BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan...
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Sepakbola
Menurut Sucipto, Sutiyono, dkk (2000: 7) mengatakan bahwa,
“Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari
sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang”. Hampir seluruh
permainan dilakukan dengan keterampilan mengolah bola dengan kaki, kecuali
penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan seluruh anggota
badannya dengan kaki dan tangan.
Tujuan dari masing-masing kesebelasan adalah berusaha untuk
memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin dan berusaha
menggagalkan serangan lawan untuk melindungi serangan atau menjaga
gawangnya agar tidak kemasukan bola. Dalam permainan sepakbola para
pemain dituntut untuk dapat menerapkan berbagai teknik ke dalam pola taktik
dan strategi serta kerja sama tim yang kompak agar dapat memperoleh
kemenangan. Beltasar Tarigan (2001: 2), menyatakan bahwa, “Sepakbola adalah
pemecahan masalah, bagaimana memperagakan sebuah teknik yang serasi,
ditinjau dari posisi lawan dan kawan. Pengetahuan tentang taktik strategi
bermain sepakbola sangat penting”. Pendapat lain juga dikemukakan oleh
soekatamsi (1988: 12) bahwa, “Semua pemain sepakbola harus menguasai
teknik dasar dan keterampilan bermain sepakbola, karena orang akan menilai
sampai mana teknik dan keterampilan para pemain dalam hal menendang bola,
memberikan bola, menyundul bola, menembakkan bola ke gawang lawan untuk
mencetak gol”.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tujuan
permainan sepakbola adalah mencapai kemenangan. Untuk mencapai
kemenangan dibutuhkan penguasaan teknik, taktik dan strategi yang baik,
sehingga mempunyai peluang untuk memasukkan bola ke gawang lawan
sebanyak-banyaknya. Selain itu juga, kerja sama yang kompak dalam satu tim
juga sama pentingnya untuk memperoleh kemenangan. Sebaik apapun
9
keterampilan yang dimiliki seorang pemain tanpa kerja sama yang baik antar
pemain yang satu dengan lainnya dalam satu tim, maka akan sulit memperoleh
kemenangan. Menurut Baltasar Tarigan (2001: 3) bahwa, “Dalam permainan
sepakbola, keterampilan-keterampilan yang dimiliki pemain tidak bisa
dipisahkan dari satu kesatuan tim dan tidak akan pernah ia menggunakannya
sendiri”. Artinya, keterampilan-keterampilan yang dimiliki seorang pemain,
tidak pernah merupakan tujuan tersendiri.
Berdasarkan penjelasan dua ahli tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa, sepakbola merupakan olahraga permainan beregu yang menuntut
kualitas taktik dan teknik serta kerjasama yang kompak dalam satu tim untuk
memperoleh kemenangan. Sebaik apapun teknik dan taktik yang dimilki suatu
tim, tanpa kerjasama yang kompak akan sulit memenangkan suatu pertandingan.
a. Teknik Dasar Permainan Sepakbola
Ditinjau dari pelaksanaan permainan sepakbola bahwa, gerakan-
gerakan yang terjadi dalam permainan adalah gerakan-gerakan dari badan dan
macam-macam cara memainkan bola. Gerakan badan dan cara memainkan
bola adalah dua komponen yang saling berkaitan dalam pelaksanaan
permainan sepakbola. Gerakan-gerakan maupun cara memainkan bola
tersebut terangkum dalam teknik dasar bermain sepakbola. Soekatamsi (1988:
34), menyatakan bahwa ,”Teknik bermain sepakbola dibagi menjadi dua yaitu
: (1) Teknik tanpa bola, (2) Teknik dengan bola “.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik dasar
bermain sepakbola dibagi menjadi dua macam yaitu teknik tanpa bola (teknik
badan) dan teknik dengan bola. Teknik badan atau teknik tanpa bola pada
dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan fisik untuk mencapai
kesegaran jasmani (physicalfitness) agar dapat bermain sepakbola dengan
sebaik-baiknya. Menurut Soekatamsi (1988: 34) unsur-unsur teknik tanpa
bola terdiri dari : “(1) Lari cepat dan mengubah arah, (2) Melompat dan
meloncat, (3) Gerak tipu tanpa bola dan, (4) Gerakan-gerakan khusus untuk
penjaga gawang”.
10
Teknik dengan bola pada dasarnya yaitu semua gerakan-gerakan
dengan bola. Kemampuan seorang pemain dalam memainkan bola akan
sangat membantu penampilannya dalam bermain sepakbola. Oleh karena itu,
setiap pemain harus mempelajari unsur-unsur teknik dengan bola secara
seksama. Yang dimaksud dengan teknik dasar bermain sepakbola adalah
menendang bola, menggiring bola (dribbling), mengontrol bola (controlling),
menyundul bola (heading), melempar bola (throw-in), dan menembak bola
(shooting) yang diuraikan pada penjelasan berikut ini:
a. Menendang Bola
Menendang bola merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang
sering digunakan dalam permainan sepakbola. Suatu kesebelasan yang
tangguh adalah suatu kesebelasan yang semua pemainnya yang
menguasai teknik dasar menendang bola yang baik. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menendang bola adalah sebagai berikut :
1) Pada waktu akan menendang bola, pandangan mata mengikuti arah
posisi bola yang akan diarahkan.
2) Posisi kaki tumpu tepat disamping bola karena hal ini dapat
menentukan arah lintasan dan tinggi rendahnya lambungan bola.
3) Pergelangan kaki yang akan menendang bola dikuatkan, tungkai kaki
yang menendang bola diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke
belakang bola.
Macam-macam teknik dasar menendang bola:
1) Teknik dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam
Dalam mengajarkan teknik dasar menendang bola dengan kaki
bagian dalam harus dilakukan bersama-sama dengan latihan
menghentikan bola. Adapun teknik menendang bola dengan kaki
bagian dalam adalah sebagai berikut: (a) Pemain berdiri 3 sampai 4
langkah dibelakang bola dan arah sasaran bola merupakan satu garis
lurus; (b) Pemain lari ke arah bola, menendang bola dengan kaki
bagian dalam ke arah kawan kemudian kawan yang menerima bola
11
tadi menendang bola kembali ke arah pemain yang menendang
pertama.
2) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki
Teknik menendang bola dengan punggung kaki ini sering
digunakan dalam permainan untuk menembakkan ke gawang.
Adapun teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki adalah:
(a) Pemain berdiri 3 sampai 4 langkah di belakang bola dan arah
sasaran bola merupakan satu garis lurus; (b) Pemain berlari dan
menendang bola dengan punggung kaki ke arah sasaran, (d)
kemudian pemain yang menerima bola menendang kembali ke arah
pemain yang menendang pertama kali.
3) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam
dan bagian luar.
Adapun teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki
bagian dalam dan luar adalah: (a) Letakkan kaki tumpu di samping
bola dengan jarak kurang lebih 25 cm, dan posisi kaki agak ke
belakang, arah kaki tumpu sejajar dengan arah sasaran; (b) Kaki yang
akan menendang diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke arah
belakang bola; (c) Sikap badan agak condong ke depan, kedua lengan
terbuka di samping badan untuk menjaga keseimbangan; (d) Bola
yang ditendang hendaknya mengenai tengah-tengah bola maka bola
akan melambung rendah atau sedang.
b. Mengontrol Bola (Controlling)
Dalam permainan sepakbola, mengontrol bola sangat penting
baik itu bola datar maupun bola di udara yang datang kepada seorang
pemain sepakbola dari berbagai ketinggian dengan segala macam
kecepatan dan sudut. Untuk menghentikan bola datar dan yang berada
di udara seorang pemain harus bisa menguasai dan siap mengoperkan
kepada pemain yang lain dalam suatu permainan. Mengontrol bola
bisa dilakukan dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali
tangan. Menurut Scheunemann (2008:56) "apa pun bagian tubuh yang
12
dipakai, cara mengontrol bola pada dasarnya sama. Sesaat sebelum
bola sampai, pastikan bagian tubuh yang digunakan sedikit mengalah
ke belakang. Hal ini akan mencegah bola untuk memantul dengan
keras ke depan". Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengontrol
bola:
1) Seorang pemain, lari menjemput arah datangnya bola dan
pandangan ke arah berhentinya bola.
2) Kaki tumpu menerima seluruh berat badan, kedua lutut sedikit
ditekuk.
3) Sebelum mengontrol bola seorang pemain hams segera memikirkan
bola yang telah dikuasai untuk dioperkan kepada kawan, di giring
atau ditembakkan ke arah gawang.
4) Posisi badan siap menerima bola yang datang dengan semua bagian
tubuh kecuali tangan.
Macam-macam teknik dasar mengontrol bola:
1) Teknik dasar mengontrol bola dengan kaki bagian dalam.
Penggunaan dalam permainan sepakbola adalah untuk
menahan bola datar yang bergulir di atas tanah. Adapun teknik
menahan bola dengan bagian kaki bagian dalam sebagai berikut: (a)
Seorang pemain harus lad menyusul arah datangnya bola,
pandangan tertuju ke arah bola dan setelah dekat bola segera
berhenti, (b) Posisi kaki digerakkan ke depan ke arah datangnya
bola, tepat di tengah-tengah kaki bagian dalam menahan bola, (c)
Kaki penerima bola digerakkan ke belakang mengikuti arah lintasan
bola, (d) Kemudian letakkan kaki penerima dalam posisitegak lurus
dengan kaki tumpu, lurus pada ujung tumit kaki tumpu.
2) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki
Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola
untuk mengontrol operan bola dari teman baik bola datar maupun
bola lambung. Adapun tekniknya sebagai berikut: (a) Lari
menyongsong arah datangnya bola, pandangan tertuju ke arah
13
datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti, (b)
Ujung jari (sepatu) kaki tumpu ke arah datangnya bola, letakkan
kaki tumpu sedikit ditekuk, (c) Kaki penerima menerima bola tepat
pada punggung kaki di tengah-tengah bola, selanjutnya kaki
penerima digerakkan ke arah belakang mengikuti arah lintasan bola
hingga kaki penerima dan bola berhenti.
3) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki bagian luar
Adapun tekniknya sebagai berikut: (a) Lari menyongsong
arah datangnya bola, setelah dekat .dengan bola segera berhenti, (b)
Ujung jari kaki tumpu menghadap arah datangnya bola, ke dua lutut
kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki penerima segera digerakkan ke depan
ke arah datangnya bola dengan punggung kaki bagian luar pada
tengah tengah depan bola, (d) Kemudian kaki penerima digerakkan
ke arah belakang mengikuti arah lintasan bola.
4) Teknik dasar mengontrol bola dengan paha.
Mengontrol bola dengan paha sering digunakan dalam
permainan sepakbola, biasanya untuk mengontrol bola yang
melambung. Adapun tekniknya sebagi berikut: (a) Seorang pemain
berlari menjemput arah datangnya bola dan berhenti di tempat
jatuhnya bola, (b) Kaki tumpu menghadap arah datangnya bola,
kedua lutut kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki penerima diangkat ke
depan, paha diangkat ke atas menghadap arah jatuhnya bola
kemudian menahan bola dengan paha.
5) Teknik dasar mengontrol bola dengan dada
Teknik mengontrol bola dengan dada biasanya digunakan
untuk menerima bola di udara yang datang ke arah seorang pemain
sepakbola. Adapun tekniknya adalah sebagai berikut: (a) Seorang
pemain lari segera menjemput arah jatuhnya bola, (b) Kedua kaki
berdiri kangkang ke muka belakang, kedua lutut sedikit ditekuk dan
pandangan terarah pada jatuhnya bola, (c) Dada dibusungkan siap
menerima jatuhnya bola. Apabila bola diterima dengan otot dada
14
sebelah kanan atau kiri, setelah bola menyentuh dada posisi badan
segera di tank ke belakang. 6) Teknik dasar mengontrol bola dengan
dahi Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk
mengontrol bola lambung di udara. Adapun teknik menerima bola
dengan dahi adalah sebagai berikut: (a) Daerah kepala di atas alis
dibawah rambut, apabila bola melambung datar di udara setinggi
dahi. Seorang pemain segera menjemput ke arah datangnya bola,
setelah dekat dengan bola segera berhenti dengan posisi kaki
kangkang muka-belakang, kedua lutut sedilit ditekuk, (b) Setelah
bola menyentuh dahi, badan segera ditarik ke belakang, (c) Setelah
bola jatuh ke tanah kemudian di kontrol dan segera dikuasai.
c. Menggiring Bola (Dribbling)
Menurut Mielke (2003:1) "dribbling dalam permainan
sepakbola didefinisikan sebagai penguasaan bola dengan kaki saat
kamu bergerak di lapangan permainan". Menggiring bola dapat di
artikan sebagai suatu gerakan lari menggunakan bagian kaki
mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas tanah. Menggiring
bola dapat dilakukan pada saat-saat menguntungkan saja, yaitu bebas
dan lawan. Kegunaan teknik menggiring bola antara lain untuk
melewati lawan, berputar dan mengubah arah bola, mencari
kesempatan memberikan umpan bola kepada kawan dengan tepat,
menahan bola tetap dalam penguasaan, dan menyelamatkan bola,
apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk segera
mengoperkan bola kepada kawan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menggiring bola :
1) Bola yang berada dalam penguasaan pemain, harus selalu dekat
dengan kaki, badan pemain terletak antara bola supaya tidak mudah
direbut oleh lawan, bola selalu dikontrol.
2) Di depan pemain terdapat daerah kosong, bebas dari lawan.
3) Bola digiring dengan kaki kanan atau kiri, setiap langkah kaki kanan
atau kin mendorong bola ke depan, bukan di tendang. Irama
15
sentuhan kaki pada bola tidak mengubah irama langkah kaki yang
teratur.
4) Pada waktu menggiring bola pandangan mata tidak boleh selalu
pada bola saja, akan tetapi harus memperhatikan atau mengamati
situasi lapangan atau posisi lawan maupun kawan.
5) Posisi badan agak condong ke depan, gerakan tangan bebas seperti
pada waktu posisi berlari.
Macam-macam teknik dasar menggiring bola:
1) Teknik dasar menggiring bola dengan kaki bagian dalam
Menurut Mielke (2003:2) "dribbling menggunakan sisi kaki
bagian dalam memungkinkan seorang pemain untuk menggunakan
sebagian besar permukaan kaki sehingga kontrol terhadap bola akan
semakin besar". Sering digunakan dalam permainan sepakbola
untuk berputar dan mengubah arah bola. Teknik menggiring bola
dengan punggung kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: (a)
Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam
menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam, (b) Kaki
yang digunakan untuk menggiring bola tidak diayunkan seperti
teknik menendang bola akan tetapi setiap langkah secara teratur
mendorong bola di depan kaki sehingga tidak mudah direbut oleh
lawan, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk dan
pada waktu kaki menyentuh bola, kemudian melihat situasi
lapangan, posisi kawan atau lawan.
2) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki
Seorang pemain dapat membawa bola dengan cepat. Biasanya
teknik ini sering digunakan apabila di depan pemain terdapat daerah
bebas dari lawan yang cukup luas sehingga jarak untuk menggiring
bola cukup jauh. Teknik menggiring bola dengan punggung kaki
adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki sama dengan posisi kaki
dalam menendang dengan menggunakan punggung kaki, (b) Setiap
langkah secara teratur dengan punggung kaki kin atau kanan
16
mendorong bola ke depan, dan bola harus selalu dekat dengan kaki,
(c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, dan
pandangan pada bola juga melihat situasi lapangan, posisi lawan dan
kawan.
3) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki bagian luar
Menurut Mielke (2003:4) "menggunakan sisi kaki bagian
luar untuk melakukan dribbling adalah salah satu cara untuk
mengontrol bola". Sering digunakan dalam permainan sepakbola
karena bagian kaki yang bersentuhan dengan bola cukup luas,
pemain dapat dengan mudah bergerak ke depan atau mengubah arah
sesuai dengan arah kaki pada waktu berlari. Teknik menggiring bola
dengan punggung kaki bagian luar adalah sebagai berikut: (a) Posisi
kaki sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan
punggung kaki bagian luar, (b) Setiap langkah secara teratur dengan
punggung kaki bagian luar kaki kanan atau kiri mendorong bola ke
depan, dan bola harus selalu dekat dengan kaki sesuai dengan irama
lari, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, pada
waktu kaki menyentuh bola pandangan selanjutnya melihat situasi
lapangan, posisi lawan atau kawan.
d. Menyundul Bola (Heading)
Menyundul bola merupakan suatu keterampilan teknik dasar
dalam permainan sepakbola dengan menggunakan bagian kepala. Para
pemain bisa melakukan heading ketika sedang meloncat, melompat ke
depan, menjatuhkan diri (diving), atau tetap diam dan mengarahkan
bola dengan tajam ke gawang atau teman satu tim (Mielke, 2003:49).
Kegunaan menyundul bola dalam permainan sepakbola antara lain
adalah untuk mengoperkan bola kepada teman untuk memasukkan bola
ke arah gawang lawan dan untuk menyapu bola di daerah pertahanan
sendiri serta mematahkan serangan lawan. Adapun teknik menyundul
bola ada dua macam yaitu menyundul bola dengan sikap berdiri di
17
tempat dan menyundul bola dengan sikap berlari yang akan diuraikan
sebagai berikut:
1) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berdiri ditempat
Teknik menyundul bola dengan sikap ini sering digunakan
oleh seorang pemain untuk mengoperkan bola kepada kawan.
Adapun tekniknya akan diuraikan sebagai berikut: (a) Posisi badan
menghadap ke arah datangnya bola, kedua kaki berdiri kangkang ke
muka dengan kedua lutut sedikit ditekuk, (b) Badan ditarik ke
belakang, sikap badan condong ke belakang, otot-otot leher
dikuatkan hingga dagu merapat pada leher, dan pandangan ke arah
datangnya bola, (c) Seluruh berat badan diikutsertakan ke depan,
badan condong ke depan diteruskan hingga dahi tepat mengenai
bola dan gerak lanjutan ke arah sasaran dengan mengangkat kaki
belakang ke depan dilanjutkan lari ke rencana posisi.
2) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berlari
Menyundul bola dengan sikap berlari biasanya sering
digunakan dalam permainan sepakbola untuk memasukkan bola ke
gawang lawan atau tindakan penyelamatan. Adapun tekniknya
diuraikan sebagai berikut: (a) Pemain lari menjemput arah
datangnya bola, pandangan mata tertuju ke arah bola, (b) Otot-otot
leher digerakkan, kemudian dagu ditarik merapat pada leher, (c)
Badan ditarik ke belakang melengkung ke daerah pinggang
kemudian digerakkan ke seluruh tubuh sehingga dahi dapat mengenai
bola (d) Pada waktu menyundul bola hendaknya pandangan mata tetap
terbuka dan selalu mengikuti ke mana bola diarahkan dan selanjutnya
diikuti gerak lanjutan untuk segera lari mencari posisi.
e. Melempar Bola (Throw-in)
Melempar bola pada permainan sepakbola dilakukan bila terjadi
bola seluruhnya melampaui garis samping, baik bola datar yang
menggulir di atas tanah maupun yang melayang di udara maka seorang
pemain lawan dari pihak terakhir yang menyentuh bola, dapat melakukan
18
lemparan ke dalam di belakang garis samping ditempat bola
meninggalkan lapangan permainan. Melempar bola ke dalam harus
dilakukan sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku. Throw-in
dapat menjadi senjata yang ampuh dalam rencana serangan sebuah tim
(Mielke, 2003:39). Dalam melempar bola tidak dibenarkan langsung
membuat gol, dan keuntungannya di dalam melempar bola ke dalam
tidak ada hukuman bagi pemain yang berdiri di posisi offside.
Prinsip teknik dasar melempar bola adalah: (a) Sikap berdiri,
kedua kaki rapat dengan lutut sedikit di tekuk, (b) Sikap memegang bola.
Kedua tangan memegang bola dengan jari-jari (direnggangkan). Jari-jari
yang di belakang bola adalah ibu jari tangan kanan bertemu dengan ibu
jari tangan kiri, dan ujung jari telunjuk tangan kanan bertemu dengan
ujung jari telunjuk tangan kanan, sedangkan jari-jari yang lain
memegang bola dibagian samping bola. Jadi seolah-olah tangan
membuat wadah untuk bola, (c) Cara melempar adalah kedua tangan
dengan bola diangkat di atas belakang kepala, pandangan mata tertuju
ke arah kawan yang akan diberi operan bola. Pada waktu melemparkan
bola dengan kekuatan otot-otot perut, bahu dan tangan diayunkan ke
depan, dibantu kedua lutut yang diluruskan dan badan digerakkan
seolah-olah dijatuhkan ke depan bersamaan dengan bola yang
dilepaskan, (e) Gerak lanjutan setelah bola dilepaskan, yaitu tetap
berdiri di atas kedua kaki dengan ujung-ujung kaki tetap di atas tanah
dan diteruskan dengan gerakan lari untuk mencari posisi.
f. Menembak Bola (Shooting)
Permainan sepakbola seorang anak dinyatakan terampil dalam
menembak bola (shooting) apabila dia dapat berhasil memasukan bola
ke dalam gawang paling sedikit 80% dari tembakannya. Bagi pemain
tenis mereka dinyatakan terampil dalam melakukan service apabila 60
sampai 70% service pertamanya masuk. Dengan contoh-contoh
tersebut bahwa keterampilan dinilai oleh produktivitas penampilan
yang dilakukan pemain. Menurut Mielke (2003:67) "dari sudut
19
pandang penyerangan, tujuan sepakbola adalah melakukan shooting ke
gawang". Seseorang pemain harus menguasai keterampilan dasar
menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederetan shooting
yang memungkinkannya untuk melakukan tendangan shooting dan
mencetak gol dari berbagai posisi di lapangan.
Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu
atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah
kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak.
Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerjasama
tim yang baik. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang tangguh
diperlukan pemain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari
bermacam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan terampil
melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap
pemain lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat
menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin
baik tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap
pemainnya di dalam memainkan dan menguasai bola, maka makin
cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai. Dengan demikian
kesebelasan akan lebih lama menguasai bola dan akan mendapatkan
keuntungan secara fisik dan taktik.
Untuk dapat mencapai penguasaan teknik-teknik dasar bermain
sepakbola pemain harus melakukan dengan prinsip-prinsip gerakan
teknik yang benar, cermat, sistematik yang dilakukan berulang-ulang
terns menerus dan berkelanjutan, sehingga menghasilkan kerjasama
yang baik antara sekumpulan syaraf otot untuk pembentukan gerakan
yang harmonis, sehingga menghasilkan otomatisasi gerakan. Untuk
dapat mencapai gerakan yang otomatis harus dimulai sejak usia muda.
Shooting sepakbola adalah gerakan yang dibutuhkan dalam
permainan sepakbola, terlepas sama sekali dari permainannya.
Maksudnya adalah pemain melakukan gerakan-gerakan dengan bola
dan gerakan-gerakan tanpa bola. Dengan demikian setiap pemain dapat
20
dengan mudah memerintah bola dan memerintah badan atau anggota
badan sendiri dalam semua situasi bermain. Setiap pemain sepakbola
dengan mudah dapat memerintah bola dengan kakinya, dengan
tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali dengan
kedua belah tangannya yang dilakukan dengan cepat dan cermat.
Dengan demikian setiap pemain telah memiliki gerakan yang otomatis
atau ball feeling yang sempuma serta peka terhadap bola.
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Permainan Sepakbola
Permainan sepakbola adalah cabang permainan olahraga beregu
atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah
kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak. Dapat
dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerjasama tim yang
baik. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang yangguh diperlukan
pemain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam
teknik dasar permainan sepakbola dan terampil melaksanakannya.
Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap pemain tidak lepas
dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat menentukan tingkat
permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat penguasaan
keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam
memainkan dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat
kerjasama kolektif akan tercapai. Dengan demikian kesebelasan akan
lebih lama menguasai bola dan akan mendapatkan keuntungan secara
fisik dan taktik.
Faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi olahraga
menurut sajoto (1995:2-5) adalah sebahai berikut:
1) Aspek biologis terdiri dari:
a) Potensi atau kemampuan dasar tubuh
b) Fungsi organ-organ tubuh
c) Struktur dan postur tubuh
d) Gizi
2) Aspek psikologis terdiri dari:
21
a) Intelektual
b) Motivasi
c) Kepribadian
d) koordinasi kerja otot dan syaraf
3) Aspek lingkungan terdiri dari:
a) Sosial
b) Sarana dan prasarana olahraga yang tersedia
c) Cuaca
d) Orang tua, keluarga dan masyarakat
4) Aspek penunjang terdiri dari:
a) Pelatih yang berkualitas tinggi
b) program yang tersusun secara sistematis
c) Penghargaan dari masyarakat dan pemerintah
d) Dana yang menandai
e) Organisasi
Menurut Soekatamsi (1984:11) Untuk meningkatkan dan
mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, olahragawan haruslah
memiliki 4 kelengkapan pokok yaitu:
1) Pembinaan teknik
2) Pembinaan fisik
3) Pembinaan taktik
4) Kematangan juara
Faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian baik bagi
pemain, pelatih dan semua pihak yang bersangkutan dengan pembinaan
prestasi dalam permainan sepakbola.
2. Keterampilan Bermain Sepakbola
Mohr (1960: 322) menyatakan, “Keterampilan sebagai suatu
peningkatan penampilan". Menurut Munn (1964: 104) bahwa,
"Keterampilan sebagai kecakapan dalam melakukan tugas". Menurut
Johnson dalam Singer (1980: 30) bahwa, “Keterampilan sebagai sesuatu
yang ditampilkan sebagai aktivitas gerak yang dibatasi waktu atau
22
kecepatan, ketepatan, bentuk yang menunjukkan aktivitas gerak yang
efisien dan efektif dan kemampuan beradaptasi dalam menghadapi masalah
yang baru dalam situasi yang baru dengan tepat”. Sedangkan Russell R.
Pate , Bruce MC. Clenaghan& Robert Rotella (1993: 204) bahwa,
“Keterampilan olahraga adalah gerakan-gerakan tersebut yang dikaitkan
dengan penampilan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga”.
Berdasarkan pengertian keterampilan tersebut dapat disimpulkan
bahwa, keterampilan bermain sepakbola merupakan kecakapan atau
kemampuan seorang pemain sepakbola dalam memainkan teknik dasar
sepakbola secara efektif dan efisien menurut kebutuhan dalam bermain
sepakbola. Seorang pemain sepakbola yang terampil, maka gerakan-gerakan
yang ditampilkan lebih efektif dan efisien serta hasilnya sesuai yang
diinginkan. Fitt & Adam dalam Russell R. Pate , Bruce MC. Clenaghan &
Robert Rotella (1993: 205) menandai tiga langkah dalam perolehan
penampilan yang terampil yaitu:
(1) Langkah 1. Tingkat kognitif. Ditandai oleh usaha pertama pelaku untuk
keterampilan baru yang lambat dan tidak tetap. Dibutuhkan perhatian
kognitif yang dapat cukup untuk menampilkan keterampilan tersebut.
Pemusatan perhatian diarahkan terhadap membuat program gerak ke
bagan gerak awal.
(2) Langkah 2. Langkah kedua dalam perbaikan keterampilan olahraga
ditandai oleh naiknya penampilan pada saat program gerak dibuat.
Apabila bagan pelaku telah bertambah melalui latihan, perhatian
terhadap pengelolaan penampilan dapat dikurangi.
(3) Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang terus menerus menghasilkan
perbaikan lebih lanjut dari keteramilan gerak menjadi suatu tingkat
otomatis. Selama kegiatan ini, hanya sedikit perhatian kognitif yang
dibutuhkan agar pelaku dapat memusatkan perhatian pada faktor
lingkungan yang mempengaruhi strategi dan penampilannya.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam belajar
keterampilan ada tiga tahapan yang dialami siswa. Pada tahap kognitif
23
siswa berusaha mengetahui dan memahami ide atau konsep gerakan
keterampilan yang dipelajari. Siswa berusaha mengerti gerakan yang akan
dilakukan dan bagaimana dilakukan. Berdasarkan pengertian yang
diperoleh, difikirkannya membentuk rencana gerak dan urutan rangkaian
gerakan yang dilakukan. Untuk membentuk rencana gerak dan
membentuk pengertian yang benar diperlukan contoh yang benar. Pada
langkah kedua siswa mulai mendapatkan rasa gerakan, keterampilan
gerak menjadi lebih lancar dan timing atau pengaturan tempo gerakan
menjadi lebih baik. Siswa dapat menghubung-hubungan bagian-bagian
keterampilan dan mengembangkan ritme atau irama gerakan keterampilan
dan yang lebih sesuai. Selain itu, siswa mampu merasakan gerakan benar,
gerakan lebih lancar, mampu mengembangkan ritme atau irama gerakan
menjadi lebih baik. Pada tahap kedua, gerakan tidak lagi dikontrol secara
visual, tetapi menggunakan mekanisme kontrol internal persepsi
kinestetik atau rasa gerak bersamaan dengan proses visual. Pada tahap
ketiga menjadi otomatis. Siswa menjadi mampu menyelesaikan gerakan
keterampilan tanpa terpaku pada kontrol perhatian langsung pada
geraknnya. Gerakan keterampilan dapat diselesaikan tanpa kontrol secara
sadar, tetapi tetap dapat melakukan perubahan gerakan jika memang
diperlukan. Gerakan keterampilan dapat dilakukan lebih cepat dan lebih
lambat sesuai dengan kebutuhan dan situasi.
a. Unsur-Unsur Pendukung Gerakan yang Terampil
Keterampilan gerak seseorang tidak terlepas dari beberapa
faktor pendukung. Kerena keterampilan gerak yang dimiliki siswa
tidak terjadi begitu saja, namun ada faktor yang mempengaruhinya.
Adnyana Putra (2010: 143) menyatakan,
Seseorang yang memiliki gerakan terampil adalah seseorang
yang mampu melakukan gerakan secara efisien dan benar
secara mekanis. Untuk mencapai efisiensi gerakan diperlukan
dukungan dari beberap aunsur kemampuan yang ada pada diri
pelakunya. Yang perlu mendukung agar gerakan menjadi
24
terampil atau menjadi efisien bukan hanya kemampuan fisik,
tetapi juga mental dan kemampuan emosional.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, unsur yang
mendukung gerakan yang terampil dan efisien mencakup kemampuan
fisik, kemampuan mental dan kemampuan emosional. Ketiga
kemampuan tersebut saling berpengaruh di dalam bekerjanya. Kondisi
fisik berpengaruh terhadap kondisi mental dan emosional. Kondisi
mental berpengaruh terhadap kondisi fisik dan emosional. Demikian
juga kondisi emosional berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental.
Lebih lanjut Adnyana Putra (2010: 144-148) menjelaskan bagian-
bagian dari kemampuan fisik, kemampuan mental dan emosional
sebagai berikut:
(1) Unsur kemampuan fisik:
(a) Kecepatan reaksi
(b) Kekuatan
(c) Ketahanan
(d) Kecepatan
(e) Fleksibilitas
(f) Ketajaman indera
(2) Unsur kemampuan mental:
(a) Kemampuan memahami geraan yang akan dilakukan
(b) Kecepatan memahami stimulus
(c) Kecepatan membuat keputusan.
(d) Kemampuan memahami hubungan spasial.
(e) Kemampuan menilai obyek yang bergerak
(f) Kemampuan menilai irama
(g) Kemampuan mengingat gerakan lampau
(h) Kemampuan memahami mekanika gerakan
(i) Kemampuan berkonsentrasi
(3) Unsur kemampuan emosional:
(a) Kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan
25
(b) Tidak ada gangguan emosional
(c) Merasa perlu dan ingin mempelajari atau melakukan gerakan
(d) Memiliki sikap yang positif terhadap prestasi gerak.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dari
masing-masing unsur kemampuan fisik, mental dan emosional di
dalamnya terdapat beberapa bagian yang sangat berperan penting
untuk mendukung keterampilan gerak. Hal ini artinya, keterampilan
gerak menjadi lebih baik apabila unsur-unsur dari kemampuan fisik,
mental dan emosional dimiliki siswa.
b. Organisasi Unsur-Unsur Pendukung Gerakan yang Terampil
Perlu diketahui dan dipahami bahwa, antara unsur-unsur
kemampuan fisik, mental dan emosional tidak bisa berfungsi sendiri-
sendiri atau terpisah. Ketiganya harus berfungsi dalam suatu
mekanisme yang serasi atau terorganisasi dengan baik.
Kontrol tubuh meliputi 3 macam yaitu, kontrol keseimbangan,
kontrol ketepatan waktu berbuat (timing), dan kontrol muskular.
Ketiga macam kontrol tersebut tergantung pada unsur-unsur fisik,
mental dan emosional. Peranan setiap unsur pendukung terhadap
setiap macam kontrol bervariasi tingkat kepentingannya.
Kontrol keseimbangan meliputi kemampuan untuk
menyesuaikan pusat gravitasi secara efektif dalam hubungannya
dengan bidang tumpuan, baik tumpuan yang tidak bergerak maupun
tumpuan yang bergerak. Kontrol keseimbangan merupakan fungsi
dari organ vestibular yang berada pada telinga bagian dalam, dan di
dalam berfungsinya ditunjang oleh fungsi mata. Pada saat seseorang
dalam keadaan bergerak, tangan dan kaki sangat berperan penting
dalam menjaga keseimbangan tubuh. Keseimbangan ada dua dua
yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan
statis sering diukur dengan berdiri pada satu kaki dengan kedua mata
tertutup, karena penglihatan memberi bantuan yang signifikan
26
terhadap keseimbangan. Karena penglihatan dan fungsi vestibular
mempengaruhi keseimbangan, tetapi kurang sering menunjukkan
kenyataan bahwa kemampuan otot tercakup di dalamnya.
Kontrol ketepatan waktu bergerak (timing) pada dasarnya
pengatur irama gerakan. Dalam hal ini terwujud dalam bentuk
ketepatan waktu kontraksi sekelompok otot sehingga bisa
menghasilkan gerakan dengan kecepatan, urutan dan lamanya setiap
unsur gerakan yang sesuai dengan kebutuhan.
Kontrol muskular merupakan kemampuan mengendalikan
kontraksi dan relaksasi otot. Pengendalian otot-otot mana saja yang
harus berkontraksi dan otot-otot mana yang tidak perlu berkontraksi
untuk melakukan suatu gerakan sangat diperlukan agar suatu gerakan
bisa dilakukan dengan baik. Di dalam melakukan aktivitas fisik,
bukan hanya kemampuan kontraksi otot yang diperlukan,
kemampuan relaksasi otot juga sangat penting. Kemampuan relaksasi
penting untuk memperoleh efisiensi gerakan dan mempercepat proses
pemulihan kesegaran setelah melakukan aktivitas.
Kontrol keseimbangan (control timing) dan kontrol muskuar
saling berhubungan di dalam pelaksanaan fungsinya. Misalnya
kontrol muskular berperan dalam kontrol keseimbangan, kontrol
tining berperan di dalam pelaksanaan gerakan yang memerlukan
ketepatan waktu pelaksanaan atau gerakan berirama. Pelaksanaan
gerakan merupakan fungsi kontrol muskular, sedangkan iramanya
merupakan fungsi kontrol timing.
Ketiga fungsi kontrol tersebut secara bersama-sama mewujud
dalam bentuk kelincahan dan koordinasi gerakan. Kelincahan
(agility) adalah kemampuan mengubah arah gerakan atau posisi
tubuh dengan cepat. Sedang koordinasi adalah pemfungsian gerakan.
Gerakan yang terkoordinasi dengan baik tidak akan menibulkan
ketegangan otot yang tidak perlu dan pelaksanaannya lancar atau
mulus. Apabila berbagai macam gerakan yang terkoordiansi dengan
27
baik dikombiansikan secara serasi, maka akan menghasilkan gerakan
yang efisien.
Gerakan diatakan efisien apabila gerakan-gerakan yang
terkoordinasi dengan baik dikombinasikan untuk menghasilkan
gerakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu dan
memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang tinggi dengan arah
yang baik dan menggunakan tenaga yang sekecil mungkin.
3. Komponen Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan
dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan
sebagai keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi.
Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa kondisi fisik merupakan
kondisi yang paling mendasar dalam upaya pemberdayaan aspek-aspek
lainnya (Sajoto, 1988: 16).
Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam semua cabang
olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya seperti teknik,
taktik, dan mental. Kondisi fisik sangat menentukan dalam mendukung
tugas atlet dalam pertandingan sehingga dapat tampil secara maksimal.
(Harsono, 1988: 153) menjelaskan bahwa: Kondisi fisik atlet memegang
peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan
kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan
untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari
sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk
mencapai prestasi yang lebih baik. Atlet yang memiliki tingkat kesegaran
jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya
terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat. Apabila seseorang
mempuyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu melakukan tugas fisik
tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kondisi fisik sangat
menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atlet tidak
mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat
28
mengganggu penampilannya. Oleh karena itu peranan kondisi fisik
sangatlah diperlukan dalam olahraga (Setiawan, 1991: 110).
Apabila kondisi baik maka: (1) Akan ada peningkatan dalam
kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. (2) Akan ada peningkatan
dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen
kondisi fisik. (3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih pada waktu latihan.
(4) Akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah
latihan. dan (5) Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita
apabila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan. Kalau faktor-faktor
tersebut kurang tercapai setelah suatu masa latihan kondisi fisik tertentu,
maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan sistematika latihan kurang
sempurna, karena sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan
yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas
bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan prestasi atlet (Harsono, 1988: 153). Menurut Mochamad
Sajoto (1988: 57 ), bahwa komponen kondisi fisik meliputi :
a. Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban
sewaktu bekerja.
b. Daya Tahan (endurance). Ada 2 macam daya tahan, yaitu :
1) Daya tahan umum (general endurance), yaitu kemampuan seseorang
dalam mempergunakan sistem jantung paru-paru, dan peredaran
darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara
terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan
intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
2) Daya tahan khusus (local endurance), yaitu kemampuan seseorang
dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus
menerus dalam waktu yang relative lama dengan beban tertentu.
c. Daya ledak otot (muscular power), adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan kekuatan maksimum yang digunakan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
29
d. Kecepatan (speed), adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
e. Fleksibilitas (flexibility), adalah efektifitas seseorang dalam penyesuain
diri untuk segala aktifitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya,
terutama otot-otot, ligament-ligamen disekitar persendian.
f. Keseimbangan (balance), adalah kemampuan seseorang
mengendalikanorgan-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerak-
gerak yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan yang cepat
pula,baik dalam keadaan statis maupun dalam gerak dinamis.
g. Koordinasi (coordination), adalah kemampuan seseorang dalam
mengintegrasikan gerakan yang berbeda kedalam suatu pola gerakan
tunggal secara efektif.
h. Kelincahan (agility), adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah,
dalam posisi-posisi di arena tertentu. Seorang yang mampu merubah stu
posisi kesuatu posisi yang berbeda, dengan kecepatan tinggi dan
koordinasi gerak yang baik, berarti kelincahannya cukup tinggi.
i. Ketepatan ( accuracy), adalah kemampuan seseorang dalam
mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.
j. Reaksi (reaction), adalah kemampuan seseorang segera bertindak
secepatnya, dalam menanggapi rangsangan-rangsangan datang lewat
indera, syaraf atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi
datangnya bola, untuk kemudian ditangkap, dipukul atau ditendang,
kecepatan reaksi dalam start.
Sepakbola merupakan olahraga yang dinamis dan menuntut kesiapan
fisik yang prima dengan dukungan teknik, taktik, dan mental yang
memadai. Pergerakan pemain dalam pertandingan, baik dengan bola
maupun tanpa bola sangat cepat dan dengan hilir mudik mencari-cari celah
daerah yang dapat diterobos untuk memasukkan bola ke gawang lawan.
Kondisi ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga begitu
menguras energi dan menyebabkan kelelahan. Dengan kondisi fisik yang
30
prima maka akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan
kerja jantung, peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan,
dan lain-lain komponen kondisi fisik, akan ada ekonomi gerak yang lebih
pada waktu latihan, akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ
tubuh setelah latihan, maka hal ini memperjelas bahwa kondisi fisik sangat
berperan dalam olahraga sepakbola terutama untuk dapat bermain sepakbola
dengan dinamis tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
4. Faktor Kondisi Fisik yang Berpengaruh terhadap Keterampilan
Bermain Sepakbola
Faktor adalah keadaan atau peristiwa dan sebagainya yang
memengaruhi terjadinya sesuatu. Sedangkan dominan adalah berpengaruh
kuat (bersifat) sangat penting dan menentukan karena pengaruh atau
kekuasaan (Bakir dan Suryanto, 2009: 143).
Dengan melihat lamanya waktu permainan dan bentuk keterampilan
yang harus dikuasai oleh setiap pemain sepakbola maka kondisi fisik pemain
dituntut selalu prima, agar mampu bermain sepanjang waktu pertandingan
dan melakukan gerakan serangan dan bertahan secara maksimal.
Menurut Arma Abdoellah (1981: 416). Unsur kondisi fisik dalam
bermain sepakbola terdiri dari:
a. Kecepatan (Speed)
b. Kekuatan (strength)
c. Daya tahan (endurance)
d. Kelincahan (agility)
e. Kelentukan (flexibility)
Menurut Komarudin (2005: 21-37), bahwa faktor pendukung yang
sangat penting bagi penguasaan keterampilan sepakbola ada dua aspek yang
harus dipenuhi, yaitu unsur fisik dan unsur motorik.
a. Unsur Fisik
1) Kelentukan (flexibility)
2) Kekuatan (strength)
3) Daya Ledak (power)
31
4) Daya tahan (endurance)
b. Unsur motorik
1) Keseimbangan (balance)
2) Orientasi Ruang (spatial orientation)
Menurut Scheunemann, T (2012: 14) Hal-hal yang meningkatkan
kemampuan tubuh atau fisik pemain sepakbola terdiri dari :
a. Kekuatan
1) Daya tahan kekuatan
2) Daya eksplositas
3) Kekuatan maksimal
b. Daya tahan
1) Kemampuan gerak tubuh (aerobic capacity)
2) Kekuatan gerak tubuh (aerobic power)
3) Tenaga yang dihasilkan otot dengan laktat (anaerobic
lactic)
4) Tenaga yang dihasilkan otot tanpa laktat (anaerobic
alactic)
c. Kecepatan
1) Reaksi
2) Kemampuan akselerasi (acceleration)
3) Kecepatan maksimal
4) Daya tahan tubuh mempertahankan kecepatan
5) Kemampuan merubah arah lari dengan cepat (acyclic
speed)
d. Kelenturan dan mobilitas otot
e. Koordinasi dan kelincahan
f. Kemampuan motorik dasar
g. Daya tanggap dan kewaspadaan (awareness)
Berdasarkan penjelasan tiga ahli tersebut di atas peneliti
menyimpulkan ada beberapa faktor atau komponen kondisi fisik yang
berpengaruh terhadap sepakbola. Komponen kondisi fisik dalam penelitian
32
ini antara lain: kecepatan, kekuatan otot tungkai, power otot tungkai, daya
tahan, kelincahan, fleksibilitas togok, koordinasi mata-kaki, waktu reaksi,
dan keseimbangan
a. Kecepatan
Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan
seseorang atlet untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan untuk
melakukan gerakan secepat mungkin.
Gerakan-gerakan kecepatan dilakukan melawan tahanan yang
berbeda (berat badan, berat peralatan, air, dsb.) dengan efek bahwa
pengaruh kekuatan juga menjadi faktor yang mementukan. Karena
gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin, maka secara langsung tergantung pada waktu yang ada dan
pengaruh kekuatan.
Gambar 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kecepatan
(Josef Nossek, 1995: 62)
Kemungkinan meningkatnya kekuatan dan daya tahan melalui
latihan yang dispesialisasi sangat tinggi, sampai 100%. Sebaliknya,
Kekuatan kecepatan dan
Daya tahan kecepatan Mobility proses
syaraf
KECEPATAN Teknik olahraga
Daya kehendak Elastisitas otot
Perangsangan-
penghentian
Kontraksi-relaksasi
Peregangan dan
kontraksi kapasitas
otot-otot
Koordinasi otot antara
sinergis dan antagonis
33
peningkatan kecepatan sangat terbatas, misalnya peningkatan kecepatan
lari cepat hanya berjumlah 20-30%.
Keterbatasan semacam itu tergantung pada tingkat yang tinggi
pada struktur otot dan mobilitas proses-proses saraf.Seorang atlet yang
otot-ototnya terutama terdiri dari serabut-serabut merah tidak bisa
berkembang menjadi pelari cepat kelas atas.
Menurut Ballretch (1969), kualitas kecepatan dapat dibagi
menjadi:
1) Kecepatan reaksi (reaction speed)
2) Kecepatan gerak (motor action speed)
3) Kecepatan kekuatan gerak (motor strength speed)
Dengan memperhatikan tujuan latihan dan metode-metode
latihan, kategori kualitas kecepatan yang paling cocok adalah sebagai
berikut:
1) Kecepatan reaksi.
2) Kecepatan gerakan-gerakan yang non-fisik (non-cyclic).
3) Lari cepat atau kecepatan frekuensi dari gerakan siklik.
Kecepatan sangat mempengaruhi dalam gerakan-gerakan
sepakbola. Ini berarti bahwa kecepatan adalah suatu keharusan untuk
mencapai hasil sebaik-baiknya. Kecepatan dalam olahraga sepakbola
dilakukan untuk melakukan lari secepat mungkin mengejar bola maupun
berlari mengejar lawan.
Berdasarkan beberapa uraian diatas serta mengingat relevansinya
dalam penelitian ini, maka instrument tes kecepatan yang digunakan
nantinya adalah tes kecepatan lari 50 meter.
b. Kekuatan Otot Tungkai
Secara fisiologis kekuatan merupakan kemampuan otot untuk
mengatasi beban atau tahanan atau kemampuan otot atau sekelompok
otot untuk mengatasi tekanan. Menurut Bompa (1999:318) “Strength is
the ability to apply force”.Menurut Sukadiyanto (2002:62) tingkat
kekuatan olahragawan diantaranya dipengaruhi oleh keadaan : panjang
34
pendeknya otot, besar kecilnya otot, jauh dekatnya titik beban dengan
titik tumpu, tingkat kelelahan, dominasi jenis otot merah atau putih,
potensi otot, pemanfaatan potensi otot, teknik dan kemampuan kontraksi
otot).
Kekuatan otot merupakan komponen penting guna
meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Menurut Bompa (1994)
yang dikutip oleh Sukadiyanto (2002:65-67) menjelaskan kekuatan
secara lebih rinci :
1) Kekuatan Umum
Kekuatan umum adalah kemampuan kontraksi seluruh sistem
otot dalam mengatasi tahanan atau beban.Kekuatan umum
merupakan unsure dasar yang melandasi seluruh program latihan
kekuatan.Olahragawan yang tidak memiliki kekuatan umum secara
baik akan mengalami keterbatasan dalam proses peningkatan
kemampuannya.
2) Kekuatan Khusus
Kekuatan khusus adalah kemampuan sekelompok otot yang
diperlukan dalam aktivitas cabang olahraga tertentu.Setiap cabang
olahraga dalam pengembangan unsur kekuatan khusus ototnya
berbeda-beda, tergantung dominasi otot yang diperlukan dan yang
terlibat dalam aktivitas.Kekuatan khusus dilatihkan pada periodisasi
persiapan tahap akhir dan perlu dikembangan sesuai kebutuhannya.
3) Kekuatan Maksimal
Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk melawan atau mengangkat beban secara
maksimal dalam satu kali kerja.Kekuatan maksimal digunakan untuk
mengukur kemampuan otot mengatasi beban dalam satu kali
angkatan. Cabang olahraga yang sifatnya bodycontact sangat
diperlukan unsur kekuatan maksimal dan olahraga yang dalam
aktivitasnya harus mengatasi beban yang berat seperti angkat berat,
lontar martil dan lain-lain.
35
4) Kekuatan Ketahanan
Kekuatan ketahanan (ketahanan otot) adalah kemampuan
otot atau sekelompok otot dalam mengatasi tahanan atau beban dalam
jangka waktu yang relatif lama.Hal ini merupakan perpaduan dari
kekuatan dan ketahanan otot dalam mengatasi beban secara
bersamaan.
5) Kekuatan Kecepatan
Kekuatan kecepatan adalah kemampuan otot untuk
menjawab setiap rangsang dalam waktu sesingkat mungkin dengan
menggunakan kekuatan otot. Kekuatan otot sama dengan power.
Power adalah hasil kali kekuatan dan kecepatan. Pendapat lain
menyatakan bahwa kekuatan kecepatan sama dengan kekuatan
eksplosif atau kekuatan elastis. Kekuatan eksplosif adalah kecepatan
kontraksi otot saat mengatasi beban secara eksplosif.
6) Kekuatan Absolut
Kekuatan absolut adalah kemampuan otot olahragawan
untuk menggunakan kekuatan secara maksimal tanpa memperhatikan
berat badannya sendiri. Kekuatan absolut dapat diketahui dengan cara
mengukur kekuatannya menggunakan dynamometer dan atau
kemampuan otot maksimal mengangkat beban dalam satu kali kerja.
7) Kekuatan Relatif
Adalah hasil dari kekuatan absolut dibagi berat badan dan
lebih banyak digunakan untuk menentukan kelas dalam
pengelompokan olahragawan pada cabang olahraga beladiri, binaraga
dan angkat berat.
8) Kekuatan Cadangan
Adalah perbedaan antara kekuatan absolute dengan jumlah
kekuatan yang diperlukan untuk menampilkan keterampilan dalam
berolahraga.
36
Gambar 2.2 Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai (Hatmisari, 2005: 22)
c. Power Otot Tungkai
Komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan suatu
aktivitas yang sangat berat adalah power, karena dapat menentukan
seberapa orang dapat orang berlari dengan cepat. Semua usaha maksimal
yang exsplosive tergantung pada power (Jansen, C.R. Schultn. G W and
Bongerter, B.C 1983: 167-178).
Menurut Bompa (1990: 285) dilihat dari segi kesesuaian jenis
gerakan atas keterampilan gerak power dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Power Asiklik
Dalam kegiatan olahraga power ini dapat dikenal dari
peranannya pada suatu cabang olahraga, misalnya menolak dan
melompat pada atletik lebih dominan pada power asikliknya.
2) Power Siklik
Dari segi kesesuaian jenis gerak dari peranannya pada suatu
cabang olahraga lari cepat, lebih dominan pada power sikliknya.
Daya ledak atau power memainkan peran yang sangat penting
terhadap mobilitas fisik. Power merupakan kemampuan fisik yang
tersusun dari beberapa komponen diantaranya komponen yang
menonjol adalah kekuatan dan kecepatan. Komponen tersebut saling
37
berinteraksi/keterkaitan diantara komponen-komponen power
digambarkan oleh Bompa (1990: 264) sebagai berikut :
Gambar 2.3 Ilustrasi Keterkaitan Kemampuan Biomotorik (Bompa 1990: 264)
Sementara Nossek (1982: 46-48) menyampaikan power
adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan suatu
kecepatan kontraksi otot. Jadi, power otot adalah kualitas yang
memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik
secara explosive.
Menurut Jansen, C.R. Schultn. G W and Bangerter, B.C
(1983: 167-178) untuk meningkatkan power dapat dengan cara
menikatkan kekuatan, meningkatkan kecepatan kontraksi, atau
meningkatkan keduanya, yaitu meningkatkan kekuatan dan kecepatan
kontraksi otot.
Secara anatomi otot-otot yang bekerja ketika melakukan gerakan
menendang adalah Gluteus Maximus, Semi Membranosus, Membranosu,
M. Semi Tendinosus, M. Biseps Femoris, M. Rectus Femoris, M. Vastus
Medialis, M. Vastus Lateralis, M. Vastus Intermedius, M. Gastroknemius,
M. Soleus, M. Flexor Hallusis longus, M. Flexor Digitorum Longis, M.
Tibialis Posterior, M. poroneus Longus, poroneus Brevis.
Speed Coordina
tion
Flexibility
y
Maximum
Strength
Anaerobic
Endurance
Aerobic
Endurance
Maximum
Speed
Perfect
Coordinatio
n
Full Range of
Flexibility
Power
Endurance of
Speed
Agility Mobility
Strength Endurance
Muscular
Endurance
38
Gambar 2.4 Otot Tungkai (Syaifuddin 2010: 54)
d. Daya Tahan
Dalam olahraga, daya tahan dikenal sebagai kapasitas daya
tahan organisme melawan kelelahan dalam penampilan yang berlangsung
lama. Namun demikian arti penampilan yang berlangsung lama adalah,
juga tidak sesederhana itu, karena dalam perlombaan lari 200 m, seorang
atlet memerlukan kualitas daya tahan tertentu. Berbagai cabang olahraga
yang memerlukan unsur daya tahan adalah sangat luas.Ini mencakup
nomor-nomor yang memerlukan waktu beberapa detik sampai lari
marathon yang lebih dari 2 jam. Lama waktu suatu penampilan dalam
olahraga berada dalam hubungan langsungdengan intensitas latihan. Oleh
karena itu makin lama penampilan berlangsung, maka makin rendah
intensitas atau kesempatan penampilan dan sebaliknya.
Pada umumnya latihan daya tahan mengembangkan kapasitas
fungsional suatu organisme.Ekspresi-ekspresi seperti kesegaran jasmani
atau stamina adalah erat kaitannya dengan masalah ini.Realisasi
pentingnya latihan daya tahan untuk setiap orang berakibat dalam
39
kegiatan seluruh dunia.Olahraga untuk setiap orang (sport for all) untuk
meningkatkan kesehatan dalam individu-individu dengan daya tahan
yang mudah dikonsentrasikan dengan latihan-latihan seperti jogging,
bersepeda atau renang.Organ-organ yang dibebani dengan latihan daya
tahan adalah:
1) Jantung dan sirkulasi darah (sistem kardiovaskuler)
2) Paru-paru dan ventilasi paru-paru (sistem pulmonary)
3) Sistem jantung dan sirkulasi dalam hubungannya dengan
paru-paru dan respirasi (sistem kardiopulmonari)
Latihan daya tahan mengembangkan kapasitas fungsional di
samping daya tahan otot-otot melawan kelelahan. Menurut Josef Nosseck
(1982) dalam M. Furqon H. (1995: 75), berdasarkan jumlah otot yang
terlibat dalam aktivitas gerakan, dibuat pembagian berikut:
a) Nomor-nomor dan latihan-latihan dimana hanya 1/3 dari otot tubuh
yang bekerja menyebabkan kelelahan lokal dengan latihan daya tahan
(misalnya latihan gerak halus).
b) Nomor-nomor dan latihan-latihan yang menyebabkan yang
menyebabkan kelelahan regional dengan hamper 2/3 otot tubuh
bekerja dalam aktivitas (misalnya latihan sirkuit).
c) Nomor-nomor dan latihan-latihan yang menyebabkan kelelahan
global atau total dengan lebih dari 2/3 otot-otot tubuh bekerja
(misalnya dayung, tinju, dsb.).
e. Kelincahan
Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan
untuk mengubah-ubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari
dengan keadaan hampir penuh. Kelincahan terjadi karena kekuatan atau
tenaga yang meledak. Mengubah arah gerakan tubuh secara berulang-
ulang seperti halnya lari bolak-balik memerlukan kontraksi secara
bergantian pada kelompok otot tertentu. Sebagai contoh ketika lari
bolak-balik seorang atlet harus mengurangi kecepatan pada waktu akan
mengubah arah. Oleh karena itu otot perentang otot lutut pinggul
40
mengalami kontraksi eksentris (penguluran), saat otot ini memperlambat
momentum tubuh yang bergerak ke depan. Kemudian dengan cepat otot
ini memacu tubuh ke arah posisi yang baru.
Kelincahan (Elizabeth Quinn, www.sportmedicine.about.com :
2007) merupakan kemampuan untuk berpindah dan merubah posisi
tubuh secara cepat dan efektif dalam sebuah kontrol. Kelincahan
menurut Kirkendall, Gruber, dan Johnson dalam ismaryati (2008:41)
adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat
dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan
dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Selanjutnya Sajoto (1988: 90)
mendefinisikan kelincahan sebagai kemampuan untuk mengubah arah
dalam posisi di arena tertentu. Seseorang yang mampu mengubah arah
dari posisi satu ke posisi lainnya yang berbeda dengan koordinasi gerak
yang baik dan dalam kecepatan tinggi berarti kelincahannya cukup
tinggi.cepat dan mudah.
Suharno (1985: 33) menyatakan kegunaan kelincahan adalah
untuk mengkoordinasikan gerakan-gerakan berganda atau stimulan,
mempermudah penguasaan teknik-teknik tinggi, gerakan-gerakan
efisien, efektif dan ekonomis serta mempermudah orientasi terhadap
lawan dan lingkungan. Kelincahan sangat membantu pergerakan pemain
dalam permainan. Jadi apabila kelincahan yang dimiliki seseorang
semakin baik, maka pergerakannya akan semakin baik pula. Tanpa
gerakan kaki yang lincah atlet akan mengalami kesulitan untuk dapat
bermain dengan maksimal. Gerakan kaki yang lincah dan teratur berarti
altet dapat merubah-ubah arah dengan cepat.
Berdasarkan pandangan-pandangan dari beberapa ahli tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kelincahan mengandung makna kemampuan
dan kesiapan tubuh seseorang untuk merubah arah dengan cepat, dalam
waktu yang sesingkat mungkin tanpa menggunakan tenaga yang banyak
dengan mejaga keseimbangan.
41
Kelincahan juga dipengaruhi oleh keseimbangan tubuh, posisi
dari pusat gravitasi, maupun kecepatan berlari dan kemampuan.
Kelincahan dapat ditingkatkan dengan training atau latihan kelincahan
dan juga peningkatan elemen tiap individu secara lebih spesifik yaitu
kecepatan, keseimbangan, power dan koordinasi.
Seseorang untuk dapat melakukan kecepatan reaksi dengan cepat,
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut menurut Josep
Nossek (1982: 97) adalah: (a) Kualitas kekuatan, (b) Kualitas
kecepatan,(c) Kualitas fleksibilitas, (d) Kualitas ketrampilan gerak, (e)
Kecepatanreaksi.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan
menurut Dangsina Moeloek dan Arjadino Tjokro (1984: 8-9) adalah:
1) Tipe tubuh
Seperti telah dijelaskan dalam pengertian kelincahan bahwa
gerakan-gerakan kelincahan menuntut terjadinya pengurangan dan
pemacuan tubuh secara bergantian, dimana momentum sama dengan
massa dikalikan kecepatan dihubungkan dengan tipe tubuh, maka
orang yang tergolong mesomorfi dan meso ektomorfi lebih tangkas
dari sektomorf dan endomorf.
2) Usia
Kelincahan anak meningkat sampai kira-kira usia 12 tahun
(memasuki pertumbuhan cepat). Selama periode tersebut (3tahun)
kelincahan tidak meningkat, bahkan menurun.Setelah masa
pertumbuhan berlalu, kelincahan meningkat lagi secara mantap
sampai anak mencapai maturitas dan setelah itu menurun kembali.
3) Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kelincahan sedikit lebih baik
daripada anak wanita sebelum mencapai usia pubertas. Setelah
pubertas perbedaan tampak lebih mencolok.
42
4) Berat badan
Berat badan yang berlebihan secara langsung mengurangi
kelincahan.
5) Kelelahan
Kelelahan mengurangi ketangkasan terutama karena
menurunnya koordinasi. Sehubungan dengan hal itu penting untuk
memelihara daya tahan kardiovaskuler dan otot agar kelelahan tidak
mudah timbul.
Suharno (1993:51) berpendapat bahwa kelincahan dibagi
menjadi dua jenis, yaitu: (a) Kelincahan umum, artinya kelincahan
seseorang untuk menghadapi olahraga pada umunya dan menghadapi
situasi hidup dengan lingkungan, (b) Kelincahan khusus, artinya
kelincahan seseorang untuk melakukan cabang olahraga lain tidak
diperlukan.
Dari beberapa pendapat tersebut tentang kelincahan dapat ditarik
pengertian bahwa kelincahan merupakan kemampuan seseorang untuk
mengubah arah atau posisi tubuh dengan efektif dan cepat tanpa
kehilangan keseimbangan. Seseorang dapat meningkatkan kelincahan
dengan cara meningkatkan kekuatan otot. Harsono (1988) menjelaskan
berbagai bentuk latihan kelincahan,yaitu:
1) Lari bolak-balik (Shuttle Run).
Atlet berlari bolak balik secepatnya dari titik yang satu ke titik
yang lainnya sebanyak kira-kira 10 kali. Setiap atlet sampai pada
suatu titik dia harus berusaha untuk secepatnya membalikkan
badankemudian lari menuju titik yang lain. Perlu diperhatikan bahwa:
a) Jarak antara kedua titik jangan terlalu jauh, misalnya 10 m atau lebih,
maka ada kemungkinan bahwa setelah lari beberapa kali bolak-balik
dia tidak mampu lagi untuk melanjutkan larinya.,dan atau
membalikkan badannya dengan cepat disebabkan karena faktor
keletihan. Jika Kelelahan mempengaruhi kecepatan larinya, maka
43
latihan tersebut sudah tidak sahih(valid) lagi untuk digunakan sebagai
latihan kelincahan.
b) Jumlah ulangan lari bolak balik jangan terlalu banyak sehingga
menyebabkan atlet lelah. Kalau ulangan larinya terlalu banyakmaka
menyebabkan seperti diatas. Faktor kelelahan akan mempengaruhi
apa yang sebetulnya ingin dilatih yaitu kelincahan (Harsono, 1988:
173).
2) Lari zig-zag (zig-zag run)
Latihan yang dilakukan untuk lari zig-zag hampir sama
dengan lari bolak-balik, namun pada latihan lari zig-zag lari melintasi
beberapa titik, misalnya 10 titik.
3) Squart trust dan modifikasinya Atlet berdiri tegak, jongkok, tangan di
lantai, lempar kaki kebelakang sehingga tubuh lurus dalam posisi
push up, kedua tangan bersandar di lantai. Lemparan kedua kaki ke
arah depan di antara kedua lengan, luruskan seluruh tubuh
menghadap ke atas, satu tangan dilepas dari lantai lalu segera
balikkan badan sehingga berada dalam posisi push up, kemudian
kembali berdiri tegak. Seluruh rangkaian gerak dalam latihan ini
dilakukan secepat mungkin.
4) Lari Rintangan
Di suatu ruangan atau lapangan ditempatkan beberapa
rintangan. Tugas atlet adalah secepatnya melalui rintangan tersebut,
baik dengan cara melompatinya, memanjat maupun menerobos.
James. A. Baley (1986:199) mendefinisikan kelincahan sebagai
kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat dan efektif sambil
bergerak ataupun berlari hampir dengan kecepatan maksimal.
Selanjutnya Santoso Giriwijoyo (2005: 69) mengungkapkan bahwa
kelincahan (agilitas) adalah kemampuan seseorang untuk dapat
mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa
kehilangan keseimbangan. Ismaryati (2008: 41) menyatakan
kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang
44
sangat diperlukan pada semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan
perubahan posisi tubuh dan bagian bagiannya. Kelincahan merupakan
prasyarat untuk mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak
dan teknik olahraga terutama gerakan gerakan yang membutuhkan
koordinasi gerak. Kelincahan dibedakan menjadi kelincahan umum
dan kelincahan khusus. Kelincahan umum tampak pada aktivitas
olahraga dan melibatkan seluruh segmen bagiantubuh, sedangkan
kelincahan khusus berkaitan dengan teknik gerakan olahraga tertentu
dan hanya melibatkan segmen tubuh tertentu.
Menurut Suharno (1985:34) kegunaan kelincahan adalah untuk
mengkoordinasikan gerakan-gerakan berganda, mempermudah
penguasaan teknik-teknik tinggi, membuat gerakan menjadi efisien dan
efektif, mempermudah daya orientasi dan antisipasi terhadap lawan dan
lingkungan bertanding serta menghindari terjadinya cedera. Kelincahan
yang dilakukan oleh atlet atau pemain tenis meja saat berlatih maupun
bertanding tergantung oleh kemampuan mengkoordinasikan sistem
gerak tubuh dengan respon terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi.
Kelincahan dapat dilihat dari kemampuan bergerak cepat, mengubah
posisi dan arah, menghindari benturan antar pemain dan kemampuan
menghindar dari pemain di dalam lapangan. Kelincahan ditentukan oleh
faktor kecepatan bereaksi, kemampuan untuk menguasai situasi dan
mampu mengendalikan gerakan secara tiba-tiba. Kemampuan bergerak
mengubah arah dan posisi tergantung pada situasi dan kondisiyang
dihadapi dalam waktu yang relatif singkat dan cepat. Harsono (1988:72),
berpendapat kelincahan merupakan kemampuan untuk mengubah arah
dan posisi tubuh dengan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa
kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.
Kelincahan berperan khusus terhadap mobilitas fisik seseorang.
Kelincahan bukan merupakan kemampuan fisik tunggal atau satu-
satunya, namun terdiri dari komponen fisik yang lain, seperti komponen
45
koordinasi, kecepatan, dan power (Speed Coordintaion Agility Power).
Komponen-komponen tersebut saling berhubungan atau berinteraksi.
Dari uraian di atas dapat dapat diambil suatu pengertian untuk
menjelaskannya. Kelincahan dimaksud sebagai kemampuan untuk
bergerak mengubah arah dan posisi dengan tepat dan cepat sehingga
memberikan kemungkinan seseorang untuk melakukan gerakan ke arah
yang berlawanan dan mengatasi situasi yang dihadapi lebih cepat dan
lebih efisien. Kelincahan berperan signifikan terhadap berbagai
olahraga, pada khususnya olahraga yang memerlukan ketangkasan dan
dimainkan secara beregu.
Faktor-faktor yang menentukan kelincahan menurut Suharno
(1985:49) antara lain sebagai berikut: (a) kecepatan reaksi dan kecepatan
gerak yang baik, (b) kemampuan berorientasi terhadap masalah yang
dihadapi, (c) kemampuan mengatur keseimbangan, (d) fleksibilitas
sendi-sendi, dan (e) kemampuan mengerem gerakan-gerakan. Untuk
melatih kelincahan, dapat dilakukan dengan latihan anaerobik dan
latihan berlari zig-zag.
f. Fleksibilitas Togok
Menurut Setiawan (1991: 67) fleksibilitas adalah kemampuan
seseorang dapat melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya
dalam persendian. Fleksibilitas yaitu kapasitas melakukan pergerakan
dengan jangkauan yang seluas-luasnya (Bompa:1994: 317).
Fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu
persendian atau beberapa persendian. Ada dua macam flesibilitas , yaitu
(1) fleksibilitas statis, dan (2) fleksibilitas dinamis. Pada fleksibilitas
statis ditentukan oleh ukuran dari luas gerak satu persendian atau
beberapa persendian. Sebagi contoh untuk pengukur luas gerak
persendian tulang belakang dengan cara sit and reach. Sedangkan
fleksibilitas dinamis adalah kemampuan seseorang dalam bergerak
dengan kecepatan yang tinggi (Sukadiyanto, 2002: 119).
46
Kelentukan yang baik pada umumnya dicapai bila semua sendi
tubuh menunjukkan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai
dengan fungsinya. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas
sempitnya ruang gerak sendi-sendi yang dapat dilakukan. Kelentukan
yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada beberapa faktor. Faktor
penentu kelentukan adalah: 1) elastisitas dari otot, ligamentum, tendo,
dan cupsul. 2) luas sempitnya ruang gerak sendi (ROM). 3) tonus otot,
tendo, ligamentum, dan cupsula. 4) tergantung dari derajat panas diluar
(temperatur). 5) unsur jemu, muram, takut, senang, semangat. 6) kualitas
tulang-tulang yang membentuk persendian. 7) faktor umur dan jenis
kelamin (Suharno, 1993: 53).
Perkembangan kelentukan seseorang dipengaruhi oleh usia.
Perkembangan fleksibilitas pada tiap tingkatan usia berbeda. Pada
umumnya anak kecil memiliki otot yang lebih lentur (fleksibel), keadaan
tersebut akan terus meningkat pada usia belasan tahun (usia sekolah).
Dan memasuki usia remaja fleksibilitas mereka cenderung mencapai
puncak perkembangannya, setelah fase itu secara perlahan-lahan
fleksibilitas mereka menurun (Michael J. Alter, 1996: 15).
Perbaikan dalam fleksibilitas otot dapat mengurangi terjadinya
cidera pada otot-otot, membantu dalam mengembangkan kecepatan,
koordinasi, kelincahan atau agility, membantu memperkembangkan
prestasi, menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melaksanakan
gerakan dan memperbaiki sikap tubuh (Harsono, 1988: 163). Macam-
macam latihan peregangan terdiri dari, 1) peregangan balistik, 2)
peregangan statis, 3) peregangan pasif, dan 4) peregangan kontraksi-
relaksasi (Pate, 1993: 330).
Fleksibilitas tubuh menunjang sekali keterampilan bermain
sepakbola. Pemain sepakbola dapat belajar teknik bermain sepakbola
dengan hasil yang memuaskan jika memiliki tubuh yang lentur dan tidak
kaku. Fleksibilitas juga bisa sangat menentukan apakah seseorang
pemain sepakbola dapat menyelesaikan babak pertandingan. Selalu
47
melakukan pemanasan kemudian melenturkan tubuh (streching) sebelum
bermain sepakbola. Kombinasi kelentukan dan kekuatan akan menjadi
alur gerak (fluidity) si pemain, mudah dan mengesankan latihan
khususnya untuk meningkatkan kelenturan tubuh.
Sedangkan menurut Harsono (1988:163), mengemukakan bahwa
kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang
gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerakan sendi kelentukan juga
ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendo, dan ligamen.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas, maka orang
yang mempunyai kelentukan yang baik, khususnya kelentukan togok
adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendi
togok dan mempunyai otot-otot yang elastis pada togok.
Pemain sepakbola yang memiliki kelentukan togok yang baik,
akan dapat mengarahkan tenaga yang lebih besar pada saat melakukan
tendangan dalam keterampilan bermain sepakbola. Ini disebabkan,
dengan fleksibilitas togok yang baik, maka pernain sepakbola akan dapat
melakukan gerakan secara elastis dan luwes pada saat melakukan
gerakan menggiring bola maupun dalam menendang bola. Dengan
demikian untuk mendapatkan keterampilan yang baik, maka pemain
sepakbola harus memiliki fleksibilitas togok tinggi.
Kelentukan yang baik menurut Harsono, (1988:163), bahwa:
a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan
sendi.
b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan
kelincahan.
c. Membantu perkembangan prestasi
d. Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakan-
gerakan.
e. Membantu memperbaiki sikap tubuh.
Untuk mengembangkan fleksibilitas togok dapat dilakukan latihan
peregangan otot, seperti: peregangan dinamis dan peregangan statis.
48
Memperbaiki kelentukan daerah gerak suatu persendian, harus dilakukan
beberapa bentuk peregangan yang dinamis dan statis agar badan dapat
menjadi normal kembali atau bahkan kondisi lebih baik. Sehingga
dengan fleksibilitas togok yang baik akan membuat gerakan
keterampilan bermain sepakbola yang luwes dan tidak kaku.
g. Koordinasi Mata Kaki
Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat
kompleks. Koordinasi erat hubungannya dengan keterampilan teknik
dasar, kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas dan sangat penting untuk
mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik. Menurut Barrow
dan McGee dalam Harsono (1988: 219) bahwa dalam koordinasi
termasuk juga agilitas, balance (keseimbangan), dan kinestik sence.
Koordinasi penting kalau kita berada dalam situasi dan lingkungan yang
asing seperti misalnya dalam perubahan lapangan pertandingan.
Demikian pula, koordinasi penting untuk orientasi ruang, seperti pada
waktu berada di udara misalnya pada saat salto dalam senam.
Pengertian dari koordinasi menurut beberapa ahli seperti menurut
Suharno (1993: 61) bahwa koordinasi adalah kemampuan atlet untuk
merangkaikan gerak menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras. Barrow
dan McGee yang dikutip oleh Harsono (1988: 220) memberikan batasan
mengenai koordinasi yaitu, kemampuan untuk memadukan berbagai
macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola gerak khusus. Dengan
demikian kesimpulan dan pendapat tersebut ialah koordinasi merupakan
kemampuan dari dua atau lebih organ tubuh yang bergerak dengan satu
pola gerak tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa rumusan koordinasi
merupakan salah satu unsur yang penting untuk keterampilan gerak
motorik. Tingkat koordinasi atau baik tidaknya koordinasi gerak
seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu
gerakan secara mulus, tepat dan efisien. Seseorang mahasiswa dengan
koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan
49
secara sempurna, tetapi mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan
yang masih baru baginya. Disamping dapat mengubah secara cepat dari
pola gerak yang satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya
menjadi efisien. Koordinasinya tidak baik biasanya melakukan gerakan-
gerakan secara kaku, dengan ketegangan dan dengan energi yang
berlebihan sehingga tidak efisien.
Dalam koordinasi gerak, keterampilan teknik dasar, kekuatan,
daya tahan, kelentukan, kineshetic sense, keseimbangan, dan ritme
kesemuanya memberikan sumbangan atau pengaruh yang tidak dapat
diabaikan. Bila salah satu unsur tidak ada atau kurang berkembang, maka
hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan koordinasi.
Pusat pengaturan koordinasi di otak kecil (cerebulum) dengan
proses dari gerak syaraf ke syaraf tepi ke indra dan terus ke otak untuk
melaksanakan gerak yang selaras dan utuh otot sinergis dan anatagonis.
Koordinasi mempunyai kegunaan: mengkoordinasikan beberapa gerakan
agar menjadi satu gerakan yang utuh dan serasi, efisiensi dan efektif
dalam penggunaan tenaga, untuk menghindari terjadinya cidera,
mempercepat berlatih, menguasai teknik, Dapat untuk memperkaya
teknik dalam bertanding, kesiapan mental atlet lebih mantap untuk
menghadapi pertandingan (Suharno 1993: 62).
Seorang mahasiswa dengan koordinasi yang baik bukan hanya
mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga
mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan yang baru baginya.
Mahasiswa juga dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola
gerak yang satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi
efisien.
Koordinasi gerakan dapat berbagai macam seperti koordinasi
mata-kaki (foot-eye coordination) seperti dalam keterampilan menendang
bola, koordinasi mata-tangan (eye-hand coordination) seperti misalnya
keterampilan melempar suatu objek ke sasaran tertentu. Beberapa
aktivitas membutuhkan koordinasi menyeluruh (over-all coordination)
50
dari tubuh, misal keterampilan senam. Koordinasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu koordinasi mata-kaki. Jadi yang dimaksudkan dengan
koordinasi mata-kaki dalam penelitian ini adalah koordinasi antara mata
(penglihatan) dengan gerakan kaki dalam melakukan keterampilan
bermain sepakbola.
1) Latihan koordinasi
Latihan yang baik untuk memperbaiki koordinasi adalah dengan
melakukan berbagai variasi gerak dan keterampilan. Mahasiswa yang
mempunyai spesialisasi suatu cabang olahraga tertentu, sebaiknya
dilibatkan dalam keterampilan dalam berbagai cabang olahraganya
atau cabang olahraga lain. Mahasiswa harus banyak dilatih dengan
keterampilan-keterampilan baru dari cabang olahraganya atau cabang
olahraga lain. Kalau tidak, koordinasi tidak akan berkembang dan
kemampuan untuk belajar gerak baru akan menurun. Dalam melatih
keterampilan-keterampilan, faktor kesulitan dan kompleksitas gerak
harus senantiasa ditingkatkan. Koordinasi paling mudah
dikembangakan pada usia muda, yaitu pada waktu kemampuan
adaptasi nervous sistemnya lebih baik dari pada kepunyaan orang
dewasa (Bompa dalam Harsono, 1988: 222).
Menurut Harre yang dikutip Harsono (1988: 223) dalam latihan
koordinasi dianjurkan latihan-latihan koordinasi harus mencakup
latihan yaitu: latihan-latihan dengan perubahan keterampilan teknik
dasar dan irama, latihan-latihan dalam kondisi lapangan dan peralatan
yang berubah-ubah. Memperkecil dan memperluas lapangan,
kombinasi berbagai latihan senam, kombinasi berbagai permainan,
latihan-latihan mengembalikan reaksi, lari halang rintang dalam
waktu tertentu, latihan di depan kaca, latihan keseimbangan, latihan
dengan mata tertutup, melakukan gerakan-gerakan yang kompleks
pada akhir latihan, latihan keseimbangan segera setelah melakukan
rol beberapa kali atau setelah berputar-putar di tempat.
51
Dengan memperhatikan ciri-ciri dalam melakukan latihan
koordinasi, maka bentuk latihan koordinasi yaitu: melatih gerak yang
simultan dari yang mudah ke yang sulit, dari tempo lambat ke tempo
yang cepat, dengan gerak yang sederhana ke gerak yang kompleks,
bentuk latihan yang mengkoordinasi kerja pusat syaraf, syaraf tepi,
indera dan otot secara berulang-ulang, kombinasi gerak kanan dan
kiri dari tangan dan kaki serta berulang-ulang, lari berbelok-belok
dengan rintangan-rintangan tonggak membentuk empat persegi
panjang.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi latihan koordinasi
Selain memperhatikan ciri-ciri dari latihan koordinasi, masalah-
masalah yang perlu diperhatikan dalam latihan ini, seperti pengertian
intervasi resiproke yaitu suatu pacuan yang datangnya bersamaan
dengan yang satu negatif dan yang lainnya positif. Otot-otot sinergis
dan antagonis bekerjasama secara harmonis untuk menghasilkan
koordinasi yang baik. Kelincahan, keseimbangan dan kelentukan
perlu ditingkatkan sebaik-baiknya untuk mendukung koordinasi
berkualitas tinggi. Hampir semua cabang olahraga memerlukan
koordinasi, gerakan-gerakan yang kompleks meskipun kadar
kesulitan dan kebutuhannya berbeda-beda untuk tiap-tiap cabang
olahraga. Melatih kemampuan sebaiknya sejak umur dini dalam
proses pengayaan gerak sebagai dasar keterampilan pada mahasiswa
junior dan senior.
3) Penerapan koordinasi mata kaki terhadap sepakbola.
Koordinasi gerak itu ada dua macam, yaitu koordinasi mata
tangan (hand eye coordination) dan koordinasi mata kaki (foot eye
coordination). Sedangkan koordinasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mata kaki, yaitu koordinasi anatara mata atau
penglihatan dengan gerak kaki pada saat melakukan keterampilan
bermain sepakbola. Mata merupakan indera penglihatan yang
berfungsi mengakualitas terhadap objek-objek tertentu yang
52
menangkap dan membedakan kejadian-kejadian yang dilihatnya,
dalam hal ini mata berfungsi sebagai indera penglihat yang cermat
untuk mengikuti suatu objek tertentu. Mata juga mempunyai
kemampuan mengingat tentang apa yang pernah dilihatnya, misalnya
seorang pemain bisa mengingat keterampilan bermain sepakbola yang
dilakukan setelah melihat permainan sepakbola. Selain itu mata juga
dapat membedakan bentuk dan bidang serta dapat
menginterprestasikan dalam keajengan suatu objek yang dilihatnya
berulang-ulang.
Kaki merupakan bagian anggota badan yang terdapat indera
gerak. Organ indera gerak atau kinestetik berada pada otot, sendi, dan
tendon. Indera gerak terjadi apabila koordinasi yang digunakan
seseorang dalam melakukan pola gerakan tertentu, misalnya
mengontrol bola, mengoper bola , menggiring bola dan menendang
bola ke arah gawang, dalam hal ini keterampilan bermain sepakbola.
Koordinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koordinasi
antara mata (penglihatan) dengan gerakan kaki pada saat melakukan
keterampilan bermain sepakbola. Keterampilan bermain sepakbola
memerlukan koordinasi mata yang melihat sasaran dan kaki yang
melakukan tendangan ke sasaran. Pemain selalu dituntut untuk
mengintegrasikan berbagai macam gerak kedalam satu rangkaian
gerakan yang utuh dan selaras. Dengan demikian koordinasi gerak
akan memudahkan dalam merangkaian serta mengkoordinasikan
gerakan-gerakan yang ganda (simultan) menjadi lebih baik. Makin
baik kemampuan koordinasi gerak seorang pemain sepakbola, dapat
memberikan penampilan yang lebih baik dalam melakukan gerakan
seorang pemain sepakbola.
Koordinasi mata kaki merupakan dasar untuk mencapai
keterampilan yang tinggi dalam bermain sepakbola. Dalam
keterampilan bermain sepakbola terdapat gabungan beberapa gerakan
yang harus dilakukan secara terpadu dan selaras. Untuk melakukan
53
tendangan secara sempurna diperlukan koordinasi mata kaki yang
baik. Koordinasi mata kaki adalah satu unsur yang penting untuk
keterampilan gerak motorik. Tingkat koordinasi baik atau tidaknya
koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuan setiap
pemain untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tetap efisien.
Pemain dengan koordinasi yang baik bukan hanya melakukan suatu
keterampilan secara sempurna akan tetap juga mudah dan cepat dapat
melakukan suatu keterampilan yang masih baru baginya. Disamping
itu juga dapat mengubah secara cepat dari pola gerak yang lain,
sehingga gerakannya menjadi efisien dan efektif.
h. Waktu Reaksi
Menurut Ismaryati (2008:72), waktu reaksi adalah periode antara
diterimanya rangsangan dengan permulaan munculnya jawaban,
kemudian M. Sajoto (1998:11) mengatakan bahwa reaksi adalah
kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam
menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf atau
feeling lainnya. Berdasarkan kepekaan indera dan kecepatan proses
persyarafan, waktu reaksi dibedakan atas : waktu reaksi sederhana dan
waktu reaksi kompleks ( BompaD4 dalam ismaryati, 2008 : 72). Waktu
reaksi adalah indikator akurat kecepatan dan efektivitas pengambilan
keputusan.
Waktu reaksi sederhana terjadi ketika subyekmemberikan
jawaban yang spesifik terhadap rangsang yang telah ditentukan atau
diketahuisebelumnya, misalnya reaksi terhadap bunyi pistol dalam start,
menekan tombol penjawab ketika lampu rangsang menyala. Sedangkan
waktu reaksi kompleks berhubungan dengan kasus dimana subyek
dihadapkan pada beberapa rangsang dan harus memilih atau menentukan
satu respon. Subyek harus mempelajari respon yang harus dibuat ketika
menjawab rangsang yang spesifik. Reaksi kompleks dilakukan dalam
permainan-permainan dan olahraga-olahraga pertandingan, misalnya tinju,
anggar dan sepakbola. Atlet secara terus menerus menerima sejumlah
54
rangsang yang berbeda dan harus menentukan respon yang tepat dari
berbagai kemungkinan yang ada. Kecepatan pada waktu reaksi sederhana
tergantung dari ketajaman indera dan pada kecepatan perambatan impuls
saraf dari dank e otak. Kecepatan pada waktu reaksi kompleks bergantung
pada kecepatan berorientasi dalam situasi permainan, kepekaan indera
terkait, kecepatan perambatan rangsang ke otak, waktu pusat yang
berkenaan dengan persepsi dan pengambilan keputusan, waktu
penyebaran sinyal ke otat, dan waktu sebelum pergerakan. Waktu reaksi
sangat besar peranannya pada cabang olahraga yang membutuhkan
kecepatan salah satunya adalah sepakbola.
Kemampuan seseorang untuk dapat melakukan kecepatan reaksi
dengan cepat, ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut
Dangsina Moeloek (1989:25), faktor-faktor tersebut meliputi : (1) Usia,
(2) Jenis kelamin, (3) Kesiapan, (4) Intensitas stimulus, (5) Latihan, (6)
Diet, (7) kelelahan.
Waktu reaksi akan mencapai maksimal pada usia pubertas.
Dangsina Moeloek (1989:27) mengatakan “ pada usia muda waktu reaksi
lambat, dan mencapai maksimal pada usia pubertas, kemudian menurun
dengan bertambahnya usia”. Dari pendapat tersebut diatas perlu dikaji
lebih mendalam bahwa kecepatan reaksi merupakan hal yang sangat
kompleks, karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Jenis kelamin pria
ternyata mempunyai waktu reaksi lebih baik (singkat) dari pada wanita.
Teicher dan Tripp dalam Dangsina Moeloek (1989:31), menyatakan
bahwa “pria mempunyai waktu reaksi (singkat) dari pada wanita, hal ini
disebabkan oleh aktifitas yang lebih banyak dari kehidupan sehari-hari”.
Derajat kesiapan individu juga bias mempengaruhi waktu reaksi, Smith
dalam Dangsina Moeloek (1989:34) menemukan bahwa, “waktu reaksi
lebih cepat 7% bila otot sudah siap bila dibandingkan dengan otot yang
masih dalam keadaan relaksasi”.
Dalam dunia olahraga, rangsangan dapat berupa sinar yang
diterima oleh indera mata, suara atau bunyi yang dapat diterima oleh
55
indera telinga, sentuhan yang dapat diterima oleh indera kulit, dan posisi
tubuh dapat diterima oleh alat keseimbangan tubuh.
Semua rangsanagn yang diterima oleh alat penerima (panca
indera) atau reseptor ini dikirim melalui urat saraf ke saraf pusat (otak).
Setelah dipelajari dan diolah di sistema ini, kemudian ada perintah (dari
otak) melalui urat saraf menuju ke efektor yakni otot skeletal untuk
bereaksi. Reaksi merupakan kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk
bereaksi secepat mungkin ketika ada rangsangan yang diterima oleh
reseptor. Biasanya komponen reaksi ini dikenal dengan sebutan waktu
reaksi (reaction time). Waktu reaksi seringkali digunakan untuk mengukur
waktu dalam berbagai aktifitas olahraga dan reaksi merupakan aspek
inherent atau sifat yang melekat. Waktu reaksi menunjukan waktu
diantara saat individu diberi stimulus dan seseorang melakukan gerakan
atas respon tersebut.
i. Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Definisi
menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan pusat gravitasi pada bidangtumpu terutama ketika saat
posisi tegak.Selain itu, menurut Ann Thomson keseimbangan adalah
kemampuan untukmempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan
maupun dalam keadaan statis atau dinamis, serta menggunakan aktivitas
otot yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif
untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) ataupusat gravitasi
(center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of
support).Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen
tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal danbidang tumpu.
Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu
akan membuat manusia mampuuntuk beraktivitas secara efektif dan
efisien.
56
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan
statis : kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi tetap
(sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan) dan
keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak.Keseimbangan merupakan interaksi yang
kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual,
dansomatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot,
sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diaturdalam otak (kontrol
motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon
terhadap perubahankondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh
faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan,pengaruh
obat dan pengalaman terdahulu.
1. Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan
kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari
faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan
keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan
faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar
seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh
ketika bagian tubuh lain bergerak.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan diantaranya :
a) Pusat Gravitasi (Center of Gravity-COG)
b) Garis Gravitasi(Line of Gravity-LOG)
c) Bidang Tumpu (Base of Support-BOS)
Dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda,
pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat
gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan
57
mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu
ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang.Pada
manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau
perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak
adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra
sakrum ke dua.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
: ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran
bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta
berat badan.
b) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada
vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi.Hubungan
antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah
menentukan derajat stabilitas tubuh.
c) Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang
berhubungan dengan permukaan tumpuan.Ketika garis gravitasi
tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan
seimbang.Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang
tumpu.Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.
Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding
berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan
pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.
Keseimbangan sangat berperan penting terhadap keterampilan
bermain sepakbola, seperti menggiring bola atau gerakan-gerakan lain
yang bercirikan perpindahan tempat dari satu titik ke titik lain. Selain itu,
keseimbangan yang baik menjadikan gerakan lebih efektif dan efisien.
Kemendiknas. (2010: 114) menjelaskan, “Salah satu dasar dalam
menggiring bola yaitu harus bisa berubah arah dan kecepatan dribble
dengan sekonyong-konyong (changing speed and reaction)”. Sedangkan
58
Suharno HP. (1993: 66) menyatakan, “Kegunaan keseimbangan antara
lain: meningkatkan keterampilan gerak dan efisiensi gerak dalam
meningkatkan prestasi olahraga”.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang menarik yang memiliki relevansi yang dekat
dengan penelitian ini antara lain:
1. Penelitian dari Vera Septi Sistiasih (2014) yang meneliti tentang Faktor
Fisik Dominan Penentu Kemampuan Apnea Pada Selam, analisis faktor
anthropometri dan kemampuan fisik pada atlet selam di provinsi
Yogyakarta. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ada
hubungan positif secara bermakna antara volume tidal, kadar hemoglobin,
dan denyut jantung dengan 𝑉 O2max.
2. Penelitian dari Ika Rudi Mahendra (2014) yang meneliti tentang Faktor
Kondisi Fisik Dominan Penentu Prestasi Bermain Tenis Meja, analisis
faktor fleksibilitas pergelangan tangan,fleksibilitas pinggul, waktu reaksi,
koordinasi mata tangan, kelincahan dan power otot lengan pada mahasiswa
pembinaan prestasi tenis meja UNS Surakarta. Dari penelitian yang telah
dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor kondisi fisik yang dominan
menentukan prestasi bermain tenis meja adalah faktor kelincahan dengan
nilai koefisien regresi positif sebesar 0,428.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran yang akan dikemukakan dalam penelitian ini,
berdasarkan pada teori yang benar dan berkaitan dengan variabel yang menjadi
obyek dalam penelitian ini. Selain kerangka berpikir tersebut juga merupakan
dasar pemikiran dari penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dapat dirumuskan kerangka
pemikiran sebagai berikut :
Ada empat komponen yang saling melengkapi dalam sepakbola, yaitu
fisik, teknik taktik dan jiwa kebersamaan (psychososial)/mental. Yang diteliti
59
dalam penelitian ini adalah komponen kondisi fisik. Kondisi fisik merupakan
unsur yang penting dalam menunjang penampilan seorang atlet dalam olahraga,
sehingga untuk memperoleh prestasi dalam sepakbola dibutuhkan latihan fisik
terutama terfokus pada faktor kondisi fisik dominan. Unsur kondisi fisik yang
berpengaruh pada sepakbola antara lain kecepatan, kekuatan otot tungkai, power
otot tungkai, daya tahan, kelincahan, fleksibilitas togok, koordinasi mata-kaki,
waktu reaksi, dan keseimbangan.
a. Hubungan kecepatan dengan keterampilan bermain sepakbola
Kecepatan dapat diartikan kemampuan seseorang untuk melakukan
gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam bentuk yang sama dan
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan dibedakan menjadi
kecepatan mereaksi dan kecepatan gerak. Olahraga sepakbola membutuhkan
kecepatan gerak khususnya kecepatan berlari selama pertandingan untuk
mengejar bola yang diberikan anggota tim,untuk mengejar lawan, untuk
melakukan pressing terhadap lawan dan untuk melakukan serangan balik
atau counterattack.
b. Hubungan kekuatan otot tungkai dengan keterampilan bermain
sepakbola
Secara fisiologis kekuatan merupakan kemampuan otot untuk
mengatasi beban atau tahanan atau kemampuan otot atau sekelompok otot
untuk mengatasi tekanan. Dalam sepakbola kekuatan otot yang paling
dominan adalah kekuatan otot tungkai, dikarenakan otot tungkai sangat
berperan untuk melakukan tendangan. Dengan kekuatan seorang pemain
sepakbola akan dapat menendang bola lebih jauh dan dapat mengatasi
tekanan yang ditimbulkan dalam mendribbling bola. Kekuatan otot tungkai
sangat berperan untuk melakukan tendangan yang keras kearah gawang.
c. Hubungan power otot tungkai dengan keterampilan bermain sepakbola
Power adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban
dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh yang bekerja dalam waktu
yang singkat.Olahraga sepakbola membutuhkan power khususnya yang
berada pada otot tungkai, yang dapat diartikan kemampuan otot atau
60
sekelompok otot tungkai untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan
tinggi (eksplosif) dalam satu gerakan yang utuh yang melibatkan otot-otot
tungkai sebagai penggerak utama. Dalam hal ini power otot tungkai sangat
berperan penting untuk melakukan tendangan (shooting) yang keras dan
kencang. Selain itu, power otot tungkai juga berperan untuk melakukan
operan-operan melambung tinggi jarak jauh.
d. Hubungan daya tahan dengan keterampilan sepakbola
Daya tahan adalah kemampuan organisme tubuh untuk mengatasi
kelelahan yang disebabkan oleh pembebanan yang berlangsung relatif lama.
Daya tahan dibedakan menjadi daya tahan otot dan daya tahan
kardiovaskuler. Dalam sepakbola, daya tahan kardiovaskuler lebih dominan
dibanding daya tahan otot karena sangat berpengaruh untuk dapat bermain
dari menit awal sampai akhir pertandingan baik daya tahan aerob maupun
anaerob. Seorang pemain tidak akan dapat mengeluarkan keterampilan
bermainnya jika mempunyai daya tahan kardiovaskuler yang rendah, tidak
akan dapat menggiring bola, menendang bola bahkan untuk berlari mengejar
bola. Daya tahan yang melandasi berbagai macam keterampilan bermain
sepakbola.
e. Hubungan kelincahan dengan keterampilan bermain sepakbola
Kelincahan meliputi komponen perubahan arah yang cepat, memulai
dan berhenti dengan cepat. Permainan Sepakbola sangat membutuhkan
kelincahan karena kelincahan memang menjadi karakteristik olahraga
sepakbola. Kelincahan berfungsi untuk berbelok arah ketika menghindari
lawan baik pada saat membawa bola maupun ketika tanpa bola. Pada saat
sedang menggiring bola dan ada pemain lawan yang melakukan sliding ingin
merebut bola, pemain yang sedang menggiring bola harus mempunyai
kelincahan untuk membelokkan bola atau sekedar melompat agar tidak
terkena sliding lawan. Pada saat off the ball pun seorang pemain dituntut
mempunyai kelincahan untuk sekedar berlari kemudian berhenti secara tiba-
tiba dan berbelok arah dengan tujuan mengecoh lawan atau mengganggu
konsentrasi lawan.
61
f. Hubungan fleksibilitas togok dengan keterampilan bermain sepakbola
Fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat melakukan gerak
dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian.Sepakbola
membutuhkan fleksibilitas untuk menunjang gerakan-gerakan lainnya dalam
hal ini fleksibilitas punggung.Pada saat mengontrol bola baik menggunakan
tungkai ataupun dada pemain membutuhkan fleksibilitas punggung untuk
menyempurnakan teknik kontrol bola tersebut.Pada posisi kiper pun
membutuhkan fleksibilitas punggung dalam usaha menjangkau bola ke
berbagai sudut gawang.Fleksibilitas juga berperan pada saat menyundul
bola.Pada gerakan menyundul bola membutuhkan fleksibilitas punggung
untuk sumber tenaga sehingga dapat melakukan sundulan bola yang kuat.
g. Hubungan koordinasi mata-kaki dengan keterampilan bermain
sepakbola
Koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan secara cepat dan
tepat berbagai macam gerakan ke dalam satu pola gerak khusus.Koordinasi
melibatkan beberapa segmen tubuh. Dalam penelitian ini terkait dengan
koordinasi mata-kaki yang diperlukan untuk melakukan beberapa gerakan
dalam sepakbola menjadi satu kesatuan gerak yang komplek seperti
menggiring bola, mengontrol bola, menendang bola. Koordinasi
membutuhkan kekompakan anggota tubuh. Dalam sepakbola ketika hendak
menendang mata harus melihat dahulu kearah target setelah itu kaki
menendang kearah target tersebut. Pada saat menggiring bola, mata melihat
hadangan atau lawan yang ada di sekitar untuk memudahkan si pemain
menggiring bola kearah yang dituju.
h. Hubungan waktu reaksi dengan keterampilan bermain sepakbola
Waktu reaksi adalah waktu tersingkat yang dubutuhkan untuk
memberikan jawaban kinetis setelah menerima rangsang melalui berbagai
indera, saraf dan lainnya. Kecepatan reaksi berperan penting dalam
sepakbola, maka yang dimaksudkan kecepatan reaksi dalam sepakbola
adalah kecepatan reaksi kaki untuk merebut bola dari lawan (intersep),
62
menentukan timing berkelit dengan lawan, melakukan tendangan ke gawang
hingga waktu reaksi kiper menangkap bola. Dalam hal ini kaki akan
melakukan gerakan setelah menerima respon melalui indera penglihatan
yaitu mata. Koordinasi antara mata dan kaki sangat penting menentukan
keberhasilan melakukan teknik dalam sepakbola. Berdasarkan hal tersebut
dapat diperkirakan terdapat hubungan antara waktu reaksi dengan
keterampilan bermain sepakbola
i. Hubungan keseimbangan dengan keterampilan bermain sepakbola
Keseimbangan diartikan sebagai kemampuan relatif untuk
mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of
gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Dalam olahraga sepakbola
membutuhkan keseimbangan untuk mengaplikasikan berbagai gerakan
didalamnya, seperti menjaga bola dari lawan (shielding the ball),
mempertahankan posisi tubuh pada saat melakukan berbagai teknik dalam
sepakbola seperti : menendang, mengontrol, menyundul bola. Pada saat
menendang bola misalnya, tubuh membutuhkan kesimbangan untuk
melakukan tumpuan sebelum kaki bersinggungan dengan bola. Pada saat
menggiring bola tubuh membutuhkan kesimbangan agar tidak jatuh.
Sepakbola adalah permainan yang berlangsung dengan intensitas yang
tinggi untuk itulah dibutuhkan komponen kondisi fisik yang baik agar pemain
dapat melakukan teknik dan taktik untuk menunjang permainan sepakbola.
Daya tahan mutlak sebagai komponen dasar untuk melandasi permainan
sepakbola karena digunakan untuk bermain dari menit awal sampai akhir
pertandingan. Sepakbola membutuhkan kekuatan otot tungkai, power otot
tungkai, kelincahan dan kecepatan berlari untuk menguasai bola maupun
merebut bola dari lawan. Koordinasi mata-kaki sangat diperlukan karena
karakteristik sepakbola yang tekniknya sebagian besar menggunakan kaki,
untuk menendang, menggiring, mengontrol bola.
Untuk mencapai kemampuan maksimal faktor-faktor seperti waktu
reaksi, keseimbangan dan fleksibilitas sangat mempengaruhi. Sepakbola adalah
permainan cepat, kemampuan waktu reaksi yang baik diperlukan oleh beberapa
63
pemain seperti kiper untuk menepis dan menangkap bola dan untuk pemain
dalam menerima umpan. Keseimbangan dalam sepakbola digunakan ketika
sedang berlari, mengontrol, menggiring bola atau melakukan hal yang
berhubungan dengan teknik dasar dan fleksibilitas togok digunakan ketika ingin
melewati lawan atau untuk menyempurnakan berbagai teknik dalam sepakbola.
Secara skematis faktor kondisi fisik dominan penentu keterampilan
bermain sepakbola antara lain kecepatan, kekuatan otot tungkai, power otot
tungkai, daya tahan, kelincahan, fleksibilitas togok, koordinasi mata-kaki,
waktu reaksi, dan keseimbangan dapat digambar sebagai berikut:
Gambar 2.6 Kerangka berpikir
Waktu reaksi
(X8)
Keseimbangan
(X9)
Kecepatan (X1)
Kekuatan otot
tungkai (X2)
Power otot
tungkai (X3)
Daya tahan (X4)
Kelincahan (X5)
Koordinasi
mata-kaki (X7)
Keterampilan Bermain
Sepakbola (Y)
Fleksibilitas
Togok (X6)
64
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang dibangun di atas, maka hipotesis dalam
rencana penelitian ini adalah sebagai berikut: variabel yang lebih dominan
penentu keterampilan bermain sepakbola adalah variabel kecepatan, power otot
tungkai, daya tahan, kelincahan, koordinasi mata-kaki, dan keseimbangan.