BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

24
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat dari IPA 2.1.1.1. Pengertian IPA IPA menurut Mariana dan Praginda dalam bukunya yang berjudul “Hakikat IPA dan Pendidikan IPA” (2009:6), Ilmu Pengetahuan Alam merupakan makna alam dan berbagai fenomenanya atau perilaku ataupun karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun konsep yang terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia. Sumaji, dkk (1998:31) menyatakan bahwa sains adalah suatu disiplin ilmu yang terdiri atas physical sciences dan life sciences. Termasuk dalam physical sciences adalah ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi, zoologi dan fisiologi. Menurut BSNP (2006:1), Karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat melalui dua aspek yaitu biologis dan fisis. Aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan, pada dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup, mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan benda- benda di luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam semesta.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakikat dari IPA

2.1.1.1. Pengertian IPA

IPA menurut Mariana dan Praginda dalam bukunya yang berjudul

“Hakikat IPA dan Pendidikan IPA” (2009:6), Ilmu Pengetahuan Alam

merupakan makna alam dan berbagai fenomenanya atau perilaku ataupun

karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep

melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia. Teori maupun

konsep yang terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi terciptanya teknologi

yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.

Sumaji, dkk (1998:31) menyatakan bahwa sains adalah suatu disiplin

ilmu yang terdiri atas physical sciences dan life sciences. Termasuk dalam

physical sciences adalah ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi,

meteorologi, dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi, zoologi dan

fisiologi.

Menurut BSNP (2006:1), Karakteristik mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam dapat dilihat melalui dua aspek yaitu biologis dan fisis.

Aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji berbagai persoalan yang berkait

dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup pada berbagai tingkat

organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan, pada

dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

benda tak hidup, mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan

sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam, sampai dengan benda-

benda di luar bumi dalam susunan tata surya dan sistem galaksi di alam

semesta.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

8

Masih menurut BSNP (2006:1), untuk aspek kimia, IPA mengkaji

berbagai fenomena atau gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun pada

benda tak hidup yang ada di alam semesta. Ketiga aspek tersebut, ialah aspek

biologis (biotis), fisis, dan khemis, dikaji secara simultan sehingga

menghasilkan konsep yang utuh yang menggambarkan konsep-konsep dalam

bidang kajian IPA. Khusus untuk materi Bumi dan Antariksa dapat dikaji

secara lebih dalam dari segi struktur maupun kejadiannya.

2.1.1.2. Kopetensi Dasar Pembelajaran IPA

Dalam penerapannya, IPA juga memiliki peranan penting dalam

perkembangan peradaban manusia atau dapat dikatakan peranan IPA dalam

memajukan perkembangan manusia seiring berjalannya waktu, baik dalam

hal manusia mengembangkan berbagai teknologi yang dipakai untuk

menunjang kehidupannya, maupun dalam hal menerapkan konsep IPA dalam

kehidupan bermasyarakat, baik aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan

pertahanan keamanan. Oleh karena itu, struktur IPA juga tidak dapat

dilepaskan dari peranan IPA dalam hal tersebut.

Dalam buku yang berjudul “Hakikat IPA dan Pendidikan IPA” (2009:6)

Mariana dan Praginda juga mengemukakan untuk menjembatani cara berfikir

saintis dengan pola berfikir peserta didik. Dengan berbagai pendekatan

pembelajaran terkini dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik saat ini,

beberapa model dalam pembelajaran IPA secara kontekstual dapat

memberikan gambaran bagi para pendidik agar pembelajaran IPA di sekolah

dapat berhasil.

Osborne & Dillon (2008) menyatakan “that the primary goal of science

education cannot be simply to produce the next generation of scientist.”

Bahwa tujuan utama dari pendidikan IPA tak hanya sesederhana

memproduksi generasi ilmuan di masa yang akan datang saja. Lebih lanjut

dikemukakan “ … and that this needs to be an education that will develop an

understanding of the major explanatory themes that science has to offer and

contribute to their ability to engage critically with science in their future

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

9

lives.” Yang secara singkat berarti ilmu pengetahuan ini dibutuhkan untuk

mengembangkan pengertian anak tentang berbagai penjelasan peristiwa di

alam dan juga memberikan kontribusi terhadap kemampuan anak di masa

yang akan datang.

2.1.1.3. Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran juga sering disebut dengan istilah lain yaitu belajar

mengajar yang terdiri atas dua kata antara belajar dan mengajar istilah itu

merupakan terjemahan dari “instructional”. Seseorang dapat dikatan belajar

ketika seseorang sedang melakukan aktivitas melalui interaksi dengan

lingkungan interaksi sekitar berawal dari faktor yang berasal dari dalam

maupun faktor dari luar diri sendiri. Sesuai yang dinyatakan Moh. Suardi

pada bukunya yang berjudul “Belajar dan Pembelajaran” (2015:10).

Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai

bentuk seperti berubah pengetahuannya, kecakapan dan kemampuannya,

daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada dalam

individu.

Pembelajaran adalah suatu usaha yang melibatkan dan menggunakan

pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan

kurikulum, yang nantinya akan terjadi proses interaksi guru atau pendidik

dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Moh.

Suardi, 2015:07). Pembelajaran bisa juga diartikan sebagai kegiatan guru

secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar

secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru,

dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk

membelajarkan siswa agar siswa dapat belajar dengan lebih aktif (Dimyati

dan Mudjiono, 2002:113 ).

Menurut Syaiful Sagala (2007:63) pembelajaran mempunyai dua

karakteristik yaitu Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses

mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa untuk sekedar

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

10

mendengar, mencatatkan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses

berpikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan

proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan

berpikir itu akan dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang

mereka konstruksi sendiri.

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberi

pengertian tentang Ilmu Pengetahuan Alam atau sering kita kenal dengan IPA

yaitu ilmu yang seharusnya dibelajarkan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan Cuma kumpulan dari

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat

membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar.

Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan

dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,

menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana”

tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara

sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan

tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah.

Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak

abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi

mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi

dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

11

merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari

hipotesis, prediksi, dan eksperimen (Pusat Kurikulum, 2006).

Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil

prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan

metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA

menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi

agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari

tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam.

Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan

dengan keterampilan proses penyelidikan atau “inquiry skills” yang meliputi

mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun

hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan,

mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada

situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan

informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan

sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang

meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis,

tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan

keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.

Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya:

1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka

kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis,

2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam

menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal

daripengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan

pembuktian secara ilmiah,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

12

3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar

matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-

masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam,

4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam

kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun

penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab

berbagai masalah.

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar yang

dibangun oleh guru ini diharapkan mampu membangun karakteristik mental

siswa dan juga keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan yang mereka

butuhkan. Sedangkan pembelajaran IPA di fokuskan pada proses inkuiri dan

berbuat sehingga dapat membantu peserta didik mendapatkan pemahaman

tentang gejala-gejala yang terjadi di alam sekitarnya.

2.1.1.4. Penilaian IPA SD

Hakikat IPA yang dinyatakan oleh Sri Sulistyorini (2007:9) dapat

dipandang dari segi produk, proses dan pengembangan sikap. Artinya, belajar

IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk) dan dimensi

pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait.

Ini berarti proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga

dimensi tersebut.

Sedangkan hakikat IPA menurut Depdiknas (2006) meliputi empat

unsur utama yaitu:

1) Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup,

serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang

dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open

ended.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

13

2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. metode

ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau

percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

3) Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak

dapat dipisahkan satu sama lain.

2.1.1.5. Pendapat dan kesimpulan tentang hakikat IPA

Dalam pembelajaran IPA sangat banyak dapat diterapkan model

pembelajaran salah satunya adalah model pembelajaran seperti model

pembelajaran yang sering di guakan adalah model pembelajaran ceramah,

tanya jawb penugasan dan lain – lain, model - model pembelajaran seperti ini

merupakan model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru pada

umumnya dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung bosan dikelas maka

dari itu diperlukan model pembelajaran yang menarik, salah satunya model

yang menarik diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ialah

model pembelajaran VAK yang dapat memunculkan gambar (visual) dan

suara (audio) kedalam ruang kelas sehingga siswa akan tertarik apa bila video

yang ditayangkan juga menarik.

Dari beberapa hakikat IPA yang ada, kita dapat menyimpulkan bahwa

pengertian dari Ilmu Pengetahuan Alam ialah ilmu yang mempelajarai

tentang semua kejadian atau fenomena yang terjadi di alam semesta baik di

bumi maupun diluar angkasa baik itu mahluk hidup maupun mahluk yang

tidak hidup.

2.1.2. Hasil Belajar IPA

2.1.2.1. Pengertian

Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar

sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar harus dirumuskan dengan baik

untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil belajar seseorang tidak

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

14

langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan

kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian, hasil

belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap

dan tingkah lakunya.

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam

mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang

ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Syah,

Muhibbin (1997: 91-92) menyatakan bahwa hasil belajar juga dapat dilihat

dari tiga aspek, yaitu secara kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Aspek

kuantitatif menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan

kognitif dengan fakta-fakta yang berarti.

Aspek insitusional atau kelembagaan menekankan pada ukuran

seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka-angka.

Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman dan

penafsiran siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Sehingga dapat

memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan definisi dan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat

diamati setelah mengikuti program belajar mengajar dalam bentuk tingkat

penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian,

hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah

tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakiakt IPA itu sendiri.

Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi

IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai

produk, proses dan sikap ilmiah.

Dalam segi produk, siswa daharapkan dapat memahami konsep-konsep

IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa

diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan,

gagasan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan

masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehahri-hari. Dari segi ilmiah,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

15

siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di

sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab,

dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan mengembangkan rasa

cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian,

hasil belajar yang dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang mencakup

penguasaan produk, proses, dan sikap ilmiah.

Contoh dalam materi gaya, dimensi produk yang akan diperoleh siswa

adalah pemahaman konsep tentang pengertian gaya, macam-macam gaya,

dan pengaruh gaya terhadap benda. Dari dimensi proses, siswa diharapkan

memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuan tentang berbagai

macam jenis gaya dan mampu mengkomunikasikan gagasan tentang

pengaruh gaya terhadap bentuk benda dan gerak benda. Serta siswa juga

diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep tentang gaya dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Sedangkan dari dimensi sikap ilmiah yang akan diperoleh

siswa meliputi sikap ingin tahu mengenai berbagai macam gaya dan dapat

berpikir kritis untuk memecahkan berbagai macam permasalahan tentang

gaya dan pengaruhnya terhadap benda.

2.1.2.2. Pengukuran Hasil Belajar IPA

Pengukuran hasil belajar IPA ditentukan dengan menghitung rata – rata

dari nilai yang dimiliki siswa tiap tahunnya dengan standar yang sudah di

tetapkan oleh pemerintah pusat tentang standar kelulusan siswa atau disebut

dengan KKM, kemudian akan di ketahui hasil setelah menghitung rata – rata

dari pencapaian siswa dan akan memunculkan hasil yaitu :

a) Rendah apabila hasil dari rata – rata nilai siswa kurang dari batas tuntas

yang sudah ditetapkan.

b) Tinggi apabila hasil rata – rata dari nilai siswa mampu mencapai batas

tuntas atau lebih dari batas tuntas.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

16

Teknik pengambilan nilai siswa dilakukan menggunakan beberapa

langkah salah satunya ialah dengan melakukan :

1) Dengan dilakukannya Tes atau evaluasi. Tes atau evaluasi biasa

dilakukan tiap akhir semester adapun yang dilakukan diakhir

pembelajaran setelah beberapa materi selesai seperti ulangan harian.

Tes atau evaluasi ini digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa

mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru.

2) Melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi yang sedang

diajarkan. Penting dalam melakukan tanya jawab dengan siswa karena

dengan kita melakukan tanya jawab ini tidak hanya memberikan

permasalahan kepada siswa namun malah menjadikan siswa nantinya

dapat berfikir kritis dan tanggap dengan permasalahan serta juga

melatih mental berbicara siswa, dengan bertanya jawab guru juga dapat

menilai sejauh mana mereka dapat menjawab pertanyaan guru dan dari

sinilah guru paham akan kekurangan siswa dalam pemahaman materi

yang diajarkan.

3) Melakukan pembagian kelompok. Dalam pembagian kelompok bukan

hanya sekedar membagi mereka menjadi beberapa kelompok, namun

tujuan dalam pembagian kelompok ini adalah “apakah siswa sudah bisa

bertanggung jawab untuk tugas kelompok yang telah diberikan” dengan

memberikan tugaskepada tiap kelompok berarti kita melatih siswa

untuk bertanggung jawab atas permasalahan yang diberikan dengan

begitu siswa akan bisa lebih pandai dalam bersosialisasi untuk

memecahkan suatu masalah.

4) Persentasi. Persentasi biasanya dilakukan sesaat setelah guru membagi

mereka dalam kelompok kemudian setelah semua kelompok selesai,

siswa maju untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Dalam

persentasi hasil kerja ini yang paling nampak dilatih ialah mental siswa,

namun bukan hanya mental tetapi juga dalam segi pembawaan hasil

yang mereka diskusikan apakah mereka siap dengan hasil mereka atau

tidak.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

17

2.1.3. Model Pembelajaran VAK

2.1.3.1. Pengertian VAK

Barbara Prashnig dalam bukunya yang berjudul “The Power of

Learning Styles” (2007:44), mengatakan bahwa Model pembelajaran VAK

adalah dasar bagi Neuro Linguistic Programming (NPL - kajian tetang “kata-

kata dan Saraf”), yang memperhitungkan melalui modelis (indra) dimana

orang – orang memproses dan menyimpan informasi. Model yang sudah

diciptakan pada tahun 1970, dan sekarang sudah digunakan luas untuk proses

pembelajaran.

Menurut Sugiyanto (2008:101) model pembelajaran Visual Auditori

Kinestetik (VAK) adalah strategi pembelajaran yang menekankan bahwa

belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa. Menurut

Nurhasanah (2010) pembelajaran dengan model pembelajaran Visual

Auditori Kinestetik (VAK) adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan

gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa

akan terpenuhi. Jadi dapat disimpulkan model pembelajaran Visual Auditori

Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan

ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) setiap individu

dengan cara memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan

mengembangkannya, agar semua kebiasaan belajar siswa terpenuhi.

Menurut DePorter, (1999:112) VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic)

merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketiga

modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya belajar. Gaya belajar

merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat menyerap dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Pembelajaran dengan model ini mementingkan pengalaman belajar

secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara

langsung dengan cara belajar dengan melihat dan mengingat (Visual), belajar

dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi

(Kinestethic) (DePorter dkk. 1999). Menurut Herdian, model pembelajaran

VAK merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap pembelajaran

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

18

akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut (Visual, Auditory,

Kinestethic), dan dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan

memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan

mengembangkannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas

menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan

pembelajaran yang efektif.

Pemanfaatan dan pengembangan potensi siswa dalam pembelajaran ini

harus memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Bagi siswa visual,

akan mudah belajar dengan bantuan media dua dimensi seperti menggunakan

grafik, gambar, chart, model, dan semacamnya. Siswa auditory, akan lebih

mudah belajar melalui pendengaran atau sesuatu yang diucapkan atau dengan

media audio. Sedangkan siswa dengan tipe kinestethic, akan mudah belajar

sambil melakukan kegiatan tertentu, misalnya eksperimen, bongkar pasang,

membuat model, memanipulasi benda, dan sebagainya yang berhubungan

dengan system gerak. (Suyatno. 2009:60)

2.1.3.2. Karakteristik Model Pembelajaran VAK

Menurut Bobbi DrPorter dalam bukunya yang berjudul “Quantum

Learning” disampaikan bahwa ada beberapa karakteristik dalam model

pembelajaran VAK yang memacu kepada ketiga gaya belajar, yaitu sebagai

berikut :

a. Gaya visual (belajar dengan cara melihat)

Visual berarti adalah sesuatu yang dapat dilihat dengan mata melalui

bentuk kegiatan mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca,

dan juga menggunakan alat peraga ataupun video. Bagi siswa yang bergaya

belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan

(visual). Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya

lebih banyak dititik beratkan pada peragaan/media, ajak siswa ke objek-objek

yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat

peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

19

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual

menurut Bobbi DrPorter dalam bukunya yang berjudul “Quantum Learning”

dijelaskan jika semua pertanyaan – pertanyaan ini dijawab “ya”,

kemungkinan siswa tersebut adalah pembelajar visual. Bentuk pertanyaan

meliputi : “Apakah kamu perlu melihat informasi baik dalam bentuk tulisan

atau tabel, grafik atau gambar untuk mengingat?”, kemudian “Apakah kamu

lebih memilih untuk melihat peta dari pada mendengarkan petunjuk?”.

b. Gaya auditori (belajar dengan cara mendengar)

Jika kita dengar kata audio yang pertama tebayangkan ialah “suara”,

maka dari itu audio disini berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan

suara. Dalam pembelajaran kita juga melakukan kegiatan tersebut seperti

mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat,

gagasan, menanggapi dan beragumentasi. Seorang siswa lebih suka

mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi

(perintah) verbal. Alat rekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe

auditori. Dr. Wenger (dalam Rose Colin dan Nicholl, (2002:143)

merekomendasikan setelah membaca sesuatu yang baru, deskripsikan dan

ucapkan apa yang sudah dibaca tadi sambil menutup mata dengan suara

lantang. Alasannya setelah dibaca, divisualisasikan (ketika mengingat dengan

mata tertutup) dan dideskripsikan dengan lantang, maka secara otomatis telah

belajar dan menyimpannya dalam multi-sensori.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori

dijelaskan oleh Bobbi DrPorter dalam bukunya yang berjudul “Quantum

Learning”, mengutarakan pertanyaan yang pertama ialah “Apakah kamu

mengulangi informasi dengan lantang untuk bisa mengingatnya?” kemudia

“Bisakah kamu menggikuti pelajaran hanya dengan mendengarkan informasi

yang disampaikan?”, “Apakah kamu lebih suka mendengarkan berita melalui

radio ketimbang membaca di koran?” dan yang terakhir “Apakah kamu lebih

mempelajari bahasa dengan mendengar pembicaraan aslinya?”, kemungkinan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

20

siswa yang menjawab “ya” tentang pertanyaan – pertanyaan yang diajukan,

kemungkinan siswa pembelajar auditori.

c. Gaya Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang siswa

lebih suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami

sendiri, gerakan tubuh (aktivitas fisik). Bagi siswa kinestetik belajar itu

haruslah mengalami dan melakukan.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar kinestetik

atau gerak disampaikan oleh Bobbi DrPorter dalam bukunya yang berjudul

“Quantum Learning” yaitu siswa yang menjawab “ya” pada pertanyaan

berikut “Apakah kamu pembelajar sambil praktik?” dan “Apakah kamu bisa

berfikir lebih baik saat sedang bergerak?”, begitu menurut Bobbi DrPorter

untuk mengenal anak yang dapat belajar dengan kinestetik.

Model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) menganggap

bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga gaya belajar

tersebut, dengan kata lain manfaatkanlah potensi siswa yang telah dimilikinya

dengan melatih dan mengembangkannya. Dalam beberapa hal, seseorang

memanfaatkan ketiga gaya tersebut. Kebanyakan orang menunjukkan

kelebihsukaan dan kecenderungan pada satu gaya belajar tertentu

dibandingkan dua gaya lainnya. Rose Colin dan Nicholl (2002:131)

menyatakan tentang suatu studi yang dilakukan terhadap lebih dari 5.000

siswa di Amerika Serikat, Hongkong, dan Jepang, kelas 5 hingga 12,

menunjukkan kecenderungan belajar Visual 29 %, Auditori 34 %, Kinestetik

37 %.

Namun pada saat mereka mencapai usia dewasa, kelebihsukaan pada

gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi, menurut Lynn O’Brien,

direktur Studi Diagnostik Spesifikasi Rockville, Maryland, (dalam Rose

Colin dan Nicholl, 2002:131) yang melakukan studi tersebut. Menurut pakar

neurolinguistik Michael Grinder, penulis buku Righting the Educational

Canveyor Belt (dalam Rose Colin dan Nicholl, 2002:132) dalam sekelompok

yang terdiri 30 siswa, ternyata 20 orang mempunyai cukup kecenderungan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

21

Visual, Auditori, dan Kinestetik sehingga mereka mampu belajar tidak peduli

bagaimana subjek itu disampaikan, yang lainnya sekitar 20% dari kelompok

itu begitu menyukai satu gaya belajar saja sehingga mereka mempunyai

kesulitan besar untuk belajar sesuatu jika disampaikan tidak dengan gaya

yang mereka sukai. Grinder (dalam Rose Colin dan Nicholl, 2002:132)

menyebutkan mereka sebagai HV (Hanya Visual), HS (Hanya Auditori), HK

(Hanya Kinestetik). Kombinasi dari ketiga gaya belajar tersebut di dalam

proses pembelajaran matematika contohnya.

a) Membaca LKS dan memperhatikan guru dalam penyampaian konsep

(sudah melihatnya).

b) Menyusun pertanyaan dan merekam jawaban dari teman yang

melakukan presentasi (sudah mendengarnya).

c) Menulis dan mencatat butir-butir penting hasil presentasi yang

disampaikan teman (sudah menanganinya secara fisik).

Kegiatan pembelajarannya merupakan kombinasi dari ketiga kebiasaan

belajar anak tersebut. Model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK)

adalah strategi pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah

memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa (Icha:2011). Menurut

Nurhasanah (2010) pembelajaran dengan model pembelajaran Visual

Auditori Kinestetik (VAK) adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan

gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa

akan terpenuhi. Jadi dapat disimpulkan Model pembelajaran Visual Auditori

Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan

ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) setiap individu

dengan cara memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan

mengembangkannya, agar semua kebiasaan belajar siswa terpenuhi.

2.1.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran VAK

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, tidak

terkecuali model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) juga

memiliki kelebihan dan kelemahan diantaranya sebagai berikut.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

22

1) Kelebihan Model Pembelajaran VAK

Kelebihan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK)

adalah sebagai berikut :

a) Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga gaya

belajar.

b) Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki

oleh pribadi masing-masing.

c) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif

d) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

e) Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan

memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi,

percobaan, observasi, dan diskusi aktif.

f) Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.

g) Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh

siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani

kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

2) Kelemahan Model Pembelajaran VAK

Kelemahan dari model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK)

yaitu tidak banyak orang mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar

tersebut. Sehingga orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar,

hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih

memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi. (Janghyunita,

2012:3)

2.1.3.4. Langkah – Langkah Model Pembelajaran VAK

1. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk

membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif

mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan

menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih

siap dalam menerima pelajaran.

a) Memberikan sugesti positif

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

23

b) Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa

c) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna

d) Membangkitkan rasa ingin tahu

e) Menciptakan lingkungan fisik yang positif

f) Menciptakan lingkungan emosional yang positif

g) Menciptakan lingkungan sosial yang positif

h) Menenangkan rasa takut

i) Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar

j) Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah

k) Merangsang rasa ingin tahu siswa

l) Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal

2. Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

Pada kegiatan inti guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi

pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan

pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut

eksplorasi.

a) Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan

b) Pengamatan fenomena dunia nyata

c) Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh

d) Presentasi interaktif

e) Grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni

f) Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar

g) Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim

h) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)

i) Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual

j) Pelatihan memecahkan masalah

3. Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan

menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang

disesuaikan dengan gaya belajar VAK.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

24

a) Aktivitas pemrosesan siswa

b) Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali

c) Simulasi dunia-nyata

d) Permainan dalam belajar

e) Pelatihan aksi pembelajaran

f) Aktivitas pemecahan masalah

g) Refleksi dan artikulasi individu

h) Dialog berpasangan atau berkelompok

i) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif

j) Aktivitas praktis membangun keterampilan

k) Mengajar balik

4. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)

Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu

siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan

baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar

mengalami peningkatan. (Ngalimun, 2012:76).

Media-media yang dapat digunakan adalah media segala jenis media

yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran VAK. Hal yang perlu

diperhatikan adalah media yang digunakan harus dapat memenuhi ketiga

modalitas belajar. Siswa dengan modalitas belajar visual dapat dibantu

dengan media gambar, poster, grafik, dsb. Siswa dengan modalitas belajar

auditory dibantu dengan media suara atau musik-musik yang dapat

merangsang minat belajar atau memberikan kesan menyenangkan, rileks, dan

nyaman bagi siswa, sementara bagi siswa kinesthetic diperlukan media-media

pembelajaran yang dapat mengoptimalkan fungsi gerak siswa.

2.1.4. Multimedia

2.1.4.1.Pengertian Multimedia

Pengertian dari multimedia sendiri berasal dari kata multi diartikan

sebagai banyak atau bermacam – macam, kemudian dari suku kata media alat

atau sesuatu untuk menyampaikan dan membawakan sesuatu. Pengertian dari

para ahli mengatakan bahwa multimedia secara umum memiliki kombinasi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

25

tiga gaya atau tiga element yaitu suara, kemudian gambar dan yang terakhir

adalah teks atau tulisan menurut Rosch dalam buku M.Suryanto (2005:20)

Pendapat lain tentang multimedia ialah menurut Turban dkk, dalam

bukunya M.Suyanto (2005:21) mengatakan bahwa multimedia itu merupakan

alat yang dapat menciptakan persentasi secara dinamis dan interaktif yang

mengkombinasikan teks atau kalimat atau kata, kemudian grafik atau gambar,

kemudian animasi, audio atau suara dan gambar video, maka dari itu

multimedia ini juga diartikan sebagai seperakngkat media yang

mengkombinasikan dari unsur-unsur atau dari berbagai media yang relevan

dalam hubungannya dengan tujuan – tujuan instruksional. Seiring dengan

bergantinya zaman juga mempengaruhi penggunaan media yang di

pergunakan didalam proses belajar mengajar, dalam segi pendidikan

multimedia ikut memberikan dorongan bagi siswa untuk lebih tertarik untuk

belajar dikelas, selain itu mutimedia ini dipergunakan dengan menampilkan

gambar suara bahkan video saat ini, namun didalam proses pembelajaran

multimedia ini digunakan bukan sebagai sumber belajar namun sebagai

dukungan dalam pembelajaran yaitu sebagai perantara dalam penyampaian

materi yang akan di ajarkan dalam proses belajar mengajar.

Mutimedia ini juga diartikan sebagai perangkat yang memanfaatkan

komputer didalam pembuatan ataupun didalam pengabungan teks (tulisan),

grafik (gambar), audio (suara), dan gambar bergerak (video dan animasi)

yang akan digambungkan, menurut Hofstetter di dalam bukunya M.Suyanto

(2005:21). Dari pengertian Hofstetter ini kita dapat mengetahui bahwa

multimedia ini digunakan dengan menggabungkan berbagai macam unsur

atau aspek dengan menggunakan komputer sebagai bahan dalam penyatuan

atau pengabungannya. Perangkat media seperti komputer sekarang sudah

menjadi hal yang biasa dikalangan pendidikan namun masih belum

dimanfaatkan dengan baik di dalam proses pembelajaran. Penggunaaan

teknologi multimedia sebenarnya sangat menbantu dalam meningkatkan

minat belajar siswa dan motivasi siswa. Apalagi didalam tenologi multimedia

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

26

ini dapat berupa berbagai macam informasi yang dianggap sebagai penunjang

maupun pendukung didalam mendapatkan dan menyampaikan informasi.

2.1.4.2.Peranan Multimedia

Peranan multimedia didalam pembelajaran ialah sebagai media

pembelajaran itu sendiri menurut Kemp dan Dayton (1985) dalam buku “Ajar

Pendidikan Dalam Keperawatan” yang disusun oleh Ns. Roymond H.

Simamora, M.Kep (2009:66) mengungkapkan beberapa peranan media

didalam pembelajaran, yaitu :

a. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih memenuhi standar.

b. Pembelajaran dapat lebih menarik.

c. Pembelajaran lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.

d. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat dipersingkat.

e. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

f. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan di mana pun

diperlukan.

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

Retno Kartikasari (2011) dengan judul “Upaya peningkatan

pembelajaran IPA kelas v melalui penerapan model VAK di SDN Merjosari

1 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model VAK

pada pembelajaran IPA di Kelas V SDN Merjosari 1 Malang dapat

dilaksanakan dengan efektif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perolehan

keberhasilan guru dalam menerapkan model VAK, pada siklus I pertemuan 1

sebesar 80, pertemuan 2 yaitu 90, kemudian meningkat di siklus II yaitu pada

pertemuan 1 sebesar 95, dan pertemuan 2 yaitu 95. Aktivitas siswa juga

mengalami peningkatan yaitu rata-rata aktivitas siswa pada siklus I

pertemuan 1 sebesar 65, pertemuan 2 sebesar 73, dan disiklus II pertemuan 1

sebesar 82, pertemuan 2 sebesar 85. Hasil belajar siswa pada siklus I

mencapai rata-rata 67,05 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 59%,

sedangkan di siklus II rata-rata meningkat menjadi 71,98 dengan persentase

ketuntasan sebesar 87,09%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

27

bahwa penerapan model VAK dapat meningkatkan pembelajaran IPA siswa

kelas V SDN Merjosari 1 Malang.Untuk itu disarankan agar guru menerapkan

model VAK dalam pembelajaran IPA.

Reni Dwi Lestari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

penerapan model pembelajaran VAK (visual, auditori, kinestetik) terhadap

hasil belajar IPA kelas III SDN Tanjungrejo 2 Malang”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar

siswa kelas III A sebgai kelompok eksperimen dan siswa kelas III B sebagai

kelompok kontrol. Rata-rata nilai kemampuan akhir (post test) siswa

kelompok eksperimen 85,21 lebih tinggi dari pada rata-rata nilai kemampuan

akhir (post test) siswa kelompok kontrol 76,63. Rata-rata peningkatan nilai

hasil belajar (gain score) siswa kelompok eksperimen 28,13 lebih tinggi dari

pada rata-rata nilai hasil belajar (gain score) siswa kelompok kontrol 18,80.

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dan pengaruh penerapan

model pembalajaran VAK terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III materi

benda dan sifatnya SDN Tanjungrejo 2 Malang.

Tejo Pratomo (2014) : “Penggunaan model VAK dengan multimedia

dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Jombang Tahun

Ajaran 2013/2014”. Penggunaan Model VAK dengan Multimedia dalam

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Jombang Tahun

Ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

penggunaan model pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, and

Kinestic) dengan multimedia dalam meningkatkan hasil belajar IPA.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga

siklus dengan jumlah subjek 18 siswa. Analisis data yang digunakan adalah

analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa: Penggunaan

model VAK dengan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa

kelas IV. Kendala yang dihadapi adalah: siswa pandai lebih mendominasi

diskusi dan persentasi belum berjalan baik. Solusinya adalah: guru

memotivasi siswa untuk percaya diri dalam diskusi kelompok dan guru

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

28

memberikan arahan agar siswa memperhatikan kegiatan persentasi.

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan model VAK dengan

multimedia dalam peningkatan pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN

Jombang Tahun Ajaran 2013/2014 maka dapat disimpulkan: (1) penggunaan

model VAK dengan multimedia dalam peningkatan pembelajaran IPA siswa

kelas IV SDN Jombang Tahun Ajaran 2013/2014. (2) penggunaan model

VAK dengan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas

IV SDN Jombang Tahun Ajaran 2013/2014 dengan prosentase siswa yang

tuntas siklus I sebesar 77,78% (14 siswa), siklus II sebesar 83,33% (15 siswa),

dan siklus III sebesar 94,44% (17 siswa), dapat disimpulkan dengan hasil

yang ada bahwa pembelajaran menggunakan model VAK dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Shinta Mania (2015) penelitian yang berjudul “Penggunaan model

visual auditory kinesthethic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan

pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana pada siswa kelas V SDN 1

Kuwarasan Tahun Ajaran 2014/2015”. Penggunaan Model Visual Auditory

Kinesthetic (VAK) dengan Mutimedia dalam Peningkatan Pembelajaran IPA

Tentang Pesawat Sederhana pada Siswa Kelas V SD. Tujuan penelitian ini

yaitu untuk meningkatkan pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana pada

siswa kelas V SD. Subjek penelitian ini siswa kelas V SDN 1 Kuwarasan

sejumlah 32 siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam tiga

siklus. Setiap siklus terdapat dua pertemuan terdiri dari tahap perencanaan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data

dengan tes, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan

triangulasi data dan sumber. Analisis data dilakukan melalui analisis data

kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan

model VAK dengan multimedia dapat meningkatkan pembelajaran IPA

tentang pesawat sederhana pada siswa kelas V SD. Hasil pening-katan

penggunaan model VAK dengan multimedia bagi guru pada siklus I sebesar

79,56%. Pada siklus II sebesar 88,75%. Pada siklus III sebesar 95,38%.

Sedangkan bagi siswa pada siklus I sebesar 57,31%. Pada siklus II sebesar

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

29

79%. Pada siklus III sebesar 93,25%. Peningkatan persentase ketuntasan

proses dan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 75% Pada siklus II sebesar

82,81%. Pada siklus III sebesar 92,09%. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa penggunaan model VAK dengan multimedia dapat

meningkatkan pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana pada siswa kelas

V SDN 1 Kuwarasan Ta-hun Ajaran 2014/2015.

Agus Bayu Saputra (2014) dalam penelitiannya yang berjudul

“Implementasi model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual

untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV B SD No 2 Banyuasri”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA

siswa kelas IVB semester I SD No 2 Banyuasri, Kecamatan Buleleng,

Kabupaten Buleleng, tahun pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari

empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan

refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IVB yang berjumlah 35

orang, terdiri dari 13 orang laki-laki dan 22 orang perempuan. Metode

pengumpulan data mempergunakan metode tes berupa tes obyektif dan esai.

Data hasil belajar dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif

kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi model

pembelajaran VAK berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa sebesar 9,57%. Hasil belajar IPA siswa pada siklus I

sebesar 70,57% dengan kriteria sedang, mengalami peningkatan pada siklus

II sebesar 80,14% dengan kriteria tinggi. Sedangkan, ketuntasan belajar

secara klasikal pada siklus I sebesar 71,43% dengan kriteria sedang,

mengalami peningkatan sebesar 11,43% pada siklus II menjadi 82,86%

dengan kriteria tinggi. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran VAK dapat menigkatkan hasil belajar.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10947/2/T1_292012158_BAB II...dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada

30

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan berbagai permasalahan yang ada penulis berusaha mencari

permasalahan yang terjadi di dalam pembelajaran IPA SD Negeri 1

Gemawang, dengan menerapkan model pembelajaran VAK. Pada

pembelajaran IPA disini mencoba menggunakan model pembelajaran VAK

dalam penyampaian isi pembelajaran supaya siswa dapat memahami

pembelajaran yang disampaikan. Model pembelajaran VAK merupakan suatu

model pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi dengan

tiga gaya belajar VAK.

Maka dari itu dalam kerangka pikir ditarik kembali kesimpulan bahwa

jika didalam pembelajaran IPA kita menggunakan model pembelajaran VAK

maka hasil belajar siswa akan meningkat, karena dengan menggunakan model

pembelajaran VAK yang memiliki kelebihan seperti halnya siswa bisa lebih

mudah dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru, ketimbang mereka

hanya menyimak tanpa ada suatu pandangan tertentu atau tanpa ada suatu

gambaran secara nyata didalam proses belajar mengajar berlangsung.

2.4. Hipotesis / Produk Hipotetik

Penerapan model pembelajaran VAK dapat meningkatkan hasil belajar

IPA siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 SD Negeri 1

Gemawang.