BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Persuasif 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/46235/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Persuasif 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/46235/3/BAB II.pdf ·...
-
9
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Komunikasi Persuasif
2.1.1 Pengertian Komunikasi Persuasif
Menurut Carl I Hovland (Dalam Sunarjo dan Djoenaesih, 1983:30)
menyatakan komunikasi merupakan efek umum yang terletak melalui dorongan
individu agar berpikir dalam dua segi mengenai pendapatnya sendiri dan
mendapatkan pendapat baru yang telah diajukin kepada pihak lain. Ronald dan
Karl mendefinisikan komunikasi persuasif merupakan suatu proses komunikasi
yang padat, dimana individu atau kelompok menunjukan pesan, sengaja atau
tidak sengaja dengan cara verbal dan nonverbal untuk memperoleh suatu
respons yang khusus dari individu maupun group (Littlejohn dan Foss,
2009:12). Kemudian dalam bukunya Devito menjelaskan komunikasi persuasif
adalah suatu teknik yang dapat mempengaruhi pikiran manusia dengan cara
memanfaatkan data dan fakta psikologis atau sosiologis pada komunikan yang
ingin dipengaruhi (Devito, 2010:387).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan persuasif merupakan suatu
proses dengan tujuan untuk mengubah opini, perilaku, dan sikap. Dikarenakan
persuasif sebuah proses maka akan berhasil dipengaruhi melalui beberapa
faktor yang berkaitan pada komponen-komponen komunikasi mulai dari,
-
10
komunikator, saluran, hingga komunikan. Keseluruhan saling terkait dan tidak
dapat dihilangkan salah satunya.
2.1.2 Faktor Komunikasi Persuasif
Dimana Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap atau
menguatkan dan perilaku. Sehingga dari pendapat, fakta dan himbauan motivasi
harus membentuk sifat dalam memperkuat tujuan dari persuasif. Dalam
bukunya (Cangara, 2010:217) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
dari keefektivan komunikasi persuasif, diantaranya:
a) Kejelasan tujuan
Tujuan dari komunikasi persuasif adalah mengubah pendapat, sikap,
atau perilaku kepada sasaran persuasif atau komunikan. Tujuan tersebut
bertujuan mengubah persuader atau komunikan, maka proses dari pada
persuasif harus melalui kaitan dengan aspek afektif.
Pembicara komunikasi persuasif harus mengetengahkan sifat seperti
memberikan ilustrasi, memperkuat, dan menyodorkan informasi kepada
komunikan. Tetapi fokus tujuan pokoknya adalah mengubah sikap atau
menguatkan perilaku, sehingga penggunaan pendapat, fakta dan himbauan
yang memotivasi harus bersifat memperkuat dari tujuan persuasifnya.
b) Memilih strategi komunikasi yang tepat
Strategi komunikasi persuasif adalah campuran antara merencanakan
komunikasi persuasif dengan manajemen komunikasi. Perlu dicermati untuk
menentukan strategi seperti apa sasaran dari persuasif, waktu dan tempat
-
11
pelaksanaan komunikasi persuasif, apa yang disampaikan, dan mengapa
pesan tersebut harus disampaikan.
c) Memikirkan secara cermat orang yang dihadapi
Dalam berbagai keberagaman yang cukup kompleks persuasif harus
memiliki sasaran yang sesuai. Keragaman tersebut dilihat pada jenis
kelamin, karakteristik demografis, level pekerjaan, gaya hidup hingga suku
bangsa. Sehingga untuk melakukan komunikasi persuasif adanya
pembelajaran mengenai komunikan setelah itu menelusuri aspek dari
keragaman terlebih dahulu. Agar mudah mengatasi penyampaian pesan
persuasif kepada komunikan.
2.1.3 Prinsip Komunikasi Persuasif
Dalam melakukan komunikasi tidak sebebas seperti melakukan proses
komunikasi biasa, tentu harus memahami proses komunikasinya dengan
menerapkan asas sesuai landasan. Komunikasi persuasif memiliki tujuan
tersendiri dilihat dari pembicaran persuasif itu sendiri. Ada empat prinsip yang
dapat dimanfaatkan. Pada prinsip tersebut memiliki keberhasilan mengubah
sikap, mengajak sasaran persuasi, kepercayaan dalam membuat sesuatu sesuai
kehendak persuader. Menurut Little John dan Jabusch (Devito, 2010:447)
bahwa prinsip dari persuasif terdiri dari:
a) Prinsip Pemaparan Selektif
Pada prinsip pemaparan selektif menyatakan bahwa pendengar
(khalayak) Mengikuti hukum pemaparan selektif, memiliki dua bagian yang
-
12
pertama pendengar secara aktif mencari-cari informasi dengan dukungan
opini, nilai, kepercayaan, perilaku dan keputusan mereka. Kedua pendengar
secara aktif menghindari perbedaan informasi, dengan sikap, opini,
kepercayaan, nilai dan perilaku mereka sekarang.
b) Prinsip Partisipasi Khalayak
Maksud dari khalayak adalah sasaran persuasif atau komunikan.
Komunikasi Persuasif bisa efektif apabila khalayak ikut andil pada proses
komunikasi. Saling terlibat antara pembicara yang bersifat transaksional.
Dapat dikatakan berhasil komunikasi persuasifnya bila pesan yang
disampaikan kepada persuader memiliki respon positif sesuai dengan sasaran
persuasif, lalu persuader melayani respon yang dibuat sehingga khalayak akan
aktif melalu interaksi tersebut.
c) Prinsip Besaran Perubahan
Prinsip tersebut menyatakan bahwa semakin penting dan semakin
besar perubahan yang diinginkan persuader, maka tantangan yang dihapi oleh
persuader semakin besar untuk mencapai tujuanya, yaitu perilaku sasaran,
opini dan mengubah sikap persuasif.
d) Prinsip Inokulasi
Prinsip tersebut membicarakan mengenai sasaran persuasif yang telah
mengetahui persuader dan telah menyiapkan argumen untuk menentang
persuader. Sasaran persuasif banyak berbagai macam karakter yang berbeda-
beda. Dengan begitu, persuader memiliki tantangan yang besar perlu
menyiapkan argumen yang matang. Sehingga dapat membalas dan menjawab
-
13
argumen dari sasaran persuasif yang sifatnya menentang pada proses
komunikasi persuasif yang akan dilakukan.
2.1.4 Teknik Komunikasi Persuasif
Dimana seorang komunikator, dalam membentuk suatu pesan yang
akan dikomunikasikan kepada komunikan harus disesuaikan dengan apa yang
akan dikatakan, tapi perlu dijadikanya pemikiran adalah suatu pengelolahan
pesan (message management). Pesan harus ditata pada pada khalayak
(komunikan) yang akan dijadikan sasaran. Terdapat tiga buku yang
menjelaskan serupa mengenai teknik komunikasi persuasif yang pertama dalam
bukunya (Effendy, 21-24:2015). Kemudian dalam bukunya komunikasi
persuasi dan retorika (Djoenaesih dan Sunarjo, 1986:35-39) dan dalam bukunya
komunikasi dakwah (Ilaihi, 126-127:2010), meliputi:
a) Cognitive Dissonance
Teknik ini mengambil teori yang dikemukakan oleh Leon Festinger di mana
digunakan gejala-gejala dalam suatu kehidupan dari manusia. Orang atau
komunikan yang biasanya akan lebih cepat menerima komunikasi (persuasi)
yang seolah-olah membenarkan perilakunya meskipun hati nuraninya sendiri
tetap tidak dapat membenarkanya.
b) Teknik Asosiasi
Teknik Asosiasi merupakan penyajian sebuah pesan dari komunikasi
dengan cara menumpangkanya pada suatu peristiwa atau objek yang sedang
-
14
menarik perhatian khalayak. Teknik sering dilakukan pada kalangan
pembisnis taupun para kalangan politik.
c) Teknik Integrasi/Empathy
Teknik Integrasi/Emphaty merupakan kemampuan dari komunikator
dalam menyatukan diri dengan kounikatif kepada komunikan. Menyatakan
bahwa, melalui pembicaraan verbal atau nonverbal, komunikator
menggambarkan bahwa ia senasib dan karena itu bisa menjadi satu dengan
komunikan".
d) Teknik Payoff Idea
Teknik payoff Idea merupakan kegiatan untuk mempengaruhi
komunikan dengan cara mengiming-imingi hal yang diuntungkan,
mengembirakan, menyenangkan perasaanya atau menjanjikan suatu harapan.
e) Teknik Fear Arrousing
Teknik Fear arrousing merupakan "pembangkit rasa takut", yakni
suatu cara yang mana bersifat menakut-nakuti atau adanya gambaran
konsekuensi yang buruk.
f) Teknik Tataan/Icing
Teknik Tataan/Icing merupakan suatu upaya dalam menyusun pesan-
pesan komunikasi dengan sedemikian rupa, supaya enak didengar atau
dibaca serta adanya motivasi kepada komunikan untuk melakukan
sebagaimana yang disarankan oleh pesan tersebut.
-
15
g) Teknik Red-Hearing
Teknik Red-Hearing merupakan seni bagi seorang komunikator dalam
meraih kemenangan melalui perdebatan dengan cara mengelakan
argumentasi untuk melemahkan lawan bicara dan mengalihkanya sedikit
demi sedikit melalui aspek yang telah dikuasainya setelah itu menjadikan
senjata dalam menyerang lawan. Jadi teknik ini dilakukan pada saat
komunikator dalam posisi terdesak.
2.2 Komunikasi Massa
2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Pada hakikatnya komunikasi massa adalah suatu komunikasi yang
dilakukan melalui media massa, baik dari media cetak seperti (majalah, surat
kabar) ataupun media elektronik seperti (televisi, radio dan film) kemudian hal
itu dikelola dengan cara melembagakan orang. Dimana media bisa dikatakan
sebagai massa/khalayak yang memperjelas pesan-pesan tersebut pada media
massa yang serupa. Pesan komunikasi sifatnya umum, disampaikan dengan cara
serentak, cepat, selintas, khusunya media elektronik itu sendiri (Mulyana,
2013:83). Dalam membedakan arti massa yang artinya "umum" dengan massa
pada komunikasi massa, supaya tidak terjadi kesalah pahaman mengenai
perbedaan massa itu sendiri. Massa yang berarti "umum" mendekati arti
sosiologis adalah suatu kumpulan individu maupun kelompok pada suatu lokasi
tertentu. Tetapi massa memiliki arti komunikasi massa berarti sebagai suatu
individu terkait dengan peran media massa, yang mana orang tersebut menjadi
-
16
penerima pesan. Karenanya massa berarti komunikasi yang merujuk pada
khalayak, penonton, audien, pemirsa atau pembaca (Nurudin, 2007:4).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa
yang berarti suatu media massa dapat mengkomunikasikan suatu pesan kepada
khalayak sehingga menghasilkan suatu daya tarik tersendiri baik dalam media
cetak maupun elektronik.
2.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki suatu tujuan memberi sarana kepada
khalayak/komunikan, komunikator dalam media massa harus berusaha
sedemikian rupa memiliki komunikasi yang tertuju dengan baik. Oleh karena
itu komunikasi massa memiliki beberapa ciri diantaranya (Effedy, 2015:51-54):
a) Sifat Komunikasi
Komunikasi massa tertuju kepada khalayak memiliki jumlah yang
relatif besar, heterogen, dan anonim. Komunikasi relatif besar yang berarti
tidak sama selalu berganti-ganti setiap periode, singkat tergantung selera
masing-masing. Kedua heterogen bukan hanya terpencar-pencar letaknya
tetapi sangat berbeda satu sama lain dalam hal umur, pekerjaan, pendidikan,
agama, suku bangsa, dan sebagainya. Ketiga anonim, menyatakan
komunikator tidak mengenal mereka. Meskipun tidak tahu namanya satu
demi satu akan tetapi mengetahui kelompok apa yang dihadapinya.
-
17
b) Sifat Media Massa
Sifat dari pada media massa pada umumnya cepat dan serempak.
Maksud serempak yaitu kontak antara komunikator dengan komunikan
mendapatkan jumlah yang cukup besar. Pada saat yang sama media massa
tentu membuat khalayak banyak menaruh perhatian kepada pesan yang
disampaikan oleh seorang komunikator.
c) Sifat Pesan
Sifat dari pada media massa yaitu umum (public) merupakan sarana
untuk menyampaikan kepada khalayak bukan kepada kelompok tertentu.
Komunikasi melalui media massa sifatnya sangat umum, oleh karena itu
lingkungan harus bersifat universal, mengenai segala hal-hal yang berkaitan
seperti ekonomi, politik, militer, kebudayaan, kemasyarakatan dan
sebagainya.
d) Sifat Komunikator
Media massa merupakan suatu lembaga atau organisasi, oleh karena
itu komunikasi massa seperti sutradara, wartawan, penyiar radio, penyiar
televisi maupun wartawan adalah komunikator yang terlembagakan. Media
massa pada dasarnya suatu organisasi yang rumit. Pesan yang tersampaikan
kepada khalayak hasil dari pada kerja kolektif.
e) Sifat Efek
Efek dari komunikasi massa hanya bergantung dengan tujuan melalui
komunikasi yang dilakukan kepada komunikator. Tujuanya membuat
-
18
komunikan untuk tahu atau merubah sikapnya dan pandanganya agar
komunikan berubah.
2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi adalah suatu pesan yang diperankan kepada pihak lain.
Menyatakan bahwa fungsi dapat dirasakan baik terhadap diri seseorang secara
individual, kelompok anggota masyarakat, maupun terhadap masyarakat secara
keseluruhan. Menurut harold D Laswell (dalam Winarni, 2003:44-45)
mengemukakan suatu fungsi dalam komunikasi massa antara lain, memberi
informasi (to inform), mendidik (to educate), dan menghibur (to entertain). Ada
beberapa pandang yang berbeda mengenai fungsi suatu komunikasi massa.
Secara umum, fungsi komunikasi ada beberapa bagian (Nurudin, 2007: 66-91)
diantaranya :
a) Fungsi Informasi
Penyampaian pada informasi yang berlangsung cepat melalui khalayak
massa yaitu, suatu fungsi pokok dari komunikasi massa. Dari media massa
yang digunakan, informasi yang dikumpulkan dan dikemas secara merata
dan disebarluaskan menuju khalayak luas.
b) Fungsi Hiburan
Hiburan adalah suatu fungsi dari komunikasi massa melalui media
massa. Dapat diperhatikan bahwa unsur hiburan menjadi paling nyata juga
menonjol di dalam media massa. Terdapat media televisi jika dibanding
-
19
dengan media massa lainya. Berbeda untuk televisi swasta, proporsi
tanyangan bernuansa hiburan sangat menonjol. Namun, ada rangkaian
dengan fungsi yang lain seperti penyampaian informasi.
c) Fungsi Persuasif
Persuasif melalui media komunikasi memiliki suatu fungsi yakni
kemampuan yang dapat memengaruhi khalayak supaya berbuat sesuatu
lewat apa yang ditawarkan pada media massa yang bersangkutan. Persuasif
bisa didatangkan pada berbagai bentuk:
Memberi kepercayaan, memperkuat sikap, atau nilai seseorang
Merubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang
Menggerakan sikap seseorang untuk melakukan sesuatu
Menawarkan nilai tertentu atau memperkenalkan etika
d) Fungsi Transmisi budaya
Adanya perubahan atau pergeseran dalam budaya maupun nilai
budaya pada suatu masyarakat, tidak lepas dari keberhasilan media massa.
Selalu memperkenalkan budaya global kepada audien massa. Hakikatnya
informasi dan komunikasi bisa merambah ke kehidupan masyarakat,
termasuk kepada budaya.
e) Fungsi Massa untuk Mendorong Kohesi Manusia
Kohesi manusia yaitu penyatuan. Kohesi menjadi salah satu dari
fungsi komunikasi massa, masuknya media massa ikut mendorong
masyarakat untuk bersatu. Seperti ketika media menceritakan mengenai
-
20
kerukunan umat agama, secara tidak langsung media ikut andil memuat
fungsi untuk mewujudkan adanya kesatuan sosial bagi masyarakat.
f) Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan yaitu melakukan kontrol aktivitas masyarakat
secara menyeluruh. Pengawasan dapat dilakukan pada media massa melalui
bentuk kontrol sosial, persuasif maupun peringatan.
g) Fungsi Korelasi
Korelasi yaitu, menghubungkan suatu fungsi media massa ke berbagai
elemen masyarakat. Seperti peran media massa sebagai penyangga hubungan
masyarakat dengan pemerintah terkait kebijakan tidak dipihak, dan
merugikan masyarakat.
h) Fungsi Pewarisan Sosial
Konteks pada fungsi pewarisan sosial, media massa bisa diibaratkan
seperti seorang "pendidik" melalui usaha untuk menurunkan nilai-nilai, ilmu
pengetahuan, dogma, norma, bahka bentuk etika kepada khalayak.
i) Fungsi Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif
Media massa dapat menjadi alat dalam merebut dan mempertahankan
suatu kekuasaan. Komunikasi memberikan peran informasi, akan tetapi
informasi tersebut bisa mempunyai motif tertentu melawan kemapanan.
Dapat diakui bahwa komunikasi massa bisa juga berperan dalam
memperkuat kekuasaanya.
-
21
j) Fungsi Menguat Hubungan Trikotomi
Hubungan trikotomi merupakan hubungan yang bertolak belakang
kepada tiga pihak. pada kajian komunikasi hubungan pada trikotomi dapat
melibatkan pemerintah, pers, dan masyarakat. Hunbungan trikotomi tidak
begitu demokratis. Maka komunikasi massa melalui media massa, yang
membuat hubungan pada trikotomi tidak adil tersebut. Media massa seperti,
berita yang berbobot, mengungkapkan peristiwa bertendensi tinggi politik,
akan tetapi mampu mengungkapkan kritikan korup pemerintah dan tidak adil
dalam manifestasi dari fungsinya.
2.3 Persuasif dalam Media Komunikasi Massa
Dalam peranannya, media sangat mempengaruhi efektifitas maupun
keberhasilan suatu komunikasi. Media merupakan suatu sarana untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada komunikan yang merupakan khalayak. Berhasil atau
tidaknya media massa tetap dapat menimbulkan pengaruh besar kepada masyarakat.
Harapan dari komunikan tidak lepas dari persuasif komunikator sebagai pembawa
pesan. Komunikator dalam membawa pesan akan memilih media massa baik secara
cetak maupun teknologi yang berupa audio visual kemudian pesan akan di desain
sesuai dengan elemen komunikan sehingga dijangkau dengan baik (Nida, 2014:89).
2.3.1 Efek Komunikasi Massa
Pada hakikatnya media massa memiliki pengaruh pada khalayak,
sebagaimana antara pesan media dan efek media. Hubungan antara khalayak
nyatanya akan menjadi kompleks bila hal itu terjadi secara berangsur-angsur
-
22
(Biagi, 2010:362). Menurut Steven Chaffe (dalam Winarni, 2003:122)
menyebutkan efek dalam media massa dapat terjadi melalui tiga pendekatan:
a) Pesan pada suatu media berkaitan erat dengan efek dari media massa.
b) Menimbukan adanya perubahan melalui diri khalayak dalam komunikasi
massa, jenis dari pada perubahan tersebut diantarnya kognitif, afektif, dan
behavioral.
c) Satuan dari observasi akan dikenai suatu efek komunikasi massa meliputi
kelompok, individu, masyarakat, organisasi, atau bangsa.
Dalam bukunya (Winarni 2003:122) menjelaskan bahwa ada beberapa
pendekatan terhadap efek komunikasi massa yang berperan untuk mempersuasi
komunikan, sebagai berikut:
a) Efek kehadiran media fisik
Menurut S. Chafee kehadiran media massa secara fisik, sebagai berikut :
Efek ekonomis, yaitu menghadirkan media massa akan menumbuhkan
suatu perubahan dalam usaha lapangan kerja.
Efek sosial, yaitu perubahan interaksi sosial kepada masayarakat yang
menggunakan media.
Efek Penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari, dapat mempengaruhi
kegiatan dalam sehari-hari layaknya konsumen pada media.
Efek pada penyaluran/Penghilang perasaan tertentu, yaitu dapat
memanfaatkan untuk perasaan kecewa, sedih, marah, kesepin dan lain-
lain.
-
23
Efek perasaan orang tua terhadap media, yaitu media massa dapat
menumbuhkan suatu perasaan kepada khalayak. Timbulnya perasaan
pada khalayak, seperti menghindari ataupun tidak percaya kepada
media lain.
b) Efek Kehadiran Pesan Media
Dari segi pesan apa yang disampaikan kepada media massa maka dapat
menimbulkan efek sebagai berikut:
Efek Kognitif, yaitu mengakibatkan timbulnya persuasif pada diri
seseorang melalui media yang bersifat informatif. Kognitif mencakup
pemahaman pengertian komunikan dan pengetahuan. Kehadiran dari
pesan media memberi akan pengetahuan yakni dari yang tidak tahu
menjadi tahu jelas dan paham.
Efek Afektif, memiliki suatu kadar yang lebih tinggi melebihi efek
kognitif. Efek yang akan ditimbulkan bukan hanya sekedar
pengetahuan tetapi khalayak turut ikut merasakanya.
Efek Behavioral, mengacu pada perilaku, tindakan maupun kegiatan
khalayak dalam mengkonsumsi media. Pada dasarnya, efek ini terjadi
meliputi perilaku proposial dan antisosial. Efek ini, menjadikan
perilaku anti sosial meliputi sisi negatif. Dari segi positif akan
menimbulkan sisi baik pengaruh dari isi media.
-
24
2.4 Televisi dalam Komunikasi Massa
Media massa televisi merupakan media jaringan komunikasi dengan ciri-ciri
yang berbentuk sesuai dengan komunikasi massa yang mana berlangsung komunikasi
berupa satu arah, komunikator terlembaga, pesanya bersifat umum, sasaranya
menimbulkan keserempakan dan komunikasi bersifat heterogen (Effendy, 1993:21).
Televisi dalam media massa memiliki suatu karakteristik dengan beroperasi
secara linier atau satu arah (linear communication). Isi dari pada televisi bermuatan,
informasi, hiburan, berita, dan pendidikan yang senantiasa singkat, padat, jelas, dan
santun karena audio visual hanya disampaikan pada satu arah. Artinya umpan balik
(feedback) tidak diperbolehkan secara tiba-tiba. Kendati sekarang ini berkat adanya
kemajuan teknologi program interaksi yang dilakukan oleh pemirsa bisa dilakukan
melalu telepon, namun hal tersebut tidak semuanya dapat dilakukan program tertentu
saja yang bisa melakukan hal tersebut (Oramahi, 2015:7).
Sebagai media elektronik televisi, merupakan sebuah informasi yang
disampaikan kepada audiens kemudian tidak dapat didengar kembali karena proses
penyampaian yang begitu cepat. Sehingga audiens harus betul-betul fokus mendengar
pesan yang tersampaikan oleh televisi. Melihat televisi seperti itu, maka penyampaian
isi pesan haruslah singkat, jelas dan padat penyampain kata-kata harus sesuai dengan
intonasi yang tepat (Kuswandi, 1996: 18).
-
25
2.4.1 Format Acara Televisi
Dalamnya bukunya (Djamal dan Andi, 2011:168) dalam sebuah
program memiliki kunci kesuksesan ketika menentukan format tersebut. Format
acara memiliki pengertian yaitu, sebuah rancangan yang didasari mengenai
suatu konsep pada acara televisi yang menjadi landasan mengenai kreatifitas
produksi terbagi atas beberapa kriteria diantaranya:
a) Drama (fiksi) bersifat timeless dan imajinatif: aksi, tragedi, cinta/
romantisme, legenda, komedi, horor.
b) Nondrama (non fiksi), bersifat timeless dan faktual:kuis, talkshow, program
religi, magazine show, recpaking, gameshow, competion show, talent show.
c) Berita (news), bersifat aktual dan faktual: Sport, features, magazine news,
current affairs.
2.4.2 Segmentasi Audiensi
Sampai sekarang jumlah stasiun televisi semakin lama banyak
bermunculan, pada suatu program acara tidak semuanya bisa menjangkau ke
seluruh kalangan. Stasiun televisi harus bisa memilih segmentasi audien, apa
yang khalayak inginkan. Maka stasiun bisa menentukan bagaimana cara
menjangkau dan memenuhi program acara yang akan dibutuhkan. Dalam
bukunya (Morissan, 2009: 170-181) menjelaskan pembagian segmentasi
audiens sebagai berikut:
-
26
a) Segmentasi Demografis
Segmentasi tersebut berdasarkan dari karakteristik demografis seperti
jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, pendidikan, pendapatan, agama, suku
kebangsaan. Hal tersebut biasanya terdapat data kependudukan yang
dibutuhkan bagi pemasang iklan, supaya mengetahui baik dalam tayangan
iklan dan menentukan siapa pemeran iklannya. Semua stasiun televisi harus
menyesuasikan pesan yang ingin disampaikan agar komunikan bisa
menangkapnya.
b) Segmentasi Geografis
Segmentasi tersebut membagi audien berdasarkan pada wilayah
segmentasi. Dikarenakan audiens memiliki suatu kebiasaan berbeda-beda
berdasarkan tempat tinggal mereka. Mencakup pulau, provinsi, kota,
ataupun desa. Setiap wilayah akan mempengaruhi karakter audiens dalam
satu wilayah tertentu.
c) Segmentasi Geodemografis
Geodemografis adalah gabungan dari bentuk segmentasi demografis
dan tempat tinggal. Audiens yang tinggal di wilayah geografis tertentu bisa
dipercaya memiliki karakter demografis yang merata. Akan tetapi, wilayah
geografis harus diperkecil kembali, seperti kawasan perkampungan atau
perumahan elit.
d) Segmentasi Psikografis
Segmentasi tersebut berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia.
Perilaku dapat dipengaruhi dari gaya hidup maupun selektif dalam memilih
-
27
sesuatu. Adanya gaya hidup membuat putusan dalam pemilihan program
disesuaikan oleh kebutuhan mereka.
2.5 Komunikasi Dakwah
2.5.1 Pengertian komunikasi Dakwah
Dalam bukunya Moh Ali Azis menurut Syekh ali makhfudh dalam
kitabnya Hidayatul Mursyidin, mengatakan dakwah merupakan suatu dorongan
dalam berbuat kebaikan dan mengikuti arahan (agama), dan menyerukan
kepada hal positif dengan cara mencegah dari perbuatan munkar agar
memperoleh kebahagiaan dunia maupun akhirat. Kemudian HSM Nasarudin
Latif menyatakan dakwah adalah usaha dalam melakukan aktifitas sesuai
dengan tulisan yang bersifat menyeru, memanggil, mengajak manusia lainya
untuk membentuk keimanan dan menaati sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dengan dari garis syariat, akidah, dan akhlak Islami. Selanjutnya Masdar
Helmy menyatakan bahwa dakwah suatu ajakan dan mengajak manusia supaya
menaati ajaran Allah (Islam) kepada amr ma'ruf nahi munkar dan memperoleh
kebahagiaan baik dunia maupun akhirat (Aziz, 2004:4-5).
Dalam ketiga kesimpulan diatas menyatakan bahwa dakwah
mengandung suatu ajakan baik dalam bentuk tulisan lisan, dan tingkah laku
yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha dapat memengaruhi
orang lain baik secara individual maupun kelompok supaya timbul sikap akan
pesan yang sesuai dengan topik pembicaraan.
-
28
2.5.2 Fungsi Komunikasi Dakwah
Pada dasarnya dakwah memiliki fungsi untuk mengatur keseluruhan
ajaran agama Islam, dakwah bertujuan untuk mengamalkan suatu agama (Aziz,
2004:59) adanya fungsi komunikasi dakwah sebagai berikut:
a) Dakwah dapat berfungsi sebagai penyebaran agama Islam dari individu, dan
masyarakat sehingga dapat turut serta merasakan mengenai Islam ramatan lil
alamin sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
b) Dakwah dapat berfungsi dalam melestarikan nilai ajaran Islam dari generasi
kepada kaum muslim sehingga dari generasi ke generasi pemeluknya tidak
akan terputus.
c) Dakwah sangat berfungsi sebagai korektik yang berarti meluruskan akhlak
mencegah kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari hal-hal yang
bersifat negatif.
2.5.3 Tujuan Komunikasi Dakwah
Dakwah merupakan, suatu tujuan dalam menciptakan sebuah
kehidupan individu dan masyarakat yang damai, aman dan sejahtera yang
dinaungi akan kebahagiaan, baik rohani maupun jasmani. Aktivitas sebuah
dakwah senantiasa dilakukan dengan mengharap akan ridho Allah SWT.
Melalui pemikiran yang luas, dengan senantiasa menegakan ajaran islam,
sehingga ajaran-ajaran ini mendorong akan perbuatan sesuai dengan ajaranya.
(Aziz, 2004:61), dimana tujuan dakwah antara lain:
-
29
a. Sesuai (Suitable), tujuan dari dakwah harus sesuai dengan visi & misi atas
apa yang akan diberikan kepada komunikan.
b. Berdimensi waktu (Measurable time), dalam menentukan sebuah dakwah
haruslah konkret dan bisa menyeseuaikan kapan hal itu terjadi.
c. Layak (Feasible), debuah dakwah hendaknya menjadi suatu tekad dalam
mewujudkan (realistis) keadaan.
d. Luwes (Fleksible), pada dasarnya dakwah harus senantiasi selalu
menyesuaikan atau peka (sensitif) dalam berbagai keadaan dan mengetahui
kondisi umat.
e. Bisa dipahami (Understandable), dakwah harus bisa dicerna dan mudah
dipahi oleh komunikan.
2.5.4 Unsur -unsur Komunikasi dakwah
Pada hakikatnya dakwah memiliki unsur-unsur untuk bisa memastikan
setiap komponen dalam komunikasinya tetap berlangsung lancar dan di setiap
kegiatan dakwah. Dalam bukunya (Aziz, 2004:75-138), antara lain sebagai
berikut:
a. Da'i (Pelaku dakwah), maksud dari Da'i merupakan orang yang bisa
melaksakan dengan cara tersusun, baik lisan maupun tulisan atau perbuatan
baik secara komunikatif melalui individu, kelompok ataupun berbentuk
lembaga atau organisasi.
b. Mad'u (Mitra Dakwah atau Penerima Dakwah), unsur-unsur dakwah Mad'u,
yaitu menuju sasaran melalui manusia sebagai penerima dakwah, baik dari
-
30
individu yang berkelompok, atau manusia muslim maupun non muslim,
dengan kata lain manusia secara menyeluruh.
c. Maddah (Materi Dakwah), Maddah dakwah merupakan suatu masalah dari
isi yang berbentuk pesan atau materi yang ingin disampaikan kepada Mad'u
(penerima dakwah), sebagaimana dari pernyataanya bahwa yang menjadi
maddah dakwah adalah suatu ajaran islam ini sendiri. Oleh karenanya,
dalam membahas maddah dakwah yaitu membahas mengenai Islam itu
sendiri, dikarenakan ajaran islam sangat luas untuk dijadikan maddah
dakwah Islam.
d. Wasilah (Media Dakwah), Wasialah dakwah merupakan sebuah alat yang
akan digunakan dalam menyampaikan sebuah materi, ajaran Islam kepada
Mad'u. Maka dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat harus
menggunakan berbagai wasilah. Wasilah dakwah dapat digunakan berbagai
macam hal yang dapat merangsa pada bagian indera manusia serta bisa
menimbulkan perhatian dalam penerimaan dakwah. Semakin efektif wasilah
semakin tepat pula pemahaman mengenai ajaran Islam kepada masyarakat
yang menjadi tujuan dakwah.
e. Thariqah (Metode Dakwah), komunikasi dalam metode dakwah lebih
dikenal melalui istilah approach, yaitu suatu cara yang dilakukan oleh
komunikator untuk mencapai tujuan tertentu dengan dasar hikmah dan kasih
sayang.
f. Atsr (Efek Dakwah), Atsr artinya bekasan, tanda, atau sisa. Istilah ini
digunakan dalam menunjukan suatu ucapan melalui perbuatan yang berasal
-
31
dari tabi'in atau sahabat. Pada perkembangan selanjutnya dianggap sebuah
hadist, karena memiliki ciri-ciri makna hadist.
2.6 Pesan Dakwah dalam Televisi
Pada dasarnya suatu dakwah dapat digunakan melalui media (terutama media
massa) bisa meningkatkan intensitas, jangkauan, dan kecepatan komunikasi adanya
media seperti, radio, televisi, internet dan sebagainya (Aziz, 2004:150).
Perkembangan dalam suatu media televisi, baik pada program acaranya
maupun suatu peningkatan daya kreativitas yang ditawarkan bagi publik dan
pemanfaatan sarana televisi akan sangat mungkin terus terjadi. Apabila konsumsi
informasi terus menerus berakibat pada gaya hidup penonton (Muhtadi, 2012: 88).
Arti penting dalam sebuah pesan media (wasilah) tidak dipungkiri menjadi
permasalahan yang terletak pada kemauan dan kejelian para da'i dalam menelaah
media mana yang paling benar-benar tepat dipakai berdasarkan pada kemauan da'i.
Oleh karenanya sudah sangat pantas para da'i bisa memanfaatkan hal tersebut melalui
penyebaran salah satunya melalui media televisi. Sebagaimana media televisi
merupakan media yang sifatnya audio visual, artinya selain bisa didengar juga bisa
dilihat. Karena sebagian besar masayarakat indonesia menjadikan televisi sebagai
sarana hiburan juga sumber utama sampai dengan sekarang.
2.6.1 Format Dakwah Media Televisi
Keberhasilan media dakwah melalui televisi akan berpengaruh pada
sumber daya suatu manusia yang akan menggunakanya. Seorang da'i harus
memahami dan mengerti, tujuan dari pada media televisi agar dapat
-
32
memanfaatkanya dengan benar, termasuk menemukan urutan format yang tepat
dalam media dakwahnya. Dalam jurnal (Alfandi, 2005:43-46), format dakwah
dalam media televisi dapat diketahui sebagai berikut:
a) Format Ceramah
Format melalui ceramah sudah lama dipakai dalam dakwah Islam,
secara teknis perkembanganya ceramah dapat dilakukan melalui media
televisi sebagai berikut:
Format wawancara merupakan suatu metode dakwah yang melibatkan
pemirsa baik melalui interaksi telepon maupun secara langsung. Sebagai
dukungan format wawancara menyisipkan kuis untuk pemirsa dengan
materinya. Mengenai pengetahuan agama Islam juga hadiah dari para
pemasang sponsor. Selingan kuis menjadi daya tarik dalam program
dakwah televisi.
Format dengan wawancara yaitu melibatkan adanya pemirsa baik secara
langsung dalam program acara baik interaksi telepon atau secara tidak
langsung.
Format berdiskusi yaitu sebuah pertukaran pikiran (ide, gagasan,
pendapat dan sebagainya) dengan sejumlah orang yang ditengahi oleh
moderator dalam menyampaikan materi diskusi melalui tayangan
televisi.
Format suara masyarakat merupakan program dakwah yang dapat
mengartikan suatu pendapat masyarakat mengenai suatu permasalahan,
-
33
tujuan supaya pemirsa dapat mengetahui berbagai macam orang maupun
kelompok sehingga dapat diefesienkan terhadap pendapatnya sendiri.
b) Format Berita
Format berita adalah suatu sajian laporan yang berbentuk fakta dan
kejadian yang menghubungkan dunia keislaman juga mempunyai nilai
unisual, esensial, factual disiarkan melalu media televisi secara berkala,
secara garis besar terdapat dua bagian teknis dalam pembuatnya berbeda-
beda:
Format berita harian adalah berita yang harus disampaikan kepada
masyarakat, dengan waktu sesingkat mungkin. Dalam hal ini berupa
sport news, news break, atau the hot news.
Format berita secara berkala yaitu, berita islam yang disiarkan secara
berkala lalu tidak terikat waktu mempunyai kemungkinan pada
penyajianya lebih lengkap dan mendalam. Merupakan produk jurnalistik
yang artistik, mengunakan teknik dokumenter, fitur dan majalah.
c) Format Berita
Format Infiltrasi, adalah format program dakwah yang paling
berfariatif. Karenanya stasiun dituntut harus terus-menerus kreatif supaya
dapat menghasilkan program-program unggulan yang berkualitas. Namun
format ini untuk programnya dibuat lebih banyak hiburan bagi pemirsanya
juga mempertimbangkan faktor komersil.
-
34
2.6.2 Keunggulan Televisi sebagai Media Dakwah
Televisi sangat penting dari suatu media dakwah, umumnya lembaga
penyiaran yang ada di televisi Indonesia selalu menyediakan waktu untuk
memuat kegiatan dakwah. Seperti adzan Maghrib. Acara yang hadir dalam
program islami dari beberapa stasiun, sehingga banyak warna islami di dalam
pertelevisian indonesia. Dalam jurnal (Zaini, 2015:10-12) adapun keunggulan-
keunggulan dari media dakwah televisi sebagai berikut :
a) Pertama, keunggulan dari pada khas yang dimiliki televisi adalah
kedekatanya pada kehidupan sehari-hari. Televisi adalah sebuah produk
kultural yang unik. Bentuk dari pada perbincangan, pemberitaan, visualisasi
dan dramatisasi dikembangakan melalui kultur publik. Sehingga televisi
mampu menawarkan kerangka ekspresi dari kekuatan politik, sosial, dan
ekonomi yang luas.
b) Kedua, media audio visual menjadi keunggulan televisi letaknya pada daya
persuasifnya yang sangat tinggi, dikarenakan khalayak sebagai penonton
dapat melihat langsung suara maupun gambar. Bahkan hal tersebut dapat
terasa seperti layaknya khutbah yang sedang terjadi, melalui program
acaranya.
c) Ketiga, televisi menjadi daya jangkau yang cukup luas dalam menyebarkan
sebuah pesan secara cepat dan dampaknya kepada kehidupan individu juga
masyarakat. Karena perlu diperhatikan bahwa media massa disamping
membawa suatu kebaikan, juga membawa sisi kelabu di dalam sebuah
-
35
berita. Komunikator perlu adanya penilaian secara objektif mengenai
peranan konstrutif dari media massa.
2.7 Pesan Dakwah Persuasif
Efektivitas pada komunikasi dakwah persuasif mengarah melalui sebuah
pertanyaan, sampai sejauh mana suatu pesan dan aktivitas dakwah dapat
mempengaruhi khalayak (mad'u). Kekuatan komunikasi persuasif sendiri berkaitan
antara komponen dalam komunikasi dakwah. Dakwah dapat memberi bukti apa yang
telah diserukan oleh komunikator dakwah (da'i) suatu dasar komunikasi dakwah
memiliki daya panggil secara berbeda pada komunikan yang dituju. Adanya daya
panggil besar, namun ada pula daya panggil kecil. Sekecil apapun komunikasi
dakwah, tetap dapat mempersuasif dari pada kegiatan yang dibawakanya (Ma’arif,
2012: 64). Dakwah persuasif membutuhkan skill dalam penyampaian ajaran-ajaran
terkait dengan islam. Komunikator pada tujuan harus bisa menyampaikan pesan-
pesan tersebut kepada komunikan, yang harus dilihat keefektifan dalam kegiatan
dakwahnya (Sakdiah, 205:9).
Dalam bukunya (Ma'arif, 2012:65) menjelaskan mengenai komunikasi
dakwah islam yang dapat dipelajari melalui berbagai macam ilmu misalnya
antropologi, sosiologi, dan berbagai macam disiplin ilmu lainya. Melalui pendekatan
tasawuf dan syariah, namun jarang mendekati psikologi komunikasi. Dari sudut
pandang komunikasi, dapat dilihat bahwa suatu komunikasi dakwah dapat dilakukan
secara baik. Islam dalam menyebar luaskan tidak dengan cara mamaksa akan tetapi
-
36
sebaliknya. Islam menyebarluaskan dengan cara budaya dan menumbuhkan akan
daya sadar seseorang dalam suatu kelompok.
2.7.1 Efek Pesan Dakwah
Setiap dakwah selalu menimbulkan reaksi. Dengan demikian jika
suatu dakwah telah dilakukan seorang da'i sesuai dengan materi dakwah,
wasilah, thariqah maka hal tersebut akan menimbulkan suatu respon dan atsar
(efek) pada mad'u (penerima pesan). Atsar sendiri berasal dari bahasa aran
artinya sisa, tanda atau bekasan. Atsar (efek) dapat disebut dengan feedback
(umpan balik) kepada komunikan yang seri terlupakan dan tidak menjadi
perhatian da'i. Mereka akan menganggap setelah dakwah disampaikan maka
selesailah dakwah. Jika diperhatikan, atsar mendapat pengaruh yang sangat
besar dalam menentukan langkah dakwah berikutnya (Aziz, 2004:138), dapat
diketahui bahwa efek pesan dakwah memiliki tiga aspek diantaranya :
a) Efek kognitif, menyatakan bahwa penerima pesan dakwah adalah mitra
dakwah yang akan menyerap isi pesan dakwah melalui proses berfikir,
melalui aspek kognitif. Hal tersebut bisa terjadi apabila diketahui
perubahannya, dipahami, dan dimengerti oleh komunikan mengenai pesan
yang ditermanya. Penerima pesan melalui kegiatan dakwah, diharapkan
dapat mengubah efek kognitif, setelah komunikan menerima pesan dakwah,
mitra dakwah bisa menyerap isi dakwah dengan berfikir secara berproses
dan aspek kognitif bisa dikatan terjadi apabila perubahan diketahui,
-
37
dimengerti, dan dipahami oleh komunikan, pengenai pesan yang
diterimanya.
b) Efek afektif, adalah pengaruh yang berupa suatu perubahan dari pada sikap
komunikan (mitra dakwah) setelah penerimaan pesan. Sikap tersebut
ditinjau dengan tiga variabel sebagai penunjang, yaitu pengertian,
perhatian, dan penerimaan.
c) Efek bihavioral, adalah suatu bentuk dakwah yang berkenaan pada pola
tingkah laku selaku mitra dakwah dalam merealisasikan melalui materi
dakwah yang sudah diterima setiap hari. Efek tersebut muncul melalui
proses kognitif dan afektif. Terhadap perilaku yang diharapkan akan sesuai
dengan pesan dakwah, sesuai dengan ajaran Islam baik individu maupun
masyarakat.
2.7.2 Bentuk Etika Komunikasi Dakwah
Dalam berkomunikasi Al-Qur'an telah mengajarkan bagaimana suatu
pesan perlu dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat menyentuh
pendengarnya. Kata-kata yang dipilih lewat Al-Qur'an dapat memengaruhi
pandangan efektif dengan cara mengubah tingkah laku manusia baik da'i
maupun mad'u. Al-Qur'an dapat menjelaskan betapa pentingnya suatu
penyampaian komunikator dakwah. Dalam jurnal (Atabik, 2014:130-135)
terdapat etika komunikasi persuasif dikategorikan melalui kaidah, prinsip, atau
etika komunikasi islam berdasarkan pada Al-Qur'an sebagai berikut :
-
38
a) Qaulan Balighan, adalah sebuah perkataan yang dapat membekas kedalam
jiwa, kata-katanya tidak berbelit-belit. Komunikator mampu menyampaikan
kata-kata dengan baik dinamakan baligh. Demikian juga mubaligh yaitu
seseorang dapat menyampaikan berita yang cukup untuk orang lain dengan
baik. Ungkapan mengenai qaulan baligha mudah dipahami sebagai suatu
perkataan maupun pesan komunikator untuk menyesuaikan pembicaraanya
yang bersifat khalayak.
b) Qaulan Layyinan, yaitu perkatan lemah lembut. Memiliki arti kata-kata
lemah lembut, suara enak didengar, bertingkah laku yang dapat
menyenangkan dalam menyerukan agama dan sikap bersahabat. Komunikasi
dimaksud mengajak orang untuk tersentuh hatinya, tentram dan tergerak
jiwanya sehingga komunikan akan tertarik dan mengikuti komunikator
dakwahnya.
c) Qaulan Sadidan, yaitu perkataanya benar, jujur, tepat dan tidak bohong.
Dalam konteks dakwahnya mengajarkan agar setiap masyarakat dapat
memperbaiki sesuai perkataanya, berupaya menuturkan kata baik setiap kali
mengucap. Bahasa selalu dituturkan dengan baik, pesan yang keluar dari
mulut adalah benar sesuai fakta dan realitas. Kata-katanya bukan hanya
omong kosong tetapi berlandaskan ilmu.
d) Qaulan Maisuran artina perkataan yang mudah dipahami dan dimengerti
oleh komunikan. menurut Bennet dalam Mulyana salah satu prinsip
komunikasi Islam adalah seluruh komunikasi harus bertujuan mendekati
-
39
manusia kepada tuhanya melalui hamba yang lain. Komunikator mampu
menampilkan dirinya sehingga disukai dan disegani oleh orang lain.
e) Qulan Ma'rufan yaitu santun, baik, dan tidak kasar memberi suatu gambaran
bagaimana komunikasi bisa dengan baik dari komunikator kepada
komunikan. Pertama, orang yang kuat memiliki power kepada yang lemah
seperti orang miskin, yatim dan sebagainya. Kedua, yang masih belum
belum sempurna dalam menggunakan akalnya seperti anak-anak. Ketiga,
kepada para perempuan, ditunjukan untuk menghindari juga mencegah
perkataan yang lemah lembut supaya tidak menimbulkan fitnah.
f) Qaulan Kariman, yaitu mulia. Perkataan yang diucapkan oleh komunikator
dengan cara memberikan penghargaan dan penghormatan kepada
komunikanya. Maka pendekatan yang dilakukan oleh komunikator harus
berdasarkan kesantunan, sopan santu, dan kelembutan
2.8 Teori Logika Model Desain pesan
Teori yang berasal dari Barbara O'keefe yaitu Logika Model Desain Pesan.
Menjelaskan manusia pada umumnya akan berpikir secara berbeda mengenai
komunikasi dalam membuat pesan, dan setiap manusia selalu berbeda dalam
mengatur pembicaran lewat logikanya apa yang harus dikomunikasikan kepada orang
lain mengenai situasi-situasi tertentu (Littlejohn dan Foss, 2099: 188-189). Teori ini
menggunakan istilah model desain pesan bagaimana cara proses berpikir terjadi
sampai membentuk adanya suatu pesan. Model desain pesan ini memiliki tiga logika
-
40
yang mungkin akan mencakup mulai dari orang yang kurang memusatkan pikiranya
sampai orang yang bisa memusatkan pikiranya, diantaranya:
a) Logika ekspresif (Expressive logic), adalah logika yang memandang komunikasi
sebagaimana tujuan mengepreksikan sebuah diri dalam menyatakan pikiran dan
perasaan. Logika pesan ini bersifat luwes dan reaktif, hanya dengan memberi suatu
perhatian akan kebutuhan yang orang lain inginkan.
b) Logika Konvensional (Conventional logic), merupakan logika yang melihat
komunikasi sebagai suatu permainan dalam aturan yang ada. Pada dasarnya logika
ini bertujuan, untuk penyusunan pesan yang sopan, pantas, dan didasari pada
aturan yang diketahui orang.
c) Logika Retorika (Rhetorical logic), adalah suatu pandangan dari bentuk
komunikasi dalam mengubah aturan-aturan melalui negosiasi. Logika pesan
cenderung fleksibel dan terancang, paham terhadap lawan bicara, juga terpusat.
2.9 Definisi Konsep dan Definisi Operasional
2.9.1 Definisi Konsep
Definisi konsep adalah penarikan batasan yang berfungsi untuk
menjelaskan terkait variabel yang digunakan secara singkat, jelas dan tegas.
Dalam penelitian ini, definisi konsep yang digunakan peneliti, yaitu:
a. Komunikasi Persuasif
Menurut Ronald dan Karl mendefinisikan, komunikasi persuasif
merupakan suatu proses komunikasi yang padat, dimana individu atau
kelompok menunjukan pesan, sengaja atau tidak sengaja dengan cara verbal
-
41
dan nonverbal untuk memperoleh suatu respons yang khusus dari individu
maupun group (Littlejohn dan Foss, 2009:12). Kemudian dalam bukunya
Devito menjelaskan komunikasi persuasif adalah suatu teknik yang dapat
mempengaruhi pikiran manusia dengan cara memanfaatkan data dan fakta
psikologis atau sosiologis pada komunikan yang ingin dipengaruhi (Devito,
2010:387).
b. Dakwah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dakwah merupakan
penyiaran agama dengan cara mengembangkanya di kalangan masyarakat,
seruan untuk memeluk, mengamalkan ajaran agama, dan mempelajarinya
(kbbi.web.id). Sedangkan menurut Syekh Ali Maksfudh, dakwah merupakan
suatu dorongan dalam berbuat kebaikan dan mengikuti arahan (agama), dan
menyerukan kepada hal positif dengan cara mencegah dari perbuatan
munkar agar memperoleh kebahagiaan dunia maupun akhirat. (Azis, 2004:4)
c. Pesan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pesan merupakan
suatu nasihat, amanat, permintaan. perintah, dengan cara menyampaikanya
kepada orang lain (kbbi.web.id). Kemudian menurut Deddy Mulyana pesan
merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan atau tujuan komunikator (Mulyana, 2013:70). Pesan
dalam komunikasi sebagai bentuk penyampaian pesan dengan harapan
mendapatkan hasil yang diinginkan kepada pemberi pesan. Menurut
(Siahaan, 1991:62) pesan dapat dipaparkan melalui tiga unsur yakni :
-
42
Kode pesan, sederetan simbol yang tersusun sedemikian rupa sehingga
bermakna bagi orang lain. Mencakup unsur bunyi, suara dan kata yang
disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti.
Isi pesan, sekumpulan bahan atau materi yang dirangkai oleh pemberi
pesan kepada komunikan untuk menjelaskan atau menyampaikan
tujuanya.
Wujud pesan, merupakan bagaimana pesan itu dibungkus oleh
komunikator agar komunikan tertarik akan isi pesan yang telah
disampaikan.
Dalam setiap melakukan proses komunikasi tentu unsur yang paling penting
adalah pesan, apakah pesan disampaikan melalui media yang tepat, kalimat atau
bahasa yang mudah dimengerti dan sesuai dengan maksud tujuan, dari segi bentuknya
pesan dapat dibagi menjadi tiga yakni informatif, persuasif, dan koersif. Sedangkan
dalam melakukan teknik persuasif terbagi menjadi tujuh yakni Fear-arrousing,
Integrasi/Empathy, Cognitive Dissonance, Payoff Idea, Asosiasi, Red-Hearing,
Tataan/Packing
2.9.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penarikan batasan yang lebih
menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih subtantive dari suatu konsep. Tujuan
dari definisi operasional dalam penelitian ini digunakan untuk memahami lebih
mendalam mengenai teknik komunikasi persuasif "Ustadzah Dedeh Rosidah
-
43
Syarifudin dalam program acara "Mamah dan Aa Beraksi di Indosiar". Dimana
untuk menghindari kesalahpahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan
dengan istilah judul skripsi. Sehingga hal tersebut dapat diukur melalui variabel
secara keseluruhan, dalam penentuan kategori serta indikator yang digunakan
dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Definisi Operasional Berdasarkan Kategori Teknik Komunikasi Persuasif
Kategori Definisi Indikator Definisi
Teknik
Fear-Arrousing
Penyajian pesan
komunikasi, dengan cara
menggambarkan hal-hal
yang menakutkan atau
menyajikan konsekuensi
yang buruk dan tidak
menyenangkan
Peringatan akan
perbuatan dosa
Proses peyampaian pesan
yang mana terdapat Wa
Tarhib (berita buruk)
berkaitan dengan
keadaan dan dampaknya
Teknik
Integrasi/Empathy
Penyajian pesan
komunikasi dengan cara
menyatukan diri kepada
komunikan dalam arti
menyatukan diri secara
komunikatif. Sehingga
tampak menjadi satu, atau
mengandung arti
kebersamaan dan senasib
serta sepenanggungan
dengan komunikan
Menggunakan kata
Ketulusan dan
perasaan di dalam
penceramah
Proses penyampaian
pesan dengan cara
menjalin relasi diantara
penceramah dan
pendengar atau jamaah
menggunakan kata anda
atau saya
Meyakini
komunikan melalui
pengalaman pribadi
Proses penyampaian
pesan dengan cara
memberikan pemahaman
berdasarkan apa yang
pernah dilakukan
penceramah
-
44
Teknik
Cognitive
Dissonance
Penyajian pesan
komunikasi, melalui
gejala-gejala hidup
manusia yang tidak ada
penyesuaian antara
pendapat serta sikap
dengan perilakunya.
Seolah-olah membenarkan
perilakunya meskipun hati
nuraninya sendiri tetap
tidak membenarkan
Pertentangan kata-
kata dengan
sikap/tingkah laku
komunikator
Proses penyampaian
pesan yang tidak sesuai
dengan pengucapanya
kepada penerima pesan
hal tersebut sangat
berbeda dari kehidupan
komunikator sehari-hari
Teknik
Payoff Idea
Kegiatan mempengaruhi
orang lain dengan cara
menyajikan pesan yang
mengandung sugesti yang
jika diataati, hasilnya akan
memuaskan
Menceritakan suatu
harapan baik
Proses penyampaian
pesan melalui pernyataan
Ayat dan Hadist akan
Targhib (berita gembira)
di jelaskan secara
Implisit
Menceritakan
kejadian
berdasarkan jaman
Rasulullah SAW
Penyampaian pesan
dengan menjelaskan
Asbabun Nuzul
(membahas mengenai
latar belakang/sebab-
sebab/ beberapa ayat Al-
Qur'an diturunkan) atau
Asbabul Wurud
(penyebab/segala
peristiwa yang
melatarbelakangi
diungkapnya Hadist) dari
-
45
tema tausiyah
Teknik
Asosiasi
Penyajian pesan
komunikasi jalan
menumpangkanya pada
suatu peristiwa yang
aktual, atau sedang
menarik perhatian minat
massa
Menghubungkan
tausyiah dengan
keadaan/lingkungan
Proses penyampaian
pesan dengan membahas
kejadian yang terjadi saat
ini, sehingga menarik
perhatian jamaah
Teknik
Red-Hearing
Penyajian pesan
komunikasi, dengan cara
menggelakan argumentasi
kepada bagian-bagian
yang lemah kemudian
diahlikan sedikit demi
sedikit kepada bagian-
bagaian yang dikuasai
komunikator
Menjatuhkan
komunikan melalui
perdebatan
Proses penyampaian
pesan dengan cara
menyangkal sanggahan
dan mempertahankan
argumentasinya terhadap
penerima pesan
Mengalihkan kata-
kata
Proses penyampaian
pesan dengan cara
mengelakan topik
pembicaraan, terhadap
komunikan yang lemah
kemudian
mengalihkanya sedikit
demi sedikit
Teknik
Tataan/Packing
Menyajikan suatu pesan
sehingga menarik siapa
yang menerimanya,
memanis-maniskan atau
mengulang kegiatan
Mempermainkan
ekspresi bahasa
dengan
menggunakan kata-
kata unik
Proses penyampaian
pesan dengan cara
mempengaruhi dan
menyakinkan komunikan
apa yang disampaikan
-
46
persuasif dengan jalan
menata rupa sehingga
komunikasi menjadi lebih
menarik
tersebut berdasarkan
fakta melalui humor
Penceramah
mengulang intisari
dari tema ceramah
yang sudah dibahas
sebelumnya
Menjelaskan suatu pesan
dengan Dalil yang
bentuknya Targhib Wa
Tarhib sebagaimana cara
untuk memotivasi para
jamaah