BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

43
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Sunariyah (2011:4) mengemukakan pengertian pasar modal adalah sebagai berikut: “Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek”. Selain itu pengertian pasar modal menurut Tandelilin (2010:26) adalah sebagai berikut: “Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi”. Pengertian pasar modal di sini adalah tempat bertemunya antara penawaran dan permintaan terhadap surat-surat berharga yang termasuk di dalam instrumen keuangan seperti saham, obligasi, kontrak berjangka dan lain-lain. Para pelaku pasar yang memiliki kelebihan dana atau surplus fund akan melalukan investasi berbentuk surat berharga terhadap pihak yang mengeluarkan surat berharga tersebut yaitu emiten/perusahaan. Sebaliknya pihak yang membutuhkan dana perusahaan/emiten menawarkan surat berharga ke dalam pasar modal kepada para investor dengan melakukan listing terlebih dahulu ke bursa efek.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pasar Modal

2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Sunariyah (2011:4) mengemukakan pengertian pasar modal adalah

sebagai berikut:

“Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang

terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan

semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan

surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal

adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna

memperdagangkan saham-saham, obligasi, dan jenis surat berharga

lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek”.

Selain itu pengertian pasar modal menurut Tandelilin (2010:26) adalah

sebagai berikut:

“Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki

kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

memperjual belikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga

bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang

umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan

obligasi”.

Pengertian pasar modal di sini adalah tempat bertemunya antara

penawaran dan permintaan terhadap surat-surat berharga yang termasuk di dalam

instrumen keuangan seperti saham, obligasi, kontrak berjangka dan lain-lain. Para

pelaku pasar yang memiliki kelebihan dana atau surplus fund akan melalukan

investasi berbentuk surat berharga terhadap pihak yang mengeluarkan surat

berharga tersebut yaitu emiten/perusahaan. Sebaliknya pihak yang membutuhkan

dana perusahaan/emiten menawarkan surat berharga ke dalam pasar modal kepada

para investor dengan melakukan listing terlebih dahulu ke bursa efek.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2.1.2 Peranan Pasar Modal

Peranan pasar modal memiliki peran yang penting dalam perekonomian di

suatu Negara. Pasar modal dapat menjadi suatu wadah bagi keperluan industri dan

sejenisnya dalam suatu Negara untuk keperluan penawaran dan permintaan

modal.

Berikut lima segi peranan pasar modal suatu Negara menurut Sunariyah

(2011:7).

1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk

menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan.

2. Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan

hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong

perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para pemodal.

3. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali

saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.

4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarkat untuk

berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.

5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.

Tandelilin (2010:26) mengemukakan bahwa pasar modal dapat juga

berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukan

peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal

dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang

mempunyai kelebihan dana. Di samping itu, pasar modal dapat mendorong

terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka

pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternative investasi yang

memberikan return yang paling optimal. Asumsinya, investasi yang memberikan

retun relatif besar adalah sector-sektor yang paling produktif yang ada di pasar.

Dengan demikian, dana yang berasal dari investor dapat digunakan secara

produktif oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2.1.3 Jenis-Jenis Pasar Modal

Saham-saham, obligasi dan sekuritas lainnya yang akan dijual kepada

masyarakat dapat dilakukan berbagai cara dalam pasar modal, dilakukan sesuai

jenis sekuritas dan bentuk pasar modal.

Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2011:12) adalah sebagai

berikut:

1. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang

menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang

ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di

pasar sekunder.

Pengertian tersebut menunjukan, bahwa pasar perdana merupakan

pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas

lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum)

sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa.

2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder didefinisakan sebagai perdagangan saham setelah

melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi pasar sekunder

dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah

melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar

sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli

dan penjual.

3. Pasar Ketiga (Third market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di

luar bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu

sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi,

dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh

Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibinai

oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

4. Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat merupakan bentuk peragangan efek antar pemodal atau

dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang saham ke

pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.

2.1.4 Fungsi Pasar Modal

Dalam rangka perekonomian secara nasional (tinjauan secara Makro

Ekonomi) atau dalam kehidupan sehari-hari, pasar modal mempunyai peranan

yang lebih luas jangkauannya. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian

Negara adalah sebagai berikut menurut Sunariyah (2011:9)

1. Fungsi tabungan (Saving Function)

Menabung dapat dilakukan di bawah bantal, celengan atau di bank, tetapi

harus diingat bahwasannya nilai mata uang cenderung akan turun di masa

yang akan datang. Apabila seseorang ingin mempertahankan nilai

sejumlah uang yang dimilikinya, maka dia perlu mempertimbangkan agar

kerugian yang tetap dideritanya tetap minimal. Surat berharga yang

diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan

mudah.

2. Fungsi Kekayaan (Wealth Funtion)

Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka

panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat

dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak

mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lain. Surat berharga

mewakili kekuatan beli (purchasing power) pada masa yang akan datang.

3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Funtion)

Kekayaan yang disimpan dalam surat berharga, bisa dilikuidasi melalui

pasar modal dengan resiko yang sangat minimal dibandingkan dengan

aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya yang relatif

murah dan lebih cepat. Meskipun apabila dibandingkan dengan uang,

masih lebih likuid uang.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Uang mempunyai tingkat likuiditas yang paling sempurna, tetapi

kemampuannya menyimpan kekayaan lebih rendah dibandingkan surat

berharga.

4. Fungsi Pinjaman (Credit Function)

Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau investasi.

Pasar modal bagi suatu perekonmian Negara merupakan sumber

pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat.

Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk

mendapatkan dana yang lebih mudah dan lebih murah. Dana tersebut dapat

dipakai untuk ekspansi atau sebagai jaminan deviden terhadap pemegang

saham.

2.2 Investasi

2.2.1 Pengertian Investasi

Dalam melakukan suatu aktivitas investasi sebelumnya kita mengetahui

salah satu konsep terpenting dalam ilmu ekonomi adalah konsep modal (capital).

Menurut Case and Ray (2007:268) modal (capital) adalah barang yang

diproduksi oleh sistem ekonomi yang digunakan sebagai input untuk

memproduksi barang dan jasa lain di masa depan.

Definisi Investasi menurut Tandelilin (2010:2)

“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

sejumlah keuntungan di masa datang”.

Menurut Winarno dan Sujana (2010:267) dalam kamus besar ekonomi

pengertian investasi adalah:

“Penanaman modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk

memperoleh keuntungan, biasanya dalam jangka panjang”.

Sedangkan menurut Murni (2009:55) investasi dapat diartikan sebagai

pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sector bisnis/pengusaha swasta (RTP)

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

dan bisa juga dilakukan oleh pemerintah (RTN) untuk membeli barang-barang

modal ataupun peralatan-peralatan produksi. Tujuannya untuk mengganti atau

untuk menambah barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk

mempertahankan atau memperbesar jumlah produksi di masa yang akan datang.

Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva

dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

Biasanya investasi berjangka panjang untuk waktu yang lama.

2.2.2 Faktor Terjadinya Investasi

Faktor-faktor yang menentukan terjadinya suatu investasi menurut Murni

(2009:58) adalah sebagai berikut:

- Perkembangan tingkat bunga. Bila tingkat bunga naik, investasi menurun.

Sebaiknya bila tingkat bunga turun investasi meningkat. Kondisi ini terjadi

karena investasi selalu bertujuan untuk mencari laba di masa depan (profit

motive).

- Perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi akan meningkatkan

efisiensi dan mengurangi biaya dalam berproduksi. Turunnya biaya

produksi mendorong keinginan untuk memperluas usaha dan melakukan

investasi.

- Ekspektasi kegiatan ekonomi di masa depan. Perkiraan atau ramalan

keadaan perekonomian masa depan suatu Negara akan sangat menentukan

kondisi investasi saat ini. Di samping perkiraan ekonomi, kondisi

perkembangan politik yang terjadi di suatu Negara juga sangat

mempengaruhi perkembangan investasi.

2.2.3 Risiko Investasi

Setiap investasi instrumen keuangan yang ada di pasar modal terutama

dalam bentuk saham sangat erat kaitan dengan adanya risiko. Risiko saham di

dalam pasar modal tidak bisa dihilangkan. Berikut adalah penjelasan resiko

investasi.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Pengertian dari risiko itu sendiri Menurut Tandelilin (2010:10)

“Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang

berbeda dengan return harapan. Secara spesifik, mengacu pada

kemungkinan realisasi return aktual lebih rendah dari return

minimum yang diharapkan”.

Return harapan (expected return) merupakan tingkat return yang

diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return

actual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu.

Kodrat dan Kurniawan (2010:254) risiko didefinisikan sebagai the

possibility of suffering harm or loss (The American Heritage Dictionary). Dalam

konteks investasi, kondisi harm atau loss dapat berupa kondisi di mana investor

menerima keuntungan yang lebih kecil dari yang disyaratkan. Risiko timbul dari

ketidakpastian.

a. Risiko Tidak Sistematis

Sunariyah (2011:190) berpendapat bahwa resiko sistematis adalah

sebagai berikut.

“Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang terkait dengan

suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari atau

diperkecil melalui diversifikasi”.

Menurut Kodrat dan Kurniawan (2010:264) resiko ini merupakan

probabilitas keuntungan berada di bawah keuntungan yang diharapkan

yang disebabkan oleh faktor-faktor yang hanya ada pada suatu perusahaan.

Misalnya, pemogokan buruh, perubahan manajemen, inovasi, kebakaran,

dsb.

b. Risiko Sistematis

Risiko sistematis yang dikemukakan oleh Sunariyah (2011:190)

adalah sebagai berikut.

“Risiko sistematis merupakan risiko pasar yang bersifat umum

dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang

bersangkutan. Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh

pemodal melalui diversifikasi manapun”.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Menurut Kodrat dan Kurniawan (2010:264) risiko sistematis ini

merupakan probabilitas bahwa keuntungan perusahaan berada di bawah

keuntungan yang diharapkan karena adanya faktor-faktor yang membawa

dampak bagi seluruh perusahaan yang berada dalam suatu perekonomian.

Misalnya peraturan pemerintah, kenaikan pajak, resesi, evaluasi dan

sebagainya. Dengan kata lain, risiko sistematis merupakan tingkat

minimum risiko yang dapat diperoleh bagi suatu portofolio melalui

diversifikasi sejumlah besar aktiva yang dipilih secara acak.

2.3 Saham

2.3.1 Pengertian Saham

Sunariyah (2011:125) mengemukakan bahwa saham adalah surat

berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang

dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian

dari perusahaan tersebut.

Dalam penelitian Istanti (2009) Harga saham dapat dikatakan sebagai

indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, dimana kekuatan pasar

ditunjukkan dengan terjadinya transaksi perdagangan saham perusahaan di pasar

modal. Terjadinya transaksi tersebut didasarkan pada hasil pengamatan para

investor terhadap prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

(informasi-informasi yang dimiliki oleh pemegang saham). Pada prinsipinya

semakin baik prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, akan

meningkatkan permintaan saham perusahaan yang bersangkutan sehingga harga

pasar saham akan mengalami peningkatan. Apabila keadaan yang terjadi adalah

sebaliknya maka hal ini akan menurunkan harga pasar saham perusahaan yang

bersangkutan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2.3.2 Nilai Saham

Nilai saham berdasarkan fungsinya menurut Sunariyah (2011:126) adalah

sebagai berikut.

a. Nilai Nominal (Par Value)

Harga saham pertama yang tercantum pada sertifikat badan usaha. Harga

saham tersebut merupakan harga yang sudah diotorisasi oleh rapat umum

pemegang saham (shareholder).

b. Nilai Buku (Book Value)

Nilai saham akan bermacam-macam dari waktu perusahaan didirikan, nilai

saham tersebut berubah karna adanya kenaikan atau penurunan harga

saham dan adanya laba ditahan. Jumlah laba ditahan, par value saham, dan

modal selain par value adalah nilai buku.

c. Nilai Dasar (Base Price)

Nilai dasar ini merupakan harga perdana saham tersebut. Nilai dasar ini

juga digunakan dalam perhitungan indeks harga saham sehingga akan

terus berubah.

d. Nilai Pasar (Market Price)

Nilai pasar saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedag

berlangsung di bursa efek.

2.3.3 Jenis Saham

a. Saham Biasa (Common Stock)

Menurut Case and Ray (2007:274) saham biasa adalah sertifikat

yang mewakili kepemilikan saham suatu perusahaan, yang biasanya

adalah PT (korporasi). Selain itu saham biasa menurut Sunariyah

(2011:48) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau

pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Hak pemegang saham biasa menurut Sunariyah (2011:127) adalah

sebagai berikut :

- Setiap pemegang saham mempunyai hak suara pada Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Luar Biasa (RULBS).

Ketentuannya adalah satu saham satu suara.

- Sebagai pemegang saham, mempunyai wewenang untuk memilih

direktur perusahaan, memilih manajemen seperti komisaris dan

direksi perusahaan, dimana tugas komisaris antara lain mewakili

para pemegang saham dalam mengatasi pekerjaan dan tugas

direksi.

- Mempunyai hak terlebih dahulu untuk membeli saham pada

perusahaan yang bersangkutan sebelum dibeli oleh investor baru.

- Pemegang saham diberi hak atas laba bersih perusahaan sebagai

hasil atas dana yang diinvestasikan.

- Pada saat likuidasi pemegang saham biasa bertanggung jawab

sebesar jumlah saham yang dimiliki atas kewajiban-kewajiban

perusahaan.

- Pemegang saham biasa mempunyi hak melihat atau mengetahui

hasil rapat umum pemegang saham dan daftar para pemegang

saham suatu perusahaan.

- Pemegang saham biasa mempunyai akses tidak terbatas atau bebas

sepenuhnya untuk akses pembukuan keuangan, kecuali kalau

dibatasi oleh suatu keadaan tertentu.

- Risiko pemegang saham terbatas sesuai dengan modal yang

ditanam dalam perusahaan tersebut.

b. Saham Preferensi ( Preferred Stock)

Saham preferen menurut Sunariyah (2011:49) merupakan saham

yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa,

karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi

juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

“Disebut preferensi karena pemegang saham preferensi

mempunyai hak keistimewaan diatas pemegang saham biasa,

untuk hal-hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi saham”.

(Sunariyah, 2011:130)

Hak pemegang saham preferensi menurut Sunariyah (2011:131)

adalah sebagai berikut :

- Masing-masing pemegang saham preferensi mempunyai dividen

yang ditentukan dan disutujui oleh kedua belah pihak yaitu

pemegang saham dan manajemen.

- Dalam hal pembagian dividen, pemegang saham preferensi

mempunyai hak untuk memerima dividen terlebih dahulu sebelum

pemegang saham biasa dibayarkan. Pemegang saham preferensi

didahulukan dalam hal pembayaran dividen sebelum pemegang

saham biasa, sepanjang hai itu dinyatakan dalam emisi saham.

- Pada kasus likuidasi, pemegang saham preferensi mempunyai hak

klaim terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa. Pemegang

saham preferensi mempunyai hak untuk dibayar sesudah kewajiban

dari kreditur berhasil dilunasi perusahaan. Pemegang saham

preferensi dibayar sesuai nilai investasinya. Sisa kekayaan

perusahaan setelah digunakan untuk membayar saham preferensi,

baru digunakan untuk membayar kepada pemegang saham biasa.

- Pemegang sham preferensi tidak mempunyai hak suara (voting).

Walaupun pemegang saham preferensi diperbolehkan hadir dalam

rapat umum pemegang saham akan tetapi pemegang sham

preferensi tidak mempunyai hak suara apapun untuk

mempengaruhi segala kebijakan perusahaan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2.3.4 Kelompok Saham

Ditinjau dari segi kinerja perdagangaan di Bursa Efek Indonesia, saham

dapat dikelompokan menjadi 5 menurut Sunariyah (2011:132) yaitu:

1. Blue chip stocks, yaitu saham yang memiliki reputasi tinggi, sebagaimana

pemimpin dalam industrinya, memiliki pendapatan yang stabil dan

konsisten dalam membayar dividen.

2. Income stock, saham suatu emiten dengan kemampuan membayarkan

dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun

sebelumnya.

3. Growth stock, saham suatu emiten yang masih dalam pertumbuhan

perusahaan yang sedang meningkatkan penghasilan dari omzet serta

keuntungan.

4. Speculative stocks, saham yang secara konsisten memperoleh dari tahun

ke tahun, sehingga mempunyai kemungkinan penghasilan yang lebih

tinggi di masa mendatang, namun belum pasti.

5. Counter cyctical stock. Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi

ekonomi makro aupun situasi bisnis secara umum.

2.3.5 Indeks Harga Saham

Pengambilan keputusan membutuhkan data historis mengenai berbagai

kejadian di masa lalu. Semakin detail dan terinci data yang diperoleh, pengambil

keputusan dapat merumuskan kebijakannya dengan lebih tepat.

Keputusan investor memilih suatu saham sebagi objek investasinya

membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang beredar di bursa.

Baik secara individual, kelompok, maupun gabungan. Mengingat transaksi

investasi saham terjadi pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang

sangat rumit dan berbeda-beda, pergerakan harga saham memerlukan identifikasi

dan penyajian informasi dan bersifat spesifik. (Sunariyah, 2011:136).

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Menurut Tandelilin (2010:86) mengemukakan bahwa informasi mengenai

kinerja pasar saham seringkali diringkas dalam suatu indeks yang disebut indeks

pasar saham (stock market index). Indeks pasar saham merupakan indikator yang

mencerminkan kinerja saham-saham di pasar.

Berbagai penyajian informasi indeks tersebut bersifat spesifik agar

investor dapat memanfaatkannya dalam strategi investasi di bursa saham.

2.3.6 Jenis-Jenis Indeks Harga Saham

Berikut diantaranya jenis-jenis indeks harga saham menurut Sunariyah

(2011:137) adalah sebagai berikut:

1. Indeks Harga Saham Individual

Indeks harga saham individual menggambarkan suatu rangkaian

informasi historis mengenai pergerakan harga masing-masing saham,

sampai pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut

disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari

tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Yang dalam hal

ini mencerminkan suatu nilai yang berfungi sebagai pengukuran kinerja

suatu saham di bursa efek.

Di Indonesia indeks harga saham untuk pertama kalinya,

diperkenalkan pada tanggal 15 April 1983 dan mulai dicantumkan dalam

kurs efek harian sejak tanggal 18 April 1983. Pada mulanya hanya

merupakan indeks harga saham individual, mengingat jumlah emiten yang

mencatatkan sahamnya di bursa masih relatif sedikit. Indeks ini untuk

pertama kalinya ditentukan sebesar 100%, dengan dasar harga pertama

adalah harga perdana.

2. Indeks Harga Saham Gabungan (Composite Stock Price Index)

- Seluruh Saham

Indeks Harga Saham Gabungan Seluruh Saham menggambarkan suatu

rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham

gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Indeks harga

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan

untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di

suatu bursa efek. Maksud dari gabungan seluruh saham ini adalah

kinerja saham yang dimasukan dalam perhitungan seluruh saham yang

tercatat di bursa tersebut.

- Indeks Harga Saham Kelompok

Indeks Harga Saham Kelompok menggambarkan suatu rangkaian

informasi historis mengenai pergerakan harga saham kelompok suatu

saham, sampai pada tanggal tertentu. Indeks Harga Saham Kelompok

adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kelompok

saham yang tercatat di suatu bursa efek. Indeks harga saham gabungan

kelompok sham di Indonesia ada dua yaitu:

a. Indeks LQ 45

Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang

diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas

likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan

kapitalisasi pasar.

Bursa efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan

kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ

45 ini. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali.

Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi indeks

LQ 45 maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan

diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria.

Tandelilin (2010:87) Kriteria-kriteria berikut digunakan untuk

memilih ke-45 saham yang masuk dalam indeks LQ 45.

- Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di

pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan

terakhir).

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

- Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai

kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

- Telah tercatat di BEI selama paling sedikit 3 bulan.

- Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan

frekuensi dan jumlah hari transaksi di pasar keuangan.

b. Jakarta Islamic Index

Jakarta Islamic index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari

saham-saham yang sesuai dengan syariah islam. Penentuan kriteria

pemilihan saham dalam Jakarta Islamic index melibatkan pihak

dewan pengawas syariah PT Danareksa Investment Management.

Jakarta Islamic index dimaksudkan untuk digunakan sebagai

tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada

saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat

meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi

secara syariah.

2.4 Volatilitas Harga Saham

2.4.1 Pengertian Volatilitas Harga Saham

Menurut Firmansyah (2006) dalam Tim Studi Volatilitas Pasar Modal

Indonesia dan Perekonomian Dunia (2011), volatilitas merupakan pengukuran

statistik untuk fluktuasi harga suatu sekuritas atau komoditas selama periode

tertentu. Mengingat volatilitas dapat direpresentasikan dengan simpangan baku

(standard deviation), publik juga mempersepsikan volatilitas sebagai risiko.

Semakin tinggi tingkat volatilitas, semakin tinggi pula tingkat ketidakpastian dari

imbal hasil (return) saham yang dapat diperoleh. Salah satu dari sepuluh prinsip

manajemen keuangan menyatakan bahwa investor tidak akan mau mengambil

risiko yang lebih tinggi kecuali apabila dapat memperoleh kompensasi berupa

return yang lebih tinggi (high risk, high return) (Keown et al., 2003).

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Volatilitas Harga Saham/Stock Price Volatility (PV). yaitu ukuran statistik

untuk fluktuasi harga selama periode tertentu (Firmansyah, 2006). Menurut

Lorie (1985:184) dalam penelitian Napitupulu dan Syahyunan (2012)

volatilitas adalah bagian dari variabilitas total akibat sensitivitas terhadap

perubahan pasar yang merupakan risiko sistematis dan tidak dapat dihindari. Hal

ini diukur dengan koefisien beta.Portofolio yang efisien tidak memiliki risiko

tambahan, dan volatilitas adalah satu-satunya sumber variabilitas tingkat

pengembalian. Volatilitas merupakan ukuran terhadap sebaran/dispersi di sekitar

rata-rata hasil dari sebuah sekuritas.

Satu cara untuk mengukur volatilitas adalah dengan menggunakan standar

deviasi, yang akan menjelaskan seberapa ketat harga suatu saham dapat

dikelompokkan di seputar rata-rata (mean) atau rata-rata bergerak (moving

average/MA). Ketika harga-harga bergerak sangat ketat dalam satu gerombolan,

standar deviasinya sangat kecil. Ketika pergerakan harga sangat tersebar, standar

deviasi akan relatif besar.

2.4.2 Jenis Volatilitas

Menurut Schwert dan W. Smith, Jr. (1992) dalam penelitian Hugida,

Lydianita dan Syuhada Sofian terdapat lima jenis volatilitas dalam pasar

keuangan, yaitu :

1. Future Volatility

Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain

dalam pasar keuangan (trader).

2. Historical Volatility

Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa lalu.

Hal ini dilakukan dengan membuat suatu permodelan dengan teori pricing

berdasarkan data masa lalu untuk dapat meramalkan volatilitas pada masa

yang akan datang.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

3. Forecast Volatility

Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan arah

masa depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang berusaha

meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak.

4. Implied Volatility

Implied volatility merupakan volatilitas yang harus kita masukkan ke

dalam model teoritis pricing untuk menghasilkan nilai teoritis yang identik

dengan harga option di pasar.

5. Seasonal Volatility

Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan gandum

sangat sensitive terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul dari kondisi

cuaca musim yang jelek.

2.4.3 Rumus Volatilitas Harga Saham

Volatilitas harga saham dalam penelitian ini termasuk dalam jenis

historical volatility, karna peneliti mengunakan data-data masa lalu secara historis

mengenai harga sham yang menjadi sample pada indeks LQ45dari periode 2010-

2013 untuk dapat meramalkan tingkat volatilitasnya.

Secara matematis, historical volatility untuk setiap saham dapat dihitung

dengan rumus berikut (Parkinson, 1980) dalam penelitian Hugida, Lydianita dan

Syuhada Sofian:

Keterangan :

𝜎PV : High-Low Volatility Estimator

ln : logaritma natural

n : jumlah observasi

Hi : Intraday High Price, Li : Intraday Low Price

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2.4.4 Faktor Terjadinya Volatilitas Harga Saham

Sukamulja (2011) dalam penelitian Tim Studi Volatilitas Pasar Modal

Indonesia dan Perekonomian Dunia (2011) mengajukan proposisi bahwa

volatilitas return saham di pasar modal Indonesia turut ditentukan oleh faktor-

faktor sebagai berikut:

1. Investor yang tidak memperoleh informasi yang memadai, sehingga

menimbulkan kesalahan penentuan harga (mispricing).

2. Investor yang bereaksi berlebihan terhadap suatu informasi.

3. Investor yang bertransaksi dengan motif spekulasi.

4. Investor domestik yang cenderung mengikuti pola transaksi investor asing

(herding behavior).

5. Trading noise seperti rekomendasi analis, rumor, dan hari libur bursa.

6. Ketersediaan data dan aksesibilitas data.

7. Faktor-faktor ekonomi dan non-ekonomi dari luar Indonesia.

2.5 Volume Perdagangan

2.5.1 Pengertian Volume Perdagangan

Volume perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham yang

diperdagangkan secara harian. Adapun volume perdagangan adalah jumlah lembar

saham suatu perusahaan yang diperdagangkan dalam waktu tertentu. Volume

perdagangan saham adalah keseluruhan nilai transaksi pembelian maupun

penjualan saham oleh investor dalam mata uang.

Menurut Profits Buletin Vol. XIII (2013) pengertian volume

perdagangan adalah sebagai berikut.

“Volume perdagangan adalah banyaknya lembaran saham suatu

emiten yang diperdagangkan di pasar modal, artinya semakin besar

volume perdagangan, maka semakin sering saham tersebut

diperjualbelikan. Hal ini mengindikasikan bahwa saham tersebut

aktif dan diminati oleh para investor sehingga dapat mengalami

kenaikan harga”.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Menurut penelitian Lydianita Hugida (2011) Kinerja suatu saham dapat

diukur dengan volume perdagangannya. Semakin sering saham tersebut

diperdagangkan mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif dan diminati oleh

para investor. Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham

suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat

harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham (Wiyani, 2005).

Volume perdagangan ini seringkali dijadikan tolok ukur (benchmark) untuk

mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian. Efek volatilitas

aktivitas perdagangan terhadap expected stock return didorong oleh adanya

elemen risiko dan variabilitas dalam likuiditas sehingga saham dengan variabilitas

yang tinggi memiliki expected return yang tinggi pula(Chordia, 2001). Aktivitas

volume perdagangan digunakan untuk melihat penilaian suatu info oleh investor

individual dalam arti info tersebut membuat suatu keputusan perdagangan ataukah

tidak. Hal ini berkaitan dengan salah satu motivasi investor

Dalam penelitian Istanti (2009) perdagangan saham akan relatif besar

bila investor percaya bahwa mereka memiliki informasi khusus yang tidak

dimiliki oleh dealer atau investor lain. Jika investor percaya bahwa mereka

memiliki informasi khusus yang tidak dimiliki oleh dealer dan investor lain,

perdagangan akan terkonsentrasi pada saham tertentu yang informasinya dimiliki

oleh para investor tersebut. (Stoll dalam Fatmawati, 1999).

Aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat penilaian suatu

informasi oleh investor individual dalam arti informasi tersebut membuat suatu

keputusan perdagangan atau tidak. Hal ini berkaitan dengan salah satu motivasi

investor dalam melakukan transaksi jual beli saham yaitu penghasilan yang

berkaitan dengan capital gain. Volume perdagangan yang kecil menunjukkan

investor yang sedikit atau kurang tertarik dalam melakukan investasi di pasar

sekunder, sedangkan volume yang besar menunjukkan banyaknya investor dan

banyaknya minat untuk melakukan transaksi jual dan beli saham .

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2.5.2 Rumus Perhitungan Volume Perdagangan

Napitupulu, Veronica dan Syahyunan Besarnya variabel volume

perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang

dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume perdagangan (Trading Volume

Activity / TVA). Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu indikator yang

dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui

parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal.

Dalam Istanti (2009) Rumus volume perdagangan untuk Perhitungan

Trading Volume Activity dilakukan dengan membandingkan jumlah saham

perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan

keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan tersebut pada kurun waktu yang

sama adalah sebagai berikut (Hanafi, 1997:76):

Keterangan:

TVA i,t : Trading Volume Activity pada perusahaan tertentu dan

waktu tertentu.

2.6 Inflasi

2.6.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang secara umum yang terjadi

Secara terus menerus. Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi yang

diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK). Menurut Kamus Besar Ekonomi,

Winarno dan Sujana (2010:253) pengertian inflasi adalah sebagai berikut:

“Kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya uang (kertas)

yang beredar sehingga harga barang mengalami peningkatan;

keadaan yang menunjukan berkurangnya daya beli masyarakat

dalam masa tertentu karena besarnya jumlah uang (kertas) yang

beredar melebihi jumlah barang dan jasa yang tersedia”.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Selanjutnya pengertian inflasi yang dikemukakan oleh Tandelilin

(2010:342) sebagai berikut.

“Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-

produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya

dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated).

Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang

melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga

cenderung mengalami kenaikan”.

Menurut Sunariyah (2011:23) Inflasi yang tinggi menyebabkan

menurunnya profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan menurunkan

pembagian dividen dan daya beli masyarakat juga menurun. Sehingga inflasi yang

tinggi, mempunyai hubungan negetiv dengan pasar ekuitas.

Laju inflasi menurut Murni (2009:196) merupakan tingkat perubahan

harga secara umum untuk berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu

misalnya per bulan, per triwulan atau per tahun.

Indikator untuk menghitung laju inflasi adalah indeks konsumen

(consumers price index), indeks harga produsen atau pedagang besar (wholesale

price index), dan indeks harga implisit (Gross National Product/GDP deflator).

2.6.2 Jenis Inflasi

Menurut Winarno dan Sujana (2010:254) berdasarkan parah/tidaknya

inflasi yang terjadi, jenis inflsi dapat dibedakan menjadi:

1. Inflasi ringan (di bawah 10%/tahun).

2. Inflasi sedang (antara 10 - 30%/tahun).

3. Inflasi berat (antara 30 – 100%/tahun).

4. Inflasi sangat tinggi atau hiperinflasi (di atas 100%/tahun).

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Adapun berdasarkan sebab musababnya, inflasi dibedakan atas dua jenis.

1. Inflasi karena tarikan permintaan (demand pull inflation) timbul karena

tingginya permintaan masyarakat terhadap berbagai barang.

2. Inflasi karena naiknya biaya produksi (cost push inflation). Perbedaannya

dengan demand pull inflation terletak pada akibatnya.

Berdasarkan asalnya, inflasi dibedakan menjadi berikut ini.

1. Inflasi dari dalam negri: inflasi ini terjadi akibat adanya defisit anggaran

yang disebabkan pencetakan uang baru, kegagalan panen, dan sebagainya.

2. Inflasi dari luar negri: inflasi ini terjadi akibat adanya inflasi dari luar negri

yang memicu terjadinya kenaikan harga barang impor, dan kenaikan harga

barang impor ini menyebabkan:

a. Secara langsung, naiknya indeks biaya hidup karena sebagian barang

yang tercangkup di dalamnya berasal dari impor.

b. Secara tidak langsung, menaikkan indeks biaya melalui kenaikan

ongkos produksi dari berbagai barang yang menggunakan bahan

mentah yang harus diimpor, dan kenaikan barang impor

mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang

berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut.

2.6.3 Dampak Inflasi

Menurut Murni (2009:199) inflasi yang tinggi tingkatannya tidak akan

mengalahkan perkembangan ekonomi suatu Negara. Hal-hal yang mungkin

timbul antara lain sebagai berikut:

- Ketika biaya produksi naik akibat inflasi, hal ini akan sangat merugikan

pengusaha dan ini menyebabkan kegiatan investasi beralih pada kegiatan

yang kurang mendorong produk nasional, seperti tindakan para spekulan

yang ingin mencari keuntungan sesaat.

- Pada saat kondisi harga tidak menentu (inflasi) para pemilik modal lebih

cenderung menanamkan modalnya dalam bentuk pembelian tanah, rumah,

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

dan bagunan. Pengalihan investasi seperti ini akan menyebabkan investai

produktif berkurang dan kegiatan ekonomi menurun.

- Inflasi menimbulkan efek yang buruk pada perdagangandan mematikan

pengusaha dalam negri. Hal ini dikarenakan kenaikan harga menyebabkan

produk-produk dalam negri tidak mampu bersaing dengan produk Negara

lain sehingga kegiatan ekspor turun dan impor meningkat.

- Inflasi menimbulkan dampak yang buruk pula pada neraca pembayaran.

Kaarena menurunnya ekspor dan meningkatnya impor menyebabkan

ketidakseimbangan terhadap dana yang masuk dan keluar negri. Kondisi

neraca pembayaran akan memburuk.

Dampak buruk dari inflasi dapat pula ditinjau dari tingkat kesejahteraan

masyarakat, yakni sebagai berikut:

- Inflasi akan menurunkan pendapatan rill yang diterima masyarakat, dan ini

sangat merugikan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Pada saat

inflasi, kenaikan tingkat upah tidak secepat kenaikan harga barang yang

diperlukan dan dijual di pasar.

- Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Seperti

tabungan masyarakat di bank nilai rillnya akan menurun.

- Inflasi akan memperburuk pembagian kekayaan, karna bagi masyarakat

yang berpenghasilan tetap dan mempunyai kekayaan dalam bentuk uang

bisa-bisa jatuh miskin. Tetapi bagi masyarakat yang menyimpan kekayaan

dalam bentuk tanah atau rumah akan terjadi peningkatan kekayaan baik

secara rill maupun secara nominal.

Menurut pendapat dari Murni (2009:200) megemukakan bahwa idealnya

agar laju inflasi bisa meningkatkan kegiatan ekonomi adalah sekitar dibawah 5%.

Inflasi yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi adalah inflasi yang laju

inflasinya relatif tetap dan bila ada perubahan akan dapat di prediksi.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2.6.4 Rumus Perhitungan Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi yang digunakan dalam penelitisn ini menggunakan tingkat

inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK). Rumus untuk

menghitung inflasi dari www.bps.go.id adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Inflasi n : Inflasi pada periode ke-n

IHKn : Indeks Harga Konsumen pada periode ke-n

IHKn-1 : Indeks Harga Komsumen pada periode ke-n-1

2.7 Nilai Tukar

2.7.1 Pengertian Nilai Tukar

“Menggambarkan berapa banyak suatu mata uang harus

diperuntukan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Istilah lain

dari rasio pertukaran tersebut adalah nilai tukar (exchange rate) atau

disebut juga kurs valuta asing”. (Murni, 2010:230)

Sunariyah (2011:23) berpendapat bahwa menurunnya kurs dapat

meningkatkan biaya impor bahan baku dan meningkatkan suku bunga walaupun

dapat meningkatkan nilai ekspor. Munurunnya kurs rupiah terhadap mata uang

asing memiliki pengaruh negatife terhadap ekonomi dan pasar modal.

Melemahnya nilai tukar berdampak pada peningkatan biaya impor bahan

baku dan peralatan produksi sehingga dapat menurunkan kinerja perusahaan,

khsusunya yang berorientasi ekspor dan impor. Selain itu, pelemahan nilai tukar

juga dapat memperbesar nilai hutang luar negeri sehingga meningkatkan risiko

gagal bayar. Contoh : krisis moneter tahun 1998. Pelemahan nilai tukar yang

sangat singnifikan dalam waktu singkat menyebabkan banyak perusahaan

terutama perbankan mengalami masalah likuiditas yang memicu peningkatan

risiko keuangan perusahaan tersebut. Profits Buletin vol. XIII (2013).

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2.7.2 Sejarah Nilai Tukar

Dalam Novianto, Aditya Menurut Ana Ocktaviana (2007: 21) sejak

tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:

1. Sistem kurs tetap (1970 - 1978)

Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut

sistem nilai tukar kurs resmi Rp. 250/dolar Amerika sementara kurs uang

lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

2. Sistem mengambang terkendali (1978 - Juli 1997)

Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata

uang (basket of currencies). Dengan sistem ini, bank Indonesia

menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di

pasar dengan spread tertentu.

3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997 - sekarang)

Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US dolar semakin

melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka

mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka bank Indonesia

memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar

mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar

mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus

1997.

2.7.3 Jenis Nilai Tukar

Berdasarkan sistem moneter internasional, terdapat tiga macam sistem

dalam penetapan kurs valuta asing menurut Murni (2010:234) adalah sebagai

berikut:

a. Fixed exchange rate system, merupakan sistem kurs tetap atau disebut juga

kurs berdasarkan Bretton Woods System yang berlaku sejak tanggal 1

Maret 1947 hingga 15 Agustus 1971. Sistem ini mempunyai beberapa

ketentuan pokok yaitu:

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

1. Sistem moneter internasional didasarkan pada standar emas.

2. Sistem nilai tukar antarnegara anggota IMF harus tetap stabil.

3. Kurs nilai tukar hanya boleh berfluktuasi dalam variasi antara 1

sampai 2.5%.

4. Negara anggota IMF yang mengalami kesulitan dalam neraca

pembayaran internasional (Balance of Payments) dapat meminta

bantuan IMF.

b. Floating exchange rate system, merupakan sistem kurs mengambang yang

ditetapkan melalui mekanisme kekuatan permintaan dan penawaran pada

bursa valuta asing. Sistem kurs mengambang mempunyai dua bentuk,

yaitu:

1. Freely floating system atau disebut juga clean float, merupakan

sistem kurs fleksibel/mengambang secara murni. Artinya penentuan

kurs valuta asing terjadi melalui kekuatan permintaan dan penawaran

di pasar valuta asing tanpa intervensi pemerintah.

2. Managed float system atau dirty float, merupakan sistem kurs

mengambang terkendali. Artinya penentuan kurs valuta asing terjadi

melalui kekuatan permintaan dan penawaran, tetapi ada intervensi

pemerintah melalui kebijakan di bidang moneter, fiskal, dan

perdaganggan Luar Negeri.

2.7.4 Penentuan Nilai Tukar

Dalam Novianto, Aditya Ada beberapa faktor penentu yang

mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi,

suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar

dan intervensi bank sentral.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa

pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara

penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya

apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai

tukar valuta asing akan terdepresiasi.

3. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik

yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik

atau atau turun secara tajam dalam jangka pendek.

2.7.5 Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing

Menurut Murni (2009:232) Kurs valuta asing akan dapat berubah bila

terjadi perubahan selera, perubahan harga barang impor dan barang ekspor,

terjadinya inflasi, perubahan suku bunga, dan tingkat pengembalian investasi,

serta pertumbuhan ekonomi. Seperti yang akan di jelaskan dalam bagan berikut.

Tabel 2.1

Faktor yang mempengaruhi kurs valuta asing

No Faktor yang

mempengaruhi Perubahan yang terjadi

Perubahan

kurs

1. Cita rasa

masyarakat

- Cita rasa terhadap produk domestik naik,

impor turun. Permintaan terhadap valuta

asing turun.

- Cita rasa terhadap produk luar negri naik,

impor naik. Permintaan terhadap valuta asing

bertambah.

Kurs turun

Kurs naik

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

No Faktor yang

mempengaruhi Perubahan yang terjadi

Perubahan

kurs

2. Harga barang

ekspor dan

impor

- Harga produk domestik murah, ekspor naik,

supply valuta asing bertambah.

- Harga produk domestik mahal, ekspor turun,

supply valuta asing berkurang.

- Harga barang impor turun, permintaan valuta

asing bertambah.

- Harga barang impor naik, permintaan valuta

asing berkurang.

Kurs turun

Kurs naik

Kurs naik

Kurs turun

3. Terjadinya

inflasi

- Inflasi menyebapkan harga produk dalam

negeri naik, impor meningkat, permintaan

valuta asing bertambah.

- Inflasi menyebabkan harga produk domestik

naik, ekspor turun, permintaan valuta asing

bertambah.

Kurs naik

Kurs naik

4. Suku bunga

dan tingkat

pengembalian

investasi

- Suku bunga dan tingkat pemngembalian

investasi tinggi, aliran modal ke dalam

negeri meningkat. Permintaan terhadap mata

uang domestik naik.

- Suku bunga dan tingkat pemngembalian

investasi rendah, aliran modal ke luar negeri

meningkat. Permintaan terhadap mata uang

/valuta asing naik.

Kurs naik

Kurs turun

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2.8 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian mengenai Volatilitas Harga Saham dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya telah banyak diteliti, meskipun studi mengenai variabel

volatilitaspun masih terbilang baru. Berikut ini adalah beberapa penelitian

terdahulu yang akan dirangkum dengan singkat.

Hasil penelitian dari Hugida, lydianita dan Dr. Syuhada menunjukan

bahwa Volume Perdagangan, Inflasi, dan Nilai Tukar berpengaruh positif

signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham, sedangkan Suku Bunga SBI

berpengaruh negatif signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham. Berdasarkan

hasil uji regresi antara variabel volume perdagangan dengan volatilitas harga

saham diperoleh hasil bahwa koefisien regresi untuk variabel volume

perdagangan sebesar 0,521 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari

0,05. Uji regresi antara variabel inflasi dengan volatilitas harga saham diperoleh

hasil bahwa koefisien regresi untuk variabel inflasi sebesar 0,484 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dari 0,05. Uji regresi antara variabel nilai

tukar dengan volatilitas harga saham diperoleh hasil bahwa koefisien regresi

untuk variabel nilai tukar sebesar 0,317 dengan nilai signifikansi sebesar 0,004

lebih kecil dari 0,05. Jadi volume perdagangan, inflasi, dan nilai tukar

berpengaruh positif signifikan terhadap volatilitas harga saham. Uji regresi antara

variabel suku bunga SBI dengan volatilitas harga saham diperoleh hasil bahwa

koefisien regresi untuk variabel suku bunga sebesar -0,446 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,05 sama dengan 0,05. Jadi suku bunga SBI berpengaruh

negatif signifikan terhadap volatilitas harga saham. Selain itu volume

perdagangan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap volatilitas

harga saham.

Hasil penelitian dari Naimatul Fauziah variabel independen yaitu Volume

Perdagangan, Inflasi dan Dividend Payout Ratio berpangaruh signifikan terhadap

Volatilitas Harga Saham. Sedangkan, variabel Dividend Yield tidak berpengaruh

signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham. Dari variabel-variabel yang

mempengaruhi volatilitas harga saham di temukan variabel yang mempunyai

pengaruh paling besar terhadap volatilitas harga saham yaitu inflasi. Ini

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

karena,inflasi mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Jadi,

semakin tinggi inflasi maka volatilitas harga saham juga semakin tinggi.

Penelitian dari Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan

Perekonomian Dunia, mengatakan ketika IHSG turun tingkat volatilitas lebih

tInggi dari rata-rata yang diakibatkan oleh Panic Selling, pembahasan ini ingin

melihat siapa yang menyebabkan volatilitas di Pasar Modal Indonesia menjadi

demikian tinggi. Untuk mengetahui hal tersebut maka pada penilitan ini

digunakan uji kausalitas Granger untuk menguji apakah variabel-variabel tersebut

memiliki hubungan simultan 2 arah atau satu arah Dengan uji kausalitas ini dapat

melihat hubungan antara transaksi yang dilakukan investor asing dengan

volatilitas imbal hasil saham. Transaksi Investor Asing dilihat melalui Nilai

Transaksi (Value) dan Volume Transaksinya. Hasil menunjukan Volume

perdagangan berpengaruh secara signifikan terhadap Volatilitas IHSG sadangkan

volume transaksi asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada Volatilitas,

dan Nilai transaksi asingberpengaruh secara signifikan terhadap Volatilitas IHSG

demikian pula sebaliknya.

Hasil penelitian dari Muhammad Taqiyuddin, Taher Al habsji, Darminto

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi berpengaruh positif terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan yang berarti setiap fluktuasi inflasi bergerak

secara bersamaan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, karena

dana yang dimiliki investor yang seharusnya untuk berinvestasi di pasar modal

dialihkan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, sehingga dengan berkurangnya

investor menanamkan modalnya pada saham.Apabila banyak investor menjual

sahamnya karena penurunan dividen, maka akan berdampak pada turunnya harga

saham, yang selanjutnya akan berdampak pada penurunan kinerja Indeks Harga

Saham Gabungan. , dan variabel Tingkat Suku Bungan dan Kurs US $

berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Apresiasi nilai

tukar Rupiah menunjukan semakin membaiknya keadaan perekonomian di

Indonesia. Sebaiknya, depresiasi nilai tukar Rupiah menunjukkan resesi kondisi

perekonomian di Indonesia. Pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar yang

signifikan dikarenakan US Dollar merupakan alternatif investasi yang

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

menguntungkan terutama disaatterjadi depresiasi Rupiah. Terjadinya depresiasi

rupiah akan mendorong investor untuk memindahkan dananya ke pasar valuta

asing dengan harapan akan tingkat pengembalian yang tinggi.

Hasil penelitian dari Schwert di dalam jurnalnya menunjukkan bahwa

volatilitas harga saham secara positif dipengaruhi oleh volume perdagangan,

financial leverage, serta beberapa variabel makroekonomi seperti inflasi, tingkat

suku bunga, money growth, dan tingkat produksi industri. Tinggi rendahnya

volatilitas harga saham ini dapat dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro. Faktor

makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian secara

keseluruhan, antara lain tingkat bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas

nasional, politik, dan lain-lain yang memiliki dampak penting pada potensi

keuntungan perusahaan. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak

langsung pada perusahaan itu sendiri, seperti perubahan manajemen, harga, dan

ketersediaan bahan baku, produktivitas tenaga kerja dan faktor lain yang dapat

mempengaruhi kinerja keuntungan perusahaan individual.

Hasil penelitian dari Zan (2003) menunjukan pada Bursa Efek di Taiwan

dan Korea Selatan, menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan antara

inflasi dengan volatilitas harga saham, sedangkan harga minyak, nilai tukar, dan

suplai uang berpengaruh positif terhadap volatilitas harga saham.

Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

variabel-variabel yang ada di dalam penelitian ini secara lebih singkat dan jelas.

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Variabel Metode Hasil

1. Lydianita Hugida (2011) /

Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro

Semarang

Variabel Dependen:

Volatilitas Harga

Saham.

Variabel

Independen: volume

perdagangan, inflasi,

nilai tukar, tingkat

suku bunga (SBI).

Analisis

Regresi

Volume

perdagangan, inflasi,

nilai tukar

berpengaruh positif

signifikan dan suku

bunga (SBI)

berpengaruh negatif

signifikan terhadap

volatilitas harga

saham.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2. Naimatul Fauziah (2013)

/ Universitas Islam

Negeri Syarif

Hidayatullah

Variabel Dependen:

Volatilitas Harga

Saham.

Variabel

Independen:

Volume

Perdagangan, Inflasi,

Dividend Yield dan

Dividend Payout

Ratio.

Analisis

Regresi

Volume

Perdagangan, Inflasi

dan Dividend Payout

Ratio

berpangaruh

signifikan terhadap

Volatilitas Harga

Saham. Sedangkan,

variabel Dividend

Yield tidak

berpengaruh

signifikan terhadap

Volatilitas

Harga Saham.

3. Tim Studi Volatilitas

Pasar Modal Indonesia

dan Perekonomian Dunia

(2011) / Kementerian

Keuangan Republik

Indonesia

Badan Pengawas Pasar

Modal dan Lembaga

Keuangan

Variabel Dependen:

Volatilitas IHSG

Variabel

Independen:

Volume Transaksi

harian, volume

transaksi asing,nilai

transaksi harian,

nilai transaksi asing.

Kausalitas

Granger

Volume

perdagangan

berpengaruh secara

signifikan terhadap

Volatilitas

IHSG sadangkan

volume transaksi

asing tidak

memiliki pengaruh

yang signifikan pada

Volatilitas, dan Nilai

transaksi

asingberpengaruh

secara signifikan

terhadap Volatilitas

IHSG

demikian pula

sebaliknya.

4. Muhammad Taqiyuddin,

Taher Al habsji,

Darminto / Jurnal Profit

Volume 6 No. 2

Variabel Dependen:

Pergerakan IHSG

Variabel

Independen:

Inflasi, Suku Bunga

SBI, dan Nilai Tukar

Rp/US $.

Analisis

Regresi

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

variabel

Inflasi

berpengaruh positif

terhadap Indeks

Harga Saham

Gabungan, dan

variabel Tingkat

Suku Bungan dan

Kurs US $

berpengaruh negatif

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

terhadap Indeks

Harga Saham

Gabungan.

5. Schwert (1989) /

THE JOURNAL OF

FINANCIAL. Vol. XLIV

No.5. December 1989

Variabel

Dependen :

Volatilitas Harga

Saham

- variabel

Independen :

Volume

Perdagangan,

Leverage

Keuangan,Inflasi,

tingkat

Suku bunga,

Money growth,

dan tingkat

Produksi Industri.

Analisis

Regresi

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

semua variabel

independen

berpengaruh positif

terhadap volatilitas

harga saham.

6. Zan (2003) / The

Depatment of

Managerial Economics

and Institute of

Economics Nan-Hua

University Taiwan

Variabel

Dependen :

Volatilitas Harga

Saham

- variabel

Independen :

Inflasi, Harga

Minyak, nilai

Tukar, dan Suplai

Uang.

Analisis

Regresi

Inflasi berpengaruh

negatif terhadap

volatilitas harga

saham, sedangkan

variabel independen

lainnya berpengaruh

positif.

2.9 Hubungan Variabel Independen terhadap Variabel Dependen

2.9.1 Hubungan Volume Perdagangan terhadap Volatilitas Harga Saham

Terdapat tiga teori yang dapat dikemukakan untuk menjelaskan adanya

hubungan antara volume perdagangan saham dengan volatilitas return harga

saham. Pertama,mixture of distribution hypothesis, yang mengasumsikan bahwa

perubahan harga per transaksi berhubungan secara monoton dengan volume

transaksi yang bersangkutan. Keduanya berhubungan dengan aliran informasi

yang masuk sehingga menimbulkan hubungan antara volume dan pergerakan

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

harga (mixing variable). Kedua, difference in opinion model, yang

mengemukakan apabila informasi publik berubah dari menguntungkan menjadi

tidak menguntungkan atau sebaliknya, maka investor mempunyai keyakinan yang

berbeda mengenai nilai saham sehingga menimbulkan transaksi perdagangan.

Ketiga,asymmetric information model, yang mengemukakan bahwa investor yang

berinformasi (informed investor) akan melakukan transaksi berdasarkan informasi

privat yang diperolehnya. Karena itu, semakin banyak transaksi yang dilakukan

investor, semakin tinggi pula volatilitas harga saham dikarenakan munculnya

informasi privat. Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia Dan

Perekonomian Dunia (2011).

Menurut Lydianita Hugida (2011) hubungan antara volume dengan

volatilitas yaitu volume berpengaruh terhadap volatilitas karena volume

mencerminkan informasi yang diterima oleh pelaku pasar (Chan dan Fong, 2000).

Apabila tidak ada informasi mengenai saham, maka investor lebih cenderung

untuk tetap memegang saham mereka (hold), sehingga volume perdagangan

menurun karena tidak banyak saham yang dijual, maka hal tersebut akan

mengakibatkan volatilitasnya rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila investor

menerima informasi yang banyak mengenai suatu saham, maka investor akan

banyak menjual saham mereka, hal ini akan berakibat meningkatnya volume

perdagangan. Akibat dari peningkatan volume perdagangan tersebut, maka

volatilitasnya juga akan naik.

2.9.2 Hubungan Inflasi terhadap Volatilitas Harga Saham

Menurut penelitian Taqiyuddin, Muhammad, dkk. Inflasi dapat

menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena

inflasi dapat mengalahkan sumberdaya dari investasi yang produktif ke investasi

yang tidak produktif sehingga mengurangi kapasitas ekonomi produktif. Inflasi

dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil bagi keputusan ekonomi.

Jika sekiranya konsumen memperkirakan bahwa tingkat inflasi dimasa mendatang

akan naik, maka akan mendorong mereka untuk melakukan pembelian

barangbarang dan jasa secara besar-besaran pada saat sekarang ketimbang mereka

menunggu dimana tingkat harga sudah meningkat lagi. Begitu pula halnya dengan

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

bank atau lembaga peminjaman lainnya, jika sekiranya mereka menduga bahwa

tingkat inflasi akan naik dimasa mendatang, maka mereka akan mengenakan

tingkat bunga yang tinggi atas pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi

dalam menghadapi penurunan pendapatan riil dan kekayaan. Naiknya inflasi di

sebabkan kenaikan jumlah uang yang beredar, turunya suku bunga dan

permintaan barang juga meningkat.

Menurut penelitian Lydianita Hugida (2011) Peningkatan tingkat inflasi

akan menyebabkan kebijakan ekonomi yang lebih ketat dan akan membuat efek

negatif terhadap harga saham. Efek negatif yang diterima oleh harga saham ini

tentunya akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimiliki, sehingga

akan berakibat meningkatnya volatilitas harga saham.

Dalam Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan

Perekonomian Dunia (2011) Kebijakan moneter, dengan berbagai dampak

langsung maupun tidak langsung yang ditimbulkannya, juga berpengaruh

signifikan terhadap volatilitas return saham. Bank sentral di banyak negara

menetapkan tingkat suku bunga jangka pendek, yang perubahannya dapat

berdampak terhadap yield curve. Hal ini merupakan contoh dampak langsung dari

kebijakan moneter. Bank sentral juga dapat melakukan operasi pasar tertentu

dengan tujuan mengendalikan jumlah uang yang beredar. Hal ini menimbulkan

dampak tidak langsung dari kebijakan moneter, misalnya inflasi dan nilai tukar

mata uang asing. Schwert (1989) menemukan bahwa tingkat volatilitas secara

signifikan dipengaruhi oleh inflasi, tingkat suku bunga, dan pertumbuhan jumlah

uang beredar. Hal serupa juga terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Zan

(2003) dan Dritsaki (2003).

2.9.3 Hubungan Nilai Tukar terhadap Volatilitas Harga Saham

Menurut Mohamad Samsul (2006) dalam Hugida, Lydianita, perubahan

satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap harga

saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya

terkena dampak negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi

kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif terhadap

harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan yang berorientasi ekspor akan

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini

berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di

Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif

akan mengalami kenaikan harga sahamnya. Bagi investor sendiri, depresiasi

rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia

suram. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor fundamental

perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga dolar Amerika akan menguat dan

akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Sunariyah, 2006). Hal

ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila hendak berinvestasi di bursa

saham Indonesia (Ang, 1997).

Penelitian Zan (2003) dalam Hugida, Lydianita dan Syuhada Sofian

(2011) menunjukkan hubungan yang positif Antara volatilitas harga saham

dengan nilai tukar. Hal ini terjadi karena pada saat nilai tukar dalam negeri

mengalami depresiasi, nilai indeks di BEI akan menurun, hal ini disebabkan oleh

return yang lebih tinggi di pasar uang dan investor lebih tertarik untuk

menanamkan uangnya di pasar uang. Penurunan indeks ini akan membuat

investor tetap memegang sahamnya (hold) sehingga tidak banyak terjadi

penjualan saham, maka hal ini berakibat volatilitas harga saham yang cenderung

rendah.

2.10 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Hipotesis Penelitian

2.10.1 Kerangka Pemikiran

Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu

negara, karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi

dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

Definisi dari pasar modal menurut Tandelilin (2010:26) adalah sebagai

berikut:

“Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki

kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

memperjual belikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga

bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan

obligasi”.

Dengan kata lain Pasar modal dapat disimpulkan sebagai perantara

bertemunya antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus fund) atau

investor dengan pihak yang memerlukan dana atau emiten dalam kegiatan

investasi yang memperjual-belikan berbagai instrument keuangan. Sedangkan

tempat berlangsungnya jual-beli antar sekuritas-sekuritas tersebut disebut sebagai

Bursa Efek.

Sekuritas di pasar modal salah satunya adalah saham, Sunariyah

(2011:125) mengemukakan bahwa:

“Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau

pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah

perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham

menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik

sebagian dari perusahaan tersebut”.

Dalam penelitian Istanti (2009) Harga saham dapat dikatakan sebagai

indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, dimana kekuatan pasar

ditunjukkan dengan terjadinya transaksi perdagangan saham perusahaan di pasar

modal. Terjadinya transaksi tersebut didasarkan pada hasil pengamatan para

investor terhadap prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

(informasi-informasi yang dimiliki oleh pemegang saham).

Pada prinsipinya semakin baik prestasi perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan, akan meningkatkan permintaan saham perusahaan yang bersangkutan

sehingga harga pasar saham akan mengalami peningkatan. Apabila keadaan yang

terjadi adalah sebaliknya maka hal ini akan menurunkan harga pasar saham

perusahaan yang bersangkutan.

Pasar modal memiliki beberapa fungsi bagi masyarakat maupun

pemerintah atau pihak yang terkait di dalamnya. Fungsi dari pasar modal itu

sendiri adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Tabungan (Saving Function)

2. Fungsi Kekayaan (Wealth Funtion)

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

3. Fungsi Likuiditas (Liquidity Funtion)

4. Fungsi Pinjaman (Credit Function)

Masyarakat yang menanamkan modalnya di pasar modal, memiliki tujuan

atau harapan untuk mendapatkan keuntungan yang akan diperoleh dalam jangka

waktu tertentu yang sering disebut sebagai investasi.

Definisi dari investasi itu sendiri menurut Tandelilin (2010:2) sebagai

berikut.

“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

sejumlah keuntungan di masa datang”.

Dengan kata lain, investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan

oleh individu atau organisasi untuk satu atau lebih aktiva yang dimilikinya dan

berjangka waktu lama, dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang

akan datang. Bila dikaitkan investasi dengan pasar modal, para investor memiliki

pengharapan pada saham yang dimilikinya saat ini akan mengalami kenaikan

harga saham atau sejumlah dividen di masa datang agar investor mendapatkan

keuntungan sebagai imbalan atas waktunya. Selain investor mendapatkan return

atau keuntungan atas investasinya investasinya terdapat hal yang tidak bisa

dihindari oleh investor di pasar modal yaitu resiko. Resiko terjadinya kerugian

atas asset yang kita tanamkan, karna pasar modal sangat sensitif terhadap segala

informasi baik yang bad news atau yang good news yang berkaitan dengan

perusahaan yang bersangkutan bahkan dengan keadaan ekonomi suatu Negara.

Terdapat ungkapan/asumsi bahwa high risk high return. Dimana apabila kita

berinvestasi dengan pengharapan retun yang tinggi akan terdapat risiko yang

tinggi pula.

Risiko yang dihadapi oleh para invetor ada dua kelompok utama, yang

pertama adalah risiko tidak sistematis, dan risiko sistematis. Risiko tidak

sistematis menurut Sunariyah (2011:190) adalah sebagai berikut.

“Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang terkait dengan suatu

saham tertentu yang umumnya dapat dihindari atau diperkecil

melalui diversifikasi”.

Sedangkan Risiko sistematis menurut Sunariyah (2011:190)

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

“Risiko sistematis merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan

berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan.

Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh pemodal melalui

diversifikasi manapun”.

Risiko pasar yang bersifat umum diantaranya adalah faktor-faktor

ekonomi, faktor-faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian

seperti politik, sosial, keamanan, dan lain-lain dan faktor-faktor yang secara

langsung mempengaruhi perekonomian seperti inflasi, nilai tukar rupiah terhadap

mata uang asing (kurs), tingkat suku bunga, tingkat pengangguran, neraca

pembayaran dan neraca perdagangan serta yang mempengaruhi faktor-faktor

perekonomian yang lainnya.

Perkembangan yang terjadi pada bagian variabel ekonomi suatu Negara

akan memberikan pengaruh kepada pasar modal. Apabila suatu indikator ekonomi

makro jelek maka akan berdampak buruk bagi perkembangan pasar modal, begitu

pula sebaliknya (Sunariyah, 2011:21).

Perubahan terhadap pasar modal akibat pengaruh dari faktor-faktor

ekonomi tersebut akan mempengaruhi pola prilaku investor yang akan berdampak

pada perubahan harga saham, naik atau turunnya harga saham terjadi karena

proses permintaan dan penawaran atas suatu saham.

Bila kenaikan dan penurunan harga saham terjadi terus menerus selama

beberapa hari, maka akan diikuti dengan arus balik. Karena terjadi overreaction

atau mispriced. Overreaction terjadi karena terlalu optimistis atau pesimistis

dalam menanggapi suatu peristiwa yang diperkirakan berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan di masa datang. Terlalu optimisstis atau pesimistis

mempercepat kenaikan atau penurunan harga saham sehingga ada unsur

mispriced. Oleh karena itu, investor harus hati-hati terhadap pergerakan harga

saham yang terlalu cepat naik atau terlalu cepat turun dengan tajam atau istilahnya

terjadi volatilitas harga saham.

Adanya volatilitas akan menyebabkan resiko dan ketidakpastian yang

dihadapi investor semakin besar sehingga minat investor untuk berinvestasi

menjadi tidak stabil. Kartika, Andi (2010)

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Volatilitas Harga Saham/Stock Price Volatility (PV) menurut Lorie

(1985:184) dalam penelitian Napitupulu dan Syahyunan (2012) volatilitas

adalah bagian dari variabilitas total akibat sensitivitas terhadap perubahan pasar

yang merupakan risiko sistematis dan tidak dapat dihindari. Hal ini diukur dengan

koefisien beta. Portofolio yang efisien tidak memiliki risiko tambahan, dan

volatilitas adalah satu-satunya sumber variabilitas tingkat pengembalian.

Volatilitas merupakan ukuran terhadap sebaran/dispersi di sekitar rata-rata hasil

dari sebuah sekuritas.

Tinggi rendahnya volatilitas harga saham ini dapat dipengaruhi oleh faktor

makro dan mikro. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

perekonomian secara keseluruhan, antara lain inflasi dan nilai tukar. Sedangkan

faktor mikro adalah volume perdagangan.

Volume perdagangan adalah banyaknya lembaran saham suatu emiten

yang diperdagangkan di pasar modal, artinya semakin besar volume perdagangan,

maka semakin sering saham tersebut diperjualbelikan. Hal ini mengindikasikan

bahwa saham tersebut aktif dan diminati oleh para investor sehingga dapat

mengalami kenaikan harga. Profits Buletin Vol. XIII (2013).

Hasil penelitian Tandelilin (1997) dalam Kodrat dan Kurniawan

(2010:265) membuktikan bahwa variable makro mempengaruhi risiko yaitu

tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan perubahan GDP. Walaupun secara

bersama-sama variable-variable tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap

risiko sistematis namun tingkat suku bunga secara parsial terbukti berpengaruh

signifikan terhadap risiko sistematis.

Menurut Winarno dan Sujana (2010:253) pengertian inflasi adalah

kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya uang (kertas) yang beredar

sehingga harga barang mengalami peningkatan; keadaan yang menunjukan

berkurangnya daya beli masyarakat dalam masa tertentu karena besarnya jumlah

uang (kertas) yang beredar melebihi jumlah barang dan jasa yang tersedia.

Menurut Murni (2010:230) nilai tukar menggambarkan berapa banyak

suatu mata uang harus diperuntukan untuk memperoleh satu unit mata uang lain.

Istilah lain dari rasio pertukaran tersebut adalah nilai tukar (exchange rate) atau

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

disebut juga kurs valuta asing. Sunariyah (2011:23) berpendapat bahwa

menurunnya kurs dapat meningkatkan biaya impor bahan baku dan meningkatkan

suku bunga walaupun dapat meningkatkan nilai ekspor. Munurunnya kurs rupiah

terhadap mata uang asing memiliki pengaruh negatife terhadap ekonomi dan pasar

modal.

Berdasarkan keterangan-keterangan penjelasan tersebut dalam penelitian

ini, variabel-variabel yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui volatilitas

harga saham suatu perusahaan adalah Volume Perdagangan, Inflasi menggunakan

(IHK), dan Nilai Tukar Rupiah (Rp) terhadap Dollar (USD).

Berdasarkan tujuan penelitian, landasan teori, dan hasil penelitian

sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka berikut adalah

paradigma penelitian dan kerangka pemikiran yang akan dituangkan dalam bagan

berikut.

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian

X1

X2

X3

Volume perdagangan

Tingkat inflasi

Nilai tukar

Volatilitas harga saham

Price Volatility (PV)

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

keterangan:

yang di teliti

yang tidak di teliti

Pasar Modal

Investasi

Saham Reksadana Obligasi

Resiko

Resiko tidak sistematis Resiko sistematis

Volatilitas Harga

Saham (Y)

Nilai Tukar (X3)

Financial Leverage

Volume Perdagangan (X1)

Inflasi (X2)

Perubahan Manajemen Politik

Keamanan

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar ...

2.10.2 Perumusan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penyusunan dari latar belakang, identifikasi masalah, tujuan

penelitian, dan kerangka pemikiran diatas, maka peneliti merumuskan perumusan

hipotesis penelitian dengan variabel-variabel yang terkait di dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Volume Perdagangan, Inflasi, dan Nilai Tukar (Rp/USD) berpengaruh

terhadap Volatilitas Harga Saham indeks LQ45 yang terdaftar dalam Bursa

Efek Indonesia periode 2010-2013 secara simultan.

2. Volume Perdagangan, Inflasi, dan Nilai Tukar (Rp/USD) berpengaruh

terhadap Volatilitas Harga Saham indeks LQ45 yang terdaftar dalam Bursa

Efek Indonesia periode 2010-2013 secara parsial.