BAB II KAJIAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Media Baru (New Media)
Perkembangan teknologi sekarang ini memberikan pengaruh yang cukup besar
untuk kehidupan masyarakat era ini. Teknologi sendiri pada dasarnya sudah memiliki
kontribusi dalam menciptakan keberagaman media. Mc Namus (dalam Severin dan
Tankard, 2005: 4) mengatakan bahwa ada pergeseran dari ketersediaan media yang
dahulu langka dengan akses yang juga terbatas menuju media yang melimpah.1 John
Vivian mengatakan keberadaan media baru seperti internet bisa melampaui pola
penyebaran pesan media tradisional; sifat internet yang bisa berinteraksi mengaburkan
batas geografis, kapasitas interaksi dan yang terpenting bisa dilakukan secara real time.2
Yang dimaksud diatas adalah bagaimana media baru dapat mempermudah terjadinya
interaksi antar individu. Tidak peduli dimana mereka berada, dan kapan saja mereka
ingin melakukan interaksi maka bisa dilakukan pada saat itu juga.
Holmes mengatakan jika di media baru khalayak tidak hanya menjadi objek
sasaran dari pesan. Tetapi pada perubahan dan kemajuan teknologi media, khalayak
diperbaharui perannya untuk menjadi lebih interaktif terhadap pesan tersebut. Kehadian
media baru juga membawa kemajuan yang lain. Jika sebelumnya pola komunikasi yang
terjadi adalah one-to-many dan one-to-one, maka sekarang bisa menjadi many-to-many
dan few-to-few.3 Istilah internet muncul karena adanya komunikasi terjadi karena ada
koneksi perangkat komputer dengan perangkat komputer lainnya. Inilah mengapa
internet dikatakan penghubung secara global. Global yang dimaksud bukan hanya
dalam pengertian lintas Negara atau wilayah, tapi juga cara kerja yang terhubung dalam
1 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (CYBERMEDIA) (Jakarta: Prenamedia Group, 2014), 1.
2 Ibid., hlm. 14.
3Ibid., hlm. 23.
9
jaringan (online) tanpa mempertimbangkan batasan lokasi, perangkat keras, atau
program yang digunakan.
Keberadaan media baru menawarkan kapasitas untuk memperluas volume
informasi yang memungkinkan individu melalui kontrol yang lebih besar dan suatu
kapasitas untuk menyeleksi informasi tertentu yang mereka harapkan dapat diterima.
Dalam artian dengan adanya media baru, masing-masing individu dapat memilih sendiri
informasi apa yang ingin mereka terima dan tidak terima. Karena masing-masing
individu dapat mengontrol volume informasi yang mereka dapatkan melalui media
baru.
Internet yang merupakan bagian dari media baru adalah salah satu sumber
informasi yang dapat memudahkan individu dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam
kasus ini, internet sebagai media dimana para penonton drama Korea yang tidak
berdomisili di Korea dapat menyaksikan drama tersebut. Jika dulu drama Korea hanya
bisa dinikmati oleh warga Korea sendiri, sekarang hampir seluruh dunia bisa
menikmatinya. Tidak hanya drama Korea tapi juga dengan musik pop Korea atau yang
biasa disebut K-Pop dan apapun yang berasal dari Korea dapat kita dapatkan melalui
internet. Masuknya ‘demam Korea’ atau biasa disebut Korean Wave tau Gelombang
Korea ini, membuat banyak individu seperti tersihir dengan apapun yang disuguhkan.
Inilah mengapa Korean Wave menjadi salah satu hal yang paling diminati sekarang ini.
2.2 Gelombang Korea (Korean Wave)
Gelombang Korea atau Korean Wave adalah istilah yang digunakan untuk
penyebaran budaya pop Korea secara global.4 Korean Wave pada umumnya memicu
banyak penikmatnya dari seluruh dunia agar tertarik untuk mempelajari bahasa Korea
dan kebudayaan Korea. Fenomena ini dapat terlihat dengan maraknya penggunaan
4 Helda Yulita, Sarjana Sosial: “Studi Persepsi dan Implikasi dalam Hubungan Sosial pada Mahasiswa Unhas
(Studi Kasus Korean Wave)” (Makassar: Universitas Hasanuddin,2016), 33.
10
produk Korea dari mulai makanan hingga kosmetik, juga dengan barang elektronik,
hingga musik K-Pop dan juga film dan drama atau yang biasa disebut K-Drama.
Korean Wave tidak hanya berpengaruh dengan penggunaan produk Korea saja,
tapi juga dengan gaya hidup penikmatnya. Misalnya seperti perubahan gaya berpakaian,
gaya berbicara, dan juga pola interaksi antar penggemar yang terjadi. Contohnya dalam
pola interaksi adalah penggunaan istilah Korea seperti “Annyeonghaseyo
(안녕하세요)” yang memiliki arti Halo, dan “Kamsahamnida (감사합니다)” yang
memiliki arti Terima Kasih.5
2.2.1. Tayangan Drama Korea
Fenomena Korean Wave saat ini sedang menjadi merambah di beberapa
stasiun televisi Indonesia. Salah satunya dengan menayangkan drama seri Korea
dan acara variety show Korea. Drama seri Korea merupakan program yang
memiliki banyak peminat dengan keseruan ceritanya. Tidak jauh berbeda
dengan sinetron Indonesia, drama seri Korea juga memiliki berbagai konfliknya
masing-masing, yang kadang tidak terduga bagi para audiensnya. Perbedaan
yang cukup signifikan dibanding dengan sinetron Indonesia adalah dimana
drama Korea dibungkus hanya antara 16 - 25 episode saja. Meskipun beberapa
ada yang mencapai ratusan, tetapi kebanyakkan hanya sekitaran angka di atas
saja.6
Masyarakat yang mulai merasa jenuh dengan sinetron Indonesia,
kebanyakan beralih untuk menonton drama seri Korea. Keberhasilan drama seri
Korea mengambil hati penonton di Indonesia dimulai dengan drama Endless
5 http://asianwiki.com/Goblin_(Korean_Drama) diakses pada tanggal 3 Agustus 2017 pukul 01.01 WIB
6 Deansa Putri, Sarjana Komunikasi: “Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi
dan Motif Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dengan Perilaku Berpakaian Remaja” (Semarang: Universitas Diponegoro, 2013), 2.
11
Love. Berdasarkan survey AC Nielsen Indonesia, serial Endless Love mencapai
rating 10 yang diperkirakan ditonton sekitar 2,8 juta audiens di lima kota besar.7
Rakhmat mengatakan dorongan kebutuhan yang berbeda akan membuat
orang memiliki motif yang berbeda pula dalam menggunakan televisi.8
Meskipun drama korea sekarang mulai masuk pertelevisian Indonesia. Tapi
sebagian besar audiensnya masih lebih sering menggunakan media internet
untuk dapat menonton drama-drama Korea. Motif yang berbeda dalam
pemilihan program yang ditonton inilah yang membuat perbedaan efek yang
terjadi pada setiap audiensnya.
2.2.2. Drama Goblin
Gambar 1. Poster Drama Goblin
Goblin adalah salah satu drama seri Korea yang memiliki rating yang
lumayan tinggi pada saat penayangannya. Goblin menjadi salah satu tontonan
7 Ibid., hlm. 3
8 Ibid., hlm. 3
12
wajib bagi para pecinta drama Korea di akhir tahun 2016 dan awal tahu 2017
ini. Drama Goblin sendiri memiliki beberapa nama lainnya seperti Goblin: The
Lonely and Great God dan Guardian: The Lonely and Great God. Sedangkan
dalam bahasa Korea berjudul Sseulsseulhago Chalranhashin-Dokkaebi dan jika
menggunakan Hangul (Alfabet yang digunakan untuk menulis bahasa Korea)
yaitu 쓸쓸하고 찬란하神-도깨비.9
Drama ini disiarkan mulai dari 2 Desember 2016 hingga episode
terakhirnya ditayangka pada 21 Januari 2017 kemarin. Drama ini menceritakan
tentang kehidupan seorang Goblin. Goblin sendiri dalama bahasa Korea disebut
dengan Dokkaebi. Dalam kebanyakan cerita rakyat Korea, Dokkaebi adalah
makhluk mitologi yang memiliki sifat jahil, agak bodoh dan senang
mempermainkan orang jahat. Dokkaebi sendiri berbeda dengan hantu karena
dirinya bukanlah manusia yang mengalami kematian.10
Tetapi jika dalam drama ini Goblin adalah seorang pria tampan yang
memiliki kehidupan abadi karena kutukan dari dewa akan apa yang pernah ia
lakukan pada masa hidupnya. Goblin akan menghilang jika dia sudah
menemukan pengantinnya. Ia pun harus menunggu hingga 900 tahun hingga
akhirnya ia bisa bertemu dengan pengantinnya. Goblin sendiri diperankan oleh
Gong Yoo, dan pengantin Goblin diperankan oleh Kim Go-Eun, ditambah juga
dengan beberapa peran pendukung lainnya.
Di Indonesia sendiri, drama-drama Korea sudah mulai banyak di
tayangkan di televisi lokal. Meskipun netizen banyak yang meminta drama ini
untuk ditayangkan tapi sampai saat ini belum ada yang menayangkan ulang
drama Korea “Goblin”. Sebagai gantinya 7 Agustus 2017 kemarin, drama
9 https://hanguladay.com/handy-expressions/ diakses pada tanggal 3 Agustus 2017 pukul 00.12 WIB
10 http://www.gadis.co.id/ngobrol/4-fakta-legenda-dokkaebi-goblin-korea-selatan- diakses pada tanggal 3 Agustus 2017 pukul 00.45 WIB
13
“Goblin” ditayangkan secara live di aplikasi Line. “Goblin” ditayangkan di Line
Today Channel setiap hari senin sampai jumat mulai pukul 20.00 WIB.11
Bahkan dalam tayang ulang yang dilakukan Line, drama “Goblin” sudah
dilengkapi dengan subtitle bahasa Indonesia.
Jalan cerita yang menghibur, tema yang unik, pemain utama dan pemain
pendukung yang mempunyai kharismanya sendiri, juga istilah-istilah unik dan
eye-catching seperti “Dokkaebi” dan “Ahjussi” (yang berarti paman) membuat
drama ini banyak menarik perhatian dari para penontonnya di seluruh dunia
hingga mendapatkan rating sampai 18.6% menurut AGB Nielsen Korea di
episode terakhirnya. Selain itu, drama ini memenangkan 2 penghargaan di acara
53rd
Baeksang Award, yaitu ajang pemberian penghargaan bagi pelaku industri
televisi dan film di Korea selatan. Dalam acara ini, penulis naskah “Goblin”
memenangkan penghargaan Grand Award yang merupakan penghargaan utama
dalam acara tersebut.
11
http://entertainment.kompas.com/read/2017/08/05/121625310/drama-korea-goblin-bakal-tayang-setiap-hari-di-line-today diakses pada tanggal 21 September 2017, pukul 19.14 WIB.
14
Gambar 2. Rating Drama Goblin
Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
pengaruh yang terjadi setelah menonton drama Goblin pada interaksi
audiensnya.
2.3 Interaksi Sosial
2.3.1 Komunikasi
Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa Inggris yaitu
communication dan juga dari bahasa Latin communicatio. Kata communicatio
memiliki arti sama, yang dimaksud sama disini adalah persamaan makna.
Kesamaan bahasa yang digunakan belum tentu akan memberikan kesamaan
makna. Maka seharusnya komunikasi itu minimal mengandung kesamaan
makna antara dua pihak yang terlibat.
15
Salah satu jenis komunikasi yang banyak mempengaruhi masyarakat
adalah komunikasi massa. Komunikasi massa menurut Bittner (1980: 10) adalah
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Komunikasi massa memiliki proses komunikasi secara sekunder karena
bergantug pada peralatan teknis, baik media cetak (surat kabar) maupun media
elektronik (radio, televisi, media on line internet). Karena itu pesan yang
disampaikan bersifat searah dan kita tidak dapat memberikan tanggapan secara
langsung.
2.3.2 Sosiologi Komunikasi
Soerjono Soekanto dalam pandangannya mengatakan, sosiologi
komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial
yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling
pengaruh-mempengaruhi antara individu, individu dengan kelompok maupun
antar kelompok. (Soekanto,2002) Secara komprehensif sosiologi komunikasi
mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan
dengan interaksi tersebut. Misalnya seperti bagaimana interaksi dilakukan
dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari
interaksi tersebut, bagaimana perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat
yang terjadi karena efek media, dan juga efek sosial apa yang ditanggung
masyarakat sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut.
Sosiologi komunikasi menempatkan manusia sebagai objek kajia
materiilnya. Tetapi objek kajian dari sosiologi komunikasi menekankan pada
aspek aktivitas manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan aktivitas
sosiologi yaitu proses sosial dan komunikasi. Selain itu ada juga
kemajuanteknologi telekomunikasi, media, dan informatika yang membawa
dampak dan perubahan pada masyarakat.
16
2.3.3 Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia
(Gillin dan Gillin dalam Soekanto, 2012).12
Sedangkan menurut Walgito,
interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain,
individu satu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya, jadi terdapat
adanya hubungan yang saling timbal balik. Dengan adanya interaksi sosial dapat
membuat individu memelihara tingkah laku sosialnya juga meningkatkan
kuantitas dan kualitas dari tingkah laku sosialnya di dalam situasi sosial. Semua
manusia berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi.
Komunikasi tidak hanya dengan kata-kata yang terucap tetapi juga dengan
semua bentuk interaksi. Misalnya dengan senyuman, anggukan kepala, sikap
badan yang mendukung diterimanya pengertian, sikap dan perasaan yang sama.
Dengan diterimanya pengertian yang sama inilah yang disebut dengan
komunikasi.13
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial.
Seperti apa yang dipaparkan Soerjono Soekanto dalam bukunya, interaksi sosial
akan berlangsung jika terjadi aksi dan reaksi antara kedua belah pihak14
.
Interaksi sosial tidak akan terjadi jika manusia mengadakan hubungan yang
langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap system
12
Virgia Ningrum Fatnar & Choirul Anam, "Kemampuan Interaksi Sosial Antara Remaja Yang Tinggal Di Pondok Pesantren Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga". Jurnal Fakultas Psikologi. Vol. 2 No. 2, 2014, 72.
13 Amrin Tegar Sentosa. "Pola Komunikasi Dalam Proses Interaksi Sosial di Pondok Pesantren Nurul Islam Samarinda". Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 3 No. 3, 2015, 492.
14 Leni B. Amiri, Sarjana Sosiologi: "Interaksi Sosial Antar Etnis (Studi Kasus Interaksi Antar Etnis di Desa Kaaruyan)." (Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo, 2013), 9.
17
syarafnya sebagai akibat hubungannya tersebut. Proses interaksi sosial dapat
berlangsung dengan didasari beberapa faktor, antara lain:
a. Imitasi
Imitasi memiliki peranan yang kuat dalam interaksi sosial. Imitasi
sendiri merupakan peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati. Hal
ini dapat terlihat jelas dalam dunia mode, adat istiadat, dunia usaha, perilaku
kejahatan dan lain sebagainya. Imitasi merupakan salah satu faktor yang
sangat berperan dalam pergaulan masyarakat.15
Jika dikaitkan dengan
penelitian ini, misalnya seperti menirukan istilah-istilah korea seperti
ahjussi, dokkaebi, dan lain-lain. Atau juga dengan menirukan gaya bicara
dari tokoh-tokoh yang ada di drama tersebut.
b. Sugesti
Sugesti yang dimaksud disini adalah sugesti secara psikologi, dimana
seorang individu menerima cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari
orang lain tanpa kritik. Sugesti juga merupakan proses pengoperan atau
penerimaan suatu hal yang dilakukan seseorang atau masyarakat tampak
kritik atau penelitian lebih cermat.16
Jika dikaitkan dengan penelitian ini
misalnya, dengan kita sebagai penonton mempercayai bahwa tokoh-tokoh
yang ada dalam drama tersebut adalah sesuatu yang nyata.
c. Simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya seseorang dengan orang yang
lain. Simpati muncul dalam diri seorang individu tidak atas dasar rasional,
melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses
15
Septina Nur Istiqomah, Sarjana Psikologi: "Pengaruh Kematangan Emosi dan Kecerdasan Sosial Terhadap Interaksi Sosial Siswa Program Akselerasi" (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), 18.
16 Septina Nur Istiqomah, Sarjana Psikologi: "Pengaruh Kematangan Emosi dan Kecerdasan Sosial Terhadap Interaksi Sosial Siswa Program Akselerasi" (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015), 18.
18
identifikasi. Dalam simpati, seseorang akan tiba-tiba tertarik kepada orang
lain bukan karena salah satu ciri tertentu, melainkan keseluruhan cara-cara
bertingkah laku yang menarik baginya.17
Jika dikaitkan dengan penelitian ini
misalnya kita sebagai penonton akan tertarik untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang yang sama-sama menyukai drama Korea.
d. Identifikasi
Identifikasi dalam psikologi memiliki arti dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain, baik secara fisik maupun non fisik. Proses
identifikasi seringkali pertama kali berlangsung secara tidak sadar.
identifikasi juga bersifat irasional yaitu dengan berdasarkan perasaan-
perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak
diperhitungkan secara rasional. terakhir, identifikasi berguna untuk
melengkapi sistem norma-norma, cita-cita dan pedoman-pedoman tingkah
laku orang yang mengidentifikasi.18
Jika dikaitkan dengan penelitian ini
misalnya penonton mencoba untuk menjadi tokoh yang ada dalam drama
tersebut di dalam kehidupannya sehari-hari. Juga dengan mencoba untuk
bisa berbahasa Korea agar bisa sama seperti tokoh-tokoh dalam drama
tersebut yang berkomunikasi menggunakan bahasa Korea.
Selain faktor-faktor, Soerjono juga menjelaskan bentuk-bentuk interaksi
sosial. Menurut Soerjono Soekanto bentuk-bentuk interaksi sosial dapat
menghasilkan proses sosial yang asosiatif dan disosiatif yaitu faktor yang
dipengaruhi dari dalam dan diluar itu sendiri.19
Ada beberapa proses interaksi
sosial menurut Soekanto yaitu:
17
Ibid., hlm. 19. 18
Ibid., hlm. 19. 19
Leni B. Amiri, Sarjana Sosiologi: "“Interaksi Sosial Antar Etnis” (Studi Kasus Interaksi Antar Etnis di Desa Kaaruyan)." (Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo, 2013), 10.
19
A. Proses Asosiatif:
a. Kerja Sama yang berarti suatu usaha bersama antara perorangan atau
kelompok untuk mencapai suatu tujuan.
b. Akomodasi sebagai suatu proses di mana orang perorangan saling
bertentangan kemudian saling mengadakan penyesuaian diri untuk
mengatasi ketegangan.
c. Asimilasi yaitu pengembangan sikap-sikap yang sama dengan tujuan
untuk mencapai kesatuan atau paling sedikit mencapai integrasi, pikiran
dan tindakan.
B. Proses Disosiatif:
d. Persaingan sebagai suatu proses di mana individu atua kelompok
bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan dengan cara
menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan kekerasan atau ancaman.
e. Konflik yaitu dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuan
dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
Akhirnya dapat disimpulkan jika interaksi sosial merupakan
kesanggupan individu untuk saling berhubungan dan bekerja sama dengan
individu lain maupun kelompok untuk dapat mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki individu lain dan sebaliknya, sehingga terjadi hubungan saling
timbal balik. Jika dikaitkan dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti,
interaksi yang terjadi adalah dimana individu yang sudah menonton drama
Korea Goblin dapat berinteraksi dengan sesama individu yang sudah menonton
juga. Sehingga terjadi hubungan timbal balik dimana jika individu satu
menggunakan istilah Korea maka individu lainnya juga akan mengerti apa yang
dimaksud.
20
Selain itu dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
interaksi sosial maka faktor-faktor ini yang akan digunakan oleh peneliti.
Peneliti hanya memilih 2 faktor sebagai bahan penelitian yaitu faktor imitasi dan
faktor identifikasi. Dalam kaitannya dengan judul penelitian ini, peneliti
mencoba untuk mengetahui apakan dengan menonton drama Korea “Goblin”
audiens akan dipengaruhi interaksi sosialnya dalam faktor imitasi dan
identifikasi.
2.4 Teori Kultivasi
Teori kultivasi menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers)
televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat
menakutkan”.20
Ini disebabkan oleh keyakinan bahwa apa yang audiens lihat di televisi
adalah apa yang mereka yakini terjadi juga di kehidupan sehari-hari. Teori ini
dikemukakan oleh George Gerbner yang melakukan penelitian terhadap perilaku
penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di
Amerika Serikat. Marshall McLuhan juga menyatakan bahwa televisi merupakan suatu
kekuatan yang secara dominan dapat memengaruhi masyarakat modern.21
Kekuatan ini
didapatkan melalui berbagai symbol untuk memberikan berbagai gambaran yang
terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari.
Dalam teori ini dijelaskan dua tipe penonton televisi yang mempunyai
karakteristik saling bertentangan atau bertolak belakang, yaitu:
a. Para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers)
20
Morrisan - Andy Corry Wardhani - Farid Hamid U, Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), 105.
21 Ibid., hlm. 106.
21
Para pecandu adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 jam
setiap hari.
b. Penonton biasa (light viewers)
Penonton biasa adalah mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang
setiap harinya.
Jika dikaitkan dengan penelitian ini perbedaan yang ada merupakan medianya.
Dimana jika dalam teori ini medianya adalah televisi sedangkan di penelitian ini
menggunakan internet. Karena drama Korea lebih mudah diakses menggunakan
internet. Tipe yang dijelaskan juga sama untuk menentukan apakah audiens tersebut
seorang heavy viewers atau light viewers.
2.5 Daya Tarik
Daya tarik merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki komunikator untuk
menentukan berhasil atau tidaknya komunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), daya tarik adalah kemampuan menarik (memikat) perhatian. Tidak jauh
berbeda dengan KBBI, dalam Kamus Komunikasi daya tarik yaitu kekuatan yang
mampu memikat perhatian. Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa daya tarik
adalah kekuatan penampilan komunikator dalam memikat perhatian, sehingga
seseorang mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media
komunikasi.22
Alo Liliweri dalam bukunya mengemukakan bahwa daya tarik
merupakan appeals pesan yang mengacu pada motif psikologis yang mengandung
pesan rasional emosional dengan himbauan akan ganjaran tertentu.23
Ada berbagai
macam daya tarik dalam tayangan, misalnya:
22
Vonny Lestari, Sarjana Komunikasi: "Daya Tarik dan Kepuasan Program Acara "Show Imah" di Trans TV Terhadap Remaja Rt.01/09 Kelurahan Sarua Indah, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan." (Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2013), 14.
23 Loc.cit.
22
a. Daya Tarik Selebritis
Suatu tayangan akan menarik jika selebritis yang penonton kenal
menjadi bintang dalam tayangan tersebut.
b. Daya Tarik Humor
Adanya selipan humor dalam suatu acara merupakan salah satu hal
yang dinanti dan diminati penonton.
c. Daya Tarik Musik
Musik dinikmati semua kalangan, sehingga dengan adanya musik
dapat menarik perhatian penonton untuk menonton tayangan tersebut.
d. Daya Tarik Artistik
Artistik disini dapat diartikan dengan semua aspek perfilman, mulai
dari sinematografi, lighting, hingga wardrobe yang ada di tayangan tersebut.
e. Daya Tarik Pesan
Pesan dapat dilihat dari jalan cerita yang dibuat oleh penulis.
Sehingga jika seseorang dapat mengerti pesan yang disampaikan dalam
tayangan tersebut maka terdapat daya tarik yang besar dalam tayangan
tersebut.
2.6 Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif sosial ini digagas dan dikembangkan oleh seorang ahli psikologi
Albert Bandura. Teori ini berorientasi pada diri individu. Teori ini memberikan
kerangka pemikiran yang memungkinkan kita menganalisis pengetahuan manusia
(fungsi mental) yang akan menghasilkan perilaku tertentu. Proses mental yang bekerja
ketika seseorang belajar memahami lingkungannya secara lebih luas dan komprehensif
adalah penjelasan dari teori ini. Teori kognitif sosial memiliki argumentasi yaitu
23
manusia meniru perilaku yang dilihatnya, dan proses peniruan terjadi melalui dua cara,
imitasi dan identifikasi.24
Imitasi adalah replika atau peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati.25
Sedangkan identifikasi adalah perilaku meniru yang bersifat khusus yang mana
pengamat tidak meniru secara persis seperti apa yang dilihatnya, tapi membuatnya
menjadi lebih umum dengan memiliki tanggapan yang berhubungan.26
Contoh dari
imitasi adalah jika seorang anak menonton Tom & Jerry dan melihat adegan pemukulan
menggunakan tongkat, maka anak itu akan meniru dengan memukul temannya
menggunakan tongkat juga. Lalu contoh dari identifikasi adalah, anak yang menonton
Tom & Jerry tadi menonton adegan pemukulan dengan tongkat, tetapi dia tidak
melakukan hal yang sama ke temannya, misalnya dia lebih memilih untuk menyiram
satu ember air kepada temannya.
2.7 Penelitian Terdahulu
24
Morrisan - Andy Corry Wardhani - Farid Hamid U, Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), 98.
25 Ibid.
26 Morrisan - Andy Corry Wardhani - Farid Hamid U, Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), 99.
24
Penelitian sebelumnya yang terkait dalam penelitian ini bisa dilihat dari tabel
dibawah ini:
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul & Teori Hasil
1. Yessi Paradina Sella Analisa Perilaku
Imitasi Dikalangan
Remaja Setelah
Menonton
Tayangan Drama
Seri Korea di
Indosiar (Studi
Kasus Perumahan
Pondok Karya
Lestari Sei Kapih
Samarinda)
Teori Peluru atau
Jarum Hipodermik
Teori Agenda
Setting
Teori Kultivasi
Teori Perilaku
Adanya perilaku dasar remaja
yang mengalami perubahan akibat
paparan secara rutin oleh media
televisi melalui drama seri Korea
di Indosiar. Perubahan tersebut
adalah perilaku meniru cara
berpakaian dan memakai make up
secara keseluruhan atau kita sebut
dengan perilaku imitasi.
2. Deansa Putri Hubungan
Intensitas
Menonton
Tayangan Drama
Seri Korea di
Televisi dan Motif
Menonton
Tayangan Drama
Terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara variabel
intensitas menonton tayangan
drama seri Korea dengan variabel
perilaku berpakaian remaja.
Terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara variabel motif
menonton tayangan drama seri
25
Seri Korea di
Televisi dengan
Perilaku
Berpakaian Remaja
Powerfull Effect
Theory
Korea di televisi dengan variabel
perilaku berpakaian remaja.
Terdapat hubungan yang sangat
signifikan antara variabel
intensitas menonton tayangan
drama seri Korea di televisi dan
variabel motif menonton tayangan
drama seri Korea di televisi
dengan variabel perilaku
berpakaian remaja.
3. Helda Yulita Studi Persepsi dan
Implikasi dalam
Hubungan Sosial
pada Mahasiswa
Unhas (Studi Kasus
Korean Wave)
Teori
Interaksionisme
Simbolik
Teori Perubahan
Sosial dan
Kebudayaan
Terdapat berbagai perubahan gaya
hidup para penggemar terlihat dari
perubahan penampilannya. Secara
fisik terlihat bahwa para
penggemar merubah
penampilannya mengikuti
idolanya.
Dampak sosial disosiatif yang
terjadi persaingan diantara para
penggemar drama Korea dalam
mendapatkan drama Korea terbaru
dan memiliki asesoris drama
Korea terbaru. Sedangkan
konteraversi yang terjadi adalah
adanya pertentangan antara
penggemar dan bukan penggemar
dimana mereka menganggap
bahwa para penggemar drama
Korea terkesan berlebihan dalam
mengeskpresikan dirinya.
26
Penelitian-penelitian di atas merupakan sebagian kecil dari penelitian mengenai
efek media massa ataupun pengaruh dari isu Korean Wave. Penelitian-penelitian di atas
juga mengambil aspek yang berbeda-beda. Sehingga peneliti juga melakukan hal yang
hampir sama.
Persamaan yang ada dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah dimana topik
yang di ambil sama yaitu mengenai dampak Korean Wave ataupun drama Korea. Lalu
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah mengenai pengaruh
interaksi sosial yang terjadi di antara mahasiswa FISKOM UKSW setelah menonton
drama Korea "Goblin".
2.8 Kerangka Pikir
Gambar 3. Kerangka Pikir
Drama Korea
“Goblin”
Audiens / Penonton / Penyuka Drama Korea
(Mahasiswa/i FISKOM UKSW)
Teori Kultivasi
- Intensitas Menonton
- Daya Tarik
Pengaruh Interaksi Sosial
a. Imitasi
b. Sugesti
c. Simpati
d. Identifikasi
27
Keberadaan drama Korea yang mengambil perhatian dari seluruh dunia membuat
masyarakat menjadi antusias. Salah satu drama yang pada awal tahun ini sangat di
gemari oleh penontonnya adalah drama Korea "Goblin". Dengan alur cerita yang unik
dan juga istilah-istilah yang jarang dipergunakan dalam drama Korea pada umumnya,
membuat "Goblin" mempunyai banyak penggemarnya. Para penggemarnya tidak
hanya mengagumi dalam hal pemain ataupun jalan cerita saja, tapi juga sebutan-sebutan
unik yang jarang di dengar tersebut. Bahkan tidak jarang penyuka drama Korea juga
sesekali menggunakan istilah-istilah Korea dalam berkomunikasi satu dengan yang lain.
Seperti apa yang dijelaskan dalam bab 2 tentang interaksi sosial mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, maka audiens meniru perilaku seperti apa
yang dilihatnya, maka tidak heran jika sebagai penonton drama Korea maka akan
dengan senang hati jika menggunakan istilah-istilah Korea juga. Juga dengan teori
Kultivasi kita dapat mengetahui apakah seseorang termasuk dalam heavy viewers atau
light viewers yang dapat membantu dalam penelitian ini.
2.9 Hipotesis
H0: Drama Korea “Goblin” tidak berpengaruh terhadap interaksi sosial mahasiswa.
H1: Drama Korea “Goblin” berpengaruh terhadap interaksi sosial mahasiswa.