BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Bahasan Teori 2.1.1...
11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Bahasan Teori
2.1.1 Motivasi
Motivasi berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan
mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku peserta didik. Peserta
didik yang termotivasi terhadap kegiatan belajar mengajar, akan berusaha lebih keras
untuk memperhatikan dan memahami materi pelajaran yang disampaikan guru
dibandingkan dengan peserta didik yang kurang motivasi. Menurut Mc. Donald
mendeinisikan motivasi adalah perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.”1
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang
untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman.
Motivasi dapat mendorong peserta didik belajar dalam mencapai tujuan. Peserta didik
akan bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi untuk mencapai hasil yang
maksimal.
Proses pembelajaran diperlukan sebagai suatu proses pemusatan perhatian
agar yang dipelajari oleh peserta didik akan mudah dipahami. Peserta didik dapat
melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik. Terjadilah suatu
perubahan tingkah laku yang meliputi keseluruhan pribadi peserta didik baik dari
1 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Gaung Persada Press;
Jakarta, 2007), hal. 154.
12
aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif. Peserta didik dengan kegiatan tersebut
akan memperoleh pengalaman pembelajaran yang dirasa sangat optimal.
Kegiatan pembelajaran peserta didik dilakukan dalam rangka pencapaian
sebuah proses dan hasil belajar yang optimal, serta dapat ditunjukkan dalam
peningkatan motivasi, keterampilan sosial dan hasil belajar peserta didik.
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tingkat kemampuan peserta didik yang diterima
setelah proses belajar dan pembelajaran berlangsung. Proses tersebut dapat
memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, motivasi,
dan ketrampilan dari peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya
Perubahan dan penilaian dalam perilaku belajar peserta didik mencakup
seluruh aspek yang ada pada diri peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh
Bloom, yaitu perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik,
yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. ”Indikator Aspek Kognitif
Indikator aspek kognitif mencakup:
a. Ingatan atau pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan
mengingat bahan yang telah dipelajari.
b. Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan menangkap
pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan.
c. Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan
bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.
d. Analisis (analisys), yaitu kemampuan menguraikan,
mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang terpisah,
menghubungkan antar bagian guna membangun sesuatu
keseluruhan.
13
e. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan,
mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu
keseluruhan, dan sebagainya.
f. Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau
harga sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian
yang didasarkan suatu kriteria.
2. Indikator Aspek Afektif
Indikator aspek afektif mencakup:
a. Penerimaan (receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan
dirinya untuk menerima atau memperhatikan pada suatu
perangsang.
b. Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi
reaksi, menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara
sukarela.
c. Penghargaan (valuing), yaitu kepeka tanggapan terhadap
nilai atas suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan
komitmen.
d. Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan
berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antar nilai,
dan membangun sistem nilai, serta mengkonseptualisasikan
suatu nilai.
e. Pengkarakterisasian (characterization), yaitu proses afeksi
dimana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang
mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang
membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan
pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan
emosional.
3. Indikator Aspek Psikomotor
Indikator aspek psikomotor mencakup:
a. Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk
membimbing efektivitas gerak.
b. Kesiapan (set), yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.
c. Respos terbimbing (guide respons), yaitu tahap awal belajar
keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang
dipertunjukkan kemudian mencoba-coba dengan
menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu
gerak.
d. Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang
melukiskan proses dimana gerak yang telah dipelajari,
kemudian diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan sehingga
dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.
14
e. Respons nyata kompleks (complex over respons), yaitu
penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk
gerakan yang rumit, aktivitas motorik berkadar tinggi.
f. Penyesuaian (adaptation), yaitu ketrampilan yang telah
dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat
mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan
dan kondisi yang khusus dalam suasana yang telah
problematis. Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola
gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah
tertentu sebagai kreativitas.”2
2.2. Teori Belajar
2.2.1 Kontruktivisme
Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
interaksi antar sesama peserta didik atau dengan lingkungan. “Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.3 Berdasarkan definisi-definisi belajar tersebut,
yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku
individu, hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme.
Model konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar
yang mengaktifkan peserta didik secara mental, membangun pengetahuan, yang
dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai
2 Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Refika Aditama, Bandung,
2010, hal. 21. 3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hal. 2.
15
fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan
mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya peserta didik mengorganisasikan
pengalaman mereka. ”Menurut kaum konstruktivisme, belajar merupakan proses
aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain.
Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman
atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang
sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan
sebagai berikut:
a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh
siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan
alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian
yang telah ia punyai.
b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus.
Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan
yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat
maupun lemah.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan
lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil
perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu
sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan
pengaturan kembali pemikiran seseorang.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema
seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran
lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium)
adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan
dunia fisik dan lingkungannya.
f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi
yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang
dipelajari.4
4 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Jogjakarta, 1997, hal.
19.
16
Model konstruktivisme dalam pendidikan menurut Von Glasersfeld adalah
pengetahuan dari peserta didik yang terbentuk oleh pengalaman-pengalaman yang
didapat dari lingkungan sekitar peserta didik. Von Glasersfeld juga membedakan
adanya tiga taraf konstruktivisme, yaitu:
1. ”Konstruktivisme Radikal
Konstruktivisme radikal berpegang bahwa kita hanya dapat
mengetahui apa yang dibentuk/dikonstruksikan oleh pikiran
kita. Bentukan itu harus ”jalan” dan tidak harus selalu
merupakan representasi dunia nyata. Adalah suatu ilusi apabila
percaya bahwa apa yang kita ketahui itu memberikan
gambaran akan dunia nyata.
2. Realisme Hipotesis
Menurut realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) kita
dipandang sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur
kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang
sejati, yang dekat dengan realitas.
3. Konstruktivisme yang Biasa
Aliran ini tidak mengambil semua konsekuensi konstruktivisme.
Menurut aliran ini, pengetahuan kita merupakan gambaran
dari realitas itu. Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu
gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam
dirinya sendiri.”5
Penulis dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran konstruktivisme
adalah salah satu pendekatan yang memfokuskan pada kegiatan peserta didik dalam
berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas. Pembelajaran konstruktivisme ini
juga akan merangsang peserta didik untuk berpikir inovatif dan mengembangkan
potensi peserta didik secara optimal.
5 Ibid. hal. 26.
17
2.3. Pembelajaran Kooperatif
2.3.1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam
orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
“Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”6. Dalam
system pembelajaran yang kooperatif, peserta didik belajar bekerjasama dengan
anggota lainnya.
“Karekteristik pembelajaran kooperatif adalah:
1. Pembelajaran secara tim
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
3. Kemauan untuk bekerja sama
4. Ketrampilan bekerjasama”7
Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan
kooperatif. Peserta didik yang bekerja dalam pembelajaran kooperatif didorong dan
dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan yaitu:
“1. Meningkatkan motivasi
Pembelajaran kooperatif memberi motivasi kepada siswa sehingga
memberikan semangat kepada siswa dalam proses belajar.
6 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 203. 7 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 203.
18
2. Meningkatkan keterampilan sosial
Meningkatkan keterampilan sosial dalam pembelajaran kooperatif ialah
untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan
kolaborasi dalam kelompok atau tim, serta menerima peserta didik lain
sebagai rekan dalam kelompoknya.
3. Meningkatkan hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja
siswa dalatugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan
menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki
orientasi dan bahasa yang sama” 8
2.3.2. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri
atas empat tahap, yaitu:
“1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian
pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam
kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa
terhadap pokok materi pelajaran.
2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan
penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah
dibentuk sebelumnya.
3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan
melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau
kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian pada
kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan
penilaian pada kemampuan kelompoknya. Nilai setiap kelompok
memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai
kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang
merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.
4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling
menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan
pernghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim
untuk terus berprestasi lebih baik lagi.”9
8 Richard I. Arends, 2008, Learning to Teach atau Belajar untuk Mengajar, terjemahan Helly
Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini soetjipto, Yogyakarta, Puspita Belajar, hal.5. 14 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 203.
19
2.3.3 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pembelajaran Secara tim,
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan
secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan .
Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa
belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif,
Fungsi Manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah
pembelajaran yang sudah ditentukan.
3) Kemauan untuk Bekerja Sama,
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip
kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam
pembelajaran kooperatif.
4) Keterampilan Bekerja Sama,
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan
demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.”10
Berdasarkan karakteristik di atas, untuk menuntaskan materi belajarnya,
peserta didik belajar dalam kelompok secara bekerja sama. Kelompok dibentuk dari
peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika dalam kelas
terdapat peserta didik yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka
diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. Penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
10 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 206.’
20
2.3.4 Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) ada lima unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai berikut:
1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)
yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam
penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan
oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok
ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok.
Oleh sebab itu, semua anggota dalam kelompok akan
merasakan saling ketergantungan.
2) Tanggung jawwab perorangan (individual accountability)
Yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-
masing anggota kelompoknya.
3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap
anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi
dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi
dari anggota kelompok lain.
4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication)
Yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok
Yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
mereka, agar selanjutnya bbisa bekerja sama dengan lebih
efektif.”11
2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
2.4.1 Konsep Dasar Pembelajaran Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok peserta didik dalam bentuk
kelompok kecil, seperti yang diungkapkan oleh Lie (1999:73) bahwa pembelajaran
11 Rusman, op.cit., hal. 212.
21
kooperatif model Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dengan kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara
heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertangggung
jawab secara mandiri.”12
Pembelajaran Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif
dimana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil peserta didik yang bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun
pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap peserta didik dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli.
Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya di beri nomor
kepala 1-5. nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu
kelompok disebut kelompok ahli.
2.4.2 Persiapan dalam Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.
Pembentukan kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dibagi
menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli yang
diuraikan sebagai berikut: Kelompok kooperatif awal (kelompok asal) yaitu peserta
didik dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota
diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik.
Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal.
12 Rusman, Ibid., hal. 218
22
Dalam model Kooperatif Jigsaw ini peserta didik memiliki banyak
kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat
dan dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi, anggota kelompok
bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi
yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.
2.5 Materi Pembelajaran Ekonomi
2.5.1 Kompetensi Dasar Memahami Permintaan dan Penawaran serta
Terbentuknya Harga Pasar
Pengertian permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang diminta atau
dibeli oleh konsumen pada waktu tertentu dan pada harga tertentu.
Macam-macam permintaan menurut daya beli dan jumlah peminta/konsumen:
a Berdasarkan daya beli ada 3 yaitu:
1. Permintaan absolud yaitu: permintaan yang tidak disertai dengan
kemampuan membeli
2. Permintaan potensial yaitu: permintaan yang disertai daya beli tetapi
belum digunakan untuk membeli barang atau jasa yang diinginkan
3. Permintaan efektif yaitu: permintaan yang disertai daya beli dan sudah
digunakan untuk membeli barang atau jasa yang diinginkan
23
b Berdasarkan jumlah peminta/konsumen:
1. Permintaan individual yaitu: permintaan yang datang dari perseorangan
atau individu
2. Permintaan kolektif/pasar adalah penjumlahan secara horizontal (semata-
mata gabungan dari permintaan individual/pribadi yang ada dipasar
tersebut).
Faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu:
1. Harga barang itu sendiri
2. Pendapatan masyarakat (daya beli masyarakat)
3. Harga barang substitusi dan barang komplementer
4. Selera mayarakat terhadap barang/produk yang dihasilkan
5. Jumlah penduduk
6. Asumsi terhadap perubahan harga
7. Intensitas kebutuhan
Hukum permintaan berbunyi sebagai berikut ”Bila harga suatu barang atau
jasa naik, maka jumlah barang atau jasa yang diminta akan turun. Dan bila
harga suatu barang atau jasa turun, maka jumlah barang atau jasa yang
24
diminta akan naik, dengan syarat cateris paribus (faktor-faktor yang dianggap
konstan atau tetap).
Pengertian penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan
penjual atau produsen pada waktu tertentu dan pada harga tertentu.
Macam-macam penawaran:
a Dilihat dari realitas penawaran:
1. Persediaan yaitu: jumlah seluruh barang yang dimiliki produsen dan siap
ditawarkan pada berbagai pasar.
2. Penawaran riil yaitu: jumlah barang yang benar – benar ditawarkan untuk
dijual di pasar dengan berbagai tingkat harga
b Dilihat dari jumlah penyedia (supplier):
1. Penawaran individu yaitu: penawaran yang datang dari seorang
pengusaha atau produsen.
2. Penawaran pasar (kolektif) yaitu: penawaran yang datang dari berbagai
pengusaha atau produsen di pasar.
c Dilihat dari jenis yang ditawarkan:
1. Faktor produksi yaitu penawaran berupa tenaga, alat produksi, modal dan
tanah yang datang dari masyarakat untuk perusahaan
25
2. Barang konsumsi yaitu: hasil produksi perusahaan yang ditawarkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi penawaran yaitu:
1. Harga barang itu sendiri
2. Biaya produksi
3. Teknologi produksi
4. Ekspektasi (harapan produsen)
5. Keuntungan / laba (keuntungan yang diharapkan)
6. Adanya tingkat persaingan
7. Kebijakan pemerintah
8. Faktor alam
Hukum penawaran berbunyi sebagai berikut ”Bila harga suatu barang atau
jasa naik, maka jumlah barang atau jasa yang ditawarkan akan naik. Dan bila
harga turun, maka jumlah barang atau jasa yang ditawarkan akan turun,
dengan syarat cateris paribus (faktor-faktor yang dianggap konstan atau tetap).
26
Proses terbentuknya harga pasar/keseimbangan sebagai berikut:
1. Secara psikis
Adanya proses tawar-menawar antara penjual dan pembeli di suatu pasar
dan harga disetujui oleh kedua belah pihak sehingga harga pasar disebut
harga objektif.
2. Harga keseimbangan permintaan dan penawaran:
Apabila pada harga tertentu jumlah permintaan dan penawaran sama,
harga pasar disebut harga keseimbangan.
2.6 Hipotesis Tindakan
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membuat
peserta didik kelas VIII menunjukan pengaruh positif berupa:
1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Motivasi yang ditandai dengan
menyimak apersepsi guru, menjawab pertanyaan apersepsi dari guru,
memperhatikan motivasi yang disampaikan oleh guru, memperhatikan
penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan sebaginya.
2. Pengembangan keterampilan sosial peserta didik, Keterampilan sosial yang
ditandai dengan peserta didik berdiskusi dan bekerjasama dalam
pembelajaran, menerima siswa lain sebagai rekan dalam kelompoknya, duduk
dengan tim ahli dalam kelompoknya, menulis atau mencatat materi yang
27
penting, berani mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti dan
sebagainya.
3. Meningkatkan hasil belajar peserta didik yang bertujuan untuk meningkatkan
proses kegiatan belajar mengajar di kelas agar siswa dapat mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM).