BAB II LANDASAN TEORI - Bina Sarana Informatika ... terdapat beberapa tingkat dan jenis pelanggaran...
date post
07-Dec-2020Category
Documents
view
1download
0
Embed Size (px)
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - Bina Sarana Informatika ... terdapat beberapa tingkat dan jenis pelanggaran...
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut (Nawawi) dalam (Haikal, 2017) Sumber Daya Manusia (SDM)
adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non
finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata
(real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi.
Menurut (Widiansyah, 2018) Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan
suatu pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang
cukup potensial dan sangat menentukan dalam suatu organisasi, dan perlu terus
dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi
organisasi maupun bagi pengembangan dirinya.
Menurut (Panggabean) dalam (Nanang, 2019) Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah suatu proses yang terdiri dari atas perencanaan, pengorganisasian,
pemimpin dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis
pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi dan
pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut (Tulus) dalam (Teguh & Rosidah, 2018) Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas
pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan
dan pemutusan hubungan tenaga kerja dengan maksud untuk membantu mencapai
tujuan organisasi, individu dan masyarakat.
.2.2. Disiplin
2.2.1. Pengertian disiplin
Secara etimologis, disiplin berasal dari bahasa inggris disciple yang berarti
“penganut”, “pengajaran”, “latihan”, dan sebagainnya. Disiplin merupakan suatu
8
keadaan tertentu dimana orang-orang yang bergabung dalam organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang ada rasa senang hati.
Menurut (Hasibuan) dalam (Suhardoyo, 2017) mengemukakan bahwa:
“Displin adalalah kesadaran dan kesediaan seseorang untuk mentaati semua
peraturan perusahaan dan norma norma sosial yang berlaku”.
Menurut (Syahyuni, 2018) menyatakan bahwa “Kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-
norma sosial yang berlaku”.
Menurut (Rivai) dalam (Erlangga, 2017) Disiplin kerja adalah suatu alat yang
digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan, agar mereka
bersedia untuk mengubah suatu perilaku dan sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran serta kesediaan seseorang menaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
2.3. Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut (Mangkunegara) dalam (Sinambela, 2018) ada tiga pendekatan
disiplin yaitu :
1. Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu pendekatan yang mempertemukan sejumlah
keperluan atau kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan beramsumsi:
a. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman
secara fisik.
b. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum
yang berlaku.
c. Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau prasangka
harus diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan
9
mendapatkan fakta-faktanya.
d. Melakukan proses terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap
kasus disiplin.
2. Pendekatan disiplin dengan tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara
memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi:
a. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada
peninjauan kembali bila telah diputuskan.
b. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaanya harus
disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya.
c. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar
maupun kepada pegawai lainnya agar tidak mengikuti pelanggaran yang
sama.
d. Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih
keras.
e. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya
harus diberi hukuman yang lebih berat.
3. Pendekatan disiplin bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan, yaitu apabila diterapkan dengan harapan bukan
hanya pemberian hukuman, melainkan lebih bersifat pembinaan. Pendekatan
disiplin bertujuan berasumsi bahwa:
a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai
b. Disiplin bukanlah suatu hukuman, melainkan lebih mengarah pada
pembentukan perilaku sosiatif.
10
c. Disiplin ditujukan untuk perubahan pada perilku yang lebih baik.
d. Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap
perbuatannya.
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Menurut (Sutrisno) dalam (Arif, 2016) Faktor-faktor yang mempengaruhi
disiplin kerja karyawan adalah:
1. Besar Kecilnya Pemberian Kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat memengaruhi tegaknya disiplin. Para
karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, jika karyawan
merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya
yang telah dikontribusikan bagi perusahaan.
2. Ada tidaknya Keteladanan Pimpinan dalam Perusahaan
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan
perusahaan, semua karyawan akan selalu memerhatikan bagaimana pimpinan
dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana pimpinan dapat
mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat
merugikan aturan disiplin yang ditetapkan.
3. Ada tidaknya Aturan pasti yang dapat dijadikan Pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, jika tidak
ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama.
Disiplin tidak mungkin ditegakkan jika peraturan yang dibuat hanya
berdasarkan instruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi
dan situasi.
11
4. Keberanian Pimpinan dalam mengambil Tindakan
Keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan sangat diperlukan ketika
ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, yang sesuai dengan tingkat
pelanggaran yang dibuatnya. Tindakan tegas yang diambil oleh seorang
pimpinan akan membuat karyawan merasa terlindungi dan membuat
karyawan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah dilakukan.
5. Ada tidaknya pengawasan Pimpinan
Orang yang paling tepat melaksanakan pengawasan terhadap disiplin ini
tentulah atasan langsung para karyawan yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan para atasan langsung itulah yang paling tahu dan paling dekat
dengan para karyawan yang ada di bawahnya. Pengawasan yang
dilaksanakan atasan langsung ini sering disebut WASKAT.
6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan
Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar kepada para karyawan
akan dapat menciptakan disiplin kerja yang baik karyawan. Seorang
pemimpin tidak hanya dekat dalam arti jarak fisik, tetapi juga mempunyai
jarak dekat dalam artian batin. Pimpinan yang mau memberikan perhatian
kepada karyawan akan selalu dihormati dan dihargai oleh para karyawan
sehingga akan berpengaruh besar kepada prestasi, semangat kerja, dan moral
kerja karyawan.
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin, antara
lain:
a. Saling menghormati bila bertemu dilingkungan kerja;
b. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para
karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut;
12
c. Sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan, apalagi
pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan karyawan;
d. Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan sekerja,
dengan menginformasikan ke mana dan untuk urusan apa, walaupun
kepada bawahan sekalipun.
2.5. Indikator-indikator Displin kerja
Menurut (Hasibuan, 2018) menyatakan bahwa pada dasarnya banyak
indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, di
antaranya:
1. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
(pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sunguh-sungguh dan
disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan
karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta
sesuai kata dengan perbuatan.
3. Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan
karena balas jasa akan me