BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

19
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian Teori 1.1.1. Hakikat IPA SD IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan sangat penting dan alam kehidupan manuasia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kita sangat tergantung dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya. Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur Marsetio Donosepoetro (dalam Trianto 2014: 137). Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran dissiminasi pengetahuan. Sementara itu, menurut Laksmi Prihantoro dkk (dalam Trianto 2014: 137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk produk sains, dan sebagai aplikasi, teori teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1. Kajian Teori

1.1.1. Hakikat IPA SD

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan sangat

penting dan alam kehidupan manuasia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kita

sangat tergantung dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang

terjadi di alam. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu

mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan

(reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya.

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah,

dan sikap ilmiah. Selain itu IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk,

dan sebagai prosedur Marsetio Donosepoetro (dalam Trianto 2014: 137). Sebagai

proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan

tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk

diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah

atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran dissiminasi

pengetahuan.

Sementara itu, menurut Laksmi Prihantoro dkk (dalam Trianto 2014: 137)

mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi.

Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan

konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang

dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan

produk – produk sains, dan sebagai aplikasi, teori – teori IPA akan melahirkan

teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

9

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis

kompetensi Depdiknas (dalam Trianto 2014: 138) adalah sebagai berikut.

a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

c. Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang melek sains dan

teknologi.

d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang

melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis,

pengujian hipotesismelalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan

teori dan konsep.

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan

maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan – tujuan tertentu, yaitu:

1. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan

bagaimana bersikap;

2. Menanamkan sikap hidup ilmiah;

3. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan;

4. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai

para ilmuwan penemunya;

5. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan. Prihantro Laksmi (dalam Trianto 2014: 142).

Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto 2014: 136), bahwa hakikatnya IPA

mesti tercermin dalam tujuan pendidikan dan metode mengajar yang digunakan.

Demikian demikian, pembelajaran IPA pada tingkat pendidikan manapun harus

dikembangkan dengan memahami berbagai pandangan tentang makna IPA, yang

dalam konteks pandangan hidup dipandang sebagai satu instrument untuk

mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sosial media. Tujuan pembelajaran IPA

secara khusus dalam pendidikan taksonomi Bloom bahwa :

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan

tujuan utama dari pembelajaran. Sehingga dapat bermanfaat untuk kehidupan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

10

sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk

dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan

serta keteraturannya. Di samping hal itu, pembelajaran sains diharapkan

memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif),

pemahaman, kebiasaan dan apresiasi. Di dalam mencari jawaban terhadap suatu

permasalahan. Prihantro Laksmi (dalam Trianto: 142).

Proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan

keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta - fakta, membangun

konsep - konsep, teori - teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya

dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk

pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar fisika hanya mengahafalkan fakta,

prinsip atau terori saja. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran

IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk

menemukan atau menerapkan sendiri ide - idenya. Guru hanya memberi arahan

yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemaham yang lebih tinggi. Nur

dan Wikandari (dalam Trianto 2014: 143).

1.2. Model Pembelajaran

Menurut Dick & Carey, Weils, Benety (dalam Asih Widi Wisudawati dan

Eka Sulistyowati 2014: 47) pendekatan pembelajaran adalah muatan – muatan

etis-pedagogis yang menyertai kegiatan proses pembelajaran yang religious atau

spiritual, rasional atau intelektual, emosional, fungsional, keteladanan,

pembiasaan dan pengalaman. Stategi pembelajaran adalah cara – cara tertentu

yang digunakan secara sistematis dan prosedural dalam proses pembelajaran

untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Metode pembelajaran

adalah cara – cara yang berbeda untuk mencapai hasil belajar yang berbeda, dalam

kondisi yang berbeda berdasarkan kompetensi pembelajaran yang ditetapkan

(ceramah, diskusi, tanya jawab, dan lain – lain). Model pembelajaran merupakan

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

11

Jadi, model pembelajaran adalah proses pembelajaran yang mencakup

pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.

1.2.1. Model Example Non Example

Model pembelajaran Example Non Example merupakan strategi

pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan

materi pelajaran, yang bertujuan untuk mendorong siswa untuk belajar berpikir

kritis untuk memecahkan permasalahan yang termuat dalam contoh – contoh

gambar yang disajikan. Penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat

menganalisis gambar yang disajikan, kemuadian dideskripsikan secara singkat isi

dari sebuah gambar. Gambar dapat ditampilkan melalui OHP, proyektor, atau

yang paling sederhana, yaitu poster. Gambar harus jelas terlihat meski dari jarak

jauh, sehingga siswa yang berada di bangku belakang dapat melihat dengan jelas.

Model pembelajaran Example Non Example ditujukan untuk mengajarkan

siswa dalam belajar memahami dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada

umumnya dipelajari melalui dua cara yaitu pengamatan dan definisi.

Langkah – langkah penerapan model pembelajaran Example Non Example

dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan gambar – gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

c. Guru membentuk kelompok – kelompok yang masing – masing terdiri dari

2-3 siswa.

d. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok

untuk memperhatikan dan/atau menganalisis gambar.

e. Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas.

f. Memberi kesempatan bagi tiap kelompok untuk membacakan hasil

diskusinya.

g. Berdasarkan komentar atau hasil diskusi siswa, guru menjelaskan materi

sesuai tujuan yang ingin dicapai.

h. Penutup.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

12

Menurut Buehl (dalam Miftahul Huda 2013: 235), model pembelajaran

Example Non Example melibatkan siswa untuk:

1. Menggunakan sebuah contoh untuk memperluas pemahaman sebuah

konsep dengan lebih mendalam dan lebih kompleks;

2. Melakukan proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka

membangun konsep secara progresif melalui pengalaman langsung

terhadap contoh – contoh yang mereka pelajari; dan

3. Mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan

mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih

memiliki karakteristik konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Kelebihan model pembelajran Example Non Example adalah:

a. Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar;

b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; dan

c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

Model pembelajran Example Non Example memiliki kelemahan yaitu

tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dalam bentuk gambar, dan

persiapannya yang terkadang membutuhkan waktu lama.

1.2.2. Komponen – Komponen Model Pembelajaran Example Non

Example

Joyce dan Weill (dalam Miftahul Huda 2013: 73) mendeskripsikan model

pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum, mendesain materi – materi instruksional, dan memandu proses

pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda. Model pengajaran

dirancang untuk tujuan – tujuan tertentu, pengajaran konsep – konsep informasi,

cara – cara berpikir, studi nilai – nilai sosial dan sebagainya dengan meminta

siswa untuk terlibat aktif dalam tugas – tugas kognitif dan sosial tertentu.

Implementasi setiap model dideskripsikan dalam aspek struktur umum, antara

lain: sintak, sistem sosial,tugas/peran guru, dan pengaruh model.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

13

1. Sintak

Sintak (tahap – tahap) model pengajaran merupakan deskripsi

implementasi model lapangan, merupakan rangkaian sistematis aktivitas –

aktivitas dalam model pembelajaran.

Tahap – tahap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan model Example non

example.

Kegiatan guru Tahap pelaksanaan Kegiatan siswa

Guru menyajikan gambar

yang ditampilkan di

papan tulis / ohp

Menganalisis gambar

yang ditampilkan di

papan tulis / ohp

Mengamati gambar,

menganalisis isi

gambar maka akan

timbul rasa ingin tahu

pada diri siswa.

Guru memancing siswa

untuk bertanya mengenai

gambar

Pemberian petunjuk

mengenai gambar

Siswa menggali

informasi dari petunjuk

yang dinerikan guru

melalui diskusi

kelompok

Guru memberi

kesempatan untuk

menuliskan informasi

yang di dapat siswa dari

pengetahuannya

berdasarkan gambar

Perumusan tugas Membacakan hasil

diskusi

Guru memberi

kesempatan siswa untuk

mengemukakan

pendapatnya berdasarkan

gambar

Mendaur ulang aktifitas

siswa

Tanya jawab

menegenai hasil

diskusi .

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

14

2. Sistem sosial

Sistem sosial mendeskripsikan peran dan relasi antara guru dan siswa.

Dalam model ini guru sebagai fasilitaor, guru memberi petunjuk dari proses

pembelajaran, dan bagaimana siswa merespon pembelajaran yang dilakukan

dengan menggunakan model example non example.

3. Tugas/Peran Guru

Tugas/Peran Guru mendeskripsikan bagaimana seorang guru harus

memandang siswanya dalam merespon apa yang dilakukan siswanya. Guru

menciptakan siswa berpartisipasi dalam pembelajaran, sehingga siswa merespon

dan aktif dalam pembelajaran dan memberi pengalaman baru terhadap siswa.

4. Sistem Dukungan

Sistem Dukungan mendeskripsikan kondisi – kondisi yang mendukung

yang seharusnya diciptakan atau dimiliki oleh guru dalam menerapkan model

pembelajaran. Dengan media gambar sebagai sarana belajar siswa diharapkan

mampu menganalisis isi gambar dan memperoleh informasi dari gambar.

5. Pengaruh

Pengaruh merujuk pada efek – efek yang ditimbulkan oleh setiap model.

pengaruh ini terbagi menjadi dua: Instruksional dan pengiring. Pengaruh

intruksional merupakan pengaruh langsung dari model tertentu yang disebabkan

oleh konten atau skill yang menjadi dasar pelaksanaannya. Pengaruh pengiring

merupakan pengaruh yang sifatnya implisit dalam lingkungan belajar, pengaruh

ini merupakan pengaruh tidak langsung dari model pengajaran tertentu. Pengaruh

instruksional secara khusus yang terdapat dalam pembelajaran IPA dengan materi

Hubungan sumber daya alam dengan lingkungan melalui model pembelajaran

example non example adalah kemampuan mengidentifikasi Berbagai jenis sumber

daya alam berdasarkan manfaatnya dan ketersediannya serta menggolongkan

menurut jenisnya. Pengaruh pengiring yang secara khusus akan didapatkan siswa

dalam pembelajaran IPA dengan materi gaya melalui model example non example

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

15

adalah kritis, kerja sama, tanggung jawab, percaya diri. Pengaruh instruksional

dan dampak pengiring dalam model example non example digambarkan dalam

bagan berikut.

Bagan 2.1

Pengaruh intruksional dan pengiring model pembelajaran example non

example

Example

non

example

Kritis

Kerja sama

Tanggung

jawab

Percaya diri

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

Berdasarkan

manfaatnya

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

berdasarkan

jenisnya.

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

berdasarkan

ketersediannya

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

16

1.2.3. Model Make A Match

Model make a match dikembangkan pertama kali pada 1994 oleh Lorna

Curran, strategi make a match menjadi salah satu strategi penting dalam ruang

kelas . Langkah – langkah penerapan strategi model make a match sebagai

berikut:

a. Membuat bebrapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari

(jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya dalam

kartu – kartu pertanyaan.

b. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang telah dibuat

dan menulisnya dalam kartu – kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu

pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna.

c. Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan

sanksi bagi siswa yang gagal (disini, guru dapat membuat aturan ini

bersama – sama dengan siswa).

d. Menyediakan lembaran untuk mencatat penskoran presentasi.

Kelebihan strategi make a match antara lain:

1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun

fisik.

2. Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.

3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.

5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu belajar.

Adapun kelemahan strategi make a match adalah:

a. Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu

terbuang.

b. Pada awal – awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu

berpasangan dengan lawan jenisnya.

c. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang

kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

17

d. Guru harus hati – hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa

yang mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.

e. Menggunakan metode ini terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

1.2.4. Komponen – Komponen Model Pembelajaran Make A Match

Joyce dan Weill Joyce (dalam Miftahul Huda 2013: 73) mendeskripsikan

model pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum, mendesain materi – materi instruksional, dan memandu

proses pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda. Model pengajaran

dirancang untuk tujuan – tujuan tertentu, pengajaran konsep – konsep informasi,

cara – cara berpikir, studi nilai – nilai sosial dan sebagainya dengan meminta

siswa untuk terlibat aktif dalam tugas – tugas kognitif dan sosial tertentu.

Implementasi setiap model dideskripsikan dalam aspek struktur umum, antara

lain: sintak, sistem sosial,tugas/peran guru, dan pengaruh model.

1. Sintak / Lagkah – langkah

Tahap – tahap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan model make a match.

Kegiatan guru Tahap pelaksanaan Kegiatan siswa

Guru menyiapkan beberapa

kartu sesuai dengan topik.

Setiap siswa

mendapat sebuah

kartu yang bertuliskan

soal dan jawaban.

Memikirkan jawaban,

mencari jawaban dan

soal yang tepat.

Guru memberi kesempatan

siswa untuk mencari

jawaban/ soal dari kartu.

Menimbulkan rasa

keingintahuan siswa

untuk menemukan

soal/ jawaban dari

kartu.

Menggali informasi

dari jawaban/ soal.

Guru memberi point kepada

siswa yang jawabannya

tepat.

Membuat kesimpulan. Menyimpulkan

bersama mengenai

soal dan jawaban.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

18

2. Sistem sosial

Guru memberi kesempatan siswa untuk memperoleh materi pelajaran baru

dengan cara yang baru yaitu dengan mencari pasangan dari pertanyaan terhadap

jawaban, melalui teman satu kelasnya.

3. Tugas/peran guru

Guru sebagai fasilitaor membantu proses pembelajaran agar menciptakan

suasana yang menyenangkan. Memberi arahan siswa untuk meneka – neka

jawaban/soal.

4. Sistem Dukungan

Guru memberi kebebasan siswa untuk memperoleh jawaban yang tepat

dari kartu pertanyaan dan jawaban yang disediakan guru, guru membantu

mengarahkan proses berlangsungnya pembelajaran.

5. Pengaruh

Pengaruh merujuk pada efek – efek yang ditimbulkan oleh setiap model .

pengaruh ini terbagi menjadi dua: Instruksional dan pengiring. Pengaruh

intruksional merupakan pengaruh langsung dari model tertentu yang disebabkan

oleh konten atau skill yang menjadi dasar pelaksanaannya. Pengaruh pengiring

merupakan pengaruh yang sifatnya implisit dalam lingkungan belajar, pengaruh

ini merupakan pengaruh tidak langsung dari model pengajaran tertentu. Pengaruh

instruksional secara khusus yang terdapat dalam pembelajaran IPA dengan materi

Hubungan sumber daya alam dengan lingkungan melalui model pembelajaran

make a match adalah kemampuan mengidentifikasi Berbagai jenis sumber daya

alam berdasarkan manfaatnya dan ketersediannya serta menggolongkan menurut

jenisnya. Pengaruh pengiring yang secara khusus akan didapatkan siswa dalam

pembelajaran IPA dengan materi gaya melalui model make a match adalah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

19

demokratis, kerja sama, tanggung jawab, percaya diri. Pengaruh instruksional dan

dampak pengiring dalam model make a match digambarkan dalam bagan berikut.

Bagan 2.2

Pengaruh intruksional dan pengiring model pembelajaran make a match

make a

match

Demokratis

Kerja sama

Tanggung

jawab

Percaya diri

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

Berdasarkan

manfaatnya

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

berdasarkan

jenisnya.

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

berdasarkan

ketersediannya

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

20

1.3. Efektifitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

berhasil. Efektifitas pada dasarnya menunjukkan taraf tercapainya hasil yang

menekankan pada aspek yang akan dilampaui, dengan menunjukkan sejauh mana

rencana dapat tercapai. Efektifitas merupakan salah satu dimensi dari

produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal,

yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam pembelajaran yaitu

kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran. Dimana metode

pembelajaran dipengaruhi oleh faktor tujuan, siswa, situasi, fasilitas, dan pengajar.

Menurut Soemosasmito dalam Trianto (2009: 20) menyatakan bahwa suatu

pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila memenuhi beberapa persyaratan

utama yaitu presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap

kegiatan belajar mengajar, rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di

antara siswa, ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa,

dan mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif.

1.4. Hasil Belajar

Ahmad Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

perubahan - perubahan yang terjadi kepada diri siswa, baik yang menyangkut

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.Secara

sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri

merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu

bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran

atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan pembelajaran.

Hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya

terlibat sejumlah faktor yang saling mempengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil

belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor - faktor tersebut. Ruseffendi (dalam

Ahmad Susanto 2013: 14) mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi

hasil belajar dalam sepuluh macam, yaitu: kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak,

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

21

kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru,

suasana belajar, kompetensi guru dan kondisi masyarakat.

1.5. Hasil Peneliatian Yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu berhasil membuktikan bahwa model

pembelajaran Examples Non Examples digunakan dalam meningkatkan hasil

belajar dibandingkan model pembelajaran konvensional. Defri Haryono (2012)

dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran examples non

examples terhadap hasil belajar IPA kelas IV SDN Mangunsari 04 Kecamatan

Sidomukti Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011 / 2012”. Berdasarkan

hasil penelitian dan analisis data yang telah dibahas pada bab IV dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh model pembelajaran examples non

examples dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa

kelas IV SDN Mangunsari 04 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Semester II

Tahun Ajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil rata-rata (mean) menunjukan bahwa

hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 19,4848, sedangkan nilai rata-rata

siswa kelas kontrol sebesar 8,2500. Hal tersebut menunjukan pengaruh pada kelas

yang menggunakan model pembelajaran examples non examples (kelas

eksperimen). Artinya bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada

kelas kontrol. Dan hasil dari uji t-tes diketahui nilai signifikansi pada uji F adalah

0,242 lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa

kedua varian sama (varian kelompok kelas eksperimen dan kontrol adalah sama).

Dengan ini penggunaan uji t menggunakan equal variances assumed

(diasumsikan kedua varian sama) untuk itu dibandingkan t hitung dengan t tabel

dan probabilitas. Oleh karena t hitung > t tabel (4,759 > 1,996) dan signifikansi

(0,000 < 0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara rata-rata

nilai kelas eksperimen dengan rata-rata nilai kelas kontrol. Nilai t hitung positif,

berarti rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Sedangkan

perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 1.23485 (19,4848 – 8,2500) dan

perbedaan berkisar antara 6,52277 sampai 15,94693

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

22

Beberapa penelitian terdahulu berhasil membuktikan bahwa model

pembelajaran Make A Match efektif digunakan dalam meningkatkan hasil belajar

dibandingkan model pembelajaran konvensional. Nofiyanto ( 2013 ) dalam skripsi

berjudul “Pengaruh penggunaan model pembelajaran make a macth terhadap hasil

belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 1 Babadan di kecamatan Pagentan

Kabupaten Banjarnegara semester II tahun ajaran 2012/2013” Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan dengan dianalisis serta pembahasan yang telah

dilakukan pada bab 4, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Bahwa

penggunaan metode pembelajaran make a match dalam pembelajaran IPA

berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5

semester 2 di SD Negeri 2 Babadan dibandingkan denganmetode ceramah dalam

pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 di SD Negeri 1 Babadan. Dan terdapat

perbedaan hasil belajar IPA pada siswa di kedua SD tersebut. Pada kelas

eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran make a

match diperoleh rata-rata nilai sebesar (79,79), sedangkan pada kelas kontrol yang

menggunakan metode ceramah diperoleh rata-rata nilai sebesar (60,24). Jadi

terdapat pengaruh yang signifikan, penggunaan metode pembelajaran make a

match terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD.

Esti Parwanti (2012) dalam skripsi berjudul “ Pengaruh penggunaan model

pembelajaran Make A Match dengan media gambar terhadap hasil belajar IPA”. B

ahwa dengan penggunaan Make A Match menggunakan media gambar dalam pem

belajaran IPA pada materi sumber daya alam dapat berpengaruh positif dan signifi

kan terhadap hasil belajar siswa kelas IV semester II SD Negeri Kertosari Kecama

tan Jumo, Kabupaten Temanggung?” Terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada

materi Sumber Daya Alam ditinjau dari perbedaan penggunaan pendekatan pembe

lajaran. Pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pemb

elajaran Make A Match dengan media gambar diperoleh rata-rata nilai sebesar (65,

38), sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran secara

konvensional (ceramah) diperoleh rata-rata nilai sebesar (55,28) sehingga hasil bel

ajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Kertosari meningkat.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

23

1.6. Kerangka Berpikir

Model Pembelajaran example non example yaitu, guru menjelaskan materi

sebagai pengantar, kemudian guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok

untuk mendiskusikan materi yang diberikan. Kemudian setiap kelompok diminta

untuk melakukan presentasi secara suka rela. Dan kelompok mengirimkan

anggota mereka untuk membagikan hasil diskusi kelompok mereka. Kemudian

kembali pada keadaan semula dan materi diakhiri dengan membuat kesimpulan

yang dipandu oleh guru.

Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan salah

satu metode pengajaran yang berbasis cooperative learning yang menarik dan

menyenangkan sehingga siswa dengan mudah memahami pelajaran yang

diberikan khususnya pembelajaran kosa kata dalam mata pelajaran bahasa Inggris.

Pengajaran dengan penggunaan metode make a match (mencari pasangan), siswa

dapat mengilustrasikan apa yang mereka dapatkan sehingga muncul motivasi

terhadap mata pelajaran yang disajikan terutama dalam pembelajaran kosa kata

yang menurut mereka sulit. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang kosa kata dengan

menggunakan metode make a match (mencari pasangan).

Kerangka berpikir model pembelajaran example non example dan make a

match dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

24

Bagan 2.3

Kerangka berpikir penggunaan model Example Non Example

Example Non Example

Sintak / langkah – langkah

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

berdasarkan

manfaatnya

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

berdasarkan

ketersediaannya

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

berdasarkan

jenisnya.

Penyajian

Masalah

Eksplorasi

Reaksi

Permasalahan

Analisis

Kemajuan

dan Proses

Mendaur

Ulang

Aktivitas

Kritis

Tanggung

Jawab

Kerjasama

Rasa Ingin

Tahu

Minat Siswa

Muncul

Percaya Diri

Hasil

Belajar

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

25

Bagan 2.4

Kerangka berpikir penggunaan model Make A Match

Make A Match

Sintak / langkah – langkah

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

berdasarkan

manfaatnya

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

berdasarkan

ketersediaannya

Mampu

menggolongkan

sumber daya alam

berdasarkan

jenisnya.

Penyajian

Masalah

Menggali

Informasi

Analisis

Kemajuan

dan proses

Penjelasan

Mendaur

Ulang

Aktivitas

Kritis

Tanggung

Jawab

Kerjasama

Rasa Ingin

Tahu

Minat Siswa

Muncul

Percaya Diri

Hasil

Belajar

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10952/2/T1_292012165_BAB II...melewati langkah – langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

26

1.7. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat

teoritis, hipotesis dapat dilakukan dengan menghubungkan teori yang relevan

dengan kenyataan yang ada atau fakta. Pengujian hipotesis dilakukan untuk

menentukan apakah hipotesis yang diajukan di terima atau ditolak sesuai dengan

keadaan data yang sebenarnya. Hipotesis nihil merupakan hipotesis yang

menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan antara variabel, secara

hipotesis dinyatakan dengan H0, hipotesis alternatif diposisikan sebagai bentuk

batasan ilmu pengetahuan setelah diperoleh dari kajian teoritis, secara simbolis

hipotesis alternativ sering dinyatakan dengan Ha. Maka dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa kelas IV SD dalam pembelajaran

menggunakan model Example Non Example dan model Make A Match.

Ha : Ada perbedaan hasil belajar siswa kelas IV SD dalam pembelajaran

menggunakan model Example Non Example dan model Make A Match.