BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6674/3/Sahri...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6674/3/Sahri...
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Wacana
1. Pengertian Wacana
Wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap. Dalam hirarki gramatikal
wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana ini direalisasikan
dalam bentuk karangan yang utuh (buku, novel, seri ensiklopedia, dan sebagainya),
paragraf kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Kridalaksana,
1982:179).
Menurut Stubbs (dalam Tarigan, 1993:25) wacana adalah organisasi bahasa di
atas kalimat atau di atas klausa, dengan perkatan lain unit-unit linguistik yang lebih
besar dari pada kalimat atau klausa seperti pertukaran-pertukaran percakapan atau teks-
teks tertulis secara singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi
ujaran (utterance). Deese (dalam Tarigan 1993:25) berpendapat bahwa wacana adalah
seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa perpaduan
atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat dirangkum pengertian wacana itu
adalah seperangkat proposisi yang berhubungan dan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar yang dinyatakan dalam karangan yang utuh (buku, novel, seri ensiklopedia,
dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang dapat menghasikan rasa kepaduan
bagi penyimak atau pembaca.
2. Jenis Wacana
Klasifikasi diperlukan untuk memahmi, mengurai, dan menganalisis wacana
secara tepat. Ketika analisis dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu jenis wacana
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
7
yang dihadapi. Pemahaman ini sangat penting agar proses pengkajian, pendekatan dan
teknik-teknik analisis wacana yang digunakan tidak keliru.
Jenis-jenis wacana berdasarkan pendapat Mulyana (2005:51-55) dapat
diklasifikasikan menurut jumlah penutur, media penyampaian, dan berdasarkan
sifatnya, sebagai berikut:
a. Berdasarkan jumlah penutur
Berdasarkan jumlah penuturnya, wacana dapat di kelompokan menjadi dua,
pertama wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang, wacana
dialog adalah wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih. Uraiannya sebagai
berikut:
1) Wacana monolog
Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang.
Umumnya, wacana monolog tidak menghendaki dan menyediakan alokasi waktu
terhadap respon pendengar atau pembacanya. Penuturannya bersifat satu arah, yaitu
dari pihak penutur. Beberapa bentuk wacana monolog antara lain adalah pidato,
pembacaan puisi, khotbah jumat, pembacaan berita, dan sebagainya.
2) Wacana Dialog
Wacana dialog adalah wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih. Jenis
wacana ini biasanya berbentuk tulis ataupun lisan. Wacana dialog tulis memiliki bentuk
yang sama dengan wacana drama (dialog skenario, dialog ketoprak, lawakan, dan
sebagainya).
b. Berdasarkan Media Penyampaian
Berdasarkan media penyampaiannya, wacana dapat dipilih menjadi dua yaitu
wacana lisan dan wacana tulis. Wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
8
melalui tulisan, sedangkan wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara
lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Uraiannya sebagai berikut yaitu:
1) Wacana Tulis
Wacana tulis (Written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui
tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien
untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang
dapat mewakili kreativitas manusia. Wacana tulis sering dianggap sama dengan teks
atau naskah. Di dalam kajian wacana, teks atau naskah kurang diperhatikan dan
kedudukannya sering dianggap hanya berkaitan dengan huruf (grafem). Padahal,
gambar, tabel, lukisan, dan ilustrasi lainnya juga menjadi bagian dari wacana tulis
karena wacana dapat diwujudkan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf, atau karangan
utuh yang berisikan amanat yang lengkap Kridalaksana (1984: 208). Contoh: artikel,
surat, novel, karya ilmiah, poster, dsb.
2) Wacana Lisan
Wacana lisan (Spoken discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan secara
lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai
tuturan (Speech) atau ujaran (utterance). Sebagai contoh sebuah informasi yang
disampaikan oleh pembawa berita melalui siaran radio.
c. Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, wacana dapat digolongkan menjadi dua yaitu wacana
fiksi dan wacana non fiksi. Wacana fiksi adalah wacana yang bentuk dan isinya
berorientasi pada imajinasi/ khayalan, Wacana nonfiksi (wacana ilmiah) merupakan
jenis wacana ini disampaikan dengan pola dan cara-cara ilmiah yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenaranya: Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
9
1) Wacana Fiksi
Wacana fiksi adalah wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada imajinasi.
Bahasanya menganut aliran konotatif, analogis, dan multiinterpertabel. Penampilan dan
rasa bahasanya dikemas secara literal atau estetis (indah). Wacana fiksi dapat dipilih
menjadi tiga jenis, yaitu:
a) Wacana Prosa
Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau ditulis dalam bentuk cerita
atau tulisan berupa prosa (gancaran). Wacana ini dapat berbentuk tulis atau lisan.
Misalnya, novel cerita pendek, artikel, dan sebagainya.
b) Wacana Puisi
Wacana puisi merupakan jenis wacana yang dituturkan atau disampaikan dalam
bentuk puisi. Wacana puisi bisa berbentuk lisan maupun tulisan. Wacana puisi juga
disebut sebagai wacana sastra karena puisi salah satu jenis sastra. Di dalam wacana
puisi terdapat wacana puisi puitik dan wacana puisi prosaik. Wacana puisi puitik
merupakan wacana puisi yang gaya kebahasanya puitis, artinya dalam pemaknaan
bahasanya pembaca memerlukan metode khusus dalam pemaknaan gaya bahasanya.
Sedangkan wacana puisi prosaik merupakan wacana puisi yang gaya bahasanya mudah
dimengerti karena berbentuk prosa.
c) Wacana Drama
Wacana drama (dramatik) adalah jenis wacana yang disampaikan dalam bentuk
drama. Pola yang digunakan pada umumnya berbentuk percakapan atau dialog, karena
dalam wacana drama dibutuhkan dua orang atau lebih untuk menyampaikan sebuah
cerita. Di dalam wacana drama terdapat alur cerita. Alur cerita tersebut diperankan oleh
tokoh-tokoh yang memiliki karakter/ watak yang berbeda. Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
10
2) Wacana Nonfiksi
Wacana nonfiksi atau wacana ilmiah. Jenis wacana ini disampaikan dengan pola
dan cara-cara ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya. Bahasa yang
digunakan bersifat denotataif, lugas, dan jalas. Selain itu, wacana fiksi juga dikatakan
wacana yang bersifat faktual dan yang terkandung di dalamnya adalah nyata. Misalnya
laporan penelitian, buku materi perkuliahan, petunjuk mengoprasikan pesawat terbang,
artikel, opini, resensi, berita di koran/ majalah, dan sebagainya.
d. Berdasarakan Tujuan
Wacana berdasarkan tujuan, menurut Keraf (1995:6) wacana dapat di
golongkan menjadi lima yaitu :
1) Wacana Narasi
Istilah narasi berasal dari bahasa Inggris narration yang berarti cerita, karena
wacana narasi sering ditafsirkan sebagai cerita yang bersifat menceritakan sutau
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga
menimbulkan pengertian-pengertian yang merefleksikan interpretasi penulisnya.
(Marwoto dkk, 1987:152).
2) Wacana Deskripsi
Dalam wacana deskripsi, penulis atau pembicara berkeinginan untuk
menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk suatu wujud atau barang objek,
atau mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal, atau bunyi (Keraf, 1995:7). Adapun
pengertian lain wacana deskripsi adalah wacana yang terutama digunakan untuk
membangkitkan impresi kesan tentang: seorang, tempat, sutau pemandangan dan yang
semacam itu (Marwoto dkk, 1987:167).
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
11
3) Wacana eksposisi
Wacana eksposisi adalah paparan yang memberikan mengupas atau
menguraiakan sesuatu demi sesuatu penyuluhannya (penyampain informasi), dan
penyuluhan tersebut tanpa diseratai desakan atau paksaan kepada pembacanya agar
menerima suatu yang dipaparkan sebagai suatu yang besar (Marwoto dkk, 1987:170).
Contoh: petunjuk cara melakukan teknik sablon, petunjuk cara melakukan penyemaian
benih padi, dll.
4) Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang isinya terdiri dari paparan alasan dan
penyintetisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Pada wacana tersebut,
aragumentasi digunakan untuk menyakinkan kebenaran pendapat, gagasan, atauapun
konsepsi, suatu berdsarkan fenomena-fenomena keilmuan yang digunakan (Marwoto,
dkk, 1987:174).
5) Wacana persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang berisi paparan berdaya bujuk, ataupun
berdaya himbauan yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk
meyakini dan menuruti himbauan, tuturan dalam persuasif berisi ajakan agar pendengar
melakukan sesuatu yang diujarkannya (Marwoto, dkk, 1987:176).
B. Wacana Tulis
Wacana tulis (writen discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui
tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien
untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang
dapat mewakili kreativitas manusia. Berdasarkan sumber data penelitian yang akan Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
12
peneliti cari yaitu pada poster iklan kartu seluler, peneliti akan menganalisis
berdasarkan media penyampaiannya yaitu wacana tulis, karena pada poster iklan kartu
seluler terdapat tindak tutur yang mewakili penutur (produsen) untuk menyampaikan
maksud tuturan kepada mitra tutur (konsumen).
C. Poster Iklan Kartu Seluler
1. Poster
Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi
gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di
dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat
mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.
Perbedaan mendasar poster dengan media promosi lainnya adalah poster dibaca orang
yang sedang bergerak, mungkin sedang berkendara atau berjalan kaki. Sedangkan
brosur, booklet, flyer dirancang untuk dibaca secara khusus, mungkin duduk atau
sekejap dengan berdiri. Karena itu poster harus dapat menarik perhatian pembacanya
seketika, dan dalam hitungan detik, pesannya harus dimengerti. Poster digunakan untuk
berbagai macam keperluan, tapi biasanya hanya menyangkut satu dari empat tujuan
berikut ini:
1. Mengumumkan / memperkenalkan suatu acara
2. Mempromosikan layanan / jasa
3. Menjual suatu produk
4. Membentuk sikap atau pandangan (propaganda)
Gambar-gambar dirancang sedemikian rupa sehingga menarik perhatian, sedikit
menggunakan kata-kata, dicetak pada sehelai kertas/ bahan lain yang ditempelkan pada
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
13
tempat tertentu. Sebuah poster harus didesain agar menggugah/ menarik perhatian
khalayak terhadap suatu isu, sehingga dapat menyampaikan pesan secara tepat.
(http://blog.math.uny.ac.id/srimath08/)
2. Iklan
a. Pengertian Iklan
Iklan di sini disejajarkan dengan konsep advertising. Kata advertising berasal
dari bahasa Latin ad-vere yang berarti menyampaikan pikiran dan gagasan kepada
pihak lain (Klepper dalam Mulyana, 2005: 63). Sementara itu Springel (dalam
Mulyana, 2005: 63) menyatakan bahwa advertising adalah setiap penyampaian
informasi tentang barang atau jasa dengan menggunakan media nonpersonal yang
dibayar.
Iklan adalah sebuah karya kreatif yang selain menggunakan media audio visual,
juga menggunakan media verbal. Untuk mencapai aspek pengingat verbal, manipulasi
kata-kata dan ungkapan seringkali dilakukan secara leluasa sehingga dalam beberapa
hal ada kecenderungan melanggar kaidah kebahasaan yang berlaku (Sugiyono, 2009).
Wright (dalam Mulyana, 2005: 63-64) menambahkan bahwa iklan merupakan
proses komunikasi yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran,
membantu layanan, serta gagasan dan ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk
informasi yang bersifat persuasif. Moeliono (Peny. 2005: 421) menyebutkan bahwa
iklan adalah (1) berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar
tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan, (2) pemberitahuan kepada khalayak
mengenai barang dan jasa yang dijual, dipasang dalam media massa (seperti surat kabar
dan majalah) atau di tempat umum.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
14
Dari definisi iklan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa iklan adalah
penyampaian informasi kepada khalayak ramai tentang barang atau jasa yang
ditawarkan melalui media massa atau media elektronik dengan menggunakan biaya
sebagai pendukung yang di dalamnya mempunyai maksud membujuk, mendukung agar
tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan.
b. Jenis-Jenis Iklan
Menurut pendapat Swasta (1996: 249-251) jenis-jenis iklan dibagi menjadi
iklan barang, iklan kelembagaan, iklan nasional, regional, lokal, dan iklan pasar.
1. Iklan Barang (Product Advertising)
Dalam iklan produk, pemasang iklan menyatakan kepada pasar tentang produk
yang ditawarkan. Iklan produk ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Primary Demand Advertising
Primary Demand Advertising merupakan iklan yang berusaha mendorong
permintaan suatu jenis produk secara keseluruhan, tanpa menyebutkan merk atau
nama produsennya. Iklan ini berusaha menyampaikan produk secara keseluruhan
tanpa menyertakan bentuk produk dan harga. Sebagai contoh iklan ini yaitu iklan
rokok yang tidak menampilkan orang yang merokok, namun iklan ini hanya
menyampaikan cita rasa sebuah produk rokok dengan perumpamaan.
b. Selective Demend Advertising
Selective Demend Advertising merupakan jenis iklan yang berusaha mendorong
permintaan suatu jenis produk secara keseluruhan, namun disebutkan merk barang
yang ditawarkan. Iklan ini sering kita jumpai baik di media tulis ataupun lisan.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
15
Rata-rata iklan ini merupakan produk makanan, minuman, kendaraan bermotor,
mobil, kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain
2. Iklan Kelembagaan
Iklan kelembagaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan citra perusahaan.
Iklan ini bertujuan untuk mendukung secara materi sesuatu kegiatan, sehingga kegiatan
tersebut dapat berlangsung secara terus menerus. Misalnya iklan rokok yang
mensponsori kegiatan akademi olah raga, iklan rokok yang memberikan beasiswa
berprestasi baik dibidang pendidikan maupun dibidang olah raga.
3. Iklan Nasional, Regional, dan Lokal
Iklan nasional merupakan iklan yang biasanya disponsori oleh produsen dengan
distribusi secara nasional. Iklan ini hanya terdapat pada satu negara dan tidak ada di
negara lain. Iklan ini bisa kita jumpai di media televisi, radio, koran, majalah, dan lain-
lain. Sedangkan iklan regional adalah iklan yang hanya terbatas di daerah tertentu dari
sebuah negara. Biasanya iklan ini berisikan iklan tentang produk yang hanya tersedia di
suatu regional. Contoh: toko meubel, restoran, toko cendera mata, dan lain-lain yang
diklankan di televisi regional dan koran daerah. Sementara iklan lokal merupakan iklan
yang biasanya dilakukan oleh pengecer dan ditunjukkan kepada pasar lokal saja.
4. Iklan Pasar
Iklan pasar didasarkan pada jenis atau sifat pasarnya. Oleh karena itu,
periklanannya tergantung pada sasaran yang dituju, apakah konsumen, perantara
dagang, atau pemakai industri. Penggunaan media juga tergantung pada daerah-daerah
tertentu, ada yang menggunakan media televisi lokal, radio lokal, dan tulis.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
16
c. Unsur Iklan
Pada umumnya struktur iklan terdiri atas beberapa unsur pokok yang masing-
masing mempunyai fungsi tertentu. Unsur pokok tersebut yaitu headline, subhead,
caption, tagline, slogan (Wells dan Moriarty, 2008: 13).
1) Headline
Headline sering disebut sebagai judul, atau kepala tulisan, merupakan bagian
terpenting dari sebuah iklan. Letaknya tidak selalu pada awal tulisan tetapi merupakan
bagian pertama yang dibaca orang, karena tercetak besar dan tebal sehingga menarik
perhatian pembaca. Fungsinya adalah untuk mengidentifikasi produk atau merk untuk
kemudian mampu mengarahkan pembaca terhadap body copy. Yang disebut body copy
yaitu uraian yang biasanya menyampaikan tiga jenis informasi, yaitu cara produk,
kegunaan, dan kelebihan produk. Informasi ini juga bertujuan untuk mengarahkan
tindakan nyata pada khalayaknya.
2) Subhead
Subhead merupakan sekat headline yang digunakan untuk memisahkan tipe
yang tidak jelas ketika dipandang sepintas yang jumlahnya banyak sekali dalam blok
percetakan yang besar, atau bisa dikatakan bahwa sebuah headline yang harus
mengatakan sesuatu yang menarik dari produk yang ditawarkan kepada calon pembeli
dengan suatu kalimat yang panjang, maka headline ini lazim diikuti oleh subhead.
3) Caption
Caption adalah penjelasan tentang apa yang terjadi dalam bentuk foto atau
gambar, sejak makin banyaknya visual sejenis yang membingungkan. Peran sebuah
gambar di dalam poster memang memiliki peran yang cukup penting, sebab gambar
menyampaikan ide dalam sebuah iklan. Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
17
4) Tagline
Tagline adalah bagian frasa pengingat yang digunakan pada bagian akhir dari
iklan untuk meringkas dan memperjelas ide. Bagian ini bisa disebut sebagai bagian
pengulangan dari inti sebuah iklan, hanya pada bagian ini berbentuk ringkas karena
terdapat pada bagian akhir dari iklan dan hanya sebagai penjelas sebuah ide.
5) Slogan
Slogan adalah kampanye produk yang berulang-ulang dengan tujuan sebagai
pengingat dan penjelas ide. Slogan dapat digunakan dalam bentuk sajak dan konstruksi
paralel (pengulangan struktur kalimat atau frasa). Karena di dalam slogan konsumen
mendapatkan sebuah kesan dari produk tertentu. Contoh iklan rokok: djarum 76 ”yang
penting hepi”.
d. Fungsi Iklan
Menurut Swasta (1996: 246-249) ada lima fungsi iklan yaitu: memberikan
informasi, membujuk dan mempengaruhi, memberikan kesan, memuaskan keinginan,
dan merupakan alat komunikasi.
1) Memberikan Informasi
Iklan dapat memberikan informasi lebih banyak mengenai harga barang ataupun
informasi barang lainnya yang mempunyai kegunaan bagi konsumen. Tanpa informasi
orang tidak akan banyak mengetahui tentang suatu barang.
2) Membujuk dan Mempengaruhi
Iklan tidak hanya memberi tahu saja, tetapi juga membujuk kepada pembeli,
misalnya mengatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik daripada produk yang lain.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
18
Dalam hal ini, iklan bisa membandingkan produk satu dengan yang lain tanpa
menyebut merek dengan tujuan agar suatu pruduk benar akan kualitasnya.
3) Memberikan Kesan (Image)
Iklan akan membuat orang mempunyai kesan tertentu tentang apa yang
dilakukan. Dalam hal ini, pemasangan iklan selalu diusahakan dengan sebaik-baiknya.
Misalnya dengan menggunakan warna, ilustrasi dan bentuk yang menarik. Sering kali
pembelian sebuah barang tidak dilakukan secara rasional atau memperhatikan nilai
ekonomisnya tetapi lebih terdorong untuk memperhatikan atau meningkatkan gengsi.
4) Memuaskan Keinginan
Sebelum membeli produk kadang-kadang orang ingin terlebih dahulu
mengetahui tentang keunggulan dari produk tersebut, dan harga pada suatu alat yang
dipakai untuk mencapai tujuan. Tujuan itu sendiri berupa pertukaran yang saling
menguntungkan dan memuaskan. Kualitas dari suatu produk bisa membuat konsumen
terpikat untuk berlangganan mengkonsumsi/ menggunakan suatu produk dalam kurun
waktu yang lama.
5) Merupakan Alat Komunikasi
Periklanan merupakan suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah antara
pembeli dan penjual, sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi dengan cara yang
efisien dan efektif. Dalam hal ini komunikasi dapat menunjukkan cara-cara untuk
mengadakan pertukaran yang saling memuaskan. Iklan semacam ini dapat memberikan
kemungkinan kepada orang lain untuk menghubungi yang bersangkutan sehingga akan
terjadi pembicaraan dua pihak.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
19
3. Kartu Seluler
Menurut Moeliono (Peny.) (2005: 510) kartu adalah kertas tebal, berbentuk
persegi panjang (untuk berbagai keperluan sama dengan karcis). Adapun selular
(cellular) adalah sistem komunikasi jarak jauh tanpa kabel atau selular adalah bentuk
komunikasi modern yang ditujukan untuk menggantikan telepon rumah yang masih
menggunakan kabel. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan kartu selular adalah
kartu yang digunakan untuk berkomunikasi lewat telepon genggam tanpa menggunakan
kabel.
D. Pragmatik
Bidang pragmatik dalam linguistik dewasa ini mulai mendapat perhatian para
peneliti dan pakar bahasa Indonesia. Pragmatik cenderung mengkaji fungsi ujaran atau
fungsi bahasa dari pada bentuk atau strukturnya. Dengan kata lain, pragmatik lebih
cenderung ke fungsionalisme dari pada formalisme. Menurut Levinson (dalam
Djajasudarna, 2006:4) pragmatik adalah studi terhadap semua hubungan antara bahasa
dan konteks yang digramatikalisasikan atau ditandai (terlukisan) di dalam struktur
suatu bahasa.
Menurut Wijana (2006:1) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan itu
digunakan di dalam komunikasi. Fith (dalam wijana, 1996:5) mengemukakan bahwa
kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang
meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-
ciri situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dan dampak-dampak
tindak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat
tindakan partisipan.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
20
Bahasa merupakan suatu sistem tanda. Sebagai salah satu sistem tanda, bahasa
merupakan sistem makna yang membentuk budaya manusia. Sistem makna ini
berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Kata-kata atau secara lebih luas bahasa
yang digunakan oleh manusia memperoleh maknanya dari aktivitas-aktivitas yang
merupakan kegiatan sosial dengan perantara-perantara dan tujuan-tujuan yang bersifat
sosial juga (Halliday & hasan dalam wijana, 1996:5).
Pragmatik sebagai suatu cabang semiotik, ilmu tentang tanda sebenarnya telah
dikemukakan sebelumnya oleh seorang filsuf yang bernama Charles Moris (dalam
Schiffrin, 2007: 269). Beliau mengidentifikasikan tiga cara untuk mempelajari tanda-
tanda: sintaksis adalah studi tentang hubungan formal antara tanda-tanda yang satu
dengan yang lain, semantik adalah studi tentang bagaimana tanda-tanda tersebut
dihubungkan dengan objek-objek yang dirujuknya atau yang dapat dirujuknya,
pragmatik adalah studi tentang hubungan tanda-tanda dengan interpreter. Dengan
demikian, pragmatik adalah studi tentang bagaimana interpreter menggunakan atau
mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat memaparkan
(pengontruksian dari interpretan) tanda itu sendiri.
Dari berbagai pengertian pragmatik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
yang dimaksud pragmatik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari
bahasa secara eksternal yaitu antara bahasa dan konteks situasi yang meliputi
partisipan, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun nonverbal), dan dampak-
dampak tidak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul
akibat tindakan partisipan.
E. Hubungan Wacana dan Pragmatik
Masyarakat wacana (baik tutur maupun wacana) yang melibatkan penulis,
pembaca (masyarakat wacana tulis) dan pembicara-penyimak memiliki hubungan
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
21
dengan pragmatik. Pragmatik berhubungan dengan wacana melalui bahasa dan konteks.
Dalam yang selalu berhubungan, yakni sintaktis, semantik, dan pragmatik. Sintaksis
merupakan hubungan antar unsur, semantik adalah makna, baik dari setiap unsur
maupun makna antar hubungan (pertimbangan makna leksikal dan makna gramatikal),
dan pragmatik yang berhubungan dengan hasil ujaran (pembicara, pendengar, dan
penulis, pembaca) (Djajasudarma, 2006: 54).
Keunggulan wacana dapat dipertimbangkan melalui hubungan lain gramatikal,
semantik, dan leksikal. Pragmatik mencakup deitik (misalnya, sebutan kehormatan atau
honorifiks), praduga (presuppositioan), dan tindak tutur (speech acts). Berdasarkan
unsur-unsur itu, pragmatik mengkaji unsur makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan
melalui referensi langsung pada pengungkapkan ujaran.
Menurut Djajasudarma (2006:54) pragmatik mencakup studi interaksi antara
pengetahuan kebahasaan dan unsur pengetahuan tentang dunia yang dimiliki oleh
pendengar atau pembaca. Studi ini melibatkan unsur interpretatif yang mengarah pada
studi tentang keseluruhan pengetahuan dan keyakinan akan koteks. Konteks merupakan
ciri atau gambaran yang berfokous pada budaya dan linguistik yang sesuai dengan
ujaran yang dihasilkan dan iterpretasinya. Beberapa ciri atau gambaran konteks adalah
adanya pengetahuan tentang: norma (norma pembicara dan kaidah sosial), dan setatus
(konsep-konsep status sosial), ruang dan waktu, tingkat formalitas, media (sarana),
tema, wilayah bahasa.
Mulyana (2005:79) berpendapat bahwa pendekatan pragmatik terhadap wacana
perlu mempertimbangkan faktor-faktor nonverbal seperti :
1. Para lingual (intonasi, nada, pelan, keras),
2. Kinesik (gerak tubuh dalam komunikasi, gerakan mata, tangan kaki, dan
sebagainya),
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
22
3. Proksemik (jarak yang diambil oleh para penutur),
4. Kronesik (penggunan dan strukturisasi waktu dalam interaksi).
Disamping itu yang mempelajari pragmatik mencakup empat hal yaitu: (1)
dieksis, (2) praanggapan , (3) tindak tutur, dan (4) implikatur. Dibawah ini akan
dijelaskan masalah tindak tutur, dimana penulis hanya membatasi penelitian ini tentang
tindak tutur.
F. Aspek-Aspek Pragmatik
Sehubungan dengan bermacam-macamnya maksud yang mungkin
dikomunikasikan oleh penutur sebuah tuturan, Leech (dalam Wijana, 1996:10)
mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka
studi pragmatik. Antara lain:
a. Penutur dan Lawan Tutur
Mencakup penulis dan pembaca bila tuturan yang bersangkutan
dikomunikasikan dengan media tulis. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan
lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat
keakraban dsb.
b. Konteks Tuturan
Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam aspek fisik atau
setting sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan. Konteks yang bersifat lazim
disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial disebut konteks. Di dalam
pragmatik konteks pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan
(background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
23
c. Tujuan Tuturan
Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh
maksud dan tujuan tertentu. Dalam ini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam
dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai
maksud dapat diutarakan dengan tuturan sama. Didalam pragmatik berbicara
merupakan aktivitas yang berorientasi pada tujuan (goal oriented activities).
d. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas
Ini akan terjadi bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai
entitas yang abstrak, seperti kalimat pada studi sintaksis, proposisi dalam studi
semantik, dsb. Pragmatik berhubungan dengan tindakan verbal yang terjadi dalam
situasi tertentu dalam hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya
yang lebih konkrit dibandingkan dengan tata bahasa.
e. Tuturan sebagai Produk Verbal
Tuturan yang digunakan didalam rangka pragmatik seperti yang dikemukakan
dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak verbal. Dalam hal ini ada
perbedaan antara kalimat (sentence) dengan tuturan (utturance). Keberhasilan
komunikasi selain ditentukan oleh persamaan bahasa, juga ditentukan oleh persamaan
pengetahuan mengenai konteks yang melingkupi selama komunikasi berlangsung.
Aspek-aspek tersebut sangat berpengaruh pada keefektifan ujaran. Jadi tuturan yang
digunakan pragmatik merupakan tindak tutur. Oleh karena itu, tuturan yang dihasilkan
merupakan bentuk dari tindak verbal.
G. Kajian Tindak Tutur
a. Pengertian Tindak Tutur
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
24
Istilah mengenai tidak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L. Austin 1956,
seorang guru besar di Universitas Harvard. Tindak tutur merupakan hal yang
fenomena dalam masalah yang luas yang lebih dikenal dengan istilah pragmatik.
Dalam pragmatik tindak tutur menelaah makna menurut penafsiran pendengar.
Searle (dalam Rohmadi, 2004:29) mengatakan tindak tutur adalah produk atau
hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari
komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah atau
yang lainnya. Tindak tutur (speech art) adalah gejala individual yang bersifat
psikologi dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu (Chaer, 2007: 49). Beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa tindak tutur adalah aktivitas tindakan dengan menuturkan sesuatu.
Misalnya, tindakan mengusir dapat dilakukan dengan tuturan "sudah jam sembilan
Mas". Maksud tuturan ini adalah tindakan mengusir bukan menunjukkan waktu.
Tindak tutur adalah suatu kalimat yang diproduksikan oleh seseorang dengan
melihat pada situasi dalam berlangsungnya komunikasi yang dapat berbentuk
pertanyaan, pernyataan, ataupun perintah.
b. Bentuk-Bentuk Tindak Tutur
Searle (dalam Wijana, 1996: 17) mengemukakan bahwa bahasa secara
pragmatik setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan penutur
yakni:
1) Tindak Lokusi
Tindak lokusi adalah tindak tutur yang biasanya didefinisikan dengan kalimat
performatif yang eksplisit. Misalnya, berkenaan dengan pemberian izin,
mengucapkan terima kasih, menyeluruh, menawarkan dan menjanjikan. Tindak lokusi
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
25
adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti berkata atau tindak tutur
dalam berbentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami (Chaer, 2007: 53).
Tindak lokusi yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu
ungkapan linguistik yang bermakana (Yule, 2006: 83). Tindak lokusi adalah tindak
tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasi karena pengidentifikasiannya
cenderung dapat dilakukan tanpa rnenyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam
situasi tutur (Wijana, 1996: 18). Menurut Rohmadi (2004:30) menjelaskan bahwa
tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Makna lokusi:
a. Lokusi Pernyataan/ Informasi
Tipe pernyataan ini juga merupakan lokusi, yakni menyatakan sesuatu kepada
pendengar. Lokusi dalam tipe ini merupakan lokusi tidak langsung, karena hanya
merupakan berita, agar pendengar percaya dengan hal yang dituturkan oleh
pembicara. Bentuk pernyataan ini mempunyai ciri intonasi netral dan tidak ada suatu
bagian yang lebih dipentingkan dari yang lain. Lokusi pernyataan/ informasi
dinyatakan dengan kalimat.
b. Lokusi Perintah
Bentuk perintah mengandung ciri utama bahwa tipe ini merupakan cara untuk
mengungkapkan lokusi yang bersifat perintah dan larangan.
Ciri-ciri bentuk perintah:
1) intonasi keras (terutama perintah biasa dan larangan),
2) kata kerja vang mendukung isi perintah itu biasanya merupakan kata dasar.
c. Lokusi Pertanyaan
Bentuk kata tanya pada umumnya meminta pendengar untuk melaksanakan
suatu tindakan. Cara ini dipergunakan untuk menghindari rasa rendah diri atau rasa Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
26
hina pendengar dengan jalan memberikan kesempatan untuk menyatakan
persetujuanya atau penolakan atas pernyataan pembicara. Fungsi bentuk tanya adalah
mengemukakan pernyataan dan permintaan, tetapi keduanya merupakan jenis
permintaan. Perbedaan keduanya adalah pernyataan meminta tindakan verbal dan
permintaan meminta tindakan nonverbal.
Ciri-ciri pertanyaan:
1) Intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya,
2) Sering mempergunakan kata tanya,
3) Dapat pula mempergunakan partikel tanya - kah.
2) Tindak Ilokusi
Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi
atau daya ujar. Tindak tutur ilokusi dapat diidentifikasi sebagai tindak tutur yang
berfungsi untuk menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu (Wijana, 1996:
18). Ilokusi disebut sebagai the act of doing something. Menurut Rohmadi (2004:
31) adalah tindak tutur vang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan
sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu.
Ilokusi mempunyai kekuatan yaitu sifat atau ujaran yang diucapkan oleh
pembicara dengan intonasi dalam konteks tertentu, sehingga pendengar mengenal
kembali yang dikerjakan oleh pembicara, ketika pembicara mengucapkan sesuatu.
Oleh sebab itu, tindak ilokusi mempunyai kategori ilokusi. Menurut Searle (dalam
Rohmadi, 2004: 32) kategori ilokusi dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:
a) Representatif, ialah tindak ujar yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas
hal yang dikatakanya, misalnya: menyatakan, melaporkan, menunjukkan, dan
menyebutkan.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
27
b) Direktif, ialah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar
mitra tutur melakukan tindakan yang disebut dalam ujaran itu, misalnya:
menyuruh, memohon, menyarankan, dan menantang.
c) Ekspresif, ialah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya yang
diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam ujaran itu,
misalnya: memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan mengeluh.
d) Komisif, ialah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala
hal yang disebutkan dalam ujarannya, misal: berjanji, bersumpah, atau
mengancam.
e) Deklarasi, ialah tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru, misalnya:
memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memaafkan.
Ilokusi adalah sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau
informasikan sesuatu, dapat dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Menurut
Ibrahim (2004: 16-43) menyebutkan macam-macam tindak tutur ilokusi meliputi:
a) Ilokusi konstatif (conatatives)
Secara umum konstatif merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi
dengan maksud sehingga mitra tutur membentuk atau memegang kepercayaan yang
serupa. Konstatif yang ditemukan oleh Ibrahim (2004: 16) yaitu sebagai berikut:
(1) Asertif (assertives): (menyatakan, mengemukakan, menyampaikan,
mengklaim, menolak, menunjukkan, mempertahankan, menyampaikan,
mengatakan).
(2) Prediktif (predictives): meramalkan, memprediksi.
(3) Retrodiktif (retrodictives: memperhatikan, melaporkan.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
28
(4) Deskriptif (descriptives): menilai, menghargai, mengkategorikan,
mengkarakterisasikan, mengklarifikasikan, mendeskripsikan, mendiagnosa,
mengevaluasi, mengidentifikasi, memotret, merangking.
(5) Askriptif (asckriptives): menyatukan, mengatribusikan, memprediksi.
(6) Informatif (informatives): menasehati, mengumumkan, menginformasikan,
menekankan, melaporkan, menunjukkan, menceritakan.
(7) Konfirmatif (comfirmatives): menilai, mengevaluasi,
menyimpulkan, mengkonfirmasi, mendiagnosa, menemukan, memutuskan,
memvalidasi, membuktikan.
(8) Konsesif (consessives): mengakui, menyetujui, membolehkan, mengizinkan,
menganugrahi, memiliki.
(9) Retraktif (retractives): membenarkan, menolak, menyangkal, membantah,
menyanggah, menarik kembali.
(10) Asentif (asentives): menerima, menyepakati, menyetujui, menolak.
(11) Dissentif (dissentives): membedakan, menidaksepakati, menidaksetujui,
menolak.
(12) Disputatif (disputative.s): keberatan, memprotes, mempertanyakan.
(13) Responsif (responsives): menjawab, membahas, merespon.
(14) Sugestif (sugestives): menerka, menebak, menyarankan.
(15) Suppositif (suppossitives): mengasumsikan, memperkirakan, berteori.
b) Direktif
Mengekspresikan maksud penutur (keinginan, harapan) sehingga ujaran atau
sikap yang diekspresikan dijadikan alasan untuk bertindak oleh mitra tutur. Menurut
Ibrahim Ada enam jenis tindak tutur kategori ini:
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
29
(1) Reqeustives: meminta, mengemis, memohon, menekan, mengundang,
mendoa, mengajak, mendorong.
(2) Question: bertanya, menginterogasi,
(3) Requirements: memerintah, menghendaki, menuntut, mengarahkan.
(4) Probilitives: melarang, membatasi.
(5) Permissives: menyetujui, membolehkan, memperkenankan, memaafkan,
mengabulkan.
(6) Advisories: menasehati, memeringatkan, menyarankan, menyusulkan.
c) Komisif
Merupakan tindak kewajiban seseorang atau menolak untuk mewajibkan
seseorang agar rnelakukan sesuatu yang dispesifikasikan dalam isi proposisinya, yang
bisa juga menspesifikasi kondisi-kondisi tempat isi itu dilakukan atau tidak
dilakukan.
Ada dua komisif (comssives) yaitu:
(1) Promises: mengizikan
(2) Offers: menawarkan, mengusulkan
d) Ilokusi Acknowledgment
Acknowledgments mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur, baik
yang berupa rutinitas maupun yang rumit. Macam-macam:
(1) Appoligize : permintaan maaf
(2) Condole : mengucapkan belasungkawa
(3) Congratulate: mengucapkan selamat
(4) Greet: mengucapkan salam
(5) Thank : mengucapkan terima kasih
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
30
(6) Bid : mengharap
(7) Accept: penerimaan
(8) Reject: menolak
Penulis mengunakan gabungan teori yang ada pada Searle (dalam Rohmadi,
2004:32) dengan Ibrahim yaitu diantaranya: Representatif, Direktif, Komisif,
Ekspresif, Konstatif, dan acknowledgment.
a) Representatif
Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan
kebenaran atas apa yang di ujarkannya. Jenis tindak tutur ini sering juga disebut juga
tindak tutur asertif. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini adalah
tuturan-tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan,
menyebutkan, memberikan kesaksian, berspekulasi dan sebagainya.
b) Direktif
Tindak tutur direktif sering juga disebut dengan tindak tutur impositif adalah
tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang
di sebutkan di dalam tuturan itu. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur
ini antara lain memaksa, mengajak, meminta, mendorong, menasehati, bertanya,
memaafkan, menyuruh, menagih, mendesak, memohon, menyarankan, memerintah,
memberikan aba-aba, dan menantang.
c) Komisif
Tindak tutur Komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk
melaksanakan apa yang disebutkan dalam tuturannya. Berjanji, bersumpah,
mengancam, menyatakan kesanggupan, mengizinkan, menawarkan, dan mengusulkan
merupakan tuturan yang termasuk kedalam jenis tindak komisif.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
31
d) Ekspresif
Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar
ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan didalam tuturan itu.
Tuturan-tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh,
menyalahkan, mengucapkan selamat, dan menyanjung termasuk. kedalam jenis tindak
tutur ekspresif.
e) Konstatif
Tindak tutur konstatif adalah ekspresi kepercayaan seseorang yang dilakukan
oleh penutur agar mitra tutur percaya tentang maksud yang dikatakan. Seperti;
menyatakan, memprediksi, melaporkan, mengidentifikasi, menyatukan,
menginformasi, mengkonfirmasi, menyetujui, menolak, menerima, membedakan,
mempertanyakan, menjawab, menyarankan, dan memperkirakan. Tindak tutur
acknowledgments tidak digunakan dalam penelitian ini.
3) Tindak Perlokusi
Wijana (1996: 19) menjelaskan bahwa tindak perlokusi adalah efek bagi yang
mendengarkan. Perlokusi menurut Chaer (2007: 53) adalah tindak tutur yang
berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku
nonlinguistik dari orang lain. Sedangkan menurut Leech (1993:323) menyebutkan
bentuk-bentuk tindak perlokusi sebagai berikut:
(1) bring to learn that (membuat / tahu bahwa),
(2) persuade (membujuk),
(3) deceive (menipu),
(4) irritate (menjengkelkan),
(5) eneguarage (mendorong), Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
32
(6) frighten (menakuti),
(7) a muse (menyenangkan),
(8) get h to do (membuat t melakukan sesuatu),
(9) inspire (mengilhami),
(10) impress (mengesankan),
(11) distact (mengalihkan perhatian),
(12) get h to think about (membuat t berpikir tentang),
(13) relieve tenson (melegakan),
(14) embarrass (mempermalukan),
c. Jenis Tindak Tutur
Jenis tindak tutur dapat diikhtisarkan, bahwa tindak tutur dalam bahasa
Indonesia terdapat delapan macam jenis tindakan yang dapat berlangsung dalam
komunikasi. Wijana (1996: 29-35) menyebutkan sebagai berikut:
1) Tindak Tutur Langsung
Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat
berita (declaratif), kalimat tanya (introgrative), dan kalimat perintah (imperatif).
Secara konvensional kalimat berita (declaratif) digunakan untuk memberikan sesuatu
(informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, kalimat perintah untuk
menyatakan perintah, menyuruh atau mengajak, atau permohonan.
Contoh: “Saya yang membawa kertas itu.”
Kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung, karena merupakan kalimat berita.
2) Tindak Tutur Tidak Langsung (indirect speech act)
Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur untuk memerintahkan
seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Sebagai contoh: “ Sudah jam
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
33
sembilan ya mas, pantas saja udara sudah terasa dingin”. Pada tuturan tersebut
penutur tidak menyuruh langsung untuk pulang, namun hanya menyatakan bahwa
sudah jam sembilan dan udara mulai dingin.
3) Tindak Tutur Literal (literal speech act)
Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna
kata-kata yang menyusunnya. Artinya apa yang diucapkan oleh si penutur maknanya
sama, tidak berlainan dengan apa yang diucapkan. Sebagai contoh lihat kalimat
dibawah ini:
“Wajah gadis itu sangat cantik.”
jika diutarakan dengan maksud untuk memuji atau mengagumi kecantikan
wanita yang dibicarakan, maka kalimat itu merupakan tindak tutur literal.
4) Tindak Tutur Tidak Literal (nonliteral speech act)
Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama
dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
Misalnya: “Suaramu bagus” (tapi kamu tidak usah menyanyi).
Penutur bermaksud mengatakan bahwa suara lawan tuturnya jelek, yaitu dengan
mengatakan “Tak usah menyanyi”. Tindak tutur pada kalimat (2) merupakan tindak
tutur tak literal.
5) Tindak Tutur Langsung Literal (direct literal speech act)
Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan
modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud
memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat
berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya, dan sebagainya. Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012
34
Contoh:
1. Tuliskan berita itu!
2. Dian anak yang nakal.
3. Di mana kambingmu kamu jual din?
6) Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (indirect literal speech act)
Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan
dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud penutur. Dalam tindak tutur
ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya.
Misalnya : “ Piringnya kotor semua ”. Kalimat itu jika diucapkan seorang ibu kepada
anaknya bukan saja menginformasikan, tetapi sekaligus menyuruh untuk mencucinya.
7) Tindak Tutur Langsung Tidak Literal (direct nonliteral speech act)
Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan
modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang
menyusunnya tidak memiliki makna yang sama maksud penuturnya.
Misalnya : “ Suaramu bagus, kok ”. Penuturnya sebenarnya ingin mengatakan bahwa
suara lawan tuturnya jelek.
8) Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal (indirect nonliteral speech act)
Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan
dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang
hendak diutarakan.
Misalnya : Untuk meminta anaknya ganti baju setelah bermain dan bajunya kotor
seorang ibu mengutarakanya dengan ” Bersih benar bajumu, de”.
Analisis Tindak Tutur..., Sahri Muhtarom, FKIP UMP, 2012