BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan...

26
7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap 2.1.1 Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (2009: 16.2) bahwa asset tetap atau aktiva tetap adalah asset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut Baridwan (2004: 272) Aktiva Tetap Berwujud adalah aktiva- aktiva yang berwujud yang sifatnya permanen yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan. Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Untuk tujuan akuntansi jangka waktu penggunaan ini dibatasi dengan lebih satu periode akuntansi. Menurut Mulyadi (2001: 591) bahwa aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunayi manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dujual kembali. Karakteristik aktiva tetap berwujud antara lain: 1. Memiliki bentuk fisik 2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan 7

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap

2.1.1 Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (2009: 16.2) bahwa asset

tetap atau aktiva tetap adalah asset berwujud yang dimiliki untuk digunakan

dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak

lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama

lebih dari satu periode.

Menurut Baridwan (2004: 272) Aktiva Tetap Berwujud adalah aktiva-

aktiva yang berwujud yang sifatnya permanen yang digunakan dalam kegiatan

normal perusahaan. Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dimana aktiva

yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Untuk

tujuan akuntansi jangka waktu penggunaan ini dibatasi dengan lebih satu periode

akuntansi.

Menurut Mulyadi (2001: 591) bahwa aktiva tetap adalah kekayaan

perusahaan yang memiliki wujud, mempunayi manfaat ekonomis lebih dari satu

tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan

untuk dujual kembali.

Karakteristik aktiva tetap berwujud antara lain:

1. Memiliki bentuk fisik

2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan

7

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

8

3. Dimiliki tidak sebagai investasi (Penanaman Modal) dan tidak

diperdagangkan

4. Memiliki jangka waktu kegunaan (umur) relatif permanen (lebih dari satu

periode akuntansi / lebih dari satu tahun)

5. Memberikan manfaat di masa yang akan datang

Dalam Aktiva Tetap Berwujud ini terdapat pula perolehan aktiva tetap

berwujud yaitu perolehan aktiva tetap bisa dari pembelian, pembangunan,

pemberian (donation) dari orang atau organisasi lain dan pengambilalihan.

Pembelian dan pembangunan dibiayai dengan dana umum dan / atau Dana Proyek

Modal. Pemberian merupakan hiba aktiva tetap kepada pemerintah.

Pengambilalihan merupakan upaya pemerintah sesuai dengan ketentuan untuk

mengambil alih suatu aktiva tetap. Aset tetap berwujud yaitu aset berwujud yang

mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam

kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan dalam Mardiasmo (2001:

159) penyusutan atau depresiasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta

tetap berwujud, dam amortisasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta

tetap tidak berwujud dan harga perolehan harta sumber alam.

Seiring dengan kegiatan operasional perusahaan maka aktiva tetap

berwujud secara barangsur-angsur kemampuannya untuk memberikan manfaat

ekonomi akan berkurang. Untuk itu perlu diambil suatu kebijakan akuntansi

dalam mengalokasikan biaya perolehan yang sebanding dengan jasa yang

diberikannya selama masa manfaat aktiva teteap tersebut. Akumulasi penyusutan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

9

adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa

manfaat yang diestimasi untuk periode akuntansi dan dibebankan ke pendapatan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva yang dapat disusutkan

adalah aktiva yang (Standar Akuntansi Keuangan, 2004: 124):

1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi;dan

2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas; dan

3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau

memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan

administrasi.

2.1.2 Penggolongan Aktiva Tetap

Menurut PP RI No. 24 Tahun 2005 (2006: 40) aset tetap meliputi tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, irigasi dan jaringan aset tetap lainnya

dan kontruksi dalam pengerjaan diantaranya dapat dijelaskan:

1) Tanah

Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan

dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha

perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka panjang.

Harta perolehan tanah terdiri dari:

a. Harga beli

b. Komisi pembelian

c. Bea balik nama

d. Biaya penelitian tanah

e. Iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

10

f. Biaya merobohkan bangunan lama

g. Pajak- pajak yang menjadi beban pembeli pada waktu pembelian tanah

(Baridwan, 2004: 287).

2) Bangunan

Bangunan gedung yang dibangun sendiri harga perolehannya terdiri dari :

a. Biaya pembuatan gedung

b. Biaya perencanaan, gambar dan lain-lain

c. Biaya pengurusan izin bangunan

d. Pajak-pajak selama masa pembangunan gedung

e. Bunga selama masa gedung

f. Asuransi selama masa pembangunan

Apabila gedung yang diperoleh dari pembelian harga perolehannya harus

dialokasikan pada tanah dan gedung biaya yang dikapitalisasi sebagai harga

perolehan gedung adalah:

a. Harga beli

b. Komisi pembelian

c. Bea balik nama

d. Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian alat-

alat perlengkapan gedung seperti tangga berjalan liff dll dicatat tersendiri

dalam rekening alat-alat gedung dan akan didepresiasi selama umur alat

tersebut (Baridwan, 2004: 288).

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

11

3) Mesin dan alat-alat mesin dan peralatan

Mesin dan alat-alat mesin dan peralatan dapat berupa alat yang digerakkan

dengan tenaga manusia maupun bukan manusia. Harga perolehan mesin dan

peralatan terdiri dari harga mesin dan peralatan itu sendiri serta semua biaya

yang harus ditanggung perusahaan supaya alat tersebut dapat digunakan

sebagai sarana usaha perusahaan. Harga perolehan mesin dan peralatan

meliputi:

a. Harga beli mesin dan peralatan itu sendiri

b. Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli

c. Asuransi, selama perjalanan

d. Biaya pemasangan dan percobaan

e. Biaya pengangkutan (Baridwan, 2004: 288)

4) Perabot dan alat-alat kantor

Untuk perabot-perabot yang termasuk elemen-elemen seperti meja, kursi,

lemari. Sedangkan untuk alat-alat kantor seperti mesin tik, mesing hitung dll,

pembelian atau pembuatan alat-alat ini harus dipisah-pisahkan untuk fungsi-

fungsi produksi, penjualan dan administrasi, sehingga depresiasinya dapat

dibebankan pada masing-masing fungsi tersebut. Harga perolehannya

meliputi:

a. Harga beli

b. Biaya angkut

c. Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembelian (Baridwan, 2004: 289)

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

12

5) Kenderaan

Kenderaan mempunyai fungsi sebagai alat pengangkutan yang dimiliki dan

dipakai untuk usaha perusahaan. Harga perolehan kenderaan meliputi:

a. Harga faktur

b. Bea balik nama

c. Biaya angkut (Baridwan, 2004: 289)

2.1.3 Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan SAK

Penyusutan secara terpisah harus dilakukan terhadap setiap bagian aset

tetap yang memiliki biaya perolehan yang cukup signifikan terhadap total biaya

perolehan seluruh aset tersebut (Standar Akuntansi Keuangan, 2007: 98).

Penyusutan merupakan suatua lokasi dari harga perolehan kepada periode-periode

yang menikmati dan tidak ada hubungannya dengan suatu usaha untuk

pemupukan dana dalam rangka mengganti aktiva apabila aktiva tersebut rusak

atau tidak dipakai lagi dimana pengalokasian yang dimaksud harus dilakukan

secara sistemat is dan rasional (Subroto, 1991). Melalui defenisi diatas dapat kita

simpulkan bahwa penyusutan merupakan alokasi yang sistematis dan rasional

dalam membebankan biaya dan bukan merupakan pengumpulan dana untuk

menggantikan aktiva tersebut. Penyusutan bukanlah teknik penilaian atas aktiva

tetap melainkan suatu pengakuan terhadap penurunan nilai ekonomis dari suatu

aktiva.

Beberapa faktor yang relevan dalam menentukan beban penyusutan yakni:

1. Harga pokok dari aktiva, yaitu seluruh pengeluaran yang bersangkutan dengan

perolehan dan persiapannya hingga dapat digunakan, meliputi antara lain

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

13

harga faktur, ongkos percobaan, dan biaya-biaya lain sampai aktiva tetap

tersebut siap untuk digunakan.

2. Nilai sisa atau suatu jumlah rupiah yang diharapkan dari pemberhentian aktiva

tetap pada akhir umur ekonomisnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap

asset tetap harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan apabila

ternyata hasil reviw berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan

tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai

dengan PSAK No.25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan,

Koreksi Kesalalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi (Standar

Akuntansi Keuangan, 2007: 100).

3. Taksiran umur aktiva, sebagai alat yang digunakan untuk mengukur jumlah

unit atau jasa yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut, sebelum aktiva tetap

itu diberhentikan. Umur ekonomis dapat diukur dengan satuan waktu, seperti

misalnya tahun dan bulan, atau satuan kegiatan atau hasil, seperti misalnya:

jam mesin dan jumlah ton yang dihasilkan.

Ada beberapa metode penyusutan yang dipakai di dalam prakek akuntansi

(Harahap, 2002: 25) yakni:

1) Berdasarkan waktu:

a. Metode garis lurus (straight-line method)

Metode garis lurus adalah metode alokasi harga perolehan yang

mendasarkan alokasi tersebut pada waktu pemakaian, yang jumlah biaya

penyusutannya akan tetap dari waktu ke waktu. Oleh karena cara

penentuannya yang sangat sederhana yakni hanya dengan cara membagi

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

14

harga perolehan yang disusutkan dengn taksiran umur maka metode ini

adalah metode yang paling banyak dipakai.

Rumus untuk menghitung beban penyusutan garis lurus adalah:

D = C-R

n

C = Harga perolehan

R= Estimasi nilai residu

n= Estimasi umur dalam tahun, jam pemakaian, atau unit out put

r = Tarif penyusutan per periode

D= Beban penyusutan periodik

b. Metode Pembebanan yang Menurun:

1) Metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the-year-digit method). Adalah

metode yang mendasarkan alokasinya berdasarkan jumlah angka-

angka tahun dari umur aktivanya.

2) Metode Saldo Menurun. Metode ini menghitung beban penyustan

dengan cara menggunakan persentase yang dihitung melalui rumus

tertentu dan dikalikan dengan nilai bukunya, sehingga makin lama

beban penyusutannya akan semakin mengecil. Tarif persentase

tersebut tetap tiap tahunya. Persentase tersebut dihitung sebagai

berikut:

r = 1-

r = ratio = tarif penyusutan

n = taksiran umur manfaat

S = salvage value = nilai residu

C= Cost= harga perolehan

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

15

3) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method).

adalah metode yang mengalokasikan harga perolehan dengan tarif

tetap, tarif penyusutan yang tetap tersebut dikalikan dengan nilai

buku aktiva sehingga akan menghasilkan beban penyusutan per

periode yang menurun dari periode ke periode. Cara yang paling

mudah untuk mendapatkan beban penyusutan dengan metode saldo

menurun ganda adalah dengan melipat duakan tarif penyusutan garis

lurus. Dengan metode garis lurus, tariff depresi dihitung dari 100%: n,

dimana n adalah taksiran masa manfaat. Jika taksiran masa manfaat

aktiva adalah 4 tahun, beban penyusutan dasar garis lurus adalah

100%: 4= 25%.

c. Metode Annuity (annuity method)

Metode anuitas adalah metode yang menganggap aktiva tetap sebagai

aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya.

Penyusutan dianggap merupaka angka bunga yang diperhitungkan atas

harga pokok asset yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan.

d. Metode Sinking Fund

Adalah metode yang menganggap bahwa penyusutan sebagai kenaikan

nilai dari dana yang dikumpulkan untuk pergantian aktiva. Penyusutan

diasumsikan sebagai dana yang dikumpulkan untuk mengganti aktiva itu

pada akhir umur ekonomisnya.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

16

2) Berdasarkan Penggunaan:

a. Metode jam-jasa (service-hours method). Hampir sama dengan metode

hasil produksi, yang membedakannya ialah bahwa besar kecil penyusutan

didasarkan pada jumlah jam jasa yang dihasilkan oleh aktiva yang

bersangkutan.

b. Metode Jumlah Unit Produksi (productive-output method). Metode jumlah

unit produksi dan metode jam jasa adalah metode- metode yang alokasinya

mendasarkan pada faktor pemakaian, besar kecilnya penyusutan akan

ditentukan oleh banyak sedikitnya pemakaian aktiva yang bersangkutan.

3) Berdasarkan Kriteria Lainnya:

Metode berdasarskan kelompok dan gabungan (group and composite method)

a. Metode penyusutan kelompok adalah metode digunakan untuk

mengalokasikan harga perolehan dari kelompok aktiva yang memiliki

jenis yang sama, harga perolehan yang sama dan umur yang sama atau

hampir sama, dalam metode ini aktiva sejenis akan dikelompokkan

sebagai kelompok tersendiri.

b. Sedangkan metode penyusutan gabungan adalah metode penyusutan yang

dipergunakan untuk sekelompok aktiva yang jenisnya tidak sama baik dari

segi harga perolehan maupun umurnya.

2.1.4 Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Undang-Undang

Perpajakan

Menurut Mardiasmo (2011: 159) bahwa untuk menghitung besarnya

penysusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

17

1. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan

Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu:

a. Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 4 tahun.

b. Kelompok 2: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 8 tahun.

c. Kelompok 3: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 16 tahun.

d. Kelompok 4: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 20 tahun.

2. Harta berwujud yang berupa bangunan

Harta berwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Permanen. Masa manfaatnya 20 tahun

b. Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan

yang tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan.

Masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.

Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight

line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Wajib pajak

diperkenankan untuk memilih salah satu untuk melakukan penyusutan. Metode

garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap

berwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan dipergunakan

untuk kelompok harta berwujud bukan banguna saja.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

18

Berdasarkan UU PPh No. 38 tahun 2008 bahwa pengeluaran untuk

memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun

harus dibebankan sebagai pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, memelihara

penghasilan dengan mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat

harta tersebut melalui penyusutan.

Tabel 2.

Pengelompokan Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutannya

(Menurut UU Perpajakan)

Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Depresiasi

Garis Lurus Saldo Menurun

1. Bukan Bangunan

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

4 tahun

8 tahun

16 tahun

20 tahun

25%

12.5%

6.25%

5%

50%

25%

12.5%

10%

2. Bangunan

Permanen

Tidak Permanan

20 tahun

10 tahun

5%

10%

-

-

Sumber: Mardiasmo (2011: 160

2.1.5 Perbedaaan antara Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap dengan

Menggunakan Standar Akuntansi Keuangan dengan Peraturan

Undang-Undang Perpajakan

Penyusutan untuk kepentingan perpajakan secara substansial berbeda

dengan penyusutan kepentingan akuntansi. Metode penyusutan menurut akuntansi

didesain untuk mempersandingkan antara pengeluaran investasi modal dengan

penghasilan sesuai prosedur investasi. Periode penyusutan atau masa manfaat

yang digunakan untuk kepentingan perpajakan didasarkan kepada ketentuan

perundang-undangan perpajakan dan sama sekali tidak terkait dengan masa

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

19

manfaat asset yang bersangkutan atau dengan perkataan lain tidak ada usaha untuk

memperbandingkan antara penghasilan dan pengeluaran.

Perbedaan itu antara lain dapat kita lihat dari keterangan dibawah ini:

1. Perbedaan dalam Metode Penyusutan. Secara umum, ketentuan pajak hanya

mengakui adanya dua metode penyusutan., metode garis lurus dan metode

saldo menurun.

2. Adanya perbedaan dalam menentukan masa manfaat/ umur ekonomis Aktiva

tetap. Dalam ketentuan pajak pengelompokan aktiva tetap telah ditetapkan

secara “seragam” berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No.

486/KMK.03/2002, pasal 5 ayat (1). Tidak menutup kemungkinan kelompok

aktiva tetap tersebut tidak sama dengan masa manfaat yang

sebenarnya/berdasarkan keputusan manajemen.

3. Perbedaan dalam Metode penghitungan persediaan. Dalam ketentuan pajak

hanya diijinkan untuk menghitung persediaan dengan metode rata-rata dan

metode FIFO.

4. Adanya beban/biaya yang berdasarkan keputusan manajemen dan standart

akuntansi keuangan dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan,

namun secara fiscal tidak dapat diperhitungkan atau hanya dapat

diperhitungkan dengan syarat-syarat tertentu.

5. Adanya penghasilan yang telah dikenakan PPh tersendiri (PPh Final) dan

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan tsb. Dalam akuntansi

penghasilan dan biaya tersebut merupakan komponen penghasilan dan biaya

yang tidak terpisah dalam laporan keuangan tersendiri.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

20

6. Adanya Penghasilan yang bukan merupakan Obyek PPh.

Ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dibedakan

antara penysutan/amortisasi sesuai dengan standar akuntansi keuangan dengan

ketentuan perudang-undagan perpajakan seperti yang dijabarkan pada tabel

berikut:

Gambar 1.

Perbedaan antara Penysutan/Amortisasi sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan dengan Ketentuan Perudang-undagan Perpajakan

Sumber: Mohammad Zain (2007: 7.66)

2.2 Konsep Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Darsono dan Ashari (2005: 4) laporan keuangan menunjukan

posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu,

laporan keuangan juga menunjukan kinerja keuangan perusahaan yang dijuntukan

Penyusutan/Amortisasi

Sesuai Ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan

Perpajakan

Sesuai Standar Akuntansi

Keuangan

1. Ada penggolongan asset

2. Ditetapkan masa manfaat

3. Ditetapkan tarif per kelompok

4. Hanya tiga pilihan metode

penyusutan:

- Metode garis lurus

- Metode saldo ganda

menurun

- Metode satuan produksi

1. Tidak ada penggolongan asset

2. Tidak ada penetapan masa

manfaat

3. Tarif tidak diatur

4. Banyak pilihan metode

penyusutan

PERBEDAAN WAKTU

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

21

dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber

daya yang dimiliki oleh perusahaan. Sebagaimana dikemukakan dimuka bahwa

akuntansi adalah suatu proses untuk mencatat, menggolongkan, dan meringkas

transaksi ekonomi dan keuangan untuk menghasilkan informasi yang berguna

bagi pemkai, dan interprestasi atas hasil proses tersebut. Dalam penjelasan

tersebut terlihat bahwa proses akuntasi meliputu pencatatan, penggolongan,

peringkasaan, dan laporan. Proses akuntasi ini disebut istilah siklus akuntasi

tersebut diperlakukan beberapa media yang digunakan untuk melaksanakan proses

akuntasi sampai dihasilkan laporan. Hasil akhir dari proses akuntasi yaitu kegiatan

pelaporan adalah laporan keuangan. Selengkanya tahap-tahap yang ada dalam

proses akuntasi da[at dilihat pada pembahasan berikutnya.

Aktivitas pencatatan adalah tahap awal dari proses akuntasi yang berupa

aktivitas untuk mencatat transaksi dan kejadian ekonomi dan keuangan

perusahaan. Proses pencatatan dalam akuntasi ini dilakukan dalam media yang

disebut jurnal. Dalam aktivitas pencatatan, transaksi dicatat dalam suatu catatan

dengn bentuk dua kolom yaitu debet dan kredir. Dalam tahap ini, satu kejadian

atau transaksi akan dicatat dalam dua kolom yaitu debet dan kredit, dimana

jumlah debet harus sama dengan jumlah kredit. Kaidah pencatatan debet dan

kredit ini mengikuti kaidah dalam persamaanm akuntasi yang dapat dilihat pada

pembahasan berikunya.

Proses berikutnya dalam siklus akuntasi adalah menggolongkan. Dalam

tahap ini transaksi yang mempunyai jenis akuna atau rekening yang sama

dikelompokan dalam satu catatan tersendiri yang disebut buku besar. Missal,

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

22

transaksi yang mempengaruhi akun kas akan dicatat dalam buku besar kas. Jadi.

Buku besar adalah catatan akuntasi yang berisi transaksi-transaksi yang sejenis

baik debet maupun kredit. Pada akhir periode, transaksi yang ada pada buku besar

akan dijumlahakan sehinggah akan ditemukan hasil akhir yang disebut saldo.

Peringkasan atau penjumlahan dari transaksi-transaksi yang ada dalam

buku besar ini menganut kaidah dalam persamaan akuntasi.kaidah dalam

permasalahan akuntasi ini adalah:

a. Pada aktiva, debet adalah penambahan, sedangkan kredit adalah

pengukuran;

b. Pada kelompok kewajiban, kredit adalah penambahan, sedangkan debet

adalah pengukuran;

c. Pada kelompok modal, kredit adalah pembahasan, sedangkan debet adalah

pengurangan;

d. Pada kelompok biaya, debet adalah penambahan, sedangkan kredit adalah

pengurangan;

e. Pada kelompok pendapatan, kredit adalah penambahan, sedangkan debet

adalah pengukuran;

Istilah debet dan kredit di sini berfungsi untuk menunjukan sisi kolom dari

laporan. Debet akan terletak pada kolom kanan, sedangkan kredit merupakan sisi

kolom kiri. Persamaan akuntasi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

23

Gambar 2

Persamaan Akuntansi

Saldo Normal: =

Tahap berikutnya setelah penggolongan adalah meringkas atau

memasukan saldo-saldo dari buku besar sautu catatan yang disebut neraca jalur.

Neraca jalur ini akan berisi saldo atau hasil ringkasan atau penjumlahan dari

transaksi-transaksi yang ada pada buku besar. Kalau dilihat dari persamaan di atas

dapat dilihat bahwa setiap transaksi dan jumlah debet harus sama dengan jumlah

kredit. Jadi, neraca akan memuat hasil ringkasan (saldo) atau penjumlahan dari

pos atau akun-akun dibuku besar, baik yang bersaldo debet maupun yang bersaldo

kredit.

Tahap berikutnya dari proses akuntasi adalah. Pada tahap ini, ringkasan

dari transaksi tersebut dapat dikelompokan dalam format standar laporan akuntasi

yang berupa neraca, laporan laba rugi dari laporan perubahan modal. Neraca

adalah ringkasan informasi dari kelompok aktiva, kewajiban dan modal. Jadi,

informasi yang ada dalam neraca adalah informasi posisi saldo aktivi, kewajiban,

dan modal. Laporan laba rugi adalah informasi dari kelompok pendapatan dan

biaya. Laporan laba rugi menunjukan aktivitas untuk memperoleh pendapatan dan

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Laporan

berikutnya adalah laporan perubahan modal. Laporan ini berisi informasi tentang

Aktiva:

Debet +

Kredit -

Aktiva:

Debet +

Kredit -

Aktiva:

Debet +

Kredit -

Aktiva:

Debet +

Kredit -

Aktiva:

Debet +

Kredit -

Debet Kredit

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

24

perubahan modal pemilik selama satu periode yang dihasilkan dari jumlah debet

dan jumlah kredit kelompok modal.

Siklus akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut:

Proses Akuntansi

Gambar 3. Media Pencatatan

(Darsono dan Ashari, 2005: 6)

2.2.2 Kegunaan Laporan Keuangan

Menurut Darsono dan Ashari (2005: 7) bahwa dalam UUD NM. 1/1995

tentang persero terbatas (PT) jelas bahwa laporan keuangan merupakan suatu alat

pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh pengurus perusahaan (Direksi

dan Komisaris). Sebagai alat pertanggungjawaban, laporan keuangan wajib

disampaikan kepada pemilik. Namun dengan semakin sebar ketetlibatan pihak

lain non pemilik, seperti kredit, supplier, pemerintah, karyawan, dan sebagainya.

Ketentuan yang mengatur kewajiban membuat laporan keuangan selain

dalam undang-undang, biasanya ditetapkan dalam akta pendirian perusahaan.

Oleh karena itu, jenis bahan usaha apapun (CV, perusahaan daerah) wajib

menyusun dan menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan pasal-pasal dalam

akta pendirianya.

Pencatatan Penggolongann Peringkasan Pelaporan

Transaksi Jurnal Buku

Besar

Nerca

Saldo Laporan

Keuanga

n

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

25

Selain untuk tujuan di atas, laporan keuangan juga dapat menurunkan

information asymmetry yaitu kondisi dimana informasi yang dimiliki oelh satu

pihak lebih bayak dibandingakan dengan pihak lainya. Informasi tentang

perusahaan yang dimiliki oleh direksi lebih banyak dibandingkan dengan

onformasi yang dimiliki oleh pemilik (investor/kreditor), sehinggah dengan

adanya laporan keuangan, informasi akan terbesar secara merata antara pengelola

direksi lebih banyak informasi dalam laporan keuangan dapat menurunkan

perbedaan informasi dengan menurunkan: (a) adverse selection, dengan cara

memindahkan informasi publik. Adverse selection adalah ketidakyakinan pada

manajer atau pemilik karena salah satu pihak memiliki informasi yang lebih

banyak dari lainya, sehinggah menguntukan pihak tertentu ; (b) moral hazard yang

dilakun oleh manejer, karena prilaku menejer dapat dilihat dari pengaruhnya pada

laba perusahaan atau asset perusahaan, moral hazard adalah sikap tidak

melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan, atau tidak melaksanakan

kondisi ideal. Bank pemberi kredit biasanya menentukan debet covenant atau

perjanjian utang. Untuk melihat apakah perusahaan memenuhi perjanjian kredit

atau tidak dapat dilihat dari laporan keuangan.

Laporan keuangan dapat digunakan pula sebagai alat prediksi yaitu

prediksi harga saham, prediksi pembagian dividen, dan prediksi kebangkrutan.

Banyak penelitian, misalnya Machfoedz (1940) menunjukan bahwa laporan

keuangan dapat memprediksi laba satu tahun ke depan sebagai alat prediksi,

laporan keuangan harus disusun secara tertib setiap tahun.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

26

Menurut Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati (2010: 3) bahwa laporan

keuangan terbagi menjadi seperti berikut:

1. Laporan laba/rugi

Laporan laba/rugi adalah laporan yang menunjukan pendapatan dan beban

selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan ini

didasarkan pada konsep penandingan, yaitu suaty konsep yang menandingan

beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban

tersebut

2. Laporan perubahan ekuitas

Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukan perubahan

ekuitas pemilik yang terjasi selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan

atau setahun, laporan ini dibuat setelah laporan laba/rugi, tetapi sebelim

neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan

dalam neraca.

3. Neraca

Neraca adalah suatu daftar asset, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal

tertentu, misalnya pada akhir bulan atau akhir tahun. Ada dua bentuk neraca,

yaitu bentuk akun dan bentuk laporan.

4. Laporan arus kas

Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukan penerimaan dan

pembayaran kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau

setahun. Laporan arus kas terdiri, yaitu:

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

27

1. Arus kas dari aktivitas opersi, merupakan arus kas dari transaksi yang

mempengaruhi laba bersih

2. Arus kas dari aktivitas investasi, merupakan arus kas dari transaksi yang

memengaruhi invests dan non asset lancar

3. Arus kas dari aktivitas pendanaan, merupakan arus kas dari transaksi yang

memengaruhi ekuitas dan kewajiban jangan panjang.

2.2.3 Dampak Metode Penyusutan terhadap Laporan Keuangan

(Rugi/Laba)

Penyusutan secara terpisah harus dilakukan terhadap setiap bagian aset tetap

yang memiliki biaya perolehan yang cukup signifikan terhadap total biaya perolehan

seluruh aset tersebut (Standar Akuntansi Keuangan, 2007: 21). Penyusutan

merupakan suatu alokasi dari harga perolehan kepada periode-periode yang

menikmati dan tidak ada hubungannya dengan suatu usaha untuk pemupukan dana

dalam rangka mengganti aktiva apabila aktiva tersebut rusak atau tidak dipakai lagi

dimana pengalokasian yang dimaksud harus dilakukan secara sistematis dan rasional.

Melalui defenisi diatas dapat kita simpulkan bahwa penyusutan merupakan alokasi

yang sistematis dan rasional dalam membebankan biaya dan bukan merupakan

pengumpulan dana untuk menggantikan aktiva tersebut. Penyusutan bukanlah teknik

penilaian atas aktiva tetap melainkan suatu pengakuan terhadap penurunan nilai

ekonomis dari suatu aktiva. Sedangkan laporan keuangan menunjukan posisi

sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka metode penyusutan sangat

berdampak atau berpengaruh terhadap penysunan laporan keuangan, hal ini

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

28

disebabkan oleh pengeluaran terhadap biaya-biaya penyusutan aktiva tetap dalam

setiap periodenya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ludhi Rohadi N,

tahun 2007 dengan judul penelitian “Analisis Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Perpajakan Serta Pengaruhnya

Terhadap Laporan Keuangan pada PDAM Kabupaten Dati II Nganjuk. Dalam

penelitian ini penulis membatasi permasalahan atas aktiva tetap yang memiliki

umur terbatas dan bila habis masa penggunaan bisa diganti dengan aktiva sejenis,

membandingkan metode penyusutan aktiva tetap berdasar Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) dan Undang-undang Perpajakan No 17 tahun 2000 tentang

pajak Penghasilan. Data-data yang digunakan adalah daftar aktiva tetap yang

dimiliki perusahaan, kebijakan akuntansi perusahaan terhadap aktiva tetap yang

dimilikinya dan laporan keuangan perusahaan yang berakhir 31 Desember 2005.

Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode penyusutan aktiva

tetap berdasarkan Standar Akuntansi keuangan dan Undang-Undang Perpajakan

no. 17 tahun 2000. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Perusahaan Daerah Air

Minum Nganjuk mencantumkan laba (rugi) bersih sesudah pajak menurut standar

akuntansi keuangan sebesar (Rp. 329,658,141.58,-) sedangkan laba (rugi) bersih

menurut Pajak (Rp. 559,687,312.80-) jadi ada selisih sebesar Rp.

230,029,171.22,-. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan metode dalam

perhitungan penyusutan menurut SAK dan perpajakan. Hasil selisih sebesar Rp.

230,029,171.22,-. Dapat digolongkan sebagai beda waktu (timing difference)

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

29

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Kanugrahan Raharjo tahun

2009, dengan judul Penelitian “Perbandingan Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dan Standar Akuntansi Keuangan

Terhadap Pajak Penghasilan PT. Zena Pariwisata Nusantara. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa metode penyusutan aktiva tetap berdasarkan perhitungan

perusahaan, SAK dan Perpajakan berbeda tarifnya. Sehingga beban penyusutan

yang sebenarnya menurut PSAK lebih besar dibandingkan dengan perhitungan

perusahaan. Dan beban penyusutan menurut perpajakan lebih besar dibandingkan

dengan perhitungan PSAK dan perusahaan. Sehingga laba (rugi) usaha menurut

perhitungan perusahaan sebesar (Rp. 21. 318.216). Berdasarkan perhitungan

PSAK laba (rugi) usaha sebesar (Rp. 22.047.382), sedangkan menurut Perpajakan

laba (rugi) usaha sebesar (Rp. 43.245.300). Hal ini disebabkan oleh perusahaan

membebankan penyusutan pada bulan berikutnya, sedangkan perolehan aktiva

tetap pada awal bulan. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat

diberikan kepada perusahaan adalah sebaiknya meninjau kembali tanggal

perolehan aktiva tetap, sehingga alokasi pembebanan penyusutan bias dibebankan

dengan benar. Dan dalam melaporkan kepada pihak fiskal sebaiknya

menggunakan ketentuan perpajakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Tadeusz Franik, tahun 2007.

Mengemukakan bahwa penerapan prosedur penyusutan ditentukan untuk aktiva

tetap, investor memperoleh arus kas yang mempengaruhi Arus Kas Bersih - NCF.

Kenyataan ini mempengaruhi jauh efisiensi ekonomi dari suatu investasi proyek

yang sedang analisis. Artikel ini menganalisis pengaruh prosedur penyusutan atas

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

30

aktiva tetap (metode linier, metode yg turun serta prosedur yang diterapkan di

Eropa Barat) pada arus kas, pajak penghasilan beban dan efisiensi suatu proyek

investasi. Lalu, ada juga menyelidiki kemungkinan swadana investasi dengan cara

pemotongan datang fromamortization. Sebuah analisis yang bersangkutan yang

telah dilakukan, mengambil sebagai contoh proyek investasi ditujukan untuk

memberikan beberapa flat pertambangan dengan mesin dan perangkat. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Joseph C. Hartmana, tahun 2007. Mengemukakan

bahwa Keputusan apakah untuk memproduksi produk di AS, manufaktur

internasional atau untuk melakukan outsourcing produksi sangat bergantung pada

pemahaman yang menyeluruh dari biaya dan manfaat dari setiap pilihan. Dalam

tulisan ini, kita berkontribusi untuk pemahaman seperti oleh mempertimbangkan

dampak dari peraturan penyusutan pajak AS, yang berbeda tergantung pada

apakah AS perusahaan menempatkan asetnya di cabang domestik maupun asing.

Kami analisis dan ilustrasi contoh menunjukkan bahwa hukum penyusutan AS

memang bisa memiliki dampak non-sepele pada lokasi dan sumber keputusan,

dengan kepemilikan langsung dari aset asing relatif tampil kurang menarik sekali

hukum penyusutan diperhitungkan. Lebih luas, hasil kami menunjukkan bahwa

aset lokasi komprehensif dan keputusan kepemilikan memerlukan pemahaman

rinci pajak internasional hukum, bukan hanya sebuah pengakuan sederhana dari

perbedaan tarif pajak antara negara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat paa tabel

berikut:

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

31

Tabel 3

Penelitian Terdahulu Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Ludhi Rohadi N,

2007

Analisis Akuntansi Penyusutan

Aktiva Tetap Menurut Standar

Akuntansi Keuangan dan

Perpajakan Serta Pengaruhnya

Terhadap Laporan Keuangan

pada PDAM Kabupaten Dati II

Nganjuk

Akuntansi Penyusutan

Aktiva Tetap Menurut

Standar Akuntansi

Keuangan dan Perpajakan

Serta Pengaruhnya

Terhadap Laporan

Keuangan.

Dalam penelitian ini penulis membatasi

permasalahan atas aktiva tetap yang memiliki

umur terbatas dan bila habis masa penggunaan

bisa diganti dengan aktiva sejenis,

membandingkan metode penyusutan aktiva

tetap berdasar Standar Akuntansi Keuangan

(SAK) dan Undang-undang Perpajakan No 17

tahun 2000 tentang pajak Penghasilan.

Data-data yang digunakan adalah daftar aktiva

tetap yang dimiliki perusahaan, kebijakan

akuntansi perusahaan terhadap aktiva tetap

yang dimilikinya dan laporan keuangan

perusahaan yang berakhir 31 Desember 2005.

Data-data tersebut dianalisis dengan

menggunakan metode penyusutan aktiva tetap

berdasarkan Standar Akuntansi keuangan dan

Undang-Undang Perpajakan no. 17 tahun 2000.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

Perusahaan Daerah Air Minum Nganjuk

mencantumkan laba (rugi) bersih sesudah pajak

menurut standar akuntansi keuangan sebesar

(Rp. 329,658,141.58,-) sedangkan laba (rugi)

bersih menurut Pajak (Rp. 559,687,312.80-)

jadi ada selisih sebesar Rp. 230,029,171.22,-.

Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan

metode dalam perhitungan penyusutan menurut

SAK dan perpajakan. Hasil selisih sebesar Rp.

230,029,171.22,-. Dapat digolongkan sebagai

beda waktu (timing difference).

Kanugrahan

Raharjo, 2009

Perbandingan Metode

Penyusutan Aktiva Tetap

Berdasarkan Undang-Undang

Perpajakan dan Standar

Akuntansi Keuangan Terhadap

Pajak Penghasilan PT. Zena

Pariwisata Nusantara

Metode Penyusutan

Aktiva Tetap Berdasarkan

Undang-Undang

Perpajakan dan Standar

Akuntansi Keuangan,

serta Pajak Penghasilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode

penyusutan aktiva tetap berdasarkan

perhitungan perusahaan, SAK dan Perpajakan

berbeda tarifnya. Sehingga beban penyusutan

yang sebenarnya menurut PSAK lebih besar

dibandingkan dengan perhitungan perusahaan.

Dan beban penyusutan menurut perpajakan

lebih besar dibandingkan dengan perhitungan

PSAK dan perusahaan. Sehingga laba (rugi)

usaha menurut perhitungan perusahaan sebesar

(Rp. 21. 318.216). Berdasarkan perhitungan

PSAK laba (rugi) usaha sebesar (Rp.

22.047.382), sedangkan menurut Perpajakan

laba (rugi) usaha sebesar (Rp. 43.245.300). Hal

ini disebabkan oleh perusahaan membebankan

penyusutan pada bulan berikutnya, sedangkan

perolehan aktiva tetap pada awal bulan.

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran

yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah

sebaiknya meninjau kembali tanggal perolehan

aktiva tetap, sehingga alokasi pembebanan

penyusutan bias dibebankan dengan benar. Dan

dalam melaporkan kepada pihak fiskal

sebaiknya menggunakan ketentuan perpajakan.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan ...eprints.ung.ac.id/5297/6/2012-1-62201-241408055-bab2... · BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Akuntansi Penyusutan Aktiva

32

Tadeusz Franik,

tahun 2007

Mengemukakan bahwa penerapan prosedur

penyusutan ditentukan untuk aktiva tetap,

investor memperoleh arus kas yang

mempengaruhi Arus Kas Bersih - NCF.

Kenyataan ini mempengaruhi jauh efisiensi

ekonomi dari suatu investasi proyek yang

sedang analisis. Artikel ini menganalisis

pengaruh prosedur penyusutan atas aktiva tetap

(metode linier, metode yg turun serta prosedur

yang diterapkan di Eropa Barat) pada arus kas,

pajak penghasilan beban dan efisiensi suatu

proyek investasi. Lalu, ada juga menyelidiki

kemungkinan swadana investasi dengan cara

pemotongan datang fromamortization. Sebuah

analisis yang bersangkutan yang telah

dilakukan, mengambil sebagai contoh proyek

investasi ditujukan untuk memberikan beberapa

flat pertambangan dengan mesin dan perangkat

Joseph C.

Hartmana, 2007

Mengemukakan bahwa Keputusan apakah

untuk memproduksi produk di AS, manufaktur

internasional atau untuk melakukan outsourcing

produksi sangat bergantung pada pemahaman

yang menyeluruh dari biaya dan manfaat dari

setiap pilihan. Dalam tulisan ini, kita

berkontribusi untuk pemahaman seperti oleh

mempertimbangkan dampak dari peraturan

penyusutan pajak AS, yang berbeda tergantung

pada apakah AS perusahaan menempatkan

asetnya di cabang domestik maupun asing.

Kami analisis dan ilustrasi contoh

menunjukkan bahwa hukum penyusutan AS

memang bisa memiliki dampak non-sepele

pada lokasi dan sumber keputusan, dengan

kepemilikan langsung dari aset asing relatif

tampil kurang menarik sekali hukum

penyusutan diperhitungkan. Lebih luas, hasil

kami menunjukkan bahwa aset lokasi

komprehensif dan keputusan kepemilikan

memerlukan pemahaman rinci pajak

internasional hukum, bukan hanya sebuah

pengakuan sederhana dari perbedaan tarif pajak

antara negara