BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Khitobah 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/249/3/BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Khitobah 1. …repository.stitradenwijaya.ac.id/249/3/BAB...
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Khitobah
1. Pengertian Khitobah
Khitobah berasal dari kata khotoba, yakhtubu. Khutbatan atau khitbaatan,
yang berarti berkhutbah atau berpidato.1 Khitobah secara etimologis
sebenarnya berarti pidato. Khitobah artinya memberi khutbah atau nasihat
kepada orang lain. Yaitu menyampaikan nasihat-nasihat kebajikan sesuai
dengan perintah ajaran Islam.2
Khitobah berasal dari kata “khataba” yang berarti mengucapkan atau
berpidato. Khitobah merupakan bentuk dakwah yang diucapkan dengan lisan
pada upacara-upacara agama. 3
Kata khitobah berasal dari susunan tiga huruf, yaitu kha‟, tha‟, dan ba‟,
yang dapat berarti pidato atau meminang. Arti asal khutbah adalah bercakap-
cakap tentang masalah yang penting. Berdasar pengertian ini maka khitobah
adalah pidato yang di sampaikan untuk menunjukkan kepada pendengar
mengenai pentingnya suatu pembahasan, pidato diistilahkan dengan
khitabahah.4
1Ahmad Warson Munawwir, Kamus AL-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2002), 349 2Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), 9
3Hasan Bisri, Ilmu Dakwah Pengembang Masyarakat, (Surabaya: Cahaya Intan, 2014), 8
4Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2004), 28
16
Pidato adalah upaya menyampaikan gagasan dan pikiran untuk
disampaikan kepada khalayak,5 dengan maksud agar pendengar dapat
mengetahui, memahami apa yang diharapkan dapat menjalankan segala
sesuatu yang telah disampaikan kepada mereka. Sedangkan menurut
Hendrikus dalam Nugraheni menyatakan bahwa pidato adalah sebuah
kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyampaikan
pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal.6
Dengan demikian dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
khitobah adalah upaya menyampaikan gagasan dan pikiran yang
mengandung penjelasan-penjelasan tentang suatu atau beberapa masalah
yang disampaikan seseorang dihadapan sekelompok orang atau khalayak.
Dengan kata lain, khitobah juga dapat diartikan sebagai upaya sosialisasi
nilai-nilai Islam melalui media lisan yang baik, supaya mudah dipahami
dan mampu mempengaruhi pendengar.
2. Macam – Macam Khitobah
Segala hal yang berhubungan dengan semua aktivitas penyampaian
pemikiran melalui lisan dari seseorang kepada khalayak bisa disebut pidato,
dan secara umum pidato-pidato ini terbagi menjadi beberapa macam jenis
5Fitriana Utami Dewi, Public Speaking; Kunci Sukses Bicara Didepan Publik, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013), 149 6Aninditya Sri Nugraheni, Pidato Terampil Berbahasa Lisan,( Yogyakarta: Lentera Kreasindo,
2015), 1
17
yang ditinjau dari maksud dan tujuan penyampaian pidato tersebut,
diantaranya:7
a. Pidato pemerintah
Pidato jenis ini datang dari pemerintah untuk rakyat. isi pidato
biasanya berupa hal-hal yang resmi yang menyangkut kebijakan
pemerintah. Penyampaian pidato jenis ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti melalui pertemuan langsung antara pejabat
pemerintah dengan bagian rakyat, atau dapat pula dengan
memanfaatkan media massa, baik melalui siaran televisi maupun radio.
b. Pidato parlemen
Pidato jenis ini bersifat resmi karena diselenggarakan oleh suatu
Negara dengan para peserta dari Negara-negara tetangga atau Negara-
negara sahabat. Isi dari pidato parlemen ini biasanya menyangkut
hubungan antar Negara atau untuk melakukan kerja sama yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
c. Ceramah
Secara umum, pidato jenis ceramah ini dilakukan oleh seseorang
yang menjelaskan sesuatu hadapan sekalian audience yang kadan diisi
pula dengan Tanya-jawab antara audience dengan penceramah
Masalah yang disampaikan dalam ceramah bersifat umum dan begitu
pula audience-nya berasal dari kalangan umum.Artinya, siapa pun dapat
7Gamal, Siasat Sukses Pidato Plus Wawancara Media Massa Secara Menakjubkan, (Yogyakarta:
Smile Books, 2006), 31
18
mendengarkan ceramah tersebut, baik dengan memberikan kontribusi
bayaran tertentu terlebih dahulu atau secara gratis.
Contoh – contoh pidato jenis ini:
1) Ceramah keagamaan dari para da‟i, mubaligh atau juru dakwah
lainnya.
2) Ceramah masalah kesehatan.
3) Ceramah politik.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat kita ketahui ada
berbagai macam jenis pidato. Jenis-jenis pidato tersebut dapat kita jadikan
patokan dalam memilih pidato, supaya tidak salah dalam membawakan
sebuah pidato. Sehingga dapat menyampaikan pidato dengan baik sesuai
dengan acara yang diadakan serta audiens yang mendengarkan pidato
kita.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, berdasarkan ada tidaknya persiapan,
sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, ada empat macam jenis
pidato, yaitu: impromtu, manuskrip, memoriter, dan ekstempore.8
1) Pidato impromtu, adalah pidato yang dilakukan secara tiba-tiba,
spontan, tanpa persiapan sebelumnya.
2) Pidato manuskrip, adalah pidato dengan naskah. Juru pidato
membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir.
8 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), 17
19
3) Pidato memoriter, adalah pidato yang ditulis dalam bentuk
naskah kemudian dihafalkan kata demi kata.
4) Pidato ekstempore, adalah pidato yang dalam penyampaiannya
juru pidato hanya menyiapkan garis-garis besar (out-line) dan
pokok-pokok bahasan penunjang (supporting point). Tetapi
pembicara tidak berusaha mengingat atau menghafalkannya
kata demi kata.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat kita ketahui ada
berbagai macam jenis pidato.Jenis-jenis pidato tersebut dapat kita jadikan
patokan dalam memilih pidato, supaya tidak salah dalam membawakan
sebuah pidato. Sehingga dapat menyampaikan pidato dengan baik sesuai
dengan acara yang diadakan serta audiens yang mendengarkan pidato kita.
3. Dasar Hukum Khitobah
Khitobah segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim
misalnya amar ma’ruf nahyi munkar. Berjihad memberi nasihat dan
sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa syariat Islam tidak mewajibkan
bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil maksimal akan tetapi
usahanyalah yang diwajibkan maksimal sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya. Adapun ayat-ayat yang mendasari tentang wajibnya
pelaksanaan khitobah bagi setiap muslim adalah sebagai berikut:
a. QS. At Tahrim Ayat 6
20
ارام ه
هليك
م وأ
فسك
هىا أ
ذين آمنىا ق
ها ال ي
يا أ
ة لا
ة
ها م لاك
ل
ار
اا واا ىوها الن
وق
ىن ما مزهم ويفعل
ه ما أ
لا يعصىن الل شداوة
مزون ي
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.9
b. QS. Yasin Ayat 7
ن اا
لا
ينا لا ال
وما ل
“Dan kewajibanlah kami tidak lain hanyalah
menyampaikan ( perintah Allah ) dengan jelas”.10
c. QS. An Nahl Ayat 125
9 Depag R.I, Al- Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: PT. Bumi Restu,1978), 951
10 Depag R.I ,Al- Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: PT. Bumi Restu,1978), 706
21
حسن اا
ى ظ
م واا
حك
ك باا ى سبيل رب
اوع ل
م بمن ل
ك هى أ حسن ان ر ب
تي هي أ
هم بال
وجاول
هتدين م باا
ل
ضل ن سبيله وهى أ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.”11
Dari ayat-ayat diatas dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki
kewajiban untuk memberi peringatan, yaitu dengan cara mengajak
seseorang atau menyeru orang lain kepada hal-hal yang baik dan juga
memberi pelajaran yang baik. Cara menyeru/mengajak orang lain kedalam
hal-hal yang baik dapat melalui komunikasi secara pribadi atau juga
dapat dengan cara berbicara di depan publik.
4. Makna, Fungsi dan Sasaran Khitobah
Jika kita mendengar kata khitobah atau pidato, maka biasanya yang
lantas terbayang dalam benak kita pertama kali adalah gambaran seseorang
11
Depag R.I,Al- Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: PT. Bumi Restu,1978), 421
22
yang berdiri di atas mimbar dan tengah menyampaikan orasinya di hadapan
khalayak ramai atau di depan sebuah forum.
Gambaran seperti itu memang tidak terlalu salah, namun tidak
sepenuhnya benar. Mengacu pada makna pidato yang sesungguhnya, yakni
pengungkapan fikiran dalam bentuk kata-kata atau secara lisan kepada
orang banyak atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan
khalayak.Tentu saja tidak hanya gambaran seperti di atas yang dimaksud
dengan pidato, melainkan mencakup semua aktivitas yang berhubungan
dengan penyampaian pemikiran melalui lisan dari seseorang kepada
khalayak.12
Secara umum memang telah diketahui, manusia mempunyai daya cipta
dan kreativitas yang mengagumkan. Berbagai hal telah tercipta dari proses
kreatif manusia itu. Namun demikian, ada kalanya orang yang hebat dalam
mencipta atau piawai dalam berkreasi mempunyai „kelemahan‟ dalam segi
pengungkapan sesuatu yang diciptakan atau dikreasikannya itu melalui
penuturan lisannya. Kondisi ini akan dapat dibantu oleh orang yang pandai
mengungkapkan segala sesuatu melalui teknik penjelasan yang baik.
Sesungguhnya manusia mempunyai kecenderungan untuk berpikir dan
kemudian menyatakan pendapat, gagasan, perasaan dan juga pengalaman-
pengalamannya. Sulit pula diingkari jika manusia sesungguhnya
mempunyai kecenderungan untuk dapat mempengaruhi orang atau pihak
lain dengan pendapat dan gagasannya. Oleh karena itu kepintaran seseorang
12
Gamal, Siasat Sukses Pidato Plus Wawancara Media Massa Secara Menakjubka, (Yogyakarta:
Smile Books, 2006), 1
23
dalam mengungkapkan buah pikirannya di hadapan pihak lain sangat
memegang peranan penting dalam hal itu. Cara berbicara seseorang
memberikan pengaruh atau dampak yang sangat besar kepada pihak lain
sekaligus menunjukkan keberadaan orang itu sendiri.13
Dalam kenyataannya, sama halnya dengan orang yang pintar berkreasi
atau piawai dalam menciptakan namun sulit mengungkapkan buah
kreasinya itu melalui lisannya, tidak sedikit pula orang yang merasa
kesulitan ketika harus mengungkapkan pendapatnya itu melalui ucapannya.
Dan kesulitan itu akan semakin bertambah-tambah berat dirasakan oleh
seseorang yang karena profesi atau pekerjaannya menuntutnya untuk lebih
banyak berbicara di depan pihak lain. Maka, tidak ada jalan lain, pidato
yang merupakan ilmu sekaligus seni berbicara di hadapan umum ini harus
dikuasai. Pidato sangat penting bagi mereka yang hendak menyampaikan
pikirannya melalui lisan karena tuntutan profesinya.
5. Kegunaan Khitobah
Jika khitobah atau pidato mempunyai makna seperti yang telah
dijelaskan di atas, maka fungsi atau kegunaan dari pidato ini tentu akan
merujuk pada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dengan adanya
13
Gamal, Siasat Sukses Pidato Plus Wawancara Media Massa Secara Menakjubkan, (Yogyakarta:
Smile Books, 2006), 5
24
pidato tersebut. Fungsi pidato sangat banyak dan beragam, beberapa di
antaranya dapat dijabarkan sebagai berikut14:
a. Memberikan informasi (To Inform)
Fungsi pidato secara umum adalah untuk memberikan informasi
atau keterangan dari seseorang kepada orang atau pihak lain. Berbagai
profesi atau pekerjaan menggunakan kepiawaiannya berpidato untuk
memberikan informasi ini, semisal: juru dakwah/da‟i, guru atau
pendidik, dan lain-lainnya. Dengan informasi ini, diharapkan para
pendengar (audience) mengetahui, memahami, serta bersedia
melaksanakan segala sesuatu seperti yang telah dijelaskan kepada
mereka.
b. Meyakinkan (To Convince)
Menurut Gentasri Anwar, S.H. dalam bukunya Retorika Praktis
Teknik dan Seni Berpidato, tujuan dari pidato adalah untuk mengubah
pendapat, sikap dan perilaku pendengar (audience) untuk kemudian
menggantikannya dengan pendapat, sikap dan perilaku yang diinginkan
pembicara (komunikator). Pembicara tentu saja harus bisa meyakinkan
kepada pendengarnya bahwa apa yang dipidatokannya mempunyai nilai
lebih atau lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang terjadi pada
pendengarnya. Keahlian berbicara dari juru pidato ini tentu sangat
diperlukan agar perubahan yang diharapkan tersebut benar-benar berasal
dari dalam setiap pendengar dan bukan hanya bersifat semu.
14
Gamal, Siasat Sukses Pidato Plus Wawancara Media Massa Secara Menakjubkan, (Yogyakarta:
Smile Books, 2006), 6-9
25
c. Menghibur (To Entertain)
Tidak sedikit orang yang memanfaatkan pidato yang dilakukannya
untuk menghibur orang atau pihak lain. Makna menghibur ini bisa
dicapai jika pembicara atau juru pidato menguasai seni berbicara di
depan umum alias pidato ini dengan baik. Tidak jarang kondisi para
pendengar (audience) yang semula diharapkan terhibur oleh pidato
pembicara malah menjadi berang hanya karena pembicara salah atau
tidak tepat saat berpidato. Juru pidato yang ingin mendulang kesuksesan
dalam pidatonya tentu akan meletakkan porsi menghibur dalam
pidatonya itu pada tempat yang semestinya.
Selain tiga fungsi tersebut di atas, pidato juga masih mempunyai
banyak fungsi yang lainnya lagi, semisal untuk:
1) Memperingatkan (To Warn)
2) Memberi semangat (To Arouse)
3) Memberikan instruksi (To Instruct)
4) Membentuk kesan (To Impress)
5) Membujuk (To Persuade), dan fungsi-fungsi lainnya.
Sedangkan fungsi khitobah menurut Hasan Bisri sebagai berikut:
1) Menyebarkan islam kepada umat sebagai individu dan
masyarakat sehingga meratalah rahmat Allah sebagai “ rahmatan
lil‟alamin” bagi seluruh makhluk Allah.
2) Melestarikan nilai-nilai islam dari generasi ke generasi kaum
muslimin berikutnya, sehingga kelangsungan ajaran islam
26
beserta pemeluknya dari satu generasi ke generasi berikutnya
tidak terputus.
3) Korektif, artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah
kemungkaran, dan mengeluarkan manusia dai kegelapan
rohani.15
4)
6. Langkah-langkah dalam Berkhitobah
Khitobah atau pidato yang baik dan tepat, dapat menghitam-putihkan
jiwa pendengar, dapat menggetarkan jiwa dan mempengaruhi mereka,
membuat mereka sedih, marah, bersemangat, sadar dan lain-lain. Ahli pidato
yang mahir dapat menggambarkan pemain bola yang dapat mempermainkan
bola sesuka hatinya, demikianlah dia dapat mempermainkan jiwa manusia
yang dihadapinya menurut kehendaknya.16
Oleh karena itu, bahwa sebelum seorang da‟i terjun ke gelanggang
dakwah, ia harus memiliki persiapan secukupnya tentang bahan (materi)
yang akan disampaikannya.Demikianlah di dalam berkhitobah (berbicara)
harus pula siap bahan pembicaraan sebelum naik ke podium. Untuk itu perlu
diperhatikan beberapa hal17:
a. Menguasai betul materi yang akan disampaikan. Sebab bagaimana
audience (hadirin) dapat mengerti, jika pembicara itu sendiri tidak
memahami pembicaraannya.
15
Hasan bisri, Ilmu Dakwah Pengembang Masyarakat, (Surabaya: Cahaya Intan, 2014), 40 16
Hamzah Ya‟qub, Publistik Islam: Teknik Da’wah dan Leadership, (Bandung: Diponegoro,
1992), 99 17
Hamzah Ya‟qub, Publistik Islam: Teknik Da’wah dan Leadershi, (Bandung: Diponegoro,
1992), 100
27
b. Babak atau urutan pembicaraan harus diatur awal, pertengahan dan
ujungnya; pembukaan, isi dan kesimpulannya..
c. Sifat penyampaiannya, apakah bersifat penjelasan, penanaman kesan,
dorongan beramal (bertindak) ataukah bersifat menghibur.
d. Argumen atau dalil-dalil yang ditampilkan harus sesederhana mungkin,
jika ummat itu sederhana, sederhana pula daya tangkapnya. Juga harus
dipertimbangkan pembawaan dalil-dalil aqli dan dalil-dalil naqli.
e. Sampaikan dengan tegas, jelas, dan tidak grogi. Banyak sekali orang yang
sering grogi dalam berkhitobah. Hal ini bisa dikarenakan tidak biasa
bicara di depan umum. Grogi dapat diatasi dengan banyak berlatih,
sering-sering menambah wawasan, menumbuhkan rasa kepercayaan pada
diri sendiri, tak perlu takut terhadap audience dan lain-lain.
7. Sikap Positif dalam Berkhitobah
Secara umum, khitobah atau pidato merupakan bentuk komunikasi satu
arah. Sesuai fungsi dan peranannya, pembicara menyampaikan khitobahnya
sementara sekalian audience-nya lebih banyak terdiam seraya
mendengarkan. Oleh karenanya, seseorang yang tengah menyampaikan
khitobahnya akan menjadi pusat perhatian segenap pendengar (audience)-
nya. Segala tingkah, perilaku, gerak-gerik dan juga ucapan sang pembicara
akan langsung dilihat dan didengar oleh para pendengarnya. Pembicara yang
tidak mampu menunjukkan penampilannya yang mengesankan bagi sekalian
penglihatan audience-nya, tentu amat sulit meraih hasil maksimal dari tujuan
28
berpidatonya sekalipun ia telah mengerahkan kemampuan berbicaranya
dengan maksimal. Ucapan dari sang pembicara tidak serta-merta mampu
menumbuhkan kesan yang positif bagi pendengarnya, mengingat ucapan
tersebut setelah diterima telinga pendengarnya perlu divisualisasikan terlebih
dahulu sebelum akhirnya ditransfer ke otak pendengarnya.18
Penampilan dan sikap seorang pembicara akan membawa dampak
terbesar bagi keberhasilan si pembicara menjalankan perannya. Pembicara
mutlak menunjukkan kesan dan sikap positif pada dirinya hingga kesan serta
sikap positif itu jelas tertangkap indra penglihatan sekalian para audience-
nya.
Beberapa kesan dan sikap positif yang harus ditunjukkan pembicara di
hadapan audience-nya, di antaranya adalah:19
a. Mempunyai rasa percaya diri yang besar
Rasa percaya diri (self confidence) merupakan salah satu modal
utama dari seseorang dalam berlaku dan bertindak. Rasa percaya diri
sangat menunjang kesuksesan seseorang dalam menghadapi pekerjaan.
Seseorang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, kemungkinan
besar akan bisa menyelesaikan pekerjaan yang semula terlihat sulit untuk
dikerjakannya. Namun sebaliknya, orang yang rasa percaya dirinya
rendah, bisa jadi akan kesulitan melakukan suatu pekerjaan yang
sesungguhnya mudah untuk diselesaikannya.
18
Gamal, Siasat Sukses Pidato Plus Wawancara Media Massa Secara Menakjubkan, (Yogyakarta:
Smile Books, 2006),21 19
Gamal, Siasat Sukses Pidato Plus Wawancara Media Massa Secara Menakjubkan, (Yogyakarta:
Smile Books, 2006),23-29
29
Di depan segenap audience-nya, pembicara hendaknya
menunjukkan jika dirinya adalah orang yang mempunyai rasa percaya
diri yang besar. Rasa percaya diri itu nampak jelas dalam pandangan
audience-nya dan seolah hendak ditularkan kepada audience-nya.
Dengan sikap pembicara seperti itu maka segenap audience-nya akan
tertarik mengikuti khitobah yang diberikan sang pembicara.
b. Bersemangat tinggi
Sikap positif lainnya yang harus ditunjukkan sang pembicara di
depan audience-nya adalah bersemangat tinggi. Bagaimana mungkin
tujuan khitobah hendak dicapai oleh sang pembicara jika dirinya sendiri
nampak loyo seakan kehilangan semangat. Bagaimana sang pembicara
mampu membentuk kesan, menarik perhatian, memberikan instruksi, dan
terlebih-lebih membangun semangat pada sekalian audience-nya jika
dirinya sendiri sudah nampak tidak bersemangat dalam pandangan
audience-nya.
c. Riang hati
Riang hati (cheerfulness) adalah kesan positif yang juga harus
dimunculkan seorang pembicara yang ingin berhasil dalam tugasnya.
Wajah dan sikapnya yang riang gembira akan ditangkap sebagai
keriangan dan kegembiraan pula oleh segenap audience-nya.
Bagaimana reaksi para audience jika mereka telah merelakan
waktu dan tenaganya untuk menghadiri suatu pidato namun mereka
malah mendapati pembicara berwajah suntuk lagi suram. Mereka datang
30
bukan untuk melihat pembicara seperti itu. Maka, betapapun
„runyamnya‟ situasi dan kondisi yang tengah dialami dalam diri seorang
pembicara, ia harus mampu menekan perasaannya itu kuat-kuat dan
menggantikannya dengan kecerahan wajah dan keriangan serta
kegembiraan sikap seolah-olah ia tidak sedang menghadapi suatu
masalah apapun juga.
Sebagai misal, dapat kita lihat apa yang ditunjukkan K.H. Abdullah
Gymnastiar (Aa Gym) ketika mengalami cobaan karena meninggalnya
dua santriwati beliau akibat perampokan dan pembunuhan beberapa
waktu yang lalu.
Di depan sekalian audience-nya, Aa Gym tetap menampilkan
wajah berseri-seri dan riang dalam menjelaskan isi ceramahnya,
sekalipun hati beliau bisa jadi tengah merasakan kesedihan dan
kepedihan yang sangat. Sikap seperti itulah yang dapat dijadikan contoh
bagi pembicara yang ingin meraih keberhasilan dalam berkhitobah.
d. Meyakinkan
Salah satu fungsi khitobah atau pidato adalah untuk meyakinkan
audience-nya. Pembicara akan berusaha sekuat mungkin agar isi
pidatonya mampu menyakinkan pendengarnya. Untuk itu ia akan
memberikan contoh-contoh pembuktian dan pembenaran melalui ucapan
dan penjelasannya. Oleh karena itu pembicaraan hendaknya benar-benar
menguasai masalah yang tengah dijelaskannya hingga mampu baginya
meyakinkan segenap pendengarnya.
31
Seorang pembicara yang mampu meyakinkan audience dengan
sebaik-baiknya maka ia akan dapat mengubah pendapat, sikap dan
perilaku audienceuntuk kemudian mengantikannya dengan pendapat,
sikap dan perilaku yang diinginkannya.
e. Tulus hati dan bersimpati
Sikap tulus hati (sincerity) dari seorang pembicara akan membawa
efek yang kuat pada pesan-pesan dan penjelasan yang diberikannya
terhadap sekalian audience. Begitu pula dengan sikap simpati (sympathy)
yang ditunjukkan sang pembicara juga akan membawa efek yang kuat
pada audience.
Sikap positif tulus hati menunjukan jika ucapan sang pembicara
berasal dari hati nuraninya yang terpendam, sedangkan simpati adalah
sikap yang menunjukkan sang pembicara turut berbagi perasaan dengan
apa yang tengah dirasakan oleh segenap audience. Dua sikap positif itu
hendaknya dimiliki seorang pembicara yang hendak meraih keberhasilan
dalam tugasnya.
f. Mempunyai selera humor yang baik
Tidak sedikit pembicara di negeri kita yang berhasil dalam
menjalankan tugas dan perannya karena mereka mempuyai selera humor
(sense of humor) yang baik. Bahkan, para pembicara yang bergelut
dalam bidang keagamaan sekalipun, tidak sedikit yang menuai
keberhasilan karena mempunyai selera humor yang baik dan mampu
menunjukkannya ketika mereka tengah berpidato.
32
Dapatlah untuk dimisalkan, seperti K.H. Zainuddin M.Z yang
kerap melemparkan joke-joke segar yang membuat yang membuat segar
suasana hati sekalian audience-nya. Begitu pulah dengan yang kerap
ditampilkan K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) yang memberikan
hiburan segar bagi segenap audience-nya tanpa kehilangan inti sari
pidato yang tengah beliau berikan.
Jadi dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang da‟i
harus bisa menguasai dirinya sendiri untuk menyakinkan audience dan
menghibur, supaya isi pidato yang disampaikan da‟i tersampaikan
dengan baik.
8. Penyampaian khitobah
Sejak berdiri di depan audien, pendakwah (penceramah/khatib) akan
menghadapi tatapan mata hadirin yang seluruhnya memandang kepadanya.
Bagi seseorang yang sudah terbiasa ceramah atau khotbah,tatapan seperti itu
tidak akan berpengaruh apa-apa. Akan tetapi,bagi seseorang yang jarang
ceramah atau khotbah, apalagi bagi yang pertama kali melakukannya,
sorotan mata yang menatap kepadanya akan membuatnya gugup, gemetar,
dan gentar. Ini biasa dinamakan gentar mimbar atau demam panggung
(podium vrees).
Cara menghilangkan suasana yang biasa membuat gugup dan gagap
seperti itu ialah:
a. Percaya kepada diri sendiri karena sudah melakukan persiapan.
33
b. Bersikap tenang, tidak menunjukkan ketakutan.
c. Menghirup napas panjang dan dalam tanpa terlihat oleh hadirin.
d. Menatap hadirin pada bagian atas matanya, bukan pada matanya
yang sedang menyorotkan sinar pandangan.
Demikianlah beberapa hal untuk menghilangkan rasa gentar dan
gemetar. Sesudah memberikan salam sebagai penunjukkan rasa hormat
kepada hadirin, dan sejak mulai sampai mengakhiri ceramah atau khotbah,
pendakwah hendaklah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Berbicara dengan gaya orisinal, tidak meniru gaya ceramah atau
khotbah orang lain.
b. Berbicara dengan sikap semata-mata sederajat (talk with the
people),tidak menggurui (talk to the people).
c. Berbicara dengan nada naik-turun, tidak datar yang menjemukan.
d. Berbicara dengan mengatur tempo agar dapat didengar dan dicerna
jelas oleh hadirin, tegas kapan harus berhenti lama (titik) dan jelas
bilamana mesti berhenti sejenak (koma).
e. Berbicara dengan memberikan tekanan-tekanan pada hal-hal
tertentu untuk mendapat perhatian khusus dari hadirin.
f. Berbicara dengan tetap memelihara kontak pribadi (personal
contact) dengan hadirin.
34
g. Berbicara dengan menunjukkan wajah yang cerah untuk
menghadapi simpati hadirin.20
Dalam hal pengaturan waktu, pendakwah harus memperkirakan dan
dapat membagi waktu yang tersedia seluruhnya. Pendakwah yang baik
akan menghargai waktu dengan mempersingkat atau menyesuaikan
ceramah atau khitobahnya sesuai dengan waktu yang tersedia, karena lebih
baik menghadapi pendengar yang masih bersemangat atau menaruh
perhatian daripada menghadapi pendengar yang sudah letih atau tidak
menaruh perhatian. Untuk menghindari pendengar yang seperti itu,
pendakwah harus tanggap dan harus mengaktifkan perhatian mereka
dengan mengambil contoh-contoh yang menarik dengan pernyataan-
pernyataan retorika.21
B. Tinjauan Tentang Percaya Diri
1. Pengertian percaya diri
Percaya diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada
seseorang. Tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan
masalah pada diri seseorang. Kepercayaan diri diperlukan baik oleh
seorang anak maupun orangtua, secara individual maupun kelompok.22
20
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), 69 21
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah,( Jakarta: Prenada Media Group, 2009), 364-365 22
Nur Gufron& Rini Risnawita, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 33
35
Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, di mana
individu dapat mengevaluasi keseluruan dari dirinya sehingga memberi
keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam
mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya.23 Percaya diri merupakan
atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat. Dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu
mengaktualisasikan segala potensi dirinya.24
Percaya diri dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang untuk mampu
berperilaku sesuai dengan harapan atau keinginannya.25 Pengertian secara
sederhana dapat dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap
gejala aspek kelebihan yang dimiliki oleh individu dan keyakinan tersebut
membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan
hidupnya.26
Sedangkan De Angelis mendefinisikan kepercayaan diri sebagai sesuatu
yang harus mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala kita
kerjakan.27 Dalam pengertian ini rasa percaya diri dapat muncul karena
kemampuan dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu. sehingga rasa
percaya diri baru muncul setelah seseorang melakukan sesuatu pekerjaan
secara mahir dan melakukannya dengan cara memuaskan hatinya. Atas
dasar pengertian diatas maka seseorang tidak akan pernah menjadi orang
23
Pongky Setiawan, Siapa Takut Tampil Percaya Diri, ( Yogyakarta:Parasmu, 2014), 14 24
Nur Gufron& Rini Risnawita, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 33 25
Pradipta Sarastika, Stop Minder Dan Grogi, ( Yogyakarta: Araska, 2014), 41 26
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Yogyakarta:Puspa Swara,2002), 6 27
Barbara De Angelis, Sel Confident: Percaya Diri Sumber Kesuksesan dan Kemandirian,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), 5
36
yang benar-benar percaya diri karena rasa percaya diri itu muncul hanya
berkaitan dengan ketrampilan tertentu yang ia miliki. Oleh sebab itu
menurut de angelicas rasa percaya diri yang sejati senantiasa bersumber
dari hati nurani, bukan dibuat buat. Rasa percaya diri berawal dari tekat
dari diri sendiri untuk melakukan segala yang di inginkan dan dibutuhkan
dalam hidup seseorang, yang terbina dari keyakinan diri sendiri, bukan dari
karya –karya kita, walaupun karya kita sukses.28
Agama Islam sangat mendorong umatnya untuk memiliki rasa percaya
diri yang tinggi. Manusia adalah makhluk ciptaannya yang memiiki terajat
yang paling tinggi karena kelebihan akal yang dimilikinya. Sehingga
sepatutnya ia percaya dengan kemampuan yang dimilikinya, sebagai firman
Alloh SWT dalam QS. Ali Imron Ayat 139, sebagai berikut:
من ننتم م
ىن ن ك
تم الأ ل
هىا وأ
حزه
ولا تهنىا ولا ت
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”29
Dari berbagai definisi diatas secara umum dapat penulis simpulkan
bahwa percaya diri adalah sikap percaya dan yakin akan kemampuan yang
dimiliki, yang dapat membantu seseorang untuk memandang dirinya dengan
positif dan realitis sehingga ia mampu bersosialisasi secara baik dengan
28
Barbara De Angelis, Sel Confident: Percaya Diri Sumber Kesuksesan dan Kemandirian,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), 10 29
Depag R.I, Al- Qur’an Dan Terjemahnya, ( Jakarta: PT. Bumi Restu,1978), 98
37
orang lain. Rasa percaya diri seseorang juga banyak di pengaruhi oleh
tingkat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Orang yang percaya diri
selalu yakin pada setiap tindakan yang dilakukannya,merasa bebas untuk
melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginannya dan bertanggung jawab
atas perbuatannya.
2. Macam-macam percaya diri
Liendenfiel menjelaskan bahwa ada dua jenis percaya diri yaitu percaya
diri batin dan percaya diri lahir.30
a. Percaya Diri Batin
Percaya diri batin adalah kepercayan yang memberi kita
perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Ada empat ciri
utama percaya diri batin yang sehat, meliputi:
1) Citra diri, yaitu orang memiliki kepercayaan diri untuk
mencintai diri sendiri dan cinta diri yang tidak dirahasiakan.
2) Pemahaman diri, yaitu anak yang memiliki pemahaman diri
yang baik akan menyadari kekuatan mereka,mengenal
kelemahan dan keterbatasan mereka,tumbuh dengan kesadaran
yang mantap tentang identitas sendiri, dan terbuka untuk
menerima umpan balik dari orang lain.
3) Tujuan yang jelas, yaitu orang yang memiliki kepercayaan diri
selalu mengetahui tujuan hidupnya karena mereka mempunyai
30
Gael Lindenfield, Mendidik Anak Supaya Percaya Diri, ( Jakarta : Arcan, 1997), 4-7
38
pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu
dan mereka tahu hasil apa yang bisa diharapkan.
4) Berpikir positif, yaitu orang yang memiliki kepercayaan diri
merupakan teman yang menyenangkan karena mereka biasa
melihat kehidupan dari sisi yang cerah dan mereka mengharap
serta mencari pengalaman dengan hasil yang bagus.
b. Percaya Diri Lahir
Percaya diri lahir memungkinkan anak untuk tampil dan
berperilaku dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa ia
yakin akan dirinya. Empat ciri percaya diri lahir meliputi:
1) Komunikasi,yaitu anak yang memiliki kepercayan diri lahir
dapat melakukan komunikasi dengan setiap orang dari segala
usia.
2) Ketegasan, yaitu anak yang memiliki kepercayaan diri lahir
akan meyatakan kebutuhan mereka secara langsung dan terus
terang
3) Penampilan diri, yaitu anak akan menyadari pengaruh gaya
hidupnya terhadap pendapat orang lain mengenai dirinya tanpa
terbatas pada keinginan untuk selalu ingin meyenangkan orang
lain.
4) Pengendalian perasaan, yaitu anak akan berani menghadapi
tantangan dan resiko karena mereka dapat mengendalikan rasa
takut, khawatir, dan frustasi.
39
Munculnya rasa tidak percaya diri pada anak adalah karena anak
berpikir negatif tentang dirinya sendiri atau dibayangi dengan ketakutan
yang tanpa sebab. Sehingga timbul perasaan tidak menyenangkan serta
dorongan atau kecenderungan untuk segera menghindari apa yang hendak
dilakukannya. Untuk itulah, orang tua maupun guru harus mampu
mengarahkan anak agar berfikir positif.
Sebagimana firman Allah SWT dalam QS. Fushshilat Ayat 30 yang
menganjurkan untuk berpikir positif, sebagai berikut:
ت
امىا ت
م است
ه
نا الل ىا رب
ال
ذين ق
ن ال
نبشزوا باا
ىا وأ
حزه
ىا ولا ت
اف
خ
لا ت
أ
لاك
هم اا
ل
ى دون نتم ت
تي ك
ال
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu
dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu".31
31
Depag R.I, Al- Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: PT. Bumi Restu, 1978), 777
40
Ayat diatas menjelaskan tentang percaya diri yang berkaitan dengan
sikap dan sifat seseorang yang barpikir positif dan memiliki keyakinan
yang kuat terhadap dirinya. Orang yang percaya diri disebut sebagai orang
yang tidak takut dan tidak bersedih dalam menjalani hidup, karena Allah
SWT telah menjanjikan surga kepada umatnya.Apabila anak berfikir
positif, maka rasa percaya diri yang dimilikinya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
3. Ciri-ciri orang yang percaya diri
Adapun ciri-ciri dari percaya diri yaitu antara lain menurut Hakim ciri-
ciri orang yang percaya diri yaitu:32
a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai
situasi
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang
penampilannya Memiliki kecerdasan yang cukup
f. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup
g. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang
kehidupannya, misalnya ketrampilan berbahasa asing
h. Memiliki kemampuan bersosialisasi
i. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik
32
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Yogyakarta: Puspa Swara, 2002), 5-6
41
j. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat
dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup
k. Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah,
misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi
persoalan hidup.
Berdasarkan pendapat di atas maka ciri-ciri orang yang percaya diri
salah satunya selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala
sesuatu maksudnya yaitu orang yang percaya diri akan selalu tenang
apabila menghadapi persoalan dalam hidupnya, ia akan bersikap optimis
dan yakin bahwa apa yang ia kerjakan pastilah dapat terselesaikan dengan
baik karena ia yakin bahwa ia memiliki potensi dalam dirinya.
Menurut Fahmadi ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri,
diantaranya:33
a. Percaya akan kemampuan sendiri, sehingga tidak membutuhkan
pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat dari orang lain
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima
oleh orang lain atau kelompok
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain
d. Punya kendali diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil)
e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau
kegagalan, tergantung dari usaha sendiri dan tidak mudah menyerah
33
Ahmad Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), 5
42
pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung pada bantuan orang
lain).
f. Mempunyai cara pandang positif terhadap orang lain, diri sendiri, dan
situasi diluar dirinya.
g. Memiliki harapan-harapan yang realistik, sehingga ketika harapan itu
tidak terwujud mampu untuk melihat sisi positif dirinya dan situasi
yang terjadi
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa seorang yang memiliki kepercayaan diri akan selalu bersikap
optimis dalam segala hal, kemudian ia juga selalu bersikap tenang dalam
menghadapi permasalahan dan selalu bersikap positif dan berpikir positif
terhadap dirinya dan orang lain. Seorang yang percaya diri juga akan
memiliki kesadaran bahwa kegagalan dan kesalahan merupakan hal yang
biasa dalam hidup dan tidak perlu untuk terlalu menyesali kegagalannya.
4. Faktor-Faktor Pembentuk Percaya Diri
Kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut ini adalah
faktor-faktor tersebut.34
a. Konsep diri, menurut Anthony (1992) terbentuknya kepercayaan diri
pada diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang
diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu kelompok. Hasil interaksi
yang terjadi akan menghasilkan konsep diri.
34
Nur Gufron& Rini Risnawita, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 37
43
b. Harga diri, konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang
positif pula. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri
sendiri. Santoso35 berpendapat bahwa tingkat harga diri seseorang
akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.
c. Pengalaman, dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri.
Sebaliknya, pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya rasa
percaya diri seseorang. Anthony (1992) mengemukakan bahwa
pengalaman masa lalu adalah hal terpentinguntuk mengembangkan
kepribadian sehat.
d. Pendidikan, tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap
tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah
akan menjadikan orang tersebut tergantung dan berada di bawah
kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya, orang
yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki
tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan
rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan percaya diri
menurut Angelis adalah sebagai berikut:36
a. Kemampuan pribadi, rasa percaya diri hanya timbul pada saat
seseorang mengerjakan sesuatu yang memang mampu dilakukan.
35
Sukria,” Kemampuan Menyelesaikan Masalah Ditinjau Dari Kepercayaan Diri Dan Dukungan
Social Pada Remaja Akhir” Tesis, ( Yogyakarta: Fakultas Psikologi Ugm,2006). 36
Barbara De Angelis, Sel Confident: Percaya Diri Sumber Kesuksesan Dan Kemandirian
,(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2003),4
44
b. Keberhasilan seseorang, keberhasilan seseorang ketika mendapatkan
apa yang selama ini diharapkan dan cita-citakan akan memperkuat
timbulnya rasa percaya diri.
c. Keinginan, ketika seseorang menghendaki sesuatu maka orang
tersebut akan belajar dari kesalahan yang telah di perbuat untuk
mendapatkannya.
d. Tekat yang kuat, rasa percaya diri yang datang ketika seseorang
memiliki tekat yang kuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Thursan Hakim menjelaskan bahwa percaya diri siswa di sekolah bisa
dibangun melalui berbagai macam bentuk kegiatan sebagai berikut37:
a. Memupuk keberanian untuk bertanya
b. Peran guru/pendidik yang aktif bertanya pada siswa
c. Melatih berdiskusi dan berdebat
d. Mengerjakan soal di depan kelas
e. Bersaing dalam mencapai prestasi belajar
f. Aktif dalam kegiatan pertandingan olah raga
g. Belajar berpidato
h. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler
i. Penerapan disiplin yang konsisten
j. Memperluas pergaulan yang sehat dan lain-lain
37
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Yogyakarta: Puspa Swara, 2002), 122
45
Dapat dipahami bahwa kepercayaan diri tidak tiba-tiba ada dengan
sendirinya,namun dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut
perlu mendapat dukungan dari orang tua, lingkungan, maupun guru di
sekolah. Disini lingkungan pendidikan mempunyai peluang yang paling
besar sebagai tempat untuk membentuk dan mengembangkan kepercayaan
diri siswa.
5. Aspek-aspek percaya diri
Menurut lauster (1992) dalam buku Nur Ghufron dan Rini Risnawita
Adapun aspek-aspek dari rasa percaya diri sebagai berikut38:
a. Keyakinan kemampuan diri
Kayakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang
dirinya. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukan.
b. Optimis,
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan
kemampuannya.
c. Objektif
Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan
kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebeneran pribadi atau
menurut dirinya sendiri.
d. Bertanggung jawab
38
Nur Gufron& Rini Risnawita, Teori-Teori Psikologi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 36
46
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensi.
e. Rasional dan realistis
Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah,
sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemiliran yang
dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepercayaan diri adalah sifat yang dimiliki seseorang yang memiliki aspek-
aspek keyakinan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan
realistis.
6. Percaya diri dalam pendidikan
Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan yang paling berperan untuk
mengembangkan rasa percaya diri peserta didik setelah lingkungan
keluarga. Ini dapat ditinjau dari segi sosialisasinya sehingga sekolah dapat
dikatakan memegang peranan penting dalam mengembangkan percaya diri
dibandingkan dengan dilingkungan keluarga. Adapun ciri-ciri anak yang
percaya diri dalam dunia pendidikan atau di dalam sekolah antara lain :
a. Peserta didik mampu untuk selalu mengungkapkan pendapatnya
pada saat proses kegiatan belajar mengajar
b. Peserta didik mampu untuk tampil ke depan kelas mengerjakan
soal tanpa gugup atau grogi,
c. Peserta didik mampu bersosialisasi dengan baik
47
d. Peserta didik aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi
di sekolah
e. Peserta didik mampu mengerjakan soal tanpa menyontek.39
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa siswa
yang memiliki percaya diri dalam sekolah memiliki karakteristik antara
lain, dapat selalu mengungkapkan pendapatnya pada saat kegiatan
proses belajar dalam kelas, seperti pada saat berdiskusi kelompok,
kemudian siswa mudah bergaul dengan teman-temannya, tidak mudah
grogi saat harus tampil di depan kelas untuk mengerjakan soal, serta
siswa mampu mengerjakan tugas atau tes tanpa menyontek dari buku
maupun temannya.
C. Kerangka Konseptual
Kepercayaan diri merupakan kebutuhan bagi setiap individu untuk
dapat menjalani kehidupanya agar tidak mengalami kesulitan. Kepercayaan diri
adalah modal dasar bagi anak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu
membantu anak agar dapat diterima di lingkungannya. Kepercayaan diri tidak
datang dengan sendirinya namun dipengaruhi oleh berbagai faktor.faktor-faktor
tersebut perlu mendapat dukungan dari orang tua, lingkungan, maupun guru di
madrasah. Percaya diri siswa disekolah bisa dibangun melalui beberapa
kegiatan yang ada di sekolah seperti program khitobah.
39
Thursan hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Yogyakarta: Puspa Swara, 2002), 6
48
Program khitobah merupakan kegiatan latihan berpidato dengan tujuan
melatih mental, keberanian dan kemampuan para siswa untuk bisa berceramah
atau berpidato di depan orang banyak untuk mengajak orang-orang ke jalan
kebaikan dan kebenaran, menyampaikan amar ma‟ruf dan mencegah segala
kemungkaran dengan bijaksana sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Dilihat dari permasalahan siswa yang masih memiliki rasa kurang
percaya diri salah satunya adalah dalam proses pembelajaran yang ada dikelas.
Bentuk siswa yang masih kurangnya rasa percaya diri seperti siswa masih
mengandalkan teman yang paling pintar dan paling berani berargumen dikelas.
Apabila guru memberikan pertanyaan hanya beberapa siswa yang mau
berpartisipasi dalam kelas, sedangkan mayoritas hanya diam padahal
sebenarnya mereka mampu namun kurang yakin dengan kemampuan yang
dimiliki. Dengan kegiatan tersebut peserta didik diharapkan bisa mengutarakan
pedapatnya dikhalayak ramai dan yang paling penting percaya diri untuk tampil
didepan kelas tidak takut lagi.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.40
Dilihat dari kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
40
Sugiyono,metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2014), 64
49
Hipotesis alternatif (Ha) dari penelitian ini adalah:
“Ada pengaruh yang signifikan antara progam khitobah terhadap
percaya diri siswa di MA Al-Ichsan Brangkal Kabupaten Mojokerto”.
Hipotesis nol (Ho) dari penelitian ini adalah:
“Tidak ada pengaruh yang signifikan antara program khitobah terhadap
percaya diri siswa di MA Al-Ichsan Brangkal Kabupaten Mojokerto”.
50