BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe...

24
20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadian Menurut Friedman dan Rosenman (1974) Tipe kepribadian ialah suatu pengelompokan individu yang memiliki sejumlah pola perilaku, baik yang nampak maupun yang tidak nampak dalam diri individu yang berasal dari lingkungan serta berkembang melalui interaksi fungsional yang bisa dibedakan dari orang lain. Pengelompokan individu tersebut di bagi menjadi dua kelompok yaitu tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B yang memiliki sejumlah pola perilaku yang nampak seperti makan, berbicara dan berjalan dengan cepat, untuk yang tidak nampak seperti ambisius, kompetitif dan agresif (perilaku tipe A), sedangkan perilaku tipe B yang nampak seperti makan, berjalan dan berbicara dengan lambat dan untuk yang tidak nampak seperti sabar, santai dan tenang yang berasal dari lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat melalui sebuah hubungan yang berarti dan bisa dibedakan dari orang lain. Istilah Tipe A datang kepada kita dari karya kardiolog Amerika bernama Friedman dan Rosenman (1974). Gambaran khas perilaku Tipe A adalah gambaran tentang orang yang giat dan suka sekali bekerja dan menuntut, baik kepada diri sendiri maupun orang lain, ia ambisius, khususnya dalam pengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa tugas yang berbeda sekaligus dan terus menerus memandang ke depan, bekerja di bawah

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Tipe kepribadian

Menurut Friedman dan Rosenman (1974) Tipe kepribadian ialah suatu

pengelompokan individu yang memiliki sejumlah pola perilaku, baik yang

nampak maupun yang tidak nampak dalam diri individu yang berasal dari

lingkungan serta berkembang melalui interaksi fungsional yang bisa dibedakan

dari orang lain. Pengelompokan individu tersebut di bagi menjadi dua

kelompok yaitu tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B yang memiliki

sejumlah pola perilaku yang nampak seperti makan, berbicara dan berjalan

dengan cepat, untuk yang tidak nampak seperti ambisius, kompetitif dan agresif

(perilaku tipe A), sedangkan perilaku tipe B yang nampak seperti makan,

berjalan dan berbicara dengan lambat dan untuk yang tidak nampak seperti

sabar, santai dan tenang yang berasal dari lingkungan keluarga atau lingkungan

masyarakat melalui sebuah hubungan yang berarti dan bisa dibedakan dari

orang lain.

Istilah Tipe A datang kepada kita dari karya kardiolog Amerika

bernama Friedman dan Rosenman (1974). Gambaran khas perilaku Tipe A

adalah gambaran tentang orang yang giat dan suka sekali bekerja dan menuntut,

baik kepada diri sendiri maupun orang lain, ia ambisius, khususnya dalam

pengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa tugas yang

berbeda sekaligus dan terus menerus memandang ke depan, bekerja di bawah

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

21

tekanan waktu dan selalu tampak tergesa-gesa. Ia mungkin agresif, kritis,

bermusuhan, tidak demonstratif, kurang berminat akan keluarga dibandingkan

dengan kerja, lebih mungkin menyalahkan orang lain atau keadaan luar ketika

segala sesuatunya berjalan keliru atau tujuan tidak tercapai.

Ini bukan sketsa karakter yang paling menarik yang dapat kita buat,

tetapi mungkin saja ada aspek positif untuk perilaku Tipe A. Orang-orang

seperti ini sering mempunyai tingkat kesiagaan mental atau fisik yang tinggi

dan dapat mencapai banyak hal, membawa orang lain bersama dengan

antusiasme dan dorongan mereka.

Banyak eksekutif muda yang berusaha keras mencapai puncak tangga

karier percaya bahwa mereka harus berperilaku seperti ini jika mereka ingin

mecapai sesuatu dan maju. Banyak laporan tentang Tipe A yang meyebabkan

kita melihatnya (biasanya digambarkan sebagai laki-laki, yang ternyata

menyesatkan) sebagai “tipe eksekutif,” yang sedang mencapai puncak. Ini

memudahkan kita mengasumsikan bahwa kita bukan tipe A jika kita tidak pas

ke dalam cetakan eksekutif perusahaan dan tidak berusaha untuk mendapatkan

keberhasilan materi, tetapi adalah mungkin untuk berperilaku dengan cara

perilaku Tipe A di dalam latar yang lain.

Adalah keliru untuk percaya bahwa hanya orang yang giat dan suka

sekali bekerja keras, yang sangat kompetitif, terburu-buru, dan agresif yang

dapat menyelesaikan segala sesuatunya. Orang Tipe B sering dapat mencapai

sama banyaknya, hanya mereka menjalaninya dengan cara yang berbeda.

Apakah mengukur keberhasilan dengan apa yang dimiliki, apa yang dikerjakan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

22

Namun, apapun yang diinginkan lebih banyak, dan juga lebih sedikit, cara-cara

yang sehat untuk mencapainya.

Kepribadian tipe A adalah orang yang senantiasa berjuang untuk

mencapai atau memperoleh yang lebih tinggi dalam waktu yang makin singkat.

Seringkali mereka tampil sebagai oposisi, dalam kenyataan maupun khayalan

dari orang lain. Tipe A ini digerakkan oleh suatu kebutuhan bersaing dan

mendominasi yang agresif dan mereka mengukur kesuksesan dan status dengan

penghargaan secara fisik yang senantiasa mereka bandingkan dengan milik

orang lain. Karakteristik orang tipe A memperlihatkan kepribadian yang

dikuasai waktu. Semua ciri ini dilacak oleh Friedman dan Rosenman (1974)

sampai ke akar rasa aman di mana kepribadian Tipe A ini mencoba melakukan

kompensasi dengan mendominasi dunia di luar mereka.

2.2 Perilaku Tipe A dan Tipe B

Secara lebih detail Friedman dan Rosenman (1974) menyebutkan perilaku

tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B adalah sebagai berikut:

2.2.1 Perilaku Tipe A

1. Berada di Bawah Tekanan Waktu

Berada di bawah tekanan waktu berarti bahwa perilaku Tipe A

biasanya merasa terburu-buru atau tergesa-gesa dan tidak pernah

mempunyai cukup untuk hal-hal yang harus dikerjakan, apalagi hal-hal

yang ingin dikerjakan. Keadaan ini menyebabkan merasa jengkel dan tidak

sabar, khususnya dengan orang lain atau hal-hal yang berada di

sekelilingnya. Akhirnya orang dengan perilaku Tipe A mendesak orang

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

23

lain agar bergegas dalam perilakunya yang dapat bekisar dari menyela

kalimat seseorang dan menyelesaikan kalimatnya untuknya.

Dalam usaha mengerjakan lebih banyak dalam waktu yang lebih

sedikit, akhirnya mengerjakan dua hal sekaligus seperti: (1) bercukur

sambil mengemudi, (2) membaca sambil menonton televisi, (3) berbicara

lewat telepon sambil memasukkan angka-angka ke dalam komputer, (4)

membaca sambil makan, (5) bebicara soal bisnis sambil beramain golf.

Kadang kita semua berfikir tentang satu hal sambil mengerjakan hal yang

lain, tetapi untuk orang tipe A ini merupakan cara hidup.

2. Egoisme

Orang dengan perilaku Tipe A biasanya egois, berfokus kepada

keinginan, kebutuhan dan kehendak mereka sendiri. Mereka hanya

mempunyai sedikit waktu untuk orang lain, khususnya masalah dan

kesulitan orang lain, dan tidak sabar jika segala sesuatunya tidak berjalan

sebagaimana mereka kehendaki, mereka mungkin mengekspresikan

keprihatinan semu, tetapi tidak mengubah perilakunya. Mereka benar-

benar tidak mau diganggu jika kolega atau bawahan mengeluh tentang

beban kerja mereka terlalu banyak, kurang disiapkan, batas waktu yang

tidak mungkin, atau apa saja. Orang Tipe A akan memperlihatkan

keheranan, mungkin keprihatinan, mungkin juga melontarkan beberapa

klise usang tentang nilai diri orang yang mengeluh, menawarkan seikat

kembang atau minum sesudah jam kantor, tetapi tidak menaruh perhatian.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

24

3. Daya Saing

Banyak orang tipe A tidak merasa hidup, apalagi bahagia jika

mereka tidak terlibat dalam persaingan dengan seseorang atau sesuatu.

Seolah mereka merasa terpaksa menantang satu sama lain, hampir tanpa

memperlihatkan keadaan. Menang adalah salah satu tanda keberhasilan,

dan ini kerap merupakan motivator yang lebih kuat daripada apapuan yang

lain.

4. Ambisi

Seperti halnya kita perlu menilai kembali apa yang dimaksud

menjadi kompetitif, mereka pun harus memeriksa apa yang dimaksudkan

dengan menjadi ambisius. Ambisi orang Tipe A secara tradisional

didefinisikan dengan cara-cara ini dengan jenis aspirasi lain diabaikan atau

secara implisit disetujui. Mungkin ada sesuatu di dalamnya sebagai ambisi

mungkin lebih berharga daripada yang lain, mempunyai dampak sosial

yang lebih besar, dalam beberapa hal lebih baik. Meskipun begitu, tampak

mungkin bahwa ambisi yang paling altruistis dapat dikejar dengan cara

yang jelas rentan stres.

5. Nilai Diri

Orang Tipe A tampaknya mengatakan “Saya hanya bernilai sesuai

dengan apa yang saya capai,” atau “ Saya hanya bernilai berdasarkan apa

yang saya miliki,” atau “Menang sering disamakan dengan memegang

kekuasaan” dan orang Tipe A memang ingin berkuasa.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

25

Kepercayaan dan perilaku seperti ini dapat menimbulkan keraguan

diri dan tekanan yang meningkat. Hal ini juga dapat menyebabkan usaha

melemparkan kesalahan kepada hal-hal yang berjalan keliru di luar diri

anda. Apakah logis untuk percaya bahwa jika segalanya berjalan benar,

maka itu disebabkan oleh mereka. Beberapa orang Tipe A tampaknya

percaya hal ini secara implisit, selain agak tidak logis menyalahkan orang

lain dapat menimbulkan kemacetan dalam hubungan kerja yang kooperatif

karena orang lain membiarkan memanajemeni sendiri. Jika apa yang

mereka sumbangkan tidak dievaluasi secara realistis (yaitu mengambil

semua penghargaan yang diperoleh dan melemparkan semua kesalahan,

tidak peduli dari mana gagasan berasal).

2.2.2 Perilaku Tipe B

1. Sabar

Seorang dengan periku Tipe B akan menghadapi segala sesuatunya

dengan sabar baik itu di lingkungan pekerjaan atau pun di lingkungan

keluarga. Sering kali kata sabar itu sulit dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari ketika seseorang sedang medapat cobaan, tetapi mereka yang

mempunyai kepribadian Tipe B ketika mendapat cobaan apapun bisa

mengatasinya kerena memiliki perilaku yang sabar.

2. Pendengar yang baik

Orang yang mempunyai perilaku Tipe B mencoba menjadi

pendengar yang baik, apalagi jika melihat teman atau saudaranya sedang

terkena masalah mereka mencoba selalu ada untuk membantunya

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

26

walaupun hanya menjadi seorang pendengar. Menjadi pendengar yang

baik, barangkali perlu jam terbang tersendiri, terutama bagi yang suka

ngomong, menahan diri untuk menunggu selesainya teman kita bercakap,

sungguh, berat apalagi jika ada kalimatnya yang sedikit janggal atau

kurang mengenakkan di dengar. Menjadi pendengar yang baik, banyak hal

yang bisa kita dapatkan. Belajar mengekang emosi, belajar menjadi orang

sabar yang bersedia mendengarkan orang lain, memberi rasa senang

kepada orang lain, karena kita telah bersedia mendengarkan apa yang dia

bicarakan.

3. Bersifat gampangan atau easy going

Orang yang bersikap ”easy going” biasanya ditunjukkan oleh

orang yang mempunyai perilaku Tipe B mereka adalah orang yang tidak

suka membesar-besarkan masalah kecil dalam hidupnya. Bahkan ia

berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Ia juga tidak mau

memusingkan hal-hal di luar kendalinya. Orang seperti itu biasanya enjoy

menjalani hidupnya, sehingga mudah mencapai kesuksesannya.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tipe Kepribadian

a. Faktor keturunan

Faktor keturunan (biologis) berpengaruh langsung dalam pembentukan

kepribadian seseorang misalnya bila orang tuanya memiliki tipe kepribadian

A bisa jadi anak atau keturunannya juga memiliki tipe kepribadian A dan

sebaliknya jika orang tuanya memiliki tipe kepribadian B maka anaknya

juga bisa bertipe kepribadian B.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

27

b. Faktor lingkungan fisik (geografis)

Meliputi iklim yaitu ketika di lingkungannya memiliki iklim atau

cuaca yang panas biasanya orang cenderung emosi, mudah marah dan

ini bisa tercermin oleh orang yang memiliki kepribadian A, dan

sebaliknya dengan iklim atau cuaca yang sejuk dan dingin maka orang

akan cenderung santai, sabar, tidak tergesa-gesa sesuai dengan tipe

kepribadian B. Lingkungan geografis menimbulkan pengalaman yang

berbeda bagi setiap individu dalam membentuk kepribadian mereka,

mereka yang tinggal dan berkembang di dalam perkotaan akan

cenderung lebih berani menonjolkan dirinya, tingkat persaingan tinggi,

maka hal ini cenderung dikaitkan oleh orang yang memiliki tipe

kepribadian A, dibandingkan mereka yang tinggal dan berkembang di

daerah pedesaan. Individu yang berkembang dan hidup di lingkungan

pedesaan bisanya lebih tenang, sabar, dan tidak suka adanya persaingan

maka dari itu dikaitkan dengan individu yang memiliki tipe kepribadian

B.

c. Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khusus yang

menyertainya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan

gambaran perilaku tipe kepribadian seseorang. Pengaruh kepribadian

seseorang terhadap kepribadian orang lain di rumah, di kantor, dan di

mana saja yang memungkinkan hubungan yang cukup sering terjadi,

akan mempengaruhi orang tersebut mempunyai tipe kepribadian A atau

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

28

B contohnya ketika orang tersebut tinggal atau hidup bersama orang-

orang yang mempunyai perilaku tipe A bisa jadi akan membentuk

perilaku tipe A juga sebaliknya jika lingkungan sosialnya banyak hidup

orang-orang yang berperilaku tipe kepribadian B maka juga akan

membentuk perilaku tipe kepribadian B.

d. Faktor kebudayaan yang berbeda-beda

Perkembangan dan pembentukan tipe kepribadian pada diri

masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan

masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek

kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan

pembentukan kepribadian antara lain:

1. Nilai-nilai

Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang

dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam

kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu

masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan

kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.

2. Adat dan Tradisi

Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping

menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-

anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

29

bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian

seseorang.

3. Pengetahuan dan Keterampilan

Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang

atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya

kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu

masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara

kehidupannya.

4. Bahasa

Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah

diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut

menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat

hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki

bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat

berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu

bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.

2.4 Mengurangi Perilaku Tipe A Untuk Beranjak Menuju Tipe B

Jadi kesan populer tentang individu perilaku tipe A yang ambisius,

sangat kompetitif, agresif, pengemudi yang keras kepala, berprestasi tinggi dan

karenanya sukses besar semua itu tidak benar. Semakin rileks, tenang, tidak

tergesa-gesa tetapi masih ambisius individu tipe B terbukti berhasil, atau

semakin maju lagi, dalam jangka panjang. Perbedaanya ialah orang-orang tipe

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

30

B itu mencapai tujuan-tujuan yang sama tetapi tidak mengalami gangguan

kesehatan. Untuk faktor keturunan hal ini tidak dapat berpengaruh karena sudah

melekat dalam ndividu tersebut bagaimana beranjak dari perilaku A menuju

perilaku B dan (1) Pelan-pelan, jangan tergesa, (2) tangani satu tugas saat ini

dan nikmatilah, (3) belajarlah memanfaatkan waktu sambil menunggu, (4)

Organisasikan kegiatan-kegiatan harian anda untuk menghindari penumpukan,

(5) Terimalah kesalahan dan kekhilafan anda dan orang-ornag lain, (6) hindari

kemarahan atas hal-hal yang tidak bisa anda ubah, (7) senyum dan berikanlah

cinta dan kasih sayang, (8) berlatihlah menjadi pendengar yang baik, (9) belajar

untuk rileks, (10) mainkan games untuk bersenang-senang dan tidak hanya

untuk menang semata-mata.

2.5 Gejala Stres Kerja

Beehr dan Newman (1978) membagi gejala stres menjadi tiga aspek

yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan gejala perilaku.

1. Gejala Psikologis

Gejala psikologis berupa segala masalah emosi dan kognitif

selama karyawan berada dalam kondisi stres kerja. Beehr dan Newman

(1978) menyebutkan bahwa karyawan yang mengalami stres kerja

menunjukkan ketidakpuasan terhadap pekerjaannya dan karyawan

tersebut tidak mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Seperti:

kecemasan, mudah marah dan sensitive, masalah komunikasi, frustrasi,

sulit konsentrasi, kehilangan krearivitas kehilangan semangat hidup.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

31

2. Gejala Fisik

Gejala fisik mengemukakan bahwa gejala fisik sulit

didefinisikan karena selain faktor pekerjaan, sangat berkemungkinan

faktor-faktor lain mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Seperti :

meningkatnay detak jantung, mudah lelah, gangguan pernafasan, lebih

sering berkeringat, sakit kepala.

3. Gejala Perilaku

Gejala perilaku terbagi menjadi dua kategori, yaitu gejala yang

dialami karyawan yang mengalami stres kerja dan gejala yang

berdampak di perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja. Gejala

perilaku yang dialami karyawan yang mengalami stres kerja seperti,

menolak pekerjaan, meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obatan

terlarang yang digunakan oleh karyawan, terlalu banyak makan atau

terlalu sedikit makan, perilaku agresif pada rekan kerja atau anggota

keluarga dan masalah hubungan interpersonal lainnya. Gejala yang

berdampak di perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja misalnya,

banyaknya angka absen karyawan dari pekerjaannya, karyawan keluar

dari perusahaan dan berkurangnya produktivitas perusahaan

Gejala stres kerja ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana

ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis,

dan dalam bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi

dengan individunya yang mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

32

pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman

masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (antara lain inteligensi,

pendidikan, pelatihan, pembelajaran). Dengan demikian, faktor-faktor dalam

diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan

yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu.

Dalam hubungannya dengan pekerjaan, setiap orang pasti pernah

mengalami stres. Adakalanya stres yang dialami seseorang itu adalah kecil dan

hampir tak berarti, namun bagi yang lainnya dianggap sangat mengganggu dan

berlanjut dalam waktu yang relatif lama. Faktor yang berpotensi menimbulkan

stress adalah: pertama, karena tuntutan kerja; dan kedua, tanggung jawab bagi

kehidupan manusia.

Semakin tinggi gejala stres yang dirasakan karyawan di tempat kerja,

semakin hilang kualitas diri si karyawan untuk menghasilkan kinerja yang

optimal. Harga yang harus ditanggung perusahaan terhadap stres di tempat

kerja adalah sangat besar dan menimbulkan ketidakefisienan terhadap rencana

perusahaan. Di samping itu, gejala stres juga akan menjadi sumber utama dari

ketidak bahagian karyawan di tempat kerja. Saat karyawan merasa tidak

bahagia bersama perusahaan, mereka tidak akan memiliki motivasi dan

antusiasme yang besar untuk membantu menjalankan rencana-rencana

perusahaan secara bijak dan profesional.

Gejala stres sangat berpotensi menyerang karyawan saat karyawan tidak

mampu memenuhi target kerja; saat karyawan tidak mampu mengendalikan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

33

emosi dari tantangan dan tekanan kerja; saat karyawan belum mampu berpikir

positif terhadap semua persoalan dengan tempat kerjanya; saat karyawan

terlibat konflik dengan kolega, pimpinan, keluarga, atau dengan yang lainnya;

serta saat perusahaan memberikan beban kerja yang terlalu besar kepada

karyawan. Stres akan merusak tubuh, emosi dan mental sukses karyawan, yang

mana semua ini secara otomatis akan menurunkan produktivitas dan

keuntungan perusahaan. Saatnya pimpinan dan karyawan bersatupadu

memfokuskan diri untuk mencapai kinerja optimal melalui tubuh, jiwa, pikiran

yang sehat dan penuh semangat.

Gejala stres yang timbul karena ketidakjelasan sasaran akhirnya

mengarah pada ketidakpuasan pekerjaan, kurang memiiiki kepercayaan diri,

rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, depresi, motivasi rendah untuk

bekerja, peningkatan tekanan darah dan detak nadi, dan kecenderungan untuk

meninggalkan pekerjaan..

Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya

kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah

dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan peran

yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai

antara pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan

yang rendah, penurunan kondisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan

rekan-rekan kerjanya.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

34

Segala unsur kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi dengan

peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di dalam satu organisasi, dan dapat

memberi tekanan pada individu dapat merupakan sumber gejala stres kerja.

Masalah keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan

pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan

tuntutan perusahaan, semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam

pekerjaannya, sebagaimana halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak

yang negatif pada kehidupan keluarga dan pribadi.

2.6 Sumber Gejala Stres Kerja

1.Kondisi Pekerjaan

Lingkungan Kerja, Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi

penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit

berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Bayangkan saja,

jika ruangan kerjatidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,

ruangan kerjaterlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik,

tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.

2. Konflik Peran

Stres karena ketidak jelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu

yang diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering muncul ketidak

puasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi hingga ahirnya timbul

keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Para wanita yang bekerja

mengalami stres lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

35

wanita bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir

sekaligus ibu rumahtangga. Terutama dalam alam kebudayaan

Indonesia, wanita sangat dituntut perannya sebagai ibu rumah tangga

yang baik dan benar sehingga banyak wanita karir yang merasa bersalah

ketika harus bekerja. Perasaan bersalah ditambah dengan tuntutan dari

dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah tangga, sangat berpotensi

menyebabkan wanita bekerja mengalami stres.

3. Pengembangan Karir

Setiap orang pasti punya harapan-harapan ketika mulai bekerja

di suatu perusahaan atau organisasi. Bayangan akan kesuksesan karir,

menjadi fokus perhatian dan penantian dari hari ke hari. Namun pada

kenyataannya, impian dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan

karir yang baik seringkali tidak terlaksana. Alasannya bisa bermacam-

macam seperti ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan penilaian

prestasi kerja, budaya nepotisme dalam manajemen perusahaan, atau

karena sudah mentok alias tidak ada kesempatan lagi untuk naik jabatan.

4 Struktur Organisasi

Gambaran perusahaan Asia dewasa ini masih diwarnai oleh

kurangnyas truktur organisasi yang jelas. Gambaran perusahaan yang

diwarnai dengan struktur organisasi yang tidak jelas, kurangnya

kejelasan mengenai jabatan, peran, wewenang dan tanggung jawab,

aturan main yang terlalu kaku atau tidak jelas, iklim politik perusahaan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

36

yang tidak jelas serta minimnya keterlibatan atasan membuat karyawan

menjadi stres.

5. Hubungan Dalam Pekerjaan

Harus hidup dengan orang lain merupakan salah satu aspek dari

kehidupan yang penuh stres. Hubungan yang baik antar anggota dari

satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan

individu dan organisasi.

2.7 Faktor Penyebab Gejala Stres Kerja

a. Adanya tugas yang terlalu banyak

Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan

menjadisumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan

kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi

karyawan.

b.Supervisor yang kurang pandai

Seorang karyawan dalam menjalankan tugas sehari-harinya

biasanya di bawah bimbingan sekaligus mempertanggungjawabkan

kepada supervisor.Jika seorang supervisor pandai dan menguasai tugas

bawahan, ia akanmembimbing dan memberi pengarahan atau instruksi

secara baik dan benar.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

37

c. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan

Karyawan biasanya mempunyai kemampuan normal

menyelesaikan tugas kantor/perusahaan yang dibebankan kepadanya.

Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang

dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan

tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, karyawan dikejar waktu

untuk menyelesaikan tugas sesuai tepat waktu yang ditetapkan atasan.

d.Kurang mendapat tanggung jawab yang memadai.

Faktor ini berkaitan dengan hak dan kewajiban karyawan.

Atasan sering memberikan tugas kepada bawahannya tanpa diikuti

kewenangan (hak) yang memadai. Karenanya, jika harus mengambil

keputusan harus berkonsultasi, kadang menyerahkan sepenuhnya pada

atasan.

e. Perbedaan nilai dengan perusahaan.

Situasi ini biasanya terjadi pada para karyawan atau manajer

yangmempunyai prinsip yang berkaitan dengan profesi yang digeluti

maupun prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi.

f. Frustrasi

Dalam lingkungan kerja, perasaan frustrasi memang bisa

disebabkan banyak faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan

frustrasi kerja adalahterhambatnya promosi, ketidakjelasan tugas dan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

38

wewenang serta penilaian/ evaluasi staf, ketidakpuasan gaji yang

diterima.

g. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebut tidak umum

Situasi ini bisa timbul akibat mutasi yang tidak sesuai dengan

keahliandan jenjang karir yang di lalui atau mutasi pada perusahaan

lain, meskipundalam satu grup namun lokasinya dan status jabatan serta

status perusahaannya.

2.8 Strategi Individu untuk Mengatasi Gejala Stres Kerja

Saat ini, obat-obatan untuk menolong diri-sendiri, pendekatan dengan

melakukan semua hal sendiri, klinik untuk menurunkan berat badan dan diet,

makanan sehat,dan olahraga banyak dibahas dimedia massa. Orang

bertanggung jawab atau tahu bahwa mereka seharusanya bertanggung jawab

atas kesehatan diri-sendiri. Strategi individu untuk mengatasi stres kerja

semakin masuk akal. Dengan kata laian, orang tidak perlu diyakinkan mengenai

nilai tanggung jawab dan membuat berubahan dalam kehidupan mereka. Saat

ini tanggung jawab mengatasi stres kerja melebihi kesehatan fisik, tetapi juga

mencakup kesehatan psikologis.

Beberapa teknik khusus yang digunakan individu untuk menghilangkan

atau lebih efektif mengelola gejala stres kerja adalah sebagi berikut:

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

39

1. Olahraga

Ini bukan masalah kalah atau menng, tetapi mengnai apakah

anda berolah raga dengan baik. Orang dari segala usia berolahraga

seperti jalan kaki, jogging, berenang, bersepeda atau bermain bola raket

untuk melawan stres kerja. Meskipun hal ini sepertinya masuk akal dan

dipercaya banyak orang dan dokter, tetapi ada keraguan bahwa olahraga

dapat membantu mengatasi stres dengan lebih baik, sekalipun ada

pengaruh sampingan seperti relaksasi, baiknya harga diri, dan membuat

orang melupakan pekerjaan untuk sementara hingga bisa bekerja lebih

baik di tempat kerja.

2. Relaksasi

Baik dilakukan dengan sederhana atau menggunakan tehnik

khusus seperti meditasi, tujuannya adalah menghilangkan situsi yang

menekan atau mengelola situasi stres kerja jangka pangjang secara lebih

efektif.

3. Mengendalikan Perilaku

Dengan secara sengaja mengelola perilaku diri seseorang dapat

mencakup kontrol terhadap situasi, bukanya membiarakan situasi

mengontrol mereka maka hal itu akan bisa menghindari stres kerja.

4. Terapi Kognitif

Selain teknik kontrol perilaku diri, sejumlah psikolog klinis

memasuki bidang stres kerja seseorang dengan tehnk terapi kognitif.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

40

Teknik emotif rasional dan modifikasi perilaku kognitif digunakan

sebagai strategi individu untuk mengurangi stres kerja.

5. Jaringan

Salah satu cara yang muncul dari penelitian psikologi sosial

selama bertahun-tahun adalah orang perlu dan akan diuntungkan dari

dukungan sosial. Diterapkan sebagai strategi untuk mengurangi stres

kerja, hal ini akan membentuk hubungan dekat dengan rekan kerja dan

kolega yang berempati dan percaya yang merupakan pendengar yang

baik dan membangun kepercayaan diri. Teman tersebut ada saat

diperlukan dan memberikan dukungan agar orang dapat melewati

situasi stres kerja.

2.9 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Kartina (2009) ini bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan gejala stres kerja antara karyawan yang

memiliki kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B pada karyawan PT Adiyasa

Abadi Bekasi yang bergerak di bidang Industrial Manufacturing Equipment

pada bagian sizing. Variabel yang diukur menggunakan angket gejala sters

kerja dengan subjek penelitian 50 orang, angket tersebut menggunakan skala

Likert dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat sering (ss), sering (s),

kadang-kadang (kd), jarang (j) dan tidak pernah atau (tp). Sementara itu angket

kepribadian diadaptasikan dari angket tipe krpribadian A dan B Friedman dan

Rosenman (1978) terdiri dari 14 item yang digunakan untuk menggolongkan

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

41

individu termasuk tipe A atau tipe B. Data ini diolah dengan program komputer

SPSS for windows versi 11.0, menggunakan perhitungan satistik uji-t.

Diperoleh ‘t’ hitung 5,365 dan ‘t’ tabel 1,980. Karena ‘t’ hitung > dari ‘t’ tabel

atau 5,365 > 1,980, maka diartikan H1 diterima Ho ditolak pada taraf

signifikansi 0,041 atau di bawah kelas maksimal alpha sebesar 0,05 dengan kata

lain terdapat perbedaan gejala stres kerja antara karyawan berkepribadian A dan

karyawan yang berkepribadian tipe B. Karyawan yang memiliki kepribadian

tipe A memiliki tingkat stres lebih tinggi dari pada karyawan yang memiliki

kepribadain tipe B atau 171,14 > 139,76

Farial (2010) karyawan merupakan salah satu profesi yang sangat

rentan terkena stres saat bekerja dan tipe kepribadian yang dimiliki karyawan

dapat menjadi indikator tingkat stres kerja yang dialaminya. Penelitian ini

bertujuan untuk menguji perbedaan gejala stres kerja ditinjau dari tipe

kepribadian A dan B. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek

dalam penelitian ini adalah 56 karyawan yang bekerja di PT Putra Laerdi

Gresik bagian kontrol kualitas. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah teknik accidental sampling. Alat pengumpulan data pada penelitian

ini menggunakan kuesioner. Untuk mengukur gejala stres kerja karyawan

digunakan skala stres kerja yang disusun berdasarkan gejala-gejala stres kerja

menurut Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999). Sedangkan untuk mengukur

tipe kepribadian karyawan digunakan skala kepribadian A dan B yang disusun

oleh Suyono (2001) berdasarkan tiga faktor karakteristik TABP (Type A

Behavior Pattern). Adapun analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

42

t-test. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai t -1,510 dan sig 0,135 (≥

0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan gejala stres kerja

ditinjau dari tipe kepribadian A dan B pada karyawan.

Rahmat (2005) gejala stres kerja merupakan suatu kondisi yang

muncul dari interaksi individu dengan lingkungan pekerjaan dan terjadi

perubahan karakteristik individu yang memaksa melakukan penyimpangan dari

fungsi normal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan

stres kerja pada karyawan yang bertipe kepribadian A dengan tipe kepribadian

B Sampel penelitian ini adalah 70 orang karyawan di PT Kemang Food

Industries bagian packing. Dalam penelitian ini alat ukur stres kerja yang

digunakan adalah job stres survey (JSS) yang disusun oleh (Vagg &

Spielberger, 1998), dan untuk mengukur tipe kepribadian A dan B

menggunakan koisioner dari Gibson (1996) Metode yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan statistika parametrik uji

beda Independent Sample Test Berdasarkan nilai mean empirik diketahui bahwa

mean empirik untuk gejala stres kerja pada karyawan yang berkepribadian A

sebesar 65,17 dan mean empirik untuk gejala stres kerja pada karyawan yang

berkepribadian B sebesar 66,91 Berdasarkan hasil uji Independent Sample Test

didapat hasil signifikansi sebesar 0,441 Sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa tidak ada perbedaan gejala stres kerja pada karyawan berkepribadian A

dengan karyawan berkepribadian B.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tipe kepribadianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1791/3/T1_132007054_BAB II.pdfpengertian materi, sangat kompetitif, bekerja dalam beberapa

43

2.10. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah;

Ada perbedaan gejala stres kerja karyawan bagian sizing P.T Timatex

Salatiga berdasarkan tipe kepribadian A dan B.