BAB II KAJIAN PUSTAKA - UIN BANTENrepository.uinbanten.ac.id/1664/3/BAB II SKRIPSI.pdfBAB II KAJIAN...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - UIN BANTENrepository.uinbanten.ac.id/1664/3/BAB II SKRIPSI.pdfBAB II KAJIAN...
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Al-Qur’an dan Pendidikan
Al-Qur’an adalah kalam (firman/ucapan) yang memiliki nilai
mukjizat yang diturunkan melalui wahyu ilahi kepada Rasulullah SAW,
yang tertulis dalam mushaf dan diturunkan secara mutawatir dan bagi
siapa saja yang membacanya akan memperoleh nilai ibadah1. Allah
SWT telah memberikan nama-nama yang berbeda bagi kalam yang
bernilai mukjizat ini sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan bangsa Arab
dalam memberikan nama-nama bagi ucapan mereka, baik secara global
maupun terperinci.
Sedangkan Al-Qur’an secara harfiah berarti “ bacaan sempurna”
merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena satu
bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang
lalu yang dapat menandini Al-Qur’an Al-Karim, bacan sempurna lagi
mulia. Al-Qur’an sebagai kitab terpadu, mengahadapi dan
memperlakukan peserta didiknya dengan memperhatikan keseluruhan
unsur manusiawi, jiwa akal, dan jasmaninya. Al-Qur’an menempuh
berbagai cara guna mngantar manusia kepada kesempurnaan
kemanusiannya anatara lain dengan mengumumkan kisah faktual atau
simbolik.2
Al-Qur’an dan hadis memiliki presentasi dan kapabalitas yang
sangat memadai untuk dijadikan sebagai rujukan pokok dari segala
persoalan pendidikan, Al-Qur’an sebagai sumber pemikiran islam
1Baqir Hakim, Ulumul Qur’an (Jakarta: Al-Huda, 2006),3.
2M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996),3-6
14
sangat banyak memberikan inspirasi edukatif yang perlu dikembangkan
secara filosofis maupun ilmiah.
Membaca Al-Qur’an Al-Karim seharusnya diikuti dengan
pemahaman dan analisis kritis. Hal ini seharusnya diusahakan oleh
setiap individu muslim dalam menyikapi kitabnya. Begitu halnya
dengan studi-studi Al-Qur’an semestinya dilaksanakan dalam
kesinambunganMempelajari Al-Qur’an berarti membaca Al-Qur’an,
memahami, menganalisis, dan mengungkap susnah-sunah Allahuntuk
mengiasi perannya dalam peradaban dunia.3
Al-qur-an Al-karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai
ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab
yang keontentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang
selalu dipelihara. Al-Qur’an mempunyai sekian banyak fungsi. Di
anataranya adalah menjadi bukti kebenaran Nabi Muhamad Saw. bukti
kebenaran tersebut dikemukakan dalam tantanagn yang sifatnya
bertahap.4
Itulah Al-Qur’andengan gaya bahasanya yang merangsang akal
dan menyentuh rasa, dapat menggugah kita menerima dan memberi
kasih dan keharuan cinta, kepentingan dak kemaslahatan umat manusia.
Itulah Al-Qur’an yang ajarannya telah merupakan kekayaan spritual
bangsa kita, dan yang telah tumbuh subur dalam Negara kita.5
Lebih lanjut Al-Qur’an memiliki pandangana yang spesifik
tentang pendidikan. Berapa idiom banyak dijumpai dalam Al-Qur’an,
3Syaukh Muhamad Al-Gozali, Berdialog dengan Al-Quran memahami pesan
Kitab Suci dalam Kehidupan Masa Kini (Bandung: Mizan, 1996),18. 4M. Quraish Shihab, Membumingkan Al-Qur’an ( Bandung: Penerbit Mizan,
1994)25-27. 5M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 12-13.
15
sepert kata rabb yang menjadi akar dari kata tarbiyah. Merupakan
konsep pendidikan yang banyak digunakan hingga sekarang. Demikian
pula dengan idiom dengan kata qara’a dan kataba yang juga
mengandung implikasi kependidikan yang mendalam6
Dalam literatur pendidikan Islam, kata pendidikan biasanya
diprsentasikan mellaui dua kata, yaitu tarbiyah dan ta’dib. Dengan
educational teory: Aquranic Outlook, Abdurahman Salih Aabdullah
berteori bahwa secara faktual istilah rabb (Tuhan) dan tarbiyah.
Maududi sebagai,ana dikutif dalam buku tersebut juga menyebutkan,
bahwa pendidikan dan pemeliharaan adalah pengertian-pengertian yang
terkandungdalam kata rabb7
Dalam konteks keislaman, defenisi pendidikan sering disebut
dengan berbagai istilah, yakni التر تية (tarbiyah), التعليم (ta’lim), التأدية
(ta’dib) dan الريضة (riyadoh) Muhaimin dan Mujib: Setiap istilah
tersebut memiliki makna yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan
perbedaan konteks kalimatnya dalam penggunaan istilah tersebut. Akan
tetapi, dalam keadaan tertentu, semua istilah itu memiliki makna yang
sama, yakni pendidikan.
Pengertian menurut Bahasa Arab Al-tarbiyah berasal dari kata
.dan berkembang (nama) (زاد) yang bermakna tambah ترتية – يرب –ربّ
Pengertian ini didasarkan pada konteks firman Allah dalam Q.S Al-
Rum. Sedangkan kata تعليم menurut M. Rasyid Ridha dalam tafsirnya,
Al-Manar, ia mendefenisikan sebagai sebuah proses transmisi التعليم
6Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Bandung; Marja, 2010),
194-195. 7Abuddin Nata, Atjeng Achmad Kusairi,Badri Yatim, YunsariAli dkk.Tema-
tema pokokAl-Qur’an Bagian 1(Jakarta:Biro bina Mental Spritual DKI
Jaakarta,1994), 208-209.
16
ilmu pengetahuan (knowledge) pada jiwa individu tanpa ada batasan
dan ketentuan tertentu. Sedangkan التأدية bermakna pengenalan atau
pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia
tentang tempat-tempat yang tepat, segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan
dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tantanan
wujud dan keberadaanya.
Apabila pendidikan dalam Islam merupakan ekuivalansi dari
term التأدية yang menurut Al-Attas sebagaimana dikatakan sebelumnya,
maka term tersebutlah yang paling cocok untuk dipergunakan sebagai
istilah dalam pendidikan Islam. Hal ini karena konsep التأدية yang
diajarkan Nabi Muhamad SAW kepada umatnya pada waktu terdahulu.
Al-Attlas mengatakan bahwa orang yang terpelajar adalah orang baik,
“baik” yang dimaksud di sini adalah adab dalam artinya menyeluruh,
yang meliputi kehidupan material dan spritual seseorang. Yang
berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya. Oleh
karena itulah, orang yang benar-benar terpelajar menurut persepektif
Islam, di defenisikan oleh Al-attas dengan orang yang ber-adab.8
Kata rabb dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 169 kali dengan
hubungkan pada obyek-obyek yang begitu banyak. Diantaranya ayat
yang artinya “Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka berdua,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu akau
keci”.Kata rabb dalam ayat tersebut diartikan mendidik.9
8 Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 1-6 9Buru Bina Mental Spritual DKI Jakarta Proyek Peningkatan, Tema-tema
Pokok Al-Qur’an.38
17
Jadi, konsep pendidikan menurut Al-Qur’an diarahkan kepada
upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya
mengambdi kepada Allah dan sebagai khalifah dibum. Seluruh potensi
yang dimiliki anak didik, yakin potensi intlektual, jiwa dan jasmani
harus dibina secara terpadu dalam keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan yang tergamabar dalam sosok manusiaseutuhnya.Hal ini
harus pula berimplikasi terhadap materi, metode, dan lainnya yang
berhubungan dengannya, sehingga membentuk suatu sistem pendidikan
yang sempurna.
Dalam berbagai kajian tafsir, kita banayk menemukan metode
memahami Al-Quran yang berawal dari ulama generasi terdahulu.
Mereka tealah berusaha memahami kandungan Al-Qur’an sehingga
lahirlah apa yang kita kenal dengan metode pemahaman Al-Qur’an.
Lebih dari itu kita harus menemukan kemballi sistem
pendidikan kita yang telah hilang, seperti sistem pendidikan yang
pernah diterapakan oleh Ibn Al-Haitsam, Jabir bin Hayan, yang
berpandangan pararel anatar fenomena-fenomena alam dengan
peryataan-pernyataan yang ada dalam Al-Quran dan mereka berhasil
dalam hal mempelajari ilmu-ilmu alam.10
B. Hakikat Pendidikan Akhlak
Pendidikan jika dilihat dari segi bahasa berasal dari kata dasar
“didik”, dan diberi awalan “men”, menjadi mendidik, yaitu kata kerja
yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran). Pendidikan
sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku
10
Syekh Muhamad Al-Gozali, Berdialog dengan Al-Qur’an, 33.
18
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Secara etimologis, para ahli pendidikan mendefinisikan kata
pendidikan dari berbagai pertinjauan. Ada yang melihat dari
kepentingan atau fungsi yang diembannya, dari proses ataupun dilihat
dari aspek yang terkandung di dalam pendidikan.11
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina keperibadiannya, sesuai dengan nilai-nilai
dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah
pendidikan atau peadagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberkan dengan sengaja oleh orang dewasa agar dia menjadi dewasa.
Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau
mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti
mental.
Sebagaimana yang di kutip oleh Ki Hajar Dewantara pendidikan
yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntut segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat daptlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.12
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim مسذر (bentuk
infinitif) إخلاقا –يخلق–أَخلق yang berarti perangai, kelakuan, tabiat, watak
dasar. Kebiasaan, kelaziman, peradaban yang baik dan Agama. Namun
kata akhlak dari sebagian tersebut belum pas, sebab isim يخلق –أَخلق
11
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia,
2011), 19-20 12
Mardiah, Kalsum , Dasar- dasar ilmu Pendidikan, 1-2 .
19
masdar dari kata أَخلق bukan أخلاق bukan إخلاقا. Berkenaan dengan ini
maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara lingusitik
merupakan إسم جميذyaitu isim yang tidak memiliki asal kata.melainkan
kata tersebut memang demikian adanya, kata أخلاق berasal dari kata
.خلقٌ13
Kata akhlak ini lebih luas artinya dari pada moral atau etika yang
sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab “ akhlak” meliputi segi-
segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang. Kata
“akhlak” mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
“khalqun” yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq
yang berarti pencipta, dan makhluk yang berarti yang diciptakan.14
Perkataan ini dipetik dari kalimat yang tercantum dalam Al- Quran
surat Al-Qalam 68: 04
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung” 15
Secara istilah akhlak (خلق) didefenisikan “sebagai sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara
sepontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar"
Yunahar Ilas. Menurut Imam Al-Gozali dalam kitabnya Ihya Ulumudin
sebagai berikut:
13
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2015). 1 14
Rosihon Anwar, Saehudin, Akidah Akhlak ( Bandung: CV Pustaka Setia,
2016) ,256 15
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012), 345.
20
Akhalak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.16
Menurut Ibn Maskaweh, Akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa, yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertmbangan.17
Sedangkan
Abdul Karim Zaidan, Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sfat yang
tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangnnya seseorang
dapat menilai perbuatan baik atau buruk, untuk kemudian memilih
melakukan atau meninggalannya.18
Memperhatikan ketiga defenisi diatas dapat ditegaskan bahwa
tidak semua perbuatan manusia disebut dengan akhlak. Perbuatan
manusia baru disebut akhlak kalu terpenuhi dua syarat berikut:
Pertama, perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu
dilakukan sekali saja maka tidak disebut dengan akhlak. Kedua,
perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikir atau diteliti terlebih
dahulu sehingga bener-bener suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul
karena dipakasa atau setelah dipikir dan dipertimbangkan terlebih
dahulu secara matang, tidak disebut akhlak.
Jika diperhatikan secara seksama, tampak bahwa seluruh
defenisi akhlak sebagaimana tersebut diatas saling melengkapi, yaitu
sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan
16
Imam al-Gozali, Ihya Ulum AL-Din, Jilid III (Beirut: Dar al- Fikr), hal.52. 17
Ibn Makaweh, Tahzib al-Akhlak wa Takhir al- A’raq ( Mesir: al-Matba’ah
al Mishiriyah,1934), 40. 18
Sahriansyah, Ibadah Dan Akhlak (Yogyakarta:IAIN Antasari
Press,2014),175-177.
21
lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
Dari uraian di atas bisa disimolukan bahwa pendidikan akhlak
adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan seorang guru untuk
membentuk keperibadian anak didik baik segi jasmanu maupun rohani,
sehingga membentuk manusia yang taat kepada allah.
Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang
melekat pada diri seseorang secara sepontan diwujudkan dalam tingkah
laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal
dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlak
karimah. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau
akhlak madzmumah. Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber
nilai, yaitu Al-Qura’an dan Sunnah Rasul.19
Pada umumnya para ahli membagi ajaran Islam menjadi tiga
kelompok. Pertama, ajaran tentang aqidah yang membicarakan akhlak
masalah-masalah keyakinan yang berkaitan dengan rukun iman. Kedua,
Syari’ah yang menyagkut masalah hukum Islam yang bisa disebut
hukum fiqih. Ketiga, akhlak, yaitu ajaran Islam yang terkait dengan
masalah- masalah ajaran moral. Akhlak, sebagai ajaran Islam
menempati urutan kedua setelah ajaran inti, yaitu ajaran tauhid, ini
artinya akhlak dalam Islam seharusnya selalu dijiwai oleh ajaran
tauhid20
Akhlak dapat dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan
objeknya. Berdasarkan sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian.
Pertama, akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (
19
Ali Hamzah, Pendidikan Agama Islam ( Bandung: Alfabeta. 2014),141. 20
Haris , Etika Hamka ( Jogjakarta: Lkis, 2010), 72-73.
22
akhlak mulia) diantaranya : ridha kepada allah, cinta dan beriman
kepada Allah, beriman kepada malaikat, kitab, Rasul, hari kiamat,
takdir, taat beribadah, selalu menempati janji, melaksanakan amanah,
berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qanaah( rela terhadap
pemberian Allah), tawakal, sabar, syukur, tawadhu, dan segala
perbuatan yang baik menurut pandangan Al-Qur’an dan hadis. Adapun
contoh dari akhlak karimah didasarkan kepada keyakinan yang kuat.
Sebagaimana akhlak Rasulullah SAW. Keyakinan itu menghujam,
mengakar kokoh sekaligus memancar mengeluarkan buah kemuliaan
berupa perangai atau akhlak. Akhlak yang terjadi suri tauladan bagi
kaumnya, diantaranaya mempunyai rasa malu, mulia hati, pemberani,
pemaaf, penyabar dan segala akhlak yang mulia.
Artinya: Dari Anas r.a Berkata Sembilan tahun lamanya saya
mengabidi kepada Rasulullah SAW, tidak pernah aku
ketahui beliau menegurku dengan ucapan: “Mengapa
engkau tidak melakukan begini dan begini (H.R.
Bukhori Muslim)21
Segala kemuliaan akhlak Rasulullah dijadikan sebagai suri
tauladan kebaikan bagi orang yang ingin berjumpa dengan Allah kelak
di hari akhir dan orang yang banyak mengingat Allah. Sebagaumana
firman Allah Q.S: Al-Ahzab ayat 21 berikut ini
21
Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim (Bandung : Jabal, 2013),
604.
23
Artinya : “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”22
Dengan wahyu yang ditanamkan kedalam hatinya, Rasulullah
menjadi orang yang terbimbing dan bertugas memberi bimbingan
dengan mengikuti kebenaran.
Kedua akhlak mazmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayy’iah
(akhlak yang jelek). Aadapun yang termasuk akhlak mazmumah ialah
kufur, syirik, murtad, fasik, riya, takabur, mengadu domba, dengki dan
iri, kikir, dendam, dan khianat, memutus silaturahmi, putus asa, dan
segala perbuatan tercela menurut pandangan Islam.23
Dari penjelasan
mengenai macam-macam akhlak tersebut kita dapat mengetahui
berbagai macam akhlaak dan kita bisa menerapakan akhlak mahmudah
pada kehidupan sehari-hari dan menjauhi kkhlak Mazmumah dari
kehidupan kita.
C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
Pokok masalah yang di bahas dalam ilmu akhlak pada intinya
adalah perbuatan manusia. Perbuatan tersebuat selanjutnya ditentukan
kriteria apakah baik atau buruk. Ruang lingkup ajaran akhlak adalah
sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang
22
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,595. 23
Ali Syamsudin, Mengukir Sifat keperibadaian Muslim ( Jogjakarta: Graha
Ilmu, 2009), 226-227.
24
berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak dalam ajaran Islam mencakup
berbagai aspek, dimulai akhlak terhadap Allah, hingga pada sesama
makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak
bernyawa). Lebih jelasnya dapat disimak paparan berikut ini:
1. Akhlak Terhadap Allah
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap Allah atau pola
hubungan manusia dengan Allah adalah sikap dan perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia terhadap Allah.
Akhlak kepada Allah meliputi beribadah kepada-Nya,
mentauhidkan-Nya, berdo’a, berdzikir, dan bersyukur serta
tunduk dan taat kepada Allah.24
Dalam Q.S Adz-Dzariyat 51:56
Allah berfirman:
Artinya:“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.”)25
Banyak cara yang dilakukan dalam berakhlak kepada
Allah dan kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah
yang sesungguhnya akan membentuk pendidikan keagamaan.
Di antara nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar seperti
iman, takwa, ikhlas, tawakal, sabar. 26
a. Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada
Tuhan, Iman merupakan jaminan terbesar yang menjamin
24
Sahriansyah, Ibadah Dan Akhlak, 152. 25
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 756 26
Muhamad Alim, pendidikan agama Islam ( Bandung: PT Remaja
Roadakarya. 2011),153-154.
25
terlaksananya petunjuk dan arahan seseorang.27
Jadi iman
adalah jika seseoarang sudah menggantungkan segalanya
kepada Allah maka ia termasuk orang yang beriman, pada
hakikatnya iman adalah kepercayaan yang tertanam kuat
dalam diri seseorang tanpa ada pengaruh dari luar yang
menjadiknnya beriman, dan iman akan ada pada diri
seseorang jika Allah berkehendak untuk ada.
Jika seseorang harus mengarahkan hatinya untuk Allah,
berakhlak dengan akhlak orang-orang mukmin, dan
mendapatkan keterampilan yang membantunnya melakukan
perannya dalam kehidupan ini maka jalan mudah untuk
mewujudkannya adalah kembali kepada Al-Qur’an dan
berdektan dengan sember iman. Semua ini sebagai buah
alami dari hidupnya hati dan iman yang tumbuh dari
dalamnya sebagaimana Firman Allah Q.S. Ibrahim 14: 24-
25.
Artinya:“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada Setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-
27
Majdi Hilali, Mengubah hal-hal Negatif Dalam Diri ( Jakarta: Samara
Publising. 2008),134.
26
perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat”28
Dari uraian di atas mengenai tentang keimanan
sangatlah jelas bahwasannya keimanan akan mengasilkan
sebuah akhlak, apabila seseorang sudah beriman dengan
sesungguhnya maka ia akan memiliki akhlak yang
diinginkan Allah. Oleh karena itu, siapa yang tidak
berakhlak dengan orang-orang mukmin, hendaknya ia
berintraksi dengan sumber-sumber keimanan, dan sumber
keimanan yang hakiki adalah Al-Qur’an.
b. Takwa yang telah menjadi perbendaharaan bahasa
Indonesia, berasal dari bahasa Arab تقوي taqwa berasal dari
kata ي-ق و Yang berari takut, menjaga diri, memelihara,
tanggung jawab, dan memenuhi kewajiban. Oleh karena itu
orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah
berdasarkan kesadaran. Menurut H.A Salim, takwa adalah
sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada
terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda
dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan perbuatan
yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan
kejahatan terhadap orang lain, diri sendiri dan lingkungan.29
Jadi, jika seseorang sudah beriman ia akan memiliki
sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu selalu
mengawasi manusia. Kemudia manusia berbuat hanya
28
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,349. 29
Muhamad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2006), 361 -367.
27
semata-mata karena Allah inilah yang disebut akhlakul
karimah.
c. Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan
semata-mata demi memperoleh keridhan Allah bebas dari
pamrih lahir dan batin.30
Dan ikhlas juga bisa di artikan
segala sesuatu yang bisa tercermin, jika bersih dan murni
dari hal yang mencemari, maka di sebut murni (Ikhlas).
Pendapat Al-susi tentang ikhlas “ ikhlas itu berarti tak
melihat ikhlas. Siapa yang menyaksikan ikhlas dalam
ikhlasnya, maka ikhlasnya membutuhkan ikhlas
(pemurnian). Sedangkan menurut Sahl Al-Tastari “ ikhlas
adalah bila diam dan gerak hamba hanya untuk Allah. Dan
menurut Al-Junaidi ikhlas adalah memurnikan amal dari
kekeruhan-kekeruhan.31
Ikhlas merupakan perbuatan hati dan ikhlas juga
merupakan pendahuluan sebelum kita mengerjakan sesuatu,
yang dapat disempurnakan dengan hati yang ikhlas. Karena
pondasi awal untuk mengerjakan sesuatu tidak dapat
diketahui secara kasatmata, hanya Allahlah yang dapat
mengetahuinnya.32
Allah pun menjelaskan daalam
firmannya yang mengatakn tentang ikhlas surat Al-An’am
ayat 162-63.
Sedangkan ikhlas menurut Ki Nadim dalam kitab
fawaidul makiyah, menjelaskan bahwasanya ikhlas adalah
30
Muhamad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, 362. 31
Izza Rohman Nahrowi, Ikhlas tanpa batas ( Jakarta: Zaman, 2013). 48 32
Amr Khalid, Menjernihkan hati ( Jogjakarta: Daarul Hikmaah, 2009).17
28
segala perbuatan manusia semata-mata untuk mendekatkan
diri dan semata-mata mengharapkan keridhoan allah, bukan
Ria terhdap manusia.33
Dari pengertian ikhlas di atas dapat
kita simpulkan ikhlas adalah inti amal dan penentu di
terima tidaknya suatu amal tersebut, ikhlas juga
pengosongan jiwa dari pengharapan-pengarapan hanya
menginginkan ridho Allah. Maka hiaasilah hatimu dengan
keihlasan karena Ikhlas adalah ruhnya hati.
d. Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah
dengan penuh harapan kepada-Nya, dan keyakinan bahwa
dia akan menolong manusia dalam mencari dan menemukan
jalan yang terbaik. Adapun tawakal menurut ulama salaf
adalah hati yang berserah diri kepada kekuasaan Allah,
seperti mayat yang pasrah kepada oraang yaang mengafani
dan memandikannya.34
Tawakal aadalah sifat berserah diri seutuhnya hanya
kepaadaa Allah, Jika kita menyerahkan segala permasalahan
hidup ini hanyaa pada Allah niscaaya, Allah akan
memberikan segala sesuatu yaang kita inginkan, dan
sebaaliknnya jika kita menggantungkan atau menyerahkan
permasalahn kita kepaada selain Allah, maka hanya ada rasa
rasa kecewa yang kita dapat, Allaah menjelaskan dalam
firman-Nya Q.S Thalaq 65 :03
33
As-Sayid Alawi Bin Ahmad Asaqof, Fawaidul Makiyah ( Zidah: Al-
Khurmain). 58 34
Amr Khalid ,Menjernihkan hat, 132
29
Artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya)”35
Selain ayat di atas Allah juga mengajarkan bagaimana
cara beriman kepada Allah dengan sesungguhnya yaitu
hanya dengan selalu mengingat dan berserah diri kepadanya.
Dialah dzat yang menguasai alam dan seisinya Mahaa
Kuasa Maha melihara dan Maha Agung.36
Hal ini
berlandaskan firman Allah surat Al- Furqon ayat :58
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah dengan kekal
dan tidak mati, dan bertasbillah dengan
memuji- Nya.37
Ayat di atas menjelaskan mengenai tentaang bertawakal
kepada Allah bukan hanya saja ketika kita mendapatkan
musibah, namun dalam keadaan apapun kita dianjurkan
untuk tetap selalu bertawkal kepadanyaa. Selama-lamanya.
Pada ahir ayat Allah menegaskan bertawakallaah dengan
menyebut nama Allah karena Allah ingin mengatakan
kepada kita bagaimana caranya bertawakal, yaitu hanya
dengan selalu mengingat dan berserah diri kepadanya
35
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,816. 36
Amr Khalid ,Menjernihkan hati,141 37
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,510.
30
e. Sabar yaitu sikap tabala kepahitan hidup, besar dan kecil,
lahir dan batin, fisiologis maupun pisikologis karena
keyakinan yang tidak tergoyahkan bahwa kita semua berasal
dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Sabar memiliki
tiga macam: Pertama sabar karena Allah, yakni sabar dalam
menjalannkan perintahnya dan menjauhi larangann-Nya.
Kedua, sabar bersama Allah, sakni sabar dalam menerima
sekenaryao Allah, baik cobaan ataupun kenikmatan. Ketiga,
sabar atas Allah yakni bersabar atas apa yang dijanjikan
Allah,berupa rezki, bebas dari masalah, kecukupan
perolongan, jodoh dan lain-lain.38
Sedangkan Ibnu Taimiyah
membagi sabar menjadi dua.
1. Sabar yang semestinya, kesabaran yang sepatutnya di
milki oleh manusia seperti sabar ketika sakit,
2. Sabar Ikhtiyarian. Siap sabar ini merupaakan sikap sabar
yang ditunjukan umat Islam dalam memelihara imannya
atas segala rintangan yang hendak menghilangkan
keimanannya tersebut. Sabar ikhtyarian adalah sikap
sabar yang dipilih seoraang muslim secara sadar aatas
berbagai paksaan yang hendak mencabut keimanan dan
ketakwannya kepada Allah SWT.39
Sabar artinya keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan
dan bahaya atau dalam memperoleh kelapangan dan
kecukupan. Juga keteguhan hati dalam meneruskan
38
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Buku Pintar Tasauf ( Jakarta: Zaman,
2012),165.
39
Mukniah, Materi Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Ar- Ruzz, 2011),
122-123.
31
pekerjaan dan melanjutkan perjuangan. Imam Al-Ghazali
telah menulis berkenaan dengan keperluan sabar dan bahwa
sabar itu mesti ada dalam keadaan bagaimanapun.
Kesimpulannya sebagai berikut:
Ketahuilah bahwa yang ditemui manusia dalam hidup
ini ada dua macam: Pertama, sesuai dengan kemauan dan
kehendak hati. Kedua tidak sesuai dengan kehendak hati
bahkan amat dibenci. 40
f. Syukur, yaitu menerima segala sesuatu yang telah Allah
berikan baik maupun buruknya, sebagaimana Allah
berfirman dalam surat Ibrahim (14:07)
Artinya: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih".41
Syukur wajib bagi orang yang mendapat nikmat, sebagai
wujud iman. Kondisi yang mendorongnya adalah kegembiraan
dan sukacita terhadap nikmat-nikmat Allah SWT. Kegembiraan
tersebut merupakan manifestasi syukur itu sendiri, karena hanya
diperuntukkan bagi zat-Nya. syukur sendiri adalah buah dari
40
Fachruddin, Ensiklopedia AL- Qur’an (Jakarta: PT Rineka Cipta: 1992),
349. 41
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,346.
32
iman.42
Dapat di simpulkan bahwasannya jika kita sudah benar-
benar meyakini dan beriman kepada Allah, atau kita
sepenuhnya telah mempecai Allah, maka sifat syukur itu akan
hadir dengan sendirinya tanpa harus kita cari, orang yang sudah
beriman tinggi dan mendalaminya niscaya segala seesuatu yang
Allah perintahkan dan Allah larang, akan ia laksankan, tanpa
mengharap ibalan apapun dari Allah.
Sementara itu, Quraish Shihab mengatakan bahwa titik
tolak akhlak terhadap Allah adalah pengajuan dan kesadaran
bahwa tiada Tuhan melainnkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat
terpuji, demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat
pun tidak akan mampu menjangkaunnya.43
Tanpa kita sadari
bahwasanya cara berakhlak kepada Allah sangatlah banyak
seperti halnya kita mempunyai rasa malu untuk berbuat sesuatu
yang tidak Allah ridhoi, itu adalah salah satu akhlak terhadap
Allah.
Namun demikian, sesungguhnya Allah telah
memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia sebagaimana
disebutkan di atas bukanlah menjadi alasan Allah perlu
dihormati. Bagi Allah dihormati atau tidak, tidak akan
mengurangi kemuliaan-Nya. Akan tetapi, sebagaimana manusia
sudah sewajarnya menunjukan sikap akhlak yang pas kepada
Allah.
42
Abu Ahmad Al-Gozali, Samudra Hikmah Al-Gozali (Yogyakarta:
Pustaka Al- furqon). 305 43
Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur’an, 262.
33
2. Akhlak Terhadap Keluarga
Keluarga merupakan kelompok orang yang mempunyai
hubungan darah atau perkawinan. Keluarga merupakan bagian
dari masyarakat, kelurga itulah yang akan mewarnai
masyarakat. Seperti Berbuat baik kepada orang tua dan kerabat
dekat.44
Oleh sebab itu anak wajib berbuat baik kepada
orangtuanya. Sebagaimana Firman Allah SWT Q.S An-Nisa 4:
36.
,,,
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat,”45
Islam sangat memberikan perhatian pada silaturahmi antar
anggota keluarga, orang tua, kerabat dekat, paman, sehingga
mereka menjadi akrab. Menyantuni saudara yang kurang
mampu. Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh
aspek kehidupan berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang
berat akan terasa mudah. Dan sebaliknya, jika seseorang hatinya
kosong dari cinta maka orang tersebut akan cenderung bersifat
keras dan kasar, dan pada akhirnya bisa berakibat tidak baik
kelangsungan hidup berkeluarga, seperti timbulnya
penyimpangan- penyimpangan dan sebagainya.
Akhlak terhadap keluarga meliputi ayarh, ibu, anak, dan
keturunanya. Kita harus berbuat baik terhadap orang tua. Ibu
44
Sahriansyah, Ibadah dan Akhlak., 203. 45
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,109.
34
telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah menyusui dan mengasuhnya selama dua tahun.
Bersyukurlah kepada Allah dan kedua orang tua. Jika kedua
orang tua kita menyuruh berbuat dosa, maka jangan diikuti, tapi
tetaplah pergauli keduanya didunia dengan baik. Dalam
kekluarga ikutilah orang- orang yang ada dalam jalan Allah
Lukman 31: 14
Artinya :“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu”46
3. Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah
segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang,
tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Alquran
terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai
khalifah. Kehalifahan menurut adanya interaksi manusia
dengan sesamanya dan terhadap alam. Kehalifahan
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan serta bimbingan,
agar setip makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Sebagaimana Allah telah menjelaskan dalam firmannya
46
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,581.
35
mengenai perintah di haramkan merusak muka bumi ini Q.S
Al- Baqarah 11-12.
Artinya:“Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan.Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
47
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak diperkenankan
mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga
sebelum mekar, karena hal ini tiadak memberi kesempatan
kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaanya.48
Dalam Al-Qur’an Allah pun menjelaskan tentang alam ini,
rusaknya alam semsta ini di sebabkan oleh tangan Manusia
Allah berfirman Q.S Ar- Rum 30:41-42
Artinya :“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu.
47
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 03. 48
Muhamad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, 157-158.
36
kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”.
49
Dari ayat tersebut telah nampak Allah sang pencipta telah
menciptakan berbagai mahluk, bukan hanya saja manusia,
Allah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya,
namun terkadang manusia tidak menyadarinya, karena
kurangnya pengetahuan manusia tentang Akhlak terhadap
Lingkungan berupa alam. Dari ayat tersebut kita bisa
memngambil kesimpulan, bahwasanya menjaga alam adalah
salah satu sifat terpuji yang di perintahkan oleh Allah Swt.
4. Akhlak terhadap masyarakat
a. Ukhuwah atau persaudaraan Q.S Al- Hujurot 49: 10
Artinya :“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
50
b. Tolong menolong Allah Berfirman dalam Q.S Al-Maidah
5:02.
Artinya:“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
49
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,576. 50
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,744.
37
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”
51
Dari uraian di atas jelas kaitannya dengan segala
tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda
antara satu dengan yang lainnya, yang dikarnakan adanya faktor
dari dalam dan luar diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak:
1. Insting, defenisi insting oleh ahli jiwa masih ada
perselisihan pendapat, namun diungkapkan juga, bahwa
menurut James, insting adalah suatu alat yang dapat
menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan
dengan berfikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tiada
dengan didahului latian perbuatan itu.
2. Pola dasar bawaan (turunan), dalam hal ini secara langsung
atau tidak langsung sangat mempengaruhi pembentukan
sikap dan tingkah laku seseorang.
3. Lingkungan, ialah suatu yang melingkungi tubuh yang
hidup. Salah seorang ahli berkata: Ahli sejarah dari sejak
dahulu telah menerangkan bahwa tempat-tempat dan
keadaan dalam suatu negeri mempunyai pengaruh yang
besar dalam kemajuan bangsa.
4. Kebiasaan, ialah perbuatan yang diulang-ulang terus
sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Orang berbuat
baik atau buruk karena dua faktor dari kebiasaan yaitu:
51
Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,744.
38
a. Kesukaan hari terhadap suatu pekerjaan
b. Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampikkan
perbuatan dan diulang-ulang terus menerus.
5. Pendidikan, dunia pendidikan sangat besar sekali
pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, akhlak
seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa dapat
memahaminya dan melakukan suatu perbuatan pada
dirinya.52
Menurut Abuddin Nata faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan akhlak ada 3:
1. Aliran Nativisme, menurut aliran ini bahwa faktor yang
paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang
adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat
berupa kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika
seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan
kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut
menjadi baik.
2. Aliran Emprisme, bahwa faktor yang mempengaruhi
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar,
yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan yang
diberikan.
3. Aliran Konvergensi, berpendapat pembentukan akhlak
dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak,
dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang
dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial.53
52
Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 82-109. 53
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karekter Mulia, 143.