BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa
Transcript of BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa
8
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan suatu proses sosial di mana individu-individu
menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna
dalam lingkungan mereka. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan
atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Secara Etimologis komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang
mana istilah ini berasal dari kata communis yang artinya sama. Kata “sama” disini
yang dimaksudkan adalah kesamaan makna mengenai suatu pesan yang
disampaikan oleh komunikator/pengirim pesan dan diterima oleh
komunikan/penerima pesan (Effendy: 1998:10). Menurut Harold Lasswell pada
dasarnya komunikasi merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa,
mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa atau hasil
apa (Who Says What In Which Channel To Whom and With What Effect?)
(Mulyana, 2007:69). Untuk menjelaskan komunikasi tersebut menunjukkan
bahwa dalam komunikasi terdapat 5 unsur, antara lain:
1. Komunikator/ sumber (Communicator, Source, Sender)
2. Pesan (Message)
3. Media (Channel, Media)
4. Komunikan(Communicant, Receiver)
5. Efek (Effect, Impact)
9
Dengan pola pikir dan hasil cipta, manusia dapat mengkomunikasikan segala
pemikiran kepada khalayak luas baik berbentuk gagasan, ide, atau opini yang di
encode ke dalam pesan komunikasi. Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh
sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan
nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber.
Pesan memiliki tiga komponen yaitu makna, simbol yang digunakan untuk
menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan (Mulyana, 2007: 70).
Pertama, komunikator menyandi atau encode pesan yang disampaikan kepada
komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau
perasaannya ke dalam lambang/simbol (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Berdasarkan rujukan masa lalu, rujukan nilai,
pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, komunikan menerima dan
menafsirkan simbol yang mengandung pikiran dan perasaan komunikator dalam
konteks pengertiannya. Proses ini disebut sebagai mengawa-sandi atau encode
(Effendy, 1998:13). Simbol sendiri adalah suatu proses komunikasi yang
dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang berkembang pada suatu masyarakat
(Cangara, 2006:95).
Simbol disini juga bisa merupakan pesan, dimana pesan tersebut adalah yang
paling utama dalam suatu proses komunikasi. Pesan yang disampaikan pada
proses komunikasi merupakan sesuatu yang disampaikan pengirim kepada
penerima. Pesan (message) dalam proses komunikasi, tidak bisa lepas dari apa
yang disebut simbol dan kode, karena pesan dikirim komunikator kepada
penerima terdiri dari rangkaian simbol dan kode. Pesan yang disampaikan dapat
berupa informasi, pengetahuan, hiburan, dan sebagainya. Salah satu bentuk
hiburan disini adalah sinetron.
10
2.2 Sinetron
Sinetron sendiri menurut Veven Sp. Wrdhana, sinetron merupakan
penggabungan dari “sinema” dan “elektronik”. Elektronik dalam sinetron
mengacu pada medium penyiarannya, yaitu televisi yang merupakan medium
elektronik (Wardhana, 1994:27). Sinetron merupakan suatu bentuk hiburan bagi
masyarakat. Sekarang ini sinetron banyak ditonton oleh masyarakat, karena
masyarakat butuh akan hiburan.
Televisi merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan sosial,
politik, agama, dan lainnya dengan berbagai cara seperti dakwah Islam yang
disampaikan lewat media massa televisi dengan format acara kuis, ceramah
agama, iklan dan sinetron yang bernuansa Islami. Dari sekian banyak program
acara yang ada di televisi, sinetron merupakan program acara yang mendapat
sambutan hangat dari masyarakat. Hal tersebut menandakan, jika perhatian
masyarakat terhadap sinetron sangat luar biasa dibandingkan dengan program
acara yang lain, karena ketepatannya dalam menyampaikan pesan terbukti cukup
berhasil.
Penggarapan suatu sinetron tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat yang
heterogen. Para pembuat sinetron mencoba untuk menaksir tontonan seperti apa
yang paling disukai oleh masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat melalui rating
suatu sinetron. Semakin tinggi suatu sinetron berarti senetron tersebut dilihat
banyak orang. Atas dasar inilah banyak sinetron yang menghiasi layar kaca.
Dalam pembuatan sinetron tidak jauh berbeda dengan dengan pembuatan
film. Pada tahapan penulisan dan format naskah juga tidak jauh berbeda.
Pembuatan sinetron menggunakan kamera elektronik dengan video recorder,
bahannya berupa pita didalam kaset, penyajiannya ditayangkan dari stasiun
televisi dan diterima melalui layar kaca pesawat televisi di rumah-rumah. Sinetron
merupakan sinema elektronik tentang sebuah cerita yang didalamnya membawa
misi tertentu kepada pemirsa, misi ini dapat berbentuk pesan moral untuk pemirsa
atau realitas moral yang ada di kehidupan masyarakat sehari-hari (Kuswandi,
11
1996:120). Isi atau Konten dalam sebuah Sinetron bermacam-macam, diantaranya
yaitu :
1. Isi Cerita atau Tema
Merupakan unsur terpenting dari sebuah cerita, hal ini dikarenakan isi cerita
merupakan unsur pokok cerita yang biasanya dapat terlihat pada saat adanya
konflik yang diceritakan dari cerita tersebut.
2. Rangkaian atau Kejadian
Pada rangkaian atau kejadian harus memiliki hubungan antara satu dan yang
lainnya (sebab-akibat), karena akan menentukan nasib suatu tokoh. Biasanya
tokoh yang mempunyai karakter negatif atau jahat (antagonis) akan
diperkenalkan atau ditampilkan terlebih dahulu.
3. Karakter Tokoh Utama
Pada sebuah sinetron terdapat tokoh-tokoh yang terbagi menjadi empat (4)
karakter, yaitu:
a. Protogonis : tokoh utama yang berkarakter positif, yang memperjuangkan
kebahagiaan.
b. Antagonis : tokoh utama yang berkarakter negatif, yang selalu mematahkan
kebahagian.
c. Tritagonis : peran pendamping bisa menjadi pendukung atau penentang
tokoh utama, tatapi bisa juga sebagai penengah atau perantara.
d. Peran Pembantu : tokoh yang dimasukan sebagai pelengkap
4. Percakapan atau Dialog
Yang dimaksud dialog adalah percakapan yang terdiri dari dua (2) orang atau
lebih sehingga menjadi dialog. Namun dalan sinetron semua itu didasari oleh
naskah. Naskah dibuat terlebih dahulu oleh pembuat naskah (script writer)
yang kemudian diberikan kepada pemeran atau tokohnya untuk dimainkan
atau ditampilkan.
12
Tujuan sinetron seperti halnya media massa lainnya, sinetron pada intinya
mempunyai tujuan tertentu yaitu memberikan pendidikan dan hiburan. Tujuan
pendidikan sebagai media komunikasi massa, sinetron merupakan salah satu
sarana untuk menyampaikan pendidikan. Nilai pendiidkan sinetron mempunyai
makna seperti pesan-pesan yang berisikan pendiidkan/ edukasi, etikan dan moral
penonton. Sinetron memberikan banyak pendiidkan bagi penontonnya tentang
bagaimana cara bergaul dengan orang lain, bersikap, dan bertingkah laku sesuai
dengan tatanan norma dan nilai budaya dalam masyarakat. Sedangkan tujuan
hiburan, sinetron banyak memberikan hiburan bagi penonton, dengan menonton
sinetron dapat menghilangkan kepenatan yang ditimbulkan dari aktivitas sehari-
hari.
2.3 Sinetron Sebagai Bentuk Komunikasi Massa
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa. Menurut Bittner (Rakhmat, 1997:148),
komunikasi massa yang paling sederhana “mass communication is a message
communicated through as mass medium to a large number of people”
(komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah orang). Menurut Deddy Mulyana komunikasi massa (mass
communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak
(surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu
lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar
orang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen (Mulyana, 2007:75).
Dengan demikian psan-pesan dalam komunikasi massa disalurkan melalui meda
massa, bersifat massa, dan ditujukan pada khalayak yang luas.
Komunikasi massa merupakan bagian dari hidup manusia, karena setiap saat
manusia dipengaruhi oleh komunikasi massa. Baik media cetak maupun yang
sudah menjadi bagian penting bagi kehidupan pada umumnya. Masing- masing
13
media tersebut memiliki karakteristik tersendiri. Menurut Nurudin
karakteristik komunikasi Massa terdiri dari (2003: 16-29) :
1. Komunikator bersifat melembaga
Terdiri dari gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerjasama satu
sama lain dalam sebuah lembaga. Didalam komunikasi massa, komunikator
adalah lembaga media massa itu sendiri.
2. Komunikan bersifat anonim dan heterogen
Bersifat heterogen, artinya pengguna media itu beragam pendidikan, umur,
jenis kelamin, status sosial, tingkat ekonomi, latar belakang budaya,
kepercayaan yang tidak sama. Selain itu dalam komunikasi massa,
komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya
menggunakan media dan tidak tatap muka.
3. Pesan bersifat umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang
atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesan itu
ditujukan kepada khalayak yang plural. Seperti televisi ditujukan dan untuk
dinikmati orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum
4. Komunikasinya berlangsung satu arah
Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.
Komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikan pun aktif menerima
pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana
halnya dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian komunikasi massa
itu bersifat satu arah.
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Dalam komunikasi massa penyebaran pesan dilakukan secara serempak.
Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media tersebut hampir
bersamaan.
14
6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada
khalyaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis
yang dimaksud seperti pemancar untuk media elektronik. Televisi merupakan
media massa yang tidak akan lepas dari pemancar. Karena peran satelit akan
memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan oleh media
elektronika seperti televisi.
7. Dikontrol oleh Gatekeeper.
Gatekeeper merupakan orang yang sangat berperan dalam penyebaran
informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang
ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semau
informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi
untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah atau mengurangi
pesan-pesannya.
Salah satu media massa yang hingga sekarang ini masih digemari oleh
masyarakat adalah televisi. Televisi atau televisi siaran (broadcast television)
merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki
komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga,
pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan, dan
komunikannya heterogen (Effendy, 1998:21). Televisi merupakan media
elektronik yang mempunyai efek paling besar terhadap khalayak dibanding
dengan media elektronik lainnya seperti radio, karena televisi merupakan media
audio visual yang bersifat informatif, hiburan, pendidikan, pengetahuan dan juga
alat kontrol sosial.
Televisi merupakan media penyampaian pesan/informasi yang bersifat audio-
visual sehingga khalayak yang menontonnya dapat dengan mudah dan cepat
menyerap pesan yang disampaikan. Informasi yang disampaikan melalui televisi
akan lebih mudah dimengerti karena lebih jelas terdengar secara audio dan terlihat
secara visual (Kuswandi, 1996:8). Hiburan yang diinginkan masyarakat dapat
15
terpenuhi dengan adanya media massa sebagai alat penyampaian pesan yang
semakin beragam dan berkembang dengan kehadiran televisi di setiap
rumah.Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat
sehingga dampak siarannya menyebabkan seolah-olah tidak ada lagi batas antara
satu dengan yang lainnya terlebih setelah digunakannya satelit untuk
memancarkan signal televisi.
Televisi lebih banyak mengemas dan menghadirkan program-program acara
dalam format hiburan diantaranya yaitu tayangan sinetron. Kehadiran sinetron
merupakan bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia sehari-hari yang
diolah berdasarkan alur cerita untuk mengangkat kehidupan manusia sehari-hari.
Pesan sinetron dapat mewakili aktualitas kehidupan manusia dalam realitas
sosialnya. Dengan kata lain, sinetron merupakat cerminan kehidupan nyata dari
masyarakat sehari-hari.
2.4 Toleransi Masyarakat Beragama
Di era globalisasi, umat manusia dihadapkan dengan hubungan antar umat
manusia di dunia tanpa batas, ketergantungan menjadikan manusia harus
senantiasa membuka jalan untuk menghilangkan perbedaan. Kenyataan bahwa
manusia tidak dapat hidup sendiri, tetapi memerlukan proses sosialisasi terus
menerus, terutama dengan jalan menjalin hubungan dengan antar agama.
Perbedaan agama tidak hendak menjadi sumber permusuhan antar suku dan
bangsa. Maka dalam hal ini toleransi antar umat beragama sangat perlu untuk
disosialisasikan.
Menurut W.J.S Peorwadarminta, toleransi berasal dari kata toleran yang
berarti sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kelakuan dsb) yang lain atau
bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi adalah sifat atau sikap toleran dua
kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh
(1976:1084). Menurut Soerjono Soekanto toleransi yaitu suatu sikap yang
16
merupakan perwujudan pemahaman diri terhadap sikap pihak lain yang tidak
setuju (Soekanto, 1985:518).
Jadi toleransi beragama adalah suatu sikap manusia sebagai umat yang
beragama, untuk menghormati, menghargai, dan tidak mengganggu ibadah serta
sistem keyakinan pada penganut agama-agama lain. Toleransi berarti memberikan
keleluasaan penganut agama lain.
Dalam hubungan antar agama, toleransi dapat berupa toleransi ajaran agama
atau toleransi dogmatis dan toleransi bukan ajaran agama atau toleransi praksis
(Hardjana, 1993:115). Dengan toleransi dogmatis, maka pemeluk agama tidak
menonjolkan ajaran agamanya masing-masing, dan dengan toleransi praksis maka
pemeluk agama akan membiarkan pemeluk agama lain melaksanakan keyakinan
mereka masing-masing.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati, menyayangi, dan
dan mengasihi orang lain tanpa memandang latar belakang atau asal ususlnya.
Walaupun mempunyai perbedaan prinsip, ideologi, bahkan ajaran agama. Hal
tersebut sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Quran dalam surat Al-Hujarat
ayat 13, yang berarti “wahai kamu laki-laki dan perempuan dan kami ciptakan
kamu dalam bentuk suku dan bangsa supaya kalian saling kenal mengenal.
Sesungguhnya diantara kamu yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling
bertakwa diantara kamu. Sungguh Allah Maha Tahu dan Maha Waspada” (Al-
Quran dan terjemahannya, 2006:517). Ayat tersebut dengan jelas menerangkan,
bahwa Tuhan menghendaki penciptaan manusia yang beragam. Keberagaman
sengaja diciptakan sebagai media untuk saling mengenal, berdialog, dan
bekerjasama akan memunculkan kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan.
Dalam buku “Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama”, Alwi
Shihab menegaskan ada dua komitmen penting dalam menumbuh kembangkan
kehidupan antar agama guna menciptakan keharmonisan, yaitu toleransi dan
pluralisme (1997:41). Pada lintasan sejarah, dari praktik Nabi Muhammad SAW,
bisa dilihat bagaimana toleransi terhadap umat lain ditegakkan, dengan
17
melindungi minoritas dalam melaksanakan Ibadah sesuai dengan keyakinanya
(Spencer, 2003:226)
2.4.1 Toleransi menurut Negara
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila (sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa)
2. Landasan Konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, pasal 29 ayat
1 : “Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa”. Dan pasal 29 ayat 2:
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya dan kepercayaannya itu” (MPR RI, 76:2007)
3. Landasan Strategis, yaitu Ketetapan MPR No. IV tahun 1999 tentang Garis-
garis Besar Haluan Negara. GBHN dan pembangunan Nasional tahun 2000,
dinyatakan bahwa sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya
suasana kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang penuh keimanan ketaqwaan, penuh kerukunan yang
dinamis antar umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, secara bersama-sama makin memperkuat landasan spiritual, moral, dan
etika bagi pembangunan nasional, yang tercermin dalam suasana kehidupan
yang harmonis, serta dalam kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa selaras
dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang sudah dilakukan adalah penelitian Veronica Dian
Anggraeni mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas
Kristen Satya Wacana, yang berjudul Ketika Toleransi Sedang Dipertanyakan?
(Analisis Wacana Kritis Pada Film Tanda Tanya “?”) pada tahun 2012. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana representasi wacana
toleransi yang di bawa oleh film Tanda Tanya “?”. Film ini merupakan film yang
mengangkat toleransi agama sebagai ide cerita. Film ini gagal tayang di Bioskop
karena mendapat pencekalan dari FPI karena dianggap memberikan makna
18
toleransi yang salah. Dalam penelitian tersebut menggunakan pendekatan analisis
wacana kritis model Teun A. Van Djik dalam menganalisis representasi wacana
toleransi pada film Tanda Tanya “?”. Hasil penelitiannya bahwa film Tanda
Tanya “?” tidak berhasil memberikan makna toleransi, karena terdapat sebuah
dominasi Islam dan pencitraan diri dari agama Islam yang dikemas sutradara
dengan tema toleransi. Sehingga hasil penelitiannya tentang toleransi tidak dapat
diwujudkan dalam kerangka kehidupan multikultural, yang direpresantasikan
dalam film Tanda Tanya “?”.
Laurentia Helena melakukan penelitian yang berjudul Media dan Kekuasaan
(Studi Analisis Wacana Kritis Metro Xin Wen terhadap Etnis Tionghoa) pada
tahun 2012. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana wacana
pemberitaan Metro Xin Wen terhadap citra etnis Tionghoa di Indonesia
merupakan bagian dari Bangsa Indonesia. Dalam penelitiannya memberikan hasil
bahwa wacana yang terkandung merupakan konstruksi dari citra yang diinginkan
Metro Xin Wen tentang etnis Tinghoa yaitu sebagai bagian dari Bangsa
Indonesia. Upaya memproduksi wacana untuk sampai pada citra etnis Tionghoa
sebagai bagian dari Bangsa Indonesia dilakukan dengan dekonstruksi wacana
pada konteks sosial mengenai hubungan antara etnis Tionghoa dengan masyarakat
Indonesia yang selama ini menjadi penghambat. Wacana tersebut dikatakan
mendekonstruksi, dengan pengkajian konteks sosial mengenai wacana yang
ditanamkan oleh penguasa dan kognisi sosial dari berbagai pendapat yang
mengakibatkan hubungan tidak harmonis antara etnis Tionghoa dengan
masyarakat Indonesia. Wacana yang mendekonstruksi berupaya agar tidak terjadi
stereotipe dan prasangka buruk yang menjadi penghalang kehidupan pluralisme
yang harmonis, yang kemudian wacana diarahkan pada wawasan solidaritas dan
keharmonisan antar budaya, agama, dan etnis. Upaya Metro Xin Wen
mengarahkan adanya persatuan ditunjukkan dengan pencitraan etnis Tionghoa
yang merupakan bagian dari Bangsa Indonesia.
19
Uraian diatas merupakan penelitian yang sudah dilakukan berkaitan dengan
representasi wacana toleransi yang dibawa oleh suatu film dan wacana
pemberitaan pada program Metro Xin Wen yang berkaitan dengan etnis Tionghoa
dan analisisnya menggunakan pendekatan analisis wacana kritis Teun A. Van
Dijk. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna
wacana toleransi dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-
441. Oleh karena itu analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini dalam
konteks wacana toleransi yang disampaikan dalam sinetron Tukang Bubur Naik
Haji The Series episode 439-441 yang mengangkat konsep mengenai perayaan
tahun baru Imlek, serta menggunakan pendekatan analisis wacana kritis Teun A.
Van Dijk untuk menganalisisnya.
20
2.6 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1
Media massa terdiri dari media cetak dan dan media elektronik. Salah satu
media elektronik yang hingga saat ini masih mendapat sambutan hangat dan
digemari oleh masyarakat adalah televisi. Perkembagnan televisi semakin pesat
dengan menyuguhkan berbagai macam program acara. Sinetron merupakan salah
satu program acara yang banyak disuguhkan stasiun televisi. RCTI merupakan
Media Massa
Televisi
Sinetron Tukang Bubur
Naik Haji The Series
episode 439-441
Pesan
Wacana
toleransi
Mengetahui wacana
toleransi sinetron
Tukang Bubur Naik Haji
The Series episode 439-
441
Analisis wacana model
Van Djik
- Teks
- Kognisi sosial
- Konteks sosial
21
salah satu stasiun televisi yang menyuguhkan sinetron kepada masyarakat yaitu
sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series. Sinetron ini banyak disukai oleh
masyarakat hal tersebut terlihat dari perolehan rating yang sering menduduki
posisi pertama. Dalam episode 439-441 dimunculkan karakter keluarga
berketurunan Tionghoa yaitu keluarga Wan Wan. Pada episode tersebut
digambarkan Wan Wan dan keluarganya merupakan warga baru. Sebagai warga
baru, keluarga Wan Wan dikenal sebagai keluarga yang baik hati dan ramah.
Menjelang perayaan tahun baru Imlek, keluarga Wan Wan berencana
mengadakan pementasan Barongsai di kampung tempat tinggalnya yang baru.
Dimana dalam hidup bersosial Wan Wan dan keluarganya ingin memberikan
hiburan kepada para warga. Selain itu juga sinetron ini sudah tayang lebih dari
500 episode. Sinetron ini tentunya tidak hanya memberikan hiburan saja namun
juga terkandung pesan-pesan yang ingin disampaikan, salah satunya wacana
toleransi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan analisis yang
mendalam mengenai wacana toleransi yang disampaikan sinetron Tukang Bubur
Naik Haji The Series pada episode 439-441. Untuk mengetahui wacana toleransi
yang disampaikan sinetron ini, akan dianalisis dengan Anlisis Wacana Kritis
model Van Dijk.