BAB II KAJIAN TEORI - UKSW II.pdfdalam sifat dan perilaku siswa antara lain adanya kualitas...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI - UKSW II.pdfdalam sifat dan perilaku siswa antara lain adanya kualitas...
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Teori Belajar Kontruktivisme
Belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan yang disertai perubahan perilaku pada individu.
Teori yang menjadi landasan pembelajaran kooperatif adalah
teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan proses
pembelajaran yang menjelaskan bagaimana manusia dapat
menemukan pengetahuan dan informasi itu sendiri. Pengetahuan
yang dimiliki seseorang terkait erat dengan pengalaman-
pengalamannya, yaitu interaksi dengan lingkungan atau objek
tertentu.
Siswa merupakan individu yang memegang kendali pada
dirinya sendiri untuk belajar. Guru memegang peranan untuk
menata lingkungan sehingga memberikan peluang yang optimal
bagi berlangsungnya proses pembelajaran didalam kelas.
“Belajar merupakan suatu proses
memperoleh pengetahuan dan pengalaman
10
dalam wujud perubahan tingkah lakudan
kemampuan bereaksi yang relatif permanen
atau menetap karena adanya interaksi individu
dengan lingkungannya.”1
Yang merupakan dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa
individu harus secara aktif dan berkesinambungan dalam
membangun pengetahuan dan informasi yang diperoleh dalam
proses membangun kerangka oleh siswa dari lingkungan dirinya.
2.2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran dalam
mencapai suatu tujan pembelajaran.Hal ini tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan diiringi perubahan tingkah laku
yang meliputi pengetahuan, sikap dan keteranpilan, kebiasaan
dan kemampuan.
Keberhasilan yang diperoleh dari proses pembelajaran
pada jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari penilaian.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka
1 Sugihartono,dkk.(2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: hal
74.
11
studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif,
afektif dan psikomotorik.
“Ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama
disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
tinggi.Ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi.Ranah psikomotoris berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b)
keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan
perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan,
(e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f)
gerakan ekspresif dan interpretative.”2
Ranah kognitif, terkait dengan hasil pengetahuan
intelektual yaitu kemampuan dalam mengolah informasi dalam
rangka pembelajaran.Sedangkan ranah afektif terkait dengan
sikap dan nilai yaitu kemampuan pemahaman
pembelajaran.Ranah psikomotorik menunjukkan adanya
kemampuan fisik dari pembelajar yaitu penerapan dari hasil
2http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2297541-
kajian-teori-untuk-hasil-belajar/
12
belajar.Sehingga hasil belajar yang diinginkan seseorang
bergantung pada perubahan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
2.3. Motivasi Belajar
Motivasi diartikan sebagai perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
yang menyebabkan adanya tingkah laku untuk mencapai suatu
tujuan. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan
yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun
dihadang kesulitan.Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan
aktivitas belajar siswa.
“Motivasi tinggi dapat ditemukan
dalam sifat dan perilaku siswa antara lain
adanya kualitas keterlibatan siswa dalam
belajar yang sangat tinggi,adanya perasaan
dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi,dan
upaya untuk senantiasa memelihara agar
senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.”3
2.4. Pembelajaran Kooperatif
2.4.1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
3 Sugiharto,dkk.(2007), Psikologi Pendidikan.Yogyakarta. Hal
20-21.
13
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar siswa
yang dirancang untuk mendidik kerjasama didalam kelompok
kecil dan interaksi antara siswa satu dengan yang lain untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sistem pembelajaran kooperatif,
mengharuskan siswa untuk belajar bertanggung jawab terhadap
diri sendiri dengan menguasai materi dan bertanggung jawab
sebagai anggota kelompok yaitu membantu anggota yang lain
untuk belajar.
“Pendekatan paling efektif terhadap
manajemen kelas bagi pembelajaran kooperatif
adalah menciptakan sebuah sistem
penghargaan positif yang didasarkan pada
kelompok”4
Suatu bentuk kerjasama yang sangat erat kaitannya antara
kelompok anggota untuk mencapai tujuan merupakan
ketergantungan yang positif yang berarti kesuksesan kelompok
bergantung pada kesuksesan anggotanya.. Dengan demikian, guru
harus memberi waktu bagi kelompok agar kelompok dapat
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama siswa
agar bisa bekerja sama lebih efektif.Pembelajaran kooperatif
4Slavin, Robert E. (2010).Cooperative Learning Teori, Riset dan
Praktik.Bandung, hal 259.
14
tidak sama dengan belajar dalam kelompok yang dilakukan asal-
asalan. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran
kooperatif tidak harus belajar dari guru namun siswa dapat saling
belajar.
2.4.2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi
pembelajaran yang lain terlihat dari proses pembelajaran yang
menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan
yang ingin dicapai bukan hanya dari segi akademik saja,
melainkan unsur kerja sama untuk penguasaan materi.
“Ciri-ciri pembelajaran kooperatif:
a. Pembelajaran secara tim
b. Didasarkan pada manajemen
kooperatif
c. Kemauan untuk bekerja sama
d. Keterampilan bekerja sama.”5
5 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Pers,
2010), hal. 207.
15
2.4.3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat tahap prosedur atau langkah – langkah
pembelajaran kooperatif yaitu :
“1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan
tahapan penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam
kelompok.Tujuan utama tahapan ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi
pelajaran.
2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan
setelah guru memberikan penjelasan materi,
siswa bekerja dalam kelompok yang telah
dibentuk sebelumnya.
3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran
kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis,
yang dilakukan secara individu atau kelompok.
Tes individu akan memberikan penilaian pada
kemampuan individu, sedangkan kelompok
akan memberikan penilaian pada kemampuan
kelompoknya. Nilai setiap kelompok memiliki
nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini
disebabkan nilai kelompok adalah nilai
bersama dalam kelompoknya yang merupakan
hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.
4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim
yang dianggap paling menonjol atau tim paling
berprestasi untuk kemudian diberikan
pernghargaan atau hadiah, dengan harapan
dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi
lebih baik lagi.”6
6Ibid hal 212 -213
16
2.4.4. Model-model Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran dapat dilaksanakan dalam beberapa model
yang dapat dipilih oleh guru.
“Teknik-teknik yang dapat dipakai
dalam pembelajaran model kooperatif learning
adalah: Jigsaw, STAD, TGT (Slavin 1990)
Write Pair Square, Think Pair Square, Inside-
Outside Circle, Round-Robin, NHT, Two Stay
Two Stray (Kagan 1992), Group Investigation
(Sharan et al), Learning Together (Johnson et
al 1990), Cooperative Controversy (Johnson
and Johnson 1987) Murder – Mood,
Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review
(Hythecker et al 1988).”7
2.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.5.1. Konsep Dasar Pembelajaran Tipe Jigsaw
“Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali
dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin
dan teman-teman di Universitas John Hopskins (Arends,
2001)”.8Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di
7http://nesaci.com/pengertian-dan-macam-macam-model-
pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning. 8http://www.psychologymania.com/2012/12/pembelajaran-
kooperatif-tipe-jigsaw.html.
17
mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih
besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari metode
pembelajaran jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim,
ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan
secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka
mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
”Pembelajaran kooperatif model
jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah
gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu
kegiatan belajar dengan cara bekerjasama
dengan siswa lain untuk mencapai tujuan
bersama”9
Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi
anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan
anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 5-6
siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala a-f. Nomor
kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu
kelompok yang disebut kelompok ahli. Kelompok ahli bertugas
mempelajari materi pelajaran yang sudah dibagi menjadi
beberapa bagian (subtopik) sesuai dengan jumlah kelompok ahli.
9 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Pers,
2010), hal. 217.
18
Dikelompok asal, siswa menjelaskan subtopik yang telah di
pelajari sebagai ”ahli” kepada anggota kelompok asal yang lain.
Seluruh siswa mempunyai tanggung jawab menunjukkan
penguasaannnya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh
guru dan harus menguasai topik secara keseluruhan.Keadaan ini
mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan
tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya
tugas-tugas dalam kelompok.
2.5.2. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
“ 1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
1. Tiap orang anggota dalam tim diberi
bagian materi tang berbeda.
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi
yang ditugaskan.
3. Anggota dari tim yang berbeda yang telah
mempelajari bagia/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru(kelompok
ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
4. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli,
tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang sub bab yang mereka
kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil
diskusi.
6. Guru memberi evaluasi
19
7. Kesimpulan/Penutup.” 10
Penerapan model kooperatif tipe jigsaw ini, dapat
memberikan siswa kesempatan untuk mengemukakan pendapat,
mengolah informasi yang didapatkan dan dapat belajar aktif
dalam berkomunikasi. Siswa dapat meningkatkan motivasi dalam
belajar,dan saling berinteraksi satu dengan yang lain, sehingga
masing – masing anggota kelompok bertanggung jawab terhadap
keberhasilan kelompoknya dan juga ketuntasan akan materi yang
ditugaskan.
2.6. Mata pelajaran Kewirausahaan di SMK
Penyelenggaraan pendidikan termasuk proses
pembelajaran kewirausahaan merupakan hal yang sangat penting
dan termasuk tanggung jawab semua. Mulai dari sekolah, guru,
bahkan orang tua serta masyarakat. Untuk mengikuti perubahan
serta mengatasi pengangguran, pemerintah dalam hal ini memberi
tanggung jawab kepada sekolah, yaitu dengan berupaya
membekali pengetahuan dan keterampilan
10
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/05/model-pembelajaran-
jigsaw-model-tim-ahli-aronson-blaney-stephen-sikes-and-snapp-
1978/
20
kewirausahaan.“Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumberdaya untuk
mencari peluang menuju sukses.”11
Kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran yang
termasuk ke dalam mata pelajaran adaptif yang diajarkan di
SMK.Tujuan pembelajaran kewirausahaan adalah membentuk
jiwa wirausaha siswa, sehingga menjadi individu yang kreatif,
inovatif dan produktif.Pola pembelajaran kewirausahaan dimulai
dari teori, praktek dan implementasi.
Pada dasarnya, jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya
dimiliki oleh para usahawan saja, melainkan setiap orang yang
berfikir inovatif dan bertindak kreatif.Kepribadian seorang
wirausaha dibentuk oleh adanya pengetahuan, keterampilan yang
dilengkapi dengan sikap dan motivasi untuk selalu berprestasi.
“Tujuan Mata Pelajaran Kewirausahaan pada
SMK:
11
http://kk.mercubuana.ac.id/files/99012-1-155373489913.doc
21
1. Memahami dunia usaha dalam kehidupan
sehari-hari, terutama yang terjadi di
lingkungan masyarakat.
2. Berwirausaha dalam bidangnya
3. Menerapkan perilaku kerja prestatif dalam
kehidupannya
4. Mengaktualisasikan sikap dan perilaku
wirausaha.”12
2.7. Standar Kompetensi Menerapkan jiwa kepemimpinan
2.7.1. Kompetensi Dasar Menunjukkan Sikap Pantang
Menyerah dan ulet
A. Menerapkan Jiwa Kepemimpinan dalam kehidupan Sehari-
hari
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya
kepemimpinan seseorang. Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh
bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan
sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Blanchard
mengemukakan empat gaya yaitu sebagai berikut.
1. Directing (pengarahan), gaya yang tepat apabila kita
dihadapkan dengan tugas rumit dan staf kita belum
12
http://gurupembaharu.com/home/download/102.-
Kewirausahaan_SMK-MAK_SALINAN.doc
22
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan
tugas tersebut. Pemimpin menjelaskan apa yang perlu dan
harus dikerjakan. Dalam proses pengambilan keputusan,
pemimpin memberikan aturan-aturan dan proses yang
detail kepada bawahan.
2. Coaching (pembinaan), pemimpin tidak hanya
memberikan detail yang harus dikerjakan tapi juga harus
menjelaskan mengapa sebuah keputusan diambil,
mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima
berbagai masukan dari bawahannya. Gaya yang tepat
apabila staff kita telah lebih termotivasi dan
berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas.
3. Supporting(dukungan), sebuah gaya dimana pemimpin
menfasilitasi dan membantu upaya bawahannya dalam
melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin memberikan
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi
bersama dengan bawahan.
4. Delegating(pelimpahan wewenang), sebuah gaya dimana
seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang
23
dan tanggung jawabnya kepada bawahannya. Gaya ini
dapat berjalan apabila staff kita sepenuhnya telah paham
dan efisiensi dalam pekerjaan.
Keempat gaya sangat bergantung dari lingkungan dimana seorang
pemimpin berada dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka
timbul “Situational leadership” yang artinya pemimpin
menyesuaikan keadaan dari orang-orang yang dipimpinnya.
B. Tugas dan Tanggung jawab Pemimpin
Tugas seorang pemimpin menurut pendapat Prof.H.Arifin
Abduracman adalah sebagai berikut.
1. Mengantarkan, mengusahakan supaya orang – orang
dibawah pimpinannya dapat diantarkan sampai tujuan
dengan hasil yang maksimal sesuai dengan visi dan misi.
2. Mengetahui, bertindak sebagai orang tua/sesepuh yang
sudah mempunyai banyak pengalaman dan memberikan
pengayoman,dengan demikian dapat membawa
bawahannya ke arah yang dituju.
3. Memelopori, bertindak sebagai pelopor, artinya memberi
petunjuk jalan dan pemecahan masalah dengan tepat.
24
4. Memberi Petunjuk, agar dapat memberi petunjuk pada
bawahannya yang memiliki kesulitan, haruslah memiliki
kelebihan dibidang pengetahuan, kecakapan,
keterampilan, dan kemantapan moral.
5. Mendidik, bertindak sebagai guru yang mendidik orang –
orang yang dipimpinnya.
6. Memberi Bimbingan dan Penyuluhan, yang artinya
memberi bimbingan, penyuluhan, dan strategi yang baik
untuk kemajuan usahanya.
7. Menggerakkan bawahan, sesuai dengan wewenangnya
yaitu menggerakkan bawahannya supaya suka mengikuti
dan menjalankan tugas yang diperintah olehnya.
C. Sifat –sifat yang mempengaruhi Keberhasilan Kepemimpinan
1. Mempunyai kecerdasan. Seorang pemimpin memiliki
kecerdasan emosi(EQ) dan kecerdasan intelektual(IQ)
yang lebih tinggi dari orang yang dipimpinnya.
2. Hubungan dengan orang lain (interpersonal). Kemampuan
menjalin hubungan dengan orang lain sangat penting bagi
seorang pemimpin dalam mencapai tujuannya untuk
25
mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi orang
lain.
3. Kedewasaan. Kepribadian yang bijaksana, tidak
emosional, berfikir positif,matang, dan bisa menjadi figur
adalah modal penting pemimpin untuk mencapai
tujuannya.
D. Pengertian Pantang Menyerah
Sikap pantang menyerah bagi seorang wirausahawan adalah
tidak mudah patah semangat dalam menghadapi rintangan, mau
bekerja keras untuk mencapai tujuan, serta menganggap rintangan
dan tantangan harus dihadapi untuk mencapai tujuan tersebut.
E. Pengertian Ulet
Keuletan adalah ciri pribadi yang kuat dan kukuh,dan tidak
mudah putus asa.
F. Faktor – faktor yang mempengaruhi Keuletan
a. Pembawaan. Manusia lahir memiliki sifat bawaan dari
orang tuanya. Hal tersebut termasuk daya tahan fisik dan
mental yang akan menunjang perkembangan lebih lanjut.
b. Pendidikan dan Pelatihan. Seseorang yang memiliki
26
bawaan yang pas–pasan bahkan kurang, ada kemungkinan
dapat berkembang melalui pendidikan dan pelatihan, dan
sebaliknya.
c. Lingkungan secara tidak langsung akan mendidik dan
melatih manusia disekitarnya. Misalnya, alam yang
termasuk aspek dari lingkunan juga dapat mempengaruhi
keuletan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitarnya.
Masyarakat yang tinggal di daerah tandus akan lebih ulet
dibanding yang tinggal ditanah subur.
d. Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi keuletan. Dengan memiliki banyak
pengalaman berupa rintangan, hambatan, serta kegagalan
dalam menjalankan usaha, berarti juga memiliki banyak
strategi dalam memecahkan masalah. Dengan banyak
strategi yang dimiliki, maka akan menunjang keuletan.
e. Motivasi atau dorongan dapat menyebabkan seseorang
menjadi ulet. Wirausahawan mempunyai komitmen untuk
berhasil dan berkembang dalam usahanya akan
mewujudkan keinginanya dengan mencari cara (positif)
27
untuk mewujudkan obsesinya.
G. Cara membina Sikap Ulet
Sikap ulet yang dibina dengan cara–cara sebagai berikut.
a. Menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani
b. Menjaga dan meningkatkan semangat dalam bekerja
c. Selalu optimis dalam menjalankan usaha
d. Menyenangi pekerjaannya
e. Berani menghadapi tantangan
f. Meningkatkan kepedulian akan peristiwa atau kejadian
disekitarnya, baik secara makro maupun mikro
g. Berusaha memilikibanyak informasi dan sumber
h. Menerima dengan senang hati kitik dan saran
i. Berani mencoba alternatif yang sudah dipertimbagkan
secara matang
j. Memandang kegagalan dari segi positif
k. Tidak memandang ringan masalah yang dihadapi
l. Meningkatkan kepekaan, kecermatan dan kewaspadaan
diri
H. Melakukan sikap pantang menyerah dan ulet dalam kegiatan
28
usaha
Dibawah ini wujud untuk melakukan sikap pantang
menyerah dan ulet di dalam kegiatan usaha.
1. Melakukan usaha dengan semangat. Semangat kerja adalah
salah satu sifat kejiwaan yang sangat erat hubungannya
dengan faktor kepuasan kerja, kegairahan kerja, dan
keinginan mempertinggi hasil kerja.
2. Melakukan usaha dengan tidak putus asa. Kemauan yang
keras akan memberikan semangat dalam berusaha dan tidak
pernah merasa putus asa.
3. Melakukan usaha dengan ingin majuadalah suatu wujud
sikap yang memiliki komitmen tinggi terhadap
pekerjaan/tugasnya dan setiap saat pikirannya tidak lepas dari
bisnisnya.
4. Melakukan usaha dengan selalu mencari sesuatu yang
baruadalah objek usaha atau cara melakukan usaha yang
berbeda dari apa yang telah ada melalui kreasi dan inovasi.
29
2.8. Metode Kooperatif tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran
Kewirausahaan
Tujuan dari pembelajaran Kewirausahaan adalah agar
siswa memiliki jiwa wirausaha.Pembelajaran kewirausahaan
memiliki fungsi yang fundamental dalam mengembang
kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif dan inovatif. Agar
tujuan tersebut dapat tercapai, maka kewirausahaan perlu
diajarkan dengancara yang tepat dan melibatkan siswa secara
aktif melalui proses dan sikap ilmiah.
Pembelajaran tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran yang menekankan struktur khusus yang dirancang
untuk mempegaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan
motivasi siswa karena melibatkan para siswa untuk mengerti
materi pelajaran secara berkelompok..
Dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
mata pelajaran kewirausahaan, akan membuat siswa termotivasi
belajar dan meningkatkan hasil belajar,serta dapat bekerja baik
individu maupun berkelompok.
30
2.9. Hipotesis Tindakan
Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada
kompetensi dasar menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-B
program keahlian Akomodasi Perhotelan di SMK Pelita Salatiga.