BAB II KONSELING KOMUNITAS - repository.uksw.edu€¦ · KONSELING KOMUNITAS. ... Konseling...
Transcript of BAB II KONSELING KOMUNITAS - repository.uksw.edu€¦ · KONSELING KOMUNITAS. ... Konseling...
16
BAB II
KONSELING KOMUNITAS
A. Definisi Konseling Komunitas
A.1.Konseling
Pengertian konseling secara umum adalah “…hubungan timbal balik
antara dua individu yaitu, konselor yang berusaha menolong serta membimbing
dan konseli yang membutuhkan bimbingan untuk mengatasi persoalan yang
dihadapinya.”1 Secara etimologi, Van Beek dalam Engel memberikan definisi
Konseling berasal dari bahasa Inggris to Counsel artinya memberi arahan.2
Kemudian Wiryasaputra menambahkan, bahwa konseling adalah sebuah kata
benda yang berasal dari kerja bahasa Inggris kuno “Counsil” atau dalam bahasa
Perancis “consil” kata kerja tersebut berasal dari kata Latin “Consilium” atau
“consulere” yang berarti ”merundingkan” atau “memberi nasihat”.3 Konseling
adalah proses memusatkan perhatian pada klien untuk memberikan pertolongan
secara psikologis.4 John McLeod, mendefinisikan konseling adalah bentuk
pertolongan yang memiliki fokus terhadap kebutuhan dan tujuan hidup
seseorang.5
1Garry R. Collins, Konseling Kristen yang Efektif (Malang: SAAT, 1989), 13.
2Jacob Daan Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016), 1. 3Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral (Yogyakarta: Diandra Pustaka
Indonesia, 2014), 74. 4Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral Sebuah buku Pegangan Bagi Para Penolong
di Indonesia, (Semarang: Satya Wacana, 1992), 3. 5John McLeod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), 43.
17
Berdasarkan pendapat tersebut, konseling memposisikan konselor selalu
menjalin relasi dengan sesamanya dan memberikan pertolongan secara psikologis
pada kebutuhan terkait permasalahan konseli. Menanggapi hal tersebut, Engel
mendefinisikan bahwa konseling adalah proses pertolongan antara seorang
penolong (konselor) dan yang ditolong (konseli) dengan maksud meringankan
penderitaan bahkan memberdayakan konseli.6 Selain itu, konseling adalah proses
perjumpaan eksistensial artinya perjumpaan pertolongan antara dua orang sebagai
subyek, yakni konselor dan konseli, dimana terjadi proses interelasi, interaksi
dan intertransaksi yang berkesinambungan antara konselor dan klien.7 Selanjutnya
Wiryasaputra mengungkapkan bahwa proses perjumpaan eksistensial tersebut
memiliki tujuan yaitu untuk menolong klien agar dapat menghayati
keberadaannya dan pengalamannya secara penuh dan utuh, artinya “penuh” terkait
dengan kerangka waktu yang diperlukan oleh klien untuk pengalaman dan cerita
hidupnya, sedangkan “utuh” terkait seluruh isi keberadaan, pengalaman, perasaan
yang harus dialami oleh klien.8 Kemudian proses perjumpaan yang dilakukan
tahap demi tahap klien diharapkan dapat menolong dirinya sendiri dalam
menyelesaikan masalahnya pada masa kini dan yang akan datang, selain itu klien
juga dapat menolong orang lain dalam menyelesaikan masalah.9
Dengan demikian, dari pengertian secara etimologis terkait dengan
definisi konseling tersebut di atas, penulis memberikan kesimpulan bahwa
konseling adalah sebuah proses perjumpaan komunikasi secara eksistensial yang
6Jacob Daan Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling… 2.
7Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling ....64.
8Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral… 64.
9Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral… , 65.
18
dilakukan oleh dua atau lebih manusia yang merupakan subjek, yaitu yang
bertindak sebagai penolong disebut konselor dan yang ditolong adalah konseli
(klien). Dalam proses perjumpaan tersebut, konselor memusatkan perhatian
kepada klien serta memberikan pertolongan secara psikologis dengan maksud
untuk meringankan penderitaan klien, bahkan lebih dari itu agar klien dapat
menghayati keberadaannya secara totalitas, sehingga akhirnya klien dapat
menolong dirinya sendiri dan mengambil sebuah keputusan yang konkret terhadap
permasalahan yang dialaminya.
A.2. Komunitas
Secara umum pengertian komunitas adalah kelompok organisme (orang)
yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu; masyarakat;
paguyuban.10
Menurut Cholil Mansyur,11
kata “komunitas” berasal dari bahasa
Latin Cum artinya kebersamaan; munus ialah memberi antara satu dengan lainnya.
Komunitas berarti sekelompok individu atau orang yang saling berbagi satu
dengan lainnya. Berbagi di maksud ialah berbagi masalah, berbagi perhatian,
kegemaran. Kemudian menurut Lewis kata komunitas berarti hal yang berbeda
untuk orang yang berbeda, terkait dengan hal tersebut komunitas merupakan
sekelompok orang atau masyarakat dalam keanekaragaman seperti budaya, etnis
atau ras tinggal disuatu tempat.12
Komunitas yang dimaksudkan oleh Lewis
dalam hal ini kelompok atau kumpulan orang yang memiliki kesamaan
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia, sv “Komunitas” 11
M. Cholil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa (Surabaya: Usaha Nasional,
n.d), 69. 12
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, Michael J. D’Andrea, Counseling
Community a Multicultural Social Justice Perspective, Fourth Edition (Belmont: Brooks Cole,
2011), 10.
19
kepentingan dan kebutuhan.13
Kelompok tersebut dapat berupa keluarga dan
lingkungan seperti sekolah, rumah sakit, koperasi, kantor, tempat kerja dan
seterusnya. Dengan demikian seseorang dapat memiliki lebih dari satu komunitas
pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, penulis
menyimpulkan bahwa komunitas adalah kumpulan sekelompok orang yang hidup
dan tinggal pada suatu tempat atau daerah, sehingga terjadi interaksi antara
individu yang beranekaragam etnis atau ras, sosial, budaya, dengan kebutuhan,
kepercayaan, kegemaran, sumber daya yang sama. Selanjutnya dalam kelompok
tersebut, terdapat sebuah visi kedepan yang dikerjakan secara bersama.
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah komunitas dan
bukan Masyarakat dengan alasan sebagaimana Mansyur menjelaskan community
dan society.14
Pertama: (Community) komunitas, memiliki faktor-faktor yaitu: a)
lokalitas (tempat tinggal) artinya komunitas menempati suatu daerah tertentu dan
terbentuk oleh ikatan solidaritas yang kuat, b) sentiment community (perasaan
komunitas) artinya memiliki perasaan yang sama, senasib sepenanggungan,
merasa orang dalam, perasaan saling tolong menolong, dan seterusnya. Kedua:
(society) masyarakat atau hubungan sosial, memiliki faktor-faktor yaitu: hasrat
sosial, hasrat meniru, hasrat berjuang, hasrat bergaul, hasrat untuk mencari tahu,
hasrat mendapat kebebasan. Selain itu ada juga dorongan seksual, untuk
menyumbangkan keturunan dan mencari kekuatan bersama. Dengan demikian,
berdasarkan pendapat tersebut, penulis memilih arti komunitas karena teori yang
digunakan ini adalah Counseling Community a Multicultural Social Justice Perspective.
13
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis Community Counseling A Multicultural… 10. 14
M. Cholil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa.... 68-96.
20
A.3. Konseling Komunitas
Berdasarkan etimologi tentang konseling dan komunitas di atas, penulis
menyimpulkan bahwa konseling komunitas adalah sebuah proses perjumpaan
komunikasi secara eksistensial yang dilakukan konselor pada sebuah komunitas
orang yang hidup dan tinggal pada suatu daerah, terjadi interaksi antara individu
yang beranekaragam etnis atau ras, sosial, budaya, dengan kebutuhan,
kepercayaan, kegemaran, sumber daya yang sama. Dalam proses perjumpaan
tersebut, konselor memusatkan perhatian kepada komunitas serta memberikan
pertolongan secara psikologis dengan maksud untuk meringankan penderitaan
konseli. Bahkan lebih dari itu agar konseli dapat menghayati keberadaannya
secara totalitas, sehingga akhirnya konseli dapat menolong dirinya sendiri dan
mengambil sebuah keputusan yang konkret terhadap permasalahan yang
dialaminya.
Konseling komunitas didirikan pada tahun 1995 di North Yorkshire dan
menyediakan berbagai layanan terhadap pendidikan orang dewasa dan masyarakat
pada umumnya.15
Gerald Corey menjelaskan.16
Seorang ahli dalam konseling
komunitas mencoba membantu peserta untuk menyelesaikan kembali
permasalahan hidup yang umum dan sulit seperti: permasalahan pribadi, sosial,
belajar/akademik, dan karir. Konseling komunitas atau kelompok lebih
memberikan perhatian secara umum pada permasalahan-permasalahan jangka
pendek dan tidak terlalu memberikan perhatian pada treatmen gangguan perilaku
15
Andika Ari Saputra “Peran Konselor dalam memberikan Layanan Konseling Komunitas
bagi Korban Bencana Alam di Indonesia” Prosiding Seminar Nasional ”Konseling Krisis”
(Jogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, Agustus 2016), 18 16
Gerald Corey, Theory And Practice of Group Counseling, Eighth Edition (Belmont:
Brooks Cole, 2010), 2-3.
21
dan psikologis. Konseling kelompok memfokuskan diri pada proses interpersonal
dan strategi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pemikiran, perasaan,
dan perilaku yang disadari. Selanjutnya menurut Lewis,17
bahwa asumsi ini
mengarah pada sebuah definisi secara komprehensif dari peran konselor
komunitas. Konseling komunitas adalah sebuah bantuan kerangka kerja
komprehensif yang didasarkan pada komunitas, kompetensi multikultural dan
berorientasi atas keadilan sosial sehingga terjadi perkembangan yang sehat pada
komunitas tersebut. Definisi ini memerlukan program terkait dengan konseling
komunitas seperti berikut: a) dalam memfasilitasi pembangunan manusia, b)
memberikan intervensi langsung dengan klien dan anggota komunitas serta, c)
memfasilitasi pengembangan masyarakat dengan menggunakan advokasi
intervensi, untuk membangun lingkungan yang positif dan memecah hambatan
dari luar untuk kesejahteraan klien. Oleh sebab itu, terkait dengan definisi
tersebut, maka pelaksanaan Konseling komunitas dalam penelitian ini terbatas
pada komunitas suku dayak yang menempuh pendidikan di STT Simpson
Ungaran.
B. Tujuan Konseling Komunitas
George & Cristiani dalam Gunarsa merumuskan tujuan konseling yaitu
bahwa konseling berhubungan dengan tujuan menolong orang lain dalam
menentukan pilihan dan tindakannya, sehingga terjadi proses belajar yang
menyebabkan terjadinya perubahan dan perkembangan kepribadian.18
Selanjutnya
17
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis Community Counseling A Multicultural… 19. 18
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017),
21.
22
dari pendapat tersebut, Andika menulis terkait dengan tujuan layanan konseling
komunitas yaitu memperhatikan keadaan individu dan kelompok dalam setiap
pelaksanaannya. Selain itu konseling komunitas memberikan bantuan bagi
individu maupun kelompok masyarakat yang memerlukan layanan secara fisik
dan psikologis untuk memperbaiki keadaan komunitas atau masyarakat.19
Selanjutnya Lewis mengungkapkan bahwa salah satu tujuan konseling komunitas
ialah menggali potensi individu maupun komunitas untuk mengintervensi
kemampuan mereka yang dapat aplikasikan melalui pendekatan-pendekatan
sesuai dengan kondisi komunitas, intervensi kemampuan dimaksud ialah
mencakup melakukan pemberdayaan masyarakat atau komunitas.20
Dengan demikian, menurut penulis berdasarkan kedua pernyataan
tersebut, tujuan konseling komunitas adalah supaya anggota dalam komunitas
dapat berpikir cerdas dan kreatif dalam kegiatan komunitas terutama saat
menghadapi masalah, situasi stress, serta mampu menjalin hubungan komunikasi
dengan lingkungan diluar komunitas. Selanjutnya memiliki kontribusi dalam
perubahan lingkungan serta mampu berpikir positif. Ketika anggota komunitas
mengalami hal tersebut maka ia juga dapat berfungsi sebagai konselor dalam
mengarahkan orang-orang di sekitarnya.
C. Fungsi Konseling Komunitas
Fungsi konseling secara umum ialah untuk membantu klien supaya dapat
memiliki konsep diri yang benar. Sebuah asumsi muncul bahwa perkembangan
19
Andika Ari Saputra “Peran Konselor dalam memberikan Layanan Konseling
Komunitas… 19 20
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling:
AMulticultural-Social, Justice Perspective. (Belmont, USA: Brooks/Cole, 2010), 92.
23
pribadi dan komunitas merupakan perkembangan yang tak terpisahkan. Dengan
demikian, konselor perlu memperhatikan beberapa hal terkait fungsi konseling
komunitas, sebagaimana yang diungkapkan oleh Lewis adalah sebagai berikut:21
a) Memfasilitasi Pembangunan Manusia: Strategi Terfokus; b) Memfasilitasi
Pembangunan Manusia: Strategi Berbasis Luas; c) Memfasilitasi Pengembangan
Masyarakat: Strategi Terfokus; d) Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat:
Strategi Berbasis Luas.
C.1. Memfasilitasi Pembangunan Manusia: Strategi Terfokus.
Fungsi pertama dari konseling komunitas ialah untuk memfasilitasi
pembangunan manusia. Konseling komunitas memperhatikan semua bidang
kehidupan, baik lingkungan masyarakat atau komunitas maupun individu yang
ada dalam komunitas tersebut. Lewis menjelaskan bahwa,22
strategi yang terfokus
untuk memfasilitasi pembangunan manusia tidak hanya mencakup konseling
berbasis kantor saja tetapi perlu kegiatan penjangkauan, artinya konselor harus
melihat persoalan yang dihadapi oleh individu atau manusia di dalam komunitas
tersebut. Selanjutnya konselor mengetahui bahwa orang mengalami masa-masa
sulit dalam kehidupan mereka dimana mereka menghadapi masalah yang
menyebabkan stres. Lewis menambahkan bahwa sumber kesusahan yang di alami
oleh orang dalam komunitas mungkin saja berasal dari situasi krisis atau
pengalaman langsung tentang penindasan atau mengalami marginalisasi.23
21
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling:
AMulticultural-Social, Justice Perspective. (Belmont, USA: Brooks/Cole, 2010), 15-18. 22
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling,... 16. 23
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling,... 16.
24
Dari kasus tersebut konselor menggunakan metode penjangkauan yang
aktif yaitu memastikan bahwa manusia dalam komunitas mengalami kesulitan
mendapatkan bantuan. Menangani situasi ini, Lewis mengambil contoh kasus
ketika bencana tornado menghancurkan rumah konseli.24
Dalam hal ini Lewis
berpendapat bahwa penting layanan konseling komunitas membantu konseli untuk
mengatasi stres, memahami situasi serta reaksi mereka, meninjau kembali pilihan
mereka, menangani emosional, serta mencegah efek kesehatan mental yang
berkepanjangan.
C.2. Memfasilitasi Pembangunan Manusia: Strategi Berbasis Luas.
Fungsi selanjutnya ialah memfasilitasi pembangunan manusia artinya
konselor komunitas melatih semua anggota yang ada dalam komunitas. Lewis
menjelaskan,25
bahwa tindakan pencegahan memungkinkan konselor untuk
mendidik atau melatih anggota komunitas pada umumnya. Konselor pada kondisi
tertentu memberikan intervensi atau pelatihan secara langsung kepada komunitas,
namun intervensi atau pelatihan ini berkembang karena ditawarkan kepada
anggota komunitas yang melakukannya tanpa harus mereka menghadapi masalah.
Dengan demikian, Tujuan dari Strategi berbasis luas dengan memfasilitasi
pembangunan manusia adalah untuk membantu anggota komunitas mendapatkan
pengetahuan, serta keterampilan baru yang bermanfaat untuk menghadapi
tantangan yang belum diketahui dalam kehidupan mereka. Konselor
24
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling, 17. 25
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling,...18.
25
meningkatkan kesadaran akan tantangan hidup dan mengembangkan keterampilan
yang dapat membantu komunitas mengatasi tantangan ini dengan lebih kompeten.
Program seperti ini dapat mengembangkan kemampuan anggota
komunitas untuk menjalankan keseluruhan nilai hingga pelatihan, ketegasan,
dalam pengambilan keputusan, serta perencanaan kehidupan dalam pemahaman
lintas budaya. Selanjutnya, konselor telah mengembangkan teknik, konsep, dan
bahkan garis besar saja. Merupakan tantangan bagi praktisi adalah menerapkan
program, teknik, dan konsep di antara berbagai individu dalam komunitas, dengan
menggunakan tindakan preventif konselor memenuhi kebutuhan komunitas.
C.3. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat: Strategi Terfokus.
Dalam banyak situasi, pendekatan fokus pemberdayaan konselor sangat
dibutuhkan untuk mempersiapkan klien untuk menjadi pendukung mereka sendiri.
Seringkali, individu konseli atau keluarga membutuhkan suara tambahan untuk
berbicara atas nama mereka.26
Dengan demikian, pendampingan merupakan
bagian integral dari proses konseling. Saat konselor menjadi sadar akan faktor
eksternal yang bertindak sebagai penghalang bagi pembangunan diri, mereka
mungkin memilih untuk merespons melalui pendampingan. Peran pendampingan
kepada konseli sangat penting saat individu atau kelompok rentan tidak memiliki
akses terhadap layanan yang sangat dibutuhkan. Lewis memberikan Keluarga
Townsend sebagai contoh kasus di mana kompleksitas yang terlibat dalam
mengakses layanan mungkin memerlukan bantuan tambahan,27
antara Townsend
26
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling, ...18. 27
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling, ...18.
26
dan kesejahteraan mereka mungkin terlalu besar untuk diatasi tanpa bantuan.
Selanjutnya, keluarga ini membutuhkan sosial, ekonomi, karir, pendidikan, dan
krisis.
Ketika konselor mengidentifikasi faktor sistemik yang bertindak sebagai
penghalang bagi mereka pengembangan konseli atau klien, konselor sering
berharap bisa melakukannya mengubah lingkungan dan mencegah beberapa
masalah yang mereka lihat setiap hari. Konselor yang memandang diri mereka
sebagai agen perubahan serta memahami prinsip-prinsip perubahan sistemik
mampu mewujudkan keinginan ini.
C.4. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat: Strategi Berbasis Luas.
Berdasarkan pengalaman konselor komunitas dalam melaksanakan
pendampingan akan mempengaruhi kliennya. Hal ini merupakan langkah yang
diperlukan untuk mengenali pendampingan kepada komunitas di tingkat yang
lebih luas. Lewis mengungkapkan:28
konselor secara teratur bertindak sebagai
agen perubahan dalam sistem yang mempengaruhi siswa dan klien mereka sendiri
secara langsung. Pengalaman ini sering mengarah pada pengakuan dan beberapa
kekuatiran yang mereka hadapi ditujukan untuk mempengaruhi orang di arena
yang jauh lebih besar. Bila hal ini terjadi, konselor menggunakan keterampilan
mereka untuk melakukan pendampingan sosial atau politik.
Selanjutnya, kompetensi dalam arena publik yang lebih luas berfokus pada
kemampuan konselor membedakan masalah yang paling dapat diselesaikan
melalui sosial/politik tindakan dan mengidentifikasi mekanisme, serta cara
28
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling, ...19.
27
penanganan yang tepat terhadap masalah ini.29
Berdasarkan pendapat tersebut,
Konselor komunitas atau masyarakat dapat secara unik memenuhi syarat untuk
mengenali dan bertindak kebutuhan akan perubahan, yaitu: Pertama, praktik
konseling komunitas membuat konselor khususnya peka terhadap masalah
lingkungan yang mempengaruhi perkembangan manusia. Kedua, Sifat profesi
konseling sendiri berarti bahwa konselor memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk berkomunikasi tentang perlunya perubahan dan untuk
memulai tindakan kolaboratif.
D. Pendekatan Konseling Komunitas
Dalam melaksanakan tugas konseling yang begitu kompleks, seorang
konselor pasti berhadapan dengan berbagai latarbelakang budaya yang berbeda.
Dengan demikian menanggapi situasi ini, konselor memerlukan sebuah
pendekatan yang efektif dan efisien. Terkait dengan konseling komunitas,
pendekatan yang dilakukan oleh Lewis yaitu pendekatan Multikultural atau
multibudaya.30
McLeod berpendapat, Pendekatan Multikultural adalah pendekatan
integratif yang diambil dari berbagai ide dan teknik yang berasal dari teori
konseling yang telah ada dan menyatukannya dalam sebuah model praktik yang
berpengetahuan kultur serta peka kultur.31
Pendekatan Multikultural atau
multibudaya, hal ini berkembang setelah pengaruh etnosenstrisme mulai memudar
sehingga para ahli menyadari terjadinya konseling dalam konteks banyak budaya.
29
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling, ...19. 30
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling.... 11. 31
John McLeod, Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), 300.
28
Hal ini terjadi sekitar tahun 1960-an sampai 1970-an.32
Selanjutnya, dalam
pendekatan ini ada beberapa kelas variabel yang menjadi panduan konseptual
ketika proses konseling yaitu: reaksi terhadap tekanan sosial, pengaruh budaya
mayoritas, pengaruh budaya tradisional.33
Demikian juga Palmer menegaskan:34
bahwa kunci keberhasilan konseling ialah penilaian yang tepat terhadap
pengalaman-pengalaman budaya tradisional sebagai suatu sumber perkembangan
individu. Budaya tradisional yang dimaksud disini ialah segala pengalaman yang
dialami oleh tiap individu dalam perkembangan, baik secara disadari maupun
tidak. Karena itu kekuatan pendekatan ini terletak pada kemampuan menganalisa
nilai-nilai budaya tradisional yang dimiliki oleh individu. Kemudian Indah
Lestari dalam Seminar Nasional “Konseling Berbasis Multikural” UNNES
Semarang, menambahkan bahwa penerapan konseling multikultural
mengharuskan konselor peka dan tanggap terhadap perbedaan dan keragaman
budaya antara konselor dan klien.35
Kemudian Ramirez, Dyche; Holland; dan Ridley dalam McLeod
menjelaskan,36
pendekatan multikultural dapat menggunakan bentuk penyampaian
yang beragam, mulai dari individu, pasangan, keluarga atau kelompok dan
memanfaatkan intervensi tertentu, dalam tiap kesempatan, konselor harus terus-
menerus mempertimbangkan kesesuaian kultural dari apa yang ditawarkannya.
32
Totok S. Wiryasaputra Konseling Antarbudaya Konteks Indonesia (Yogyakarta: Grafika
Indah, 2009), 36-37. 33
Supriyatna, M. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), 170. 34
Stephen Palmer & Pittu Laungani, Counseling In a Multicultural Society (London: Sage
Publisher, 2008), 97-98. 35
Indah Lestari, “Konseling Berbasis Multikultural” Seminar Nasional, Bimbingan dan
Konseling FIP UNNES, (Semarang: 2015) :103-104. 36
John McLeod, Pengantar Konseling Teori… 286-287.
29
Konseling komunitas dengan Pendekatan multibudaya ini tidak asal mengambil
secara asal pendekatan aliran pada umumnya dalam konseling, melainkan hanya
mengambil yang diperlukan dari semua pendekatan tersebut. Selanjutnya,
pendekatan multikultural juga di sebut pendekatan integratif karena menggunakan
teori kultural dasar sebagai landasan untuk memilih ide dan teknik konseling.
Menurut Engel dalam bukunya Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer,37
menjelaskan, pendekatan integratif adalah bentuk pelayanan secara utuh dan
menyeluruh yang diberikan kepada orang yang mengalami sakit, gangguan jiwa
dan frustasi, ketegangan dan gangguan dalam relasi baik secara horizontal
maupun vertikal, secara fisik, mental, sosial maupun spiritual. Kemudian,
pendekatan multikultural menurut Lewis ada beberapa bidang utama, yaitu: (1)
Kesadaran Konselor terhadap nilai dan bias budaya, (2) Kesadaran konselor
tentang pandangan dunia konseli, (3) Strategi intervensi yang sesuai secara
budaya dalam hal: sikap dan keyakinan, pengetahuan, dan keterampilan.38
Dari
penjelasan tersebut pendekatan multikultural atau pendekatan integrasi adalah
pendekatan yang menggunakan lebih dari satu metode yang digabungkan.
D.1. Kesadaran konselor terhadap nilai dan bias budaya.
Berbicara mengenai kesadaran akan nilai dan bias budaya komunitas,
Sue dalam Lewis menjelaskan bahwa seorang konselor yang aktif dalam
konseling secara budaya menyadari asumsinya sendiri tentang perilaku, nilai, bias,
Praduga serta keterbatasan konselor dalam memahami budaya konseli. Konselor
37
J.D. Engel, Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2016), 18. 38
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling:… 11
30
dalam melaksanakan tugasnya harus bersifat objektif, sebab dalam komunitas
terdapat anekaragam perilaku, nilai dan bias budaya yang terintegrasi.39
Selanjutnya dengan strategi multibudaya ini, konselor komunitas mengakui
perbedaan kebudayaan lain, namun konselor sendiri tidak membuat generalisasi
serta menganggap seolah-olah komunitas memiliki budaya yang sama, melainkan
melihat integrasi budaya yang ada sebagai sebuah realita yang terjadi dalam
komunitas.40
Kemudian Ramirez dalam McLeod menjelaskan,41
konseling
multikultural mencakup isu konkret dan praktis, misalnya membahas kehidupan
sehari-hari dan seterusnya. Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan
bahwa pendekatan multibudaya atau multikultural merupakan pendekatan yang
melihat kepada budaya konseli secara objektif, konkret dan praktis serta
menyadari akan perbedaan antara budaya konselor dan konseli.
D.2. Kesadaran konselor tentang pandangan dunia konseli
Seorang konselor yang melakukan konseling pada komunitas seharusnya
memiliki kesadaran tentangan pandangan konseli dalam hal ini komunitas tentang
dunia (world view), pandangan dunia disini berkaitan dengan pandangan
mengenai alam sekitar. Lewis menjelaskan bahwa seorang konselor yang aktif
mencoba memahami pandangan dunia klien yang berbeda dengan dirinya secara
budaya. Hal ini akan menolong konselor menganalisis masalah yang dihadapi oleh
klien.42
Menurut Beek,43
salah satu contoh pandangan hidup orang dayak ialah
39
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling:… 40
Totok S. Wiryasaputra, Konseling Antarbudaya Konteks Indonesia (Yogyakarta:
Grafika Indah, 2009), 75. 41
John McLeod, Pengantar Konseling Teori … 286 42
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling:…11
31
mengenai pandangan mengenai alam lingkungan. Menurut orang dayak
tradisional, lingkungan merupakan tempat penuh dengan komponen, manusia
adalah salah satu komponen didalamnya. Komponen yang lain dari alam
lingkungan sebagai ia sendiri seperti berperasaan, berpikir dan seterusnya alam
lingkungan penuh dengan roh-roh dan kekuatan-kekuatan.
D.3. Strategi intervensi yang sesuai dengan budaya: sikap dan keyakinan,
pengetahuan, keterampilan.
Dalam menyelesaikan masalah yang dihadpi oleh komunitas, konselor
perlu memiliki strategi dan pendekatan yang berbeda untuk menolong mereka.
Lewis menjelaskan seorang konselor harus mengembangkan dan mempraktikkan
strategi intervensi yang tepat, relevan serta keterampilan sensitif dalam bekerja
dengan komunitas yang berbeda secara kultural.44
Konselor mengandalkan
pengetahuan, pengalaman, keahlian, analisis dan keterampilan intervensinya.
Konselor berperan dan bertumpu pada teknik yang dianggap tepat untuk
melaksanakan intervensi.45
Selanjutnya, keterampilan dasar dalam intervensi
adalah kemampuan pribadi konselor untuk melibatkan klien dalam menyelesaikan
masalah. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dalam pendekatan intervensi
seorang konselor dapat menggunakan beberapa aliran pendekatan seperti
psikodinamis, transaksional, berpusat pada klien, kemudian berusaha memadukan
cara-cara tersebut dalam menangani masalah komunitas secara efektif dan sesuai
dengan situasi.
43
Aart Martin van Beek, Konseling Pastoral sebuah buku pegangang Bagi para penolong
di Indonesia (Semarang: Satya Wacana, 1992), 118. 44
Judith A. Lewis., Michael D. Lewis., Judy A. Daniel Community Counseling:…11 45
Totok S. Wiryasaputra, Konseling Antarbudaya… 75.
32
E. Karakteristik Konselor dalam Konseling Komunitas
Dalam konseling komunitas, seorang konselor memiliki karakteristik
dalam melaksanakan konseling diharapkan konselor memahami kliennya.
McLeod menjelaskan tentang karakteristik Konseling sebagai berikut:46
a)
Konselor sebagai asimilator yang mendekatkan secara budaya, b) konselor juga
sebagai fasilitator yang memberi perkembangan secara pribadi, c) selanjutnya,
konselor penerjemah atau mediator antar budaya, c) konselor sebagai pakar dalam
budaya. Corey dalam Engel menjelaskan karakteristik sebagai konselor yang
efektif yaitu:47
Konselor memiliki identitas serta menghargai diri sendiri dan
terbuka atas perubahan; mengenal dan menerima kekuatan sendiri serta memiliki
minat yang tulus terhadap kesejahteraan orang lain; mengalami dan memahami
dunia konseli dan menghargai budayanya; memperluas kesadaran diri sendiri dan
orang lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan:
Konselor komunitas yang efektif ialah konselor yang mampu mengasilimasi
bahasa, tradisi, budaya, namun ia juga menyadari akan terjadinya bias budaya,
konselor memfasilitasi pendekatan secara budaya dan menjadi mediator antar
budaya. Selanjutnya konselor memiliki pengetahuan tentang budaya komunitas
agar lebih memahami komunitas serta memberikan kesimpulan yang tepat, dan
mampu menerapkan serta menyesuaikan keterampilan dalam konseling serta
intervensi yang efektif dengan komunitas yang beraneka ragam.
46
John McLeod, Pengantar Konseling Teori … 472. 47
J.D. Engel, Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2016), 85.