BAB II LANDASAN TEORI A. 1. Pengertian Pola Pembelajaran

34
10 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pola Pembelajaran a. Pengertian Pola Pembelajaran Pola adalah bentuk atau model rancangan yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan memamerkan pola. Desain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kerangka bentuk, rancangan. Menurut Hamdani (2011 : 172) desain berarti membuat sketsa, pola, outline, atau rencana pendahuluan. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pola memiliki arti yang sama dengan desain yaitu suatu bentuk atau rancangan yang dibuat untuk menghasilkan sesuatu. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun diluar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan (Zaenal Arifin, 2009 : 10). Sedangkan pengertian pembelajaran menurut UU RI tahun 2003 Bab 1, pasal 1, ayat 20 adalah adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 10

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. 1. Pengertian Pola Pembelajaran

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pola Pembelajaran

a. Pengertian Pola Pembelajaran

Pola adalah bentuk atau model rancangan yang bisa dipakai untuk

membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu,

khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang

sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana

sesuatu itu dikatakan memamerkan pola.

Desain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kerangka

bentuk, rancangan. Menurut Hamdani (2011 : 172) desain berarti

membuat sketsa, pola, outline, atau rencana pendahuluan.

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pola

memiliki arti yang sama dengan desain yaitu suatu bentuk atau rancangan

yang dibuat untuk menghasilkan sesuatu.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang

dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Dalam arti

luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan

sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru)

dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan

suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta

didik, baik di kelas maupun diluar kelas, dihadiri guru secara fisik atau

tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan (Zaenal Arifin,

2009 : 10). Sedangkan pengertian pembelajaran menurut UU RI tahun

2003 Bab 1, pasal 1, ayat 20 adalah adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

10

11

Desain pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2005 : 136) adalah

pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara

khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.

Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan

pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran

yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pola pembelajaran adalah

seperangkat prosedur yang sistematis sebagai perancang bagi para

pengajar untuk mencapai tujuan belajar.

b. Klasifikasi Pola Pembelajaran

Barry Moris (dalam Rusman, 2011 : 134) mengklasifikasikan

empat pola pembelajaran, antara lain sebagai berikut :

1) Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat

bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola

pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat

bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan

kepada siswa

2) Pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini

guru sudah dibantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut

alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu

pesan yang bersifat abstrak.

3) Pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah

mempertimbangkan keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi

satu – satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, guru

dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber

belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa

dapat memperoleh informasi dari berbagai media sebagai sumber

belajar, misalnya dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran,

12

televisi pembelajaran, media komputer dan internet. Pola ini

merupakan pola pembelajaran bergantian antara guru dan media dalam

berinteraksi dengan siswa.

4) Pola pembelajaran media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak

jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan,

dalam pola ini, siswa belajar dengan media, tanpa campur tangan guru,

artinya, guru hanya sebagai fasilitator yang menyiapkan bahan atau

materi pembelajaran saja yang kemudian bahan tersebut diaplikasikan

pada media sebagai sumber belajar siswa yang utama.

2. Pembelajaran Nilai dan Norma dalam Mata Pelajaran Sosiologi

Sebelum membahas tentang Nilai dan Norma kita lihat tujuan dari Bab

Nilai dan Norma. Tujuan pembelajaran Nilai dan Norma yaitu setelah

mempelajari bab ini siswa akan dapat mengidentifikasi nilai dan norma yang ada

di masyarakat, sehingga mampu berprilaku sesuai dengan berbagai peraturan

yang berlaku di masyarakat.

Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial manusia memiliki banyak

kebutuhan dalam kehidupannya, yang terkadang perilaku individu untuk

memenuhi kebutuhannya bertentangan dengan manusia lainnya. Fakta

membuktikan bahwa dalam kehidupan di dunia manusia itu memerlukan hidup

bersama dalam bentuk kelompok, komunitas, masyarakat, dan bangsa. Semua itu

dapat tercapai karena dalam kehidupan manusia ada nilai yang menjadi acuan,

pedoman dan kaidah dalam kehidupan bersama. Pedoman dan kaidah itu dapat

berupa pedoman tertulis dan tak tertulis.

Dalam kehidupan sendiri, nilai dan norma itu sangat bermanfaat sebagai

control social terhadap interaksi (perilaku) individu sehingga terciptanya

keteraturan sosial bermasyarakat. Sehingga terjadinya kehidupan yang dinamis,

stabil dan harmonis. Adapun peta konsep Nilai dan Norma yaitu sebagai berikut :

13

Pemenuhan dan pelaksanaannya diatur melalui

Bagan. 2.1 Peta Konsep Nilai dan Norma

a. Nilai

1) Pengertian dan Fungsi Nilai

Nilai adalah sebuah konsep yang menunjuk pada hal-hal yang

dianggap berharga dalam kehidupan. Sesuatu itu dianggap berharga karena

hal itu baik, indah, benar dan pantas (Saptono, 2006 : 43).

Dalam sosiologi, ada berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli

mengenai nilai. Menurut Saptono (2006:43) beberapa pengertian itu antara

lain adalah sebagai berikut:

Kebutuhan pokok masyarakat

Perilaku Individu

Yang benar dan yang penting

Yang boleh dan yang tidak

Nilai Norma

Sebagai Kontrol Sosial terhadap

Interaksi (Perilaku) Individu

Keteraturan hidup bersama

14

(a) Menurut Anthony Giddens Nilai adalah gagasan-gagasan yang dimiliki

oleh seseorang atau kelompok tentang apa yang di kehendaki, apa yang

layak, dan apa yang baik atau buruk.

(b) Menurut Soerjono Soekanto mendefinisikan nilai sebagai konsepsi abstrak

dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang

dianggap buruk. Dengan demikian, nilai sosial adalah nilai yang dianut

oleh suatu kelompok masyarakat.

(c) Menurut Kimball Young merumuskan nilai sosial sebagai unsur-unsur

yang abstrak dan sering tidak disadari tentang benar dan pentingnya.

(d) Menurut Cycle Kluckhohn mendefinisikan nilai sebgai sebuah konsepsi,

eksplisit, atau implisit, yang khas milik seseorang individu atau kelompok,

tentang yang seharusnya di inginkan yang mempengaruhi pilihan yang

tersedia dari bentuk-bentuk, cara-cara, dan tujuan-tujuan tindakan.

(e) Menurut Robert M. Z. Lawang (dalam Siti Ngadiati, 2004 : 37)

memberikan pengertian nilai lebih dikaitkan dengan prilaku sosiaal. Ia

mengatakan bahwa nilai adalah gambaran mengenai apa yang di inginkan,

yang pantas, yang berharga dan yang mempengaruhi perilaku sosial dari

orang yang memiliki nilai itu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai pada dasarnya merupakan

pandangan atau keyakinan untuk dimiliki dan dilakukan. Jika seseorang atau

masyarakat menganggap bahwa sesuatu itu bernilai, misalnya menolong orang

lain adalah sesuatu yang bernilai, maka menolong orang lain itu berharga,

berguna, dan pantas untuk dilakukan.

Keberadaan nilai-nilai sosial memiliki fungsi-fungsi tertentu dalam

masyarakat. Beberapa fungsi itu antara lain sebagai berikut:

(a) Mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku.

15

(b) Penentu bagi warga masyarakat dalam memenuhi peranan sosialnya

(mendorong/memotivasi orang untukbertindak sesuai dengan

peranannya).

(c) Alat untuk menumbuhkan solidaritas di kalangan anggota masyarakat.

(d) Pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya

mengikat tertentu agar orang berperilaku sesuai dengan nilai yang

dianutnya.

2) Macam-macam Nilai dalam Masyarakat

Menurut Priyono (2011 : 56) secara umum nilai-nilai sosial dalm

masyarakat dapat dibedakan menjadi 3 kelompok besar, yaitu:

a) Nilai Spiritual

Nilai spiritual adalah nilai yang ada didalam kejiwaan manusia yang

terdiri dari nilai estetika, nilai normal, nilai religius, dan nilai kebenaran

ilmiah atau logika.

Nilai spiritual berfungsi sebagai pedoman perilaku secara konkret. Nilai

spiritual ini cenderung berbentuk abstrak yang merupakan ide atau

angan-angan sesuai dengan bidang kehidupan masing-masing baik

dalam bentuk nilai moral, nilai estetika, ataupun pada nilai-nilai yang

bersifat religius. Manfaat nilai-nilai spiritual yang utama adalah

pedoman perilaku bagi warga masyarakat.

b) Nilai Material

Nilai material adalah nilai yang ada atau yang muncul karena materi

tersebut. Nilai material berfungsi sebagai ukuran untuk memberikan

nilai atau penghargaan terhadap semua benda yang ada di muka bumi

ini baik dilihat dari jumlahnya maupun dilihat dari kemanfaatannya dari

16

benda tersebut. Biasanya nilai material merupakan bahan dasar untuk

pembuatan sesuatu barang yang memberikan manfaat bagi manusia.

c) Nilai vital

Nilai vital adalah nilai yang ada karena kegunaannya. Nilai vital

berfungsi untuk menjadi dasar penilaian atau ukuran terhadap tinggi

rendahnya suatu barang yang dilihat dari fungsinya.

Ada kalanya nilai-nilai dalam masyarakat bersifat konsisten, dalam

arti saling mendukung dan menguatkan. Sebagai contoh, nilai kompetisi,

kemandirian, dan prestasi diri kesemuanya itu saling mendukunh dan

menguatkan. Akan tetapi, ada kalanya antara nilai yang satu dengan yang

lainnya saling bersaing atau bahkan bertentangan. Hal seperti ini terutama

sangat mungkin terjadi dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai

budaya. Sebagai contoh antara nilai kebersamaan dengan nilai

kemandirian.

Menurut Bellah dalam buku Sosiologi (Saptono, 2006 : 46) apabila

terjadi pertentangan nilai, umumnya warga masyarakat akan

mengutamakan salah satu diantara nilai-nilai yang saling bertentangan

tersebut. Masyarakat barat, meskipun menjunjung tinggi nilai-nilai

komunitas, akan cenderung mengutamakan individualisme manakala

terjadi konflik. nilai Namun, itu tidak berarti mementingkan diri sendiri

(sefish). Melainkan, memberikan prioritas pada otonomi dan keyakinan

bahwa untuk menjadi diri sendiri orang harus mengambil jarak terhadap

nilai-nilai masa lalu dan kondisi lingkungan sesaat (Saptono, 2006 : 43).

Sementara itu, apabila terjadi konflik nilai seperti tersebut diatas,

masyarakat timur akan mengutamakan nilai-nilai komunitas. Hal itu karena

mereka cenderung mengutamakan nilai-nilai keseimbangan dan harmoni.

17

Menurut Kin Maryati (2007 : 26) beberapa ahli juga membagi nilai

sosial atas nilai immaterial dan nilai material, seperti pada bagan berikut

ini:

Bagan. 2.2 Macam-Macam Nilai Sosial

Dari bagan diatas, kita ketahui bahwa nilai tidak hanya terkandung

dalam sesuatu yang berwujud benda material saja atau yang bersifat

konkret, tetapi juga terkandung dalam sesuatu yang tidak berwujud

(abstrak). Nilai immaterial atau nilai rohani menggunakan nurani dan juga

indera, akal, perasaan, kehendak, dan keyakinan. Nilai immaterial adalah

nilai yang sulit untuk berubah. Contohnya, ideologi, gagasan (ide),

pemikiran dan sistem politik, dan peraturan-peraturan.

Nilai material atau nilai jasmani adalah nilai yang berwujud, mudah

dilihat dan diraba, dan memiliki karakteristik mudah berubah. Contoh nilai

material antara lain karya seni, gedung, jembatan, rumah, alat-alat

elektronik, dan pakaian.

Nilai

Immaterial

Material

Ajaran/Ideologi

Gagasan

Religi

Kegunaan

Kenikmatan

Membentuk:

1. Kepribadian 2. Tingkah Laku 3. Martabat 4. Intelektual

Menghasilkan sesuatu yang dapat digunakan dan dinikmati oleh panca indera

18

Dalam pengalaman manusia, nilai material dan immaterial saling

berhubungan. Nilai immaterial yang menjadi landasan berpikir dari suatu

tindakan akan menghasilkan sesuatu yang konkret (nilai material). Singkat

kata, nilai material merupakan perwujudan dari nilai material (Kun

Maryati, 2007 : 27).

3) Perubahan Nilai dalam Masyarakat

Pada umumnya, nilai-nilai dalam masyarakat tidak mudah berubah.

Namun, itu tidak berarti bahwa nilai-nilai dalam masyarakat tidak berubah.

Dengan berlalunya waktu, ada nilai-nilai tertentu yang ditinggalkan oleh

masyarakat dan digantikan oleh nilai-nilai baru.

Dilihat dari sudut pandang teori fungsional structural, perubahan

nilai-nilai dalam masyarakat terjadi karena nilai-nilai tersebut sudah tidak

fungsional lagi untuk menopang keberadaan masyarakat. Konkritnya,

menurut Saptono (2006 : 47) nilai-nilai tersebut sudah tidak bisa berfungsi

sebagai sarana untuk:

(a) Mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku;

(b) Mendorong/memotivasi warga masyarakat dalam menjalankan

perannya;

(c) Menumbuhkan solidaritas dikalangan anggota masyarakat; dan

(d) Mengontrol perilaku warga masyarakat.

Sementara, dilihat dari sudut pandang teori konflik, perubahan

nilai-nilai dalam masyarakat terjadi manakala nilai tersebut dianggap

tidak lagi sesuai dengan kepentingan/rasa keadilan kelompok-kelompok

yang saling bersaing dalam masyarakat. Baik itu kelompok yang ada

dalam masyarakat itu sendiri maupun kelompok yang ada diluar

masyarakat itu.

19

Sedangkan menurut sudut pandang teori interaksi-simbolik,

perubahan nilai-nilai dalam masyarakat dimungkinkan karena

berlangsungnya proses interaksi dalam masyarakat. Baik itu interaksi

antaranggota masyarakat maupun antara anggota masyarakat itu dengan

anggota masyarakat lain. Yang jelas, melalui interaksi tersebut, mereka

saling belajar mengenai nilai-nilai yang mereka anut.

Perubahan nilai dalam masyarakat bisa terjadi karena faktor dari

dalam maupun dari luar masyarakat. Yang dimaksud faktor dari dalam

adalah sebab-sebab perubahan nilai-nilai yang berasal dari dalam

masyarakat itu sendiri.

b. Norma

1) Pengertian dan Fungsi Norma

Kita sudah membahas mengenai nilai. Nilai umumnya dijabarkan

lebih lanjut menjadi norma. Dengan demikian, nilai menjadi landasan

pembentukan norma. Nilai menjadi dasar pembenar bagi norma.

Ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli mengenai apa

itu norma. Beberapa diantaranya menurut Saptono (2006 : 49) adalah

sebagai berikut:

(a) Norma adalah aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat yang

memandu perilaku anggota-anggotanya.

(b) Norma adalah standar perilaku yang mapan yang dipelihara oleh

masyarakat.

(c) Norma adalah aturan atau pedoman yang menyatakan tentang

bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam situasi tertentu.

20

(d) Norma adalah rancangan ideal perilaku manusia yang memberikan

batas-batas bagi anggota masyarakat dalam mencapai tujuan hidupnya.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, norma

adalah ukuran (benar salahnya, tepat tidak tepatnya, pantas atau tidaknya)

perilaku seseorang dalam masyarakat. Norma adalah serangkaian

petunjuk hidup yang berisi perintah dan larangan yang dilengkapi sanksi

bagi para pelanggarnya.

Norma memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan bersama warga

masyarakat. Beberapa fungsi tersebut, antara lain meliputi:

(a) Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nilai yang

berlaku;

(b) Menciptakan ketertiban dan keadilan dalam masyarakat;

(c) Membantu mencapai tujuan bersama masyarakat; dan

(d) Menjadi dasar untuk memberikan sanksi kepada warga masyarakat

yang melanggar norma.

2) Macam-macam Norma dalam Masyarakat

Menurut Priyono (2011 : 63-67) norma-norma yang berlaku

dimasyarakat dapat diklasifikasikan dalam 5 jenis, yaitu norma agama,

kesusilaan, kesopanan, kebiasaan, dan hukum.

(a) Norma agama adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran kaidah

suatu agama. Norma ini bersifat mutlak dan mengharuskan ketaatan

bagi para pemeluk atau penganutnya.

Secara universal norma agama merupakan tuntunan perilaku umat

manusia dalam memberikan pengjormatan kepada Sang Pencipta

termasuk kepada lingkungan hidup yang lain (Priyono,2011:64).

21

Contoh norma agama yaitu; syariat agama (sesuai dengan agama

masing-masing), norma perkawinan, norma pemberian zakat atau

sedekah kepada pihak lain.

(b) Norma kesusilaan, didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia.

Norma kesusilaan bersifat universal. Artinya, setiap orang didunia ini

memilikinya, hanya bentuk dan perwujudannya saja yang berbeda.

Misalnya, perilaku yang menyangkut nilai kemanusiaan seperti

pembunuhan, pemerkosaan, dan pengkhianatan, pada umumnya

ditolak oleh setiap masyarakat dimanapun.

(c) Norma kesopanan, adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah

laku yang berlaku didalam masyarakat seperti cara berpakaian, cara

bersikap dalam pergaulan, dan berbicara. Norma ini bersifat relatif.

Maksudnya, penerapannya berbeda di berbagai tempat, lingkungan,

dan waktu.

Misalnya menentukan kategori pantas dalam berbusana antara tempat

yang satu dengan yang lain terkadang berbeda. Demikian pula antara

masyarakat kaya dan masyarakat miskin.

(d) Norma kebiasaan (habit), menrupakan hasil dari perbuatan yang

dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga

menjadi kebiasaan. Orang yang tidak melakukan norma ini biasanya

dianggap aneh oleh lingkungan sekitarnya.

(e) Norma hukum, adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan

larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara).

Sanksi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Sanksi ini

dilaksanakan oleh suatu lembaga yang memiliki kedaulatan, yaitu

negara.

22

Ciri norma hukum antara lain adalah diakui oleh masyarakat

sebagai ketentuan yang sah dan terdapat penegak hukum sebagai pihak

yang berwenang memberikan sanksi. Tujuan norma hukum adalah

untuk menciptakan suasana aman dan tenteram dalam masyarakat.

Dari uraian diatas terlihat bahwa ada perbedaan antara norma-

norma tersebut. Untuk mengetahui perbedaan masing-masing dapat

dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Perbedaan Norma-Norma

Norma Agama Norma

Kesusilaan

Norma

Kesopanan

Norma Hukum

Tujuan Umat manusia; penyempurnaan

manusia; jangan sampai manusia

menjadi jahat

Pembuatannya konkret; ketertiban

masyarakat; jangan sampai ada

korban kejahatan

Isi Ditunjukkan kepada sikap batin Ditunjukkan kepada sikap batin

Asal Usul Dari Tuhan Diri sendiri Kekuasaan luar yang memaksa

Sanksi Dari Tuhan Diri sendiri Dari

masyarakat

secara tidak

resmi

Dari masyarakat

secara resmi

Daya Kerja Membebani

kewajiban

Membebani

kewajiban

Membebani

kewajiban

Membebani

kewajiban dan

memberi hak

23

3. Tinjauan Tentang Sosiologi

a. Pengertian Sosiologi

Istilah sosiologi berasal dari kata “socius” dan “logos”. Sosius

(bahasa Latin) berarti kawan, dan logos (bahasa Yunani) berarti kata atau

berbicara. Dengan demikian, ilmu sosiologi berarti ilmu yang berbicara

mengenai masyarakat.

Dibawah ini terdapat beberapa definisi sosiologi yang

diinventarisasikan oleh Soerjono Soekanto (2010 : 17) yaitu:

1) Menurut Pitrim Sorokin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:

(a) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan

gejala nonsosial

(b) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan

gejala nonsosial;

(c) Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial

2) Menurut Roucek dan Warren, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari

hubungan antarmanusia dalam kelompok-kelompok.

3) Menurut William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff, sosiologi adalah

penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu

organisasi sosial.

4) Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Sosiologi adalah

ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses sosial, termasuk

perubahan-perubahan sosial.

Adapun sifat-sifat hakikat sosiologi menurut Mahmud (2012:12)

adalah sebagai berikut:

24

1) Sosiologi merupakan suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu

pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.

2) Sosiologi bukan disiplin normatif, melainkan disiplin yang kategoris,

arrtinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan

bukan mengenai apa yang akan terjadi atau seharusnya terjadi.

3) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni, dan bukan

merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied science).

4) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan

merupakan ilmu pengetahuan yang konkret. Artinya, yang diperhatikan

oleh sosiologi adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat,

bukan wujudnya yang konkret.

5) Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola

umum.

6) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.

7) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan

merupakan ilmu pengetahuan yang khusus.

Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu pengetahuan

murni (pure science) bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science).

Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik

dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok

sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai

pada terciptanya integrasi sosial. Sosiologi mempunyai dua pengertian dasar

yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, sosiologi merupakan

kumpulan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan yang disusun

secara sistematis berdasarkan analisis berpikir logis. Sebagai metode,

sosiologi adalah cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosial yang ada

25

dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah.

Dalam kedudukannya sebagai sebuah disiplin ilmu sosial yang sudah

relatif lama berkembang di lingkungan akademika, secara teoretis sosiologi

memiliki posisi strategis dalam membahas dan mempelajari masalah-masalah

sosial-politik dan budaya yang berkembang di masyarakat dan selalu siap

dengan pemikiran kritis dan alternatif menjawab tantangan yang ada. Melihat

masa depan masyarakat kita, sosiologi dituntut untuk tanggap terhadap isu

globalisasi yang di dalamnya mencakup demokratisasi, desentralisasi dan

otonomi, penegakan HAM, good governance (tata kelola pemerintahan yang

baik), emansipasi, kerukunan hidup bermasyarakat, dan masyarakat yang

demokratis.

Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan

kemampuan pemahaman fenomena kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran

mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis

dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam

kehidupan nyata di masyarakat. Mata pelajaran Sosiologi diberikan pada

tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari IPS, sedangkan pada

tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.

b. Objek Kajian Sosiologi

Objek Kajian sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji tentang hubungan

sosial adalah masyarakat dilihat dari hubungan antar manusia dan proses

yang timbul dari hubungan manusia tersebut dalam masyaarakat.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan objek kajian sosiologi menurut

Priyono (2011 : 6) sebagai berikut:

26

a) Hakikat sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji tentang hubungan sosial,

yaitu hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat

serta hubungan antara individu dengan lingkungannya.

b) Interaksi sosial yang menyangkut semua kkomunikasi langsung maupun

tidak langsung antar warga masyarakat baik secara individual maupun

secara kkolektif.

c) Proses sosialisasi termasuk pengaruhnya terhadap perkembangan diri dan

kepribadian seseorang dalam masyarakat.

d) Struktur sosial yang terdiri dari system nilai norma, system kedudukan

dan peran dari masing-masing masyarakat dari lapisan bawah hingga

lapisan atas.

e) Keragaman kehidupan sosial budaya, termasuk nilai-nilai sosial.

f) Perubahan-perubahan sosial budaya baik dalam skala kecil maupun

dalam skala besar serta bahan kajian lain yang lebih detail yang berkaitan

dengan peerilaku sosial dalam masyarakat.

c. Ciri-Ciri Sosiologi

Sebagai ilmu pengetahuan yang memenuhi unsur-unsur ilmu

pengetahuan, menurut Siti Ngadiati (2004 : 8) Sosiologi mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Bersifat Empiris

Artinya dalam melakukan kajiannya tetntang masyarakat,

sosiologi mendasarkannya pada observasi, tidak spekulatif, dan dengan

akal sehat.

27

2) Bersifat Teoritis

Artinya sosiologi berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil

observasi secara logis, serta memiliki tujuab untuk menjelaskan

hubungan sebab akibat.

3) Bersifat Kumulatif

Artinya teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang

telah ada, kemudian memperbaiki, memperluas, atau memperhalusnya.

4) Bersifat Non-etis

Artinya sosiologi tidak mencari baik atau buruknya suatu fakta

atau kenyataan, tetapi sebatas menjelaskan fakta atau kenyataan tersebut

secara analitis.

d. Mata Pelajaran Sosiologi di Sekolah

Sejak kurikulum 2006 diberlakukan, pelajaran sosiologi diajarkan

sejak jenjang sekolah menengah pertama, meskipun masih terpadu dengan

pelajarran lain yang masuk ke rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu

geografi, sejarah, dan ekonomi. Sedangkan di tingkat SMA pelajaran

sosiologi diajarkan secara mandiri, artinya Sosiologi berdiri sendiri sebagai

mata pelajaran.

Fungsi pengajaran Sosiologi di sekolah menengah adalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa agar mampu mengaktualisasikan potensi-

potensi diri mereka, khususnya dalam mengambil dan mengungkapkan status

dan perannya masing-masing.

Adapun tujuan mata pelajaran sosiologi yaitu agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut

28

(http://agsasman3yk.wordpress.com/pembelajaran-sosiologi-di-smama/

diakses tanggal 02/06/2014 23:47):

1) Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial,

struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai

dengan terciptanya integrasi sosial.

2) Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat

3) Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan

bermasyarakat.

4) Melangsungkan komunikasi sosial untuk mencapai kemandirian dalam

keterampilan hidup di masyarakat.

4. Perubahan Sikap

a. Pengertian Sikap

Menurut Thurstone menyatakan bahwa sikap adalah:

“An attitude as the degree of positive or negative effect associated with

some psychological object tThrustone means any symbol, pharse, slogan,

person, institution, ideal, or idea, toward which people can differ with

respect to positive or negative effect” (Thurstone dalam Psikologi Sosial,

1978 : 126).

Sedangkan menurut Gerungan yang di kutip oleh Abu Ahmadi

(2007 : 150), pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap

terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap

perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak

sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih

diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.

29

Menurut Secord & Backman yang dikutip oleh Saifudin Azwar

(2013 : 5), mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal

perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi)

seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Meskipun ada beberapa perbedaan dalam mendefinisikan arti dari

kata sifat namun pada dasarnya semua itu sama bahwa sikap adalah

kesiapan merespon akan suatu hal dari seseorang yang sifatnya positif

ataupun negatif.

b. Fungsi dan sumber sikap

Fungsi sikap bagi seseorang juga mempengaruhi tingkat konsistensi

orang itu dalam memegang sikapnya dan tingkat kemudahan mengubah

sikap.

Menurut Alex Sobur (2003 : 369) sikap memiliki tiga fungsi penting.

Pertama, sikap mempunyai fungsi organisasi. Keyakinan yang terkandung

dalam sikap kita memungkinkan kita untuk mengorganisasikan pengalaman

sosial kita---membebnkan padanya perintah tertentu dan memberinya

makna.

Kedua, sikap memberikan fungsi keguanaan. Kita menggunakan

sikap untuk menegaskan siakp orang lain dan selanjutnya memperoleh

persetujuan sosial.

Ketiga, sikap memberikan fungsi perlindungan. Sikap menjaga kita

dari acaman terhadap harga diri kita.

Rita L. Atkinson dan kawan-kawan dikutip oleh Alex Sobur (2003 :

369) menyebut ada lima fungsi sikap, yakni:

30

a) Fungsi Instrumental

Sikap yang kita pegang karena alasan praktis atau manfaat dikatakan

memiliki fungsi instrumental. Sikap ini semata-mata mengekspresikan

keadaanspesifik keinginan umum kita untuk mendapatkan manfaat atau

hadiah dan menghindari hukuman.

b) Fungsi Pengetahuan

Sikap yang membantu memahami dunia, yang membawa keteraturan

bagi berbagai informasi yang harus kita asimiilasikan dalam kehidupan

sehari-hari, dikatakan memiliki fungsi pengetahuan. Sikap tersebut

adalah skema penting yang memungkinkan kita mengorganisasi dan

mengolah berbagai informasi secara efisien tanpa harus memperhatikan

detailnya.

c) Fungsi Nilai-Ekspresif

Sikap yang mengekspresikan nilai-nilai kita atau mencerminkan konsep

diri kita dikatakan memiliki fungsi nilai-ekspresif.

d) Fungsi Pertahanan Ego

Sikap yang melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagi harga

diri kita dikatakan memiliki fungsi pertahanan ego. Konsep pertahanan

ego berasal dari teori psikoanalisis Freud salah satu mekanisme

pertahanan ego yang dijelaskan oleh Freud adalah proyeksi: individu

merepresi implus yang tidak dapat diterima kemudian mengekspresikan

sikap bermusuhan kepada orang lain yang dirasakan memiliki implus

yang sama.

31

e) Fungsi Penyesuaian Sosial

Sikap yang membantu kita merasa menjadi bagian dari komunitas,

dikatakan sikap yang memiliki fungsi penyesuaian sosial. Sebagai

contohnya adalah seseorang yang menahan keyakinan dan sikap pada

kelompok religius atau partai politik tertentu karena kawan, keluarga

dan tetangganya demikian; isi aktual keyakinan dan sikap mereka

kurang penting dibandingkan ikatan sosial yang diberikannya. Sampai

tingkat memiliki fungsi penyesuaian sosial, sikap dapat berubah jika

norma sosial berubah.

c. Pembentukan dan Perubahan Sikap

Sikap setiap orang sama dalam perkembangannya, tetapi berbeda

dalam pembentukannya. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan sikap

seseorang atau individu dengan sikap temannya, familinya, dan

tetangganya. Banyak hal yang perlu kita ketahui untuk mengetahui

karakteristik sikap. Umpamanya, jika kita meramalkan tingkah laku

seseorang dalam waktu tertentu atau jika kita mengontrol tindakannya, kita

harus mengetahui cara sikap itu berkembang.

Dari mana datangnya sikap? Sikap timbul karena adanya stimulus.

Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh

lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan

agama, dan adat istiadat (Abu Ahmadi, 2007 : 156).

Pembentukan sikap bukan terbentuk begitu saja namun ada faktor-

faktor yang memepengaruhi perubahan sikap itu sendiri dan menurut Abu

Ahmadi (2007 : 157-158) ada beberapa faktor yang mempengaruhinya

diantaranya:

32

1) Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu

sendiri. Faktor ini berupaya selecivity atau daya pilih seseorang untuk

menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan

motif dan sikap didalam diri manusia terutama yang menjadi minat

perhatianya.

2) Faktor ekstern: yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia.

Faktor ini berupa interkasi sosial diluar kelompok. Kebudayaan

manusia yang sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti:

surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya.

Maka dapat disimpulkan bahwa dua faktor (Intern dan Ekstern)

adalah dua faktor umum yang dapat mempengaruhi sikap seseorang setelah

di proses dalam diri seseorang tersebut dengan adanya reaksi, dan bentuk

reaksi tersebut bisa berupa positif dan negatif dalam menanggapi hal-hal

yang terjadi.

Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh

lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan

agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga memiliki peranan yang

besar dalam membentuk sikap putra-putranya. Sebab keluargalah sebagai

kelompok primer, bagi anak merupakan pengaruh yang paling

dominan.(Abu Hamadi, 2007 : 156)

Adapun berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembentukan

sikap seseorang Menururut Alex Sobur (2003 : 363) yaitu:

1) Adanya akumulasi pengalaman dari tanggapan-tanggapan tipe yang

sama. Seseorang mungkin berinteraksi dengan berbagai pihak yang

mempunyai sikap yang sama terhadap suatu hal.

33

2) Pengamatan terhadap sikap yang berbeda. Seseorang dapat menentukan

sikap pro atau anti terhadap terhadap gejala tertentu.

3) Pengalaman (buruk atau baik) yang pernh dialami.

4) Hasil peniruan terhadap sikap pihak lain secara sadar atau tidak sadar).

Efektivitas pengendalian sangat bergantung pada kesiapan seseorang

dan penyerasiannya dengan keadaan mental yang bersangkutan.

Pada dasarnya, pembentukan sikap tidak terjadi dengan

sembarangan. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi

manusia dan berkenaan dengan objek tertentu. Interaksi sosial di dalam

kelompok maupun diluar kelompok bisa mengubah sikap atau membentuk

yang baru. Yang dimaksud dengan interaksi diluar kelompok ialah interaksi

dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat.

Namun, pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi diluar kelompoknya

itu sendiri belum cukup untuk menyebabkan berubahnya sikap atau

terbentuknya sikap baru. Faktor lain yang turut memegang peranan ialah

faktor intern di dalam diri pribadi manusia itu, yakni selektivitasnya sendiri,

daya pilihannya sendiri, atau minat perhatiannya untuk menerima dan

mengolah berbagai pengaruh pengaruh yang akan datang dari luar dirinya.

Jadi, dalam pembentukan dan perubahan sikap itu, terdapat faktor intern dan

faktor ekstern pribadi individu yang memegng peranan (Alex Sobur, 2003 :

363).

Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa sikap tidak dibawa sejak

dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang

bersangkutan. Untuk dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya sikap akan

dapat jelas diikuti pada bagian sikap berikut ini:

34

Bagan 2.3 Terbentuknya sikap

Dari bagan tersebut dapat dikemukakan bahwa sikap yang ada pada

diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan

psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang

dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-

hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semuanya

ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada siri seseorang.

Reaksi yang dapat diberikan individu terhadap objek sikap dapat

bersifat positif, tetapi juga dapat bersifat negatif (Bimo Walgito, 2003 : 133).

Perubahan sikap pada individu, ada yang terjadi dengan mudah, ada

yang sukar. Hal ini bergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima

atau menolak rangsangan yang datang kepadanya. Selain itu, perubahan

sikap tidak hanya menyebabkan perubahan yang terjadi pada diri seseorang,

tetapi juga menyebabkan terjadinya perubahan pada masyarakat dan

kebudayaan. Terjadinya perubahan sikap individu ini seiring dengan

pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut

Faktor Internal:

- Fisiologis P ik l i

Sikap Objek Sikap

Faktor Eksternal:

- Pengalaman - Situasi - Norma-norma - Hambatan P d

reaksi

35

karena perkembangan itu dapat menimbulkan pergeseran nilai dan norma,

baik dalam bidang ekonomi, sosial politik, dsb.

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya.

Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok,

lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan didalam

kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan

sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya

sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak

memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari orang tua, saudara-saudara

dirumah memiliki peranan yang sangat penting.

Adapun perubahan sikap menurut McGuire yang dikutip oleh Masdudi

(2012 : 115) mengemukakan teorinya mengenai perubahan sikap itu

sebagai berikut:

1) Learning Theory Approach (pendekatan teori belajar)

Pendekekatn ini beranggapan, bahwa sikap itu berubah disebabkan

oleh proses atau materi yang dipelajari.

2) Perceptual Theory Approach (pendekatan teori persuasi)

Pendekatan teori ini beranggapan bahwa sikap seseorang itu berubah

bila persepsinya tentang objek itu berubah.

3) Consistence Theory Approach (pendekatan teori konsistensi)

Dasar pemikiran dari pendekatan ini adalah bahwa setiap orang akan

berusaha memelihara harmoni internasional, yaitu keserasian atau

keseimbangan (kenyamanan) dalam dirinya apabila keserasiannya

terganggu, maka ia akan menyesuaikan sikap dan perilakunya demi

kelestarian harmonisnya itu.

36

4) Functional Theory Approach (pendekatan teori fungsi)

Menurut pendekatan teori ini, bahwa sikap seseorang itu akan berubah

atau tidak, sangat tergantung pada hubungan fungsional (kemanfaatan)

objek itu bagi dirinya atau pemenuhan kebutuhan dirinya.

5. Implikasi Pola Pembelajaran Nilai dan Norma dalam Mata Pelajaran

Sosiologi Terhadap Perubahan Sikap Siswa

Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan

suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas

dari pada itu, yakni mengalami hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil

latihan, melainkan perubahan kelakuan (Oemar Hamalik, 2005 : 36).

Menurut St. Vembrirarto (1990 : 84) mengatakan bahwa sekolah tidak

saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan

mempengaruhi perkembangan intelek anak, melainkan juga memperhatikan

perkembangan jasmaninya melalui program olah raga dan kesehatan.

Disamping itu pendidikan sekolah juga memperhatikan perkembangan watak

anak melalui latihan kebiasaan dan tata tertib, pendidikan agama dan budi

pekerti, dan sebagainya. Secara singkat dapat dirumuskan bahwa pendidikan

sekolah berfungsi mengembangkan kepribadian anak secara keseluruhan.

Lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah memiliki tugas

untuk membina dan mengembangkan sikap anak didik menuju ke sikap yang

diharapkan oleh lingkungannya yang sesuai dengan nilai dan norma yang ada

di masyarakat.

Sebagian perilaku manusia didasarkan pada nilai dan norma yang

dimilikinya. Menurut Fraenkel nilai merupakan standar penuntun perilaku

seseorang dalam menuntun apa yang indah, berharga, efisien atau tidaknya

sesuatu. Demikian juga norma,sebagai perwujudan yang lebih jelas dari nilai,

37

memberi tuntunan kepada manusia mana yang harus dilakukan dan mana

yang tidak. Dengan kata lain nilai dan norma merupakan standar, patokan,

atau pedoman bagi manusia untuk bertindak atau berprilaku dalam suatu

interaksi sosial (Siti Ngadiati,2004 : 46).

Semua yang kita lakukan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain

baik disadari ataupun tidak selalu didasarkan pada nilai dan norma. Dalam

berinteraksi dengan ayah dan ibu misalnya kita menghormatinya, berkata

sopan, menuruti perintah dan nasihat-nasihatnya, membantunya, berkata serta

bersikap yang jujur kepadanya, dan sebagainya. Apa yang kita lakukan

terhadap orang tua kita itu didasari oleh nilai dan norma yang pada umumnya

berlaku di masyarakat kita. Jika kamu bertindak yang sebaliknya maka kamu

akan menerima celaan atau teguran dari orang tua dan masyarakat, hal itu

merupakan pertanda bahwa ada nilai dan norma yang terlanggar.

Ketika berinteraksi sosial disekolah, maka sejumlah nilai dan norma

menjadi pedoman bagi perilaku siswa. Misalnya siswa harus berpakaian

seragam sekolah, membayar SPP, hadir setiap hari, belajar dengan rajin,

mengerjakan tugas-tugas, menghormati guru dan sebagainya.

Demikian juga jika kita berinteraksi sosial di tengah-tengah

masyarakat maka perilaku kita diatur oleh nilai dan norma yang berlaku di

masyarakat. Misalnya kita berbicara sopan dengan orang yang lebih tua, kita

menolong orang miskin, bergotong royong, bertoleransi, bersikap demokratis,

tidak mengganggu ketenangan orang, tidak menyinggung perasaan orang,

tidak bergaul berlebihan dengan lawan jenis, dan sebagainya. Apa yang kita

lakukan dan tidak kita lakukan itu pada dasarnya didasari oleh nilai dan norma

yang berlaku dimasyarakat kita.

Mata pelajaran sosiologi membantu mengembangkan kemampuan

pemahaman siswa terhadap peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam

38

mata pelajaran sosiologi diharapkan siswa dapat mengkaji berbagai fenomena

dan permasalahan yang sering di temui dalam kehidupan sehari-hari. Materi

Nilai dan norma dalam sosiologi menjelaskan tentang nilai dan norma yang

berfungsi sebagai kontrol sosial terhadap perilaku individu sehingga

menjadikan adanya keteraturan hidup dalam masyarakat dan dapat merubah

sikap menjadi lebih positif.

Adapun ciri-ciri perubahan perilaku dalam pengertian belajar mengajar

menurut Pupu Saeful Rakhmat (2001 : 5) yaitu:

1) Perubahan terjadi secara sadar. Ini berarti bahwa seseorang yang belajar

akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekarang kurangnya ia

merasakan telah terjadinya adalah suatu perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional. Sebagai hasil

belajar, perubahan yang terjadi dalam dirinya seseorang secara

berkesinambungan, tidak statis.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Dalam perbuatan-

perbuatan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh

sesuatu yang baik dari sebelumnya.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan yang

terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanent.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Ini berarti tingkah laku itu

terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

6) Perubahan mencapai semua aspek tingkah laku. Perubahan yang

diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi

perubahan keseluruhan tingkah laku..

Dari penjelasan diatas maka adanya implikasi pola pembelajaran nilai

dan norma dalam mata pelajaran sosiologi terhadap perubahan sikap siswa,

39

karena pola pembelajaran memiliki tujuan menciptakan sarana yang optimal

untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Dengan demikian, pola

pembelajaran nilai dan norma yang digunakan oleh pendidik menghasilkan

perubahan yang diinginkan dalam pengetahuan dan kepribadian sehingga

siswa mampu berprilaku sesuai peraturan yang berlaku di masyarakat sesuai

dengan apa yang telah mereka pelajari.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Peneliti melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Pembelajaran Nilai

dan Norma dalam Mata Pelajaran Sosiologi terhadap Perubahan Sikap Siswa di

MA Madinatunnajah Kota Cirebon. Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan

sebagai acuan dan sebagai bahan masukan bagi penulis dalam melakukan

penelitian ini, diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Ratnaningsih (2005), “Hubungan

Pembelajaran Sosiologi Dengan Pembentukan Kepribadian Siswa (Studi

Kasus di MA PUI Cilimus Kab Kuningan)”. Adapun persamaan dalam

penelitian ini yaitu pada variabel X yaitu mengenai Pembelajaran Sosiologi

namun ada sedikit peebedaannya yaitu di dalam variabel X yang peneliti

lakukan, peneliti memfokuskan kepada mata pelajaran sosiologi dengan tema

nilai dan norma. Adapun perbedaan dalam penelitian ini yaitu pada variabel

Y, penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Ratnaningsing variabel Y yaitu

Pembentukan Kepribadian Siswa, sedangkan variabel Y pada penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yaitu Perubahan Sikap Siswa. Dan metode penelitian

yang digunakan oleh peneliti terdahulu yaitu menggunakan model kualitatif

kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan model kuantitatif. Selain itu juga

terdapat perbedaan pada tempat penelitian, penelitian yang dilakukan oleh

Yuyun Ratnaningsih dilakukan di MA PUI Cilimus Kab. Cirebon, sedangkan

peneliti melakukan penelitian di MA Madinatunnajah.

40

2. Hasil penelitian Muamar (2012),“Pengaruh Pembelajaran Sosiologi

Terhadap Kepribadian Siswa Kelas X di MA Islamic Center Kabupaten

Cirebon”. Pada penelitian ini memiliki persamaan penelitian dengan peneliti,

yaitu jenis penelitian yang dilakukan yaitu jenis penelitian kuantitatif dan

meneliti tentang Sosiologi, dan dalam menganalisis data menggunakan rumus

produck moment.. Dan populasi penelitiannya adalah siswa kelas X.

Sedangkan adapun perbedaannya yaitu sampel yang digunakan oleh Muamar

berjumlah 50 siswa sedangkan sampel peneliti berjumlah 23. Selain itu juga

terdapat perbedaan pada tempat penelitian, penelitian yang dilakukan oleh

Muamar dilakukan di MA Islamic Center Kabupaten Cirebon, sedangkan

peneliti melakukan penelitian di MA Madinatunnajah. Dari hasil penelitian

menyimpulkan bahwa : ada pengaruh dari pembelajaran sosiologi terhadap

kepribadian siswa pada mata pelajaran sosiologi di MA Islamic Center

Kabupaten Cirebon.

3. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Nita Sari (2004), “Pengaruh

sosiologi dalam hubunganya dengan perilaku siswa dimasyarakat

(study kasus di Madrasah Aliyah kelas 2 Ash Shiddiqiyyah Kaliwadas

Sumber Kab Cirebon)”. Pada penelitian ini memiliki persamaan penelitian

dengan peneliti, yaitu jenis penelitian yang dilakukan yaitu jenis penelitian

kuantitatif dan meneliti tentang Sosiologi. Penelitian ini pun memiliki

perbedaan yaitu terdapat pada Variabel Y, Penelitian Nita Sari memilih

Perilaku Siswa di Masyarakat sebagai variabel Y sedangkan peneliti

memilih Perubahan Sikap Siswa sebagai variabel Y. Selain itu juga terdapat

perbedaan dalam objek penelitian, Nita Sari memilih siswa kelas 2 sebagai

objek penelitian sedangkan peneliti memilih siswa kelas 1 sebagai objek

penelitian. Dan terdapat perbedaan juga di tempat penelitian, tempat

penelitian yang dipilih Nita Sari adalah Madrasah Aliyah Ash Shiddiqiyah

Klaiwadas Sumber Kab Cirebon, sedangkan peneliti sendiri memilih MA

41

Madinatunnajah Kota Cirebon sebagai tempat penelitian. Adapun

kesimpulan yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian Nita Sari yaitu

bahwa 38,6 % mengatakan bahwa siswa-siswa Ash Shiddiqiyyah dengan

skor baik dalam kelakuanya di masyarakat, hal ini tentu kurang dari

setengahnya namun kita tahu bahwa di masyarakat itu ada yang berkelakuan

baik dan adapula yang sebaliknya. Sedangkan hasil yang diinginkan oleh

peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara

pola pembelajaran nilai dan norma dalam mata pelajaran sosiologi terhadap

perubahan sikap siswa di MA Madinatunnajah Kota Cirebon.

C. Kerangka Pikir

Salah satu tujuan dari adanya pendidikan adalah merubah sikap manusia

yang tidak baik menjadi sikap yang lebih baik lagi. Dalam hubungannya dengan

alam, manusia hendaknya mengikuti aturan yang sudah ada Ini berarti bahwa

pendidikan mampu membentuk suatu kepribadian yang dihasilkan dari proses

pembelajaran yang baik kepada manusia dari kecil hingga dewasa. Dalam

pembelajaran terjadi proses internalisasi yang dapat menumbuhkan suatu

pandangan, wawasan, pengetahuan dan pemahaman kepada manusia dalam

berpikir, bertindak dan memutuskan suatu masalah sesuai dengan kerangka

pengetahuan yang didapatkannya (Ahmad Fauzi, 2012 : 12).

John Dewey yng dikutip oleh Hamdani (2013 : 173) menyatakan bahwa

pendidikan memerlukan linking science antara teori belajar dan praksis

pendidikan. Desain pembelajaran dianggap sebagai penghubung antara keduanya

karena desain pembelajaran adalah pengetahuan yang merumuskan tindakan

pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran.

Dalam perkembanganya sub pokok pembelajaran Nilai dan Norma dalam

mata pelajaran sosiologi yang dipelajari siswa berisi tentang perilaku sosial

masyarakat sehingga diharapkan siswa mampu menjaga sikap dan perilaku diri

42

dalam posisi yang baik tanpa bertentangan dengan norma-norma yang ada

sehingga siswa mampu menjadi sosok yang berbudi pekerti dan mampu bersikap

sesuai Nilai dan Norma dengan baik dengan lingkunganya sebagai cerminan

bahwa positif siswa sebagai penerus bangsa.

Dengan bekal teori dan aplikasi yang didapatkan disekolah, diharapkan

para siswa mampu mengapresiasikan kedalam pelaksanaan dikehidupan nyata.

Sehingga siswa mampu merubah sikapnya menjadi lebih positif, karena

perubahan sikap siswa juga dipengaruhi oleh proses atau materi yang dipelajari.

Jadi dengan adanya pola pembelajaran nilai dan norma dalam mata

pelajaran sosiologi diharapkan siswa dapat mengamalkannya sehingga siswa

dapat mengubah sikap negatif menjadi sikap positif.

Untuk mengetahui hubungan antara pola pembelajaran nilai dan norma

dalam mata pelajaran sosiologi terhadap perubahan sikap siswa dapat dilihat

pada kerangka berikut ini:

Bagan. 2.4 Hubungan pola pembelajaran nilai dan norma dalam mata pelajaran

sosiologi terhadap perubahan sikap siswa

Pola Pembelajaran Nilai dan Norma

Mata Pelajaran Sosiologi

Perubahan Sikap

Indikator: • Siswa dapat mengidentifikasi nilai dan

norma yang ada di masyarakat • Siswa mampu memiliki sikap sesuai dengan

nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat • Siswa dapat merubah sikap menjadi lebih

positif

43

Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa pola pembelajaran dilakukan

oleh guru terhadap siswa dalam merubah sikap dapat dilakukan melalui

pembelajaran nilai dan norma pada mata pelajaran sosiologi hingga siswa

mampu memenuhi indicator pencapaian dalam pembelajaran nilai dan norma

pada mata pelajaran sosiologi. Karena dengan pendidikan akan membuka

wawasan seseorang. Proses pendidikan turut membantu membentuk sikap

seseorang. Dengan demikian pendidikan nilai dan norma yang di berikan di

sekolah dalam mata pelajaran sosiologi membantu merubah sikap siswa menjadi

lebih positif, dan siswa memiliki sikap perilaku yang sesuai dengan nilai dan

norma yang berlaku dimasyarakat.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,

1993 : 62).

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua

arah yaitu Hipotesis alternative dan hipotesis nol. Hipotesis benar jika Hipotesis

alternative (Ha) terbukti kebenarannya.

1. Hipotesis Alternative (Ha) : adanya hubungan antara Pola Pembelajaran Nilai

dan Norma dalam Mata Pelajaran Sosiologi Terhadap Perubahan Sikap Siswa

Di MA Madinatunnajah Kota Cirebon

2. Hipotesis Nihil (Ho) : Tidak adanya hubungan antara Pola Pembelajaran Nilai

dan Norma dalam Mata Pelajaran Sosiologi Terhadap Perubahan Sikap Siswa

Di MA Madinatunnajah Kota Cirebon.