BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Modalrepository.iainpekalongan.ac.id/723/8/13. BAB II.pdf · BAB II...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Modalrepository.iainpekalongan.ac.id/723/8/13. BAB II.pdf · BAB II...
49
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Secara sederhana, “pasar” bisa diartikan sebagai tempat bertemunya
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Bersamaan
dengan berkembangnya peradaban manusia, pengertian “pasar” bertambah
luas. Saat ini berkembang berbagai jenis pasar modern termasuk di
dalamnya pasar modal. Bahkan, di pasar modal produk yang
diperjualbelikan tidak lagi berwujud barang melainkan surat berharga
(efek). Pasar modal (capital market) merupakan salah satu elemen penting
dan tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Salah satu ciri-ciri
negara industri maju maupun negara industri baru adalah adanya pasar
modal yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Dari angka Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), kita bisa mengetahui kondisi perusahaan-
perusahaan yang dilisting di bursa efek. IHSG juga dapat mencerminkan
kondisi perekonomian suatu negara. Pasar modal juga bisa dijadikan
sebagai sarana untuk mengundang masuknya investor asing dan dana-dana
asing guna membantu kemajuan perekonomian.55
55
Iswi Hariyani, R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Jakarta: Visimedia,
2010, hal. 8.
50
Pengertian pasar modal adalah pasar tempat memperdagangkan
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,
misalnya saham, obligasi, reksadana, produk derivatif, maupun instrumen
lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi pemerintah sekaligus sebagai sarana bagi masyarakat
untuk melakukan kegiatan investasi. Pasar modal sesuai UU Pasar Modal
Nomor 8 Tahun 1995 diartikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek”56
.
Investasi di pasar modal atau bursa efek memang lebih berisiko
dibandingkan dengan investasi tabungan dan deposito. Investor membeli
produk keuangan di pasar modal karena ingin mendapatkan keuntungan
yang lebih besar daripada yang didapatkan dari tabungan dan deposito.
2. Landasan Hukum Pasar Modal
Pasar modal di Indonesia mempunyai dasar hukum, di antara dasar
hukum pasar modal Indonesia adalah sebagai berikut57
:
a) Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal
56
Iswi Hariyani, R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal , hal. 8. 57
Badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan “Regulasi pasar modal”,
http://www.bapepam.co.id/pasar_modal/regulasi_pm/index.htm. Diakses tanggal 10 Desember
2014.
51
b) Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 2004 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah No. 45 tahun 1995 tentang penyelenggaraan
kegiatan di bidang pasar modal.
c) Kepmenkeu Nomor 1548/KMK. 013/1990 tentang pasar modal
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 284/UMK. 010/1995.
3. Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus yaitu
fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan sebagai
fungsi ekonomi karena pada pasar modal disediakan fasilitas atau
wahana yang mempertemukan 2 kepentingan yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan
dana. Dengan adanya pasar modal, maka perusahaan publik dapat
memperoleh dana dari masyarakat melalui penjualan efek saham
melalui prosedur IPO atau efek utang (obligasi)58
.
4. Peran, Manfaat Sifat Pasar Modal59
Pasar modal memiliki empat peran, yaitu sebagai berikut:
a) Pasar modal berperan mempertemukan pihak penjual efek (pihak
yang butuh dana untuk modal usaha, yaitu perusahaan emiten)
58
Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009, hlm. 14. 59
Iswi Hariyani, R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, hal. 11
52
dengan pihak pembeli efek (pihak yang menawarkan dana, yaitu
masyarakat investor atau pemodal.
b) Pasar modal berperan sebagai lembaga penghubung dalam
pengalokasian dana masyarakat secara efisien, transaparan, dan
akuntabel.
c) Pasar modal berperan menyediakan berbagai macam instrumen
investasi yang dapat memungkinkan adanya diversifikasi
portofolio investasi
d) pasar modal berperan mengajak masyarakat investor untuk ikut
serta memiliki perusahaan publik yang sehat dan berprospek baik.
Berikut ini di antara manfaat keberadaan pasar modal:
a) Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia
usaha sekaligus memungkinkan terciptanya alokasi sumber dana
secara optimal.
b) Memberikan wahana investasi bagi investor, sekaligus
memungkinkan adanya upaya diversifikasi portofolio investasi.
c) Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan
prospektif.
Industri pasar modal memiliki sifat yang unik karena alasan-alasan
berikut:
a) Merupakan cermin kegiatan ekonomi suatu negara [yang
digambarkan melalui fluktuasi indeks harga saham gabungan
(IHSG)].
53
b) Bersifat dinamis dan terus menerus memerlukan inovasi baru dan
adaptasi berkelanjutan
c) Industri ini tergolong industri yang sangat banyak diatur oleh kebijakan
pemerintah sebab industri berkaitan dengan dana-dana milik
masyarakat.
B. Pasar Modal Syariah
1. Pengertian Pasar Modal Syariah
Secara sederhana, pasar modal syariah dapat diartikan sebagai
pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah islam. Oleh
karena itu instrumen yang diperdagangkan tidak boleh terkait dengan
kegiatan bisnis yang diharamkan seperti riba, perjudian, spekulasi,
produsen minuman keras, dan lain-lain. Pasar modal syariah di
Indonesia secara resmi diluncurkan 14 Maret 2003 bersamaan dengan
penandatanganan MOU antara Bapepam-LK dengan Dewan Syariah
Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Kegiatan
operasionalnya pasar modal syariah di Indonesia diatur berdasarkan
Fatwa DSN-MUI dan peraturan Bapepam-LK. Pemerintah dan DPR
juga telah menerbitkan UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara60
. Walaupun secara resmi diluncurkan pada
tahun 2003, instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia
sejak 1997. Berdasarkan peraturan Bapepam Nomor IX.A.13 (Kep-
60
Iswi Hariyani, R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, hal. 351
54
130/BL/2006) tentang penerbitan efek syariah, instrumen yang dapat
diperdagangkan di pasar modal syariah di Indonesia terdiri dari saham
syariah, obligasi syariah (sukuk), reksadana syariah, dan efek beragun
aset syariah.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme
kegiatannya terutama mengenai emiten. Jenis efek yang
diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Pasar modal syariah secara prinsip berbeda
dengan pasar modal konvensional. Sejumlah instrumen syariah sudah
digulirkan di pasar modal Indonesia seperti dalam bentuk saham dan
obligasi dengan kriteria tertentu yang sesuai dengan prinsip syariah61
.
Di pasar modal Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara
syariah tidak diwujudkan dalam bentuk “saham syariah” maupun
“saham non-syariah”, tetapi berupa pembentukan indeks harga saham
yang memenuhi prinsip-prinsip syariah yang dinamakan Jakarta
Islamic Index (JII). JII yang ada di bursa efek Indonesia terdiri atas 30
saham perusahaan yang dinilai telah memenuhi kriteria syariah yang
ditetapkan oleh DSN-MUI.
2. Fungsi Pasar Modal Syariah
Diantara fungsi keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan pemilik investasi berpartisipasi secara penuh dalam
perusahaan dengan sistem bagi hasil dan risiko.
61
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, Malang: UIN-Maliki Press, 2010,
hlm. 46
55
b) Meningkatkan pemegang saham memperoleh likuiditas dengan
menjual saham yang mereka miliki sesuai dengan sistem di pasar
modal
c) Memperbolehkan perusahaan untuk meningkatkan modal eksternal
untuk membangun dan meningkatkan produksi mereka.
d) Mengindarkan operasi bisnis perusahaan dari perubahan harga saham
jangka panjang pendek yang merupakan karakteristik utama dari
pasar modal non-islam.
e) Memungkinkan investasi dalam ekonomi menjadi cermin kinerja
perusahaan dengan melihat harga saham perusahaan tersebut.
C. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat perusahaan sangat bermanfaat bagi
stakeholder. Stakeholder ini perlu mengetahui bagaimana kinerja
perusahaan. Untuk itu, mereka tergantung pada laporan keuangan
perusahaan yang dimumkan secara priodik sebagai sarana penyedia
informasi mendasar tentang kinerja keuangan perusahaan62
. Laporan
keuangan yang dianalisis adalah laporan laba rugi dan neraca. Laporan
keuangan ini digunakan untuk berbagai macam tujuan. Setiap
penggunaan yang berbeda membutuhkan informasi yang berbeda pula.
62
David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, Manajemen Investasi Pendekatan
Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham. Graha Ilmu Yogyakarta, 2010, hlm.187.
56
Informasi yang didasarkan pada analisis keuangan mencakup
penilaian keadaan keuangan korporasi, baik yang telah lampau, saat
sekarang dan ekspetasi kepada masa yang akan datang. Tujuan analisis
ini adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dan keadaan
keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa depan dan
menentukan setiap kekuatan yang dapat digunakan. Analisis rasio
keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan, analisis ini
dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang
keadaan keuangan perusahaan63
.
2. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Adapun tujuan laporan keuangan ini disusun adalah64
:
1. Sebagai bahasa bisnis yang mudah dimengerti oleh semua pihak.
2. Menunjukkan logika hubungan timbal-balik antara pos-pos dalam
laporan keuangan.
Manfaat laporan keuangan ini adalah :
1. Bagi manajemen: sebagai dasar untuk member kompensasi.
2. Bagi Pemilik Perusahaan: sebagai dasar untuk menilai peningkatan
nilai perusahaan (value of firm).
3. Bagi Supplier: untuk mengetahui besarnya kemungkinan pembayaran
utang.
63
Manahan P Tampubolon, Manajemen Keuangan (Finance Management), Ghalia
Indonesia, 2007, hlm. 20. 64
David sukardi ibid
57
4. Bagi bank: sebagai bukti bahwa perusahaan likuid dan mempunyai
cukup working capital.
3. Komponen Laporan Keuangan
Setelah adanya konvergensi IFRS di Indonesi, terjadi perubahan
komponen laporan keuangan. Berikun adalah perubahan komponen
laporan keuangan yang lengkap.
Tabel 2.1
Perubahan Komponen Laporan Keuangan
Menurut PSAK Lama Menurut PSAK Baru
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan
Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatas atas Laporan
Keuangan
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi
Komprehensif
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
6. Laporan Posisi Keuangan Awal
Periode
Sumber : IAI 2009
Berikut adalah gambaran umum mengenai keenam komponen
laporan keuangan setelah adanya konvergensi IFRS menurut PSAK
No. 1 (IAI, 2009), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
komponen-komponen berikut ini :
a. Laporan posisi kuangan pada akhir periode
Merupakan laporan yang menyediakan informasi mengenai
nilai dan jenis investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada
kreditur dan ekuitas pemilik. Posisi keuangan perusahaan
dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur
keuangan, likuditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi
dengan perubahan lingkunngan. Laporan posisi keuangan
58
perusahaan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menghitung
tingkat hasil pengembalian, mengevaluasi struktur modal
perusahaan dan memperhitungkan likuiditas dan fleksibilitas
keuangan perusahaan.
b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
Laporan laba rugi berfungsi untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan antara tanggal nerasa. Laporan ini mencerminkan aktivitas
operasi perusahaan yang menyediakan rincian pendapatan, beban,
untung dan rugi prusahaan untuk suatu periode waktu. Laporan laba
rugi dapat digunakan untuk mengetahui indikasi profitabilitas
perusahaan.
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode
Laporan ini menyajikan perubahan-perubahan pada pos ekuitas.
Laporan ini bermanfaat untuk mengidetifikasi alas an perubahan klain
pemegang ekuitas atas aktivitas perusahaan.
d. Laporan arus kas selama periode
Laporan ini menyajikan dan melaporkan arus kas masuk dan keluar
bagi aktivitas operasu, investasi dan pendanaan perusahaan secara
terpisah selama suatu periode tertentu.
e. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi ringkasan kebijakan akuntansi
penting dan informasi penjelasan lainnya. Dalam PSAK No. 1 (2009)
dinyatakan bahwa :
59
“Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atas
rincian jumlah yang tertera dalam neraca. Laporan laba rugi, laporan
arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan
seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan
keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan
untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkan-pengungkapan
lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan
secara wajar”
f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif
Laporan posisi keuangan pada awal periode ini disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
D. Manajemen Laba
1. Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud
tertentu terhadap proses pelaporan keuangan ekternal dengan sengaja
untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.65
Menurut Schipper
manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan
pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal
ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak
dari sebuah proses).
Menurut National Association of Certified Fraud Examiners
manajemen laba adalah kesalahan atau kelalaian yang disengaja
dalam membuat laporan mengenai fakta material atau data akuntansi
65
Rahmita Wulandari, Analisis Pengaruh Good Corporate Govenrance dan Leverage
terhadap Manajemen Laba studi pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI tahun
2008-2011, 2013, Skripsi Universitas Diponegoro.
60
sehingga menyesatkan ketika semua informasi iitu dipakai
untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan yang
menyebabkan orang yang membacanya akan mengganti atau
mengubah pendapat atau keputusannya. Menurut Fisher dan
Rosenzweig manajemen laba adalah laba periode berjalan dari
sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan
(penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang.66
Manajemen laba (Earning Management) adalah potensi
manajemen akrual untuk memperoleh keuntungan. Upaya
perusahaan atau pihak-pihak tertentu untuk merekayasa,
memanipulasi informasi, bahkan melakukan tindakan manajemen
laba yang dapat menyebabkan laporan keuangan tidak lagi
mencerminkan nilai fundamentalnya, karena laporan keuangan
seharusnya berfungsi sebagai media komunikasi manajemen
dengan pihak eksternal atau antara perusahaan dengan pemangku
kepentingan.67
2. Motivasi Manajemen Laba
Secara umum ada beberapa motivasi yang mendorong manajer
untuk berperilaku opoertunis, yaitu motivasi bonus, kontrak, politik,
pajak, perubahan CEO, IPO atau SEO, dan mengkomunikasikan
66
Sri sulistyanto, Manajemen Laba Teori Empiris dan Praktek, (Jakarta : PT RajaGrafindo,
2008) hlm. 49. 67
Subhan, Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Keuangan terhadap
Manajemen LabaPerusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-
2010, Tesis Universitas Madura.
61
informasi ke investor. Pengelompokan ini sejalan dengan tiga
hipotesis utama dalam teori akuntansi positif, yang menjadi dasar
pengembangan pengujian hipotesis untuk mendeteksi laba (Watts
dan Zimmerman, 1986), yaitu68
:
a. Hipotesis program bonus (Bonus plan hypothesis)
Bonus plan hypothesis menyatakan bahwa “managers of firms
with bonus plans are more likely to use accounting methods that
increase current periode reported income”. Ada bukti empiris
yang menyatakan bahwa perjanjian (kontrak) bisnis manajer
dengan pihak lain merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat manajemen laba yang dilakukan
perusahaan. Ada variabel yang selama diuji berkaitan dengan
perjanjian bisnis itu, yaitu bonus atau kompensasi manajerial.
Dalam bonus atau kompensasi manajerial, pemilik perusahaan
berjanji bahwa manajer akan menerima sejumlah bonus jika
kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu. Janji bonus inilah
yang merupakan alasan bagi manajer untuk mengelola dan
mengatur labanya pada tingkat tertentu sesuai dengan yang
disyaratkan agar dapat menerima bonus.
b. Hipotesis perjanjian hutang (Debt (equity) hypothesi)
Debt (equity) hypothesis yang menyatakan bahwa “the larger
the firms debt to eqity ratio, the more likely managers use
68
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba Teori Empiris dan Praktek, hlm. 45-46
62
accounting methods that increase income”. Dalam konteks
perjanjian hutang manajer akan mengelola dan mengatur
labanya agar kewajiban hutang yang seharusnya diselesaikan
pada tahun tertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Hal
ini merupakan upaya manajer untuk mengelola dan mengatur
jumlah laba yang merupakan indikator kemampuan perusahaan
dalam menyelesaikan kewajiban hutangnya.
c. Hipotesis biaya politik (The political hypothesis)
Biaya politik adalah suatu rekayas laba dengan tujuan untuk
meminimalkan resiko politik. Perusahaan yang berhadapan
dengan biaya politik, cenderung untuk melakukan rekayasan
penurunan laba dengan tujuan untuk meminimalkan biaya
politik yang harus mereka tanggung. Biaya politik muncul
dikaenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik
perhatian media dan konsumen. Biaya politik mencakup semua
biaya yang haru ditanggung oleh perusahaan terkait dengan
tindakan-tindakan politis seperti antitrust, regulasi, subsidi
pemerintah, pajak, tarif, tuntutan buruh dan lain sebagainya.
E. Leverage
1. Pengertian Leverage
Rasio Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai denngan utang. Penggunaan utang yang terlalu utang akan
membahayakan perusahaan perusahaan karena perusahaan akan
masuk dalam kategori extreme leverage (utang extreme) yaitu
63
perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk
melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan
harus menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari
mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang.69
Leverage adalah kemampuan Perusahaan untuk menggunakan
aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar
tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan. Untuk mengatur
leverage digunakan rasio leverage. Rasio ini membandingkan
antara total hutang dengan total aktiva dan indkator yang
digunakan merupakan skala rasio.70
Rasio Sovabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
denga utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan
dibubarkan.
Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan
ternyata memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, hal ini
69
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan,(Bandung : Alfabeta, 2012) hlm. 127 70
Syamsuddin Lukman, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 1998) hlm.27
64
akanberdampak timbulnya risiko kerugian lebih besar, tetapi juga
ada kesempatan mendapat laba juga besar. Sebaliknya apabila
perusahaan memiliki rasio solvabilitas lebih rendah tentu
mempunyai risiko kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat
perekonomian menurun. Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya
tingkat hasil pengembalian (return) pada saat perekonomian tinggi.71
Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat
besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang memiliki
perusahaan, diduga melakukan melakukan manajemen laba karen
perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya. Perusahaan akan berusaha
menghindarinya dengan membuat kebijaksanaan yang dapat
meningkatka pendapatan maupun laba.72
2. Tujuan dan Manfaat Rasio Leverage
Untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal
pinjaman haruslah menggunakan beberapa perhitungan. Seperti
diketahui bahwa penggunaan modal sendiri atau dari modal pinjaman
akan memberikan dampak tertentu bagi perusahaan. Pihak manajemen
harus pandai mengatur rasio kedua modal tersebut. Pengaturan rasio
yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan guna
71
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2012) hlm. 151-152. 72
Widyaningdya, Agnest Utari 2001 Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
earnings manajemen pada perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol. 3 Nov. 2003.
65
menghadapi segala kemmungkinan yang akan terjadi. Namun semua
kebijakan ini tergantung dari tujuan perusahaan secara keselluruhan.
Berikut adalah beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan
rasio leverage yakni73
:
a. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada
pihak lainnya (kreditor).
b. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)
c. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva
tetap dengan modal.
d. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
e. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva.
f. Untuk menilai atau mengukur berapa bgian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
g. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih,
terdapat sekian kalinya modal senidri yang dimiliki.
h. Tujuan lainnya
Sementara itu, manfaat rasio solvabilitas atau leverage ratio adalah :
73
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 153.
66
a. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainnya.
b. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)
c. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya
aktiva tetap dengan modal.
d. Untuk menganalisis seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
utang.
e. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva.
f. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bgian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
g. Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih
ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.
h. Manfaat lainnya.
Intinya adalah dengan analisis rasio solvabilitas, perusahaan akan
mengetahui beberapa hal berkaitan dengan penggunaan modal
sendiri dan modal pinjaman serta mengetahui rasio kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Setelah diketahui,
manajer keuangan dapat mengambil kebijakan yang dianggap perlu
guna menyeimbangkan penggunaan modal. Akhirnya, dari rasio ini
67
kinerja manajemen selama ini akan terlihat apakah sesuai tujuan
perusahaan atau tidak.
3. Jenis-jenis Rasio Leverage
Biasanya penggunaan rasio solvabilitas atau leverage disesuaikan
dengan tujuan perusahaan. Artinya perusahaan dapat menggunakan rasio
leverage secara keseluruhan atau sebagian dari masing-masing jenis rasio
solvabilitas yang ada. Penggunaan rasio secara keseluruhan, artinya
seluruh jenis rasio yang dimiliki perusahaan, sedangkan sebagian artinya
perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio yang dianggap perlu
untuk mengetahui.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang
sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam
rasio solvabilitas antara lain74
:
a. Debt to asset ratio (debt ratio)
Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan
aktiva.
b. Debt to equity ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio dengan
74
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 154.
68
caramembandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancer
dengan seluruh ekuitas.
c. Long term debt to equity ratio
Rasio ini merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan
modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
d. Times interest earned
Rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini
juga diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar
biaya bunga.
e. Fixed charge coverage
Rasio yang menyerupai rasio rasio time interested earned.
Hanya saja bedanya dalam rasio ini dilakukan, apabila perusahaan
memperoleh jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan sewa.
Biaya tetap merupakan biaya bungan ditambah kewajiban sewa
tahunan atau jangka panjang.
F. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala di mana dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menrt berbagai cara, antara lain : log total
aktiva,log total penjualan, kapitalisasi pasar. Pada dasarnya ukuran
69
persahaan hanya terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu perusahaan besar,
menengah dan kecil.75
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktur yang berpengaruh
terhadap manajemen laba perusahaan. Perusahaan besar cenderung bertindak
hati-hati dalam melakukan pengellaan perusahaan dan cenderung melakukan
pengelolaan laba secara efisien. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan
oleh masyarakat sehingga merekan akan lebih berhati-hati dalam melakukan
pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan
kondisinya lebih akurat. Perusahaan yang berkran besar memiliki basis
pemegang kepentingan yang lebih las, sehingga berbagai kebijakan
perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan perusahaan
akan berimplikasi terhadap prospek cash flow di masa yang akan datang.
Ukuran perusahaan yang bisa dipakai untuk menentukan tingkat
perusahaan adalah76
:
a. Tenaga kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan kontraktor yang
terdaftar atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu.
75
Arlita Marcella Sdibyo, Pengaruh Struktur Corporate Governance dan ukuran Perusahaan
terhadap Manajemen Laba Stdi Empiris pada Perusahaan Jasa non Keuangan yang terdaftar di
Brsa Efek Indonesia tahun 2009-2011, 2013, Skripsi Universiitas Diponegoro. 76
Restuwulan, Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen
Laba Penelitian pada Perusahaan di Sektor Industri Food and Beverages yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2009-2011, 2013, Skripsi Universitas Widyatama.
70
b. Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada
periode tertentu misalnya satu tahun.
c. Total utang ditambah dengan nilai pasar saham biasa, merupakan jumlah
utang dan nilai pasar saham biasa perusahaan pada saat atau suatu tanggal
tertentu.
d. Total asset, merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan pada
saat tertentu.
Klasifikasi ukuran perusahaan menurut Small Bussiness Administration
(SBA) yaitu :
Tabel 2.2
Klasifikasi Ukuran Perusahaan Menurut SBA
Small
Bussiness
Employment
Size
Asset Size Sales Size
Family Size 1 – 4 Under $100.000 $100.000 – 500.000
Small 5 – 19 $100.000 – 500.000 $ 500.000 – 1 million
Medium 20 – 99 $500.000 – 5 million $ 1 million – 10 million
Large 100 – 499 $5 – 25 million $10 million – 50 million
Sumber : Small Bussiness Administration (Restuwulan, 2013)
G. Profitabilitas
1. Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi
perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan
71
menggunakan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan,
terutama laporan keuangan neraca dan laba rugi.77
Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan
yang ditujukab oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh
dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik
rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan
tingginya perolehan keuntungan perusahaan.78
Pengukuran dapat
dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat
perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan
atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja
manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau
tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, mereka telah
berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode. Namun,
sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah
ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen unuk periode ke
depan.79
2. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Seperti rasio-rasio lain yang sudah dibahas sebelumnya, rasio
profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi
77
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 196. 78
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 135 79
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 196-197.
72
pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi
pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki
hubungan atau kepentingan dengan perusahaan.
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan,
maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu80
:
a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh
perusahaan dalam satu periode tertentu.
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun sekarang.
c. Untuk menila perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri.
e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
f. Untk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan
yang digunakan baik modal sendiri.
g. Dan tujuan lainnya
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk :
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang.
80
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, hlm 197-198.
73
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
3. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis
rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio
profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posis keuangan
perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode.
Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari
kebijakan manajemen. Jelasnya, semakin lengkap jenis rasio yang
digunakan, semakin sempurna hasil yang akan dicapai. Artinya
pengetahuan tentang kondisi dan posisi profitabilitas perusahaan dapat
diketahui secara sempurna81
.
Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat
digunakan adalah82
:
a. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Marginmerupakan salah satu rasio yang
digunakan untuk mengukur margin laba atau penjualan. Untuk
81
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, hlm.190 82
Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus,
dan Riset Bisnis, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011) hlm. 110.
74
mengukur rasio ini adalah dengan cara membanding antara
laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.83
b. Gross Profit Margin (GPM)
Gross profit margin digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan mendapatkan laba bruto per rupiah
penjualan.
c. Return on Asset (ROA)
ROA adalah rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA
memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas
perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam
menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapata.
d. Return on Equity (ROE)
Rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan
modal sendiri. Makin tinggi rasio ini makin baik. Artinya,
posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian sebaliknya.
e. Earning Per Share (EPS)
EPS adalah laba bersih yang siap dibagikan kepada
pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham
perusahaan. Semakin tinggi EPS, maka kemampuan
83
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, hlm 115
75
perusahaan untu memberikan pendapatan kepada pemegang
sahamnya semakin tinggi.
f. Return on Investment (ROI)
Rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan
dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.