BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 ·...

12
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. Pengertian Kebijakan Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan juga sebagai suatu program pencapain tujuan, nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang terarah dan kebijakan juga merupakan serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan kesulitan-kesulitan dan kemungkinan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Menurut Brian W. Hogwood and Lewis A. Gunn secara umum kebijakan dikelompokan menjadi tiga, yaitu: 1. Proses pembuatan kebijakan, merupakan kegiatan perumusan hingga dibuatnya suatu kebijakan. 2. Proses implementasi, merupakan pelaksanaan kebijakan yang sudah dirumuskan. 3. Proses evaluasi kebijakan, merupakan proses mengkaji kembali implementasi yang sudah dilaksanakan atau dengan kata lain mencari jawaban apa yang terjadi akibat implementasi kebijakan tertentu dan membahas antara cara yang digunakan dengan hasil yang dicapai (dalam Tangkilisan, 2003:5). b. Implementasi Kebijakan Implementasi adalah hasil perubahan yang terjadi dan perubahan bisa dimunculkan, juga merupakan studi kehidupan politik yaitu organisasi di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain dan motivasi yang membuat bertindak secara berbeda (Parsons, 2005:463). Sedangkan menurut Goerge C Edwards (2003:1) “Implementasi Kebijakan adalah suatu tahapan kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya”.Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu dapat mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik.Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik dapat mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Kebijakan

1. Kebijakan

a. Pengertian Kebijakan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar

rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah

ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta

individu. Kebijakan juga sebagai suatu program pencapain tujuan, nilai-nilai dan

tindakan-tindakan yang terarah dan kebijakan juga merupakan serangkaian tindakan

yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu

dengan menunjukan kesulitan-kesulitan dan kemungkinan usulan kebijaksanaan

tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Menurut Brian W. Hogwood and

Lewis A. Gunn secara umum kebijakan dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

1. Proses pembuatan kebijakan, merupakan kegiatan perumusan hingga dibuatnya

suatu kebijakan.

2. Proses implementasi, merupakan pelaksanaan kebijakan yang sudah dirumuskan.

3. Proses evaluasi kebijakan, merupakan proses mengkaji kembali implementasi yang

sudah dilaksanakan atau dengan kata lain mencari jawaban apa yang terjadi akibat

implementasi kebijakan tertentu dan membahas antara cara yang digunakan dengan

hasil yang dicapai (dalam Tangkilisan, 2003:5).

b. Implementasi Kebijakan

Implementasi adalah hasil perubahan yang terjadi dan perubahan bisa

dimunculkan, juga merupakan studi kehidupan politik yaitu organisasi di luar dan di

dalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain dan

motivasi yang membuat bertindak secara berbeda (Parsons, 2005:463). Sedangkan

menurut Goerge C Edwards (2003:1) “Implementasi Kebijakan adalah suatu tahapan

kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi

kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya”.Jika suatu kebijakan tidak tepat atau

tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka

kebijakan itu dapat mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan

dengan sangat baik.Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan

sangat baik dapat mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

7

diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Sedangkan Wibawa

(dalam Tangkilisan, 2003:20) berpendapat “Impelementasi Kebijakan adalah untuk

menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari

kegiatan pemerintah”.

Berdasarkan pendapat para ahli dalam menentukan tahapan implementasi

kebijakan tersebut terlihat bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang

dilaksanakan oleh individu atau pejabat-pejabat terhadap sesuatu objek/sasaran yang

diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Jadi, implementasi kebijakan adalah aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan

pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk

menghasilkan output atau outcomes bagi masyarakat. Implementasi kebijakan

menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan

pemerintah. Hal ini sesuai dengan pandangan Van Meter dan Horn (Grindle, 1980: 6)

bahwa tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan

kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan

berbagai pihak yang berkepentingan (policy stakeholders).

a. Model Implementasi Kebijakan

Menurut Sabatier (1986: 21-48 dalam skripsi Dr. Haedar Akib, M.Si. & Dr.

Antonius Tarigan 2009), terdapat dua model yang berpacu dalam tahap implementasi

kebijakan, yakni model top down dan model bottom up. Kedua model ini terdapat pada

setiap proses pembuatan kebijakan. Model elit, model proses dan model inkremental

dianggap sebagai gambaran pembuatan kebijakan berdasarkan model top down.

Sedangkan gambaran model bottom up dapat dilihat pada model kelompok dan model

kelembagaan. Grindle (1980: 6-10 dalam skripsi Dr. Haedar Akib, M.Si. & Dr.

Antonius Tarigan 2009) memperkenalkan model implementasi sebagai proses politik

dan administrasi. Model tersebut menggambarkan proses pengambilan keputusan

yang dilakukan oleh beragam aktor, di mana keluaran akhirnya ditentukan oleh materi

program yang telah dicapai maupun melalui interaksi para pembuat keputusan dalam

konteks politik administratif. Proses politik dapat terlihat melalui proses pengambilan

keputusan yang melibatkan berbagai aktor kebijakan, sedangkan proses administrasi

terlihat melalui proses umum mengenai aksi administratif yang dapat diteliti pada

tingkat program tertentu. Model Implementasi Kebijakan adalah:

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

8

1) Kebijakan yang diinginkan (idealized policy); pola interaksi yang dikehendaki dan

apa yang hendak diubah oleh suatu kebijakan.

2) Kelompok sasaran (target group); sekelompok masyarakat yg hendak dipengaruhi

dan diubah.

3) Organisasi pelaksana (implementing organisation); sebuah satuan birokrasi

pemerintah yang bertanggung jawab atas kebijakan tertentu.

4) Faktor lingkungan (environmental factors); unsurunsur lingkungan kebijakan yang

mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

Gambar 2.1 Implementation as a Political and Administrative Process

Sumber: (Merilee S. Grindle. 1980. Politics and Policy Implementation in the Third

World,Princeton University Press, New Jersey, p. 11)

T.B. Smith mengakui, ketika kebijakan telah dibuat, kebijakan tersebut harus

diimplementasikan dan hasilnya sedapat mungkin sesuai dengan apa yang diharapkan

oleh pembuat kebijakan (Nakamura dan Smallwood, 1980: 2). Pada gambar 2.1

terlihat bahwa suatu kebijakan memiliki tujuan yang jelas sebagai wujud orientasi

Outcomes:

a. Impact on society, individuals, and groups

b. Change and its acceptance

Implementing Activities

Influenced by:

a. Content of Policy Intersts affected Type of benefits Extent of change envisioned Site of decision making Program implementors Resources committed

b. Context Implementation Power, interests, and strategies

of actors involved Institution and regime

characteristics Compliance and

responsiveness

Policy Goals

Goals

achieved?

Action Programs and

Individual Projects

Designed and

Funded

Programs

Delivered as

designed?

MEASURING SUCCESS

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

9

nilai kebijakan. Tujuan implementasi kebijakan diformulasi ke dalam program aksi

dan proyek tertentu yang dirancang dan dibiayai. Program dilaksanakan sesuai dengan

rencana. Implementasi kebijakan atau programsecara garis besar dipengaruhi oleh isi

kebijakan dan konteks implementasi. Keseluruhan implementasi kebijakan dievaluasi

dengan cara mengukur luaran program berdasarkan tujuan kebijakan. Luaran program

dilihat melalui dampaknya terhadap sasaran yang dituju baik individu dan kelompok

maupun masyarakat. Luaran implementasi kebijakan adalah perubahan dan

diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran.Gambar 2.2 Linier Implementasi

Kebijakan(Baedhowi, 46-48)

Padaaspek pelaksanaan, terdapat dua model implementasi kebijakan publik

yang efektif, yaitu model linier dan model interaktif (lihat Baedhowi, 2004: 47). Pada

model linier, fase pengambilan keputusan merupakan aspek yang terpenting,

sedangkan fase pelaksanaan kebijakan kurang mendapat perhatian atau dianggap

sebagai tanggung jawab kelompok lain. Keberhasilan pelaksanaan kebijakan

tergantung pada kemampuan instansi pelaksana. Jika implementasi kebijakan gagal

maka yang disalahkan biasanya adalah pihak manajemen yang dianggap kurang

memiliki komitmen sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih baik untuk

meningkatkan kapasitas kelembagaan pelaksana. Berbeda dengan model linier, model

interaktif menganggap pelaksanaan kebijakan sebagai proses yang dinamis, karena

setiap pihak yang terlibat dapat mengusulkan perubahan dalam berbagai tahap

pelaksanaan. Hal itu dilakukan ketika kebijakan publik dianggap kurang memenuhi

harapan stakeholders. Ini berarti bahwa berbagai tahap implementasi kebijakan publik

akan dianalisis dan dievaluasi oleh setiap pihak sehingga potensi, kekuatan dan

kelemahan setiap fase pelaksanaannya diketahui dan segera diperbaiki untuk

mencapai tujuan.

Fase Agenda Fase Pelaksanaan Fase Keputusan

Sukses

dilaksanaka

n

Keputusan

kebijakan Dalam

Agenda

Isu

Kebijakan

Perkuat

Institusi Gagal

Tidak ada

kebijakan Tingkatkan

kemauan

politik

Tidak

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

10

Gambar 2.3 Model Interaktif Implementasi Kebijakan

Sumber: (Thomas R. Dye. 1981. Understanding Public Policy, Prentice-Hall International,

Inc., Englewood Cliffs, NY)

Pada gambar 2.3 terlihat bahwa meskipun persyaratan input sumberdaya

merupakan keharusan dalam proses implementasi kebijakan, tetapi hal itu tidak

menjamin suatu kebijakan akan dilaksanakan dengan baik. Input sumberdaya dapat

digunakan secara optimum jika dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan

kebijakan terjadi interaksi positif dan dinamis antara pengambil kebijakan,

pelaksanaan kebijakan dan pengguna kebijakan (masyarakat) dalam suasana dan

lingkungan yang kondusif.

Karakteristik Kebijakan

Pengambil

kebijakan

menilai dan

memobilisasi

sumberdaya

untuk

keberlangsung-

an kebijakan

Pertanggun

g-jawaban

terhadap

publik

Pelaksana

kebijakan

menilai dan

memobilisasi

sumberdaya

untuk

keberlangsung-

an kebijakan

Potensi Hasil Kebijakan

Tolak/Laksanakan Laksanakan/Tolak

Publik Birokrasi

Arena Konflik

Tahap Keputusan

Agenda Kebijakan

Isu Kebijakan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

11

Jika model interaktif implementasi kebijakan di atas disandingkan dengan model

implementasi kebijakan yang lain, khususnya model proses politik dan administrasi

dari Grindle, terlihat adanya kesamaan dan representasi elemen yang mencirikannya.

Tujuan kebijakan, program aksi dan proyek tertentu yang dirancang dan dibiayai

menurut Grindle menunjukkan urgensi fase pengambilan keputusan sebagai fase

terpenting dalam model linier implementasi kebijakan. Sementara itu, enam elemen isi

kebijakan ditambah dengan tiga elemen konteks implementasi sebagai faktor yang

mempengaruhi aktivitas implementasi menurut Grindle mencirikan adanya interaksi

antara pengambil kebijakan, pelaksana kebijakan dan pengguna kebijakan dalam

model interaktif. Begitu pula istilah model proses politik dan proses administrasi

menurut Grindle, selain menunjukkan dominasi cirinya yang cenderung lebih dekat

kepada ciri model interaktif implementasi kebijakan, juga menunjukkan kelebihan

model tersebut dalam cara yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

implementasi kebijakan, beserta output dan outcomesnya.

Selain model implementasi kebijakan di atas Van Meter dan Van Horn

mengembangkan Model Proses Implementasi Kebijakan. (Tarigan, 2000: 20).

Keduanya meneguhkan pendirian bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan dalam

bertindak merupakan konsep penting dalam prosedur implementasi. Keduanya

mengembangkan tipologi kebijakan menurut: (i) jumlah perubahan yang akan

dihasilkan, dan (ii) jangkauan atau ruang lingkup kesepakatan mengenai tujuan oleh

berbagai pihak yang terlibat dalam proses implementasi.

Tanpa mengurangi kredibilitas model proses implementasi kebijakan dari Van

Meter dan Van Horn terlihat bahwa elemen yang menentukan keberhasilan

penerapannya termasuk ke dalam elemen model proses politik dan administrasi

menurut Grindle. Kata kunci yakni perubahan, kontrol dan kepatuhan termasuk dalam

dimensi isi kebijakan dan konteks implementasi kebijakan. Demikian pula dengan

tipologi kebijakan yang dibuat oleh keduanya termasuk dalam elemen isi kebijakan

dan konteks implementasi menurut Grindle. Tipologi jumlah perubahan yang

dihasilkan termasuk dalam elemen isi kebijakan dan tipologi ruang lingkup

kesepakatan termasuk dalam konteks implementasi.

Sejalan dengan pendapat di atas, Korten (baca dalam Tarigan, 2000: 19) membuat

Model Kesesuaian implementasi kebijakan atau program dengan memakai pendekatan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

12

proses pembelajaran. Model ini berintikan kesesuaian antara tiga elemen yang ada

dalam pelaksanaan program, yaitu program itu sendiri, pelaksanaan program dan

kelompok sasaran program.

Gambar 2.4 Model Kesesuaian

Sumber: (Dikutip dari David C. Korten (1988) dalam Tarigan, h. 19)

Korten menyatakan bahwa suatu program akan berhasil dilaksanakan jika terdapat

kesesuaian dari tiga unsur implementasi program. Pertama, kesesuaian antara program

dengan pemanfaat, yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan

apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat). Kedua, kesesuaian antara

program dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara tugas yang disyaratkan

oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara

kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat yang

diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat

dilakukan oleh kelompok sasaran program.

Berdasarkan pola yang dikembangkan Korten, dapat dipahami bahwa jika tidak

terdapat kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan, kinerja program tidak

akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Jika output program tidak sesuai

dengan kebutuhan kelompok sasaran jelas outputnya tidak dapat dimanfaatkan. Jika

organisasi pelaksana program tidak memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang

disyaratkan oleh program maka organisasinya tidak dapat menyampaikan output

program dengan tepat. Atau, jika syarat yang ditetapkan organisasi pelaksana program

PROGRAM

Pemanfaat Organisasi

Output Tugas

Tuntutan

Kebutuhan Kompetensi

Putusan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

13

tidak dapat dipenuhi oleh kelompok sasaran maka kelompok sasaran tidak

mendapatkan output program. Oleh karena itu, kesesuaian antara tiga unsur

implementasi kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai dengan

rencana yang telah dibuat.

Model kesesuaian implementasi kebijakan yang diperkenalkan oleh Korten

memperkaya model implementasi kebijakan yang lain. Hal ini dapat dipahami dari

kata kunci kesesuaian yang digunakan. Meskipun demikian, elemen yang disesuaikan

satu sama lain – program, pemanfaat dan organisasi – juga sudah termasuk baik dalam

dimensi isi kebijakan (program) dan dimensi konteks implementasi (organisasi)

maupun dalam outcomes (pemanfaatan) pada model proses politik dan administrasi

dari Grindle.

b. Perspektif Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan publik dapat dilihat dari beberapa perspektif atau

pendekatan. Salah satunya ialah implementation problems approach yang

diperkenalkan oleh Edwards III (1984: 9-10). Edwards III mengajukan pendekatan

masalah implementasi dengan terlebih dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok,

yakni: (i) faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan? dan (ii)

faktor apa yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan?

Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut dirumuskan empat faktor yang

merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni komunikasi, sumber

daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja

birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi suatu

kebijakan.

Komunikasi suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas

bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan

informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan. Sumber daya, meliputi empat

komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna

pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas atau

tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan. Disposisi atau sikap

pelaksana merupakan komitmen pelaksana terhadap program.Struktur birokrasi

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

14

didasarkan pada standard operating prosedure yang mengatur tata aliran pekerjaan

dan pelaksanaan kebijakan.

Untuk memperlancar implementasi kebijakan, perlu dilakukan diseminasi dengan

baik. Syarat pengelolaan diseminasi kebijakan ada empat, yakni:

1) Adanya respek anggota masyarakat terhadap otoritas pemerintah untuk

menjelaskan perlunya secara moral mematuhi undang-undang yang dibuat

oleh pihak berwenang;

2) Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan. Kesadaran dan kemauan

menerima dan melaksanakan kebijakan terwujud manakala kebijakan

dianggap logis;

3) keyakinan bahwa kebijakan dibuat secara sah;

4) awalnya suatu kebijakan dianggap kontroversial, namun dengan berjalannya

waktu maka kebijakan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

c. Proses Implementasi

Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan tersebut berusaha untuk mengubah

keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai

perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan

sebelumnya. Implementasi pada hakekatnya juga upaya pemahaman apa yang

seharusnya terjadi setelah sebuah program dilaksanakan.

Berdasarkan penjelasan dan pengertian implementasi maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa awalnya program merupakan sesuatu yang harus ada demi

tercapainya kegiatan implementasi. Selanjutnya adanya kelompok yang menjadi

sasaran program sehingga kelompok menjadi ikut dilibatkan dan membawa hasil dari

program yang dijalankan dan adanya program dan peningkatan dalam kehidupannya.

Program akan menunjang implementasi, karena dalam program tersebut telah dimuat

berbagai aspek yaitu:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dinilai.

4. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

5. Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa hal penting yakni:

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

15

6. penyiapan sumber daya, unit dan metode;

7. penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat diterima dan

dijalankan;

8. penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.Dalam prakteknya

implementasi program sering mendapatkan masalah-masalah baru yaitu umumnya

disebabkan kesenjangan-kesenjangan antara waktu penetapan atau kebijaksanaan

dengan pelaksanaannya.Sehingga oraganisasi yang mengoperasionalkan

implementasi program memiliki kemampuan yang tinggi dalam

menjalankannya.Organisasi yang mengoperasionalkan implementasi program

harus memiliki hirarki dalam kepengurusannya.Jadi program dapat dikatakan

sebagai kebijaksanaan yang telah disepakati dan dikomunikasikan untuk

dilaksanakan dari atas hingga ke bawah.

Keberhasilan kebijakan atau program juga dikaji berdasarkan perspektif proses

implementasi dan perspektif hasil. Pada perspektif proses, program pemerintah

dikatakan berhasil jika pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan

pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat program yang mencakup antara lain cara

pelaksanaan, agen pelaksana, kelompok sasaran dan manfaat program. Sedangkan

pada perspektif hasil, program dapat dinilai berhasil manakala program membawa

dampak seperti yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil jika dilihat

dari sudut proses, tetapi boleh jadi gagal jika ditinjau dari dampak yang dihasilkan,

atau sebaliknya.

d. Implementasi Strategi

Menurut J. David Hunger & Thomas L. Wheelen, 2003 dalam Manajemen

Strategis mengatakan bahwa Implementasi strategi adalah sejumlah total aktivitas dan

pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan sebuah perencanaan strategi.

Implementasi strategi merupakan proses berbagai strategi dan kebijakan berubah

menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur.

Sedangkan prof. Sukanto Reksohadiprodjo dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Strategi, 2000, mengatakan bahwa implementasi strategi merupakan “action

oriented” yang menciptakan sesuatu agar terjadi. Implementasi strategi juga

merupakan tugas mengubah kondisi sekarang, memotivasi SDM, mengembangkan

kompetensi, memperbaiki kemampuan dan proses, menciptakan budaya organisasi,

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

16

mencapai target berdasarkan potensi yang ada, serta berupaya untuk menghadapi

perlawanan atas perubahan.

2. Kerja Sama

a) Pengertian Kerjasama

Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau

kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama (Soekanto, 1990 dalam skripsi

Bunga Fajar Sari, 2008). Kerjasama (cooperation) adalah suatu usaha atau bekerja

untuk mencapai suatu hasil (Baron & Byane, 2000 dalam skripsi Bunga Fajar Sari

2008). Kerjasama (cooperation) adalah adanya keterlibatan secara pribadi di antara

kedua pihak demi tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapi secara optimal

(Sunarto, 2000 dalam Bunga Fajar Sari).Moh.Jafar Hafsah (dalam skripsi Bunga Fajar

Sari, 2008) menyebut kerjasama ini dengan istilah “kemitraan”, yang artinya adalah

“suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu

tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan

saling membesarkan.” H. Kusnadi Hafsah (dalam skripsi Bunga Fajar Sari 2008)

mengartikan kerja sama sebagai “dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas

bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan

tertentu.” Dari pengertian kerjasama di atas ada beberapa aspek yang terkandung dalam

kerjasama, yaitu dua orang atau lebih, artinya kerjasama akan ada kalau minimal ada

dua orang/pihak yang melakukan kesepakatan. Oleh karena itu, sukses tidaknya

kerjasama tersebut ditentukan oleh peran dari kedua orang atau kedua pihak yang

bekerja sama tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama (cooperation)

adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok di antara kedua

belah pihak manusia untuk tujuan bersama dan mendapatkan hasil yang lebih cepat dan

lebih baik.

b) Bentuk-bentuk Kerjasama

Dalam teori sosiologi akan dijumpai beberapa bentuk kerjasama (cooperation). Lebih

lanjutnya kerjasama dapat dibedakan dalam kerjasama spontan (spontaneous

cooperation), kerjasama langsung (directed cooperation), kerjasama kontrak

(contractual cooperation), serta kerjasama tradisional (traditional cooperation),

Soekanto,1990.

c) Dasar Kerjasama

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14117/2/T1... · 2018-03-21 · TEORI. A. Teori Kebijakan 1. Kebijakan a. ... kontrol dan kepatuhan dalam ... pelaksana

17

Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam

menjalani kehidupannya manusia akan dihadapkan pada suatu dilema sosial.

Oleh karenanya dibutuhkan kerjasama dalam menjalani kehidupannya (Baron &

Byane, 2000 dalamskripsiBunga Fajar Sari 2008). Salah satu bentuk kerjasama adalah

antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Universitas Sanata

Dharma dengan tujuan membangun dan meningkatkan sumber daya manusia yang

mampu bersaing dan membangun daerah.

Dengan adanya kebutuhan akan sumber daya manusia di Kabupaten Pegunungan

Bintang sehingga permerintah daerah melakukan suatu terobosan di bidang

pendidikan, baik di tingkat SMP, SMA, dan PT (Perguruan Tinggi). Kerjasama ini

tidak hanya dilakukan antara pemerintah daerah dan Universitas Sanata Dharma tetapi

dengan lembaga pendidikan lainnya di seluruh Indonesia.