BAB II KAJIAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan
materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala
kompleksitasnya, sedangkan menurut Lestari (2013:1) bahan ajar haruslah
dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan digunakan oleh guru
untuk membantu dan menunjang proses pembelajaran. Bahan atau materi
pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata
pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya (Ruhimat
2011:152)
Terdapat beberapa pengertian tentang bahan ajar yang dikemukakan oleh para
ahli. Bahan ajar berasal dari dua kata yakni bahan atau material dan mengajar atau
teaching. Bahan ajar dapat diartikan sebagai segala bentuk bahan berupa
seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk
membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar mencakup tentang pengetahuan
yang terangkum kedalam materi pembelajaran yang ada pada bahan ajar tersebut.
Bahan ajar dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan pendidik maupun peserta didik.
Penjelasan di atas mengemukakan bahwa peran seorang guru dalam
merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan
15
proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga
diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai
kurikulum yang berlaku. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut dalam
mengajarkan materi kepada siswa dan tercapai semua kompetensi yang telah
ditentukan sebelumnya.
a. Tujuan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun dengan melihat berbagai macam tujuan yang ingin
dicapai didalam kurikulum yang sedang digunakan yang selanjutnya
terealisasikan melalui pembelajaran didalam kelas. Menurut Majid (2005:15),
bahan ajar disusun dengan memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan-tujuan
tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.
2.) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar.
3.) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
4.) Agar kegiatan pembelajaran menjadi menarik.
Terdapat beberapa pendapat mengenai tujuan-tujuan disusunnya bahan ajar.
Secara umum tujuan bahan ajar itu disusun untuk:
1.) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai
dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
2.) Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping
buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
3.) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
16
b. Ruang Lingkup Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki beragam jenis, ada yang cetak maupun non-cetak.
Menurut Ali (2011:20) bahan ajar dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yakni:
1.) Bahan ajar pandang (Visual)Terdiri dari bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerjasiswa, brosur, leaflet, wallchart, booklet, foto atau gambar, dan bahan ajar non-cetakseperti model atau market.
2.) Bahan ajar dengar (Audio)Yang termasuk kedalam bahan ajar audio ini adalah kaset, radio, piringan hitam, dancompact disk audio.
3.) Bahan ajar pandang dengar (Audio Visual)Yang termasuk kedalam bahan ajar ini yakni, Compact Disk dan film.
4.) Bahan ajar multimedia interaktifTerdiri dari CAI (Computer Assisted Interactive) dan bahan ajar web (web basedlearning materials).
Bahan ajar cetak yang sering dijumpai antara lain berupa handout, buku, modul, brosur,dan lembar kerja siswa. Di bawah ini akan diuraikan penjelasan terkait jenis-jenis bahanajar, yakni:
1.) HandoutHandout adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada peserta didik ketikamengikuti kegiatan pembelajaran. Handout juga diartikan sebagai bahan tertulisyang disiapkan untuk memperkaya pengetahuan peserta didik dari beberapa literaturyang memiliki relevansi dengan kompetensi dasar yang akan dicapai oleh siswa.Saat ini handout dapat diperoleh melalui internet atau menyadur dari berbagai bukudan sumber lainnya.
2.) BukuBuku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan hasilanalisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku disusun denganmenggunakan bahasa sederhana, menarik, dilengkapi gambar, keterangan, isi buku,dan daftar pustaka. Buku akan sangat membantu guru dan siswa dalam mendalamiilmu pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing.
3.) ModulModul merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajarsecara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Oleh karena itu, modul harusberisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi materi pelajaran,informasi pendukung, latihan soal, petunjuk kerja, evaluasi, dan balikan terhadapevaluasi. Modul yang diberikan kepada siswa dapat bermanfaat agar siswa mampubelajar secara mandiri tanpa harus dibantu oleh guru.
4.) Lembar Kerja SiswaLembar Kerja Siswa (LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupasehingga siswa diharapkan mendapat materi ajar tersebut secara mandiri. LembarKerja Siswa dapat digunakan oleh siswa, sehingga siswa akan mendapat materi,ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu siswa juga dapatmenemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan danpada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan denganmateri tersebut.
5.) Buku AjarBuku ajar adalah sarana belajar yang bisa digunakan di sekolah-sekolah dan diperguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran dan pengertianmoderen yang umum dipahami.
6.) Buku TeksBuku teks juga dapat didefinisikan sebagai buku pelajaran dalam bidang studitertentu, yang merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam bidangitu. Buku teks dibuat dengan maksud dan tujuan-tujuan instruksional yang
17
dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami olehpara pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjangsuatu program pengajaran.
Secara umum, menurut Lestari (2011: 79) buku dibedakan menjadi empat
jenis, yakni:
1.) Buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi, dan sumber untukkajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap.
2.) Buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja, misalnyacerita, legenda, novel, dan lain sebagainya.
3.) Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar dalammelaksanakan proses pengajaran.
4.) Buku bahan ajar atau buku teks, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajarandan berisi bahan-bahan atau materi pembelajaran yang akan diajarkan.
Bahan ajar non-cetak meliputi bahan ajar dengar hitam, dan compact disc
audio. Bahan ajar pandang dengar video compact disc dan film. Bahan ajar
multimedia interaktif, material pembelajaran interaktif, dan bahan ajar web.
c. Karakteristik Bahan Ajar
Ada beragam bentuk buku, baik yang digunakan untuk sekolah maupun
perguruan tinggi, contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan
ajar, dan buku teks pelajaran. Jenis-jenis buku tersebut tentunya digunakan untuk
mempermudah peserta didik untuk memahami materi ajar yang ada di dalamnya.
Menurut Lestari (2008: 49), sesuai dengan penulisan yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional Tahun 2003 bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, yaitu self
instructional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly.
1.) Self Instructional
Ketergantungan kepada orang lainharus dikurangi atau malah dihilangkan
ketika sesorang peserta didik menggunakan bahan ajar tersebut. Peserta didik
mampu membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan, inilah
yang dimaksud dengan self instructional. Hal ini sesuai dengan tujuan bahan ajar,
18
yaitu agar peserta didik mampu belajar secara mandiri. Untuk memenuhi karakter
self instructional, maka didalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang dirumuskan
dengan jelas, baik tujuan akhir ataupun tujuan antaranya. Selain itu, dengan bahan
ajar tersebut akan memudahkan peserta didik belajar secara tuntas dengan
memberikan materi pembelajaran yang dikemas kedalam unit-unit atau kegiatan
yang lebih spesifik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang
mampu membuat peserta didik untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan
dalam proses pembelajaran adalah:
a.) Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka
mendukung pemaparan materi pembelajaran.
b.) Memberikan kemungkinan bagi peserta didik untuk memberikan umpan balik
atau mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan
memberikan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya.
c.) Kontekstual, yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau
konteks tugas dan lingkungan siswa.
d.) Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan yang lebih penting adalah
bahasa tersebut harus komunikatif karena peserta didik hanya berhadapan
dengan buku ketika mereka belajar mandiri.
e.) Memberikan rangkuman materi pembelajaran, untuk membantu peserta didik
membuat sebuah catatan-catatan selama mereka belajar mandiri.
f.) Mendorong peserta didik untuk melakukan self assessment dengan
memberikan instrumen penilaian atau assessment.
19
g.) Terdapat instrument yang dapat digunakan menetapkan tingkat penguasaan
materi untuk menetapkan kegiatan belajar selanjutnya.
h.) Tersedia informasi tentang rujukan atau pengayaan atau referensi yang
mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.
2.) Self Contained
Self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu kompetensi atau
subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh.
Tujuan konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik untuk
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi dikemas kedalam
satu kesatuan yang utuh. Pembagian atau pemisahan materi dari satu kompetensi
atau subkompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan
keleluasaan kompetensi atau subkompetensi yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Sebuah bahan ajar haruslah memuat seluruh bagian-bagiannya dalam satu
buku secara utuh untuk memudahkan pembaca mempelajari bahan ajar tersebut.
3.) Stand Alone (Berdiri Sendiri)
Stand alone (berdiri sendiri), yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak
tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan
bahan ajar lain. Peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari
atau mengerjakan tugas pada bahan ajar tersebut. Jika peserta didik masih
menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain bahan ajar yang
digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai bahan ajar yang
berdiri sendiri. Artinya sebuah bahan ajar dapat digunakan sendiri tanpa
bergantung dengan bahan ajar lain.
20
4.) Adaptif
Bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika bahan ajar tersebut
dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fleksibel
digunakan diberbagai tempat, serta isi materi pembelajaran dan perangkat
lunaknya dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu. Bahan ajar harus memuat
materi-materi yang sekiranya dapat menambah pengetahuan pembaca terkait
perkembangan zaman atau lebih khususnya perkembangan ilmu dan teknologi.
5.) User Friendly
Bahan ajar hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat
atau akrab dengan pemakaiannya. Setiap intruksi dan paparan informasi yang
tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk
kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.
Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah
yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.
Menghasilkan bahan ajar ang mampu memerankan fungsi dan perannya
dalam pembelajaran yang efektif, bahan ajar perlu dirancang dan dikembangkan
dengan mengikuti kaidah-kaidah elemen yang mensyaratkannya. Elemen-elemen
yang harus dipenuhi dalam menyusun bahan ajar, antara lain konsistensi, format,
dan organisasi, spasi atau halaman kosong. Jadi bahan ajar selayaknya hadir untuk
memudahkan pembaca untuk mendapat informasi dengan sejelas-jelasnya.
a.) Konsistensi
Konsistensi harus dipenuhi dalam hal bentuk dan huruf dari setiap halaman.
Disarankan untuk tidak menggunakan terlalu banyak variasi dalam bentuk dan
21
ukuran huruf. Kerapian dalam setiap halaman terlihat pada jarak spasi yag
konsisten, misalnya antar judul dengan isi (baris pertama), atau judul dengan sub-
judul, dan sub-judul dengan isi sub-judul, dan seterusnya.
Konsistensi dalam pemakaian spasi akan membuat pembaca lebih terarah,
membaca isi dari judul atau isi dari sub-judul, dan sebagainya. Selain konsisten
tentang bentuk huruf, ukuran, dan spasi sebuah bahan ajar hendaknya konsisten
juga dalam menetapkan batas (margin) dari pengetikan. Pemilihan bentuk huruf
dan ukuran huruf hendaknya mempertimbangkan kemudahan bagi peserta didik
untuk membacanya sesuai dengan karakteristik pembaca atau peserta didik. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan daya tarik terhadap bahan ajar tersebut.
b.) Format
Konsistensi diharapkan juga menggunakan format yang sesuai, baik format
kolom (bentuk kolom tunggal atau bentuk loran atau multi kolom) dan juga
format paragraf yang sesuai.
c.) Organisasi
Bahan ajar yang terorganisasi dengan baik akan memudahkan dan
meningkatkan semangat peserta didik untuk membaca atau belajar menggunakan
bahan ajar tersebut. Materi pembelajaran harus terorganisasi dengan baik, dalam
arti membuat materi pembelajaran yang terdapat dalam bahan ajar tersusun secara
sistematis. Secara umum pengorganisasian antara isi materi dan ilustrasinya
(misalkan gambar, foto, peta, dan lainnya), antara paragraf yang satu dengan
lainnya, antara judul dengan sub-judul beserta uraiannya, ditujukan bagi
kemudahan peserta didik dalam memanfaatkan bahan ajar tersebut untuk dapat
belajar secara mandiri.
22
d.) Perwajahan
Daya tarik peserta didik terhadap bahan ajar kadang-kadang lebih banyak
dari bagian sampul, sehingga diharapkan bagian sampul diberikan gambar,
kombinasi warna, dan ukuran huruf yang serasi. Apabila peserta didik sudah
mulai membaca atau menggunakan bahan ajar tersebut, maka untuk
mempertahankan ketertarikan atau untuk meningkatkan motivasi belajar peserta
didik, perlu diberikan gambar atau ilustrasi bahkan bahan ajar yang berupa buku
dapat dilengkapi dengan bahan multimedia (misalkan CD dan lainnya) sebagai
bahan komplemen dari bahan ajar yang diberikan.
Selain itu, dalam bahan ajar juga dapat diberikan tugas dan latihan yang
dikemas sehingga peserta didik tidak merasa bosan menggunakan bahan ajar
tersebut. Bahan ajar diberikan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri,
untuk itu dalam bahan ajar diharapkan adanya sebuah spasi kosong atau halaman
kosong. Halaman kosong ini dapat digunakan oleh peserta didik untuk mencatat
hal-hal penting yang didapatkan ketika menggunakan bahan ajar, juga dapat
digunakan oleh peserta didik untuk beristirahat dalam proses belajar. Penempatan
halaman kosong harus diberikan secara proporsional.
d. Konsep Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan, agar
nantinya bahan ajar yang disusun dapat menjadi bahan ajar yang tepat guna.
Menurut (Widodo dan Jasmadi 2008:6) bahan ajar harus dikembangkan sesuai
dengan kaidah-kaidah pengembangan bahan ajar. Rambu-rambu yang harus
dipatuhi dalam pembuatan bahan ajar adalah:
1.) Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik yang sedang mengikuti prosesbelajar mengajar.
2.) Bahan ajar dharapkan mampu mengubah tingkah laku peserta didik.
23
3.) Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristikdiri.
4.) Program belajar mengajar yang akan dilangsungkan.5.) Didalam bahan ajar telah mencakup tujuan tujuan kegiatan pembelajaran yang
spesifik.6.) Guna mendukung ketercapain tujuan, bahan ajar harus memuat materi pembelajaran
secara rinci, baik untuk kegiatan dan latihan.7.) Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk mengukur tingkat
keberhasilan peserta didik.
Pembuatan bahan ajar berupa modul ajar harus bertujuan untuk memperjelas
dan mempermudah penyajian agar tidak bersifat sangat verbal. Modul juga harus
mampu mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera , baik siswa atau
peserta didik, maupun bagi pendidik itu sendiri. Pemakaian modul ajar harus
dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, misalnya meningkatkan motivasi dan
semangat belajar peserta didik, mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya. Bahan
ajar juga diharapkan membuat peserta didik mampu mengukur atau mengevaluasi
sendiri hasil belajarnya.
Proses penyusunan materi pembelajaran dalam penulisan bahan ajar, harus
disusun secara sistematis sehingga bahan ajar tersebut dapat menambah
pengetahuan dan kompetensi peserta didik secara baik dan efektif. Penulisan
bahan ajar merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas
secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai
kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan bahan ajar mengacu pada
kompetensi yang terdapat dalam Rencana Kegiatan Belajar-Mengajar, atau garis-
garis besar program pendidikan dan pelatihan, atau unit kompetensi yang
dibutuhkan di dunia kerja yang telah dikembangkan.
Pengembangan bahan ajar bagi peserta didik mencakup pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang dipersyaratkan untuk menguasai suatu kompetensi.
24
Sangat disarankan agar satu kompetensi dapat dikembangkan menjadi satu bahan
ajar. Akan tetapi, mengingat karakteristik khusus, keluasan, dan komplektisitas
kompetensi, dimungkinkan satu kompetensi dikembangkan menjadi lebih dari
satu bahan ajar.
2. Booklet
Booklet adalah sebuah buku kecil yang memiliki paling sedikit lima halaman
tetapi tidak lebih dari empat puluh delapan halaman di luar hitungan sampul
(Satmoko, 2006:2). Booklet berisikan informasi-informasi penting. Isi booklet
harus jelas, tegas, mudah dimengerti dan akan lebih menarik jika booklet tersebut
disertai dengan gambar. Booklet memiliki bentuk yang beragam dan yang tidak
terlalu besar. Sehingga dapat dikatakan booklet merupakan bahan ajar yang
minimalis dan menarik untuk digunakan didalam pembelajaran. Booklet sebagai
alat bantu, sarana, dan sumber daya pendukungnya untuk menyampaikan pesan
harus menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan. Booklet berisikan
informasi-informasi penting, suatu booklet isinya harus jelas, tegas, mudah
dimengerti dan akan lebih menarik jika booklet tersebut disertai dengan gambar.
Sedangkan menurut Holmes, booklet memuat lembaran-lembaran paling banyak
20 halaman dengan ukuran 20x30 cm yang dijilid dalam satu satuan, dengan
berbagai visual yakni: huruf, foto, gambar garis atau lukisan (Mintarti, 2001:24).
a. Tujuan Booklet
Booklet adalah sebuah buku kecil yang banyak digunakan didalam dunia
industri dan perusahaan. Terutama digunakan untuk mewakili perusahaan dan
rincian produk. Booklet juga ibaratnya sebuah utusan yang membawa pesan
penting. Penampilan dan desain booklet mewakili gambaran sebuah perusahaan.
25
Booklet adalah solusi ideal untuk meningkatkan bisnis yang ada pada sebuah
perusahaan. Booklet menjelaskan segala sesuatu tentang produk dengan bantuan
gambar. Sebuah booklet yang mempunyai desain dan kualitas yang baik selalu
menjadi titik untuk menarik perhatian sejumlah besar klien dalam bidang, profesi
atau dalam Industri apapun.
Booklet tidak hanya digunakan didalam bidang perusahaan saja. Pada
bidang kesehatan booklet sering digunakan sebagai media yang berisikan tentang
obat-obat, cara menyembuhkan penyakit, manfaat obat toga dan lain sebagainya.
Di dalam bidang kesehatan booklet digunakan untuk memudahkan dalam
memberikan informasi terkait kesehatan.
Bidang pendidikan juga merupakan salah satu bidang yang dapat
memanfaatkan booklet sebagai bahan ajar. Booklet sangat jarang digunakan
didalam dunia pendidikan. Tujuan dari penggunaan booklet tersebut seperti media
yang berbentuk bahan ajar yang dapat memudahkan guru untuk menyampaikan
materi pembelajaran kepada siswa. Tujuan lainnya yakni sebagai bahan ajar yang
digunakan sekolah untuk memperkenalkan Sekolah kepala khalayak umum, yang
berisikan tentang identitas Sekolah dan lain sebagainya.
b. Penyusunan Booklet
Penyusunan Booklet menurut Prastowo (2014:380) dalam menyusun sebuah
booklet sebagai bahan ajar, booklet setidaknya mencangkup sebagai berikut:
1.) Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya
materi.
2.) KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.
26
3.) Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan
penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman
pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak
terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7
kalimat.
4.) Dalam booklet terdapat lebih banyak gambar dari pada teks, sehingga tidak
terkesan monoton.
5.) Gambar ditampilkan secara nyata yaitu gambar-gambar yang sudah dikenal
oleh peserta didik.
6.) Isi disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik.
7.) Mudah dibawa kemana saja dan dibaca kapan saja, dimana saja.
8.) Memuat informasi yang lengkap, walau tidak rinci dan berurutan.
Menurut Mintarti (2001:26), booklet sebagai media pembelajaran telah
berhasil meningkatkan pengetahuan khalayak sasaran dalam bidang tertentu.
Booklet yang secara efektif mampu mengubah perilaku khalayak sasaran bukan
sembarang booklet. Semakin tinggi kamampuan booklet untuk merangsang
terjadinya proses belajar pada diri khalayak sasaran melalui panca inderanya dan
merubah perilakunya maka semakin efektif booklet tersebut. Booklet memuat
berbagai lambang visual, huruf, gambar, kalimat dan sebagainya, sehingga
efektivitas booklet dapat ditingkatkan dengan merekayasa lambang-lambang
visual yang ada. Berbagai rekayasa booklet antara lain mengatur komposisi
warna, tampilan gambar, besar dan jenis huruf, ketebalan dan jenis kertas.
Booklet umumnya digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
karena Booklet memberikan informasi dengan spesifik, dan banyak digunakan
27
sebagai media alternatif untuk dipelajari pada setiap saat bila seseorang
menghendakinya.
3. Komik
Buku pelajaran sekarang ini lebih banyak berupa textbook, meskipun sudah
ada variasi penambahan ilustrasi tetapi belum memberikan pengaruh yang cukup
terhadap peningkatan minat baca siswa. Inovasi yang banyak digunakan saat ini
seperti penggunaan komik pada buku yang digunakan dalam pembelajaran.
Komik dalam etimologi bahasa Indonesia berasal dari kata “comic” yang kurang
lebih secara semantik berarti lucu, lelucon atau kata komikos dari kata komos
revel bahasa yunani (Gumelar 2011:2).. Berdasarkan sifatnya media komik
pembelajaran mempunyai sifat sederhana, jelas, mudah untuk dipahami oleh siswa
(Novianti, 2010). Pembelajaran dengan media komik bergambar mengharapkan
dapat meningkatkan minat peserta didik untuk lebih memahami materi.
Penggunaan komik dalam proses pembelajaran dapat merangsang motivasi dan
ketertarikan siswa terhadap suatu pokok bahasan yang dianggap sulit untuk
dimengerti, merangsang aktivitas diskusi, membangun pemahamanan dan
memperpanjang daya ingat (Beard dkk, 2002).
Para ahli memiliki pendapat yang beragam terkait pengertian komik.
Menurut (Sudjana dan Rivai,2013:64) komik dapat didefinisikan sebagai suatu
bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam
urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan
hiburan kepada para pembaca. Menurut Rohani (dalam Novianti & Syaichudin,
2010), komik dalam arti luas atau arti umum yakni serangkaian gambar (kartun)
yang mengungkapkan suatu karakter melali cerita dalam urutan yang erat serta
28
dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca. Meurut McCloud dalam
(Gumelar, 2011:6), mengemukakan komik adalah gambar yang berjajar dalam
urutan yang disengaja, dimaksudkan untuk menyampaikan informasi atau
menghasilkan respon estetik dari pembaca. Berdasarkan beberapa definisi komik
diatas maka dapat diketahui bahwa komik adalah gambar berjajar yang berbentuk
majalah, surat kabar, atau berbentuk buku bersifat menghibur untuk
menyampaikan informasi kepada pembaca.
a. Jenis-jenis Komik
Komik memiliki berbagai macam jenis dalam tampilan maupun
penyampaiannya. Adapun jenis-jenis komik menurut Trimo dalam (Laksmi,
2009:4), yaitu :
1.) Komik StripKomik strip adalah suatu bentuk komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkaikolom yang dimuat dalam suatu harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya.
2.) Buku KomikBuku komik adalah komik yang berbentuk buku. Di Indonesia buku komikumumnya hanya memuat satu judul saja, sedangkan di Jepang beredar dalam formatsatu buku yang terdiri dari beberapa judul komik. Komik jenis ini juga dikenaldengan sebutan comic magazine.
Jenis-jenis komik juga dapat dilihat dari golongon pembaca komik itu
sendiri. Menurut Gumelar (2011:54-55) terdapat tiga kelompok jenis komik
berdasarkan segmentasi usianya, yaitu:
1.)Children story, segmen pembaca untuk usia prasekolah, TK, SD, dan sederajat,
atau untuk kategori semua umur.
2.)Teen story, segmen pembaca untuk anak-anak remaja, seperti SMP, SMA,
mahasiswa, dan yang sederajat.
3.)Adult story, segmen pembaca untuk dewasa
29
b. Kelebihan dan Kekurangan Komik
Sebagai salah satu media visual, komik tentunya memiliki kelebihan
tersendiri, jika dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Kelebihan media
komik dalam kegiatan belajar mengajar menurut Trimo dalam Laksmi (2009:4),
adalah :
1.) Komik menambah pembendaharaan kosa kata pembacanya.
2.) Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak.
3.) Mengembangkan minat baca anak.
4.) Seluruh jalan cerita komik menuju satu hal yaitu kebaikan atau pelajaran yang
lain.
Selain memiliki kelebihan, komik juga memiliki kekurangan. Adapun
kekurangan komik Menurut Trimo dalam Laksmi (2009:4), antara lain:
1.) Kemudahan orang membaca komik, membuat orang malas membaca sehinggamenyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar atau yangisinya tulisan panjang saja.
2.) Ditinjau dari segi bahasa komik yang banyak menggunakan kata-kata kotor ataukalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
3.) Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan atau tingkah laku yang prevented.4.) Banyak adegan percintaan yang menonjol dan tidak sesuai untuk anak dibawah
umur.
4.) Pembelajaran Tematik
Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa
belajar. Pengertian Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian
pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa
(Hamalik, 2008: 25).
Kurikulum yang digunakan dijenjang Sekolah Dasar saat ini adalah
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang menggunakan kurikulum tematik, mampu
mengintegrasikan beberapa macam mata pelajaran menjadi satu tema.
30
Pembelajaran Tematik diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa (Daryanto, 2014:3)
Pembelajaran tematik memiliki arti penting didalam pembelajaran. Hal ini
yang membuat pembelajaran tematik menjadi unik dibandingkan dengan model
pembelajaran yang lainnya. Menurut Daryanto (2014:4) pembelajaran tematik
merupakan pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dalam proses
belajar secara aktif sehingga siswa mampu memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.
Pembelajaran tematik juga menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan serta mengembangkan ketrampilan sosial siswa, seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
a. Landasan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran yang lebih membuat
siswa untuk aktif didalam pembelajaran yang dilaksanakan. Guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator untuk siswa. Menurut Daryanto (2014:3)
landasan dari pembelajaran tematik yakni:
1.) Landasan FilosofisLandasan filosofis dari pembelajaran tematik terdiri dari:
a.) ProgresivismeProses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberiansejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalamansiswa.
b.) KonstruktivismeAnak mengontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,pengalaman dan lingkungannya.
c.) HumanismeMelihat siswa dari segi keunikan atau kekhasannya, potensi dan motivasi yangdimilikinya.
2.) Landasan PsikologisPada landasan psikologis ini terdiri dari:
a.) Psikologi perkembangan untuk menentukan tingkat keluasan dan kedalaman isisesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.
31
b.) Psikologi belajar untuk menentukan bagaimana isi atau materi pembelajarandisampaikan kepada siswa serta bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
3.) Landasan YuridisPada landasan yuridis ini terdiri dari:
a.) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.b.) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, Pembelajaran Tematik
memiliki karakteristik-karakteristik yang membuat pembelajaran Tematik menjadi
lebih baik untuk dapat diterapkan pada pembelajaran yang ada di kelas. Adapun
karakteristik pembelajaran Tematik menurut Daryanto (2014:3) sebagai berikut:
1.) Berpusat kepada siswa.
Pembelajaran Tematik berpusat kepada siswa (student centered), hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator
yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan
aktivitas belajar.
2.) Memberikan pengalaman langsung.
Pembelajaran Tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa
(direct experiences). Siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai
dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
Dalam pembelajaran Tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
paling dekat dan berkaitan dengan kehidupan siswa.
32
4.) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.
Pembelajaran Tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Siswa mampu memahami konsep-
konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam keidupan sehari-hari.
5.) Bersifat fleksibel.
Pembelajaran Tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya,
bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana
sekolah dan siswa berada.
6.) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk dapat mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7.) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Karakteristik siswa Sekolah Dasar yang senang bermain membuat
pembelajaran tematik ini dapat diterapkan dalam pembelajaran. Pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang memiliki prinsip belajar sambil bermain
dan menyenangkan untuk siswa.
c. Manfaat Pembelajaran Tematik
Setiap model pembelajaran yang diterapkan, pastinya memiliki beberapa
manfaat. Menurut Daryanto (2014:4) manfaat pembelajaran tematik, yakni:
1.) Penggabungan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaranakan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkandihilangkan.
2.) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi atau materipembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir.
3.) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenaiproses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
33
4.) Adanya pemaduan antar mata pelajaran, membuat penguasaan konsep akan semakinbaik dan meningkat.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti berikut ini dapat
dijadikan sebagai kajian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan,
diantaranya adalah pada penelitian yang pertama yang berjudul “Pengembangan
Media Pembelajaran Komik untuk Materi Pembuatan Busana Secara Industri Bagi
Siswa Kelas XI Busan Butik di SMKN 1 Sewon yang merupakan penelitian dari
Mita Septia Sari pada tahun 2015, dengan menunjukkan hasil penelitian yakni 1)
mengembangkan media pembelajaran dengan tahap : a) analisis kebutuhan
produk, dilakukan dengan menganalisis kurikulum, dan silabus, sehingga dapat
diketahui kompetensi dasar yang memerlukan sebuah pengembangan komik, yaitu
pembuatan busana secara industri, b) mengembangkan produk awal terdiri dari
perencanaan, pra produksi, produksi, pasca produksi dan review produk, d)
validasi ahli dan revisi, dengan meminta bantuan para ahli untuk menilai komik,
dan melakukan revisi sesuai saran, e) uji coba kelompok kecil dan revisi, dengan
mengujikan 5 siswa, e) uji coba kelompok besar dan produk akhir, komik diujikan
kepada 25 siswa Busana Butik, dan menghasilkan produk berupa komik
pembuatan busana secara industri. 2) kelayakan komik dilakukan dengan uji coba
kelompok besar yang menyatakan produk “sangat layak” dengan persentase 52%.
Berdasarkan hasil dari uji validasi siswa dapat disimpulkan bahwa komik
pembuatan busana secara industri dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian tersebut adalah pada
penelitian tersebut merupakan penelitian pengembangan media pembelajaran
komik, sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian
34
pengembangan bahan ajar booklet komik 3 dimensi. Perbedaan tersebut terkait
dengan media pembelajaran dan bahan ajar yang dikembangkan.
Penelitian kedua yang berjudul “Pengembangan Media Booklet Science,
Environment, Technology, and Society Pada Materi Pokok Mitigasi dan Adaptasi
Bencana Alam untuk Kelas X SMA” pada tahun 2015. Yang disusun oleh Kurnia
Ratnadewi Pralisaputri dengan hasil yang menunjukkan bahwa, telah berhasil
dikembangkan media booklet SETS dengan hasil validasi secara keseluruhan
menyatakan media booklet SETS “layak” digunakan sebagai media
pembelajaran. Hasil uji efektivitas diketahui bahwa media booklet SETS efektif
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada materi pokok mitigasi dan adaptasi
bencana alam. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian
tersebut adalah pada penelitian tersebut merupakan penelitian pengembangan
media booklet Science, Environment, Technology, and Society, sedangkan pada
penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian pengembangan bahan ajar
booklet komik 3 dimensi. Perbedaan tersebut terkait dengan media booklet dan
bahan ajar booklet yang digunakan di dalam pembelajaran.
35
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Kondisi Nyata:- LKS hanya dimiliki oleh beberapa siswa saja.- Pendistribusian buku dari Pemerintah sering terlambat.- Jika pendistribusian buku terlambat, siswa sementara
melaksanakan pembelajaran tanpa menggunakan buku.- Beberapa siswa kurang tertarik dengan penggunaan bahan ajar
yang digunakan saat ini. Sehingga minat sisiwa dalam mengikutipembelajaran kurang.
- Siswa kurang antusias dan kurang aktif di dalam mengikutipembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang ada.
Tindakan yang dilakukan. Perencanaan
Pengembangan Produk AwalValidasi Produk oleh ParaAhli.
Uji Coba Skala Kecil
Revisi Produk
Revisi Produk
Uji Coba Skala Terbatas
Bahan Ajar yang layakuntuk digunakan di dalam
pembelajaran
Bahan Ajar Booklet Komik 3Dimensi Tema 2 Selalu Berhemat
Energi Pada Siswa Kelas 4Pembelajaran 1, Pembelajaran 2
dan Pembelajaran 3
Menjadi alternatif yangdapat digunakan di
dalam pembelajaran danmampu menarik minat
siswa untuk belajar