BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5...

18
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan berbahasa bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui penjelasan semata-mata, tetapi hanya dapat diraih melalui kegiatan berbahasa secara terus-menerus. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan masa depan yang cerdas, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Berbicara adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, dan menulis. Berbicara sangat penting bagi ekstensi sosial dan budaya manusia. Oleh karena itu, kemampuan berbicara harus dimiliki sejak dini, termasuk pada siswa kelas VIII B SMP Diponegoro Majenang. Siswa membutuhkan keterampilan berbicara dalam interaksi sosialnya. Siswa akan dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara efektif jika ia terampil berbicara. Agar siswa terampil berbicara, siswa mutlak memerlukan pembelajaran berbicara. Menurut Tarigan (1981: 3-4) berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan 5 Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Kemampuan Berbicara

Keterampilan berbahasa bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan

melalui penjelasan semata-mata, tetapi hanya dapat diraih melalui kegiatan

berbahasa secara terus-menerus. Salah satu aspek keterampilan berbahasa

yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan masa depan yang

cerdas, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan

menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu

mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks

dan situasi pada saat dia sedang berbicara.

Berbicara adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa,

yaitu menyimak, membaca, dan menulis. Berbicara sangat penting bagi

ekstensi sosial dan budaya manusia. Oleh karena itu, kemampuan

berbicara harus dimiliki sejak dini, termasuk pada siswa kelas VIII B SMP

Diponegoro Majenang. Siswa membutuhkan keterampilan berbicara dalam

interaksi sosialnya. Siswa akan dapat mengungkapkan pikiran dan

perasaannya secara efektif jika ia terampil berbicara. Agar siswa terampil

berbicara, siswa mutlak memerlukan pembelajaran berbicara.

Menurut Tarigan (1981: 3-4) berbicara adalah suatu keterampilan

berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului

oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan

5

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

6

berbicara atau berujar dipelajari. Dan berbicara berhubungan pula dengan

perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh anak melalui kegiatan

menyimak dan membaca.

Sependapat dengan Tarigan, Nurgiantoro (2001: 276) mengatakan

bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia

dalam kehidupan berbahasa yaitu setelah aktivitas mendengarkan.

Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian

manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara.

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada saat

manusia menginjak masa anak-anaklah kemampuan berbahasa

berkembang. Diawali dengan kemampuan menyimak bunyi-bunyi

(bahasa) yang didengar dari lingkungan sekitar, barulah kemudian manusia

belajar berbicara.

Kemampuan berbicara adalah kemampuan kita untuk

berkomunikasi dengan orang lain, baik ketika ngobrol, presentasi,

menyampaikan pendapat, berdebat ataupun kegiatan lainnya. Kemampuan

berbicara identik dengan penggunaan bahasa dan lisan yang tepat,

sehingga pendengar dapat mengerti apa yang kita sampaikan. Selain itu,

sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara

mendukung keberhasilan kita dalam berbicara (http://apriawan.blogspot

.com/2007/03/kemampuan linguistik.html).

Menurut Arsjad dan Mukti U.S. (1988: 17) kemampuan berbicara

adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau

mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

7

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima

informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian

(juncture). Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi

dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara.

Kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang berdiri sendiri,

tetapi saling berkaitan dengan kemampuan yang lain. Kegiatan berbicara

berhubungan erat dengan kegiatan mendengarkan. Berbicara dan

mendengarkan merupakan komunikasi dua arah (Arsjad dan Mukti U.S.,

1988: 23).

Menurut Knower (dalam Tarigan, 1981: 17-18) seorang pembicara

pada dasarnya terdiri dari empat hal yang kesemuanya diperlukan dalam

menyatakan pikiran atau pendapatnya kepada orang lain. Pertama, sang

pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang

diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu: suatu pikiran (a thought).

Kedua, sang pembicara adalah pemakai bahasa, membentuk pikiran dan

perasaan menjadi kata-kata. Ketiga, sang pembicara adalah sesuatu yang

ingin disimak, ingin didengarkan, menyampaikan maksud dan kata-

katanya kepada orang lain melalui suara. Terakhir, sang pembicara adalah

sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang

harus diperhatikan dan dibaca melalui mata.

Kemampuan menyampaikan gagasan, ide, dan pengalaman dengan

menggunakan ujaran (speech) sebenarnya sudah dimiliki oleh setiap

individu sebelum memasuki dunia pendidikan atau masa prasekolah.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

8

Namun kemampuan berbicara belum diungkapkan secara sistematis.

Tingkat keterampilan berbicara setiap individu bervariasi dari taraf baik

atau lancar, sedang, gagap, atau bahkan ada seseorang yang tidak mampu

berbicara sama sekali ketika berhadapan dengan lawan bicara tertentu.

Menurut Powers (dalam Tarigan, 1981: 8-9) ujaran sebagai suatu

cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan individual kita.

Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan,

keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata.

Sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan

hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya.

Agaknya tidak perlu disangsikan lagi bahwa ujaran hanyalah merupakan

ekspresi dari gagasan-gagasan pribadi seseorang, dan menekankan

hubungan-hubungan yang bersifat dua arah, memberi dan menerima.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai kemampuan berbicara,

maka dapat disimpulkan setiap orang berbicara dengan orang lain

seharusnya dapat memilih kata-kata dan menentukan ragam bahasa atau

variasi bahasa yang selaras dan sesuai dengan lawan bicaranya. Misalnya,

ia berbicara dengan siapa? Pejabat, orang tua, orang yang dihormati dan

disayangi, orang yang lebih tua atau lebih muda. Selain itu, seseorang

yang berkomunikasi juga harus melihat situasi dan kondisi untuk

menentukan sikap yang pantas dipergunakan dalam menyampaikan pesan

atau gagasan.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

9

2. Tujuan Berbicara

Secara umum bahwa tujuan utama berbicara adalah untuk

berkomunikasi. Selain itu, berbicara juga bertujuan untuk melatih

keberanian mengungkap informasi atau gagasan secara lisan dengan baik

dan lancar. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka

sebaiknya pembicara dapat memahami betul makna segala sesuatu yang

ingin disampaikan (dikomunikasikan) terhadap pendengarnya. Selain itu,

pembicara juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap

pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan, tetapi bagaimana

mengemukakannya (Arsjad dan Mukti U. S., 1988: 17).

Sependapat dengan Arsjad, Tarigan (1981: 15) menjelaskan bahwa

tujuan utama dalam berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat

menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogianyalah sang pembicara

memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dia harus

mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya, dan dia

harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi

pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

Menurut Keraf (2001: 320) tujuan yang akan dicapai dari berbicara

seseorang yaitu memberikan dorongan, menambah keyakinan, bertindak

atau berbuat, menginformasikan atau memberitahukan dan memberi

kesenangan.

Berdasarkan tujuan utama di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

selain sebagai alat untuk berkomunikasi, berbicara juga bertujuan sebagai

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

10

pemahaman makna yang dikomunikasikan, kemampuan mengevaluasi

efek komunikasi terhadap para pendengar, memberi dorongan,

menanamkan keyakinan, serta prinsip-prinsip yang menjadi dasar segala

situasi pembicaraan secara umum atau perorangan perlu dimiliki oleh

seorang pembicara. Hal ini juga perlu dimiliki oleh seorang siswa dalam

meningkatkan kemampuan berbicara.

3. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Dari penunjang keefektifan berbicara ada beberapa faktor yang

harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara yaitu

faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan (Arsjad dan Mukti U.S,

1988: 17):

a. Faktor-Faktor Kebahasaan sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara

Menurut Arsjad dan Mukti U.S. (1988: 17-22) menjelaskan faktor-

faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara antara lain:

1) Ketepatan ucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan

bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bahasa yang

kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah

tentu ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak selalu sama.

Masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa

yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan,

perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau

perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

11

penyimpangan, maka keefektifan berbicara atau berkomunikasi

akan terganggu.

Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau

cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau

kurang menarik, atau sedikitnya bisa mengalihkan perhatian

pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau

menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa. Sehingga terlalu

menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaianya

(pembicara) diangap aneh.

2) Penempatan Tekanan, Nada, Sendi dan Durasi yang Sesuai

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan

daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan kadang-kadang

merupakan faktor penentu. Ketepatan masalah yang dibicarakan

dan durasi yang sesuai, akan menjadi lebih menarik. Sebaliknya

jika penyampaianya datar saja, hampir dapat dipastikan dapat

menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu

berkurang.

Demikian juga halnya pemberian tekanan pada kata atau

suku kata. Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata

terakhir atau suku kata kedua dari belakang, kemudian

ditempatkan pada suku kata pertama misalnya, kata penyanggah,

pemberani, dan kesempatan. Pemberian tekanan pada pe-, pem-,

ke-, tentu kedengaranya janggal. Dalam hal ini pendengar dapat

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

12

beralih kepada cara berbicara pembicara, sehingga pokok

pembicaraan atau pesan yang disampaikan kurang diperhatikan

akibatnya keefektifan komunikasi tentu terganggu.

3) Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas

maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi

sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham,

kalau kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal

oleh pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang

mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas dalam

bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul menjadi

miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara.

Selain itu, pilihan kata juga disesuaikan dengan pokok

pembicaraan.

4) Ketepatan Sasaran Pembicaraan

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat pembicara yang

menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar

menangkap pembicaraanya. Susunan penuturan kalimat ini

sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian.

Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif,

kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan

pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Apa

yang disampaikan dan apa yang diterima itu mungkin berupa ide,

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

13

gagasan, pesan, pengertian, atau informasi. Kalimat dikatakan

efektif apabila mampu membuat proses penyampaian dan

penerimaan berlangsung sempurna.

b. Faktor-Faktor Nonkebahasaan sebagai Penunjang Keefektifan

Berbicara

Dalam proses belajar mengajar berbicara, sebaiknya faktor

nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, sehingga kalau faktor

nonkebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan penerapan faktor

kebahasaan.Yang termasuk faktor nonkebahasaan ialah:

1) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku

Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan

memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Padahal kesan

pertama ini sangat penting untuk menjamin adanya keseimbangan

perhatian pihak pendengar. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya

pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas

dirinya. Tentu saja sikap ini sangat ditentukan oleh situasi, tempat,

dan penguasan materi.

2) Pandangan Harus Diarahkan pada Lawan Bicara

Supaya pendengar dan pembicara betul-betul dalam

kegiatan berbicara, maka pandangan pembicara harus sesuai.

Pendengar yang hanya tertuju pada satu arah, akan menyebabkan

pendengar merasa kurang diperhatikan. Banyak pembicara yang

kita saksikan berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

14

melihat ke atas, ke samping, atau menunduk akhirnya perhatian

pendengar berkurang.

3) Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain

Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara

hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima

pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah

pendapatnya kalau ternyata memang keliru. Namun, tidak berarti

pembicara begitu saja mengikuti pendapat orang lain dan

mengubah pendapatnya. Tetapi ia juga mampu mempertahankan

pendapatnya dan meyakinkan orang lain. Tentu saja kalau

pendapatnya itu mengandung argumentasi yang kuat, dan betul-

betul diyakini kebenarannya.

4) Gerak-Gerik dan Mimik yang Tepat

Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang

keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat

tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak-gerik atau mimik. Hal

ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi

gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan

berbicara.

5) Kenyaringan Suara Juga Sangat Menentukan

Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi,

tempat, jumlah pendengar, dan akustik. Tetapi perlu diperhatikan

jangan berteriak, aturlah kenyaringan suara supaya dapat didengar

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

15

oleh semua pendengar dengan jelas, dengan juga mengingat

kemungkinan gangguan dari luar.

6) Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara akan

memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya.

Seringkali seorang mendengar pembicara berbicara terputus-putus,

bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-

bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar,

misalnya menyelipkan bunyi ẻ, o, a, dan sebagainya. Sebaliknya

pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan

pendengar menangkap pokok pembicaraanya.

7) Relevansi/Penalaran

Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan

kenyataan. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan

haruslah jelas. Hal ini berarti hubungan bagian-bagian dalam

kalimat dan hubungan kalimat dengan kalimat harus jelas serta

berhubungan dengan pokok pembicaraan.

8) Penguasaan Topik

Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan, tujuannya

tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai (Arsjad

dan Mukti U. S., 1988: 21). Penguasaan topik yang akan

menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik

ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam

berbicara.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

16

4. Hubungan Kemampuan Berbicara dengan Kemampuan Berbahasa

yang Lain

Kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang berdiri sendiri,

tetapi sering berkaitan dengan kemampuan yang lain. Kegiatan berbicara

berhubungan erat dengan kegiatan mendengarkan, menyimak, menulis,

dan membaca.

a. Hubungan antara Berbicara dengan Keterampilan Menyimak

Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua

arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka. Menurut

Brooks (dalam Tarigan, 1981: 4) hubungan antara berbicara dengan

menyimak adalah sebagai berikut:

1) Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi) oleh karena itu maka contoh atau model yang disimak atau direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara.

2) Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang mereka temui (misalnya kehidupan kota atau desa) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.

3) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup, misalnya ucapan intonasi, kosa kata, penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimat.

4) Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit tinimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkan.

5) Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.

6) Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak oleh karena itu sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain.

7) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan atau meniru bahasa yang didengar.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

17

b. Hubungan antara Berbicara dengan Membaca

Beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan adanya

hubungan yang erat antara perkembangan kecakapan berbahasa lisan

dan kesiapan baca. Hubungan antara bidang kegiatan lisan dan

membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian antara

lain:

1) Performasi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.

2) Pola ujaran orang tuna netra mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak.

3) Kalau pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka, misalnya kesadaran linguistik mereka terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat.

4) Kosa kata yang khusus mengenai bahan-bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung seandainya muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, maka sang guru hendaknya mendiskusikanya.

c. Hubungan antara Ekspresi Lisan dengan Ekspresi Tulis

Adalah wajar jika komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat

sekali berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaan,

antara lain:

1) Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujaranya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.

2) Seorang anak yang telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya secara tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan tetapi dia perlu membicarakan ide-ide yang rumit diperolehnya dari tangan kedua. Bila seorang anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan suatu proses ataupun melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara pribadi belum pernah dialaminya), maka dia memetik pelajaran dari suatu diskusi kelompok pendahuluan.

3) Perbedaan-perbedaan terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan cendrung ke arah kurang

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

18

berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap, dan biasanya lebih kacau serta membingungkan tinimbang komunikasi tulis. Kebanyakan pidato atau pembicaraan bersifat informal, dan sering kali kalimat-kalimat orang yang berpidato atau berbicara itu tidak ada hubunganya satu sama lain. Pengalaman telah menunjukkan bahwa meningkatkan ekspresi lisan para individu berarti turut pula meningkatkan daya pikir mereka.

4) Membuat catatan serta membuat bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar, para siswa harus belajar berbicara dari catatan-catatan , dan mereka membutuhkan banyak latihan berbicara dari catatan agar penyajiannya tidak terputus-putus dan tertegun-tegun (Tarigan, 1981: 3 - 7).

5. Metode dan Teknik Pengajaran Berbicara

Metode pengajaran bahasa adalah cara yang dipergunakan guru

dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya

pengajaran. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan

belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata

lain, terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi, guru berperan sebagai

pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima. Proses interaksi

akan berjalan dengan baik apabila siswa banyak aktif dibanding dengan

guru. Oleh karena itu, metode mengajar yang baik adalah metode yang

dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa (Sudjana, 2008: 76).

Teknik adalah cara yang diambil seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode. Menurut Tarigan dan Henri Guntur

Tarigan (1986: 43) suatu teknik pengajaran keterampilan berbahasa dapat

dikatakan baik apabila teknik pengajaran tersebut:

a. memikat, menantang atau merangsang siswa belajar,

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

19

b. memberi kesempatan yang luas serta mengaktifkan siswa secara mental dan fisik dalam belajar. Keefektifan itu dapat berwujud latihan, praktek dan mencoba melaksanakan sesuatu,

c. tidak terlalu menyulitkan bagi guru dalam penyusunan, pelaksanaan dan penilaian program pengajaran,

d. dapat mengarahkan kegiatan belajar ke arah tujuan pengajaran, e. tidak menuntut peralatan yang rumit, mahal, dan sukar

mengoperasikannya, f. mengembangkan penampilan siswa secara individu maupun secara

kelompok, g. meningkatkan kadar CBSA dalam belajar, h. mengembangkan pemahaman terhadap materi pelajaran.

6. Pengertian Laporan Perjalanan

Laporan merupakan salah satu bentuk untuk menyampaikan

informasi, misalnya informasi tentang suatu kegiatan. Biasanya laporan

dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang untuk melaporkan kegiatan

yang telah selesai dilaksanakan (Puji Rastuti, dkk., 2007: 41).

Laporan perjalanan adalah laporan yang dibuat oleh seseorang atau

sekelompok orang tertentu setelah melakukan perjalanan, misalnya

ekspedisi, penelitian atau sekedar jalan-jalan untuk disampaikan kepada

orang lain. Oleh karena itu, laporan perjalanan biasanya berbentuk paparan

atau narasi.

Laporan yang baik harus ditulis secara ringkas dengan bahasa yang

baik, jelas, serta lugas. Selain itu, bahasa laporan ditulis secara sederhana,

alur ceritanya menarik, bisa juga diselingi humor. Dengan begitu, pembaca

akan penasaran untuk menyelesaikan membaca atau menyimak laporan

yang didengar. Oleh karena itu, laporan yang dibuat harus dapat

dipertanggung jawabkan. Ada beberapa hal penting yang dimuat dalam

laporan perjalanan, yaitu:

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

20

a. Apa yang dilaksanakan dalam perjalanan

b. Siapa yang melakukan perjalanan

c. Kemana perjalanan itu dilakukan

d. Kapan perjalanan itu dilakukan

e. Bagaimana suasana tempat atau objek yang dikunjungi

f. Mengapa tertarik pada tempat tersebut

(Handoko, dkk., 2006: 3)

Sebelum menyampaikan laporan secara lisan, siswa terlebih dahulu

harus mengetahui cara menyampaikan laporan perjalanan dengan baik,

agar orang yang mendengarkan menjadi paham dan mengerti. Agar

laporan perjalanan yang disampaikan dapat diterima oleh pendengar, maka

siswa dalam menyampaikan laporan perjalanan harus menggunakan

intonasi yang tepat. Adapun macam-macam intonasi, sebagai berikut:

a. Intonasi berita, yaitu intonasi yang digunakan untuk mengungkapkan

pembicaraan yang berisi pemberitahuan sesuatu.

b. Intonasi tanya, yaitu intonasi yang digunakan pembicara untuk

meminta keterangan dari lawan bicara (untuk bertanya tentang

sesuatu).

c. Intonasi perintah, yaitu intonasi yang digunakan untuk

mengungkapkan maksud pembicara supaya yang diajak berbicara

melakukan perbuatan yang dikehendaki pembicara.

Dari ketiga intonasi tersebut, intonasi berita merupakan intonasi

yang tepat untuk menyampaikan laporan perjalanan secara lisan. Hal lain

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

21

yang perlu diperhatikan jika menyampaikan laporan perjalanan secara

lisan adalah sebagai berikut:

a. Pelafalan atau pengucapan jelas

b. Intonasi tepat

c. Penempatan jeda tepat

d. Bahasa yang digunakan santun

e. Kalimat-kalimatnya runtut

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka laporan yang

disampaikan akan mudah dipahami oleh orang lain (Maryati dan Sutopo,

2008: 15).

B. Kerangka Pikir

Hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Salah satu faktor

yang mempengaruhinya adalah metode atau teknik yang digunakan. Supaya

hasil belajar siswa tercapai dengan baik maka digunakan suatu cara dalam

kegiatan belajar yaitu menerapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa

tidak bosan belajar.

Berbicara merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang

harus dikuasai oleh siswa. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai adalah

keterampilan menyampaikan informasi. Hal ini perlu, karena tidak menutup

kemungkinan suatu ketika siswa diminta untuk menyampaikan informasi

kepada orang lain.

Salah satu teknik yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara

siswa, khususnya dalam menyampaikan informasi adalah dengan teknik

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. …repository.ump.ac.id/6159/3/Meti Amalia_BAB II.pdf5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Kemampuan Berbicara Keterampilan

22

menceritakan kembali laporan perjalanan. Melalui teknik menceritakan

kembali laporan perjalanan siswa dapat menggambarkan atau menceritakan

laporan perjalanan mereka di depan kelas. Dalam kegiatan berbicara dan

menceritakan kembali laporan perjalanan memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaannya yaitu sama-sama berbicara, sedangkan perbedaannya yaitu jika

dalam kegiatan berbicara yang lebih ditekankan adalah pada kelancaran,

ketepatan lafal dan intonasi. Tetapi pada kegiatan menceritakan kembali

laporan perjalanan yang lebih ditekankan adalah persiapan topik, keberanian

dan persiapan diri.

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, peneliti akan

menerapkan teknik menceritakan kembali laporan perjalanan untuk dapat

meningkatkan kemampuan berbicara Siswa Kelas VIII B SMP Diponegoro

Majenang. Pada penerapan teknik tersebut siswa dapat aktif berbicara dengan

baik dan lancar sehingga prestasi dan kemampuan berbicara siswa dapat

meningkat.

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka

hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui teknik

menceritakan kembali pada kompetensi dasar menceritakan kembali laporan

perjalanan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa

kelas VIII B SMP Diponegoro Majenang.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Meti Amalia, FKIP UMP, 2010