BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1...

17
11 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasi Motivasi berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku peserta didik. Peserta didik yang termotivasi terhadap kegiatan belajar mengajar, akan berusaha lebih keras untuk memperhatikan dan memahami materi pelajaran yang disampaikan guru dibandingkan dengan peserta didik yang kurang motivasi. Menurut Mc. Donald mendeinisikan motivasi adalah perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.” 1 Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi dapat mendorong peserta didik belajar dalam mencapai tujuan. Peserta didik akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi untuk mencapai hasil yang maksimal. Proses pembelajaran diperlukan sebagai suatu proses pemusatan perhatian agar yang dipelajari oleh peserta didik akan mudah dipahami. Peserta didik dapat melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik. Terjadilah suatu perubahan tingkah laku yang meliputi keseluruhan pribadi peserta didik baik dari 1 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Gaung Persada Press; Jakarta, 2007), hal. 154.

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

11

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Bahasan Teori

2.1.1 Motivasi

Motivasi berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan

mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku peserta didik. Peserta

didik yang termotivasi terhadap kegiatan belajar mengajar, akan berusaha lebih keras

untuk memperhatikan dan memahami materi pelajaran yang disampaikan guru

dibandingkan dengan peserta didik yang kurang motivasi. Menurut Mc. Donald

mendeinisikan motivasi adalah perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang

yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.”1

Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang

untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.

Motivasi dapat mendorong peserta didik belajar dalam mencapai tujuan. Peserta didik

akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi untuk mencapai hasil yang

maksimal.

Proses pembelajaran diperlukan sebagai suatu proses pemusatan perhatian

agar yang dipelajari oleh peserta didik akan mudah dipahami. Peserta didik dapat

melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik. Terjadilah suatu

perubahan tingkah laku yang meliputi keseluruhan pribadi peserta didik baik dari

1 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Gaung Persada Press;

Jakarta, 2007), hal. 154.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

12

aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif. Peserta didik dengan kegiatan tersebut

akan memperoleh pengalaman pembelajaran yang dirasa sangat optimal.

Kegiatan pembelajaran peserta didik dilakukan dalam rangka pencapaian

sebuah proses dan hasil belajar yang optimal, serta dapat ditunjukkan dalam

peningkatan motivasi, keterampilan sosial dan hasil belajar peserta didik.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat kemampuan peserta didik yang diterima

setelah proses belajar dan pembelajaran berlangsung. Proses tersebut dapat

memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, motivasi,

dan ketrampilan dari peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya

Perubahan dan penilaian dalam perilaku belajar peserta didik mencakup

seluruh aspek yang ada pada diri peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh

Bloom, yaitu perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik,

yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1. ”Indikator Aspek Kognitif

Indikator aspek kognitif mencakup:

a. Ingatan atau pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan

mengingat bahan yang telah dipelajari.

b. Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan menangkap

pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan.

c. Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan

bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.

d. Analisis (analisys), yaitu kemampuan menguraikan,

mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang terpisah,

menghubungkan antar bagian guna membangun sesuatu

keseluruhan.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

13

e. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan,

mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu

keseluruhan, dan sebagainya.

f. Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau

harga sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian

yang didasarkan suatu kriteria.

2. Indikator Aspek Afektif

Indikator aspek afektif mencakup:

a. Penerimaan (receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan

dirinya untuk menerima atau memperhatikan pada suatu

perangsang.

b. Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi

reaksi, menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara

sukarela.

c. Penghargaan (valuing), yaitu kepeka tanggapan terhadap

nilai atas suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan

komitmen.

d. Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan

berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antar nilai,

dan membangun sistem nilai, serta mengkonseptualisasikan

suatu nilai.

e. Pengkarakterisasian (characterization), yaitu proses afeksi

dimana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang

mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang

membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan

pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan

emosional.

3. Indikator Aspek Psikomotor

Indikator aspek psikomotor mencakup:

a. Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk

membimbing efektivitas gerak.

b. Kesiapan (set), yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.

c. Respos terbimbing (guide respons), yaitu tahap awal belajar

keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang

dipertunjukkan kemudian mencoba-coba dengan

menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu

gerak.

d. Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang

melukiskan proses dimana gerak yang telah dipelajari,

kemudian diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan sehingga

dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

14

e. Respons nyata kompleks (complex over respons), yaitu

penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk

gerakan yang rumit, aktivitas motorik berkadar tinggi.

f. Penyesuaian (adaptation), yaitu ketrampilan yang telah

dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat

mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan

dan kondisi yang khusus dalam suasana yang telah

problematis. Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola

gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah

tertentu sebagai kreativitas.”2

2.2. Teori Belajar

2.2.1 Kontruktivisme

Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya

interaksi antar sesama peserta didik atau dengan lingkungan. “Belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”.3 Berdasarkan definisi-definisi belajar tersebut,

yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku

individu, hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme.

Model konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar

yang mengaktifkan peserta didik secara mental, membangun pengetahuan, yang

dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai

2 Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Refika Aditama, Bandung,

2010, hal. 21. 3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),

hal. 2.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

15

fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan

mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya peserta didik mengorganisasikan

pengalaman mereka. ”Menurut kaum konstruktivisme, belajar merupakan proses

aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain.

Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman

atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang

sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan

sebagai berikut:

a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh

siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan

alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian

yang telah ia punyai.

b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus.

Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan

yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat

maupun lemah.

c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan

lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat

pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil

perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu

sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan

pengaturan kembali pemikiran seseorang.

d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema

seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran

lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium)

adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan

dunia fisik dan lingkungannya.

f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah

diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi

yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang

dipelajari.4

4 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Jogjakarta, 1997, hal.

19.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

16

Model konstruktivisme dalam pendidikan menurut Von Glasersfeld adalah

pengetahuan dari peserta didik yang terbentuk oleh pengalaman-pengalaman yang

didapat dari lingkungan sekitar peserta didik. Von Glasersfeld juga membedakan

adanya tiga taraf konstruktivisme, yaitu:

1. ”Konstruktivisme Radikal

Konstruktivisme radikal berpegang bahwa kita hanya dapat

mengetahui apa yang dibentuk/dikonstruksikan oleh pikiran

kita. Bentukan itu harus ”jalan” dan tidak harus selalu

merupakan representasi dunia nyata. Adalah suatu ilusi apabila

percaya bahwa apa yang kita ketahui itu memberikan

gambaran akan dunia nyata.

2. Realisme Hipotesis

Menurut realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) kita

dipandang sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur

kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang

sejati, yang dekat dengan realitas.

3. Konstruktivisme yang Biasa

Aliran ini tidak mengambil semua konsekuensi konstruktivisme.

Menurut aliran ini, pengetahuan kita merupakan gambaran

dari realitas itu. Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu

gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam

dirinya sendiri.”5

Penulis dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran konstruktivisme

adalah salah satu pendekatan yang memfokuskan pada kegiatan peserta didik dalam

berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas. Pembelajaran konstruktivisme ini

juga akan merangsang peserta didik untuk berpikir inovatif dan mengembangkan

potensi peserta didik secara optimal.

5 Ibid. hal. 26.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

17

2.3. Pembelajaran Kooperatif

2.3.1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam

orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

“Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”6. Dalam

system pembelajaran yang kooperatif, peserta didik belajar bekerjasama dengan

anggota lainnya.

“Karekteristik pembelajaran kooperatif adalah:

1. Pembelajaran secara tim

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif

3. Kemauan untuk bekerja sama

4. Ketrampilan bekerjasama”7

Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan

kooperatif. Peserta didik yang bekerja dalam pembelajaran kooperatif didorong dan

dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus

mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan yaitu:

“1. Meningkatkan motivasi

Pembelajaran kooperatif memberi motivasi kepada siswa sehingga

memberikan semangat kepada siswa dalam proses belajar.

6 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 203. 7 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 203.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

18

2. Meningkatkan keterampilan sosial

Meningkatkan keterampilan sosial dalam pembelajaran kooperatif ialah

untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan

kolaborasi dalam kelompok atau tim, serta menerima peserta didik lain

sebagai rekan dalam kelompoknya.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja

siswa dalatugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan

menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki

orientasi dan bahasa yang sama” 8

2.3.2. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri

atas empat tahap, yaitu:

“1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian

pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam

kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa

terhadap pokok materi pelajaran.

2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan

penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah

dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan

melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau

kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian pada

kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan

penilaian pada kemampuan kelompoknya. Nilai setiap kelompok

memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai

kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang

merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.

4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling

menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan

pernghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim

untuk terus berprestasi lebih baik lagi.”9

8 Richard I. Arends, 2008, Learning to Teach atau Belajar untuk Mengajar, terjemahan Helly

Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini soetjipto, Yogyakarta, Puspita Belajar, hal.5. 14 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 203.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

19

2.3.3 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pembelajaran Secara tim,

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan

secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan .

Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa

belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif,

Fungsi Manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan

sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah

pembelajaran yang sudah ditentukan.

3) Kemauan untuk Bekerja Sama,

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh

keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip

kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam

pembelajaran kooperatif.

4) Keterampilan Bekerja Sama,

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas

dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan

demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.”10

Berdasarkan karakteristik di atas, untuk menuntaskan materi belajarnya,

peserta didik belajar dalam kelompok secara bekerja sama. Kelompok dibentuk dari

peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika dalam kelas

terdapat peserta didik yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka

diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. Penghargaan lebih

diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

10 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 206.’

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

20

2.3.4 Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam

pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai berikut:

1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)

yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam

penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan

oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok

ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.

Oleh sebab itu, semua anggota dalam kelompok akan

merasakan saling ketergantungan.

2) Tanggung jawwab perorangan (individual accountability)

Yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-

masing anggota kelompoknya.

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap

anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi

dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi

dari anggota kelompok lain.

4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication)

Yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan

berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5) Evaluasi proses kelompok

Yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka, agar selanjutnya bbisa bekerja sama dengan lebih

efektif.”11

2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

2.4.1 Konsep Dasar Pembelajaran Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar

kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok peserta didik dalam bentuk

kelompok kecil, seperti yang diungkapkan oleh Lie (1999:73) bahwa pembelajaran

11 Rusman, op.cit., hal. 212.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

21

kooperatif model Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa

belajar dengan kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara

heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertangggung

jawab secara mandiri.”12

Pembelajaran Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif

dimana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil peserta didik yang bekerja

sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan

mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun

pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap peserta didik dibagi

menjadi 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli.

Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya di beri nomor

kepala 1-5. nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu

kelompok disebut kelompok ahli.

2.4.2 Persiapan dalam Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.

Pembentukan kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibagi

menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli yang

diuraikan sebagai berikut: Kelompok kooperatif awal (kelompok asal) yaitu peserta

didik dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota

diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.

Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal.

12 Rusman, Ibid., hal. 218

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

22

Dalam model Kooperatif Jigsaw ini peserta didik memiliki banyak

kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat

dan dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, anggota kelompok

bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi

yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.

2.5 Materi Pembelajaran Ekonomi

2.5.1 Kompetensi Dasar Memahami Permintaan dan Penawaran serta

Terbentuknya Harga Pasar

Pengertian permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang diminta atau

dibeli oleh konsumen pada waktu tertentu dan pada harga tertentu.

Macam-macam permintaan menurut daya beli dan jumlah peminta/konsumen:

a Berdasarkan daya beli ada 3 yaitu:

1. Permintaan absolud yaitu: permintaan yang tidak disertai dengan

kemampuan membeli

2. Permintaan potensial yaitu: permintaan yang disertai daya beli tetapi

belum digunakan untuk membeli barang atau jasa yang diinginkan

3. Permintaan efektif yaitu: permintaan yang disertai daya beli dan sudah

digunakan untuk membeli barang atau jasa yang diinginkan

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

23

b Berdasarkan jumlah peminta/konsumen:

1. Permintaan individual yaitu: permintaan yang datang dari perseorangan

atau individu

2. Permintaan kolektif/pasar adalah penjumlahan secara horizontal (semata-

mata gabungan dari permintaan individual/pribadi yang ada dipasar

tersebut).

Faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu:

1. Harga barang itu sendiri

2. Pendapatan masyarakat (daya beli masyarakat)

3. Harga barang substitusi dan barang komplementer

4. Selera mayarakat terhadap barang/produk yang dihasilkan

5. Jumlah penduduk

6. Asumsi terhadap perubahan harga

7. Intensitas kebutuhan

Hukum permintaan berbunyi sebagai berikut ”Bila harga suatu barang atau

jasa naik, maka jumlah barang atau jasa yang diminta akan turun. Dan bila

harga suatu barang atau jasa turun, maka jumlah barang atau jasa yang

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

24

diminta akan naik, dengan syarat cateris paribus (faktor-faktor yang dianggap

konstan atau tetap).

Pengertian penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan

penjual atau produsen pada waktu tertentu dan pada harga tertentu.

Macam-macam penawaran:

a Dilihat dari realitas penawaran:

1. Persediaan yaitu: jumlah seluruh barang yang dimiliki produsen dan siap

ditawarkan pada berbagai pasar.

2. Penawaran riil yaitu: jumlah barang yang benar – benar ditawarkan untuk

dijual di pasar dengan berbagai tingkat harga

b Dilihat dari jumlah penyedia (supplier):

1. Penawaran individu yaitu: penawaran yang datang dari seorang

pengusaha atau produsen.

2. Penawaran pasar (kolektif) yaitu: penawaran yang datang dari berbagai

pengusaha atau produsen di pasar.

c Dilihat dari jenis yang ditawarkan:

1. Faktor produksi yaitu penawaran berupa tenaga, alat produksi, modal dan

tanah yang datang dari masyarakat untuk perusahaan

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

25

2. Barang konsumsi yaitu: hasil produksi perusahaan yang ditawarkan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi penawaran yaitu:

1. Harga barang itu sendiri

2. Biaya produksi

3. Teknologi produksi

4. Ekspektasi (harapan produsen)

5. Keuntungan / laba (keuntungan yang diharapkan)

6. Adanya tingkat persaingan

7. Kebijakan pemerintah

8. Faktor alam

Hukum penawaran berbunyi sebagai berikut ”Bila harga suatu barang atau

jasa naik, maka jumlah barang atau jasa yang ditawarkan akan naik. Dan bila

harga turun, maka jumlah barang atau jasa yang ditawarkan akan turun,

dengan syarat cateris paribus (faktor-faktor yang dianggap konstan atau tetap).

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

26

Proses terbentuknya harga pasar/keseimbangan sebagai berikut:

1. Secara psikis

Adanya proses tawar-menawar antara penjual dan pembeli di suatu pasar

dan harga disetujui oleh kedua belah pihak sehingga harga pasar disebut

harga objektif.

2. Harga keseimbangan permintaan dan penawaran:

Apabila pada harga tertentu jumlah permintaan dan penawaran sama,

harga pasar disebut harga keseimbangan.

2.6 Hipotesis Tindakan

Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membuat

peserta didik kelas VIII menunjukan pengaruh positif berupa:

1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Motivasi yang ditandai dengan

menyimak apersepsi guru, menjawab pertanyaan apersepsi dari guru,

memperhatikan motivasi yang disampaikan oleh guru, memperhatikan

penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan sebaginya.

2. Pengembangan keterampilan sosial peserta didik, Keterampilan sosial yang

ditandai dengan peserta didik berdiskusi dan bekerjasama dalam

pembelajaran, menerima siswa lain sebagai rekan dalam kelompoknya, duduk

dengan tim ahli dalam kelompoknya, menulis atau mencatat materi yang

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1 Motivasirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2558/3/T1_162010801_BAB II.pdf”Indikator Aspek Kognitif. Indikator aspek kognitif mencakup:

27

penting, berani mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti dan

sebagainya.

3. Meningkatkan hasil belajar peserta didik yang bertujuan untuk meningkatkan

proses kegiatan belajar mengajar di kelas agar siswa dapat mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM).