BAB II LANDASAN TEORI 2.1 NALAR DARI TIAP KONSEP · Sistem pengupahan itu adalah sebagai berikut:...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 NALAR DARI TIAP KONSEP · Sistem pengupahan itu adalah sebagai berikut:...
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 NALAR DARI TIAP KONSEP
Berikut ini penulis akan mengemukakan teori-teori yang dapat menunjang
materi pembahasan.
2.1.1 Gaji atau upah
Dalam melakukan suatu pekerjaan setiap orang tentu mengharapkan
imbalan dari apa yang telah dihasilkan. Imbalan tersebut dapat berupa gaji atau
upah yang biasa dipakai dalam organisasi atau perusahaan terhadap karyawannya.
Upah adalah pengganti jasa yang telah diserahkan oleh pekerja kepada
pihak lain atau majikan, menurut Hadi Purnomo yang disadur oleh Heidurachman
Ranupandoyo dan Suad Husnan (1982 :129).
Dan secara sederhana, menurut Edwin B. Flippo (1987 : 4 ) ,
" A wage is a price for the service of human being "
" Upah adalah harga dari jasa manusia "
Pembayaran gaji atau upah dalam suatu organisasi atau perusahaan kepada
karyawan merupakan hal yang sudah menjadi kebiasaan. Pembayaran sebagai
penghasilan adalah metode tradisional yang menghubungkan tingkat pembayaran
untuk sejumlah output dari individu atau kelompok kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah adalah :
1. Penawaran dan Permintaan tenaga kerja
Meskipun hukum ekonomi tidaklah bisa ditetapkan secara mutlak dalam
masalah tenaga kerja, tetapi tidak bisa diingkari bahwa hukum penawaran dan
permintaan tetap mempeprjaruhi. Untuk pekerjaan yang membutuhkan
ketrampilan (skill) tinggi, dan jumlah tenaga kerjanya langka. Maka upah
cenderung tinggi. Sedang kan untuk jabatan-jabatan yang mempunyai
"Penawaran" yang melimpah upah cenderung turun.
2. Organisasi Buruh
Ada tidaknya organisasi buruh, serta lemah kuatnya organisasi buruh akan ikut
mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat,
berarti posisi karyawan juga kuat, akan menaikkan tingkat upah. Demikian
pula sebaliknya.
3. Kemampuan untuk membayar
Meskipun mungkin Serikat Buruh menuntut upah yang tinggi, tetapi akhirnya
realisasi pemberian upah akan tergantung juga pada kemampuan membayar
dari perusahaan. Bagi perusahaan upah merupakan salah satu kcmponen biaya
produksi. Tingginya upah akan mengakibatkan naiknya biaya produksi dan
akhirnya akan mengurangi keuntungan. Kalau kenaikan biaya produksi sampai
mengakibatkan kerugian perusahaan, maka jelas perusahaan akan tidak mampu
memenuhi fasilitas karyawan.
4. Produktivitas
Upah sebenamya merupakan imbalan atas prestasi karyawan. Semakin tinggi
prestasi karyawan seharusnya semakin besar pula upah yang akan diterima.
Prestasi ini biasa dinyatakan sebagai produktivitas.
5. Biayahidup
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya hidup. Di kota-kota
besar biaya hidup tinggi dan upah juga ceriderung tinggi. Bagaimanapun
nampaknya biaya hidup merupakan batas penerimaan upah dari para karyawan.
6. Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga mempengaruhi tinggi
rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bawah
dari tingkat upah yang akan dibayarkan.
(SuadHusnan, 1982:130)
2.1.2 Pengupahan Insentif
Insentif adalah setiap sistem kompensasi yang menawarkan kepada
pekerja untuk dapat mencapai hasil yang lebih besar
Sedangkan pengupahan insentif dimaksudkan untuk memberikan upah atau gaji
yang berbeda karena memang prestasi kerja yang berbeda. Jadi dua orang
karyawan yang mempunyai jabatan yang sama bisa menerima upah yang berbeda
karena prestasi kerja yang berbeda pula. Gaji atau upah dasar merekahs memang
sama, tetapi karena prestasi yang berbeda, misalnya yang satu bekerja di atas
standar produksi, maka ia akan menerima tambahan upah (bonus) karena prestasi
kerjanya. Pelaksanaan sistem upah insentif ini dimaksudkan perusahaan terutama
untuk meningkatkan produktivitas karyawan, dan mempertahankan karyawan
yang berprestasi untuk tetap berada dalam perusahaan.
Dasar utama dalam pemberian insentif adalah untuk meningkatkan output
dan efisiensi, juga sebagai upaya meningkatkan motivasi pekerja agar mereka
mau bekeija dengan produktivitas yang tinggi. Mengingat bahwa insentif
mempunyai peranan yang cukup penting dihubungkan dengan kepentingan
perusahaan dan karyawan maka dari iru pemberian insentif ini harus dilakukan
dengan hati-hati dan dengan penuh perhitungan oleh perusahaan.
Agar sistem pengupahan insentif tersebut bisa berhasil, sifat-sifat dasar
yang perlu diperhatikan adalah : ( Suad Husnan 1982 : 153 )
D Pembayarannya hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung
oleh karyawan sendiri.
D Penghasilan yang diterima buruh hendaknya langsung menaikkan output dan
efisiensi.
D Pembayaran hendaknya ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang
terlalu tinggi ataupun terlalu rendah sama tidak baiknya.
TJ Besamya upah normal dengan standar kerja per jam hendaknya cukup
merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.
2.1.3 Metode Pemberian Insentif
Untuk karyawan bagian produksi, terdapat berbagai macam sistem
pengupahan . Sistem pengupahan yang biasa digunakan berdasarkan atas piece
rate (unit yang dihasilkan) atau time bonuses ( premi berdasarkan waktu).
10
Sistem pengupahan itu adalah sebagai berikut:
1. Piece rate
a. Straight Piecework Plan ( Upah Perpotong Proporsional)
Pada sistem ini , upah yang diterima seorang pekerja adalah atas dasar
seluruh produk yang dihasilkan dikalikan tarif upah perpotong.
Cara penentuannya:
- Jika pekerja berhasil mencapai atau dibawah output standar produksi,
rumusnya : U = Ha x Rh
- Jika pekerja berhasil melebihi output standar produksi,
rumusnya: U = N x Rp
Keterangan: U : Upah yang berhak diterima
Ha: Jumlah jam kerja operator yang sebenamya
Rh: Tarif upah persatuan waktu untuk output standar
N : Jumlah output yang dihasilkan
Rp : Tarif upah persatuan produk atas standar produksi
b. Taylor Piecework Plan (Upah Perpotong Taylor)
Pada sistem ini, mereka yang berhasil mencapai atau melebihi output
standar produksi akan menerima upah perpotong yang lebih besar daripada
mereka yang bekerja dibawah output standar
Cara penentuannya:
-.Jika pekerja berhasil mencapai atau melebihi output standar produksi,
rumusnya : U = N x Rp
1]
-.Jika pekerja tidak berhasil mencapai atau dibawah output standar
produksi,
rumusnya: U = N x Rpl
Keterangan : U = Upah yang diterima
N = Jumlah output yang dihasilkan
Rp = Tarifupahpersatuanprodukatas standar produksi
Rp 1 = Tarif upah perpotong untuk dibawah output standar
c. Group Piecework Plan (Upah Perpotong Kelompok)
Pada sistem ini, menentukan dahulu standar untuk kelompok kemudian
untuk kelompok yang berhasil mencapai atau diatas standar maka
menghitungnya adalah unit yang dihasilkan kelompok dikalikan tarif
perunit Sedangkan untuk kelompok yang tidak berhasil mencapai atau di
bawah standar, maka menghitungnya adalah jam kerja dikalikan tarif
perjamnya.
2. Time bonuses
a. Premi berdasarkan waktu yang dihemat.
Pada sistem ini terdapat tiga metode yaitu Halsey Plan, 100 percent
premium plan dan Bedaux plan. Perbedaan dan ketiga metode ini hanyalah
terletak pada persentase premi yang diberikan. Persentase yang diberikan
oleh Halsey plan sebesar 50%, 100% premium plan dan 75% oleh Bedaux
plan.
b. Premi berdasarkan atas waktu pengerjaan
12
Pada sistem ini terdapat dua cara yaitu Rowan plan dan Emerson plan yang
menggunakan tabel efisiensi.
c. Premi diberikan atas dasar waktu standar
Pada cara ini premi yang diberikan sebesar 10%,
dengan rumus: U = ( N x Rp ) + ( 10% x (N x Rp ))
* Penentuan Tarif Upah Persatuan Produk Atas Standar Produksi
Tarif upah persatuan produksi atas standar produksi adalah upah minimum
regional (UMR) atau upah pokok perhari yang akan dibagi dengan output
standar yang telah diperoleh.
Rp = upah pokok perhari
output standar
* Penentuan Tarif Upah Persatuan Waktu untuk Output Standar
Tarif upah persatuan waktu untuk output standar merupakan upah pokok
perhari dibagi dengan jumlah jam kerja dari operator yang sebenarnya.
Rh = upah pokok perhari
Ha
Dan sislem manapun yang akan kita pilih , hendaknya sistem tersebut
mampumemenuhi tujuan yang telah ditetapkan yaitu meningkatkan output dan
efisiensi.
2.1.4 Pengukuran Waktu Kerja
Penelitian kerja dan analisa metode kerja pada dasarnya akan memusatkan
perhatiannya pada bagaimana suatu macam pekerjaan akan diselesaikan. Dengan
13
mengaplikasikan prinsip dan teknik pengaturan cara kerja yang optimal dalam
sistem kerja tersebut, maka akan diperoleh altematif metode pelaksanaan kerja
yang dianggab memberikan hasil yang paling efektif dan efisien. Suatu pekerjaan
akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya
berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku (standard time)
penyelesaian pekerjaan guna memilih alternatif metoda kerja yang terbaik, maka
perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja. Pengukuran
kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang
dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.
Pada garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu kerjaini dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu pengukuran kerja secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung karena pengukuran dilakukan di tempat pekerjaan yang diukur.
Dua cara termasuk didalamnya adalah cara pengukuran dengan menggunakan jam
henti (stop-watch time study) dan sampling kerja (work sampling). Sebaliknya
cara tidak langsung melakukan penghitungan waktu kerja tanpa si pengamat harus
di tempat pekerjaan yang diukur yaitu dengan membaca tabel-tabel waktu yang
tersedia asalkar. mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen
pekerjaan. Pengukuran kerja secara langsung terutama pengukuran dengan jam
henti merupakan aktivitas yang mengawali dan menjadi landasan untuk kegiata-
kegiatan pengukuran kerja yang lain.
Pengukuran waktu kerja dengan-jam henti (stop-watch time study) baik
diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang. Dari
hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu
14
siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standar
penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan
yang sama seperti itu.
Langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti
secara sestematis ditunjukkan sebagai berikut: ( Wignjosoebroto 1995:176 )
15
Gambar 2.1Langkah-Langkah Sistematik Dalam Kegiatan Pengukuran Kerja
Dengan Jam Henti
LANGKAH PERSIAPANPilih dan definiskan pekerjaan yang akan diukur dan akanditetapkan waktu standartnya.Informasikan maksud dan tujuan pengukuran kerja kepadasupervisoe/pekerj a.Pilih operator dan cacat semua data yang berkaitan dengansistem operasi kerja yang akan diukrur waktunya
ELEMENTAL BREAKDOWNJagi siklus kegiatan yang berlangsung ke dalam elemen-elementegiatan sesuai dengan aturan yang ada,
PENGAMATAN DAN PENGUKURANLaksanakan pengamatan dan pengukuran waktu sejumlah Npengamatan untuk setiap siklus/elemen kegiatan (Xj, X2,
,Xn)Tetapkan performance rating dari kegiatan yang ditunjukkanoperator
CHEK KESERAGAMAN DAN KECUKUPAN DATA- Keseragaman data:
- Common sense (subjektif)- Batas - batas kontrol ± 3 SD
- Kecukupan data
/XT™1 V \\ / j j \ : J
K J
Buang data ekstrim Tidakj i •
Waktu normal = waktu observasi rata-rata x performance rating
Waktu standard = waktu normal x100%
100%-%allowancejam/unit
Output standard =1
Waktu standard— unit/jam
N'=N
16
Dalam pengukuran kerja, hasil pengukuran tersebut dapat digunakan
untuk maksud pemberian insentif atau bonus ataupun sebagai dasar untuk
penetapan upah kerja. Tujuan utama dari pengukuran kerja adalah waktu baku
yang harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu baku pada dasamya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu
sistem kerja tersebut. Maka waktu kerja yang hendak dibakukan hendaknya
merupaJcan waktu kerja yang diperoleh dari kondisi dan metode kerja yang baik.
Agar pengukuran dapat diandalkan hasilnya maka harus dipilihkan operator yang
berkemampuan normal bukannya yang berkemampuan tinggi ( di atas normal )
supaya nantinya waktu baku yang akan ditetapkan mampu diikuti rata-rata
operator yang ada. Bukan juga untuk operator yang berkemampuan rendah karena
dapat dipastikan bahwa rata-rata operaator akan mampu melampaui waktu baku
yang ditetapkan nantinya, sehingga perusahaan akan rugi karena harus membayar'
upah insentif yang besar sekali.
Umumnya dalam pelaksanaan pengukuran kerja dilakukan terlebih dahulu
membagi operasi menjadi elemen-elemen kerja dan mengukur masing-masing
elemen kerja tersebut.
Pemecahan operasi menjadi elemen-elemen kerja perlu dilakukan dengan alasan-
alasan sebagai berikut:
0 Cara terbaik untuk menggambarkan suatu operasi adalah dengan membagi ke
dalam elemen-elemen kerja yang lebih detail dan mampu untuk diukur dengan
mudah secara terpisah.
!7
0 Besarnya waktu baku bisa ditetapkan berdasarkan elemen-elemen pekerjaan
yang ada.
0 Dengan membagi ke dalam elemen-elemen kerja maka akan dapat dianalisa
waktu-waktu yang berlebihan yntuk tiap-tiap elemen yang ada atau waktu
yang terlalu singkat untuk elemen kerja yang lain.
0 Dengan pembagian operasi kerja ke dalam elemen-elemen kerja maka
performance rating untuk setiap elemen kerja ini akan bisa diaplikasikan.
Langkah selanjutnya setelah pembagian elemen kerja adalah :
a. Menguji kenormalan data.
Pengujian kenormalan data bermaksud untuk menduga pola distribusi dari data
pengukuran. Pengujian ini dapat menggunakan bantuan program SPSS.
b. Menguji keseragaman data.
Uji keseragaman data perlu kita lakukan terlebih dahulu sebelum kita
menggunakan data yang diperoleh guna menetapkan waktu standar. Uji
keseragaman data bisa dilaksanakan dengan cara visual atau mengaplikasikan
peta control ( control chart).
Dengan rumus:
UCL = X + 3-SD
c. Menguji kecukupan data
Uji kecukupan data dengan menggunakan rumus :
18
Apabila N' < N menunjukkan bahwa banyak data pengamatan awal dianggab
sedah cukup. Apabila N' > N menunjukkan bahwa data pengamatan awal
belum cukup, perlu diadakan pengamatan awal kembali untuk menambah data
awal sehingga diperoleh N'< N dengan cara perhitungan yang sama.
2.1.4.1Penyesuaian Waktu dengan Rating Performance Kerja
Rating Performance adalah aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi
kecepatan kerja operator. Metode yang digunakan untuk menentukan faktor
penyesuaian adalah Westing House System's Rating. Metode ini
memperhitungkan 4 faktor yang mempengaruhi performance yaitu kecakapan
(skill), usaha (effort), kondisi kerja (working condition), keajegan (consistency).
Tabel Performance Ratings Dengan Sistem Westing House( sumber Wignjosoebroto 1995 : 205 )
+ 0,15 Al+ 0,13 A2+ 0,11 Bl+ 0,08 B2+ 0,06Cl+ 0,03 C2
0,00 D-0,05 El-0.10E2-0.16F1- 0,22 F2
+ 0,06 A+ 0,04 B+ 0,02 C
0,00 D- 0,03 E- 0,07 F
SKILLSuperskill
Excellent
Good
AverageFair
Poor
CONDITIONIdeal
ExcelentGood
AverageFairPoor
+ 0,13 Al+ 0,12A2+ 0.10B1+ 0,08 B2+ 0,05Cl+ 0,02 C2
0,00 D-0,04 El- 0,08 E2-0,12 Fl-0,17F2
EFFORTSuperskill
Excelent
Good
AverageFair
Poor
CONSISTENCY+ 0,04 A+ 0,03 B+ 0,01 C
0,00 D- 0,02 E-0.04F
IdealExcelent
GoodAverage
FairPoor
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan,
maka hal ini dilakukan dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan cara
19
mengalikan waktu pengamatan rata-rata ( bisa waktu siklus ataupun waktu untuk
tiap-tiap elemen ) dengan faktor penyesuaian atau rating "P" dari faktor ini adalah
sebagai berikut:
• Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja diatas batas kewajaran
(normal) itfaka rating faktor ini akan lebih besar daripada satu (P > 1 atau P
> 100%).
• Apabila operator bekerja terlalu Iambat yaitu bekerja dengan kecepatan
dibawah kewajaran ( normal ) maka rating faktor akan lebih kecil daripada
satu ( P < 1 atau P < 100%).
• Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating fator ini
diambil sama dengan satu ( P = 1 atau P = 100 %).
Untuk kondisi kerja dimana operasi secara penuh dilaksanakan oleh mesin maka
waktu yang diukur dianggab merupakan waktu yang normal.
2.1.4.2 Penetapan Waktu Longgar (Allowance)
Pada kenyataannya kita akan melihat bahwa tidaklah bisa diharapkan
operator tersebut akan mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari tanpa
adanya interupsi sama sekali. Di sini kenyataannya operator akan sering
menghentikan kerja dan membutuhkan waktu-waktu khusus untuk keperluan
seperti personal needs, istirahat melepas lelah dan alasan-alasan lain yang diluar
kontrolnya. Waktu longgar yang dibutuhkan dan akan menginterupsi proses
produksi ini bisa diklasifikasikan menjadi personal allowance, fatigue allowance
dan delay allawance.
20
Kelonggaran Waktu Untuk Kebutuhan Personal (Personal Allowance)
Pada dasarnya setiap pekerja haruslah diberikan kelonggaran waktu untuk
keperluan yang bersifat kebutuhan pribadi. Meskipun jumlah waktu longgar untuk
kebutuhan personil yang diperlukan ini akan bervariasi tergantung pada individu
pekerjanya dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang berat dan kondisi kerja
yang tidak enak akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk personil ini lebih
besar.
Kelonggaran Waktu Untuk Melepaskan Lelah (Fatigue Allowance)
Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya
adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak (lelah mental) dan kerja fisik.
Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang diijinkan untuk
istirahat melepas lelah ini sangat sulit dan kompleks sekali. Disini waktu yang
dibutuhkan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung pada individu yang
bersangkutan, interval waktu dari siklus kerja dimana pekerja akan memikul
beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan faktor-faktor
lainnya.
Kelonggaran Waktu Karena Keterlambatan-Keterlambatan (Delay Allowance)
Keterlambatan atau delay bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang sulit untuk
djhindarkan (unavoidable delay), tetapi bisa juga disebabkan oleh beberapa faktor
yang sebenarnya masih bisa untuk dihindari. Keterlambatan yang terlalu
21
lama/besar tidak akan dipertimbangkan sebagai dasar untuk menetapkan waktu
baku.
2.1.4.3 Perhitungan Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu operasi kerja yang menunjukkan bahwa
seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan
pekerjaannya pada kecepatan atau tempo kerja yang normal. Untuk menormalkan
waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau kecepatan
yang berubah-ubah, maka digunakan rumus :
Wn= x x PR
Dimana: Wn : Waktu normal
PR : Performance rating
x : Rata-rata data pengamatan awal
2.1.4.4 Perhitungan Waktu Stan da r
Waktu standar adalah waktu normal dengan ditambahkan dengan jumlah
prosentase waktu kelonggaran per hari kerja.
100 %Ws= Wn x
( 100%-% Allowance)
Dimana: Ws : Waktu standar
Wn: Waktu normal
Output standar adalah jumlah output yang dapat dihasilkan per satuan
waktu.
22
1Os=
Ws
2.1.5 Sistem Informasi Manajemen (SIM)r-
Setiap bidang fungsional atau departmen mempunyai sistem untuk
menggabungkan dan menggunakan informasi. Dalam perusahaan industri yang
besar, biasanya terdapat sistem untuk marketing, produksi dan informasi
akuntansi.
SIM atau MIS ( Manajemen Information System ) adalah suatu sumber
daya organisasional. ( Me Leod, 1996 : 20 ). SIM dimaksudkan untuk
menyediakan informasi yang mendukung suatu perencanaan, pengendalian
(control) dan juga membantu operasi manajemen dan pembuatan keputusan dari
persediaan informasi masa lalu, sekarang dan yang akan datang tentang informasi
internal dan kebijaksanaan eksternal.
SIM diatur untuk menyeleksi data dari proses transaksi dan dari
lingkungan organisasi ( kompetisi, perundang-undangan, perekonomian ) untuk
mengembangkan dan memperluas penggunaan informasi di dalam manajemen.
Dalam hal ini melibatkan manusia, prosedur-prosedur, lingkungan, model-model
dan data.
23
2.1.5.1 Konsep Dasar Sistem
Seorang manajer harus memandang organisasinya sebagai suatu sistem.
Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang
sama untuk mencapai suatu tujuan. ( Me. Leod, 1996 : 13 )
Semua sistem tidak memiliki kombinasi elemen-elemen yang sama, tetapi
susunan dasar, dimana sumber daya input diubah menjadi sumber daya output.
Sumber daya mengalir dan elemen input melalui elemen transformasi kepada
elemen output.
2.1.5.2 Konsep Dasar Informasi
Informasi merupakan pengumpulan data yang. diperoleh dan kemudian
diproses dengan baik. Orane^dalam suatu organisasi layak menerima informasi
dalam bentuk yang tepat dan pada saat yang tepat sehingga informasi tersebut
dapat dimanfaatkan.
Informasi ini begitu penting karena dengan adanya informasi ini dapat
membuat orang jadi tahu (berpengetahuan). Memanajemen setiap informasi dapat
membuat orang berpengetahuan tetapi belum tentu infonn&si itu penting bagi
setiap orang.
2.1.5.3 Konsep Dasar Manajemen
Manajemen mempunyai definisi suatu usaha mengalokasikan dan
mengevaluasi penggunaan sumber daya (baik mesin, manusia dan informasi)
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Selain itu manajemen mempunyai
24
fungsi sebagai perencanaan, pengoperasian, pengkoordinasian, pengarahan dan
pengendalian. Manajemen dibagi dalam 3 jenjang atau tingkat yaitu :
• Top Manajemen
• Middle Manajemen
• Operational Manajemen
Pembagian masing-masing ke dalam 3 jenjang ini untuk memudahkan
pengkoordinasian dan masing-masing punya job description dan karakteristik
yang berbeda.
2.1.5.4 Data Base
Penggunaan data base diperlukan dalam merancang suatu metode tertentu
dalam organisasi atau perusahaan. Data base adalah suatu koleksi data yang
terintegrasi, djorganisasikan dan disimpan dalam suatu cara yang memudahkan
pengambilan kembali. Keuntungan yang ditawarkan dalam rancangan dan
penggunaan data base adalah fleksibilitas. Pemakai dan spesialis informasi
dibebaskan dari keharusan mengidentifikasi semua informasi yang diperlukan
sebelum menciptakan data base.
Perusahaan biasanya mengorganisasikan data mereka dalam suatu hirarki
yang terdiri dari :
1. Elemen data (data element)
Elemen data adalah unit data terkecil, tidak dapat dibagi lagi menjadi unit yang
berarti.
25
2. Catatan (record)
Satu tingkat hirarki yang lebih atas adalah catatan. Satu catatan terdiri dari
semua elemen data yang berhubungan dengan suatu objek atau kegiatan
tertentu.
3. File
Semua catatan yang sejenis disusun menjadi satu file. Satu file adalah suatu
kumpulan catatan data yang berhubungan dengan suatu subyek tertentu.
Proses menciptakan data base mencakup tiga langkah utama :
1. Menentukan kebutuhan data.
2. Menjelaskan data.
Penjelasan dari data adalah skema, skema biasanya menentukan atribut atau
karakteristik data seperti:
- Nama elemen data
- Jenis data (angka, abjad, dan Iain-lain)
- Jumlah posisi desimal (hanya untuk data angka)
- Berbagai aturan integritas data
3. Memasukkan data ke dalam data base.
2.1.5.4.1Sistem Manajemen Data Base. (DBMS)
Perangkal lunak yang menetapkan dan memelihara integrasi logis antar
file disebut Sistem Manajemen Data Base (Data Base Manajemen Sistem) DBMS
memungkinkan untuk menciptakan data base dalam penyimpanan akses langsung
26
komputer, memelihara isinya dan menyediakan isi tersebut bagi pemakai tanpa
pemrograman khusus yang mahal.
Saat perusahaan atau pemakai individu memutuskan apakah akan
menggunakan, keuntungan dan kerugiannya harus dipertimbangkan.
Keuntungan DBMS :
• Mengurangi pengulangan data
o Mencapai independensi data
o Mengintegrasikan data dari beberapa file
o Mengambil data dan informasi secara cepat
« Meningkatkan keamanan
Kerugian DBMS:
• Memperoleh perangkat lunak yang mahal
o Memperoleh konvigurasi perangkat keras yang besar
» Mempekerjakan dan mempertahankan staff pengelola data base
Data base terkomputerisasi-maupun DBMS bukanlah prasyarat mutlak untuk
pemecahan masalah. Namun mereka memberikan dasar-dasar penggunaan
komputer sebagai suatu sistem informasi bagi para spesialis informasi dan
pemakai.
2.1.5.4.2 Data Flow Diagram (DFD)
27
DFD merupakan alat pengembangan sistem yang terstruktur, yang
menggambarkan arus data dalam sistem dengan terstruktur dan jelas. Adapun
bentuk dari DFD adalah :
o Physical DFD
Yaitu DFD yang menekankan bagaimana proses dari sistem diterapkan.
Digunakan untuk menggambarkan sistem yang sudah ada. Adapun
keuntungannya adalah proses sistem yang ada akan lebih dapat digambarkan
dan dikomunikasikan pada perusahaan sistem sehingga analisis sistem akan
memperoleh gambaran yang jelas.
• Logical DFD
Yaitu DFD yang menekankan proses-proses apa yang dibutuhkan sistem.
Digunakan untuk menggambarkan sistem yang akan diusulkan. Adapun
keuntungannya, sistem yang akan diusulkan belum tentu diterima oleh si
pemakai sistem dan biasanya diusulkan beberapa alternatif. Maka
penggambaran sistem secara logika dengan beberapa penerapan secara fisik
akan lebih mengena dan menghemat waktu penggambarannya.
Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD adalah :
1. Kesatuan luar (external entity)
Yaitu kesatuan di luar sistem yang memberikan input atau menerima output
dari sistem, dimana dapat berupa orang, organisasi atau sistem yang lain.
Notasi: I customer
2. Arus data (Data Flow)
28
Yang merupakan diantara proses, simpanan data , yang berupa input sistem
atau output proses sistem dan menunjukkan arus dari data.
Notasi: Accepted Order
3. Proses (Process)
Yaitu kegiatan atau kerja yang dilakukan dari suatu arus data masuk untuk
menghasilkan arus data keluar.
Notasi:
2.1.5.43Bagan Alir Sistem
Bagan alir sistem merupakan bagan yang menunjukkan arus pekeijaan
secara keseluruhan dari sistem. Bagan alir sistem digambarkan dengan
menggunakan simbol-simbol yang tampak sebagai berikut:
a. Simbol dokumen
Menunjukkan dokumen input dan output baik untuk
proses manual, mekanik atau komputer.
b. Simbol kegiatan manual
Menunjukkan pekeijaan yang dilakukan secara
manual.
29
c. Simbol simpanan off line
File non komputer yang diarsip unit angka
File non komputer yang diarsip unit huruf
File non komputer yang diarsip unit tanggal
d. Simbol operasi luar
Menunjukkan kegiatan proses dari operasi program
komputer.
e. Simbol garis alir
-> Menunjukkan arus proses
f. Simbol penjelasan
Menunjukkan penjelasan dari suatu proses
g. Simbol penghubung
Menunjukkan penghubung ke halaman yang sama
atau ke halaman lain.
30
h. Simbol harddisk
Menunjukkan input atau output menggunakan
harddisk
2.2 TAUTAN ANTAR KONSEP
Dalam masalah peningkatan output dan efisiensi memerlukan suatu sistem
pengupahan yang tepat, sehingga mampu memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem penggajian insentif memberikan pengaruh bagi karyawan dalam
menghasilkan output produksi. Hal ini disebabkan adanya perbedaan untuk
karyawan yang dapat menghasilkan output produksi di atas output standar yang
telah ditentukan akan memperoleh upah yang lebih besar dibandingkan dengan
karyawan yang menghasilkan output produksi di bawah atau sesuai dengan output
standar yang telah ditentukan. Sehingga membawa karyawan untuk berprestasi
dalam menghasilkan suatu produk.
Untuk mendapatkan output standar dan waktu standar maka dilakukan
pcngukuran waktu kerja dengan jam henti sebagai alternatif metoda pelaksanaan
kerja yang dianggab memberikan hasil yang paling efektif dan efisien.
Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan
manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. lar
Hasil perancangan sistem penggajian yang diaplikasikan ke dalam suatu
sistem informasi manajemen dengan menggunakan data base membawa
31
keuntungan bagi perusahaan. Sistem Informasi Manajemen dengan data base
dapat membantu proses penyimpanan data dan membantu prosedur pemberian
gaji dari perusahaan kepada karyawannya.
2.3 KERANGKA PEMIKIRAN
PERUSAHAAN
IMERANCANG
SISTEM PENGGAJIAN
IPENGGUNAAN
METODE UPAHINSENTIF
PENGGUNAANSIM
PENINGKATAN OUTPUTEFISIENSI
32
2.4 HIPOTESIS
Dengan perancangan sistem penggajian secara tepat dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan karena dengan adanya upah insentif yang diberikan
kepada karyawan dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan dalam berproduksi.
Dan dengan sistem informasi panggajian yang jelas dapat membawa perusahaan
pada kelancaran, efisiensi dan efektifitas kerja.