BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kerangka Teori...
-
Upload
hoangxuyen -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kerangka Teori...
8
BAB II
KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pada Proses Belajar
Studi terhadap peningkatan aktivitas belajar yang optimal banyak
mengilhami bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Dalam kenyataan, proses
pembelajaran mahasiswa pun tidak terlepas dari hal di atas. Sehingga perlu dicoba
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut ditinjau dari dua kemungkinan yang dapat diartikan
sebagai berikut :
a. Secara luas : hal-hal yang berperan terhadap/ dalam proses belajar seseorang.
b. Secara sempit : Hal-hal yang sudah terdapat sebelum proses belajar berlangsung
pada seseorang yang tidak selalu dapat dikuasai/diatur atau diubah-ubah sehingga
sering hal itu tinggal diterima seadanya.
Dari kedua pengertian di atas nampak bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar, pada hakekatnya terletak pada proses belajar sebelum
maupun sedang berlangsung. Sehingga secara tegas dapat diartikan bahwa proses
belajar seorang mahasiswa baik sebelum maupun sementara berlangsung tidak
terlepas dari adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhinya. Dimana daya
pengaruh faktor-faktor tersebut hanya dapat dianalisa dari situasi belajar yang
konkrit/perubahan yang dialami seorang mahasiswa yang melakukan aktifitas belajar.
9
Dengan demikian akan nampak bahwa faktor-faktor tersebut bersifat kompleks.
Sejauh mana pengaruh faktor-faktor tersebut baru dapat diketahui dengan pasti
setelah diadakan analisa terhadap situasi belajar yang sebenarnya. Sebagai contoh,
kurangnya minat membaca dikalangan mahasiswa. Secara sepihak hal tersebut dapat
dianalisa dari dua sisi yakni pihak diluar mahasiswa dan pihak mahasiswa itu sendiri.
Fasilitas bacaan yang tidak menarik, kurang adanya intensif dari para pengajar,
lingkungan tempat membaca yang tidak sehat dan sebagainya merupakan
kemungkinan penyebabnya. Pada sisi lain hal tersebut dapat terjadi karena tidak
mampunya mahasiswa untuk membaca, apakah itu karena kondisi fisik, psikis bahkan
mungkin juga karena tidak memahami manfaat membaca sehingga beranggapan
membaca bacaan wajib adalah pekerjaan yang membosankan, sulit dan tidak
menyenangkan.
Bila minat membaca tersebut diproyeksikan kepencapaian tujuan belajar
mahasiswa, maka bukan tidak mungkin hal tersebut membawa hasil belajar yang
rendah, mungkin juga yang tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki. Contoh di atas
kemungkinan besar dapat pula terjadi pada aspek-aspek lain dalam aktivitas belajar
mahasiswa. Apakah itu dalam hal mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas,
mengikuti ujian dan sebagainya.
Setiap mahasiswa di dalam belajarnya perlu berusaha belajar dengan sebaik-
baiknya, dalam arti belajar dengan menggunakan cara-cara belajar efektif dan efisien
dalam menghadapi setiap mata kuliah. Ini berarti bahwa dalam kegiatan belajar,
10
mahasiswa siap menghadapi dan menyelesaikan tantangan ataupun faktor-faktor yang
mempengaruhi belajarnya, agar dapat dicapai hasil belajar yang maksimal.
2.1.2 Efisiensi Penggunaan Waktu Belajar Mahasiswa Dalam Kegiatan
Akademik Terstruktur dan Mandiri.
Sering kita mendengar keluhan mahasiswa bahwa ia kekurangan waktu
dalam belajar. Sebenarnya hal ini tidak demikian, melainkan mereka kurang memiliki
keteraturan dan disiplin dalam menggunakan waktu secara efisien.
Bagi setiap mahasiswa, keterampilan mengelola waktu khususnya untuk
keperluan belajar harus dikembangkan, dimahirkan, dan diterapkan selama belajar di
perguruan tinggi. Untuk itu ada 4 langkah yang perlu ditempuh, yaitu :
1) Memahami hal ihwal tentang waktu
Untuk mempunyai keterampilan mengelola waktu, pertama-tama seorang
mahasiswa perlu mengerti betul apa yang akan dikelola, utamanya pengertian waktu
dan sifat dasarnya. Secara sederhana dapatlah dirumuskan pengertian waktu sebagai
kesempatan langgeng yang tersedia dalam alam semesta untuk manusia berprestasi.
Alam semesta menyediakan waktu secara terus menerus dan abadi untuk manusia
melakukan apa saja dan mencapai sesuatu keberhasilan dalam hayatnya.
Waktu senantiasa ada dan tersedia setiap saat bagi mahasiswa yang
memerlukannya untuk belajar. Waktu bukanlah semacam barang persediaan yang
akan habis kalau digunakan terus. Oleh karena itu, kalau di kalangan mahasiswa
11
terdengar keluhan kehabisan waktu atau kekurangan waktu, hal itu adalah tidak
benar.
Selanjutnya suatu sifat dasar lainnya dari waktu ialah bahwa waktu tidak
pernah berhenti, melainkan terus menerus berlalu di hadapan setiap orang. Dengan
demikian, waktu tidak bisa ditabung atau disimpan atau digunakan pada kesempatan
lain.
2) Melatih kebiasaan memanfaatkan waktu sekarang juga
Setiap mahasiswa perlu melatih diri sendiri agar mempunyai suatu kebiasaan
untuk memanfaatkan waktu sekarang juga atau pada saat ini. Kebiasaan ini berarti
seorang mahasiswa serta merta dapat mengikis kecenderungan diri untuk menunda-
nunda waktu, mengulur-ulur tempo, mencari-cari alasan sampai besok saja, atau
bahkan mencari “hari yang baik” ataupun menanti “saat yang cocok” untuk mulai
menyempurnakan catatan kuliah, membaca buku wajib, membuat kartu catatan,
menghafal bahan pelajaran, dan menulis karangan yang ditugaskan. seorang
mahasiswa yang unggul mempunyai kebiasan baik untuk belajar mulai saat ini juga
dan pada setiap saat yang tersedia. Dengan demikian, mahasiswa yang unggul akan
kelebihan waktu sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Jadi suatu asas pokok untuk memanfaatkan waktu guna belajar yang harus
dipahami dalam pikiran, dihayati dalam batin, dan dilaksanakan dalam tindakan oleh
setiap mahasiswa ialah asas “Pergunakan Waktu Sekarang” (Use it now). Setiap ada
waktu luang atau setiap ketika ada kesempatan, waktu hendaknya dimanfaatkan saat
itu juga oleh setiap mahasiswa untuk belajar. Misalnya pada suatu jam pelajaran
pengajar tidak hadir karena sedang tugas keluar kota, jam pelajaran yang kosong itu
hendaknya digunakan untuk menghafal bahan pelajaran di kelas atau membaca buku
di perpustakaan sampai waktu pelajaran berikutnya. Janganlah waktu kosong 50
menit atau 100 menit yang tersedia dibiarkan berlalu untuk misalnya mengobrol
dengan teman-teman mengenai hal-hal yang tak berguna.
12
3) Mengatur penggunaan waktu
Sehubungan dengan cara memanfaatkan waktu tersebut maka ada beberapa
pedoman pokok yang pertama-tama harus diketahui oleh mahasiswa untuk belajar
yaitu seperti yang dikatakan oleh The Liang Gie (2004: 73) sebagai berikut :
a. Selidiki dan tentukanlah waktu yang tersedia untuk belajar setiap hari. Ini penting
bagi mereka yang belajar sambil bekerja mencari nafkah.
b. Setelah mengetahui waktu yang tersedia, setiap mahasiswa hendaknya
merencanakan penggunaan waktu itu dengan jalan menetapkan macam-macam
mata pelajaran berikut urutan-urutannya yang harus dipelajari setiap hari.
c. Setiap mahasiswa perlu pula menyelidiki bilamana dirinya dapat belajar dengan
hasil yang terbaik. Setelah itu diketahui, mata pelajaran yang dianggap tersukar
hendaknya dipelajari pada waktu terbaik itu.
d. Mata-mata pelajaran yang akan dipelajari diurutkan dari yang tersukar sampai
yang termudah. Saat ketika badan dan pikiran sudah letih hendaknya digunakan
untuk mempelajari mata pelajaran yang paling mudah.
e. Mahasiswa hendaknya membiasakan diri untuk seketika mulai mengerjakan
tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Dalam melaksanakan tugas-
tugas itu, mulailah dengan seketika dan selesaikan secepat mungkin.
f. Berkaitan dengan pengembangan kesadaran waktu, setiap mahasiswa hendaknya
menyadari ke mana berlakunya dan untuk apa waktu 24 jam sehari (atau 168 jam
seminggu, 720 jam sebulan, 8760 jam setahun) yang dimilikinya. Untuk itu,
mahasiswa perlu melakukan pengelompokkan dan penjatahan waktu untuk
belajar.
4) Melakukan pengelompokkan dan penjatahan waktu untuk belajar
Selanjutnya dalam pengaturan dan penggunaan waktu seminggu terdiri dari
168 jam. Dari jumlah tersebut, kira-kira 80 jam untuk tidur, 20 jam untuk berpakaian
dan makan, sejak Sabtu siang sampai hari Minggu yakni sekitar 20 jam untuk rekreasi
dan sisanya 68 jam lagi untuk keperluan belajar. Bilamana dalam seminggu
13
mengikuti kegiatan belajar tatap muka adalah 29 jam maka dalam seminggu masih
terdapat 48 jam untuk keperluan belajar terstruktur dan belajar mandiri.
Para ahli mengemukakan bahwa dalam pengaturan dan penggunaan waktu
belajar hendaknya menggunakan perhitungan waktu belajar atas dasar harian. The
Liang Gie (2004: 74), memberikan pedoman pengaturan dan penggunaan waktu
perhari sebagai berikut :
- 8 Jam : Untuk tidur
- 3 Jam : Untuk pemeliharaan diri (makan, kebersihan dan kesehatan)
- 2 Jam : Untuk keperluan pribadi dan urusan kemasyarakatan
- 11 Jam : Sebagai sisa (atau lebih tepat bagian pokok) untuk belajar
Dengan demikian secara teori bahwa rata-rata waktu yang tersedia bagi
mahasiswa untuk belajar dalam seminggu adalah 11 jam. Waktu yang 11 jam itulah
yang oleh mahasiswa diharapkan dapat digunakan seefisien dan seefektif mungkin
untuk belajar.
Untuk dapat menggunakan waktu belajar secara efisien maka para sarjana
Amerika Serikat yang mengarang buku-buku tentang cara belajar, menganjurkan
pembuatan daftar waktu yang menetapkan jam-jam tertentu. Dengan kata lain bagi
seorang mahasiswa sangat diperlukan adanya jadwal belajar di rumah.
Manfaat adanya jadwal di rumah antara lain :
1. Dengan menggunakan jadwal belajar dapat menekan jumlah waktu yang terbuang
secara sia-sia.
2. Dengan jadwal belajar, cara belajar akan terarah baik dari segi penggunaan waktu
belajar maupun dari segi urutan bahan yangh dipelajari.
3. Jadwal belajar akan turut membina setiap mental mahasiswa dalam keteraturan
dan disiplin belajar, sehingga mereka benar-benar dapat belajar secara efisien.
4. Jadwal belajar akan membiasakan mahasiswa dalam menghemat waktu dan
merupakan latihan konsentrasi untuk belajar. Bagaimanapun orang yang sudah
terbiasa menggunakan jadwal belajar secara baik, dalam saat-saat menjelang jam
14
untuk belajar sebelumnya pikiran dan perhatiannya memang sudah tertuju kepada
apa yang akan dipelajarinya sehingga datang jam untuk belajar konsentrasinya
benar-benar sudah terpusat pada apa yang akan dipelajarinya.
Sesuai dengan teori-teori belajar, serta cara-cara belajar yang efisien seperti
yang telah dikemukakan, maka pada dasarnya cara belajar yang efisien merupakan
wujud atau manivestasi dari kualitas belajar atau intensitas kegiatan belajar.
2.1.2.1 Kegiatan Akademik Terstruktur
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa satu semester
dalam suatu kegiatan kuliah ditentukan berdasarkan atas tiga beban kegiatan
perminggunya, yaitu kegiatan belajar secara tatap muka, kegiatan akademik
terstruktur dan kegiatan akademik mandiri.
Sehubungan dengan pembahasan pemanfaatan waktu belajar dalam usaha
mencapai ketuntasan belajar mahasiswa, maka pada penelitian ini penulis hanya
menitik beratkan pada pemanfaatan waktu belajar pada kegiatan akademik terstruktur
dan mandiri sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia.
Menurut Paryati Sudarman (2004: 48), kegiatan akademik terstruktur adalah
kegiatan studi yang tidak terjadwal di dalam kelas, tetapi direncanakan oleh tenaga
pengajar (dosen) untuk pemahaman mahasiswa dalam suatu mata kuliah tertentu.
Misalnya dalam bentuk tugas-tugas berstruktur yang harus dikerjakan di rumah.
Kegiatan ini berlangsung selama 60 menit untuk beban 1 SKS.
Jadi kegiatan akademik terstruktur ini waktu belajarnya dilaksanakan di luar
jam kuliah atau tatap muka. Pelaksanaan kegiatan akademik berstruktur ini tidak
lepas dari bagaimana upaya para tenaga pengajar (dosen) untuk menciptakan situasi
yang dapat mempengaruhi belajar mahasiswa, dan aktivitas yang diharapkan akan
menonjol dalam kegiatan akademik berstruktur ini adalah terletak pada mahasiswa
dengan memanfaatkan waktu belajar sebaik-baiknya sesuai dengan alokasi waktu
yang tersedia. Hal ini bukanlah berarti peran tenaga pengajar (dosen) tersisihkan,
tetapi dosen dapat bertindak sebagai director dan fasilitator of learning atau pengarah
15
dan pemberi fasilitas pada proses belajar. Oleh sebab itu hendaklah setiap mahasiswa
untuk turut aktif dalam menggunakan waktu belajar terstruktur, karena dengan
pemanfaatan waktu belajar melalui kegiatan seperti ini memungkinkan mahasiswa
memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
2.1.2.2 Kegiatan Akademik Mandiri
Silvia (2004: 15) dalam bukunya “Tuntunan Belajar di Perguruan Tinggi”
mengemukakan bahwa kegiatan akademik mandiri merupakan kegiatan yang harus
dilakukan mahasiswa secara mandiri untuk mendalami, mempersiapkan atau tujuan
lain di akademik, misalnya membaca buku referensi, buku teks yang disertai dengan
membuat ringkasannya. Kegiatan akademik mandiri ini juga berlangsung selama 60
menit untuk beban 1 SKS.
Berdasarkan pengertian di atas jelas bahwa kegiatan akademik mandiri ini
mahasiswa sendiri yang merencanakan waktu belajarnya dan mereka laksanakan atas
inisiatif sendiri tanpa diatur dan direncanakan oleh dosen. Ini sangat penting untuk
mengembangkan sikap mandiri dikalangan mahasiswa. Jadi dengan kegiatan
akademik mandiri ini berarti suatu perbuatan yang mengalami, dalam arti bahwa yang
mengalami adalah mahasiswa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Surakmad
(1982: 51) bahwa :
“Belajar adalah mengalami berarti menghayati sesuatu situasi aktuil,
penghayatan mana menimbulkan respons-respons tertentu dari murid.
Pengalaman yang berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan
(pematangan, pendewasaan) pada tingkah laku, perubahan di dalam
perbendaharaan konsep-konsep (pengertian) serta di dalam kekayaan
informasi.”
Pendapat tersebut di atas berarti dalam kegiatan akademik mandiri setiap
mahasiswa pasti akan diperhadapkan dengan situasi yang tidak sama terutama situasi
belajar di rumah. Situasi yang berbeda tersebut yaitu berupa pemanfaatan fasilitas,
16
pemanfaatan jam belajar, faktor lingkungan, bahkan pola tingkah laku/sikap orang tua
yang berbeda, yang merupakan faktor terpenting dalam menciptakan waktu belajar.
Jadi penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa belajar mandiri yang
ada hubungannya dengan kegiatan akademik mandiri ini mahasiswalah yang
merupakan faktor terpenting, sebab melalui kegiatan ini mahasiswa dapat
mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya di kelas dengan jalan menambah
pengetahuan melalui informasi-informasi yang diperoleh di masyarakat. Juga pada
hakekatnya proses belajar ini akan berjalan dengan baik, apabila semua contoh/uraian
yang dikemukakan oleh pengajar (dosen) dapat memberi dorongan agar peserta didik
(mahasiswa) mau melakukan seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan, serta dapat
mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu. Berapa lama satu
materi diperkirakan dapat dipelajari oleh mahasiswa, merupakan dasar dalam alokasi.
Dengan berpegang pada waktu yang disediakan, pengajar (dosen) dapat membuat
rincian waktu. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai waktu yang
direncanakan. Sehubungan dengan kegiatan belajar mandiri ini, untuk mencapai
tingkat ketuntasan belajar juga faktor waktu yang merupakan dasar bagi setiap peserta
didik (mahasiswa) untuk memanfaatkannya. Apakah pemanfaatan waktu belajar di
rumah dapat digunakan oleh mahasiswa? Jawabannya adalah merupakan bagian dari
penelitian ini.
Efisiensi pemanfaatan waktu belajar mahasiswa dalam kegiatan akademik
terstruktur dan mandiri kesimpulannnya selain hal tersebut di atas, juga didukung
oleh faktor keteraturan dan disiplin, konsentrasi dalam belajar, minat kepada seting
pelajaran, fasilitas yang menunjang dan lingkungan yang mandiri.
Namun perlu disadari bahwa sekalipun faktor-faktor ini dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya tetapi tanpa diikuti oleh waktu yang seharusnya digunakan,
maka hasil belajar pun tidak akan mencapai taraf yang diharapkan.
2.1.3 Beberapa Pengertian Belajar Tuntas dan Prinsip Belajar Tuntas
2.1.3.1 Pengertian Belajar Tuntas
17
Sebelum membahas tentang pengertian belajar tuntas, maka terlebih dahulu
akan diuraikan mengenai pengertian belajar. Karena dari pengertian belajar akan
tercakup didalamnya tentang belajar tuntas.
Belajar merupakan suatu hal yang kompleks sehingga tak dapat dipastikan
apakah sebenarnya belajar itu. Definisi belajar tergantung pada teori belajar yang
dianut oleh seseorang.
Hamalik dalam bukunya “Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar”
mengemukakan pengertian belajar sebagai berikut :
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam
sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan-keterampilan, kesanggupan menghargai,
perkembangan sikap-sikap sosial, emosional dan perubahan jasmani.
Pendapat lain tentang belajar dikemukakan oleh Hudoyo (1979:107) dalam
bukunya “ Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaanya di Depan
Kelas”. Sebagai berikut: “Belajar merupakan suatu proses dalam memperoleh
pengalaman/ pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku”.
Kedua pengertian belajar di atas pada dasarnya mempunyai suatu kesamaan
yakni adanya suatu proses dan timbulnya suatu perubahan tingkah laku ke arah yang
baru. Belajar akan terwujud apabila terdapat suatu proses berupa keaktifan dari
individu yang sedang belajar.
Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas apabila dikaitkan
dengan pengertian belajar tuntas, maka teori belajar tuntas adalah merupakan salah
satu inovasi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi serta usaha
belajar peserta didik guna mencapai tingkat tuntas. Untuk lebih jelasnya mengenai
pengertian belajar tuntas maka di bawah ini seperti dikemukakan oleh beberapa pakar
belajar modern definisi sebagai berikut :
a) Belajar tuntas atau belajar sebagai penguasaan atau learning for mastery
(Depdikbud, 1984:14):
18
Belajar tuntas adalah suatu falasafah tentang pengajaran yang mengatakan
bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa akan dapat belajar
dengan hasil yang baik dari seluruh bahan pelajaran yang diberikan di
sekolah.
b) Belajar tuntas yang lebih menekankan strateginya pada kegiatan individual
dalam belajar. James H Balck (dalam Entang, 1984:4). Konsep belajar yang
dikemukakannya terutama menekankan kepada usaha penguasaan bahan
pengajaran/kuliah secara aktual dengan jalan :
- membantu siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
mengahadapi kesulitan.
- Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa untuk belajar sesuai
kecepatan belajar yang dimilikinya secara individual (rate of
learning).
- Membatasai ruang lingkup bahan yang harus dipelajari siswa dengan
tingkat kesukaran tertentu
c) Carrol (dalam Ischack dan Warji, 1982:10) mastery learning (belajar tuntas)
yaitu : “Setiap siswa yang normal akan dapat menguasai suatu satuan/unit
pelajaran, asalkan waktu yang tersedia cukup dan pelayanannya tepat”.
Kalau ditelusuri ketiga pengertian tentang belajar tuntas tersebut, maka pada
dasarnya tugas dosen haruslah dapat menetapkan kriteria atau standar norma
penguasaan tuntas terhadap satuan pelajaran dan mencari atau menentukan metode,
media, bahan, sarana dan sebagainya, sehingga memungkinkan seluruh atau sebagian
mahasiswa secara optimal dapat menguasai secara tuntas (mastery) bahan-bahan
pelajaran yang diberikan kepada mereka.
Jadi jelas bahwa dengan belajar tuntas mahasiswa yang berkemampuan
cukup ke atas akan dapat menguasai bahan kuliah, asal diperkenankan maju menurut
kecepatannya sendiri-sendiri sesuai dengan taraf kepandaiannya dan taraf
motivasinya. Dengan kata lain, semua mahasiswa dalam kelas dapat dituntut
menguasai bahan pelajaran pada taraf prestasi minimal “cukup” kalau mereka
19
dibiarkan mengatur sendiri kecepatannya dalam kemajuan belajar. Jadi semua
mahasiswa dianggap mampu menguasai bahan kuliah, tetapi ada mahasiswa yang
maju cepat dan ada pula yang maju lebih lambat. Bagi mahasiswa yang lambat
tersebut tentunya memerlukan layanan diagnosa kesulitan belajar dan perbaikan
(remedial), sementara usaha pengayaan bagi mahasiswa yang cepat belajar
membutuhkan keterampilan memilih bahan/pengayaan dan dapat dilayangkan lewat
bimbingan.
Sehubungan dengan pengertian belajar tuntas di atas, Usman (1993: 96)
menguraikan kriteria ketuntasan belajar yakni sebagai berikut :
1. Mencapai 75 % dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui penilaian
formatif.
2. Mencapai 60 % dari nilai ideal yang diperolehnya melalui perhitungan hasil tes
sub-sumatif, sumatif, dan kokurikuler.,
Jadi yang penting dalam hal ini adalah bagaimana seorang pengajar (dosen)
mengusahakan dapat memainkan perannya sebagai pengelola proses belajar mengajar
yang baik dalam rangka membantu pertumbuhan dan perkembangan potensi dan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta didik (mahasiswa).
Hal ini berarti agar supaya para peserta didik (mahasiswa) yang dibantu
sungguh-sungguh dapat berkembang secara optimal. Untuk itu di usahakan interaksi
dosen dan mahasiswa berjalan sejajar, di mana dalam proses belajar mengajar bukan
hanya dosen yang aktif akan tetapi peranan keaktifan mahasiswa juga harus
diperhatikan. Dengan peranan keaktifan mahasiswa ini diharapkan penguasaan tuntas
bagi setiap mata kuliah dapat lebih ditingkatkan, sehingga tujuan instruksional yang
hendak dicapai dapat tercapai dengan lebih baik.
2.1.3.2 Prinsip-prinsip Belajar Tuntas
Tujuan atau maksud utama diterapkannya prinsip belajar tuntas ialah supaya
tujuan instruksional dapat dicapai secara optimal. Yaitu agar dikuasainya bahan oleh
sebagian besar siswa (75-95%) dari seluruh populasi siswa sehingga mencapai tingkat
20
mastery. Tingkat ketuntasan ini bermacam-macam dan merupakan persyaratan
minimum yang harus dikuasai siswa. Batas minimum penguasaan ini kadang-kadang
dijadikan dasar kelulusan bagi siswa yang mempelajari bahan tersebut.
Persyaratan penguasaan bahan menurut Usman (1993:96) biasanya bergerak
antara 75% sampai dengan 90%, bila prosentase belum dicapai, siswa harus dibantu
sehingga akhirnya mendapat penguasaan pada taraf tersebut.
Disini letak pentingnya evaluasi formatif sebagai evaluasi pembinaan, agar
unit-unit kecil atau pokok-pokok bahasan tertentu dapat dikontrol apakah mahasiswa
sudah menguasai bahan yang sedang dipelajarinya untuk kemudian diusahakan
perbaikan proses belajar mengajar selanjutnya bila ditemukan kelemahan-kelemahan.
Pada intinya dengan mastery learning (belajar tuntas) ini, mahasiswa harus
mencapai suatu tingkat penguasaan tertentu terhadap tujuan-tujuan instruksional dari
satuan/unit kegiatan tertentu sebelum pindah kesatuan/unit kegiatan berikutnya.
Dengan demikian melalui pelaksanaan prinsip belajar tuntas ini, maka proses
belajar mengajar akan menjadi lebih efektif dan efisien, yang apabila dalam
pelaksanaannya :
1) Nilai rata-rata seluruh mahasiswa dalam satuan kelas dapat ditingkatkan.
2) Jarak antara mahasiswa yang cepat belajar dan lambat belajar semakin pendek.
Dalam setiap proses belajar mengajar sebenarnya selalu disadari oleh dosen
bahwa mahasiswa yang dihadapi mempunyai keanekaragaman, bakat, pembawaan,
IQ, kecerdasan, kecepatan belajar, perhatian dan sebagainya, yang kesemuanya
mempunyai pengaruh dalam penguasaan belajar mereka sehingga tingkat penguasaan
belajar mereka berbeda-beda. Maka untuk menguasai suatu bahan/materi pelajaran
diperlukan waktu yang berbeda-beda pula bagi setiap mahasiswa.
Oleh sebab itu dalam mencapai tingkat ketuntasan belajar disamping usaha
dosen, juga banyak ditentukan oleh usaha mahasiswa dalam belajar. Karena masalah
pokok dalam proses belajar mengajar sekarang sesuai dengan prinsip mastery
learning adalah jawaban terhadap pertanyaan bagaimana belajar mengajar yang
efisisen, setelah diketahui faktor-faktor penghambat dan faktor-faktor pendukungnya.
21
Selanjutnya langkah-langkah apakah yang harus ditempuh dalam mengatasi faktor-
faktor penghambat itu dan mendayagunakan faktor-faktor pendukung yang ada,
sehingga kesulitan belajar mahasiswa dapat dipecahkan, kegagalan belajar mahasiswa
dapat disembuhkan.
Menurut Carrol (dalam Ishak & Warji ; 1982:10-11) bahwa : “ Setiap siswa
yang normal akan dapat menguasai sat satuan/unit pelajaran asalkan waktu yang
tersedia cukup dan pelayanannya tepat. Dengan demikian jelaslah tingkat penguasaan
belajar siswa akan tergantung kepada waktu yang diperlukan (disediakan)”.
Hal ini sesuai dengan prinsip belajar tuntas bahwa diusahakan agar waktu
yang digunakan dapat diperpanjang seoptimal mungkin, sedangkan waktu yang
diperlukan/disediakan dapat diperpendek sampai seminimal mungkin. Jika hal
tersebut di atas diterapkan pada rumus, maka:
W1
TPB =
W 2
W1 optimal
Maka nilai TPB = f akan menjadi meningkat
W2 minimal
Keterangan :
TPB = Tingkat penguasaan belajar
F = Faktor
W = Waktu yang sebenarnya digunakan
W = Waktu yang diperlukan/disediakan
Penerapan prinsip belajar tuntas ini dalam pengajaran implementasinya tidak
selamanya berbentuk sistim pengajaran individual, tetapi juga dapat diselenggarakan
dalam sistim pengajaran biasa meskipun hasil yang dicapainya bersifat individual,
22
terutama dalam hal penguasaan penuh bahan pengajaran. Adapun yang dimaksud
dengan sistim pengajaran biasa disini adalah berupa sejumlah materi pengetahuan
yang tersusun secara teratur, baik mengenai luas maupun urutannya yang disajikan
kepada mahasiswa dalam rangka materi yang harus diterimanya dengan mengandung
aspek ilmu pengetahuan, aspek keterampilan dan aspek nilai dan sikap guna
mencapai tujuan.
Selanjutnya bagi dosen yang mengajar dengan strategi belajar tuntas
hendaklah mulai dengan merumuskan mengenai maksud dengan penguasaan materi
yang diberikannya. Kemudian ia memecah materi kuliah ke dalam suatu kata urutan
bahasan yang lebih kecil dimana setiap satuan mencakup tujuan materi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan. Setelah mengatur pengajarannya sebaik mungkin maka
dosen siap untuk memulai pengajarannya. Ia mengajarkan satuan perkuliahan yang
pertama secara urut dengan metode pengajaran secara kelompok. Setelah pengajaran
unit pertama selesai, sebelum melanjutkan ke unit materi berikutnya hendaklah ia
memberikan formatif test dari unit materi pertama, agar supaya dapat diketahui hasil
dari pengajaran pertama. Atau untuk mengetahui siapa diantara mahasiswa yang
mempunyai kesulitan dan apa kesulitannya. Dan bagi para mahasiswa yang
memerlukan bantuan diminta untuk menggunakan korektif dan remedial program
untuk menyelesaikan unit pelajaran tersebut sebelum pindah ke unit bahasan kedua
dan seterusnya.
Akhirnya dapatlah disimpulkan bahwa dengan diterapkannya prinsip belajar
tuntas ini pada proses belajar mengajar maka :
- Akan dapat meningkatkan secara optimal tingkat penguasaan belajar.
- Bahan pelajaran akan dapat tersusun dengan baik, dan tetap dalam struktur yang
utuh, bulat, sehingga bukan lagi hanya serangkaian fakta belaka, tetapi terjalin
dengan utuh menjadi suatu pengetahuan, pengertian yang tidak terpisah-pisahkan.
- Metode dan alat yang digunakan dalam penyajian pelajaran telah mampu
mengubah tingkah laku mahasiswa (hasil belajar)
23
- Evaluasi yang bersifat diagnotis berarti evaluasi yang dilaksanakan dengan
memberikan suatu kesempatan yang luas kepada mahasiswa untuk mengenali
kelebihan dan kelemahannya, serta memudahkan bagi dosen dalam memberikan
bantuan yang diperlukan oleh mahasiswa.
2.1.4 Hubungan penggunaan waktu belajar dengan ketuntasan belajar
mahasiswa
Berubahnya hasil belajar mahasiswa, sangat erat hubungannya dengan
bagaimana cara mahasiswa di dalam memanfaatkan waktu belajar dengan sebaik-
baiknya. Karena tujuan yang diharapkan dari penggunaan waktu belajar disini adalah
tercapainya ketuntasan belajar, maka dengan demikian penulis lebih menitikberatkan
pada pemanfaatan waktu belajar pada kegiatan akademik terstruktur dan mandiri oleh
mahasiswa untuk ketuntasan belajar.
Khusus dalam kegiatan belajar matematika pembagian waktu belajar sangat
diperlukan sebab belajar matematika itu harus secara kontinu karena antara konsep
yang satu dengan konsep yang lainnya saling berkaitan. Mahasiswa yang dapat
menggunakan waktu belajarnya secara efisien akan lebih mudah memperoleh hasil
yang maksimal bila dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memperhatikan
penggunaan waktu dengan baik dan efisien. Dalam hal ini dianjurkan hendaklah para
mahasiswa diminta untuk tidak mengulur-ulur waktunya untuk mulai belajar. Karena
akan lebih baik apabila para mahasiswa mulai belajar sedini mungkin. Jelaslah disini
menunjukkan bahwa perbedaan individual dalam kecepatan belajarnya adalah
masalah waktu (mahasiswa yang cepat mulai belajar sedini mungkin, sedangkan
mahasiswa yang lambat suka mengulur-ulur waktunya untuk mulai belajar). Kejadian
seperti ini akan menimbulkan perbedaan yang besar dalam kecepatan belajar siswa.
Masalah seperti di atas, banyak para sarjana Amerika menganjurkan pentingnya
pembuatan daftar yang menetapkan jam-jam untuk mempelajari materi pelajaran
tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Morgan dan James dalam bukunya How to
Study (dalam The Liang Gie, 1983:66) memberikan alasan bahwa :’daftar waktu itu
24
akan menghemat waktu karena mencegah keragu-raguan seorang siswa mengenai apa
yang dipelajari dari waktu ke waktu. Selanjutnya daftar waktu itu akan membuat
siswa mempelajari suatu materi pelajaran yang tepat pada saat yang tepat, mencegah
mempergunakan waktu lebih lama dari yang diperlukan dan menyediakan waktu
dimana diperlukan.
Jadi dengan pemanfaatan waktu belajar melalui pembuatan daftar yang
menetapkan jam-jam untuk belajar adalah merupakan bantuan untuk menghindar dari
keraguan di dalam menentukan vak yang akan dipelajari pada setiap hari. Merupakan
suatu hal yang keliru apabila ada yang beranggapan bahwa dengan sekali membaca
dan hanya sekali belajar saja ia akan dapat menguasai pengetahuan dan kecakapan
yang diharapkan. Hendaknya kita jangan berpandangan demikian, melainkan
sebaiknya berpandangan bahwa pengetahuan itu akan dapat kita kuasai apabila kita
sering mengulanginya, mengadakan latihan-latihan dan selalu mengontrol
kelemahan-kelemahan dan kekuatan diri sendiri. Manfaat yang terkandung dalam
menilai diri sesungguhnya menegaskan kepada kita bahwa kegiatan ini adalah bagian
integral daripada kegiatan belajar.
Pada dasarnya kegiatan belajar ini dapat dilakukan terus menerus kapan saja ada
waktu. Tidak ada angka pasti yang menetapkan lamanya waktu belajar optimum
untuk setiap babak. Namun Guy Montrose Whiple dalam bukunya How To Study
Effect Well (dalam The Liang Gie; 1983-70) memberikan pedoman sebagai berikut :
a. Semakin dewasa dan matang pikirannya seorang siswa, ia harus dapat belajar
semakin lama;
b. Semakin mudah sesuatu pelajaran, semakin panjang waktu siswa seharusnya
dapat mempelajari suatu ketika;
c. Semakin lambat masa penghangatan yang timbul pada seorang siswa dalam
mempelajari sesuatu mata pelajaran, semakin lama ia harus terus
mempelajarinya.
Sehubungan dengan penggunaan waktu belajar, maka hal-hal yang
berhubungan dengan peningkatan ketuntasan belajar mahasiswa adalah mengenai
25
keefektifan proses belajar mengajar. Oleh sebab itu pengukuran derajat keberhasilan
pencapaian tujuan pelajaran haruslah sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia,
karena alokasi waktu tersebut sangat erat hubungannya dengan kegiatan akademik
terstruktur dan mandiri yang dilaksanakan oleh setiap dosen dalam mencapai tujuan
dari pengajaran. Kedua kegiatan ini disamping jatah waktunya telah ditentukan dalam
struktur program, juga hasil dari kegiatan tersebut dapat menentukan dalam
pemberian nilai akhir semester bagi para mahasiswa jadi di dalam penggunaan waktu
belajar terstruktur dan mandiri ini mahasiswalah yang perlu belajar, sedangkan dosen
dalam mengajar berperan sebagai pemberi rangsangan, bimbingan, pengarahan dan
motivasi kepada mahasiswa agar terjadi proses belajar. Dengan pengertian ini
dapatlah dikatakan bahwa bahan kuliah hanya sebagai perangsang. Sedangkan arah
yang dituju oleh proses belajar adalah tujuan pengajaran yang harus diketahui oleh
mahasiswa. Oleh karenanya yang penting dalam mengajar bukan upaya dosen
menyampaikan bahan tetapi bagaimana mahasiswa dapat mempelajari bahan sesuai
dengan tujuan.
Dari uraian di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya
mahaiswa dapat mencapai standar ketuntasan belajar apabila mereka dapat
memanfaatkan waktu belajar tersebut dengan sebaik-baiknya. Untuk dapat
mengetahui tentang penggunaan waktu belajar mahasiswa khususnya untuk mata
kuliah matematika dasar, hendaklah setiap dosen pengajar dapat memperhatikan
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan akademik terstruktur dan mandiri seperti
dari kehadiran di kelas/absensi, dapat mengerjakan tugas yang diberikan serta
frekuensi dalam mengunjungi perpustakaan. Disamping itu pula ketuntasan belajar
mahasiswa akan menjadi lebih baik lagi apabila didukung oleh hal-hal seperti
penyediaan waktu untuk belajar, pemanfaatan waktu belajar serta fasilitas belajar
yang ada.
26
2.2 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara pemanfaatan waktu belajar terstruktur dan belajar mandiri terhadap
ketuntasan belajar mahasiswa pada mata kuliah Matematika Dasar.
27
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi
1998, Prosedur Penelitian. Jakarta :Rineke Cipta
Gie, The Liang
1983, Cara Belajar Yang Efisien. Bandung : Gajah Mada University Press
2004, Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa : Gajah Mada University Press
Hasibuan JJ dan Moedjioni
1984, Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.
Hudoyo, Herman
1979, Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan
Kelas. Surabaya :Usaha Nasional
Ischak SW dan Warji R.
1982, Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta :
Liberty
Moleong,L.J.
1982, Belajar Tuntas, BP3K Dep, P&K. Jakarta
Mudhoffir, Drs. M.Sc.
1987, Teknologi Instruksional. Bandung : Remadja Karya
Oemar Hamalik, DR.
1984, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito.
2001, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Bandung : Sinar Baru Algensindo
Paryati Sudarman, Dra.
2004, Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
Russefendi, E.T.
28
1984, Dasar-Dasar Matematika Modern Untuk Guru. Bandung : Tarsito.
Silvia Sukirman
2004, Tuntutan Belajar di Perguruan Tinggi. Bandung : Pelangi CEndekia
Slameto, Drs.
1991, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester.
Jakarta :Bina Aksara
Sudjana, Prof. Dr. M.A.,.M.Sc
2002, Metode Statistika. Bandung :Tarsito
Tjipto Utomo dan Koes Ruyter
1985, Peningkatan dan Pengembangan PEndidikan. Jakarta : PT. Gramedia.
Uzer Usman dan Setiowati Lilis
1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung :PT Remaja
Rosda Karya.
Filename: BAB II.doc Directory: E: Template:
C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm
Title: BAB II Subject: Author: User Keywords: Comments: Creation Date: 11/10/2004 3:13:00 PM Change Number: 2 Last Saved On: 11/10/2004 3:13:00 PM Last Saved By: Progres Total Editing Time: 0 Minutes Last Printed On: 7/23/2013 7:07:00 AM As of Last Complete Printing Number of Pages: 21 Number of Words: 5,144 (approx.) Number of Characters: 29,327 (approx.)