BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab...

31
9 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sarana untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, posisi, serta arus kas perusahaan pada periode tertentu. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2007, p2) adalah: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Komponen laporan keuangan yang lengkap menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2007, p2) terdiri dari: 1. Neraca, merupakan gambaran dari posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang meliputi harta, utang dan modal. 2. Laporan Laba Rugi, merupakan laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan beban suatu perusahaan pada periode tertentu. 3. Laporan Perubahan Ekuitas, merupakan laporan yang menggambarkan perubahan ekuitas perusahaan selama suatu periode tertentu. 4. Laporan Arus Kas, merupakan laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode tertentu

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

9

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan salah satu sarana untuk memperoleh informasi

mengenai kondisi, posisi, serta arus kas perusahaan pada periode tertentu. Pengertian

laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2007, p2)

adalah:

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”

Komponen laporan keuangan yang lengkap menurut Ikatan Akuntan Indonesia

dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2007, p2) terdiri dari:

1. Neraca, merupakan gambaran dari posisi keuangan perusahaan pada tanggal

tertentu yang meliputi harta, utang dan modal.

2. Laporan Laba Rugi, merupakan laporan keuangan yang menyajikan pendapatan

dan beban suatu perusahaan pada periode tertentu.

3. Laporan Perubahan Ekuitas, merupakan laporan yang menggambarkan perubahan

ekuitas perusahaan selama suatu periode tertentu.

4. Laporan Arus Kas, merupakan laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan

arus kas keluar selama periode tertentu

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

10

5. Catatan atas Laporan Keuangan, merupakan laporan yang menginformasikan

kebijakan akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan

perusahaan.

Lebih lanjut, menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007, p9), laporan keuangan

terbagi menjadi dua unsur menurut karakteristik ekonominya, yaitu unsur yang

berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan (meliputi aset,

kewajiban, dan ekuitas) dan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam

laporan laba rugi (meliputi pendapatan dan beban).

Menurut Sulistyanto dalam bukunya Manajemen Laba (2008, p12) laporan

keuangan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil

keputusan dan bagi manajemen untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber

daya perusahaan yang dipercayakan kepadanya. Oleh karenanya, laporan ini haruslah

relevan dan akurat. Pihak-pihak yang berkepentingan di sini dapat dibedakan menjadi

dua pihak, yaitu pihak intern seperti pemilik, pemegang saham, manajer, karyawan

dan pihak ekstern seperti kreditur, investor, pemerintah, serikat buruh, konsumen dan

pemasok.

II.2 Tinjauan Umum Laba

Wild, Subramanyam, dan Halsey dalam bukunya Financial Statement Analysis

(2007, p297) menyatakan bahwa: “An earnings (also referred as income) is the net of

revenues and gains less expenses and losses. It is determined using accrual basis of

accounting and annually reported into income statement.”

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

11

Apabila diterjemahkan adalah sebagai berikut:

“Laba adalah pendapatan bersih dan keuntungan dikurangi dengan beban-beban dan

kerugian. Laba tersebut ditentukan dengan menggunakan dasar akrual dan secara

tahunan dilaporkan dalam laporan laba rugi.”

Laba meringkas aktivitas operasi bisnis perusahaan. Wild, et al (2007, p298)

berkomentar bahwa laba merupakan informasi perusahaan yang paling diinginkan

dalam pasar keuangan. Laba memberikan baik pengukuran terhadap perubahan

ekuitas perusahaan pada suatu periode maupun estimasi kekuatan laba perusahaan di

masa mendatang.

Schroeder, Clark, dan Myrtle dalam bukunya yang berjudul Financial Accounting

Theory and Analysis (2005, p126) menyatakan bahwa “Income statement does aid

economic society in variety ways.” Schroeder, et al menguraikan kegunaan laba

adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu dasar penentuan besarnya pengenaan pajak 2. Sebagai alat ukur kesuksesan operasi perusahaan 3. Sebagai kriteria untuk menentukan pembagian dividen 4. Sebagai alat bagi otoritas pengatur tarif untuk menentukan apakah tarif telah

dikenakan dengan adil dan wajar 5. Sebagai panduan bagi manajemen perusahaan dalam melaksanakan tugasnya

II.3 Akuntansi Akrual

II.3.1 Pengertian dan Klasifikasi Akrual

Laporan keuangan biasanya disajikan dengan menggunakan basis akrual. Hal ini

dikarenakan basis akrual lebih baik daripada basis kas dalam mengukur kinerja dan

kondisi keuangan perusahaan.

Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 (2006 , p3) menyatakan bahwa:

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

12

“information about enterprise earnings based on accrual accounting generally provides a better indication of enterprises’ present and continuing ability to generate cash flows that information limited to the financial aspects of cash receipts and payments.”

Apabila diterjemahkan adalah sebagai berikut:

“Informasi mengenai laba perusahaan yang didasarkan pada azas akrual secara

umum lebih memberikan indikasi yang lebih baik mengenai kemampuan

perusahaan saat ini dan kelangsungannya untuk menghasilkan arus kas dimana

biasanya informasi terbatas pada penerimaan kas dan pengeluaran kas.”

Menurut Sulistyanto (2008, p22) prinsip akuntansi telah dibuat dengan

sebaik-baiknya, namun prinsip ini memiliki keterbatasan yang dikarenakan

fleksibitas yang diperbolehkannya. Laporan keuangan dengan basis akrual

meliputi banyak estimasi dan pertimbangan. Menurut Teoh, Wong, dan Rao

dalam Workingpaper (1997, p33), ada dua konsekuensi bagi akuntansi akrual

dengan diperbolehkannya pertimbangan manajemen dalam pelaporan laba, yaitu

manajer bisa menggunakan pertimbangan tersebut untuk meningkatkan

informativeness laporan keuangan atau menggunakannya secara opportunistic

untuk keuntungan pribadinya atau perusahaan.

Suharli dalam jurnal Balance (2005, pp44-45) membagi tipe akrual menjadi

dua, yaitu:

1. Discretionary accrual yaitu pengakuan akrual laba atau beban yang bebas,

tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen

2. Nondiscretionary accrual yaitu pengakuan akrual laba yang wajar, yang

didasarkan pada prinsip akuntansi yang berlaku umum

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

13

Gumanti (2000), Sulistyanto (2003), dan Midiastuty & Machfoeds (2003)

juga menyetujui bahwa discretionary accrual memberikan manajer fleksibilitas

untuk menentukan besarnya transaksi akrual, seperti penentuan pencadangan

piutang tak tertagih, biaya garansi, nilai persediaan, dan penentuan saat serta

jumlah extraordinary items. Akibatnya, discretionary accruals ini seringkali

digunakan sebagai proksi dilakukannya manajemen laba. Sementara itu,

nondiscretionary accrual meliputi pemilihan metode akuntansi akrual oleh

manajer yang diharapkan akan digunakan secara konsisten dalam menyajikan

laporan keuangan. Contohnya adalah pemilihan metode depresiasi dan kebijakan

akuntansi untuk pengakuan pendapatan.

II.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual

Rahmawati dan Baridwan dalam Jurnal Akuntansi dan Bisnis (2007, p173)

menyatakan bahwa umumnya di dalam pasar terdapat suatu kelompok orang tertentu

(misalnya penjual) yang mengetahui sesuatu hal tentang aset yang hendak

diperjualbelikan, yang tidak diketahui oleh kelompok orang yang lainnya (misalnya

pembeli). Jika situasi ini terjadi, maka pasar dikatakan tidak efisien dan terjadi

asimetri informasi yang berarti bahwa distribusi informasi tidak sama kepada semua

peserta dalam pasar. Hal yang sama juga berlaku dalam manajemen laba, dimana

manajer mengetahui informasi dalam perusahaan yang tidak diketahui para

stakeholders. Adanya asimetri informasi ini dan fleksibilitas yang diberikan oleh

akuntansi akrual kepada manajer menyebabkan dapat dilakukannya praktik

manajemen laba.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

14

Richardson dalam Working Paper (1998) dalam penelitiannya terhadap

perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) periode 1988-1992

menemukan bahwa terdapat hubungan sistematis antara asimetri informasi dengan

earnings management.

II.4 Manajemen Laba

II.4.1 Pengertian Manajemen Laba

Beberapa ahli telah mencoba mengemukakan pendapat mereka mengenai

manajemen laba, di antaranya adalah:

1. Scott dalam Financial Accounting Theory (2006, p369), yang menyatakan bahwa

“Earnings Management is the choice by manager of accounting policies so as to

achieve some specific objectives.” Definisi tersebut dibagi menjadi dua yaitu:

a. Earnings management dipandang sebagai perilaku oportunistik manajer untuk

memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak

hutang dan political costs (Oportunistic Earnings Management).

b. Earnings management dipandang sebagai efficient contracting, dimana

manajemen laba memberi manajer fleksibilitas untuk melindungi perusahaan

dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga dan untuk

keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak (Efficient Earnings

Management).

2. Wild, et al (2007, p86) mengatakan earnings management sebagai ”a

purposeful intervention by management in the earnings determination process,

usually to satisfy selfish objectives.”

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

15

Apabila diterjemahkan adalah sebagai berikut:

“Manajemen laba merupakan suatu cara bagi manajemen untuk melakukan

intervensi dalam penentuan laba perusahaan. Manajemen laba biasa dilakukan

untuk tujuan pribadi manajemen”

3. Assih dan Gudono dalam Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (2000, p36),

manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam

batasan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengelola

pelaporan laba.

Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba

adalah penggunaan pertimbangan manajemen dalam pemilihan kebijakan

akuntansi perusahaan untuk pelaporan keuangan dalam batasan prinsip akuntansi

yang berlaku umum, untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya maupun nilai

perusahaan.

II.4.2 Jenis Manajemen Laba

Menurut Suharli (2005, p46) manajemen laba terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Income Increasing Earnings Management

Jika laba masa kini relatif rendah dan diperkirakan laba masa depan tinggi,

manajer akan menggunakan pilihan prosedur akuntansi untuk meningkatkan

discretionary accruals masa kini.

2. Income Decreasing Earnings Management

Jika laba masa kini relatif tinggi dan diperkirakan laba masa depan rendah,

manajer akan menggunakan pilihan prosedur akuntansi untuk menurunkan

discretionary accruals masa kini.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

16

II.4.3 Motivasi Manajemen Laba

Menurut Scott (2006, pp86-88) terdapat beberapa motivasi seseorang untuk

melakukan manajemen laba:

1. Bonus Purposes

Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak

secara opportunistic untuk melakukan manajemen laba, untuk

memaksimalkan bonus mereka berdasarkan rencana bonus perusahaan.

2. Political Motivation

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada

perusahaan besar yang aktivitasnya mempengaruhi banyak pihak, dengan

tujuan untuk mengurangi tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah

menetapkan peraturan yang lebih ketat.

3. Taxation Motivation

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling

nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan untuk tujuan penghematan pajak

pendapatan.

4. Pergantian Chief Executive Officer (CEO)

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan

untuk meningkatkan bonus mereka. Jika kinerja perusahaan buruk, mereka

akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

5. Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar. Hal ini

meningkatkan kemungkinan manajer perusahaan tersebut melakukan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

17

manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat menaikkan

harga saham perusahaan.

6. Untuk Memberikan Informasi kepada Investor

Manajer memiliki informasi dalam terbaik mengenai prospek laba

perusahaan. Jika laba yang dilaporkan dikelola sedemikian rupa sehingga

mencerminkan estimasi terbaik manajemen atas kekuatan laba perusahaan,

dan pasar menyadari hal ini, harga saham akan dengan cepat merefleksikan

informasi tersebut. Manajemen laba yang dapat mengungkap informasi dalam

perusahaan, dapat meningkatkan informativeness pelaporan keuangan.

Motivasi dilakukannya manajemen laba menurut Wild, et al (2007, p94)

adalah sebagai berikut:

1. Contracting Incentives

Banyak kontrak yang menggunakan dasar angka akuntansi, misalnya kontrak

kompensasi manajer yang menawarkan bonus berdasarkan laba. Kontrak ini

memiliki batas atas dan batas bawah. Apabila batas bawah tidak tercapai,

maka manajer tidak akan mendapatkan bonus, sebaliknya apabila laba

melebihi batas atas maka manajer tidak akan memperoleh tambahan bonus.

Hal ini menyebabkan manajer memiliki insentif untuk menaikkan atau

menurunkan laba berkaitan dengan batas atas dan batas bawah. Manajer

mengatur angka yang digunakan dalam kontrak (misalnya kontrak

kompensasi) untuk mempengaruhi kesejahteraan manajer.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

18

2. Stock Prices Effects

Earnings management dilakukan untuk mempengaruhi harga saham untuk

kepentingan pribadi seperti saat akan dilakukan merger, penawaran opsi atau

saham.

3. Other Incentives

Earnings management dilakukan untuk mempengaruhi:

a. Government favors

Manajemen laba dilakukan untuk mempengaruhi tindakan politik, yaitu

untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah,

dilakukan dengan cara menurunkan laba; untuk memperoleh kemudahan

dan fasilitas dari pemerintah, misalnya subsidi dan perlindungan dari

pesaing luar negeri, dilakukan dengan cara menurunkan laba; serta

manajer berusaha menurunkan laba untuk mengurangi beban pajak yang

harus dibayar (taxation motivation).

b. Permintaan tenaga kerja

Untuk meminimalkan tuntutan serikat buruh, dilakukan dengan cara

menurunkan laba.

c. Pergantian manajer

Manajer yang habis masa penugasannya atau pensiun akan melakukan

strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demikian

pula dengan manajer yang kinerjanya kurang baik, ia akan cenderung

memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

19

d. Initial Public Offerings (IPO)

Saat perusahaan akan go public, informasi keuangan yang ada dalam

prospektus merupakan sumber informasi yang paling penting. Informasi

ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai

perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor, maka

manajer berusaha menaikkan earnings yang dilaporkan.

e. Debt Covenant

Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka

manajer akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat

“memindahkan” laba periode mendatang ke periode berjalan sehingga

dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran

kontrak.

II.4.4 Faktor Penyebab Timbulnya Earnings Management

Salah satu penyebab earnings management adalah adanya kompensasi untuk

eksekutif perusahaan yang didasarkan pada pencapaian laba. Gumanti dalam Seminar

Nasional Akuntansi (2000, p46) menyatakan terdapat teori maupun bukti-bukti

empiris yang menunjukkan bahwa earnings atau laba telah dijadikan sebagai suatu

target dalam proses penilaian prestasi usaha suatu departemen secara khusus

(manajer) atau perusahaan (organisasi) secara umum. Keuntungan atau perolehan

secara akuntansi (accounting income) berperan penting dalam pembuatan keputusan

bagi banyak pihak, seperti investor, penyedia dana (kreditur), manajer, pemilik atau

pemegang saham, dan pemerintah. Pentingnya laba ini bagi berbagai pihak dan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

20

adanya asimetri informasi, membuat manajemen berkesempatan untuk melakukan

manajemen laba.

II.4.5 Mekanisme Manajemen Laba

Menurut Wild, et al (2007, p88), mekanisme dilakukannya earnings management

adalah:

1. Income Shifting

Income Shifting yaitu proses earnings management dengan memindahkan income

dari satu periode ke periode lain. Income Shifting dilakukan dengan mempercepat

atau menunda pengakuan pendapatan atau beban. Contohnya mempercepat atau

menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai periode

akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai

periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan,

mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah disepakati, dan lain sebagainya.

2. Classificatory Earnings Management

Earnings management juga dapat dilakukan dengan cara mengklasifikasikan

pendapatan dan beban di bagian tertentu dalam laporan laba rugi. Bentuk paling

umum dari classificatory earnings management yaitu memindahkan beban ke

urutan bawah agar kurang diperhatikan.

II.4.6 Strategi Manajemen Laba

Strategi dilakukannya earnings management, menurut Wild, et al (2007, p87),

adalah sebagai berikut:

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

21

1. Increasing Income

Increasing Income dilakukan dengan mempercepat pencatatan pendapatan,

menunda beban, dan memindahkan beban ke periode lain untuk meningkatkan

laba.

2. Big Bath

Strategi ini dilakukan ketika keadaan yang tidak menguntungkan tidak bisa

dihindari pada periode berjalan. Caranya adalah dengan mengakui beban dan

kerugian periode berjalan serta periode yang akan datang pada periode berjalan.

Biasanya hal ini dilakukan ketika perusahaan memiliki performa yang buruk

(umumnya ketika terjadi resesi dimana kebanyakan perusahaan melaporkan laba

yang rendah) atau ketika terjadi kejadian yang tidak biasa seperti pergantian

manajer, merger, atau restrukturisasi.

3. Income Smoothing

Income Smoothing merupakan bentuk earnings management yang paling sering

dilakukan dan paling populer. Dengan strategi ini, manajer menurunkan atau

menaikkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi gejolak pelaporan laba

sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak berisiko tinggi.

II.4.7 Faktor Perilaku Manajer

Rahmawati dalam Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (2007, p71) menyatakan

bahwa ada tiga faktor yang dikaitkan dengan perilaku manajer dalam pengaturan

tingkat keuntungan, yang dikenal dengan tiga hipotesa, yaitu:

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

22

1. Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya,

yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang diberikan bonus besar

berdasarkan laba lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang

meningkatkan laba yang dilaporkan.

2. Debt Covenant Hypothesis

Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kontrak kredit

cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan

laba.

3. Political Cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan

tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut

dikarenakan dengan laba yang tinggi, pemerintah akan segera mengambil

tindakan, misalnya menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.

II.4.8 Permainan Manajerian dalam Manajemen Laba

Upaya penyelewengan informasi dilakukan dengan mempermainkan komponen-

komponen dalam laporan keuangan, baik dengan mempermainkan besar kecilnya

maupun menyembunyikan atau menunda pengungkapan komponen tertentu.

Menariknya upaya ini dapat dilakukan tanpa harus melanggar standar akunansi yang

selama ini digunakan secara umum. Hanya dengan mengganti metode dan prosedur

akuntansi tertentu dengan metode dan prosedur akuntansi yang lain besar kecilnya

komponen laporan keuangan dapat diatur sesuai keinginan manajer perusahaan.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

23

Selain itu manajer juga dapat mempermainkan komponen-komponen laporan

keuangan dengan menentukan atau mengubah nilai estimasi yang dipakainya, dan

banyak pihak yang menyatakan bahwa upaya mempermainkan laporan keuangan ini

dapat dilakukan justru karena diakomodasi dan difasilitasi oleh prinsip akuntansi

sendiri.

Menurut Sulistyanto dalam bukunya Manajemen Laba (2008, p33) menyatakan

ada beberapa cara yang sering digunakan manajerial untuk memainkan besar kecilnya

laba, yaitu:

1. Mengakui dan mencatat pendapatan terlalu cepat atau sebaliknya

2. Mengakui dan mencatat pendapatan palsu

3. Mengakui biaya periode berjalan menjadi biaya periode sebelum atau sesudahnya

4. Tidak mengungkapkan semua kewajiban

5. Mengakui pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode sebelumnya

6. Mengakui pendapatan masa depan menjadi pendapatan periode berjalan.

II.4.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba

Telah banyak penelitian empiris terdahulu yang menguji faktor-faktor yang

mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba. Namun, temuan empiris yang

didapat masih menunjukkan bervariasinya kesimpulan mengenai berpengaruh atau

tidaknya beberapa faktor terhadap manajemen laba. Berikut disajikan penelitian-

penelitian empiris terdahulu yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi dan

tidak mempengaruhi manajemen laba.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

24

II.4.9.1 Struktur Kepemilikan dan Manajemen Laba

Menurut Tri Widyastuti dalam Jurnal Maksi (2009, p33) struktur kepemilikan

adalah susunan kepemilikan saham perusahaan oleh berbagai pihak. Dalam

pandangan teoritis, beberapa peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan

perusahaan berpengaruh terhadap jalannya perusahaan. Veronica dan Utama dalam

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (2006, p309) menyatakan bahwa tujuan perusahaan

sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi dan pemegang surat utang,

corporate governance, dan proses insentif yang membentuk motivasi manajer.

Struktur kepemilikan terbagi menjadi dua, yaitu kepemilikan manajerial (insider

ownership) dan kepemilikan institusional (institutional ownership). Kepemilikan

manajerial (insider ownership) dapat diartikan sebagai seberapa besar andil manajer

terhadap keseluruhan modal suatu perusahaan publik. Hal tersebut dapat dinyatakan

dengan persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh dewan komisaris, direksi,

maupun manajer.

Jensen dan Meckling dalam Journal of Financial Economic (1996, p305) dengan

hipotesis pemusatan kepentingannya (convergence of interest hypothesis) menyatakan

kepemilikan manajerial dapat mengurangi praktik manajemen laba karena adanya

penyatuan tujuan atau kepentingan manajemen dengan tujuan para pemegang saham.

Rahmawati dalam Jurnal Akuntansi dan Bisnis (2007, p175) menyatakan bahwa

kepemilikan institusional (institutional ownership) adalah besarnya kepemilikan

investor di luar perusahaan atau perusahaan lain terhadap keseluruhan modal suatu

perusahaan publik. Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang

memonitor perusahaan dan pencegahan terhadap pemborosan atau penyelewengan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

25

yang mungkin dilakukan oleh manajemen (Veronica et al, 2006). Semakin besar

kepemilikan institusional, maka semakin besar peran pihak institusional tersebut

dalam pengambilan keputusan perusahaan. Hal ini menyebabkan semakin kecil

kemungkinan dilakukannya manajemen laba oleh pihak manajemen karena adanya

pengawasan yang ketat oleh investor institusional.

II.4.9.2 Good Corporate Governance

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2002)

mendefinisikan corporate governance sebagai:

“seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka.”

Tujuan corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua

pihak yang berkepentingan. Corporate governance merupakan suatu cara untuk

menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan stakeholders

(Veronica et al, 2006). Pelaksanaan good corporate governance menuntut adanya

perlindungan yang kuat terhadap hak-hak pemegang saham, terutama pemegang

saham minoritas.

Penerapan good corporate governance dapat dilihat dari beberapa faktor, di

antaranya proporsi dewan komisaris independen dan keberadaan komite audit di

dalam perusahaan.

Hubungan antara proporsi dewan komisaris independen dengan manajemen laba

tersirat dari fungsi dewan komisaris itu sendiri yaitu untuk memastikan bahwa

perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

26

kepentingan berbagai stakeholders perusahaan sebaik memonitor efektivitas

pelaksanaan good corporate governance (FCGI, 2002). Wedari dalam Simposium

Nasional Akuntansi VII (2004, P965) menyatakan bahwa masuknya dewan komisaris

yang berasal dari luar perusahaan akan meningkatkan efektivitas dewan tersebut

dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan dalam laporan keuangan.

Keberadaan komite audit juga merupakan salah satu bentuk penerapan good

corporate governance. Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan

komisaris yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris.

Menurut Wedari (2004, p966) tujuan dibentuknya komite audit adalah untuk

membantu dewan komisaris melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap

perlu terhadap pelaksanaan tugas direksi dalam pengelolaan perusahaan. Sedangkan

tujuan dibentuknya komite audit menurut Veronica, et al (2006) meliputi aspek

pengawasan independen atas proses penyusunan laporan keuangan dan pelaksanaan

audit ekstern, proses pengelolaan risiko dan kontrol, dan proses pelaksanaan

corporate governance. Dengan demikian, keberadaan komite audit dalam perusahaan

akan mengurangi praktik manajemen laba.

II.4.9.3 Financial Leverage dan Manajemen Laba

Menurut Veronica, et al (2006), financial leverage merupakan suatu ukuran yang

membandingkan jumlah hutang perusahaan dengan jumlah aktiva yang dimilikinya.

Hal ini bertujuan untuk melihat seberapa bagian aktiva yang digunakan untuk

menjamin hutang.

Hubungan antara manajemen laba dengan financial leverage dapat dilihat dari

salah satu motivasi manajemen laba yang dikemukakan oleh Tri Widyastuti (2009,

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

27

p39) yaitu debt convenant hypothesis, yang menyatakan semakin dekat suatu

perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih

metode akuntansi yang dapat “memindahkan” laba periode mendatang ke periode

berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami

pelanggaran kontrak.

Menurut Midiastuty dan Machfoeds dalam Simposium Nasional Akuntansi VI

(2003, P179), perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi diduga melakukan

earnings management karena perusahan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi

kewajiban pembayaran hutang pada waktunya. Perusahan akan berusaha

menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat memberikan perusahan

posisi bargaining yang relatif lebih baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang

hutang dagang.

II.4.9.4 Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba

Ukuran perusahaan merupakan cerminan seberapa besar suatu perusahaan yang

dapat diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan (sales), dan market

capitalization (Rahmawati, 2007). Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi

manajemen laba dimana perusahan besar menghadapi public demand atas informasi

yang tinggi sehingga perusahan harus mengungkapkan lebih banyak informasi yang

berakibat menurunnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang

saham. Menurunnya asimetri informasi ini berakibat pada mengecilnya kemampuan

manajemen untuk melakukan manajemen laba karena pemegang saham mengetahui

hampir semua informasi perusahaan.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

28

II.4.9.5 Kualitas Audit dan Manajemen Laba

Nuraini dan Zain dalam Jurnal Maksi (2007, p22) menyatakan bahwa kualitas

audit dapat dilihat dalam dua dimensi:

1. Auditor harus mampu mendeteksi salah saji materi

Kemampuan untuk mendeteksi salah saji materi sangat dipengaruhi oleh

kemampuan teknologi dari auditor, prosedur audit, dan jumlah sampling yang

digunakan.

2. Salah saji tersebut harus dilaporkan

Kemampuan untuk melaporkan salah saji material secara tepat tergantung pada

sikap independensi auditor, jika auditor berada pada tekanan personal, emosional,

dan keuangan maka auditor akan kehilangan independensi.

Lebih lanjut menurut Nuraini, et al (2007, p22) audit yang berkualitas akan

mampu mengurangi faktor ketidakpastian yang berkaitan dengan laporan keuangan

yang disajikan oleh pihak manajemen. Karena itu, wajar jika kemudian kualitas audit

menjadi topik yang selalu memperoleh perhatian mendalam dari profesi akuntan,

pemerintah, masyarakat serta investor. Bukti menunjukkan beberapa indikasi bahwa

kualitas audit telah mengalami penurunan pada tahun 1990an berkaitan dengan kasus

Enron dan Worldcom. Jatuhnya KAP Arthur Andersen merupakan saat yang tepat

untuk mempertanyakan kualitas audit yang diberikan oleh KAP big International.

Kritik tersebut telah melahirkan perubahan terhadap undang-undang di Amerika

Serikat dengan berlakunya Sarbanes-Oxley Act pada bulan Juni tahun 2002 diikuti

dengan KMK No.423/KMK-06/2002 di Indonesia. Undang-undang tersebut

diantaranya mengatur tentang rotasi wajib bagi auditor serta KAP tidak

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

29

diperbolehkan memberikan jasa non-audit disamping pemberian jasa audit pada klien

karena dapat mengganggu independensi auditor. Kualitas audit akan selalu diragukan

jika jasa-jasa lain yang diberikan dianggap membahayakan keobjektifan dan

independensi auditor.

Sehubungan dengan kualitas audit terhadap manajemen laba, Krishnan dan

Gopal dalam Accounting Horizon (2003, p1) menemukan bahwa kualitas audit

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, perusahaan dengan auditor non-big six

melaporkan discretionary accruals yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan

dengan perusahaan auditor big six. Hal ini merefleksikan bahwa accounting flexibility

telah diijinkan oleh auditor non big six. Krishnan et al (2003) juga menemukan

bahwa auditor non-big six secara signifikan memiliki variasi yang lebih banyak dalam

discretionary accruals dibandingkan dengan auditor big six.

II.4.10 Cara Mendeteksi Manajemen Laba

Menurut Sulistyanto (2008, p43) terdapat beberapa cara mendeteksi manajemen

laba yaitu:

1. Manajemen tidak jujur

Munculnya permasalahan antara manajer dan pemilik perusahaan, khususnya

untuk perusahaan yang kepemilikkannya menyebar disebabkan karena pada tipe

kepemilikan seperti ini tidak ada pemegang saham mayoritas yang dapat

mengintervensi wewenang manajer perusahaan. Akibatnya adalah pemegang

saham kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan manajer. Manajer

mempunyai kekuasaan penuh untuk mengelola perusahaan sesuai dengan

kepentingannya. Manajer tidak lagi bekerja untuk untuk kepentingan dan

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

30

kesejahteraan pemegang saham tetapi bekerja untuk kesejahteraannya sendiri.

Lemahnya posisi pemegang saham pada akhirnya mengakibatkan akses dan

sumber terhadap informasi mengenai keuangan, manajemen, dan operasional

perusahaan menjadi sangat terbatas.

2. Lingkungan pengendalian yang tidak mencukupi

Lingkungan pengendalian yang tidak memadai seperti lemahnya pengendalian

internal dan lemahnya penerapan Good Corporate Govarnance memberikan

peluang yang lebih besar kepada manajemen untuk melakukan manajemen laba.

3. Perubahan auditor, konsultan hukum atau CFO

Perubahan auditor, konsultan hukum ataupun CFO yang bertugas dalam suatu

perusahaan mengindikasikan ada suatu masalah yang terjadi dalam perusahaan

tersebut.

4. Perubahan prinsip akuntansi dan estimasi

Manajemen mempunyai kebebasan untuk mengubah atau mengganti metode

akuntansi yang selama ini dipakai dengan metode akuntansi lain. Hal inilah yang

mendorong seorang manajer untuk mengoptimalkan kepentingan dan

kesejahteraan pribadi. Seorang manajer hanya mau menggunakan suatu metode

akuntansi tertentu apabila ada manfaat yang bisa diperoleh. Metode akuntansi

yang tidak memberi manfaat tidak akan digunakan atau diganti dengan metode

lain.

5. Defisit yang cukup besar dalam arus kas operasi relatif terhadap laba bersih

Baik buruknya kinerja suatu perusahaan tidak hanya dapat dilihat dari laba bersih

yang dihasilkannya karena meskipun laba yang dihasilkan suatu perusahaan itu

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

31

sangat besar belum tentu diikuti dengan penerimaan kas dari aktivitas operasinya.

Hal ini disebakan karena adanya dasar akrual yang melandasi pembuatan laporan

laba rugi.

6. Perbedaan subtansial antara pertumbuhan penjualan dan penerimaan

Besarnya pertumbuhan penjualan seharusnya juga diiringi oleh pertumbuhan

penerimaan kasnya. Jika hal ini tidak terjadi terdapat kemungkinan manajer

mencatat pendapatan palsu sehingga pendapatan ini tidak akan pernah terealisir

sampai kapanpun. Upaya ini mengakibatkan pendapatan periode berjalan menjadi

lebih besar daripada pendapatan sesungguhnya sehingga laba priode berjalan juga

lebih besar daripada laba sesungguhnya.

7. Kenaikan atau penurunan laba kotor yang besar

Kenaikan laba kotor yang sangat besar bisa dilakukan manajer dengan

mempercepat pencatatan pendapatan atau menunda beban sehingga kinerja

perusahaan terlihat optimal, sedangkan penurunan laba kotor yang besar juga bisa

dilakukan manajer untuk menghindari pajak atau bahkan agar kinerja tahun

berikutnya terlihat sangat baik.

8. Mencatat pendapatan dari pembeli yang berisiko

Jika penjualan terjadi dari pembeli yang berisiko mengindikasikan perusahaan

berusaha untuk meningkatkan pendapatan perusahaan sehingga performa

perusahaan terlihat baik dan menarik perhatian investor.

9. Keberadaan komitmen dan kontijensi

Komitmen menunjukkan suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat

dibatalkan secara sepihak. Sedangkan kontijensi menunjukkan suatu keadaan yang

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

32

diliputi ketidakpastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh

suatu perusahaan yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya

satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Adanya komitmen dan

kontijensi ini jika berjumlah besar dapat mempengaruhi posisi keuangan dan

kinerja perusahaan.

II.4.11 Implikasi Manajemen Laba bagi Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Sulistyanto (2008, p115) praktik manajemen laba yang dilakukan oleh

manajemen suatu perusahaan membuat setiap pihak harus menanggung implikasinya.

Pihak-pihak yang terkait adalah sebagai berikut:

1. Manajer perusahaan, harus menanggung implikasi manajemen laba yang berupa

kemungkinan kesulitan keuangan dan kebangkrutan di masa depan.

2. Investor, harus menanggung implikasi berupa hilangnya kesempatan memperoleh

return dan kehilangan modal yang telah ditanamkannya.

3. Pemerintah, harus menanggung implikasi berupa kehilangan kesempatan untuk

memperoleh pajak.

4. Regulator, harus menanggung implikasi berupa hilangnya integritas dan

kredibilitas karena regulasinya mudah dipermainkan.

5. Kreditur, harus menanggung implikasi berupa hilangnya kesempatan untuk

memperoleh return dan dana yang dipinjamkan kepada perusahaan yang

bersangkutan.

6. Masyarakat, juga harus menanggung implikasi berupa hancurnya perekonomian.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

33

II.4.12 Model Empiris Manajemen Laba

Model empiris bertujuan untuk mendeteksi manajemen laba. Menurut Sulistanto

(2008, p216) model empiris manajemen laba pertama kali dikembangkan oleh Healy

lalu dilanjutkan oleh De Angelo dan Jones.

a. Model Healy

Model Healy merupakan model pertama yang digunakan untuk mendeteksi

manajemen laba dengan menghitung nilai total akrual, yaitu dengan mengurangi

laba akuntansi yang diperoleh selama periode tertentu dengan arus kas operasi

periode bersangkutan. Untuk menghitung nondiscretionary accruals model Healy

membagi rata-rata total akrual dengan total aktiva periode sebelumnya.

Kelemahan dalam model Healy adalah tidak adanya pemisahan antara

discretionary accruals dan nondiscretionary accruals padahal non discretionary

accruals merupakan komponen total akrual yang tidak bisa dikelola dan di atur

oleh manajemen. Pada model ini nilai nondiscretionary accruals dianggap

konstan.

b. Model De Angelo

Secara umum model De Angelo menghitung total akrual sebagai selisih antara

laba akuntansi yang diperoleh selama satu periode dengan arus kas periode

bersangkutan. Model ini mengukur manajemen laba dengan nondiscretionary

accruals yang dihitung dengan menggunakan total akrual akhir periode yang

diskala dengan total aktiva periode sebelumnya. Sama sepeti model Healy, model

De Angelo juga tidak memisahkan antara discretionary accruals dan

nondiscretionary accruals padahal nondiscretionary accruals merupakan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

34

komponen total akrual yang tidak bisa dikelola dan di atur oleh manajemen. Pada

model ini nilai nondiscretionary accruals dianggap konstan.

c. Model Jones Dimidifikasi

Model Jones tidak lagi menggunakan asumsi bahwa nondiscretionary accruals

adalah konstan. Model ini banyak digunakan dalam penelitian-penelitian akuntansi

karena dinilai merupakan model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen

laba. Model ini memecah komponen akrual menjadi discretionary accruals dan

nondiscretionary accruals.

II.5. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode

pengolahan data secara elektronik (electronic data processing) dengan bantuan

software EViews 5.1. Kelebihan penggunaan software Eviews 5.1 adalah output dari

EViews 5.1 dapat menampilkan hasil dari pengolahan data dan pengujian hipotesis

secara bersamaan. Menurut Winarno dalam Analisis Ekonometrika dan Statistika

dengan Eviews (2007) teknik pengolahan data dilakukan dengan :

1. Uji Statistik Deskriptif

Analisis ini berguna sebagai alat untuk menganalisa data dengan cara

menggambarkan sampel yang telah ada tanpa maksud membuat kesimpulan yang

berlaku umum. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan karakteristik sampel

yang diujikan. Analisis ini menghitung nilai minimum, maksimum, mean, standar

deviasi, dan keterangan lainnya.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

35

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik untuk menguji kelayakan penggunaan model regresi dan

kelayakan variabel bebas. Tujuan pengujian asumsi klasik adalah agar dapat

menghasilkan nilai parameter yang baik sehingga hasil penelitian dapat lebih

diandalkan. Menurut Winarno (2007, p51), pengujian asumsi klasik dalam

penelitian ini, yang dilakukan dengan bantuan EViews 5, terdiri dari tiga jenis,

yaitu:

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen, model regresi yang baik

seharusnya tidak mengandung multikolinearitas. Jika korelasi kuat terjadi

antara variabel independen maka terjadi masalah multikolinearitas. Dalam

penelitian ini uji multikolinearitas dilakukan dengan correlation matrix test.

Suatu data dikatakan tidak mengalami atau bebas dari multikolinearitas jika

memiliki koefisien korelasi antarvariabel lebih kecil dari 0,5. Jika terjadi

multikolinearitas maka akan dibuat pemodelan khusus untuk setiap variabel

independen.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual dari suatu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika variance dan residual dari suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

36

disebut heteroskedastisitas. Suatu model regresi yang baik adalah regresi yang

tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk mendeteksi terdapat heteroskedastisitas pada model regresi dapat

dilakukan uji white. Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat dari nilai

probabilitas untuk Obs*R-squared, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05

maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat heteroskedastis.

c. Uji Autokorelasi

Pengujian Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi maka dinamakan

ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena

residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu pengamatan ke

pengamatan lainnya.

Hal ini sering ditemukan pada data time series atau urutan waktu karena

gangguan pada satu individu atau kelompok cenderung mempengaruhi

gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Panduan

yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi akan dipakai

besaran Durbin-Watson (D-W). Secara umum dapat diambil patokan :

1) angka D – W; 0 - 1,10 berarti ada autokorelasi yang positif

2) angka D-W; 1,54 - 2,46 berarti tidak ada autokorelasi

3) angka D-W; 2,90 – 4 berarti ada autokorelasi yang negatif

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

37

d. Uji Normalitas

Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data berdistribusi normal.

Dalam analisis multivariat, para peneliti menggunakan pedoman kalau tiap

variabel terdiri dari 30 data, maka data sudah berdistribusi normal. Meskipun

demikian, untuk menguji dengan lebih akurat, diperlukan alat analisis dan

Eviews menggunakan dua cara, yaitu dengan cara melihat koefisien Jarque

Bera dan probabilitasnya:

1) Bila nilai Jarque Bera tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data

berdistribusi normal

2) Bila probabilitas lebih besar dari 5%, maka dara berdistribusi normal

II.6 Hipotesis

Menyusun landasan teori merupakan langkah penting untuk membangun suatu

hipotesis. Landasan teori yang dipilih haruslah sesuai dengan ruang lingkup

permasalahan yang akan menjadi suatu asumsi dasar peneliti dan sangat berguna pada

saat menentukan suatu hipotesis penelitian.

Peneliti harus selalu bersikap terbuka terhadap fakta dan kesimpulan terdahulu

baik yang memperkuat maupun yang bertentangan dengan prediksinya. Jadi, dalam

hal ini telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan

permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan penelitian.

Kesimpulan yang diambil adalah hipotesis penelitian dapat dirumuskan melalui

jalur:

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

38

1. Membaca dan menelaah ulang (review) teori dan konsep-konsep yang membahas

variabel-variabel penelitian dan hubungannya dengan proses berfikir deduktif.

2. Membaca dan menelaah ulang (review) temuan-temuan penelitian terdahulu yang

relevan dengan permasalahan penelitian lewat berfikir induktif.

Menurut Ghozali (2007, p84) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis

menyatakan hubungan apa yang dicari atau ingin dipelajari. Hipotesis adalah

keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Oleh

karena itu, perumusan hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian.

Menurut Ghozali (2007, p84) ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam

penelitian antara lain :

1. Hipotesis kerja atau alternatif (Ha)

Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau

adanya perbedaan antara dua kelompok.

2. Hipotesis nol atau null hypotheses (Ho)

Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak

adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y

II.6.1 Teknik Pengujian Hipotesis

Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang telah diperoleh adalah

analisis kuantitatif. Untuk menguji hipotesis digunakan alat uji analisa regresi linier

berganda dengan model interaksi metode Least Squares. Selanjutnya dari output

software Eviews 5.1, perlu diperhatikan nilai dari probabilitas dari setiap variabel

independen untuk mengetahui apabila semua variabel independen yang dimasukkan

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Laporan …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-61.pdfII.3.2 Asimetri Informasi dan Akuntansi Akrual ... Scott dalam Financial

39

ke dalam model mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dasar

pengambilan keputusannya adalah jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak, jika

probabilitas < 0,05 maka Ha diterima.

Selain melihat nilai probabilitas di atas, untuk menentukan apakah suatu model

sudah baik maka perlu diperhatikan nilai koefisien determinasi (adjusted R2).

Koefisien korelasi (R) sendiri digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Nilai dari R berkisar dari 0 sampai dengan 1.

Jika R semakin mendekati 1 maka hubungan yang terjadi semakin kuat, tetapi jika R

semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Hal tersebut dapat

diinterpretasikan sebagai berikut:

1) 0,00 – 0,199 = sangat lemah

2) 0,20 – 0,399 = lemah

3) 0,40 – 0,599 = sedang

4) 0,60 – 0,799 = kuat

5) 0,80 – 1,000 = sangat kuat.

Analisis koefisien determinasi (adjusted R2) dilakukan untuk mengetahui berapa

besar presentase dari variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai

adjusted R2 yang mendekati seratus persen berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.