dari 2 komponen yaitu:
a. Prosedur
1. Pengajuan berkas-berkas
2. Penyelidikan berkas pinjaman
3. Wawancara I
4. On the spot
5. Wawancara II
6. Keputusan kredit
PROSEDUR
METODE
Sistem Pengendalian
Kredit
7. Pendapatan akad kredit atau perjanjian lainnya
8. Realisasi kredit
9. Penyaluran atau penarikan dana
b. Metode
1. Proses pengajuan kredit
2. Pengelompokkan jenis pinjaman
3. Penilaian kelayakan
4. Proses pencairan kredit
5. Pengawasan terhadap kredit
6. Pengendalian jaminan kredit
7. Analisis gejala terjadinya kredit macet
8. Pengelolaan terhadap resiko
9. Penggolongan kualitas terhadap terjadinya kredit macet
10. Menghilangkan atas kerugian yang telah terjadi
Berdasarkan data yang diperoleh penggolongan sistem pengendalian kredit sebagai berikut:
1. Baik
Sistem pengendalian baik jika prosedur (langkah-langkah dan persyaratan) yang
dilakukan KSP ARTHA PRIMA dalam pemberian kredit dan ke 10 metode pengendalian
berjalan dengan baik sehingga tidak ada nasabah yang tidak sanggup mengembalikan
pinjaman.
2. Cukup baik
Sistem pengendalian cukup baik jika prosedur (langkah-langkah dan persyaratan) yang
dilakukan KSP ARTHA PRIMA dalam pemberian kredit dan ke 10 metode pengendalian
terdapat kendala tetapi masih bisa diatasi sehingga berjalan kurang lancar.
3. Tidak baik
Sistem pengendalian tidak baik jika prosedur (langkah-langkah dan persyaratan
yang dilakukan KSP ARTHA PRIMA dalam pemberian kredit dan ke 10 metode
pengendalian terdapat kendala yang tidak bisa diatasi sehingga terjadi kredit
macet.