BAB II LANDASAN TEORI A. Bank 1. Pengertian Bankeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1957/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Bank 1. Pengertian Bankeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1957/3/BAB II.pdf ·...
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank
1. Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, “ Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat terkait dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak”. Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan No. 31 (2007) menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang
mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Tessa Aulia Rahman et. Al. ( 2016) seperti dikutip dari Kasmir (2015)
mendefinisikan bank merupakan Lembaga Keuangan dengan kegiatan
operasional menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada
masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
Berdasarkan beberapa uraian dari definisi bank dapat diambil kesimpulan
bahwa bank adalah suatu badan hukum yang kegiatannya menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan
dana.
10
10
2. Fungsi Bank
Menurut Totok dan Nuritomo (2014: 9) fungsi utama bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat untuk berbagi tujuan. Secara Spesifik bank berfungsi sebagai:
a. Agen Of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Masyarakat akan
mau menitipkan dananya dibank karena adanya kepercayaan. Pihak bank
juga akan menyalurkan dananya kepada debitur karena adanya unsur
kepercayaan.
b. Agen Of Services
Bank memberikan penawaran jasa perbankan lain, seperti jasa pengiriman
uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan
penyelesaian tagihan.
3. Peran Bank
Menurut Totok Santoso dan Nuritomo (2014: 11-12) peran bank adalah
sebagai berikut:
a. Pengalihat aset
Bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan
dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana
pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang
jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan pemilik dana. Dalam hal
11
11
ini telah berperan sebagai pengalihan aset yang likuid dari unit surplus
ke unit defisit.
b. Transaksi
Bank memberikan pelayanan untuk melakukan transaksi barang dan
jasa kepada pelaku ekonomi, kegiatan transaksi diantaranya giro,
tabungan, deposito, saham dan sebagainya.
c. Likuiditas
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimiliki dalam bentuk
giro, tabungan, deposito dan sebagainya. Untuk kepentingan likuiditas,
pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan
dan kepentingan mengingat bentuk giro dengan yang lainnya
mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda.
d. Efisiensi
Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan investor
menimbulkan masalah insentif, sehingga menimbulkan ketidakefisien
dan menambah biaya. Dengan adanya bank sebagai broker masalah
tersebut dapat diatasi.
4. Jenis dan Usaha Bank
Mengacu pada pendapat Meidita Kartikasari (2014) seperti dikutip Kasmir
(2003) jenis perbankan ditinjau dari berbagai segi adalah sebagai berikut:
12
12
a. Dilihat dari fungsinya
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
maka jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari Bank umum. Bank
umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
diberikan Bank Umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasionalnya dapat
dilakukan diseluruh wilayah.
b. Dilihat dari segi kepemilikannya
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut:
1) Bank Milik pemerintah
Dimana akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
2) Bank Milik Swasta Nasional
Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau
sebagaian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta
pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungnnya diambil oleh swasta.
13
13
3) Bank Milik Asing
Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang ada diluar
negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu
negara.
4) Bank Milik Campuran
Bank Milik Campuran merupakan bank yang kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.
Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh
Warga Negara Indonesia.
c. Dilihat dari segi status
Dalam praktiknya jenis bank dilihat dari status dibagi 2 (dua) macam,
yaitu:
1) Bank Devisa
Bank yang berstatus Devisa atau Bank Devisa merupakan bank
yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers
cheque, pembukuan dan pembayaran Letter Of Credit (C/L), dan
transaksi luar negeri lainnya. Persyaratan untuk menjadi Bank
Devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah memenuhi
semua persyaratan yang ditetapkan
14
14
2) Bank Non Devisa
Bank dengan statys Non Devisa atau Bank Non Devisa merupakan
bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi
sebagai Bank Devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan
transaksi seperti halnya Bank Devisa. Jadi, Bank Non Devisa
merupakan kebalikan dari Bank Devisa, dimana transaksi yang
dilakukan masih dalam batas suatu Negara.
d. Dilihat dari segi cara menentukan harga
Jenis bank dilihat dari segi atau cara dalam menentukan harga baik
harga jual maupun harga beli terbagi 2 (dua) kelompok, yaitu:
1) Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas Bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah
Bank yang berorientasi pada Prinsip Konvensional. Hal ini
disebabkan tidak terlepasnya dari sejarah bangsa Indonesia dibawa
oleh colonial Belanda ( Barat). Dalam mencari keuntungan dan
menentukan harga kepada para nasabahnya, bank berdasarkan
Prinsip Konvensional menggunakan 2 (dua) metode yaitu:
a) Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk
simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian
pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga
ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan
harga ini dikenal dengan istilah special based.
15
15
b) Untuk jasa-jasa bank lainnya Perbankan Konvensional
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam
nominal atau persentase tertentu seperti biaya administrasi,
biaya provisi,sewa, iuran, dan biaya-biaya lainnya. Sistem
pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
2) Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
Penentuan harga bank berdasarkan prinsip syariah terhadap
produknya sangat berbeda dengan Bank Berdasarkan Prinsip
Konvensional. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah menerapkan
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antar bank dengan
pihak lain dalam hal menyimpan dana atau kegiatan perbankan
lainnya
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998
tentang perbankan menjelaskan bahwa usaha Bank Umum
meliputi:
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
b) Memberikan kredit
c) Menerbitkan surat pengakuan hutang
d) Membeli, menjual atau meminjam atas resiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan/atau perintah nasabah.
16
16
e) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah.
f) Menempatkan dana pada meminjam dana dari, atau
meminjam dana kepada bank lain, baik menggunakan surat,
sarana telekomunikasi maupun dengan wesel atau sarana
lainnya.
g) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga.
h) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat
berharga
i) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak.
j) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di
Bursa Efek Indonesia.
k) Membeli melalui pelelangan guna baik semua mauun
sebagian dalam hal debitur atau tidak memenuhi kewajiban
kepada bank, dengan ketentuan agar argument yang dibeli
tersebut wajib dicairkan secepatnya.
l) Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan
kegiatan wali amanat.
17
17
m) Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dapat juga melakukan usaha berdasarkan prinsip
syariah (Meidita Kartika Sari, 2014)
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi keuangan
(2007:1-2) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan lengkap Biasanya meliputi
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan. dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan”.
2. Arti Penting laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan dasar bagi upaya analisis tentang suatu
usaha, sehingga harus dimengerti arti dari laporan keuangan. Arti penting dari
laporan keuangan adalah keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan
usaha-usaha untuk mendapatkan dana yang diperlukan dan biaya minimal
dengan syarat-syarat yang paling menguntungkan serta usaha-usaha untuk
menggambarkan dana tersebut seefisien mungkin.
3. Tujuan laporan keuangan
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2007:3) menyatakan bahwa : “Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
18
18
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi seluruh besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
4. Komponen Laporan Keuangan
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No.1
(2007) menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari komponen
sebagai berikut:
a. Neraca, yaitu laporan yang menunjukan keadaan keuangan suatu
perusahaan pada tanggal terentu
b. Laporan Laba Rugi, yaitu laporan yang menunjukan hasil usaha dan biaya-
biaya selama suatu periode akuntansi.
c. Laporan Perubahan Ekuitas, yaitu laporan yang menunjukan sebab-sebab
perubahan ekuitas dari jumlah pada waktu periode menjadi ekuitas pada
akhir periode.
d. Laporan Arus Kas, menunjukan arus kas masuk dan keluar yang dibedakan
menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan, berisi informasi keuangan yang tidak
dicantumkan dalam laporan keuangan tetapi informasi tersebut merupakan
bagian integral dari laporan keuangan.
5. Laporan Keuangan Perbankan
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No.31
tentang Akuntansi Perbankan (2007), menyatakan bahwa laporan keuangan
terdiri dari:
19
19
a. Neraca
Pada laporan keuangan perbankan neraca terdiri dari:
Aset:
1) Kas
2) Giro pada Bank Indonesia
3) Giro pada bank lain
4) Penempatan pada bank lain
5) Efek-efek
6) Efek yang dibeli dengan janji jual kembali
7) Tagihan derivative
8) Kredit
9) Tagihan akseptasi
10) Penyertaan saham
11) Aset tetap
12) Aset lain-lain
Kewajiban
1) Kewajiban segera
2) Simpanan
3) Simpanan dari bank lain
4) Efek yang dijual dengan janji di dibeli kembali
5) Kewajiban derivative
20
20
6) Kewajiban akseptasi
7) Surat berharga yang diterbitkan
8) Pinjaman diterima
9) Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
10) Kewajiban lain-lain
11) Pinjaman subordinasi
Ekuitas
1) Modal disetor
2) Tambahan modal disetor
3) Saldo laba (rugi)
b. Laporan Laba Rugi
Pada laporan keuangan perbankan, laporan laba rugi terdiri dari:
1) Pendapatan bunga
2) Beban bunga
3) Pendapatan komisi
4) Beban provisi dan komisi
5) Keuntugan atau kerugian penjualan efek
6) Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing
7) Pendapatan dividen
8) Pendapatan operasional lainnya
9) Beban penyisihan kerugian kredit dan aset produktif
21
21
10) Beban administrasi umum
11) Beban operasional lainnya.
c. Laporan Arus Kas
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No.31
tentang Akuntansi Perbankan (2007), menyatakan bahwa laporan arus kas
harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Pada laporan keuangan perbankan, laporan perubahan ekuitas terdiri dari:
1) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan
2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung
dalam ekuitas
3) Pengaruh kumulatif dan perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.
4) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
5) Saldo akumulatif laba/rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya.
6) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal
saham, agio, saham, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
22
22
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No.1 per 1
September 2007 tentang penyajian laporan keuangan, menyatakan bahwa
catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
1) Informasi tentang dasar penyusutan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting.
2) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas.
3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi tidak diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
C. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Pengertian Bank Syariah menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang
telah diperbaharui dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 pada juli 2008
menyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
23
23
Menurut Totok dan Sigit (2006: 153) “Bank Syariah yaitu bank yang dalam
aktivitasnya, baik penghimpunan dan penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil”.
Sedangkan menurut Antonio (2004) “ Bank islam atau bank syariah diartikan
sebagai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang tata
cara beroperasinya mengacu ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist”.
2. Karakteristik Bank Syariah
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) kegiatan bank syariah
merupakan implementasi dari prinsip ekonomi islam dengan karakteristik
antara lain sebagai berikut:
a. Pelanggaran riba dalam berbagai bentuknya
b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari ruang (time value of money)
c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif
e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang
f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad
Bank syariah beroperasi atas dasar prinsip bagi hasil. Bank syariah tidak
menggunakan bunga sebagai alat untuk mendapatkan pendapatan maupun
membebankan bunga atas penggunaaan dana dan pinjaman karena bunga dalam
islam diharamkan termasuk kedalam riba. Suatu transaksi sesuai dengan prinsip
syariah apabila telah memenuhi syarat berikut:
24
24
a. Transkasi tidak mengandung unsur kedzaliman
b. Bukan riba
c. Tidak membahayakan pihak sendiri ataupun orang lain
d. Tidak ada penipuan (ghahar)
e. Tidak mengandung materi yang diharamkan
f. Tidak mengandung unsur judi (maisyir)
3. Perbedaan Bank syariah dan konvensional
a. Perbedaaan falsafah
Perbedaan antara pokok bank konvensional dan bank syariah terletak pada
landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem
bunga dalam seluruh kegiatannya, sedangkan bank konvensional
menggunakan sistem Bunga. Hal inilah yang menjadi perbedaan mendasar
terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana
untuk menghindari system bunga maka sistem yang digunakan adalah jual
beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Semua
jenis trasnsaksi perniagaan diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur
bunga (riba) dalam bank syariah.
b. Konsep pengelolaan dana nasabah
Dana nasabah dalam sistem bank syariah dikelola dalam bentuk titipan
ataupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada
bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan uang.
25
25
c. Kewajiban mengelola zakat
Bank syariah wajib menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib
memenuhi zakat, mengadministrasikan, serta mendistribusikan. Hal ini
merupakan fungsi bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial
(zakat, infak, dan sedekah)
d. Struktur organisasi
Struktur organsisasi bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas
Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar selalu
sesuai dengan prinsip-prinsio syariah. DPS dibawahi oleh DSN (Dewan
Syariah Nasional). DSN dapat memberikan teguran jika suatu lembaga
keuangan melakukan penyimpangan. Dibawan ini terdapat tabel yang
menjelaskan perbedaan antara sistem Bungan dan sistem bagi hasil.
Tabel 2.1
Perbedaan Bunga dan bagi hasil
No Sistem bunga Sistem bagi hasil
1 Penentuan suku bunga dibuat
pada waktu akad dengan
pedoman harus selalu untuk
untuk pihak bank.
Penentuan besarnya resiko bagi
hasil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada
kemungkinan untung dan rugi.
2 Besarnya persentase
berdasarkan pada jumlah uang
(modal) yang dipinjamkan.
Besarnya resiko (nisbah) bagi hasil
berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh.
26
26
3 Tidak bergantung pada kinerja
usaha. Jumlah pembayaran
bunga tidak mengikat meskipin
jumlah keuntungan berlipat
ganda saat keadaan ekonomi
sedang baik.
Bergantung pada kinerja usaha.
Jumlah pembagian bagi hasil
meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan.
4 Ekisistensi bunga diragukan
kehalalannya oleh semua
agama termasuk islam.
Tidak ada agama yang meragukan
keabsahan bagi hasil.
5 Pembayaran Bunga tetap
seperti yang dijanjikan tanpa
pertimbangan proyek yang
dijalankan oleh pihak nasabah
untung atau rugi.
Bagi hasil tergantung kepada
keuntungan proyek yang
dijalankan.jika proyek itu tidak
mendapatkan keuntungan maka
kerugian akan ditanggung bersama
oleh kedua belah pihak
Sumber: Muhamad (2014)
4. Prinsip Usaha Bank Syariah
Prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank syariah dalam aturan perjanjian
berdasarkan hukum islam antar bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai syariah. Prinsip operasi bank syariah menurut herman,( 2006 : 81)
adalah sebagai berikut:
a. Wadi’ah
Perjanjian antar pemilik barang (termasuk uang) dengan penyimpanan
(termasuk bank) dimana pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan
27
27
menjaga keselamatan barang yang dititipkan padanya. Dalam hal ini
terdapat dua jenis keselamatan barang yang dititipkan padanya. Dalam hal
inti terdapat dua jenis wadi’ah yaitu wadi’ah amanah dan wad’ah
dhamamah.
b. Mudharabah
Perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang) dengan pengusaha
(entrepreneur). Mudharabah merupakan hubungan berserikat antara
pemilik dana atau harta dan pihak yang memiliki keahlian atau
pengalaman. Dalam perjanjian ini pemilik modal bersedia membiayai
sepenuhnya suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola
usaha atau proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan
perjanjian.
c. Musyarakah
Perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih pemilik modal (uang atau
barang) untuk membiayai suatu usaha. Keuntungan dari usaha tersebut
dibagi sesuai dengan persetujuan pihak-pihak tersebut.
d. Murabahah
Persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok
ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Persetujuan tersebut juga
meliputi cara pembayaran sekaligus.
28
28
e. Bai’ Bithaman Ajil
Persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok
ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Persetujuan ini termasuk
pula jangka wwaktu pembayaran dan jumlah angsuran.
f. Ijarah
Perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang membolehkan
penyewa untk memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa
sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah masa sewa berakhir
maka barang akan dikembalikan pada pemilik.
g. Ta’jiri
Perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang membolehkan
penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan sewa sesuai
persetujuan kedua belah pihak. Setelah masa sewa berakhir, pemilik barang
menjual barang tersebut kepada penyewa dengan harga yang disetujui
kedua belah pihak.
h. Sharf
Kegiatan jual beli mata uang dengan mata uang lainnya. Apabila yang
diperjual belikan adalah mata uang yang sama, nilai mata uang tersebut
haruslah sama, dan penyerahannya juga pada waktu yang sama.
i. Al Qard UI Hasan
Perjanjian pinjam meminjam uang atau barang dengan tujuan untuk
membantu penerima pinjaman. Penerima pinjaman wajib mengembalikan
29
29
utangnya dalam jumlah yang sama. Apabila peminjam tidak mampu
mengembalikannya pada waktunya maka peminjam tidak boleh dikenakan
sanksi. Atas kerelaannya, peminjam diperbolehkan memberikan uang atau
barang kepada pemilik.
j. Al Bai’al Dayan
Perjanjian jual beli secara diskonto atas piutang tagihan yang berasal dari
jual beli barang dan jasa
k. Kafalah
Jaminan yang diberikan dari suatu pihak kepada pihak lain, dimana pihak
pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu utang
atau pelaksanaan prestasi tertentu yang menjadi hak penerima jaminan.
l. Rahan
Menjadikan barang-barang berharga sebagai agunan untuk menjamin
dipenuhinya suatu kewajiban.
m. Hiwalah
Pengalihan kewajiban dari suatu pihak yang mempunyai kewajiban kepada
pihak lain.
n. Wakalah
Perjanjian pemberian kuasa kepada pihak lain yang disetujui untuk
mewakilinya dalam melaksanakan suatu tugas/kerja atas nama pemberi
kuasa.
30
30
5. Sumber Dana Bank Syariah
Menurut Muhamad (2014) dana adalah uang tunai yang dimiliki atau
dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau asset lain yang dapat segera
diubah menjadi uang tunai. Menurut Kasmir (2010) sumber-sumber dana
bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai
kegiatan operasinya. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak
hanya berasal dari pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau
penyertaan dana orang lain atau pihak luar yang sewaktu waktu atau pada saat
tertentu akan ditarik kembali, baik secara berangsur-angsur ataupun secara
keseluruhan. Sumber dana bank syariah terdiri dari :
a. Modal inti (over capital)
Modal ini merupakan modal sendiri yang berasal dari dana para pemegang
saham. Menurut Arifin (2002) dalam Muhamad (2014)
1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham
2) Laba ditahan
3) Cadangan
b. Kuasi equitas (mudharabah account)
Bank penghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, dan
pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari.
Berdasarkan prinsip ini, dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank
menyediakan jasa bagi para investor berupa:
1) Rekening investasi umum
31
31
2) Rekening investasi khusus
3) Rekening tabungan mudharabah
c. Titipan atau simpanan tanpa imbalan (wadiah/ non remunerated deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang
umumnya berupa tabungan atau giro.
6. Laporan Keuangan Bank Syariah
Ikatan akuntansi Indonesia dalam standar akuntansi keuangan No. 101
tentang Penyajian laporan keuangan Syariah tanggal 27 juni 2007,
menyatakan bahwa laporan keungan bank syariah yang lengkap terdiri dari
komponen-komponen berikut:
a. Neraca
Bank syariah menyajikan pada laporan posisi keuangan (neraca), dengan
memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, mencakup, tetapi tidak
terbatas pada pos-pos berikut:
Aset
1) Kas;
2) Penempatan pada Bank Indonesia;
3) Giro pada bank lain;
4) Penempatan pada bank lain;
5) Efek-efek;
6) Piutang:
a) Piutang murabahah;
32
32
b) Piutang salam
c) Piutang istishna;
d) Piutang pendapatan ijarah;
7) Pembiayaan;
a) Pembiayaan mudharabah;
b) Pembiayan musyarakah;
8) Persediaan (asset yang dibeli untuk dijual kembali kepada klien);
9) Tagihan dan kewajiban akseptasi;
10) Asset yang diperoleh untuk ijarah;
11) Asset istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin (istishna);
12) Penyertaan;
13) Asset tetap dan akumulasi penyusutan; dan
14) Asset lain.
Kewajiban
1) Kewajiban segera;
2) Bagi hasil yang belum dibagikan;
3) Simpanan:
a) Giro wadiah;
b) Tabungan wadiah;
4) Simpanan bank lain:
a) Giro wadiah;
33
33
b) Tabungan wadiah;
5) Utang;
a) Utang salam;
b) Utang istishna;
6) Kewajiban kepada bank lain;
7) Pembiayan yang diterima;
8) Utang pajak
9) Estimiasi kerugaian dan komitmen kontinjensi;
10) Pinjaman yang diterima;
11) Kewajiban lainnya; dan
12) Pinjaman subordinasi.
Dana Syirkah Temporer
1) Syirkah temporer dari bukan bank:
a) Tabungan mudharabah;
b) Deposito mudharabah;
2) Syirkah temporer dari bank:
a) Tabungan mudharabah;
b) Deposito mudharabah; dan
c) Musyarakah
34
34
Ekuitas
1) Modal disetor;
2) Tambahan modal disetor; dan
3) Saldo laba rugi.
b. Laporan Laba Rugi
Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan
mengacu pada PSAK untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan
ketentuan dalam PSAK terkait, bank syariah menyajikan laporan laba rugi
yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut:
1) Pendapatan pengelolan dana oleh bank sebagai mudharib:
a) Pendapatan dari jual beli:
i) Pendapatan marjin murabahah:
ii) Pendapatan neto salam parallel;
iii) Pendapatan neto istishna parallel;
b) Pendapatan dari sewa:
i) Pendapatan neto ijarah;
c) Pendapatan dari bagi hasil:
i) Pendapatan bagi hasil mudharabah;
ii) Pendapatan bagi hasil musyarkah;
d) Pendapatan usaha utama lainny;
2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer;
35
35
3) Pendapatan usaha lainnya;
a) Pendapatan imbalan (fee) jasa perbankan;
b) Pendapatan imbalan investasi terikat.
4) Beban usaha;
5) Laba atau rugi usaha;
6) Pendapatan non usaha;
7) Beban non usaha;
8) Beban pajak; dan
9) Laba atau rugi neto.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Bentuk syariah harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keungan yang menunjukan:
1) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan;
2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atas kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keungan
terkait diakui secara langsung dalam ekuitas.
3) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagimana diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan terkait.
4) Transaksi modal dengan pemilik dana dan distribusi kepada pemilik.
5) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya.
36
36
6) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal
saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
d) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan
dalam Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan terkait.
e) Laporan perubahan dana investasi terkait
Bank syariah menyajikan laporan perubahan dana investasi terikat sebagai
komponen utama laporan keuangan yang menunjukan:
1) Saldo awal dana investasi terikat;
2) Jumlah unit penyertaan investasi pada setiap jenis investasi dan nilai
per unit penyertaan pada awal periode;
3) Dana investasi yang diterima dan unit penyertaan investasi yang
diterbitkan bank syariah selama periode laporan;
4) Penarikan atau pembelian kembali unit penyertaan investasi selama
periode laporan;
5) Keuntungan atau kerugian dana investasi terikat;
6) Imbalan bank syariah sebagai agen investasi;
7) Beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya;
8) Dialokasikan oleh bank syariah ke dana investasi terikat;
37
37
9) Saldo akhir dana investasi terikat; dan
10) Jumlah unit penyertaan investasi pada setiap jenis investasi dan nilai
perunit penyertaan pada akhir periode.
f) Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
Dalam laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasi, bank syariah
menyajikan:
1) Pendapatan pengelolan dana oleh bank sebagai mudharib;
2) Penyesuaian atas:
a) Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib periode
berjalan yang kas atau setara kasnya belum diterima;
b) Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib periode
sebelumnya yang kas atau setara kasnya diterima diperiode
berjalan;
3) Pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil;
4) Bagian bank syariah atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil;
5) Bagian pemilik dana atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil:
a) Bagi hasil yang sudah didistribusikan ke pemilik dana;
b) Bagi hasil yang belum didistrubusikan ke pemilik dana.
g) Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat
Bank syariah menyajikan Laporan Sumber dan Penggunakan Dana
Kebijakan sebagai komponen utama laporan keungan, yang menunjukan:
1) Sumber dana kewajiban berasal dari penerimaan:
38
38
a) Infak;
b) Sedekah
c) Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku;
d) Pengembalian dana kebijakan produktif;
e) Denda; dan
f) Pendapatan non halal.
2) Penggunaan dana kebijakan untuk:
a) Dana kebijakan produktif;
b) Sumbangan; dan
c) Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
3) Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan;
4) Saldo awal dana penggunaaan dana kebajikan; dan
5) Saldo akhir dana penggunaan dan kebajikan.
h) Catatan Atas Laporan Keuangan
catatan atas laporan keuangan bank syariah mengungkapkan:
1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dana diterapkan terhadap peristiwa dan
transaksi yang penting;
39
39
2) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan Penggunaan Dana Kebajikan;
3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
D. Kesehatan Bank
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, penilaian tingkat kesehatan merupakan penilaian kualitas atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian
aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas.
Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut digunakan sebagai
salah satu tolak ukur dalam menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang
sedangkan Bank Indonesia dapat digunakan sebagai sarana penetapan dan
implementasi strategi pengawasan bank umum. Menurut Budisantoso dan
Triandaru (2005) “ kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank
untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan cara-cara sesuai dengan
peraturan bank yang berlaku.
Menurut Riyadi (2006) “ Tingkat kesehatan suatu bank menjadi salah satu
tolak ukur kinerja keuangan bank yang sangat penting, karena dari penelitian dapat
diketahui performance pemilik dan profesionalisme pengelola bank tersebut.
40
40
Terdapat beberapa pihak yang sangat membutuhkan hasil penilaian tingkat
kesehatan bank yaitu: pengelola bank (Dewan Komisaris, Dewan Direksi,
Pemilik), masyarakat, pengguna jasa bank, Bank Indonesia (selaku Pembina dan
pengawas bank), counterparty bank (adanya hubungan koresponden).
Menurut Kasmir (2015) menyatakan bahwa penilaian kesehatan bank
disamping dilakukan untuk Bank Konvensional juga dilakukan untuk Bank
Syariah,baik untuk Bank Umum Syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat. Hal ini
dilakukan sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian kondisi bank yang
bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem penilaian tingkat
kesehatan Bank Berdasarkan Pripsip Syariah.Tujuan adalah agar dapat
memberikan gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi saat ini dan mendatang.
E. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah
1. Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 pasal paal 29 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan,
bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, serta aspek
lain yang berkaitan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Untuk
menilai kesahatan bank dapat dilihat dari beberapa segi. Penilaian ini bertujuan
untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat,
kurang sehat dan tidak sehat. Sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan
41
41
Pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank
tersebut harus menjalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.
Menurut Kristianingsih (2008) kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
secara normal dan mampu memenuhi kewajiban dengan baik dengan cara
peraturan pemerintah yang berlaku.
Adapan kegiatannya meliputi:
a. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain
dan modal sendiri,
b. Kemampuan mengelola dana.
c. Kemampuan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat.
d. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal, dan pihak lain.
e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Tingkat Kesehatan Bank Sebagai hasil penelitian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerj suatu bank mencakup
penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, likuiditas (Taswan,
2010:537)
Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah dibuat oleh
Bank Indonesia. Sedangkan bank-bank harus untuk membuat laporan baik
bersifat rutinitas secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu
42
42
periode tertentu. Penilaian ini menentukan kondisi suatu bank biasanya
menggunakan analisis CAMEL .
2. Kriteria Penilaian tingkat Kesehatan Bank
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank
melalui aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI Tanggal 12 April 2004
mengenai Sistem Penilian Tingkat Kesehatan Bank Umum, kriteria penetapan
peringkat komposit dapat digolongkan menjadi 5 peringkat komposit yaitu
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Peringkat Komposit Penilaian Tingkat Kesehatan bank
Peringkat
Komposit
Keterangan
1 Mencerminkan bahwa bank tergolong sangat sehat dan mampu
mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industry
keuangan.
2 Mencerminkan bahwa bank tergolong sehat dan mampu
mengatasi pengaruh negative namun bank masih memiliki
kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.
3 Mencerminkan bahwa bank tergolong cukup sehat namun
terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat
komposit memburuk apabila bank tidak segera melakukan
tindakan korektif
43
43
4 Mencerminkan bahwa bank tergolong kurang sehat dan sensitive
terhadap negative kondisi perekonomian dan industry keuangan
atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius dan
industry keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang
serius atau kombinasi dari beberapa factor yang tidak
memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan koraktif yang
efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan
kalangsungan usahanya.
5 Mencerminkan bahwa bank tergolong tidak sehat dan sangat
sensitive terhadap pengaruh negative kondisi perkenomian dan
industry keuangan serta mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya.
Sumber: Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI tanggal 12 April 2004
Dalam rangka penerapan ketentuan yang memerlukan persyaratan tingkat
kesehatan bank maka predikat Tingkat Kesehatan Bank disesuaikan dengan
ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6/10/DPNP tanggal 31 Mei
2004 sebagai berikut:
1. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan peringkat
komposit 1 (PK-1) atau peringkat komposit 2 (PK-2).
2. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Cukup Sehat” dipersamakan dengan
peringkat komposit 3 (PK-3).
3. Untuk peringkat Tingkat Kesehatan “Kurang Sehat” dipersamakan dengan
peringkat komposit 4 (PK-4)
4. Untuk perigkat Tingkat Kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan dengan
peringkat komposit 5 (PK-5).
44
44
Persentase penilaian tingkat kesehatan dengan metode CAMEL untuk
setiap faktor dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.3
Penilaian Bobot Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL
No. Faktor yang dinilai Komponen Bobot
1 Capital CAR 25%
2 Asset a. KAP
b. PPAP
30%
3 Management NPM 25%
4 Earning a. ROA
b. BOPO
10%
5 Likudity a.CR
b.LDR
10%
Jumlah 100
Sumber: Bank Indonesia
Penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit (reward
system) yang dinyatakan dalam kredit 0 sampai dengan 100. Penilaian
kesehatan bank didasarkan atas standar yang diberlakukan oleh Bank
Indonesia selaku pemegang otoritas tertinggi perbankan di Indonesia
melalui surat No.6/10/PBI/2004 tanggal 21 April 2004 tentang tata cara
penilaian tingkat kesehatan bank, yaitu sebagai berikut
Tabel 2.4
Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank
No Nilai Kredit Predikat
1 Sehat 81 s.d <100
2 Cukup Sehat 66 s.d <81
3 Kurang Sehat 51 s.d < 66
4 Tidak Sehat 0 s.d <51
45
45
Sumber: SE BI No.6/10/PBI/2004
3. Metode CAMEL
Menurut Taswan (2010:537) CAMEL adalah penilaian atas berbagai
pengaruh terhadap kinerja suatu bank melalui aspek Permodalan, Asset
,manajemen Rentabilitas dan Likuiditas
Menurut Kasmir (2008) analisis rasio CAMEL yaitu suatu analisis
keuangan bank dan alat untuk pengukuran kinerja bank yang telah ditetapkan
oleh bank untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank yang bersangkutan
dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan
suatu bank. Menurut Kasmir (2008), ada lima aspek dalam penilaian tingkat
kesehatan suatu bank dengan metode CAMEL.
a. Permodalan (Capital)
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Modal merupakan bagian hak
pemilik dalam perusahaan yang merupakan selisih antar aset dan utang,
sehingga bukan merupakan nilai jual perusahaan. Menurut Abdullah Amrin
(2011) modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia dana
/shohib mal kepada pengelola/mudharib dengan tujuan menginvestasikan
dalam aktivitas mudharabah. Menurut Ruwaida (2011) , modal bank adalah
dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha
yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping untuk
memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter.
Menurut Taswan (2010), fungsi modal bagi bank adalah:
46
46
1) Melindungi deposan dengan menangkal semua kerugian usaha
perbankan sebagai akibat salah satu atau kombinasi rasio usaha
perbankan atau ketidakmampuan membayar utang jangka panjang dan
likuiditas bank atau kemampuan membayar utang jangka pendek.
2) Meningkatkan kepercayaan masyarakat berkenaan dengan kemampuan
bank untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan
memberikan keyakinan mengenai kelanjutan operasi bank meskipun
terjadi kerugian.
3) Membiayai suluruh kebutuhan aktiva
4) Memenuhi regulasi permodalan yang sehat menurut otoritas moneter.
Menurut Taswan (2010), Modal terdiri atas modal inti dan modal pelengkap.
Modal inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah
diperhitungkan pajak. Jadi untuk menghitung permodalan harus mengetahui
modal yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap serta harus
mengetahui Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.Untuk menghitung rasio
permodalan dihitung dengan menggunakan Rasio Capital Adequacy Ratio
(CAR). CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui antara
kecukupan modal minimum dibandingkan dengan Aktiva Tertimbang
Menurut Resiko (ATMR) yang menurut Peraturan Bank Indonesia
8/18/PBI/2004 nilai minimumnya sebesar 8%. Analisis digunakan untuk
menilai keamanan dan kesehatan bank dari sisi pemilik modalnya. Semakin
47
47
tinggi resiko CAR, maka semakin baik kinerja bank tersebut. Rasio ini dapat
dihitung sebagai berikut:
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tahun 2004,
kriteria penilaian tingkat kesehatan terhadap rasio untuk aspek permodalan
dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 2.5
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Permodalan
Rasio Peringkat
CAR > 12% 1 (Sangat Sehat)
9% < CAR < 12% 2 (Sehat)
8% < CAR < 9% 3 (Cukup Sehat)
6% < CAR<8% 4 (Kurang Sehat)
CAR < 6% 5 (Tidak Sehat)
Sumber: SE BI No.6/23/DPNP tagun 2004
b. Aset (Asset)
Menurut Herli (2013:48), Aset adalah penempatan dana dalam bentuk
simpanan dana atau kredit yang diberikan, surat berharga, penempatan pada
bank lain, dan penyertaan dalam rangka mendapatkan hasil pengembangan
yang optimal. Selain itu Menurut Pandia (2012:49), mengatakan aset adalah
kegiatan pengalokasian dana kedalam berbagai kemungkinan investasi.
48
48
Rasio untuk menghitung aspek asset adalah dengan menggunakan rasio
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Rasio Penyisihan Aktiva Produktif.
1) Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) adalah penanam dana bank baik
dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang,
surat berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal
sementara yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif .Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat kemungkinan diterimanya kembali
dana yang ditanamkan. Semakin kecil rasio KAP, Maka semakin besar
tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan
(Taswan, 2005:245). Jadi kualitas Aktiva Produktif merupakan dana
investasi yang ditanamkan suatu bank pada tempat lain seperti
masyarakat, piutang pada bank lain dan lain sebagainya yang
menyebabkan bank tersebut mendapatan pendapatan untuk memperoleh
keuntungan. Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut:
Menurut SE.BI No.6/23/DPNP tahun 2004 tentang untuk menilai Aktiva
Produktif yang diklasifikasikan didapat dari laporan Kualitas Aktiva
produktif kemudian diklasifikasikan dengan kriteria:
a) 25% dari Aktiva Produktif yang digolongkan dalam Perhatian khusus
49
49
b) 50% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Kurang Lancar.
c) 75% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan
d) 100% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Macet.
2) Rasio Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP)
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Busisantoso, (2008:58) rasio PPAP
digunakan untuk menghitung perbandingan antara Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif Wajib Dibentuk. Rasio PPAP menunjukan kemampuan bank
dalam menjaga kolektabilitas dan mengembalikan dana yang telah
disalurkan.
Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut:
Menurut PBI No.5/9/2004 Tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif digolongkan sebagai berikut:
a) 5% dari Aktiva Produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus
b) 15% dari Aktiva Produktif yang digolongkan kurang lancar
c) 50 % dari Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan
d) 100% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Macet,
50
50
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tahun 2004,
kriteria penilaian tingkat kesehatan terhadap rasio untuk aspek aktiva
produktif dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 2.6
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Aspek Asset
Rasio KAP Rasio PPAP Peringkat
KAP < 0% PPAP > 110% 1 (Sangat Sehat)
0% <KAP < 10,35% 105% < PPAP <110% 2 (Sehat)
10,35% <KAP <
12,60%
100% < PPAP < 105% 3 (Cukup Sehat)
12,60% < KAP <
14,85%
95% < PPAP <100% 4 (Kurang Sehat)
KAP > 14,85% PPAP < 95% 5 (Tidak Sehat)
Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tahun 2004
c. Manajemen (Management)
Menurut Suyanto (2013:138) Manajemen atau pengelolah suatu bank
akan menentukan sehat tidaknya suatu bank. Mengingat hal tersebut, maka
pengelola suatu manajemen sebuah bank mendapatkan perhatian yang besar
dalam penilaian tingkat kesehatan. Suatu bank diharapkan dapat
menciptakan dan memelihara kesehatannya. Menurut Kasmir (2008) adalah
rasio yang diukur dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM). Net
Profit Margin yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang
diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan atau laba operasional yang
diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dihitung sebagai
berikut:
51
51
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tahun 2004,
kriteria penilaian tingkat kesehatan bank terhadap hasil penilaian untuk
faktor manajemen dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.7
Matriks Kriteria Peringkat Komponen NPM
Rasio Peringkat
NPM > 100% 1 (Sangat Sehat)
81 % < NPM < 100% 2 (Sehat)
66% < NPM < 81% 3 (Cukup Sehat)
51% < NPM < 66% 4 (Kurang Sehat)
NPM <51% 5 (Tidak Sehat)
Sumber: SE BI No.6/23/DPNP tahun 2004
d. Rentabilitas (Earning)
Menurut Pandia (2012:65) earning adalah suatu alat untuk mengukur
kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan membandingkan laba
dan aktiva atau modal dalam periode tertentu. Menurut Kasmir (2008)
earning menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, dan sebagainya. Aspek ini meliputi:
52
52
1) Return On Asset (ROA)
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantos, (2008:62) Merupakan
perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aktiva. Rasio ini
digunakan untuk mengukur efektifitas bank didalam memperoleh
keuntungan secara keseluruhan total aset. Semakin besar ROA suatu
bank, maka semakin besar pula posisi bank tersebut dari penggunanaan
asset.
Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut:
2) Beban Operasioan terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, (2008:62) rasio BOPO
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan
biaya operasional terhadap pendapatan operasional.Semakin kecil rasio
ini berarti semakin efesiensi biaya operasional yang dikeluarkan bank
bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil. Jadi rasio BOPO Merupakan perbandingan
antara beban operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya.
53
53
Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut:
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tahun 2004,
kriteria penilian tingkat kesehatan bank terhadap rasio aspek rentabilitas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.8
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Rentabilitas
Rasio ROA Rasio BOPO Peringkat
ROA > 1,5 BOPO < 94 % 1 (Sangat Sehat)
1,25 < ROA < 1,5% 94 % < BOPO < 95% 2 (Sehat)
0,5% < ROA < 1,25% 95% < BOPO < 96% 3 (Cukup Sehat)
0% ROA < 0,5% 96% < BOPO < 97% 4 ( Kurang Sehat)
ROA 0% BOPO > 97% 5 (Tidak Sehat)
Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tahun 2004
e. Likuiditas (Liquidity)
Menurut Kasmir (2013:49), suatu bank dikatakan likuid apabila bank
yang bersangkutan mampu membayar semua hutangnya terutama hutang-
hutang jangka pendek. Dalam hal ini yang dimaksud hutang jangka pendek
yang ada di bank atara lain simpanan masyarakat seperti simpanan tabungan,
54
54
giro, dan deposito. Dikatakan likuid jika pada saat ditagih bank mampu
membayar. Kemudian bank juga harus dapat memenuhi semua permohonan
kredit yang layak dibiayai. Menurut Pandria (2012:113) menyatakan
likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek.suatu bank dianggap likuid jika bank tersebut tidak memiliki
kesanggupan untu membayar penarikan, giro, tabungan, deposito, berjangka,
pinjaman bank yang segera jatuh tempo, pemenuhan permintaan kredit tanpa
adanya suatu penundaan,
Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut:
1) Cash Ratio (CR)
Menurut Taswan (2010:264), Cash Ratio adalah kemampuan bank dalam
membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik menggunakan aset
lancarnya. Rasio inidapat dihitung sebagai berikut:
2) Loan to Deposite Ratio(LDR)
Menurut Taswan (2010:265) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur nilai likuiditas dari perbandingan kredit yang diberikan
dibandingkan dengan dana pihak ketiga. Jadi rasio tersebut menyatakan
sejauh mana kemampuan bank dalam membayar kembali dana yang
55
55
dilakukan deposan dengan mangandalkan kredit sebagai sumber
likuiditasnya. Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut:
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tahun 2004,
kriteria penilaian tingkat kesehatan bank terhadap rasio untuk aspek
likuiditas dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 2.9
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Likuiditas
Rasio LDR Rasio CR Peringkat
LDR < 75% CR> 4,05% 1 (Sangat Sehat)
75% < LDR < 85% CR>4,05% 2 (Sehat)
85% < LDR <
100%
CR 3,30% < 4,05 3 (Cukup Sehat)
100% < LDR <
120%
CR 2,55%<3,30% 4 (Kurang Sehat)
LDR < 120% <2,55% 5 (Tidak Sehat)
Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tahun 2004
F. Penelitian Sebelumnya
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang analisi tingkat
kesehatan bank syariah dengan menggunakan metode CAMEL:
1. Inna Septiana Hidayati (2013) judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank
Mandiri Syariah Tahun 2009-2012 menggunakan metode CAMEL”. Hasil
56
56
penelitian, Aspek Hasil Penelitian Rasio CAR Tahun 2009 12,39%, tahun
2010 10,60%, tahun 2011 14,57%, tahun 2012 13,82% dalam kondisi
sehat. Aspek aset dengan rasio KAP tahun 2009 4,41%, Tahun 201
2,90%,tahun 2011 2,44%,tahun 2012 3%. Rasio PPAP tahun 2009
108,16%, tahun 2010 127,64%, tahun 2011 107,66%, tahun 2012 sebesar
110,08%. Aspek manajemen menggunakan rasio NPM tahun 2009 sebesar
20,49%, tahun 2010 12,55%, tahun 2011 11,36%, tahun 2012 17,16%.
Aspek Rentabilitas menggnakan rasio ROA tahun 2009 1,89%, tahun
2010 1,75%, tahun 2011 1,53%, tahun 2012 2,06%. Rasio Bopo tahun
2009 73,76%, tahun 2010 74,97% tahun 2011 76,44%, tahun 2011
76,44%, tahun 2012 73%. Aspek Likuiditas Rasio LDR tahun 2009
85,8%, tahun 2010 82,1%, tahun 2011 86,1%, tahun 2012 94%.
2. Ari Kristin Prasetyo Ningrum & Noor Ahmad Toyyib judul “Analisis
Tingkat Kesehatan PT. Bank Syariah BRI tahun 2011-2014 dengan
menggunakan metode CAMEL”. Hasil Penilitian dari Aspek Permodalan
(Capital) . CAR menunjukan rata-rata berada pada 13,37% (Peringkat 1)
atau digolongkan kondisi sangat baik. Dari aspek Asset, Rasio KAP BRI
syariah rata-rata berada pada 2,26% (peringkat 1) dan rasio PPAP rata-
rata berada pada 130,63% (Peringkat 1). Rasio Management, Rasio rata-
rata NPM bank BRI syariah berada pada 111,54 (peringkat 1). Aspek
Rentabilitas (Earning). Rasio ROA Bank BRI syariah rata-rata berada
pada 0,57% (Peringkat 3) dan rasio BOPO berada pada 92,21% (Peringkat
57
57
1). Aspek Likuiditas. Rasio LDR rata-rata berada pada 102,82%
(Peringkat 4)
3. Finda Tranggita Kusumawati (2013).Judul Analisis Tingkat Kesehatan
Bank Syariah Muamalat Indonesia Periode 2008-2012 dengan
Menggunakan Metode CAMEL. Hasil Penelitian Aspek Permodalan,
Rasio CAR Tahun 2008 10,83% (Peringkat 2), tahun 2009 11,10%,
(Peringkat 2), tahun 2010 13,26 (Peringkat1) tahun 2011 12% (Peringkat
1), tahun 2012 11,57 (Peringkat 2). Rasio Kualitas Aset KAP tahun 2008
3,45% (Peringkat 3), tahun 2009 4,29% (Peringkat 3), tahun 2010 3,56%
(Peringkat 3), tahun 2011 2,35 (peringkat 2), tahun 2012 2,23% (peringkat
2). Rasio PPAP tahun 2008 106% (Peringkat 2), tahun 2009 108,32
(peringkat 2) tahun 2010 113,36 (peringkat 1), tahun 2011 100,13
(peringkat 3), tahun 2012 109,67 (peringkat2). Aspek Management NPM
tahun 2008 21,34, Tahun 2009 5,42%, tahun 2010 15,22%, tahun 2011
18,03%, tahun 2012 20,23%. Aspek Rentabilitas ROA tahun 2008 2,59%
(Peringkat 1), tahun 2009 0,45 (Peringkat 4), tahun 2010 1,38 (peringkat
2), tahun 2011 1,52 (peringkat 1), tahun 2012 1,54% (peringkat 1). Rasio
BOPO tahun 2008 61,36 %(peringkat 1), tahun 2009 91,51 %(peringkat
1). Tahun 2010 78,79% (peringkat 1), tahun 2011 74,73 (peringkat 1),
tahun 2012 72,75 (peringkat 1). Aspek Likuiditas LDR tahun 2008
104,73% (peringkat 4), tahun 2009 84,14% (peringkat 2), tahun 2010
58
58
82,13 (peringkat 2), tahun 2011 75,87 (peringkat 2), tahun 2012 82,30
(peringkat 2).
4. Ahmad Muslim (2012), “judul Analisis Tingkat Kesehatan Bank Mandiri
Syariah periode 2006-2010 dengan Mengunakan metode CAMEL”. Hasil
Penelitian Aspek Permodalan CAR 2006 9,46% tahun 2007 11,40%,
tahun 2008 11,54% , tahun 2009 sebesar 12,435, tahun 2010 sebesar
12,48%, Secara keseluruhan mendapat predikat sehat. Aspek Asset KAP
tahun 2006 100%, tahun 2007 73,36%, tahun 2008 83,17%, tahun 2009
84,18, tahun 2010 85,38. Secara keseluruhan mendapat predikar sehat
kecuali tahun 2007 mendapat predikat cukup sehat. Rasio PPAP tahun
2006 sebesar 101%, tahun 2007 sebesar 106%, tahun 2008 101%, tahun
2009 101%, tahun 2010 103%, secara keseluruhan mendapat predikat
sehat. Aspek Management , Rasio NPM tahun 2006 sebesar 490,35%,
tahun 2007 407,35%, tahun 2008 432, 94%, tahun 2009 460, 71%, tahun
2010 465, 64%. Secara Keseluruhan mendapat predikat sehat karena nilai
kreditnya melebihi ketetapan BI sebesar 81%.
5. Zia Risky Rahman (2013). Judul Penelitian Analisis Tingkat Kesehatan
Bank BRI Syariah dengan Metode CAMEL tahun 2008-2011
Hasil Penelitian Aspek modal dengan rasio CAR tahun 2008 sebesar
28,92%, Tahun 2009 sebesar 11,19%, tahun 2010 sebeasr 10,46%, tahun
2011 sebesar 2,74% . Aspek aset dengan rasio KAP tahun 2008 sebesar
5,08%, 2009 sebesar 2,75%, tahun 2010 sebesar 2,99%, tahun 2011
59
59
2,63%,dikategorikan sehat. Rasio PPAP tahun 2008 334,93,%, tahun 2009
sebesar 174%, tahun 2010 sebesae 297,5%, tahun 2011 297,5% termasuk
sehat. Aspek manajemen menggunakan NPM tahun 2008 sebesar 1,7%,
tahun 2009 sebesar 4,49%, tahun 2010 sebesar 1,49%, tahun 2011 sebesar
1,02% dikategorikan tidak sehat. Aspek earning dengan Rasio ROA tahun
2008 sebesar 0,6%, tahun 2009 sebesar 0,34%, tahun 2010 0,26%, tahun
2011 sebesar 0,15% termasuk tidak sehat. Rasio BOPO tahun 2008
sebesar 110,25, tahun 2009 sebesar 67,73%, tahun 2010 sebesar 62,09,
tahun 2011 55,80% termasuk sehat. Aspek Likuiditas menggunakan rasio
CR tahun 2008 sebesar 71,65%, tahun 2009 sebesar 13,32%, tahun 2010
14,99%, tahun 2011 sebesar 14,31% termasuk sehat. Rasio LDR tahun
2008 sebesar 24,51%, tahun 2009 4,06%, tahun 2010 16,26%, tahun 2011
sebesar 21,39% termasuk sehat.
60
60
G. Kerangka Pemikiran Teoritis
Berikut akan digambarkan kerangka teoritis dalam penulisan ini:
Gambar 2.1Kerangka Pemikiran Teoritis
Analisis Rasio CAMEL
Bank Syariah Mandiri
Laporan Keuangan
Permodalan
Metode CAMEL
Aset Manejemen Rentabilitas
CAR KAP
Likuiditas
ROA BOPO CR LDR PPAP NPM
Tingkat Kesehatan Bank