BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN...

45
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar dan Teori-Teori Belajar a. Pengertian Belajar Istilah belajar sudah akrab dengan kehidupan sehari-hari. Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh pakar psikologi dalam buku karangan Anni dkk, (2007:2), antara lain :1) Gagne dan Berliner (1983:252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. 2) Morgan et.al (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. 3) Slavin (1994:152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. 4) Gagne (1977:3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang baru secara keseluruhan melalui proses

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Belajar dan Teori-Teori Belajar

a. Pengertian Belajar

Istilah belajar sudah akrab dengan kehidupan sehari-hari. Belajar merupakan

kegiatan yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Belajar

merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan

lingkungannya untuk merubah perilakunya. Menurut Slameto (2010:2) belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan

mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Konsep tentang belajar

telah banyak didefinisikan oleh pakar psikologi dalam buku karangan Anni dkk,

(2007:2), antara lain :1) Gagne dan Berliner (1983:252) menyatakan bahwa

belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena

hasil dari pengalaman. 2) Morgan et.al (1986:140) menyatakan bahwa belajar

merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau

pengalaman. 3) Slavin (1994:152) menyatakan bahwa belajar merupakan

perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. 4) Gagne (1977:3)

menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan

manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku

itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Belajar sebagai konsep mendapatkan

pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar

yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta

didik giat mengumpulkan atau menerimanya.

Belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai sikap yang baru secara keseluruhan melalui proses

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

12

pengalaman orang itu sendiri dalam lingkungan dan bersifat permanen. Sejalan

dengan pemikiran tersebut, Slameto (2010:3) menyebutkan beberapa ciri-ciri

perubahan tingkah laku akibat proses belajar, antara lain:

1. Perubahan terjadi secara sadar

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

b. Teori-Teori Belajar

Banyak teori belajar yang digunakan para guru untuk berbagai keperluan

belajar dan proses pembelajaran. Ada 3 pandangan psikologi utama tentang teori

belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan teori belajar

kognitif.

1) Teori Belajar Behavioristik

Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar

adalah bahwa hasil belajar (perubahan perilaku) itu tidak disebabkan oleh

kemampuan internal manusia tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan

respon (Rifa’i dan Anni, 2009:106). Untuk itu, agar aktivitas belajar peserta didik

di kelas dapat mencapai hasil belajar yang optimal maka stimulus harus dirancang

sedemikian rupa sehingga mudah direspon oleh peserta didik.

2) Teori Belajar Humanistik

Menurut Rifa’i dan Anni (2009:144) belajar dalam pandangan humanistik

adalah kemampuan peserta didik mengambil tanggung jawab dalam menentukan

apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri

dan mandiri. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para peserta

didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna

kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta

didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

13

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman

belajarnya sendiri.

Pendekatan humanistik dalam praktik pembelajaran mengkombinasikan

metode pembelajaran individual dan kelompok kecil (Rifa’i dan Anni 2009:144).

Pendekatan humanistik mempersyaratkan perubahan status pendidik dari individu

yang lebih mengetahui dan terampil segala sesuatu menjadi individu yang

memiliki status kesetaraan dengan peserta didik. Kelemahan dari teori humanistik

adalah kesulitan dalam mengetahui apakah peserta didik sudah kompeten atau

belum karena hanya peserta didik yang mengetahuinya.

3) Teori Belajar Kontruktivisme

Pembelajaran berbasis konstruktivisme menurut Suprijono (2012:40)

merupakan pembelajaranm artikulasi. Belajar artikulasi adalah proses

mengartikulasikan ide, pikiran dan solusi. Belajar tidak hanya mengkonstruksikan

makna dan mengembangkan pikiran namun juga memperdalam proses-proses

pemaknaan tersebut melalui pengekspresian ide-ide.

Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran menurut Suprijono (2012:41-

42) dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Orientasi

Merupakan fase untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik

memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi

pelajaran.

b. Elicitasi

Merupakan fase untuk membantu peserta didik menggali ide-ide yang

dimilikinya dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka

melalui poster, tulisan yang dipresentasikan kepada seluruh peserta didik.

c. Restrukturisasi ide

Peserta didik dalam hal ini melakukan klarifikasi ide dengan cara

mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi.

Berhadapan dengan ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

14

merekonstruksi gagasannya apabila tidak cocok dan sebaliknya menjadi

lebih yakin jika gagasannya cocok.

d. Membangun ide baru

Hal ini terjadi di dalam diskusi jika idenya bertentangan dengan ide lain

atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

teman-temannya. Mengevaluasi ide barunya melalui eksperimen, jika

dimungkinkan sebaiknya gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu

percobaan atau persoalan yang baru.

e. Aplikasi ide

Tahap ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk peserta didik perlu

diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan

membuat pengetahuan peserta didik lebih lengkap bahkan lebih rinci.

f. Review

Fase ini memungkinkan peserta didik mengaplikasikan pengetahuannya

pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan

menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih

lengkap. Jika hasil review kemudian dibandingkan dengan pengetahuan

awal yang telah dimiliki maka akan memunculkan ide-ide pada peserta

didik.

Peran penting guru dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme

menurut Suprijono (2012:42-43) adalah scaffolding dan coaching. Scaffolding

adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada

awal belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan

tersebut setelah peserta didik mampu memecahkan problem dari tugas yang

dihadapi. Dukungan itu dapat berupa isyarat-isyarat, peringatan-peringatan,

memecahkan problem dalam beberapa tahap, dan memberikan contoh. Coaching

adalah proses memotivasi peserta didik, menganalisis performanya dan

memberikan feedback atau umpan balik tentang kinerja mereka. Guru memotivasi

peserta didik selama mereka menyelesaikan soal-soal secara mandiri atau di

dalam kelompok. Salah satu bentuk coaching adalah cognitive coaching yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

15

dirancang untuk membuat peserta didik lebih menyadari proses-proses

berfikirnya. Cognitive coaching membantu peserta didik lebih reflektif tentang

belajarnya.

c. Ciri-ciri Belajar

Konsep-konsep umum tentang belajar di atas menyiratkan suatu ciri yang

menyertai proses terjadinya belajar. Menurut Kosasih (2014:2) Suatu kegiatan

disebut belajar sekurang-kurangnya ditandai oleh dua ciri: 1) adanya perubahan

tingkah laku, 2) melalui suatu pengalaman atau adanya interaksi dengan sumber

belajar.

Menurut Kosasih (2014: 2-4) ada delapan ciri yang menandai terjadinya

perubahan tingkah laku yaitu:

1) Perubahan yang disadari dan disengaja

Perubahan perilaku itu dilakukan sebagai usaha sadar dan disengaja dari

seseorang. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, orang itu menyadari bahwa

dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin

bertambah atau keterampilannya semakin mahir, dibandingkan sebelum

mengikuti suatu proses belajar

2) Perubahan yang berkesinambungan

Belajar ditandai dengan hasil perubahan perilaku yang berkesinambungan;

bukan sesuatu yang diperoleh secara tiba-tiba. Tidak bisa dipungkiri bahwa

terdapat fenomena yang menyebabkan seseorang mengalami perubahan

tingkah laku yang secara tiba-tiba. Perubahan sebagai hasil dari belajar

didasari oleh pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan pengetahuan

baru itu juga menjadi dasar diperoleh pengetahuan berikutnya yang lebih

kompleks.

3) Perubahan fungsional

Perubahan perilaku harus bermanfaat bagi kepentingan seseorang. Hasil

belajar tidak sekedar ditandai oleh penambahan ilmu pengetahuan dan

keterampilan. Perubahan tersebut harus memiliki makna bagi orang yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

16

mempelajarinya baik itu berupa kemampuan di dalam memecahkan masalah,

dan lain-lain.

4) Perubahan yang bersifat positif

Hasil belajar harus menyebabkan perubahan kearah yang lebih baik, hal ini

ditandai pada sikap seseorang yang memperolehnya.

5) Perubahan yang bersifat aktif

Ciri ini berkaitan dengan belajar sebagai kegiatan yang disengaja. Untuk

memperoleh perilaku baru, seseorang harus sengaja aktif untuk melakukan

sejumlah aktivitas. Perubahan akan efektif terjadi pada diri seseorang jika

dilalui dengan proses yang sungguh-sungguh.

6) Perubahan yang relatif permanen

Perubahan pada diri seseorang mungkin bersifat sementara atau permanen.

Perubahan bersifat sementara umumnya berkaitan dengan emosi dan

perubahan tersebut tidak termasuk dalam kategori hasil belajar. Perubahan

yang bersifat permanen akan bertahan lebih lama dan melekat pada diri

seseorang. Meskipun demikian perubahan itu akan kembali berkurang apabila

tidak diasah maupun tidak dilatih.

7) Perubahan yang bertujuan

Perubahan hasil belajar memiliki arah atau tujuan yang jelas. Kejelasan tujuan

penting dirumuskan agar prosesnya menjadi lebih efektif. Seseorang

pembelajar harus memiliki tujuan yang jelas sebelum mengawali aktivitasnya.

Demikian pula dengan pendidiknya, perumusan tujuan merupakan hal utama

di dalam proses belajar mengajar. Tujuan inilah yang kemudian sangat

berpengaruh pada materi, media dan model pembelajaran yang akan

digunakan.

8) Perubahan perilaku secara keseluruhan

Idealnya, perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar mencakup seluruh aspek

kehidupan pada diri seseorang. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek

pengetahuan tetapi pada aspek lainnya yaitu aspek sikap dan keterampilan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

17

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan interaksi sistematis antara peserta didik dengan

guru yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada suatu lingkungan belajar.

Kegiatan pembelajaran memberdayakan semua potensi peserta didik untuk

menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran perlu berpusat

pada peserta didik dengan menciptakan kondisi yang menyenangkan dan

menantang untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dan menyediakan

pengalaman belajar yang beragam. Pembelajaran juga bermuatan nilai, etika,

estetika, logika dan kinestetik.

Menurut Hamalik (2008:54) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses

belajar merupakan proses interaksi antara guru dan peserta didik berkaitan dengan

materi pembelajaran yang bersifat kompleks dan penuh dengan ketidakpastian.

Dikatakan kompleks karena interaksi antara guru dan peserta didik yang nampak

sederhana, pada hakikatnya bersifat kompleks karena melibatkan pikiran, emosi,

imajinasi, dan sikap yang berinteraksi secara simultan. Dikatakan penuh dengan

ketidakpastian karena pikiran, emosi, dan imajinasi peserta didik tidaklah stabil

dan tidak dapat ditebak, sehingga hasil dari pembelajaran itu sendiri menjadi

sangat subyektif.

Dikemukakan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41

Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah bahwa kegiatan inti suatu pembelajaran idealnya mencakup tiga

tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Tahap eksplorasi merupakan

tahap dimana seseorang perlu diarahkan pada pencarian informasi yang luas dan

dalam tentang materi tertentu dari sumber dan beraneka kegiatan belajar. Pada

tahap elaborasi, seseorang melakukan pembiasaan dalam hal membaca dan

menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna. Melalui tahap

elaborasi, seseorang memperoleh makna dari proses belajar yang dilakukannya

sehingga tumbuh pula rasa bangga dan percaya diri. Tahap yang terakhir adalah

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

18

konfirmasi. Tahap ini seseorang memperoleh umpan balik yang positif dan

penguatan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, maupun hadiah terhadap

keberhasilan belajarnya dan akhirnya mampu melakukan refleksi atas

kebermaknaan belajar yang telah dijalankannya, termasuk pula kesulitan atau

masalah-masalah belajar yang mungkin masih dihadapi.

Lampiran Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi

Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran dijelaskan bahwa kegiatan

pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan potensi dalam hal sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Kegiatan pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi

pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam kurikulum agar setiap peserta

didik mampu menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat, dan pada gilirannya,

mereka menjadi komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar

(Kosasih; 2014:11).

Sementara dalam Kurikulum 2013 disebutkan bahwa proses pembelajaran

terdiri dari lima pengalaman belajar pokok yaitu:

1. Mengamati,

2. Menanya,

3. Mengumpulkan informasi (menalar),

4. Mengasosiasi (mencipta), dan

5. Mengomunikasikan

Kelima langkah tersebut kemudian dikenal dengan istilah pendekatan saintifik

atau pendekatan ilmiah. Di samping itu, diharapkan muncul pula langkah

mengkreasikan sebagai efek pemuncak dari suatu proses pembelajaran. Untuk

mencapai hasil yang efektif kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip-

prinsip berikut:

1. Berpusat pada peserta didik

2. Mengembangkan kreativitas peserta didik

3. Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang

4. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika dan kinestetika

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

19

5. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai

strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif,

efisien, dan bermakna.

Peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan

informasi, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya

dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai

dengan lingkungannya. Peserta didik adalah subyek yang memiliki kemampuan

untuk secara aktif mencari, mengolah, mengonstruksi, dan menggunakan

pengetahuannya. Pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang

diberikan kepada peserta didik untuk mengonstruksi pengetahuan dalam proses

kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan

peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan

segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Adapun peranan guru adalah memberikan kemudahan-kemudahan yakni

dengan mengembangkan suasana belajar yang memberikan kesempatan peserta

didik untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan

secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru

mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk meniti anak

tangga yang membawa pada kepemahaman yang lebih tinggi, yang semula

dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri. Bagi

peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi aktif

“mencari tahu”.

Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam proses interaksi

belajar peserta didik. Guru menggunakan metode dan media mengajar secara

variasi sesuai dengan tujuan belajar kompetensi peserta didik dan kondisi

lingkungannya. Adapaun peserta didik menjadi pengkaji aktif terhadap sumber-

sumber belajar melalui berbagai aktivitas: menyimak, membaca, berdiskusi,

mengobservasi, bereksperimen, berpresentasi, kerja lapangan, pekerjaan proyek,

dan beragam aktivitas lainnya. Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan

karakteristik belajar dan pengembangan kecerdasan masing-masing.

Pembelajarannya berorientasi pada pengembangan kompetensi emosional, sosial,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

20

kognitif, fisik dan reflektif. Terlepas dari karakteristik-karakteristik di atas, suatu

pembelajaran berlangsung secara efektif apabila tujuannya tercapai sesuai dengan

yang telah direncanakan. Peserta didik dapat mengikuti pembelajaran itu secara

mudah dan menyenangkan dan gurupun menjalankannya dengan lancar dan

bahagia tanpa merasa ada beban di dalamnya.

b. Taksonomi Tujuan Pembelajaran

1) Taksonomi Tujuan Pembelajaran Ranah Afektif

Menurut Kosasih (2014:17) ranah afektif mencakup segala sesuatu

yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan,

semangat, minat, motivasi dan sikap. Kelima kategori ini diurutkan mulai

dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks yakni

receiving/attending (penerimaan), responding (penanggapan), valuing

(penilaian), organizing (pengorganisasian) dan characterization

(karakterisasi).

Kurikulum 2013 terdapat istilah afektif dan sikap, dengan demikian

sikap dan afektif dimaknai secara berbeda. Ranah sikap artinya sama dengan

attitude. KD sikap berada pada kompetensi inti (KI-1 dan KI-2) dengan

jenis-jenisnya yang sudah ditentukan. Adapun ranah afektif diharapkan

selalu muncul pada setiap KD baik yang berhubungan dengan sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Artinya, selain dalam ranah sikap, afektif

ada dalam ranah pengetahuan dan keterampilan.

2) Taksonomi Tujuan Pembelajaran Ranah Kognitif

Taksonomi tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif menurut Bloom

terdiri atas enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam kategori atau taksonomi tersebut

kemudian disempurnakan oleh Lorin Anderson Krathwohl dengan istilah

serta urutan sebagai berikut: remembering (mengingat), understanding

(memahami), applying (menerapkan), analyzing (menganalisis), evaluating

(mengevaluasi atau menilai), dan creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

21

sering digunakan dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang dikenal

dengan istilah C-1 sampai dengan C-6.

3) Taksonomi Tujuan Pembelajaran Ranah Psikomotor

Menurut Kosasih (2014:24) secara umum ranah psikomotor meliputi

gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik, dan kemampuan

fisik. Keterampilan tersebut dapat diasah jika sering melakukannya. Ada

tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana

sampai tingkat yang rumit yaitu: persespsi, kesiapan, reaksi yang diarahkan,

reaksi natural, reaksi yang kompleks, adaptasi dan terakhir kreativitas.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan dua

kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling

mempengaruhi dalam proses belajar peserta didik sehingga menentukan hasil

belajar. Faktor-faktor internal meliputi: (1) faktor fisiologis dan (2) faktor

psikologis, yang terdiri atas kecerdasan atau inteligensi peserta didik, motivasi,

minat, sikap, dan bakat.

Faktor eksternal berupa lingkungan sosial yang meliputi: (1) lingkungan

sosial keluarga yang mencakup cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, susana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian dari orang tua,

dan latar belakang kebudayaan, (2) lingkungan sosial sekolah yang mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik

dengan peserta didik, disiplin sekolah, metode belajar, dan tugas rumah, (3)

lingkungan sosial masyarakat yang mencakup kegiatan peserta didik dalam

masyarakat, media, teman, bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

3. Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Suprijono (2012:45) merupakan landasan

praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar

yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan

implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat pula

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

22

diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur

materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Suprijono

(2012:46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan

termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik

mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekspresikan ide.

Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar

(Suprijono, 2012:46).

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Standar proses yang menjadi salah satu karakteristik Kurikulum 2013,

cenderung menghendaki agar proses pembelajarannya dilakukan secara

berkelompok. Pembelajaran berbasis kelompok merupakan strategi pembelajaran

yang menekankan sikap dan perilaku bersama yang terencana dan terpadu dengan

melibatkan dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja kelompok sangat dipengaruhi

oleh keterlibatan dan tanggungjawab dari setiap anggotanya. Setiap peserta didik

berperan sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai keberhasilan

optimal tujuan pembelajaran.

Menurut Kosasih (2014:103) pembelajaran kelompok berpijak pada

beberapa pendekatan antara lain, pendekatan belajar aktif, kontruktivisme, dan

kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan untuk menghasilkan

suatu strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat

mengembangkan potensinya secara optimal.

Pendekatan belajar aktif ditujukan dengan melibatkan kemampuan

intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak hanya aktivitas

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

23

fisik. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan

pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang

dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok.

Peserta didik dibebaskan untuk mencari berbagai sumber belajar yang relevan.

Kegiatan tersebut memungkinkan peserta didik berinteraksi aktif dengan

lingkungan dan kelompoknya sebagai media untuk mengembangakan

pengetahuannya.

Pendekatan konstruktivisme mendorong peserta didik untuk membangun

pengetahuannya secara bersama-sama di dalam kelompok. Para peserta didik

menemukan dan mengonstruksi materi yang dipelajari melalui diskusi, observasi,

ataupun percobaan. Peserta didik menafsirkan bersama-sama fakta-fakta yang

mereka temukan. Materi pelajaran dapat dibangun bersama dan bukan sebagai

hasil transfer dari guru. Pengetahuan dibentuk bersama berdasarkan pengalaman

serta interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok belajar sehingga terjadi

saling memperkaya di antara anggota kelompok (Kosasih, 2014:104).

Tujuan pembelajaran yang optimal yang harus diingat oleh guru adalah

tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi,

oleh karena itu dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah

memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang

tersedia dan kondisi guru itu sendiri. Cooperative Learning atau pembelajaran

kooperatif sebagai salah model pembelajaran yang dapat dilakukan dalam proses

pembelajaran merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan

sebagai alternatif langkah untuk mengatasi permasalahan di atas. Pembelajaran

kooperatif yang memiliki berbagai tipe sangat memungkinkan dilakukan dengan

menyesuaikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang

tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Menurut Balfakih (2010:608) ada empat alasan mengapa model

pembelajaran kooperatif baik untuk dipilih sebagai model pembelajaran dalam

kelas daiantaranya:

“First, it facilitates interaction between students in class. Second, it

improves attitude, self esteem, and interpersonal relationships; all of these

contribute to a positive attitude towards science. Third, it adds an extra

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

24

source of learning within groups, such as the high achievers who take on

the role of tutors. The end result is a higher achievement for everyone.

Fourth, it prepares students to fit into modern society by teaching them to

work with their classmates efficiently and effectively”

Pertama, model pembelajaran kooperatif memfasilitasi interaksi antara peserta

didik di kelas. Kedua, meningkatkan sikap, harga diri, dan hubungan

interpersonal; semua ini berkontribusi sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

Ketiga, model pembelajaran kooperatif menambahkan sumber tambahan belajar

dalam kelompok, seperti berprestasi tinggi yang mengambil peran tutor. Hasil

akhirnya adalah prestasi yang lebih tinggi untuk semua peserta didik di dalam

kelas. Keempat, mempersiapkan peserta didik untuk masuk ke dalam masyarakat

modern dengan mengajarkan mereka untuk bekerja dengan teman sekelas mereka

secara efisien dan efektif.

Pembelajaran kooperatif mendorong para peserta didik untuk lebih

termotivasi dalam melaksanakan berbagai kegiatan belajar melalui interaksi yang

lebih intensif diantara peserta didik. Peserta didik tertantang untuk menyelesaikan

tugas-tugas bersama secara kreatif. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan

sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif

yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran

kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran

yang bercirikan : (1) memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat

seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan

sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang

berkompeten menilai (Suprijono, 2012:58).

Slavin mengemukakan bahwa teknik pembelajaran kooperatif adalah

berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik bekerja di

dalam kelompok kecil saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi

tertentu. Para peserta didik diharapkan saling membantu, berdiskusi, berdebat,

atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain dalam proses

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

25

pembelajaran. Berdasarkan definisi tersebut karakteristik teknik pembelajaran

kooperatif adalah :

a. Peserta didik belajar dalam kelompok.

b. Peserta didik memiliki rasa saling ketergantungan.

c. Peserta didik belajar berinteraksi secara kerja sama.

d. Peserta didik dilatih untuk bertanggung jawab terhadap tugas.

e. Peserta didik memiliki keterampilan komunikasi interpersonal.

Kelebihan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran kooperatif memungkinkan adanya komunikasi diantara

kelompok.

b. Peserta didik dapat lebih mudah melihat kesulitan peserta didik yang lain dan

kadang-kadang dapat menerangkan lebih jelas dari pada yang dilakukan oleh

guru.

c. Peserta didik dapat bekerja lebih dari pada bekerja sendiri.

d. Peserta didik lebih termotivasi dan terlibat dalam proses pembelajaran.

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai kekurangan.

Kekurangan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran yang baru diketahui

b. Kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah peserta didik bingung

c. Sebagian mungkin kehilangan rasa percaya diri

d. Saling mengganggu antar peserta didik

Ada beberapa ciri-ciri penerapan dari pembelajaran koperatif yaitu:

1. Menuntaskan materi belajarnya, peserta didik belajar dalam kelompok secara

kooperatif,

2. Kelompok dibentuk dari beberapa peserta didik yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

26

3. Jika didalam kelas terdapat peserta didik yang terdiri dari beberapa ras, suku,

budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap

kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula,

4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Pembelajaran kooperatif adalah variasi model pembelajaran dimana peserta

didik bekerja pada kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya

dalam memahami suatu pokok pembahasan atau materi pembelajaran. Peserta

didik diharapkan saling membantu, berdiskusi, dan berargumen dengan yang

lainnya sehingga dapat menekan perbedaan pemahaman dan pengetahuan dalam

mempelajari suatu pokok bahasan tersebut (Mularsih, 2010:67).

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang berupa

kelompok kecil yang bersifat heterogen dan biasanya beranggotakan empat atau

lima orang. Anggota kelompok tersebut saling bekerja sama untuk menyelesaikan

suatu tugas dan setiap anggota mempunyai tanggung jawab secara individu dalam

kelompoknya, dengan kata lain antar anggota terjadi saling ketergantungan yang

positif (Dumas, 2007 dalam Mularsih, 2010:57). Selain itu menurut Khan

(2011:211) “Cooperative learning is a method used by educators can help

students develop necessary social skills” pembelajaran kooperatif merupakan

suatu metode yang digunakan oleh pendidik atau guru agar dapat membantu

peserta didik mengembangkan kemampuan kebutuhan sosial. Pada pembelajaran

koperatif, peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok untuk memaksimalkan

kemampuannya dalam pembelajaran maupun bidang yang lain (Khan, 2011:211).

Menurut Mularsih (2010: 67) kunci utama pembelajaran kooperatif adalah

peran guru dalam pengorganisasian kelas karena pembelajaran kooperatif berbeda

dengan pembelajaran kelompok konvensional. Hal ini ditandai dengan adanya

karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. group goals (tujuan kelompok)

2. individual accountability (tanggung jawab individu)

3. equal opportunities for success (kesempatan yang sama untuk meraih

kesuksesan)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

27

4. team competitional (kompetisi tim)

5. task specialization (spesialisasi tugas)

6. adaptation to individual need (adaptasi terhadap kebutuhan individual)

Menurut Suprijono (2012:58-61), ada lima unsur dalam pembelajaran

kooperatif, yaitu:

a. Saling Ketergantungan Positif

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan

kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu

mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Keberhasilan kelompok sangat

tergantung pada usaha setiap kelompok.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota

yang diperkuat oleh kegiatan belajar mengajar. Setelah mengikuti kelompok

belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang

sama.

c. Interaksi Promotif

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk saling bertemu dan berdiskusi.

Mereka juga dapat saling membantu dalam merumuskan pendapat serta

meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. Hal ini

dapat memotivasi mereka untuk memperoleh keberhasilan yang sama.

d. Komunikasi Antar anggota

Unsur ini menghendaki para peserta didik untuk mampu berkomunikasi dengan

baik antar anggota kelompok.

e. Pemrosesan Kelompok

Melalui proses kelompok dapat diidentifikasikan dari urutan atau tahapan

kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan pemrosesan

kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan

kontribusi terhadap kegiatan bersama untuk mencapai tujuan.

Pembelajaran kooperatif dikenal banyak macam atau tipe teknik

pelaksanaannya, yaitu: (1) Team-Games Tournament (TGT), (2) Student Teams-

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

28

Achievement Division (STAD), (3) Group Investigation, (4) Team Assisted

Individualization (TAI), dan (5) Jigsaw, (6) Learning Together dan metode

kooperatif lainnya.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted

Individualization (TAI)

Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif adalah Team Assisted

Individualization (TAI). Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh

Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan

pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar

peserta didik secara individual, oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih

banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah

setiap peserta didik secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah

dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok

untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok dan semua anggota

kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab

bersama. Terjemahan bebas dari TAI adalah Bantuan Individual dalam Kelompok

(Bidak) dengan karakteristik bahwa tanggung jawab belajar adalah pada peserta

didik, oleh karena itu peserta didik harus membangun pengetahuan tidak

menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru adalah negoisasi dan

bukan imposisi-instruksi.

Keberhasilan kelompok pada pembelajaran kooperatif sangat diperhatikan.

Khusus pada model pembelajaran TAI peserta didik yang pandai bertugas sebagai

ketua kelompok, maka peserta didik yang pandai ikut bertanggung jawab

membantu teman kelompoknya yang lemah. Peserta didik yang pandai dapat

mengembangkan kemampuannya, sedangkan peserta didik yang lemah akan

terbantu memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.

Pembelajaran dengan menggunakan model ini peserta didik belajar dengan teman

dalam satu tim sehingga akan lebih aktif dalam belajar yang dapat meningkatkan

hasil belajar.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

29

Menurut Slavin (2010:195) model pembelajaran kooperatif tipe TAI

memiliki 8 komponen, yaitu:

1. Teams

Yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 peserta

didik.

2. Placement test

Yakni pemberian pre-tes atau melihat rata-rata nilai harian peserta didik agar

guru mengetahui kelemahan peserta didik dalam bidang tertentu.

3. Student Creative

Melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana

keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan

kelompoknya.

4. Team Study

Yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan

guru memberikan bantuan secara individual kepada peserta didik yang

membutuhkannya.

5. Team Scores and Team Recognition

Yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria

penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok

yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

6. Teaching Group

Yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas

kelompok.

7. Facts Test

Yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh peserta didik.

8. Whole Class Units

Yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan

strategi pemecahan masalah.

Beberapa strategi untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif

tipe TAI yaitu dengan pembagian kelompok, pembagian tugas, dan tanggung

jawab bersama. Setiap penerapan model pembelajaran pasti mempunyai

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

30

kelemahan dan kelebihan. Begitu pula pada penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TAI.

Keunggulan model kooperatif tipe TAI menurut Alsa (2011: 83-84) adalah:

1) Mengurangi beban guru dalam mengoreksi tugas-tugas peserta didik dan dalam

menangani peserta didik yang lambat; 2) Guru masih mempunyai waktu untuk

mendistribusikan waktunya pada setiap kelas dengan berkurangnya waktu untuk

“corrective instruction” dan mengoreksi tugas-tugas peserta didik; dan 3) Sistem

pemberian rewards pada tim akan memotivasi kerjasama peserta didik dalam

kelompok untuk bekerja secara cepat dan tepat.

Selain kelebihan yang telah disampaikan di atas, ada beberapa kelebihan

dan kelemahan metode kooperatif tipe TAI lain yaitu:

a. Kelebihan Pembelajaran TAI

1) Memperhatikan perbedaan pengetahuan awal tiap peserta didik untuk

mencapai prestasi belajar

2) Mendidik peserta didik untuk belajar secara mandiri, tidak menerima

pelajaran secara mentah dari guru

3) Peserta didik dapat mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya

sendiri untuk mempelajari materi pelajaran sehingga peserta didik

mengalami pembelajaran yang bermakna

4) Peserta didik yang pandai turut bertanggungjawab membantu yang lemah

5) Peserta didik yang lemah akan terbantu oleh peserta didik yang pandai

6) Peserta didik tidak hanya berharap materi dari guru tetapi juga

termotivasi untuk belajar cepat dan akurat pada seluruh materi

7) Menggalakkan interaksi secara aktif, positif dan kerjasama anggota

kelompok menjadi lebih baik

8) Membantu peserta didik untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas

rasial yang lebih banyak

9) Melatih peserta didik dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di

samping kecakapan kognitif

10) Peran guru juga menjadi lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator,

motivator dan evaluator

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

31

11) Peserta didik memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar, yaitu belajar

untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk

belajar

12) Adanya rekognisi atau penghargaan dari guru, sehingga peserta didik

lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran

13) Model ini dapat mengurangi sifat individualistis peserta didik. Akhir-

akhir ini, peserta didik cenderung berkompetisi secara individual,

bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian kepada

teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang

sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan

dihasilkan warga negara yang egois, introfert (pendiam dan tertutup),

kurang bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan

lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima

kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini mulai terlihat

pada masyarakat kita, sedikit-sedikit melakukan demonstrasi,

keroyokan, saling sikut dan mudah terprovokasi (Rusman, 2011: 204).

b. Kelemahan Pembelajaran TAI

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TAI yaitu membutuhkan

keterampilan guru dalam menguasai kelas yang diajar dengan membentuk

kelompok kecil, membutuhkan biaya yang cukup besar terutama dalam

menyediakan lembar kerja kelompok, guru perlu sering mengoreksi hasil

pekerjaan peserta didik dan jika jumlah peserta didik dalam suatu kelas sangat

besar, guru dapat mengalami kesulitan dalam memberikan bantuan individu.

Pembelajaran Kooperatif tipe TAI menekankan tanggung jawab belajarnya

pada peserta didik. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar peserta

didik secara individual, oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak

digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas pada tipe ini adalah setiap peserta

didik secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh

guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan

dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok

bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

32

Menurut Alsa (2011:89) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ini

mampu meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional, sehingga dari uraian di atas diharapkan TAI dapat

meningkatkan kemampuan dan motivasi peserta didik dalam belajar ekonomi baik

secara kelompok maupun secara individual.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement

Individualization (STAD)

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Individualization (STAD) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang

membagi kelas dalam bentuk kelompok-kelompok yang bervariasi yang terdiri

dari peserta didik berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Setiap

kelompok diberi tugas untuk bekerjasama dan berdiskusi yang dipimpin oleh

ketua kelompok yag berperan sebagai tutor. Model pembelajaran kooperatif tipe

STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor

kemajuan individual, dan rekognisi tim. Menurut Rai dalam Khan (2011; 212)

model pembelajaran STAD yaitu: one of the many strategies in cooperative

learning, which helps promote collaboration and self-regulating learning skills.

Menurut Slavin (2010:143) STAD merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan yang paling baik

untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya

aktivitas dan interaksi diantara peserta didik untuk saling memotivasi dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang baik.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menempatkan peserta didik

dalam tim yang beranggotakan 4 sampai 6 orang yang anggotanya heterogen

menurut prestasi, jenis kelamin maupun suku. Guru menyajikan pelajaran

kemudian peserta didik bekerja dalam tim mereka dan memastikan bahwa seluruh

anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut yang kemudian seluruh peserta

didik diberikan tes tentang materi tersebut dan pada saat tes ini peserta didik tidak

diperbolehkan saling membantu.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

33

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki lima komponen utama

yaitu:

1. Presentasi Kelas

Materi pokok dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

pengenalan awal presentasi kelas. Presentasi kelas bisa dilakukan melalui

pengajaran secara langsung atau pengajaran diskusi dengan guru, tetapi bisa

juga presentasi menggunakan audio visual. Presentasi kelas dalam STAD

berbeda dengan pengajaran pada umumnya karena STAD hanya ditekankan

pada hal-hal pokok saja. Peserta didik selanjutnya harus mendalaminya

melalui pembelajaran kelompok. Peserta didik dituntut untuk bersugguh-

sungguh dalam memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dalam

presentasi kelas karena hal tersebut juga akan membantu mereka dalam

mengerjakan kuis yang nantinya juga akan mempengaruhi skor dari tim

mereka.

2. Tim atau Kelompok

Tim atau kelompok terdiri atas 4 sampai 6 orang peserta didik yang

mempunyai karakteristik berbeda atau heterogen baik dalam penguasaan

materi, jenis kelamin, maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah

memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai materi yang diberikan

dan juga untuk mempersiapkan anggota tim dalam menghadapi kuis,

sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan dengan baik. Setelah guru

mempresentasikan materi, anggota tim secara bersama-sama mempelajari

lembar kerja atau materi lain yang diberikan guru, dalam hal ini peserta didik

mendiskusikan masalah atau kesulitan yang ada, membandingkan jawaban

dari masing-masing anggota tim, dan membenarkan kesalahan konsep dari

anggota tim. Pada setiap langkah, titik beratnya terletak pada ingatan anggota

tim agar bisa bekerja yang terbaik demi timnya dan cara yang terbaik yang

harus dilakukan oleh tim adalah bekerjasama dengan baik.

3. Kuis

Setelah guru selesai mempresentasikan materi di kelas, dan setelah masing-

masing tim melakukan latihan dalam kelompoknya, peserta didik diberikan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

34

kuis secara individu. Setiap peserta didik bertanggungjawab secara individu

dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan, kemudian hasil yang

dicapai akan diberi skor. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman

materi setiap individu.

4. Skor Perkembangan Individu

Hal ini bertujuan untuk memberikan penghargaan pada setiap peserta didik

jika mereka mengerjakan dengan baik. Setiap tugas yang dikerjakan oleh

peserta didik diberi penilaian yang nantinya dapat dilihat perkembangannya

dari skor masing-masing individu. Dari skor perkembangan individu tersebut

dapat dilihat tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar. Gagasan

dibalik skor perkembangan individu adalah untuk memberikan kepada tiap

peserta didik tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja

lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.

Kemudian guru menghitung besarnya skor perkembangan yaitu dengan

membandingkan skor tes materi yang lalu dengan yang baru.

5. Rekognisi Tim/Penghargaan Tim

Tim akan mendapatkan rekognisi atau penghargaan jika dapat melampaui

kriteria yang telah ditentukan. Skor tim peserta didik akan digunakan untuk

menentukan tingkatan pemahaman peserta didik. Tim yang paling baik akan

diberikan penghargaan oleh guru, sehingga akan meningkatkan semangat

peserta didik pada masing-masing tim untuk melakukan yang sebaik-baiknya.

Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti memiliki kelebihan dan

kelemahannya. Secara rinci kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah:

1. Setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang

substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara

2. Menggalakkan interaksi secara aktif, positif dan kerjasama anggota kelompok

menjadi lebih baik

3. Membantu peserta didik untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial

yang lebih banyak

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

35

4. Peran guru menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator,

motivator dan evaluator

5. Peserta didik memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar, yaitu belajar untuk

dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar

6. Pengelompokkan peserta didik secara heterogen membuat kompetisi yang

terjadi di kelas menjadi lebih hidup

7. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota

kelompok

8. Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat peserta didik lebih

termotivasi

9. Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir

kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu

10. Adanya penghargaan dari guru, sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk

aktif dalam pembelajaran.

11. Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah memiliki

tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya nilai

kelompok baik

12. Model ini dapat mengurangi sifat individualistis peserta didik

Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan.

Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang

baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD, namun,

terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak

menutup kemungkinan terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan

berikut ini:

1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran

menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan

memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian

materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu

yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar

kegiatan peserta didik (LKS) sehingga peserta didik dapat bekerja secara

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

36

efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang

kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan

pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran

tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan

ruang kelas.

2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut sebagai

fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62). Dengan asumsi

tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator

dengan baik. Solusi yang dapat dijalankan adalah meningkatkan mutu guru

oleh pemerintah seperti mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat

wajib dan tidak membebankan biaya kepada guru serta melakukan pengawasan

rutin secara insindental. Guru sendiri perlu lebih aktif lagi dalam

mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran yang mudah diterapkan oleh guru pada proses pembelajaran

di dalam kelas dengan menempatkan peserta didik dalam beberapa kelompok

yang tiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 6 peserta didik. Selain itu, ada

beberapa alasan mengapa model pembelajaran kooperatif tipe STAD bisa dipilih

sebagai alternatif model pembelajaran karena STAD dapat memfasilitasi interaksi

antar peserta didik, dapat meningkatkan sikap, harga diri dan hubungan antar

personal, menambahkan sumber belajar dalam kelompok, dan harapannya dapat

mempersiapkan peserta didik yang mempunyai kemampuan bekerjasama dalam

tim agar kelak mampu masuk ke tatanan masyarakat modern dengan baik.

7. Hasil Belajar

Proses kegiatan belajar akan mendapatkan output yang dinamakan dengan

hasil belajar. Menurut Bloom dalam Suprijono (2012:6) hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

37

membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah

receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai),

organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor

meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan. Menurut pemikiran Gagne,

hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan

pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan

merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. 2) Keterampilan

intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan-kemampuan analitis-sintetis

fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-pronsip keilmuan. 3) Strategi kognitif

yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah. 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujudnya otomatisme

gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan

menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku (Suprijono, 2012:6)

Hasil belajar memiliki ciri-ciri yaitu: 1) tingkah laku baru berupa

kemampuan yang aktual, 2) kemampuan baru tersebut berlaku dalam waktu yang

lama, dan 3) kemampuan baru tersebut diperoleh melalui suatu peristiwa belajar

(Snelbecker dalam Mularsih, 2010:66). Perbuatan dan hasil belajar tersebut dapat

dimanifestasikan dalam wujud : 1) Pertambahan materi pengetahuan yang berupa

fakta; informasi, prinsip atau hukum atau kaidah prosedur atau pola kerja atau

teori sistem nilai-nilai dan sebagainya, 2) Penguasaan pola-pola perilaku kognitif

(pengamatan) proses berpikir; mengingat atau mengenal kembali, perilaku afektif

(sikap-sikap apresiasi, penghayatan, dan sebagainya); perilaku psikomotorik

(keterampilan-keterampilan psikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif), dan

3) Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang tangible maupun intangible.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

38

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku dan kemampuan yang diperoleh seseorang

setelah mengalami proses belajar dan diwujudkan dalam bentuk angka. Sehingga

untuk mengetahui perubahan tingkah laku dan kemampuan tersebut perlu

diadakan proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk penilaian pada

akhir kompetensi tertentu, pertengahan semester, akhir semester dan ujian akhir.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penerimaan peserta didik

terhadap suatu materi pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TAI dan STAD yang ditinjau dari motivasi belajar peserta didik diharapkan

mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik sehingga peserta didik dapat

belajar dengan optimal dan mampu bekerja sama dalam memecahkan masalah

pada soal yang diberikan.

a. Penilaian Hasil Belajar

Menurut Schwartz dkk dalam Hamalik (2008:157) penilaian adalah suatu

program untuk memberikan pendapat dan penentuan arti atau faedah suatu

pengalaman. Penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana peserta

didik telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan

pembelajaran.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil

belajar yang dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan

bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar peserta didik. Sedangkan untuk

penilaian hasil belajar merupakan upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam mencapai tujuan

pengajaran. Penilaian ini dilihat sejauh mana peningkatan hasil belajar peserta

didik selama pemberian materi, keefektifan dan efisiennya waktu dalam mencapai

tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku peserta didik. Oleh sebab itu,

penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil

merupakan akibat dari proses.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

39

Penilaian hasil belajar menentukan kualitas pendidikan. Oleh karena itu,

dalam melaksanakan penilaian menurut Hamalik (2008:158) hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip penilaian antara lain:

a. Menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas apa

yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil

penilaian. Sebagai patokan dalam merancang penilaian hasil belajar adalah

kurikulum yang berlaku dan buku pelajaran yang digunakan.

b. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar

mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap proses

belajar-mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.

c. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan

prestasi dan kemampuan peserta didik sebagaimana adanya, penilaian harus

menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.

d. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya.

Penilaian belajar pelajaran ekonomi adalah sebuah alat yang digunakan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan penguasaan dan pemahaman peserta didik

selama proses pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi. Alat pengukurnya

adalah berupa tes menggunakan soal-soal yang berhubungan dengan materi yang

diajarkan, lembar observasi peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung,

dan rubrik penilaian.

Hasil belajar ekonomi dapat diketahui dari hasil evaluasi belajar yang telah

dikerjakan oleh peserta didik. Hasil dari evaluasi tersebut berbentuk nilai yang

menunjukkan bagaimana tingkat penguasaan dan pemahaman yang dicapai oleh

peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran ekonomi. Jika hasil belajar

belum optimal, maka guru dapat mengambil langkah-langkah prefentif yang lain

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Penilaian autentik merupakan karakteristik lain yang menandai

pemberlakuan kurikulum 2013. Penilaian autentik sering pula disebut sebagai

penilaian yang senyata-nyatanya, yakni penilaian yang berusaha menggambarkan

hasil belajar peserta didik sesuai dengan kemampuan mereka yang sesungguhnya;

dalam artian tidak parsial dan tidak manipulatif. Parsial dalam artian hanya aspek

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

40

tertentu, misalnya pengetahuan ataupun keterampilan saja. Penilaian pada

Kurikulum 2013 semua aspek harus mendapatkan penilaian guru secara

proporsional, sedangkan manipulatif adalah terekayasa atau bersifat seolah-olah.

Hal itu terjadi karena kemampuan yang diukur dengan perangkat atau cara

pengukurannya tidaklah tepat. Oleh karenanya, penilaian autentik berusaha untuk

mengukur kemampuan peserta didik secara menyeluruh (holistic) yakni mencakup

sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Pelaksanaan penilaian tersebut dilakukan

saat berlangsungnya proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik, dan tidak

hanya pada akhir pembelajaran saja, hal itu terutama untuk aspek sikap dan

keterampilan. Kedua aspek tersebut dapat dilihat secara langsung dan nyata

(Kosasih, 2014:132).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik

adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang pengembangan dan

pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai

teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara

tepat bahwa tujuan pembelajaran adalah benar-benar dikuasai dan dicapai.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Rifa’i dan Anni (2009:97) seperangkat faktor yang memberikan

kontribusi belajar adalah kondisi internal dan kondisi eksternal peserta didik.

Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi

psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti

kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas

kondisi internal yang dimiliki oleh peserta didik akan berpengaruh terhadap

kesiapan, proses, dan hasil belajar. Faktor lainnya adalah kondisi eksternal yang

terdiri dari variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari

(direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar

masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar.

Hal yang sama disampaikan oleh Hamalik (2009:32-33) yang menyebutkan

faktor-faktor belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor

kondisional yang ada. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

41

1. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; peserta didik yang belajar

melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neurial system, seperti melihat,

mendengar, merasakan, berfikir, kegiatan motoris dan sebagainya maupun

kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan,

sikap, kebiasaan, dan minat.

2. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling dan reviewing

agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang

belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.

3. Belajar lebih berhasil jika peserta didik merasa berhasil dan mendapatkan

kepuasannnya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang

menyenangkan.

4. Peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal

dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong

belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi.

5. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman

belajar antara yang lama dengan yang baru secara berurutan diasosiasikan

sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

6. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang

telah dimiliki oleh peserta didik, besar peranannya dalam proses belajar.

Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-

pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.

7. Faktor kesiapan belajar. Peserta didik yang telah siap belajar akan dapat

melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan

ini erat kaitannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan dan tugas-

tugas perkembangan.

8. Faktor motivasi dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong peserta

didik belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila

peserta didik tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau

merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.

Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit

untuk berhasil.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

42

9. Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan peserta didik yang belajar sangat

berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan

menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang

sempurna. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau

tidaknya peserta didik yang belajar.

10. Faktor intelegensi. Peserta didik yang cerdas akan lebih berhasil dalam

kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran

dan lebih mudah mengingatnya.

8. Motivasi

a. Motivasi Menurut Para Ahli

Secara umum teori motivasi dibagi dalam dua kategori, yaitu teori content

(kandungan) yang memusatkan perhatian pada kebutuhan dan sasaran tujuan, dan

teori proses yang banyak berkaitan dengan bagaimana orang berperilaku dan

mengapa mereka berperilaku dengan cara tertentu.

1. F.W Taylor dan Manajemen Ilmiah

Menurut Uno (2011:39) pendekatan yang dilakukan oleh tokoh ini adalah

memusatkan perhatian membuat pekerjaan seefektif mungkin dengan

merampingkan metode kerja, dan penilaian pekerjaan. Pekerjaan dibagi-

bagikan dalam beberapa komponen diukur dengan menggunakan teknik-

teknik penelitian pekerjaan dan diberi imbalan sesuai dengan produktivitas.

Dengan pendekatan ini, motivasi yang disebabkan imbalan keuangan dapat

dicapai dengan memenuhi sasaran-sasaran keluaran.

2. Hierarki Kebutuhan Maslow

Hierarki ini didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah

memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu mereka ingin bergeser ke tingkat

yang lebih tinggi. Maslow menyebutkan lima tingkat tersebut berupa: 1)

kebutuhan fisiologis, 2) kebutuhan akan rasa aman, 3) kebutuhan akan cinta

kasih atau kebutuhan sosial, 4) kebutuhan akan penghargaan, 5) kebutuhan

aktualisasi diri (Uno, 2011:41-42).

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

43

3. Teori Keberadaan, Keterkaitan, dan Pertumbuhan (Existence, Relatedness,

and Growth ERG) Aldefer

Menurut teori ERG, konsep motivasi yaitu apabila tingkat kebeutuhan

tertentu tidak dapat dipuaskan, maka seseorang akan kembali pada ke tingkat

yang lain (Uno, 2011:43)

4. Teori Motivasi Kesehatan Herzberg

Herzber mengembangkan teori motivasi dua faktor. Teori tersebut

mendalilkan adanya beberapa faktor yang apabila tida ada, menyebabkan

ketidakpuasan dan yang terpisah dari faktor motivasi lain yang

membangkitkan upaya dan kinerja sangat istimewa (Uno, 2011:44).

5. Teori X dan Teori Y McGregor

Teori ini beranggapan bahwa manajer teori X memandang para pekerja

sebagai pemalas yang tidak dapat diperbaiki, dan oleh karena itu mereka

cenderung menggunakan pendektan “wortel dan tongkat” untuk

menanganinya. Sedangkan manajer teori Y memandang bekerja harus

seimbang dengan istirahat dan bermain dan bahwa orang-orang pada dasarnya

cenderung untuk bekerja keras dan melakukan pekerjaan dengan baik. teori

bahwa seorang manajer itu mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara

mereka menangani dan memotivasi bawahan (Uno, 2011: 45).

6. Teori Manusia Kompleks

Motivasi dipengaruh terutama oleh sifat hubungan kemitraan dalam pekerjaan

(Uno, 2011:46).

b. Motivasi Belajar

Menurut Gagne, proses belajar yang baik diawali dari dorongan atau

motivasi, alasannya dari motivasilah akan muncul harapan-harapan terhadap apa

yang dipelajari. Demikian halnya pada peserta didik, jika ia memiliki motivasi

dan harapan tinggi kelak ia ada kemungkinan akan berhasil dalam proses

belajarnya. Sebaliknya, jika peserta didik tidak memiliki motivasi dipastikan ia

tidak akan berhasil atau tidak bisa meraih hasil yang optimal (Kosasih, 2014:122).

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

44

Menurut Mc Donald dalam Hamalik (2010:173), “Motivation is a energy

change within the person caracterized by affective arousal and anticipatory goal

reaction”, yang artinya Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi

seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai

tujuan. Lebih jauh lagi Mc Donald merumuskan motivasi ini kedalam tiga unsur

yaitu: 1)Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, 2)Motivasi

ditandai dengan timbulnya perasaan, 3)Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk

mencapai tujuan

Kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di

dalam diri peserta didik yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan

memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai”.

Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu.

Motivasi dalam belajar merupakan faktor yang sangat penting karena hal tersebut

merupakan keadaan yang mendorong peserta didik untuk melakukan belajar

dimana hasil belajar akan menjadi optimal apabila mempunyai motivasi. Motivasi

akan menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik.

Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,

menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk

bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Motivasi belajar merupakan kecenderungan peserta didik dalam melakukan

kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil

belajar sebaik mungkin. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang

menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Motivasi mengandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,

menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar

(Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan Tefler, 1987 dalam

Dimyati dan Mudjiono, 2006).

Sumber munculnya motivasi belajar ada tiga sebagaimana disampaikan oleh

Kosasih (2014:123) yaitu: 1) couriosity (rasa ingin tahu) atas stimulus atau

rangsangan yang baru, kompleks dan tidak biasa, 2) menentukan arah perbuatan,

yakni menentukan perbuatan-perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

45

serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak

bermanfaat bagi tujuan tersebut. Motivasi belajar dapat diberikan oleh guru

kepada peserta didik melalui dua cara yaitu: 1) Meningkatkan mutu pembelajaran,

untuk tujuan itu maka diperlukan lima macam teknologi pembelajaran yaitu

berfikir sistematis, desain sistem, ilmu pengetahuan yang bermutu, manajemen

perubahan, dan teknologi pembelajaran, 2) Mempengaruhi harapan peserta didik,

dengan demikian peserta didik percaya bahwa keterlibatannya dalam proses untuk

suatu keberhasilan. Jika guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mampu

mempengaruhi harapan maka guru tersebut sudah memberikan motivasi belajar

kepada peserta didik.

Motivasi belajar menurut Uno (2011:9) dibedakan menjadi dua yaitu:

motivasi belajar intrinsik dan motivasi belajar ekstrinsik. Motivasi belajar

intrinsik meliputi: 1) Penyesuaian tugas dengan minat, 2) Perencanaan yang

penuh dengan variasi, 3) Umpan balik atas respon peserta didik, 4) Kesempatan

respon peserta didik yang aktif, dan 5) Kesempatan peserta didik untuk

menyesuaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan motivasi ekstrinsik meliputi: 1)

Penyesuaian tugas dengan minat, 2) Perencanaan yang penuh dengan variasi, 3)

Respon peserta didik, 4) Kesempatan peserta didik yang aktif, 5) Kesempatan

peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya, dan 6) Adanya kegiatan

yang menarik dalam belajar.

Lebih jauh Uno (2011:23) menjelaskan bahwa motivasi belajar dapat timbul

karena fakor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan

kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah

adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan

pembelajaran yang menarik. Indikator motivasi belajar diklasifikasikan sebagai

berikut: 1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, 2) Adanya dorongan dan

kebutuhan dalam belajar, 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) Adanya

penghargaan dalam belajar, 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang

peserta didik dapat berjalan dengan baik (Uno, 2011:23)

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

46

c. Strategi Mengembangkan Motivasi

Banyak pihak yang menganggap bahwa motivasi belajar lebih banyak

ditentukan oleh peserta didik itu sendiri. Padahal gurupun memiliki peran sebagai

motivator. Guru harus menolong peserta didiknya supaya mempunyai hasrat

untuk belajar. Sudah menjadi keharusan bagi seorang guru untuk menyiapkan

rangsangan yang kuat bagi peserta didik agar mau belajar. Seorang motivator

bertugas memberikan inspirasi atau dorongan supaya proses belajar mengajar

menyenangkan. Seorang guru untuk menjadi motivator juga tidak terlepas dari

perannya sebagai pengelola kelas. Seorang guru harus memikirkan atau

merancang kegiatan di dalam kelas agar menarik perhatian dan merangsang siwa

untuk belajar. Guru juga harus melihat diri dan peserta didiknya sebagai tim

dalam belajar dan sebagai teman sekerja dalam belajar.

Strategi utama dalam membangkitkan motivasi belajar pada dasarnya

terletak pada guru itu sendiri, oleh karena itu seorang guru seharusnya

mengembangkan beberapa jenis kualitas berikut agar dapat berperan sebagai

motivator menurut Kosasih (2014: 124-126):

1. Guru turut terlibat dalam kehidupan peserta didik. Salah satu bukti guru

menyayangi peserta didik adalah dengan melibatkan dirinya dalam kehidupan

mereka. Kerelaan dan ketulusan guru untuk melayani mereka secara pribadi

juga akan mendorong untuk memberikan waktu bagi para peserta didiknya

dan mendengar keluh kesah mereka. Guru harus berusaha memahami

permasalahan yang dihadapi termasuk juga melakukan kunjungan pribadi.

Perbuatan yang demikian akan dirasakan oleh peserta didik. Mereka akan

mampu membedakan mana perbuatan gurunya yang dilandasi rasa sayang dan

mana yang dilakukan dengan kepura-puraan. Dengan tindakan ini, guru sudah

berhasil merebut hari peserta didiknya sehingga memudahkannya untuk

menanamkan motivasi kepada mereka.

2. Upaya seorang guru untuk membangun motivasi yang baik bagi peserta

didiknya di luar kelas akan rusak jika sikapnya dihadapan peserta didik salah.

Sebagian besar pemberian motivasi bergantung pada hubungan guru dengan

murid dalam susasana belajar di dalam kelas.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

47

3. Berikan insentif jika peserta didik bersemangat belajar. Insentif yang

diberikan kepada peserta didik tidak selalu harus berupa materi tetapi juga

bisa berupa penghargaan dan perhatian.

4. Terangkan dengan bahasa yang dimengerti peserta didik bahwa belajar itu

berguna baginya, bukan hanya sekedar menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

5. Mengajarkan pada peserta didik pelajaran-pelajaran dengan metode active

learning, learning by doing, learning through playing, dan cooperative

learning. Salah satu tujuannya adalah agar peserta didik mengasosiasikan

belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan.

9. Kaitan Motivasi dengan Hasil Belajar

Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi

akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan peserta didik. Para

peserta didik yang memiliki motivasi tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan

dengan peserta didik yang motivasi belajarnya rendah. Hal ini dapat dipahami,

karena peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun dalam

belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat

mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar yang

dilakukannya.

Menurut Hamdi (2011: 85) motivasi belajar besar pengaruhnya terhadap

hasil belajar peserta didik. Hasil belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan

hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil. Peningkatan

hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah

motivasi untuk belajar.

Senada dengan Hamdi, menurut Dahl (2011:605) menyatakan bahwa hasil

belajar peserta didik salah satunya dipengaruhi oleh motivasi belajar. Motivasi

dibedakan menjadi dua yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu

(instrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar individu (ekstrinsik). Semakin

tinggi motivasinya dalam belajar akan berdampak pada hasil belajar yang semakin

tinggi pula.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

48

Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar mengajar sangat penting,

karena motivasi dapat mendorong pesera didik untuk melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Motivasi dapat

memberikan semangat kepada peserta didik dalam kegiatan-kegiatan belajarnya

dan memberi petunjuk atas perbuatan yang dilakukannya. Berdasarkan pernyataan

tersebut, maka harus dilakukan suatu upaya agar peserta didik memiliki motivasi

belajar yang tinggi, dengan demikian peserta didik yang bersangkutan dapat

mencapai hasil belajar yang optimal.

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan,

menjamin kelangsungan, dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga

diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi dalam kegiatan belajar sangat

dibutuhkan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar tidak akan

mungkin melakukan aktivitas belajar (Kosasih, 2014: 123).

Uno (2011:23) menjelaskan bahwa motivasi belajar dapat timbul karena

fakor instrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan

belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan pembelajaran yang

menarik. Indikator motivasi belajar diklasifikasikan sebagai berikut: 1) adanya

hasrat dan keinginan untuk berhasil, 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam

belajar, 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) adanya penghargaan

dalam belajar, 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan 6) adanya

lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang peserta

didik dapat berjalan dengan baik.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

49

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan:

Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Van Dat

Tran (2014)

The Effects of

Cooperative Learning

on the Academic

Achievement and

Knowledge Retention

Penelitian ini meneliti tentang

penggunaan model

pembelajaran kooperatif.

Dalam penelitiannya, peserta

didik dibagi menjadi dua

kelompok yakni kelompok

eksperimen dan kelompok

kontrol. Hasil menunjukkan

setelah 8 minggu penerapan

model pembelajaran

kooperatif mampu mencapai

skor nilai yang lebih

signifikan dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

2 Zaheer

Ahmad dan

Nasir

Mahmood

(2010)

Effects of Cooperative

Learning vs. Traditional

Instruction on

Prospective Teachers’

Learning Experience

and Achievement

Terdapat perbedaan prestasi

belajar peserta didik yang

signifikan dengan

penggunaan model

pembelajaran kooperatif

dibandingkan dengan model

pembelajaran tradisonal.

3 Ehsan

Alijanian

(2012)

The Affect of Student

Team Achievement

Division Technique on

English Achievement of

Iranian EFL Learners

Penelitian ini dilakukan pada

sebuah sekolah SMP di Iran

untuk mata pelajaran bahasa

Inggris dengan menerapkan

model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Hasil

penelitian menunjukkan

bahwa perbedaan antara 2

kelas cukup signifikan, dan

kelompok eksperimen yang

nenerapkan model

pembelajaran STAD lebih

unggul daripada kelompok

kontrol dalam hal prestasi

Bahasa Inggris.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

50

4 Monchai

Tiantong dan

Sanit

Teemuangsai

(2013)

Student Team

Achievement Divisions

(STAD) Technique

through the Moodle to

Enhance Learning

Achievement

Kelompok eksperimen yang

menerapkan model

pembelajaran STAD

memiliki hasil yang lebih

signifikan dibandingkan

dengan kelas kontrol

5 Gul Nazir

Khan dan

Dr. Hafiz

Muhammad

Inamullah (2011)

Effect of Student’s Team

Achievement Division

(STAD) on Academic

Achievement of Students

Peneliti membandingan

penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan model

pembelajaran tradisional pada

mata pelajaran kimia di

sekolah menengah di Pakistan

dan hasilnya menunjukkan

bahwa pencapaian prestasi

belajar kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol

menghasilkan perbedaan

yang sangat signifikan

dimana kelompok eksperimen

lebih unggul dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

6 Nagih

Balfakih,

M.A. (2010)

The effectiveness of

student

teamachievement

division (STAD) for

teaching high school

chemistry in the United

Arab Emirates

Temuan menunjukkan bahwa

STAD adalah metode

pengajaran yang lebih efektif

daripada metode-pengajaran

tradisional dalam mengajar

kelas kimia kelas sepuluh di

Uni Emirat Arab. Hasil

penelitian juga menunjukkan

bahwa semua sub kelompok

manfaat dari penggunaan

STAD sebagai metode

pengajaran alternatif. Nilai

prestasi peserta didik dari

semua peserta didik di

kelompok eksperimen

meningkat dibandingkan

rekan mereka di kelompok

kontrol

7 Suhartono,

dkk (2014)

The Influence of

Learning Method of

Students Team

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa model pembelajaran

STAD lebih baik

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

51

Achievement Divisions

(STAD), Inquiry Based

Learning (IBL), and

Expositry

(Conventional) and

Reading Interest

Towards Writing

Competence

dibandingkan IBL dan

konvensional.

8 Darren W.

Dahl dan

Kamal

Smimou

(2011)

Does motivation

matter? On the

relationship between

perceived quality of

teaching and students’

motivational

orientations

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa motivasi intrinsik

sangat berpengaruh terhadap

hasil belajar peserta didik,

dan motivasi ekstrinsik juga

cukup berpengaruh terhadap

hasil belajar peserta didik

9 Asmadi Alsa

(2011)

Pengaruh Metode

Belajar Team Assited

Individualization

terhadap Prestasi

Belajar Statistika pada

Mahasiswa Psikologi

Ada perbedaan prestasi

belajar statistika yang sangat

signifikan antara kelompok

mahasiswa yang diajar

dengan metode TAI dan

kelompok mahasiswa yang

diajar dengan metode

konvensional. Kelompok

mahasiswa yang diajar

dengan metode TAI rata-rata

prestasi belajarnya lebih

tinggi daripada kelompok

yang diajar dengan metode

konvensional

10 Heni

Mularsih

(2010)

Strategi Pembelajaran,

Tipe Kepribadian dan

Hasil Belajar Bahasa

Indonesia pada Peserta

didik Sekolah

Menengah Pertama

(1) hasil belajar peserta didik

yang mengikuti strategi

pembelajaran kooperatif lebih

tinggi daripada yang

mengikuti pembelajaran

individual, (2) tidak ada

perbedaan yang signifikan

antara hasil belajar peserta

didik yang berkepribadian

ekstrovert dan introvert, (3)

terdapat interaksi yang positif

antara strategi pembelajaran

dan tipe kepribadian peserta

didik pada hasil belajar

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

52

bahasa Indonesia, (4) hasil

belajar peserta didik yang

ekstrover, yang mengikuti

strategi pembelajaran

kooperatif lebih tinggi

daripada mengikuti strategi

pembelajaran individual, (5)

hasil belajar peserta didik

yang introvert, yang

mengikuti strategi

pembelajaran individual lebih

tinggi daripada mengikuti

strategi pembelajaran

kooperatif. Simpulannya,

strategi pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar

bahasa Indonesia peserta

didik dengan

mempertimbangkan tipe

kepribadian peserta didik.

11 Fitri

Apriyani

Pratiwi,

Mardiyana

dan Sri

Subanti

(2014)

Eksperimentasi Model

Pembelajaran

Kooperatif Tipe Team

Assisted

Individualization

dengan Assesment for

Learning pada Materi

Bangun Ruang Ditinjau

dari Kemampuan

Spasial Siswa Kelas

VIII SMP Negeri di

Kabupaten Karanganyar

Model pembelajaran TAI

dengan AfL mempunyai hasil

belajar lebih baik

dibandingkan dengan model

pembelajaran langsung.

12 Doni

Susanto

(2014)

Perbandingan Hasil

Belajar Matematika

dengan Menggunakan

Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD,

TAI dan TGT

Hasil pembelajaran

matematika dengan

menggunakan model

pembelajaran TAI merupakan

hasil belajar matematika yang

paling baik pada pokok

bahasan bangun sisi ruang

datar dibandingkan dengan

model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan

TGT.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

53

13 Ghullam

Hamdu, Lisa

Agustina

(2011)

Pengaruh Motivasi

Belajar Peserta didik

terhadap Pestasi Belajar

IPA di Sekolah Dasar

Hasil penelitiannya adalah:

interprestasi tingkat

reliabilitas tinggi besarnya

pengaruh motivasi belajar

terhadap prestasi belajar IPA

adalah sebesar 48,1% yang

artinya motivasi sangat

berpengaruh besar terhadap

prestasi belajar.

C. Kerangka berfikir

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dibentuk sebuah kerangka berfikir

penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Salah satu faktor keberhasilan peserta didik adalah bagaimana seorang guru

mampu menerapkan model pembelajaran yang membawa peserta didik dalam

mencapai tujuan belajar, dan hal yang mempengaruhi kurang berhasilnya

pembelajaran adalah kurang sesuainya metode dengan karakteristik materi

yang disampaikan. Selain itu guru juga kurang mengaktifkan peserta didik dan

pembelajaran masih berlangsung dalam bentuk transfer pengetahuan yang

menghasilkan kemampuan visual, hanya dalam bentuk kemampuan hafalan

dan masih jauh dari konsep pemberdayaan berfikir yang hal ini berakibat pada

kemampuan peserta didik yang sulit untuk berkembang. Untuk itu diperlukan

suatu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk

memahami suatu konsep dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar dan motivasi belajar peserta didik serta membangun pemahaman, saling

membantu dan bekerjasama antar tim untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif. Dengan

mempertimbangkan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar, fasilitas-

media yang tersedia dan kondisi guru itu sendiri, model pembelajaran

kooperatif yang dipilih yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) dan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD). Kedua model pembelajaran

inilah yang akan digunakan sebagai penelitian. Penelitian akan dibagi menjadi

dua kelompok yakni satu kelompok I sebagai kelompok eksperimen yang

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

54

mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, dan kelompok

lainnya yakni kelompok eksperimen II yang mendapat perlakuan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berdasarkan hal tersebut, diduga ada

pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI maupun STAD

terhadap hasil belajar ekonomi.

2. Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar salah satunya motivasi

belajar. Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri seseorang agar

berperilaku belajar aktif dalam kegiatan proses pembelajaran dimana motivasi

dalam belajar mrupakan faktor yang penting karena dapat mendorong peserta

didik untuk melakukan kegiatan belajar agar mendapat hasil atau pencapaian

yang maksimal. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih

cenderung memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukannya dan

berusaha keras untuk menguasai materi pembelajaran agar memperoleh hasil

yang maksimal. Sedangkan peserta didik dengan motivasi belajar rendah

tentunya kurang bersemangat dan kurang berusaha untuk menguasai materi

pelajaran dan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas

pembelajaran. Dengan demikian, maka diduga motivasi belajar peserta didik

berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar.

3. Keberhasilan dalam pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh penggunaan

model pembelajaran namun motivasi yang dimiliki oleh peserta didik juga

berperan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Pada

pembelajaran kooperatif, para peserta didik harus berusaha membantu teman-

teman anggota kelompoknya untuk memahami materi, sehingga diperlukan

motivasi yang kuat agar dalam prosesnya berjalan dengan tepat. Penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan STAD dalam pembelajaran

ekonomi turut menentukan hasil belajar peserta didik, didukung dengan adanya

motivasi belajar peserta didik. Dengan demikian diduga terdapat interaksi

antara penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan motivasi belajar

peserta didik.

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S991408019_bab2.pdf · belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan

55

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat digambarkan kerangka berpikir

sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berfikir maka hipotesis penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization (TAI) dan Student Team Achievement

Division (STAD) terhadap hasil belajar ekonomi

2. Terdapat perbedaan pengaruh antara motivasi belajar tinggi dan motivasi

belajar rendah peserta didik terhadap hasil belajar ekonomi

3. Terdapat interaksi antara motivasi dengan pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) dan Student Team Achievement Division

(STAD) terhadap hasil belajar ekonomi

Peserta didik

Model TAI

Model STAD

Motivasi Tinggi

Motivasi Rendah

Motivasi Tinggi

Motivasi Rendah

Proses

Pembelajaran

Hasil

Belajar

Baik

Tidak

Baik